referat cedera kepala-wenny

Upload: wenny-fonda-l

Post on 09-Feb-2018

266 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

  • 7/22/2019 Referat Cedera Kepala-Wenny

    1/31

    1

    REFERAT

    CEDERA KEPALA

    Disusun Oleh:

    Wenny Fonda

    11 2011 181

    FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA

    KEPANITERAAN KLINIK SMF NEUROLOGI RSUD TARAKAN

    PERIODE 11 NOVEMBER 14 DESEMBER 2013

    JAKARTA

  • 7/22/2019 Referat Cedera Kepala-Wenny

    2/31

    2

    Kata Pengantar

    Puji syukur penulis naikan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas kasih dan

    penyertaan-Nya sehingga penulisan referat ini dapat diselesaikan dengan baik. Tidaklah

    mudah untuk menyusun suatu referat, dimana belum ada banyak pengalaman dan literatur

    yang memadai sebagai penunjang. Namun dengan usaha sungguh sungguh dan bantuan

    dari beberapa pihak sehingga makalah ini dapat diselesaikan.

    Untuk itu tak lupa penulis ucapakan terimakasih yang sebesar besarnya kepada

    dokter spesialis saraf atas bantuannya yang telah membantu menyelesaikan penulisan

    referat ini. Penulis menyadari sungguh bahwa referat ini masih jauh dari batas

    kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan segala kritik dan saran yang membangun

    guna melengkapi segala kekurangan dari referat ini.

    Harapan penulis, kiranya referat ini dapat berguna di waktu waktu yang akan

    datang, dan dapat dipergunakan dalam mengkaji materi yang berkaitan dengan Cidera

    Kepala

    Atas perhatiannya penulis sampaikan terimakasih.

    Jakarta, November 2013

    Penulis

  • 7/22/2019 Referat Cedera Kepala-Wenny

    3/31

    3

    BAB I

    PENDAHULUAN

    I. Latar Belakang

    Cedera kepala atau yang disebut dengan trauma kapitis adalah ruda paksa tumpul /

    tajam pada kepala atau wajah yang berakibat disfungsi cerebral sementara.Merupakan salah satu

    penyebab kematian dan kecacatan utama pada kelompok usia produktif, dan sebagian besar karena

    kecelakaan lalu lintas. Hal ini diakibatkan karena mobilitas yang tinggi di kalangan usia produktif

    sedangkan kesadaran untuk menjaga keselamatan di jalan masih rendah, disamping penanganan

    pertama yang belum benar - benar , serta rujukan yang terlambat.

    Di Indonesia kajadian cidera kepala setiap tahunnya diperkirakan mencapai 500.000

    kasus. Dari jumlah diatas , 10% penderita meninggal sebelum tiba di rumah sakit. Dari psien yang

    sampai di rumah sakit , 80% dikelompokan sebagai cedera kepala ringan, 10 % termasuk cedera

    sedang dan 10% sedang, dan 10 % termasuk cedera kepala berat.

    Cedera kepala merupakan keadaan yang serius, sehingga diharapkan para doktermempunyai pengetahuan praktis untuk melakukan pertolongan pertama pada penderita. Tindakan

    pemberian oksigen yang adekuat dan mempertahankan tekanan darah yang cukup untuk perfusi

    otak dan menghindarkan terjadinya cedera otak sekunder merupakan pokok-pokok tindakan yang

    sangat penting untuk keberhasilan kesembuhan penderita. Sebagai tindakan selanjutnya yang

    penting setelah primary survey adalah identifikasi adanya lesi masa yang memerlukan tindakan

    pembedahan, dan yang terbaik adalah pemeriksaan dengan CT Scan kepala.

    Pada penderita dengan cedera kepala ringan dan sedang hanya 3% -5% yang

    memerlukan tindakan operasi kurang lebih 40% dan sisanya dirawat secara konservatif. Pragnosis

    pasien cedera kepala akan lebih baik bila penatalaksanaan dilakukan secara tepat dan cepat.

    Adapun pembagian trauma kapitis adalah: Simple head injury, Commutio cerebri,

    Contusion cerebri, Laceratio cerebri, Basis cranii fracture. Simple head injury dan Commutio

    cerebri sekarang digolongkan sebagai cedera kepala ringan, sedangkan Contusio cerebri dan

    Laceratio cerebridigolongkan sebagai cedera kepala berat.

  • 7/22/2019 Referat Cedera Kepala-Wenny

    4/31

    4

    Pada penderita korban cedera kepala, yang harus diperhatikan adalah pernafasan,

    peredaran darah dan kesadaran, sedangkan tindakan resusitasi, anamnesa dan pemeriksaan fisik

    umum dan neurologist harus dilakukan secara serentak. Tingkat keparahan cedera kepala harus

    segera ditentukan pada saat pasien tiba di Rumah Sakit.

  • 7/22/2019 Referat Cedera Kepala-Wenny

    5/31

    5

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Cedera kepala merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada

    semua kelompok usia. Saat ini, belum ada penanganan yang efektif untuk memulihkan

    efek yang menetap dari cedera kepala primer, dan penanganan ditujukan untuk

    mengurangi efek sekunder dari cedera kepala yang dapat terjadi akibat dari iskemik,

    hipoksia dan peningkatan tekanan intra cranial. Memahami epidemiologi dari cedera

    kepala berguna untuk tindakan preventif, perencanaan strategi preventif primer

    berdasarkan populasi untuk meningkatkan penanganan yang efektif dan efisien,

    termasuk ketentuan fasilitas rehabilitasi bagi mereka yag terkena cedera kepala.

