review film home - perspektif filsafat lingkungan

Upload: gunawan-muhammad

Post on 14-Oct-2015

50 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

This is a paper I have made for completing a task of Environmental Science philosophy class.

TRANSCRIPT

  • HOME: MANUSIA DAN PLANET BUMI

    Oleh:

    Gunawan Muhammad

    250120130502

    Review Article

    Diajukan Sebagai Tugas Pengganti Ujian Akhir Semester

    Mata Kuliah Filsafat Lingkungan

    Magister Ilmu Lingkungan

    Konsentrasi Pembangunan dan Konservasi Wilayah Pedesaan

    PROGRAM PASCASARJANA

    UNIVERSITAS PADJADJARAN

    BANDUNG

    2014

  • Program Magister Ilmu Lingkungan, Konsentrasi Pembangunan dan Konservasi Wilayah Pedesaan, Universitas Padjadjaran Home: Planet Bumi dan Manusia

    1

    Review Article

    ABSTRAK Film ini menyampaikan pesan yang mengkhawatirkan mengenai perubahan cuaca dan betapa cepatnya hal tersebut merubah planet bumi ini menjadi tempat yang tidak dapat dihuni oleh makhluk hidup. Padahal pada awalnya, planet bumi beserta makhluk hidup yang menghuninya bisa menyeimbangkan komponen-komponen biotik dan abiotik selama berabad-abad. Hal ini sebagian besar disebabkan oleh sivilisasi manusia yang berkeinginan untuk mengendalikan sumber daya alam yang mereka butuhkan untuk kesejahteraan hidup mereka. Dengan berevolusinya kebudayaan dari penggunaan energi otot menjadi energi fossil, manusia mulai membuang emisi ke planet bumi yang menyebabkan atmosfer bumi memburuk dan menimbulkan pemanasan global. Pemanasan global ini menyebabkan banyak sekali kerugian diantaranya mencairnya es di kutub dan salju abadi di beberapa tempat seperti pegunungan Himalaya dan Greenland, hal ini lalu menyebabkan kenaikan permukaan air laut dan mengurangi jumlah air tawar, dengan pelbagai prosesnya yang kompleks, hal-hal tersebut menyebabkan kemiskinan di Dunia meningkat. Oleh karena itu, film ini menghimbau masyarakat dunia untuk turut serta dalam memperbaiki lingkungan dengan berbagai macam cara. Adapun cara yang disarankan oleh penulis diantaranya: (1) kembali mengamalkan ajaran-ajaran agama; (2) kembali dari tenaga mesin ke tenaga manusia; dan (3) gunakan energi-energi terbarukan dan alternatif. Selain dari itu, film ini juga memberikan gambaran mengenai usaha beberapa Negara yang sudah sadar lingkungan dan berusaha menjaga keseimbangan planet Bumi agar tidak semakin buruk. Keywords: Home, film, movie, review, artikel, pemanasan global, lingkungan dalam perspektif agama

    1. Pendahuluan

    Planet Bumi, sampai saat ini, masih merupakan satu-satunya planet yang dapat dihuni oleh makhluk hidup di jagat raya. Selama kurang lebih tiga juta tahun kehidupan di planet ini seimbang dan menempati porsinya, sampai akhirnya muncul manusia yang merupakan makhluk bijaksana dan memiliki kemampuan untuk berpikir lebih dari makhluk hidup yang lainnya.

    Semenjak saat itu, manusia seakan-akan menjadi pemeran utama di planet biru ini. Kita menempati posisi teratas dalam piramida makanan dan menjadi predator terhebat karena bisa menggunakan akal dan pikiran untuk mencari makan. Seiring dengan berkembangnya cara hidup manusia, yang kemudian disebut dengan istilah kebudayaan, semakin meningkat pula jumlah populasi manusia di bumi ini. Hingga saat ini, bumi ditempati oleh 7 miliar manusia. Setiap tahun jumlah ini akan terus bertambah. Dengan meningkatnya jumlah populasi manusia yang menempati bumi, permintaan akan sumber daya alam untuk pemenuhan kebutuhan dasar manusia juga semakin meningkat, sehingga ekstraksi sumber daya alam dari ekosistem alami terus meningkat daripada tahun-tahun sebelumnya.

  • Program Magister Ilmu Lingkungan, Konsentrasi Pembangunan dan Konservasi Wilayah Pedesaan, Universitas Padjadjaran Home: Planet Bumi dan Manusia

    2

    Review Article

    Merasa dapat menguasai dan mengendalikan sumber daya alam yang tersedia di sekitar, sehingga kebutuhan dasar manusia selalu terpenuhi, kebutuhan lalu berubah menjadi keinginan. Manusia tidak lagi memanfaatkan akal pikir dan kebudayaan mereka untuk memenuhi kebutuhan yang paling mendasar, namun untuk memenuhi keinginan memiliki sesuatu. Walaupun disebut-sebut sebagai manusia bijak (Homo sapiens), manusia ternyata tidak bisa mengendalikan keinginannya dan memilih gaya hidup yang berlebihan. Teknologi kini dibuat untuk memenuhi gaya hidup dan keinginan manusia di perkotaan, padahal di beberapa Negara dan daerah di bumi ini, masih banyak manusia yang belum terpenuhi kebutuhan dasarnya.

    Teknologi pemenuh keinginan manusia tersebut ternyata tidak sempurna, banyak darinya membutuhkan energi dalam jumlah yang tidak sedikit (yang sebagian besar berasal dari fosil) dan menghasilkan emisi karbon penyebab pemanasan global di muka bumi. Bumi yang dulunya dapat senantiasa menjaga agar suhunya cenderung tetap dan tidak berubah secara drastis, kini semakin panas melebihi zaman-zaman yang pernah terlewati. Pemanasan ini menyebabkan mencairnya es-es abadi di kutub utara dan selatan serta di beberapa tempat tinggi seperti pegunungan Himalaya dan Greenland. Tentu saja, kejadian ini mengarah pada sesuatu yang lebih besar yang dapat membahayakan makhluk hidup yang ada di bumi lebih dari masa-masa sebelumnya.

    Yang sangat disayangkan dari serangkaian kejadian tersebut di atas, tidak banyak manusia yang menyadari hal ini. Kebanyakan manusia sibuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya masing-masing dan melupakan kedudukannya sebagai bagian dari alam dan planet bumi. Keadaan ini mirip dengan seekor kodok yang dimasukkan ke dalam air yang dididihkan, kemampuanya untuk menyerap panas dari lingkungannya membuatnya tidak menyadari bahwa air yang didiaminya sedang dipanaskan, sampai akhirnya air akan mendidih dan kodok akan mati. Analogi ini disebut dengan boiled frog sysdrome. Disadari atau tidak, umat manusia sedang mengalaminya sekarang.

    Tentu saja, manusia dengan kodok tidak bisa dianalogikan sesederhana itu. Manusia merupakan makhluk sosial, bisa mengingatkan satu sama lain. Adalah tugas kita semua untuk menyadarkan orang-orang di sekitar kita bahwa bumi yang kita tempati sudah berada dalam keadaan yang sangat parah dan semua perilaku buruk manusia terhadapnya harus segera dihentikan.

    Film Home, merupakan salah satu proyek dalam rangka memberikan gambaran kepada masyarakat di seluruh penjuru bumi ini bahwa keadaan planet yang ditinggalinya semakin memburuk, dan akan semakin memburuk jika manusia tidak merubah perilakunya. Di film ini juga digambarkan keadaan planet bumi sebelum dan sesudah dihuni oleh manusia, serta bagaimana manusia yang merupakan makhluk hidup baru yang menghuni planet ini, telah berhasil mengganggu keseimbangan alam dan merusak keadaan suatu sistem yang tadinya sangat sempurna menyeimbangkan dirinya sendiri.

    Dengan alasan-alasan di atas, penulis tertarik untuk mengulas film Home dan membandingkan kejadian-kejadian yang digambarkan di dalamnya dengan fakta-fakta yang ada dan diperkuat oleh penelitian-penelitian ilmiah yang telah dilakukan oleh para ilmuwan. Penulis juga akan menghubungkan beberapa

  • Program Magister Ilmu Lingkungan, Konsentrasi Pembangunan dan Konservasi Wilayah Pedesaan, Universitas Padjadjaran Home: Planet Bumi dan Manusia

    3

    Review Article

    fenomena yang digambarkan di dalam film ini dengan spiritualitas dan ajaran-ajaran agama yang ada di bumi, terutama ajaran agama Islam yang merupakan agama penulis. 2. Isi

    Film yang diproduseri oleh sutradara asal Perancis, Luc Besson, ini memperlihatkan lansekap dari 54 negara. Film ini juga menyampaikan pesan yang mengkhawatirkan mengenai perubahan cuaca dan betapa cepatnya hal tersebut merubah planet bumi ini menjadi tempat yang tidak dapat dihuni lagi. Film documenter ini bertujuan untuk mengajak penontonnya bergabung melakukan perilaku yang sustainable, dimulai dengan menunjukkan keadaan bumi sebelum dihuni oleh manusia.

    2.1. Bumi Sebelum Dihuni Manusia

    Planet Bumi, pada awalnya tidak lebih dari bola api, dipenuhi oleh asap seperti kebanyakan planet lain di jagat raya ini. Terdapat bukti-bukti ilmiah yang membuktikan kalau planet bumi terbentuk 4,6 miliar tahun yang lalu, memadat dari yang tadinya hanya gumpalan gas dan debu angkasa yang mengitari matahari. Namun fase ini diperkirakan berakhir pada 3,9 miliar tahun yang lalu (Campbell, et al., 2009).

    Atmosfir bumi pada mulanya diperkirakan dipenuhi oleh uap air, bersamaan dengan beberapa senyawa yang dikeluarkan oleh letusan gunung berapi, termasuk diantaranya Nitrohen (N2) dan pengoksidanya, karbon dioksida (CO2), metana (CH4), ammonia (NH3), hydrogen (H2), dan hydrogen sulfida (H2S). pada tahun 1920an, seorang kimiawan asal Rusia yang bernama A.L. Oparin dan seorang ilmuwan British J.B.S. Haldane membuat hipotesis bahwa atmosfer pertama bumi merupakan suatu lingkungan reduksi (penambahan electron), yang mana di dalamnya memungkinkan terbentuknya senyawa organik. Adapun energi yang dibutuhkan dalam pembentukan senyawa organik ini bisa jadi berasal dari petir dan radiasi Ultra Violet (UV) (Campbell, et al., 2009).