    Perubahan neuropatologi terkait dengan sejumlah factor, termasuk tipe dan

    keparahan cedera, serta bekes cedera yang dapat terjadi akibat cedera yang tumpul

    maupun tajam yang dapat menyeuruh ataupun local. Patologi dari cedera kepala juga

    dipengaruhi dari factor pasien seperti usia, komorbid, alcohol, hipoksia, sepsis dan

    penanganan.

    Penanganan klinis yang cepat dan akurat sangatlah penting. The rapid and

    accurate clinical assessment of a head-injured patient is crucial. Penaganan awal harus

    selalu ditujukan pada jalan napas (airway), pernapasan (breathing) dan sirkulasi

    (circulation) sesuai dengan prinsip-prinsip ATLS. Yang terpenting bukan hanya untuk

    mengodentifikasi cedera kepala yang mengancam jiwa melainkan juga untuk mencegah

    cedera kepala sejunder. Tulang cervical harus diimobilisasi karena ada kemungkinan

    terjadi cedera. Level kesadaran dan ukuran serta respon pupil harus diperiksa berkala

    pada pasien dengan cedera kepala ini.

    Cedera kepala traumatic berdampak pada ribuan orang tiap tahunnya.

    Keparahan cedera mulai yang ringan dengan gangguan fungsi kognitif yang tidak dapat

    dinilai hingga gangguan kesadaran yang parah dengan prolong koma dan status

    vegetative persisten. Pencitraan cedera kepala tidak hanya bergantung pada mekanisme

    dan keparahan cedera, tapi juga pada waktu sejak terjadinya cedera. Tujuan dari

  • 7/22/2019 Referat Cedera Kepala-Wenny

    6/31

    6

    pencitraan ini termasuk untuk pengambilan keputusan terapi, prognosis dan penelitian

    patofisiologi cedera kepala. Intracranial pressure (ICP) juga telah menjadi variable vital

    pada fungsi serebral di saat fase akut cedera kepala.

  • 7/22/2019 Referat Cedera Kepala-Wenny

    7/31

    7

    BAB II

    PEMBAHASAN

    2.1 Definisi

    Trauma kapitis atau cedera kepala adalah trauma mekanik terhadap

    kepala baik secara langsung maupun tidak langsung yang menyebabkan gangguan

    fungsi neurologis yaitu gangguan fisik, kognitif, fungsi psikososial baik temporer

    maupun permanen.1

    2.2 Epidemiologi

    -Di Amerika Serikat, kejadian cedera kepala setiap tahunnya

    diperkirakan mencapai 500.000 kasus. Dari jumlah tersebut, 10% meninggal

    sebelum tiba di rumah sakit. Yang sampai di rumah sakit, 80% dikelompokkan

    sebagai cedera kepala ringan (CKR), 10% termasuk cedera kepala sedang (CKS),

    dan 10% sisanya adalah cedera kepala berat (CKB). Insiden cedera kepala terutama

    terjadi pada kelompok usia produktif antara 15-44 tahun. Kecelakaan lalu lintas

    merupakan penyebab 48%-53% dari insiden cedera kepala, 20%-28% lainnya

    karena jatuh dan 3%-9% lainnya disebabkan tindak kekerasan, kegiatan olahraga

    dan rekreasi.7

    Data epidemiologi di Indonesia belum ada, tetapi data dari salah satu

    rumah sakit di Jakarta, RS Cipto Mangunkusumo, untuk penderita rawat inap,

    terdapat 60%-70% dengan CKR, 15%-20% CKS, dan sekitar 10% dengan CKB.

    Angka kematian tertinggi sekitar 35%-50% akibat CKB, 5%-10% CKS, sedangkan

    untuk CKR tidak ada yang meninggal.

    Ti nd ak an op er as i pada kasus CKB hanya dilakukan pada sebagian

    kecil pasien (

  • 7/22/2019 Referat Cedera Kepala-Wenny

    8/31

    8

    Lebih dari 2 juta pasien dengan cedera kepala setiap tahunnya di ruang

    gawat darurat AS, dan merupakan 25% dari pasien yang dirawat di rumah sakit.

    Hampir 10% dari seluruh kematian di Amerika Serikat disebabkan oleh cedera, dan

    sekitar separuh dari kematian traumatis melibatkan otak. Di Amerika Serikat, cedera

    kepala terjadi setiap 7 detik dan kematian setiap 5 menit. Sekitar 200.000 orang

    tewas atau cacat permanen setiap tahun sebagai akibatnya.1,2

    Cedera kepala terjadi pada segala usia, tetapi puncak adalah pada orang

    dewasa muda antara usia 15 dan 24. Cedera kepala adalah penyebab utama

    kematian di antara orang di bawah usia 24 tahun. Pria tiga atau empat kali lebih

    sering dibanding wanita. Penyebab utama dari cedera otak berbeda di berbagai

    bagian Amerika Serikat; di semua daerah, kecelakaan kendaraan bermotor yang

    menonjol, dan di daerah metropolitan kekerasan pribadi sering terjadi.1

    Hubungan sebab-akibat antara mekanisme cedera

    dan cedera kepala merupakan hal yang rumit Misalnya, orang tua yang memiliki

    kejadian jatuh yang lebih tinggi dibandingkan usia lainnya. Mungkin faktor efek

    samping obat, pendengaran dan penglihatan yang kurang, lambatnya respon

    terhadap suatu kejadian, keseimbangan dan mobilitas menjadi pengaruh terjadinya

    cedera.3

    Gambar 1.1

    Persentase penyebab cedera kepala pertahun di AS

  • 7/22/2019 Referat Cedera Kepala-Wenny

    9/31

    9

    2.3 Klasifikasi

    Klasifikasi cedera kepala berdasarkan:

    Patologi:

    Komosio serebri

    Kontusio serebri

    Laserasi serebri

    Lokasi lesi

    Lesi diffus

    Lesi kerusakan vaskuler otak

    Lesi fokal

    Kontusio dan laserasi serebri

    Hematoma intrakranial

    Hematoma ekstradural (hematoma epidural)

    Hematoma subdural

    Hematoma intraparenkhimal

    Hematoma subarakhnoid

    Hematoma intraserebral

    Hematoma intraserebellar

    2.4 Patofisiologi Fraktur kranii

    Patah tulang tengkorak dapat dibagi menjadi jenis linier, depresi, atau

    comminuted. Jika kulit kepala ikut robek, itu dianggap sebagai fraktur terbuka

    atau majemuk. fraktur tengkorak merupakan penanda penting dari cedera serius,

    tapi jarang berpotensi menimbulkan masalah dengan sendirinya, prognosis lebih

    tergantung pada sifat dan tingkat keparahan cedera pada otak dari pada beratnya

    cedera tengkorak. Sekitar 80% patah tulang merupakan jenis linear. Paling

    banyak terjadi di wilayah temporoparietal, di mana sisi tengkorak menipis.

    Deteksi patah linier sering menimbulkan kecurigaan adanya cedera otak serius,

    tapi CT pada pasien sebagian besar adalah dinyatakan normal. Patah tulang

  • 7/22/2019 Referat Cedera Kepala-Wenny

    10/31

    10

    tengkorak linier pada umumnya tidak memerlukan intervensi bedah dan dapat

    dikelola konservatif. Dalam fraktur depresi dari tengkorak, satu atau lebih

    fragmen tulang yang tertekan ke dalam, penekanan bagian utama otak. Dalam

    fraktur comminuted ada beberapa fragmen tulang yang hancur yang mungkin

    atau tidak tertekan ke dalam. Dalam 85% kasus, fraktur depresi terbuka dapat

    terinfeksi, atau terjadi kebocoran CSF. Pada beberapa pasien, patah tulang

    tengkorak depresi berhubungan dengan robekan, kompresi, atau trombosis dari

    vena dural sinus yang mendasarinya. Patah tulang tengkorak basilar mungkin

    linear, depresi, atau comminuted yang sering terlewatkan oleh X-ray tengkorak

    dan paling baik diidentifikasi oleh CT. Mungkin ada saraf yang terkait dengan

    luka tengkorak atau vena dural yang dapat mengakibatkan komplikasi

    meningitis jika bakteri memasuki ruang subarachnoid. Tanda-tanda yang

    mengarahkan kita untuk mencurigai adanya fraktur bagian tulang temporal

    termasuk hemotympanum atau timpani perforasi, gangguan pendengaran, CSF

    otorrhea, kelemahan saraf wajah perifer, atau ecchymosis dari kulit kepala.

    Keadaan kurangnya penciuman, ecchymosis periorbital bilateral, dan rhinorrhea

    CSF kemungkinan patah tulang sphenoid, frontal, atau ethmoid.

    Diffuse Axonal Injury

    Diffuse Axonal Injury adalah salah satu keadaan patologis umum dan

    penting pada Traumatic Brain Injury (TBI). Kepekaan akson terhadap cedera

    mekanis tampaknya karena sifat viskoelastik dan tekanan yang tinggi di dalam

    saluran white matter. Walaupun dalam keadaan normal akson bersifat lentur

    tetapi akan menjadi rapuh bila deformations langsung berhubungan dengan

    trauma otak. Dengan demikian, perjalanan akson secara cepat dapat merusak

    sitoskeleton aksonal yang dapat mengakibatkan hilangnya elastisitas dan

    penurunan nilai transportasi aksoplasma. Selanjutnya pembengkakan akson

    terjadi dalam discrete bulb formationsatau dalam varicosities yang memanjang

    yang menyebabkan terjadinya penumpukan protein. Kalsium yang masuk ke

    akson yang membengkak menyebabkan keadaan kerusakan menjadi lebih lanjut

    akibat aktivasi protease. Pada akhirnya, akson yang membengkak dapat menjadi

    putus dan berkontribusi terhadap perubahan neuropathologic tambahan dalam

  • 7/22/2019 Referat Cedera Kepala-Wenny

    11/31

    11

    jaringan otak. Diffuse Axonal Injury sebagian besar mungkin merupakan

    manifestasi klinis dari trauma otak.

    Coup and Contracoup Injury

    Coup Injury adalah kekerasan yang terjadi secara tiba-tiba yang

    menyebabkan otak tertekan secara cepat ke depan dan menghantam sisi

    tengkorak. Contracoup injury, terjadi di sisi lain ketika otak tertekan secara

    cepat ke depan dan menghantam sisi tengkorak, dan kemudian memantul dari

    sisi lain tengkorak. Dalam kedua kasus, otak rusak karena terjadi benturan pada

    bagian dalam tengkorak.

    Luka memar pada coup injury akan timbul di lokasi benturan.

    Sedangkan padacontracoup terjadi di sisi lain, memar akan tampak pada situs

    berlawanan dari lokasi benturan. Sebuah otak yang mengalami benturan yang

    sangat keras dan tiba-tiba dapat mengalami coupdan contracoup injury secara

    bersamaan.