    Mereka juga membuat hipotesis bahwa proses-proses kimia dan fisika yang terjadi di bumi pada masa itu, dibantu oleh energi yang didapat dari petir dan radiasi UV, dapat membentuk sel yang sangat sederhana melalui empat tahapan yang paling utama yaitu: 1. pembentukan molekul organik (seperti asam amino dan nukleotida) melalui

    sintesis anorganik 2. penggabungan molekul-molekul sederhana ini menjadi makromolekul,

    termasik diantaranya protein dan asam nukleat 3. pembungkusan makromolekul-makromolekul tersebut diatas menjadi

    protobionts, yaitu tetesan makromolekul yang dibungkus oleh suatu membran yang mengatur proses kimiawi yang berbeda dengan lingkungan sekitarnya

    4. Molekul-molekul dasar yang dapat mereplikasi sendiri sehingga membuat penurunan sifat menjadi mungkin

    Dengan berkembangnya studi mengenai fossil, disimpulkan bahwa makhluk hidup yang paling tua dan pertama kali menempati planet bumi adalah organisme

  • Program Magister Ilmu Lingkungan, Konsentrasi Pembangunan dan Konservasi Wilayah Pedesaan, Universitas Padjadjaran Home: Planet Bumi dan Manusia

    4

    Review Article

    prokaryotik. Fossil organisme tertua adalah fossil Eobacterium isolatum, salah satu spesies archaebacteria, yang berbentuk batang. Organisme ini diperkirakan berasal dari 3.1 miliar tahun yang lalu (Wilson, et al., 1977). Organisme-organisme prokaryotik ini juga diduga sebagai penghuni satu-satunya bumi semenjak 3,5 miliar sampai 2,1 miliar tahun yang lalu (Campbell, et al., 2009). Oragnisme-organisme sederhana inilah yang merubah atmosfir di planet bumi sehingga bisa ditinggali oleh makhluk hidup.

    Mikroorganisme tersebut memiliki kemampuan untuk menangkap senyawa karbon mematikan yang tadinya memenuhi atmosfer bumi. Mereka secara tidak langsung mengubah karbon-karbon tersebut menjadi semacam tempurung yang melapisi tubuh mereka. Tempurung semakin tebal dan berlapis-lapis sampai sebagian besar karbon telah hilang dan berubah menjadi lapisan-lapisan bumi, kehidupan-kehidupan yang lain pun bermunculan di muka bumi.

    Dalam jangka waktu yang tidak sebentar, mikroorganisme prokaryotik berevolusi menjadi eukaryotik dan kemudian tumbuhan. Adanya tumbuhan merupakan titik balik atmosfir bumi sehingga sempurna untuk dihuni oleh semua makhluk hidup. Kemampuan tumbuhan yang dapat melakukan fotosistesis dengan memecah molekul air (H2O) dan mereaksikannya dengan karbondioksida (CO2) dengan bantuan sinar matahari yang ditangkap oleh klorofil, tumbuhan berhasil membuat atmosfer bumi dipenuhi oleh oksigen (O2) (Gambar 1.) yang sangat penting perannya bagi kehidupan hewan dan organisme heterotrof lainnya.

    Gambar 1. Reaksi Kimia Proses Fotosistesis

    Selain menghasilkan O2 yang sangat penting bagi makhluk hidup heterotrof, tumbuhan juga berperan dalam siklus air. Mereka menyerap air lalu melalui transpirasi menguapkannya ke udara. Walaupun tidak banyak, hal ini menyebabkan jumlah air di dalam tanah dan yang ada dalam bentuk uap air di atmosfer seimbang. begitulah seterusnya, siklus air ini tidak akan pernah terputus. Setiap makhluk hidup di bumi ini mengkonsumsi air yang sama, yang menguap ke udara, lalu diturunkan lagi melalui hujan. Sebagian besar awan hujan tertiup ke arah pegunungan lalu hujan diturunkan disana. Hal ini membuat sebagian air tersebut ditangkap oleh tumbuhan di hutan lalu disimpan sebagai air bawah tanah, dan sebagian lain yang tidak terserap mengalir melalui sungai. Air sungai perlahan-lahan memecahkan bebatuan dan membawanya ke laut sehingga air laut yang tadinya tawar menjadi penuh dengan mineral (Gambar 2.).