  • 7/22/2019 Referat Cedera Kepala-Wenny

    12/31

    12

    Komosio serebri

    Apabila cedera kepala mengakibatkan gangguan fungsi serebral

    sementara berupa penurunan kesadaran (pingsan/koma, manesia retrograd)

    tanpa adanya lesi parenkim berdarah pada otak, digolongkan sebagai komosio

    serebri. Penemuan-penemuan mutakhir menyebutkan koma kurang dari 20

    menit, amnesia retrograde singkat, cacat otak tidak ada, dan perawatan tumah

    sakit kurang dari 48 jam termasuk pada golongan ini. Biasanya tidak

    memerlukan terapi khusus, asal tidak terdapat penyulit seperti hematoma, edema

    serebri traumatic dsb. Penderita sangat perlu istirahat mutlak, tenaga

    keseimbangan kardiovaskuler, respirasi, cairan elektrolit dan kalori, serta

    terhindar dari infeksi paru-paru atau kandung kemih. Mobilisasi hampir tidak

    menjadi persoalan.4

    Kontusio serebri

    Apabila terjadi lesi parenkim berdarah, yang ditandai oleh kesadaran

    menurun yang lebih lama. Defisit neurologis seperti hemiparese kelumpuhan

    saraf otak, refleks abnormal, konvulsi,dan delirium.

    Kontusio cerebri merupakan memar di jaringan otak akibat trauma.

    Seperti memar pada jaringan lain, memar cerebral dapat dikaitkan dengan

    beberapa microhemorrhages, terjadi akibat kebocoran PD kecil ke jaringan otak.

    Memar terjadi pada 20-30% kasus dari cedera kepala berat. Cedera ini mirip

    dengan laserasi otak, menurut definisi, dimana membran pia arachnoid yang

    robek di atas lokasi cedera pada laserasi dan tidak memar. Cedera ini dapat

    menyebabkan penurunan fungsi mental dalam jangka panjang dan dalam

    keadaan darurat dapat menyebabkan herniasi otak , sebuah kondisi yang

    mengancam kehidupan dimana ada bagian dari otak yang menekan ke bagian

    dari tulang kepala. Oleh karena itu pengobatan bertujuan untuk mencegah

    terjadinya peningkatan tekanan intrakranial yang berbahaya.

  • 7/22/2019 Referat Cedera Kepala-Wenny

    13/31

    13

    Tanda dan Gejala

    Gejala-gejala dari memar otak (memar pada otak) tergantung pada

    beratnya cedera, mulai dari ringan sampai berat. Individu mungkin mengalami

    sakit kepala, kebingungan, mengantuk, pusing, kehilangan kesadaran, mual dan

    muntah, kejang, dan kesulitan dengan koordinasi dan gerakan. Mereka juga

    mungkin mengalami kesulitan dengan memori, visi, ucapan, pendengaran,

    mengelola emosi, dan proses berpikir. Tanda memar yang tergantung pada

    lokasi di otak. Kontusio cerebral sangat sering terjadi di frontal dan lobustemporal, walau terjadi juga pada setiap bagian otak, termasuk batang otak dan

    cerebellum. Kontusio cerebri dapat saja terjadi dalam waktu beberapa hari atau

    jam mengalami evolusi membentuk perdarahan intracerebral. Apabila lesi

    meluas dan terjadi penyimpangan neurologist lebih lanjut

    Penyebab

    Memar terjadi terutama di jaringan korteks, terutama di bawah lokasi

    dampak atau di daerah-daerah otak yang terletak di bagian dalam tengkorak.

    Otak mungkin Dipipis ketika bertabrakan dengan tonjolan tulang pada

    permukaan dalam tengkorak. Tonjolan terletak di bagian dalam tengkorak di

    bawah frontal dan lobus temporal dan pada atap orbit mata. Dengan demikian,

    ujung-ujung lobus frontal dan temporal terletak di dekat pegunungan tulang di

    tengkorak adalah daerah dimana sering terjadi luka memar dan yang paling

    parah. Untuk alasan ini, perhatian, emosi dan masalah memori yang terkait

    dengan kerusakan frontal dan lobus temporal, jauh lebih umum pada trauma

    kepala daripada sindrom terkait dengan kerusakan ke area lain dari otak.

    Pengobatan

    Sejak pembengkakan otak bahaya kepada pasien, pengobatan memar

    otak bertujuan untuk mencegah pembengkakan. Tindakan untuk menghindari

    pembengkakan mencakup pencegahan hipotensi (tekanan darah rendah),

    hiponatremia dan hypercapnia (peningkatan karbon dioksida dalam darah).

    Karena bahaya tekanan intrakranial meningkat, operasi mungkin diperlukan

  • 7/22/2019 Referat Cedera Kepala-Wenny

    14/31

    14

    untuk mengurangi itu. Orang dengan memar otak mungkin memerlukan

    perawatan intensif dan monitoring yang ketat.

    Laserasi serebri

    Bila terjadi robekan parenkim otak maka digolongkan kedalam laserasi

    serebri.

    1. Lokasi lesi Lesi diffus

    Lesi kerusakan vaskuler otak

    Lesi fokal

    Kontusio dan laserasi serebri

    Hematoma intrakranial

    Hematoma ekstradural (hematoma epidural)

    Perdarahan ke dalam ruang epidural umumnya disebabkan oleh robeknya

    dinding salah satu arteri meningeal, biasanya arteri meningeal tengah, tapi

    pada 15% dari pasien pendarahan berasal dari salah satu sinus dural.

    Tujuh puluh lima persen berhubungan dengan fraktur tengkorak. dura

    dipisahkan dari tulang tengkorak oleh extravasated darah, dan ukurannya

    meningkat sampai pembuluh darah terkompresi atau tertutup oleh

    hematoma.2,3,5

    Dalam kebanyakan kasus, hematoma bersifat ipsilateral.

    epidural hematoma terutama pada orang muda; itu jarang terlihat pada

    orang tua karena dura menjadi semakin melekat pada tengkorak dengan

    usia lanjut.

  • 7/22/2019 Referat Cedera Kepala-Wenny

    15/31

    15

    Tanda dan diagnostic klinik1:

    -Lucid interval (+)

    -

    Kesadaran makin menurun

    -Late hemiparese kontralateral lesi

    -Pupil anisokor

    -Babinski (+) kontralateral lesi

    -Fraktur didaerah temporal

    Gejala dan tanda hematom epidural di fossa posterior:

    -Lucid interval tidak jelas

    -Fraktur kranii oksipital

    -Kehilangan kesadaran cepat

    -Gangguan serebellum, batang otak dan pernapasan

    -Pupil isokor

    Hematoma subdural

    Hematoma subdural biasanya dari vena, darah mengisi ruang antara

    membran dural dan arakhnoid. Dalam kebanyakan kasus, pendarahandisebabkan oleh pergerakan otak di dalam tengkorak yang dapat

    mengakibatkan peregangan dan merobek pembuluh darah yang mengalir

    dari permukaan otak ke sinus dural. Jarang terjadi sumber hematoma dari

    arteri kecil. Kebanyakan hematoma subdural terletak di atas convexities

    otak lateral, tetapi darah subdural juga dapat terkumpul di permukaan

    hemisfer, antara tentorium dan lobus oksipital, antara lobus temporal dan

  • 7/22/2019 Referat Cedera Kepala-Wenny

    16/31

    16

    pangkal tengkorak, atau di fosa posterior. CT biasanya menunjukkan

    kepadatan tinggi, dan seperti gambaran bulan sabit.1,2,3,6

    Pasien usia lanjut atau pengguna alkohol dengan atrofi otak sangat rentan

    terhadap perdarahan subdural; pada pasien ini, hematoma besar mungkin

    terjadi karena trauma ringan atau bahkan cedera yang bejalan perlahan.

    hematoma subdural akut, menurut definisi adalah gejala yang timbul

    dalam 72 jam setelah cedera, namun kebanyakan pasien memiliki gejala

    neurologis dari saat trauma. Setengah dari semua pasien dengan

    hematoma subdural akut kehilangan kesadaran pada saat cedera; 25%

    berada dalam keadaan koma ketika mereka tiba di rumah sakit, dan

    setengahnya sadar, kehilangan kesadaran untuk kedua kalinya atau lucid

    interval terjadi dalam beberapa menit hingga beberapa jam. Hemiparesis

    dan kelainan pupil adalah tanda-tanda neurologis fokal yang paling

    umum, terjadi dalam satu setengah sampai dua pertiga pasien. Gambaran

    umum berupa pelebaran pupil ipsilateral dan kontralateral hemiparesis.

    Namun, salah tanda umum dengan hematoma subdural akut karena

    herniasi uncal dapat menyebabkan kompresi batang otak kontralateral

    atau saraf kranial ketiga.

    Hematoma subdural kronis menunjukkan gejala setelah 21 hari atau lebih.

    Lebih cenderung terjadi pada pasien setelah usia 50 tahun. Dalam 25%

    sampai 50% kasus merupakan cedera kepala yang tidak disadari. Hampir

    setengah dari pasien memiliki sejarah kecanduan alkohol atau epilepsi

    dan trauma yang mungkin telah dilupakan. Faktor risiko lain untuk

    hematoma subdural kronis termasuk overdrainage dari shunts

    ventriculoperitoneal dan gangguan perdarahan, termasuk kondisi yang

    relevan dengan obat antikoagulan. Dalam kebanyakan kasus hematoma

    subdural kronis, perdarahan dari trauma ringan dengan kompresi otak

    sedikit atau tidak ada, karena bersama dengan atrofi otak. Setelah 1

    minggu, fibroblast pada permukaan bagian dalam dura membentuk

    membran luar yang tebal; setelah 2 minggu membran tipis dalam

    berkembang, menghasilkan bekuan enkapsulasi, yang mulai mencair.

    Pembesaran hematoma kemudian dapat terjadi dari pendarahan yang

  • 7/22/2019 Referat Cedera Kepala-Wenny

    17/31

    17

    berulang (misalnya, hematoma subdural akut-on-kronis) atau karena efek

    osmotik yang berkaitan dengan kandungan protein tinggi. CT biasanya

    menunjukkan massa isodense atau hypodense, berbentuk bulan sabit di

    permukaan otak, dan membran dapat meningkatkan dengan kontras

    intravena. Hematoma subdural kronis akhirnya yang mencair membentuk

    hygromas, dan dalam beberapa kasus mungkin berupa kalsifikasi.

    Hematoma subdural akut dan kronis dengan efek massa yang signifikan

    harus dievakuasi. Indikasi utama operasi adalah adanya efek massa gejala

    berupa defisit neurologis fokal, atau kejang.

    Pembedahan untuk evakuasi hematom tebal yang merupakan hematoma

    subdural akut biasanya memerlukan craniotomy besar. Hasil setelah

    bedah evakuasi tergantung pada tingkat keparahan awal, dan interval dari

    cedera ke operasi. Liquefied hematoma subdural kronis sering dapat

    dievakuasi dengan drainase. Reoperasi untuk hematoma subdural akut

    dan kronis yang dibutuhkan dalam sekitar 15% dari kasus.2,3,4

    Gambaran klinis berupa:

    -Akut : interval lucid 0-5 hari

    -Subakut : interval lucid 5 hari beberapa minggu

    -Kronik : interval lucid > 3 bulan

  • 7/22/2019 Referat Cedera Kepala-Wenny

    18/31

    18

    - Hematoma intraparenkhimal

    Perdarahan subarakhnoid

    Dalam kebanyakan kasus, darah subarachnoid hanya terdeteksi olehpemeriksaan CSF, dan pemeriksaan klinis kecil. Dengan cedera yang

    lebih serius, ketika vena besar yang melintasi subarahnoid robek, fokal

    atau perdarahan subarachnoid luas dapat dideteksi oleh CT. Meskipun

    adanya sejumlah besar darah di subarachnoid merupakan pertanda

    prognosis yang buruk, komplikasi perdarahan subarachnoid aneurysmal,

    seperti hidrosefalus dan iskemia dari vasospasm, tidak biasa terjadi

    setelah perdarahan subarakhnoid traumatik.