  • Program Magister Ilmu Lingkungan, Konsentrasi Pembangunan dan Konservasi Wilayah Pedesaan, Universitas Padjadjaran Home: Planet Bumi dan Manusia

    5

    Review Article

    Sumber: U.S. Geological Survey (2014)

    Gambar 2. Siklus Air Planet bumi beserta makhluk hidup yang menghuninya bisa

    menyeimbangkan komponen-komponen biotik dan abiotik selama berabad-abad. Air, udara, tanah, komponen-komponen yang tidak terpisahkan dan berhubungan satu sama lain. Hewan, tumbuhan, pemangsa dan yang dimangsa memiliki perannya masing-masing. Semuanya tidak ada yang diciptakan untuk kesia-siaan. Namun keseimbangan yang telah dibangun selama jutaan tahun ini kemudian rusak semenjak manusia hidup dan mengenal sivilisasi di planet bumi. 2.2. Bumi Setelah Dihuni Manusia

    Manusia bijak, atau Homo sapiens, diperkirakan muncul kurang dari 500 ribu tahun yang lalu. Terdapat perdebatan mengenai bagaimana munculnya manusia, teori evolusi yang menyatakan adanya kemungkinan kekerabatan manusia dengan kera menciptakan dua kubu: kubu yang setuju dan kubu yang tidak setuju. Namun hal itu tidak akan dibahas secara mendalam di dalam artikel ini, penulis akan lebih memfokuskan pada kehidupan di planet bumi setelah manusia bijak ini mengenal kebudayaan dan memutuskan untuk tidak lagi menjadi bagian dari bumi, namun lebih menjadi penakluk bumi.

    Pada awalnya, manusia hidup dengan cara berburu dan meramu untuk memenuhi kebutuhan energinya (Wilson, et al., 1977). Hal ini bisa dibuktikan dengan masih dilakukannya praktek berburu dan meramu di beberapa daerah yang masih tertinggal seperti Papua. Pada masa ini, manusia masih merupakan bagian dari alam, mereka tahu betul bagaimana menyeimbangkan populasi mereka dengan carrying capacity tempat tinggal mereka sehingga tidak terjadi pengrusakan dan ekstraksi sumber daya alam yang berlebihan. Praktik seperti ini dilakukan selama kurang lebih 180 ribu tahun, lalu manusia memutuskan untuk menetap.

  • Program Magister Ilmu Lingkungan, Konsentrasi Pembangunan dan Konservasi Wilayah Pedesaan, Universitas Padjadjaran Home: Planet Bumi dan Manusia

    6

    Review Article

    Sejak zaman itu, manusia selalu mencari tempat yang memiliki akses terhadap perairan. Hal ini terlihat sampai sekarang, tempat yang dekat dengan air selalu padat penduduk. Setelah memutuskan untuk menempati satu wilayah, manusia berusaha mengendalikan sumber daya alam yang mereka butuhkan, dimulai dari yang berada di sekitar mereka. Dari sini, timbulah ilmu pertanian, peternakan, perikanan, dan teknik mengendalikan sumber daya hayati lainnya untuk kesejahteraan manusia.

    Di satu sisi, manusia menemukan era baru, yaitu era dimana akal dan pikiran yang dianugerahkan kepadanya digunakan sebaik-baiknya demi kesejahteraan kehidupannya. Namun disisi lain, mausia ternyata tidak memiliki kemampuan yang mumpuni untuk memprediksi permasalahan-permasalahan yang mungkin muncul akibat perbuatannya. Misalkan, kecenderungan pertanian yang hanya menanam satu jenis tanaman menimbulkan adanya hama yang merusak dan berkurangnya produktivitas tanah, sehingga para kimiawan memutar otak mereka untuk menciptakan racun yang dapat membunuh hama-hama itu dan pupuk untuk menyuburkan tanah yang sudah kurang produktif. Hasil pertanian yang menghabiskan raturan ribu liter air ini sebagian besar (terutama di Negara maju yang sebagian besar penduduknya memakan daging sebagai makanan utama) digunakan untuk pakan hewan ternak. Selain lebih banyak menghabiskan air, produksi daging ternak ini lebih mirip suatu usaha bunuh diri yang dilakukan oleh manusia yang dilakukan secara bertahap dan sedikit demi sedikit. Bagaimana tidak, senyawa kimia beracun yang menempel pada tumbuhan akan berkumpul di dalam tubuh hewan ternak karena tidak bisa dicerna, lalu terjadilah akumulasi senyawa kimia beracun ini karena ternak terus menerus diberi makan tumbuhan yang beracun. Di kemudian hari, ternak-ternak ini akan dimakan oleh manusia sebagai makanan sehari-harinya. Daging-daging tersebut dijual di pasar-pasar tradisional maupun supermarket, namun tidak ada yang menyadarinya, semuanya berjalan seperti halnya tidak ada dan tidak akan terjadi apa-apa.

    Beriringan dengan semakin bertambahnya populasi manusia, permintaan akan sumber daya alam pun semakin meningkat. Hal ini memancing manusia untuk senantiasa memikirkan cara baru dalam mengelola sumber daya yang mereka punya.

    Teknologi pertanian dan peternakan yang semula sepenuhnya hanya menggunakan otot manusia, berubah menjadi memanfaatkan energi otot hewan. Lalu bahan bakar fossil ditemukan dan mesin mengambil alih semuanya, termasuk pengelolaan sumber daya alam yang sangat dibutuhkan oleh manusia. Pergeseran budaya ini telah dikemukakan oleh Leslie White, bahwa terdapat lima hirarki penggunaan energi yang tersedia di alam, setiap tingkatan mewakili semaju apa kebudayaan suatu peradaban. Adapun hirarki evolusi kebudayaan yang dikemukakan oleh Leslie White tersebut adalah: 1. Energi otot manusia 2. Energi hewan 3. Energi tumbuhan 4. Energi fossil 5. Energi nuklir

  • Program Magister Ilmu Lingkungan, Konsentrasi Pembangunan dan Konservasi Wilayah Pedesaan, Universitas Padjadjaran Home: Planet Bumi dan Manusia

    7

    Review Article

    Dengan berkembangnya kebudayaan manusia dengan beralih menggunakan energi fossil, limbah yang dihasilkan menjadi tidak terkendali dan bumi tiba pada era yang baru lagi, dimana udara di atmosfer semakin tidak baik untuk dihirup oleh makhluk hidup terutama manusia.

    Emisi yang sebagian besar merupakan senyawa karbon itu bersifat menyerap kalor, sehingga suhu bumi semakin lama semakin memanas. Dikarenakan diantara ekosistem yang satu dengan ekosistem yang lainnya saling terhubung di bumi ini, sehingga dimanapun dihasilkan emisi, efeknya akan terlihat di seluruh penjuru dunia. Dan ketika kita membicarakan pemanasan global, perubahan yang sangat drastis yang dapat terlihat adalah di daerah kutub utara dan kutub selatan, dimana ribuan ton air membeku sehingga ketinggian permukaan air laut tetap seimbang selama ini. Serta di daerah yang memiliki salju abadi seperti di pegunungan Himalaya dan Greenland.

    Es dan salju abadi yang selama ini membeku mencair dan airnya mengalir ke lautan yang merupakan air asin dan tidak dapat dimanfaatkan sebagai air minum oleh makhluk hidup termasuk manusia. Efeknya, permukaan air laut akan terus naik dan menenggelamkan beberapa pulau yang notabene dihuni oleh manusia.

    Intergovernmental Panel on Climate Change (2007) mengatakan beberapa efek pemanasan global yang sudah terjadi maupun yang akan terjadi adalah: 1. Amerika Utara: berkurangnya salju abadi di pegunungan sebelah barat;

    meningkatnya frekuensi, intensitas dan durasi gelombang panas di perkotaan 2. Amerika Latin: pergantian hutan hujan tropis secara gradual oleh savannah

    di Amazonia timur; berisiko hilangnya biodiversitas melalui kepunahan spesies di beberapa area tropis; perubahan yang signifikan akan ketersediaan air yang dapat dikonsumsi oleh manusia, pertanian dan generasi energi

    3. Eropa: meningkatnya risiko banjir; meningkatnya erosi di pesisir pantai dan meningkatnya permukaan air laut; berkurangnya tutupan salju dan wisata musim dingin; berkurangnya spesies secara ekstensif; berkuranya produktivitas pangan di Eropa bagian selatan

    4. Afrika: pada tahun 2020, sebanyak 75 sampai 250 juta orang diduga akan mengalami kekurangan air; pertanian yang diairi oleh air hujan akan berkurang sebanyak 50% di beberapa daerah pada tahun 2020; produksi pertanian, termasuk akses terhadap makanan, akan mengalami kemerosotan

    5. Asia: ketersediaan air minum diduga akan berkurang sangat drastic di Asia tengah, selatan, timur dan tenggara pada tahun 2050; daerah pesisir pantai akan berisiko sering terkena banjir; jumlah kematian yang diakibatkan oleh banjir dan kekeringan diperkirakan akan meningkat di beberapa daerah

    Tergambarkan sangat jelas efek dari pemanasan global ini terhadap berbagai kalangan masyarakat di seluruh penjuru dunia. Terutama terhadap akses air bersih untuk diminum, jumlahnya akan terus berkurang seiring dengan bertambahnya air laut. Keadaan ini, kemudian, menyebabkan dan meningkatkan kemiskinan tertama di Negara-negara berkembang yang seharusnya kaya akan sumber daya alamnya.

    Di India, masyarakat yang hidup di daerah gurun mengebor sumur sebagai sumber air minum mereka. Namun setiap tahunya, jumlah air minum terus berkurang dan sampai sekarang terdapat 30% dari jumlah total sumur

  • Program Magister Ilmu Lingkungan, Konsentrasi Pembangunan dan Konservasi Wilayah Pedesaan, Universitas Padjadjaran Home: Planet Bumi dan Manusia

    8

    Review Article

    dibengkalaikan karena sudah tidak menghasilkan air lagi. Hal ini sangat menyedihkan mengingat India memiliki banyak sekali sungai yang berasal dari gletser pegunungan Himalaya, seharusnya masyarakat India bisa memiliki akses terhadap air bersih yang tidak terbatas.

    Sumber: Nasa

    Gambar 3. Perbandingan es di kutub utara pada tahun 1984 dan 2012. Terlihat dengan jelas jumlah es semakin berkurang sebagai efek dari pemanasan global

    Di Arab, orang-orang tergiur untuk membuat pertanian di daerah gurun. Mereka mengebor daerah yang bisa menghasilkan air fossil, yaitu air yang tersimpan di bawah gurun 25.000 tahun yang lalu ketika di gurun tersebut masih turun hujan. Tanpa mereka sadari, air yang mereka gunakan secara berlebihan untuk supply sayuran di supermarket-supermarket perkotaan adalah air yang sangat berharga dan tidak dapat diperbaharui.