    Gejala dan tanda klinis berupa kaku kuduk, nyeri kepala, dapat terjadi

    gangguan kesadaran.

    Hematoma intraserebral

    Adalah perdarahan parenkim otak, disebabkan karena pecahnya arteri

    intraserebral mono atau multiple. Biasanya berhubungan dengan diffuse

    axonal injury dengan gejala dan tanda klinis:

    -Koma lama pasca traumatic

    -Disfungsi saraf otonom

    -Demam tinggi

  • 7/22/2019 Referat Cedera Kepala-Wenny

    19/31

    19

    2.5Diagnosis

    - Anamnesis

    Keadaan kecelakaan dan kondisi klinis pasien sebelum masuk ke ruang

    darurat harus dipastikan dari pasien (jika mungkin), dan saksi mata. Kekuatan

    dan lokasi cedera kepala harus ditentukan setepat mungkin. Pertanyaan khusus

    juga harus dibuat mengenai gegar otak; karena pasien amnestic selama gegar

    otak, hanya seorang saksi mata secara akurat dapat mengukur durasi kehilangan

    kesadaran. Anamnesis mencakup; trauma kapitis dengan /atau tanpa gangguan

    kesadaran atau dengan interval lucid, perdarahan/otorrhea/ rinorrhea serta

    amnesia traumatika.1,2

    - Pemeriksaan Fisik pemeriksaan klinis neurologis

    Pemeriksaan fisik secara umum dari kepala hingga kaki. Dapat

    ditemukan adanya kelainan sesuai dengan dampak cedera pada otak. Tengkorak

    harus teraba untuk fraktur, hematoma, dan luka. Pasien harus secara menyeluruh

    diperiksa tanda-tanda eksternal trauma leher, dada, punggung, perut, dan

    anggota badan. perdarahan dari hidung atau telinga mungkin menunjukkan

    kebocoran CSF; CSF berdarah dapat dibedakan dari darah melalui uji halo

    positif (yaitu, sebuah lingkaran CSF di bentuk darah ketika jatuh di atas

    selembar kain putih). Jika tidak ada campuran darah, CSF dapat dibedakan dari

    sekresi hidung karena konsentrasi glukosa CSF adalah 30 mg / dL atau lebih,

  • 7/22/2019 Referat Cedera Kepala-Wenny

    20/31

    20

    sedangkan sekresi lakrimal dan lendir hidung biasanya mengandung kurang dari

    5 mg / dL glukosa.

    Setelah menentukan tingkat kesadaran. Perhatian khusus harus diberikan

    pada kemampuan fokus, konsentrasi (misalnya, menghitung mundur dari 20 ke

    1, atau membaca secara terbalik), orientasi, dan memori. Gerakan mata, ukuran

    pupil dan bentuk, dan reaksi terhadap cahaya harus dicatat. Pupil lamban reaktif

    atau melebar menunjukkan herniasi transtentorial dengan kompresi saraf kranial

    ketiga. Midposition pupil, kurang reaktif, tidak teratur dapat terjadi karena

    cedera pada inti oculomotor di tegmentum otak tengah. Nystagmus sering

    terjadi gegar otak. Pada pasien koma, refleks oculocephalic dan oculovestibular

    harus diuji. Pemeriksaan motorik harus berfokus pada identifikasi kelemahan,

    asimetris atau sikap. Gerakan spontan harus dinilai untuk menilai penggunaan

    khusus dari anggota badan pada satu sisi. Jika pasien tidak sepenuhnya

    kooperatif, kelemahan dapat dideteksi oleh penilaian dari asimetri dari tonus

    atau refleks tendon, atau dengan adanya suatu pergeseran lengan, respon

    lokalisasi khusus dengan menggosok sternum, atau ekstensor plantar refleks.

  • 7/22/2019 Referat Cedera Kepala-Wenny

    21/31

    21

    Jika kerusakan terjadi jika terjadi di lobus frontal maka akan mengalami

    penurunan fungsi intelektual, personality, dan kelemahan otot. Pada lobus

    temporal akan mengalami gangguan bicara, pendengaran dan memory. Jika di

    lobus parietal mengalami gangguan maka pasien akan mengalami gangguan

    sensibilitas. Jika kerusakan pada lobus occipital pasien akan mengeluh adanya

    gangguan penglihatan dan Pada brain stem merupakan tempat untuk mengatur

    laju nadi, pernafasan dan tekanan darah.

    Dekortikasi menunjukkan cedera pada jalur corticospinal di tingkat

    diencephalon atau otak tengah atas. Sikap decerebrasi berarti cedera pada jalur

    motor di tingkat yang lebih rendah dari otak tengah, pons, atau medula.

    - Pemeriksaan Penunjang trauma kepala secara umum

    - Laboratorium

    Pemerksaan laboratorium yang dilakukan pada saat pasien pertama kali

    masuk ke RS serta saat pemantauan seperti pemeriksaan dara; Hb, leukosit,

    trombosit untuk mengetahui factor pemberat yang menyertai perdrahan.