    Di Afrika, pulau yang seharusnya kaya akan sumber daya alamnya, kini hanya menyisakan lahan tandus yang tidak bisa digunakan untuk kepentingan apapun. Di sana 70% dari masyarakatnya berada di bawah garis kemiskinan.

  • Program Magister Ilmu Lingkungan, Konsentrasi Pembangunan dan Konservasi Wilayah Pedesaan, Universitas Padjadjaran Home: Planet Bumi dan Manusia

    9

    Review Article

    Kemiskinan di berbagai penjuru dunia diduga merupakan penyebab utama dari semakin parahnya kerusakan alam. Namun hal ini ditepis oleh Roberts (2013). Ia mengatakan bahwa memang jika melihat jumlah emisi total yang dihasilkan oleh suatu Negara, Negara-negara berkembang seperti India dan Cina menghasilkan emisi yang jauh lebih besar daripada Negara-negara maju. Namun jika melihat emisi yang dihasilkan perkapita, orang-orang di Negara maju menghasilkan emisi yang jauh lebih besar daripada di Negara-negara berkembang. Ia juga menyajikan data yang ia dapat ke dalam grafik (gambar 4.).

    Lalu, setelah semua fakta didapatkan dan semua orang di seluruh penjuru dunia sudah mengetahui bahwa pelaku pengrusakan bumi adalah kita semua, tanpa terkecuali orang-orang yang kaya atau miskin, Negara berkembang dan Negara maju, apakah kita akan tetap sibuk dengan keinginan pribadi yang lebih menyebabkan kerusakan alam? Jawabannya ada di tangan kita.

    Gambar 4.a. Grafik perbandingan jumlah emisi yang dihasilkan oleh Negara-

    negara maju dan Negara-negara berkembang

    Gambar 4.b. Grafik jumlah emisi per kapita. Terlihat bahwa orang-orang di Negara maju menghasilkan lebih banyak emisi dibandingkan Negara-negara

    berkembang

  • Program Magister Ilmu Lingkungan, Konsentrasi Pembangunan dan Konservasi Wilayah Pedesaan, Universitas Padjadjaran Home: Planet Bumi dan Manusia

    10

    Review Article

    3. Pemecahan Masalah

    Setelah menghadirkan begitu banyak permasalahan yang disebabkan oleh tangan manusia di planet bumi ini, film ini mengajak semua masyarakat di seluruh penjuru dunia untuk bersatu mengatasi semua permasalahan yang ada. Semua orang, miskin dan kaya, memiliki kemampuan untuk memperbaiki permasalahan yang terjadi. Adapun solusi yang dapat dilakukan oleh masyarakat adalah: 1. Agama, akan berperan penting dalam mengatasi semua permasalahan global

    ini. Selama ini, agama memiliki aturan dan himbauan kepada umatnya untuk senantiasa rukun dan menjaga alam yang telah diciptakan oleh Allah swt dengan sempurna. Hanya saja, umat manusia telah melupakannya dan tidak melaksanakan aturan-aturan serta himbauan-himbauan tersebut. Maka dari itu, jika umat manusia kembali mempelajari dan mengamalkan ajaran-ajaran agamanya secara kaffah, maka permasalahan lingkungan yang kompleks ini tidak akan sulit untuk teratasi. Adapun, diantara ajaran agama yang baik diamalkan oleh umat manusia dalam memperbaiki semua permasalahan lingkungan ini diantaranya:

    a. Kepercayaan bahwa alam adalah ciptaan Allah swt Di ajaran agama Islam, Allah swt berfirman di dalam Al-Quran bahwa setiap penjuru bumi ini menandakan kebesaran allah swt. Hal ini dituangkan dalam QS Adz-Dzariat ayat 20: dan di bumi itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang yang yakin (20) Tidak hanya di ajaran Islam, di ajaran umat Kristen-pun, dalam kitab Kejadian 1:1 2:3 diperlihatkan bahwa seluruh ciptaan Allah (swt) itu pada hakikatnya adalah baik. jika semua pemeluk agama, menyadari hal ini, maka setiap orang akan menghargai lingkungannya sebagai bentuk penghargaannya terhadap Allah swt yang telah menciptakan segalanya. Spiritualitas manusia terhadap alam-pun akan meningkat sehingga timbul rasa tidak ingin merusak Alam dan lingkungan yang ada di sekitarnya.

    b. Tingkatkan kesadaran untuk merawat alam Umat islam dianjurkan untuk senantiasa merawat alam tempat ia hidup. Hal ini dikarenakan di alam ini semuanya telah diciptakan oleh allah swt dengan seimbang dan tidak ada cela sedikitpun, tertuang dalam QS Al-Mulk ayat 3: (Maha Suci Allah) Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis, kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu melihat sesuatu yang tidak seimbang? (3)

  • Program Magister Ilmu Lingkungan, Konsentrasi Pembangunan dan Konservasi Wilayah Pedesaan, Universitas Padjadjaran Home: Planet Bumi dan Manusia