    Ureum, kreatinin untuk mengetahui fungsi hati akibat perdarahan ataupun

    untuk interfensi obat-obatan yang akan dieksresikan melalui ginjal. Gula

    darah sewaktu juga diperlukan untuk mengetahui factor yang dapat

  • 7/22/2019 Referat Cedera Kepala-Wenny

    22/31

    22

    memperberat dampak cedera atau adanya penykit komorbid. Analisa Gas

    Darah dan elektrolit juga sebaiknya diperiksa untuk menilai adanya asidosis

    atau alkalosis yang dapat terjadi akibat dampak dari cedera, hipoventilasi

    misalny

    - Radiologi

    Foto polos kepala

    Foto polos kepala dengan berbagai posisi seperti AP, lateral berguna untuk

    melihat adanya fraktur tengkorak, tapi tidak menunjukkan jaringan lunak di

    dalam kepala.1,2

    CT Scan dan MRI

    CT adalah pencitraan darurat metode pilihan untuk cedera kepala. CT

    lebih informatif daripada rontgen tengkorak standar dan memberikan sensitivitas

    untuk mendeteksi darah intrakranial. Secara umum, semua pasien dengan cedera

    kepala harus memiliki CT, kecuali bagi mereka yang diklasifikasikan sebagai

    risiko rendah (misalnya, tanpa gegar otak, tanpa kelainan neurologis pada

    pemeriksaan, dan tanpa bukti atau kecurigaan dari patah tengkorak, alkohol atau

    keracunan obat, atau moderat-risiko kriteria lain). Kemungkinan mendeteksi

    intra serebral hemoragik oleh CT pada pasien ini hanya 1 dalam 10.000. MRI

    lebih baik untuk mendeteksi cedera halus otak, terutama untuk lesi fokal, tetapi

    pada umumnya tidak digunakan untuk evaluasi darurat kecuali dengan cepat dan

    mudah tersedia. Gambar CT harus dinilai untuk bukti adanya hematoma

    epidural atau subdural, subarachnoid atau intraventricular, memar parenkim dan

  • 7/22/2019 Referat Cedera Kepala-Wenny

    23/31

    23

    perdarahan, edema otak, dan memar berhubungan dengan diffuse axonal

    injury.1,2,3,4

    Gambar 2.1. CT Scan Epidural Hematom Gambar 2.1. CT Scan Epidural

    Hematom

    Gambar 2.1. CT Scan Arahnoid Hematom

    2.6Klasifikasi sesuai Glasgow Coma Scale (GCS)Cedera Kepala Ringan:1,5

    GCS 13-15

    Pingsan < 10 menit

  • 7/22/2019 Referat Cedera Kepala-Wenny

    24/31

    24

    Defisit neurologis (-)hanya gangguan fungsional

    CT scan Normal

    Cedera Kepala Sedang

    GCS 9-12

    Pingsan > 10 menit s/d < 6 jam

    Defisit neurologis (+)

    CT scan abnormal

    Cedera Kepala Berat

    BCS 3-8

    Pingsan > 6 jam

    Defisit neurologis (+)

    CT scan abnormal

    Glasgow Koma Scale

    Mata: Motorik:

    Verbal:

    Nilai

    4 Terbuka spontan

    3 Dengan perintah verbal

    2 Dengan nyeri

    1 Tidak ada respon

    Nilai

    6 Menurut perintah

    5 Depat melokalisir nyeri

    4 Fleksi terhadap nyeri

    3 Fleksi abnormal

    (dekortikasi)

    2 Ekstensi (deserebrasi)

    1 Tidak ada respon

    Nilai

    5 Orientasi baik

    4 Disorientasi tidak baik

    3 Kata-kata tidak tepat,

    hanya menangis

  • 7/22/2019 Referat Cedera Kepala-Wenny

    25/31

    25

    2.7PenatalaksanaanPenanganan emergensi sesuai dengan beratnya trauma kapitis (ringan, sedang,

    berat) berdasarkan urutan:

    1. Survey Primer

    a. Airway (jalan napas)

    Bebaskan jalan napas dengan memeriksa mulut, bila terdapat secret atau

    benda asing segera dikeluarkan dengan suction atau swab. Bila perlu

    dapat digunakan intubasi untuk menjaga patenisasi jalan napas.

    Waspadai bila ada fraktur servikal.

    b. Breathing (Pernapasan)

    Pastikan pernapasan adekuat, perhatikan frekwensi, pola napas

    dan pernapasan dada atau perut dan kesetaraan pengembangan dada

    kanan dan kiri. Bila ada gangguan pernapasan segera cari penyebab,

    gangguan terjadi pada sentral atau perifer. Bila perlu, berika oksigen

    sesuai kebutuhan. Pertahankan saturasi oksigen O2> 92%

    2 Mengerang

    1 Tidak ada respon

  • 7/22/2019 Referat Cedera Kepala-Wenny

    26/31

    26

    c. Circulation

    Jika pasien menunjukkan tanda-tanda ketidakstabilan

    hemodinamik, jalur IV harus segera terpasang. Karena autoregulasi

    aliran darah serebral sering terganggu pada cedera kepala akut, harus

    terus dipantau untuk menghindari hipotensi yang dapat menyebabkan

    iskemik otakatau hipertensi yang dapat memperburuk edema serebral.

    Pertahankan TD sistolik > 90 mmHg, hindari pemakaian cairan

    hipotonis. Vasopresor kerja pendek (misalnya, phenylephrine dan

    norepinephrine) dan agen antihipertensi (misalnya, labetalol dan

    nicardipine) adalah lebih baik karena kemampuan mereka untuk

    menstabilkan tekanan darah dalam kisaran terapeutik yang sempit.