    11

    Review Article

    Selain ayat di atas, umat islam juga dianjurkan untuk tidak berbuat kerusakan di muka bumi ini. Hal ini tertuang dalam QS Al-Qashash ayat 77: Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu dan janganlah kamu melupakah bahagiamu dari kenikmatan duniawi dan berbuat baiklah kepada orang lain sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan (77) Dalam kitab kejadian umat Kristen (Kejadian 1:26-27; 2:7) juga dijelaskan bahwa manusia diciptakan sebagai bagian dari seluruh ciptaan sekaligus sebagai penatalayanan ciptaan Allah (swt) yang lain; Manusia juga ditugaskan untuk memakai dan memelihara bumi/ciptaan Allah (swt) yang lain (Kejadian 2:15), bukan semata-mata untuk menguasai dan menaklukannya. Di ajaran umat Hindu, di dalam Mahabaratha terdapat keterangan bahwa alam adalah pemberi segala keinginan dan alam adalah sapi perah yang selalu mengeluarkan susu (kenikmatan) bagi yang menginginkannya. Ungkapan ini mengandung arti bahwa bumi atau alam yang diibaratkan sebagai sapi perah harus dipelihara dengan baik karena banyak mengeluarkan kebutuhan yang diperlukan oleh manusia.

    c. Tingkatkan solidaritas antar umat manusia

    Umat Islam, dalam QS Al-Qashash yang telah dibahas di poin dua, dianjurkan untuk senantiasa berbuat baik kepada orang lain sebagaimana Allah swt berbuat baik kepada umatnya. Jika hal ini diamalkan dengan baik, maka solidaritas antar umat manusia akan semakin terjaga. Manusia tidak akan terbatasi oleh perbedaan suku dan Negara yang sebetulnya diciptakan oleh manusia. Tidak hanya di ajaran umat Islam, tertuang juga dalam Karaniyametta Sutta, ajaran umat Buddha mengenai solidaritas dan kesamarataan semua umat manusia: . Hendaklah ia berpikir semoga semua makhluk berbahagia. Makhluk hidup apapun juga, yang lemah dan yang kuat tanpa terkecuali, yang panjang atau yang besar, yang sedang, pendek, kecil atau gemuk, yang tampak atau tak tampak, yang jauh ataupun yang dekat, yang terlahir atau yang akan lahir, semoga semua makhluk bahagia

    d. Tingkatkan pendidikan masyarakat dunia Pendidikan bisa menjadi solusi jangka panjang bagi sebgaian besar permasalahan lingkungan yang terjadi di bumi. Selain kemiskinan, pendidikan yang rendah diduga menjadi faktor yang menyebabkan

  • Program Magister Ilmu Lingkungan, Konsentrasi Pembangunan dan Konservasi Wilayah Pedesaan, Universitas Padjadjaran Home: Planet Bumi dan Manusia

    12

    Review Article

    kerusakan lingkungan. Di ajaran Islam, anjuran untuk menuntut ilmu dituangkan dalam surat yang pertama kali turun, Al-Alaq ayat 1 -5: Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan (1). Dia menciptakan manusia dari segumpal darah beku (2). Bacalah dan Tuhanmu yang maha pemurah (3). Yang mengajar manusia melalui pena dan tulisan (4). Dia mengajar manusia apa yang hendak diketahuinya (5).

    e. Jadilah konsumen yang bertanggung jawab dan berhati-hati terhadap apa yang kita beli Permasalahan lingkungan sangat erat kaitannya dengan pola konsumsi masyarakat. Rasionalnya, tidak mungkin suatu perusahaan atau industri memproduksi barang atau jasa jika tidak ada demand dari konsumennya. Oleh karena itu, masyarakat seharusnya lebih memilih barang-barang dan jasa yang mereka beli, sehingga emisi dari proses jual dan beli barang-barang yang tidak terlalu penting menjadi berkurang. Di Islam, himbauan mengenai berhati-hati dalam membelanjakan harta telah disebutkan dalam beberapa ayat, diantaranya: hai orang-orang yang beriman, makanlah diantara rezeki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu.. (Qs. Al-Baqarah:172) Sesungguhnya tidaklah kamu menafkahkan suatu nafkah dengan ikhlas karena Allah kecuali kamu mendapat pahala darinya (Muttafaq Allaih) Serta larangan untuk membelanjakan harta terhadap sesuatu yang bersifat bermewah-mewahan: Dan jika kami ingin membinasakan suatu negeri, maka kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah), tetapi mereka melakukan kedurhakaan di dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan kami) kemudian kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya (Qs, Al-Isra :16)

    2. Kembalilah dari mesin ke tenaga manusia Salah satu solusi yang disarankan di dalam film ini adalah kembali menggunakan tenaga manusia daripada memanfaatkan tenaga mesin. Dengan tidak digunakannya lagi tenaga mesin, terutama dalam pertanian dan peternakan, ketergantungan akan bahan bakar fossil akan berkurang dan dapat mengurangi emisi secara signifikan. Selain daripada itu, dengan dimanfaatkannya tenaga manusia, akan banyak sekali orang-orang miskin yang terbantu karena dapat dipekerjakan dalam jumlah yang besar.

    3. Gunakan energi-energi terbarukan dan energi alternatif Jalan keluar lain dari permasalahan global ini adalah dengan beralih menggunakan energi-energi terbarukan dan energi alternatif. Misalkan

  • Program Magister Ilmu Lingkungan, Konsentrasi Pembangunan dan Konservasi Wilayah Pedesaan, Universitas Padjadjaran Home: Planet Bumi dan Manusia

    13

    Review Article

    menggunakan pembangkit listrik tenaga angin, pembangkit listrik tenaga gelombang laut, pembangkit listrik tenaga mikro hidro, dan banyak lagi energi alternatif yang sesungguhnya dapat dilakukan.

    4. Negara-Negara yang Telah Berwawasan Lingkungan

    Beberapa Negara di Dunia telah lebih dahulu menyadari permasalahan yang kompleks ini dan memutuskan untuk mengajak warga negaranya untuk berwawasan lingkungan. Negara-negara tersebut mengamalkan solusi-solusi yang brilian untuk permasalahan lingkungan, diantaranya: a. Lesotho, salah satu Negara termiskin di Dunia, ternyata merupakan salah satu

    Negara yang memberikan investasinya untuk pendidikan warga negaranya b. Qatar, salah satu regara terkaya di Dunia, telah membuka Universitas-

    Universitas terbaik untuk kepentingan penelitian dan ilmu pengetahuan c. Di Bangladesh, seseorang membuat sesuatu yang luar biasa untuk mengatasi

    kemiskinan: membuat bank khusus memberikan sumbangsih terhadap masyarakat miskin. Dalam kurun waktu 30 tahun, kegiatan ini telah merubah kehidupan 150 juta penduduknya

    d. Program Reforestrasi Nasional di Korea Selatan telah berhasil mengembalikan kondisi hutan yang telah rusak akibat perang, lebih dari 75% kertas juga telah di-recycle

    e. Costa Rica telah memutuskan untuk lebih memfokuskan dananya untuk konservasi ketimbang militer

    f. Gabon, telah menggalakan selective logging yang hanya mengambil satu batang pohon saja dalam satu hektar hutan

    Jika mereka telah berhasil melakukan kebaikan yang luar bisa itu, maka kita semua juga bisa melakukannya. Kita hanya perlu menumbuhkan kesadaran bahwa tidak ada orang lain yang dapat menyelamatkan bumi kita selain diri kita sendiri. Setelah semua manusia, penduduk bumi ini, bisa berpikir seperti itu, maka perdamaian di Bumi ini akan terwujud dan semua permasalahan lingkungan yang kompleks ini akan dapat teratasi sedikit demi sedikit. Semua kerusakan yang telah terjadi anggap saja sebagai pembelajaran yang sangat berharga agar kita manusia bisa berperilaku lebih bijak kedepannya. Tidak ada waktu untuk menjadi pesimis, planet ini membutuhkan peran serta kita.

    The metaphor is so obvious. Easter Island isolated in the Pacific Ocean once the island got into trouble, there was no way they could get free. There were no other people from whom they could get help. In the same way that we on Planet

    Earth, if we ruin our own [world], we won't be able to get help. - Jared Diamond, Collapse: How Societies Choose to Fail or Succeed

    5. Kesimpulan

    Film Home memberikan pesan kepada manusia untuk menyadari sudah sejauh mana kerusakan yang terjadi di Planet Bumi. Film ini juga mangingatkan manusia untuk ikut serta dalam memperbaiki lingkungan kita semua, karena planet bumi ini adalah milik kita bersama dan hanya kita yang dapat merawatnya.

  • Program Magister Ilmu Lingkungan, Konsentrasi Pembangunan dan Konservasi Wilayah Pedesaan, Universitas Padjadjaran Home: Planet Bumi dan Manusia

    14

    Review Article

    Adapun saran yang dapat ditangkap oleh penulis dari film ini dinataranya: (1) kembalilah kepada nilai-nilai agama; (2) kembalilah dari tenaga mesin ke tenaga manusia; dan (3) gunakan energi-energi terbarukan dan alternatif. Film ini juga menghimbau untuk mengikuti apa yang telah dilakukan oleh beberapa Negara dalam rangka memperbaiki keseimbangan di Bumi ini.

    Bahan Bacaan Campbell, N., reece, J., Urry, L., Cain, M., Wasserman, S., Minorsky, P., et al.

    (2009). Biology (8th Edition ed.). (b. Wilbur, Ed.) San Fransisco: njamin Cummings.

    Carson, R. (2002). The Silent spring. Harcourt: Houghton Mifflin. Diamond, J. (2005). Collapse: How Societies Choose to Fail or Succeed. New

    york: Penguin Group. Intergovernmental Panel on Climate Change. (2007). The Current and Future

    Consequences of Global Change. Retrieved June 19, 2014, from Global Climate Change: Vital Signs of the Planet: climate.nasa.gov/effects

    Roberts, F. (2013, November 1). 2012's Carbon Emissions in Five Graphs. Retrieved June 19, 2014, from The Carbon Brief: www.carbonbrief.org

    United State geologycal Survey. (2014, January 07). Water Cycle. Retrieved June 19, 2014, from USGS: Science for A Changing World: www.usgs.gov/default.asp

    Wilson, E., Eisner, T., Briggs, W., Dickerson, R., Metzenberg, R., O'brien, R., et al. (1977). LIFE (2nd Edition ed.). Sunderland, Massachusetts, United States of america: Sinauer Associates, Inc.