    Nitroprusside natrium harus dihindari karena dapat melebarkan

    pembuluh cerebral dan meningkatkan ICP.1.2.

    d. Disability (mengetahui lateralisasi dan kondisi umum dan neurologis)

    Observasi:

    -Tanda vital: tekanan darah, nadi. Suhu, dan pernapasan

    -GCS

    -Pupil: ukuran, bentuk dan reflex cahaya

    -Pemeriksaan neurologis cepat: hemiparese, reflex patologis

    -Luka-luka

    -Anamnesa:AMPLE (allergies, Medication, Past Illness, Last Meal,

    event/Environtment related to the injury)

  • 7/22/2019 Referat Cedera Kepala-Wenny

    27/31

    27

    2. Survey Sekunder

    Laboratorium

    Darah: Hb, leukosit, trombosit, ureum kreatinin, Gula Darah Sewaktu ,

    Analisa Gas Darah dan elektrolit

    Urin: perdarahan

    Radiologi

    Foto polos kepala

    CT Scan otak

    Foto lain sesuai indikasi

    Managemen terapi

    -Siapkan untuk operasi pada pasien yang mempunyai indikasi

    -Siapkan ruangan intensif

    -Penanganan luka-luka

    -Pemberian obat sesuai kebutuhan

    Penanganan Kasus Cedera Kepala Ringan

    1. Pemeriksaan status umum dan neurologi

    2. Perawatan luka-luka

    3. Pasien dipulangkan dengan pengawasan ketat oleh keluarga selama 48 jam.

    Bila selama dirumah terdapat hal-hal sebagai berikut:

    a. pasien cenderung mengantuk

    b. sakit kepala yang semakin berat

    c. muntah proyektil

    Maka pasien harus segera dibawa kembali ke RS

  • 7/22/2019 Referat Cedera Kepala-Wenny

    28/31

    28

    4. pasien perlu dirawat apabila ada hal-hal berikut ini:

    a. ada gangguan orientasi (waktu dan tempat)

    b. sakit kepala dan muntah

    c. tidak ada yang mengawasi di rumah

    d. letak rumah jauh atau sulit untk kembali ke RS

    Penanganan Kasus Cedera Kepala Sedang dan Berat

    1. lanjutkan penanganan ABC

    2. pantau tanda vital (suhu, nadi, pernapasan, tekanan darah), pupil GCS,

    gerakan ekstremitas, sampai pasien sadar

    3. pantauan dilakukan tiap 4 jam

    4. lama pemantauan hingga GCS 15.

    Perhatian khusus ditujukan untuk mencegah terjadinya hipotensi.

    Data Traumatic Coma Data Bank (TCDB) menunjukkan bahwa hipotensi

    pada pasien dengan trauma kranoserebral berat akan meningkatkan angka

    kematian dari 27%50% (Wilkins, 1996). Tatalaksanan tradisional yang

    meliputi pembatasan cairan dalam mengurangi terjadinya edema otak,

    kemungkinan akan membahayakan pasien, terutama pada pasien yang telah

    mengaami banyak kehilangan cairan.1

    Hindari terjadi kondisi sebagai berikut:

    Tekanan darah sistolik < 90 mm Hg

    Suhu > 38 derajat Celcius

    Frekuensi nafas > 20 x / menit

    5. Cegah kemungkinan terjadinya tekanan tinggi intrakranial

    Posisi kepala ditinggikan 30

  • 7/22/2019 Referat Cedera Kepala-Wenny

    29/31

    29

    Bila perlu dapat diberikan Manitol 20% .Dosis awal 1 gr/kg BB, berikan

    dalam waktu 1/2 - 1 jam, drip cepat. Lanjutkan pemberian dengan dosis

    0,5 gr/kg BB drip cepat, 1/2- 1 jam.

    Berikan analgetika, dan bila perlu dapat diberikan sedasi jangka pendek

    Atasi komplikasi seperti kejang dengan pemberian profilaksis OAE

    selama 7 hari untuk mencegah immediate dan early seizure

    Pada kasus risiko tinggi infeksi akibat fraktur basis kranii /

    fraktur terbuka berikan profilaksis antibiotika, sesuai dosis

    infeksi intrakranial selama 10-14 hari.

    Gastrointestinal perdarahan lambung

    Demam

    DIC: pasien dengan trauma kapitis tertutup cenderung

    mengalami koagulopati akut.

    Pemberian cairan dan nutrisi adekuat

    Roboransia, neuroprotektan (citicoline), nootropik sesuai indikasi

    Indikasi Operasi

    1. EDH (epidural hematoma)

    >40 cc + midline shifting pada temporal / frontal / parietal dgn fungsi

    batang otak masih baik

    > 30 cc pada fossa posterior dengan tanda-tanda penekanan batang otak

    atau hidrosefalus dengan fungsi batang otak masih baik

    EDH progresif

    EDH tipis dengan penurunan kesadaran bukan indikasi operasi.

  • 7/22/2019 Referat Cedera Kepala-Wenny

    30/31

    30

    2. SDH (subdural hematoma)

    SDH luas (> 40 cc / > 5 mm) dengan GCS > 6, fungsi batang otak masih

    baik

    SDH tipis dengan penurunan kesadaran bukan indikasi operasi

    SDH dengan edema serebri / kontusio serebri disertai midline shift

    dengan fungsi batang otak masih baik

    3. ICH (perdarahan intraserebral) pasca trauma

    Penurunan kesadaran progresif

    Hipertensi dan bradikardi dan tanda-tanda gangguan nafas (Cushing

    reflex)

    Perburukan defisit neurologi fokal

    4. Fraktur kranii dengan laserasi serebri

    5. Fraktur kranii terbuka (pencegahan infeksi intra-kranial)

    6. Edema serebri berat yang disertai tanda peningkatan TIK, dipertimbangan

    operasi dekompresi

  • 7/22/2019 Referat Cedera Kepala-Wenny

    31/31