toksiko makalah
TRANSCRIPT
-
7/24/2019 TOKSIKO MAKALAH
1/25
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Tanaman andong (Cordyline fruticosa) merupakan tanaman obat yang belum
banyak dimanfaatkan, tanaman ini merupakan salah satu jenis tanaman yang
mengandung beberapa senyawa yang dapat digunakan untuk pengobatan. Tanaman
andong (Cordyline fruticosa) mengandung senyawa fenol, flavonoid, tannin, dan
saponin. Kandungan senyawasenyawa tersebut diduga dapat membunuh cacing.
!scaridia galli merupakan jenis nematoda parasit yang paling sering
ditemukan pada ayam kampung. Kejadian akut askaridiosis dapat menimbulkan
kerugian yang cukup besar dalam bidang peternakan, apalagi komoditas ternak
unggas, terutama ayam, memegang peranan yang sangat penting dalam penyediaan
protein hewani di "ndonesia, baik untuk produksi daging unggas maupun produksi
telurnya.
#arga obat cacing kimia yang relatif mahal merupakan salah satu alasan bagi
petani untuk tidak mengobati ternaknya, di samping alasanalasan lain yang seringmengemuka seperti efek samping yang ditimbulkan atau sulitnya cara pemberian.
$ntuk mengantisipasi penyebaran infeksi !scaridia galli yang semakin meluas maka
diperlukan alternatif lain untuk pengobatan helminthiasis pada ternak unggas,
pengobatan alami sebagai salah satu alternatifnya.
$ntuk mengatasi halhal tersebut perlu dicari alternatif obat cacing, yang
relatif murah harganya, Tanaman andong (Cordyline fruticosa) banyak ditemukan di
sekitar rumah. Tanaman ini mengandung saponin, tanin, flavonoid, polifenol,steroida, polisakarida, kalsium oksalat dan %at besi. &erdasarkan penelitianpenelitian
sebelumnya, senyawasenyawa aktif seperti fenol, flavonoid, saponin, tanin,
seskuiterpen, dan triterpenoid mempunyai aktivitas antihelmintik. Kandungan
1
-
7/24/2019 TOKSIKO MAKALAH
2/25
polifenol, flavonoid, saponin, dan tanin dalam daun tumbuhan ini diperkirakan dapat
menjadi antihelmintik.
1.2.Tujuan
'enelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya daya antihelmintik
infusa daun andong terhadapAscaridia galli, mengetahui C* dan T* infusa daun
andong terhadap Ascaridia galli, dan mengetahui kandungan senyawa aktif dalam
infusa daun andong yang terduga mempunyai daya antihelmintik.
2
-
7/24/2019 TOKSIKO MAKALAH
3/25
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Ascariia galli
CacingA. galli tersebar secara meluas pada negaranegara di suluruh dunia.
'enyebaran ascaridiosis dapat terjadi pada keadaan temperatur tropis dan subtropis.
!scaridiosis pada ayam pertama dilaporkan terjadi di +erman, selanjutnya terjadi di
&ra%il, "ndia, an%ibar, 'ilipina, &elgia, China, Kanada, dan "nggris. -elain pada
ayam,A. gallijuga ditemukan pada jenis unggas lainnya seperti angsa, kalkun, dan
pada burung liar (&anaja, */0).
Cacing A. galli merupakan cacing terbesar dalam kelas nematoda pada
unggas. Tampilan cacing dewasa adalah semitransparan, berukuran besar, dan
berwarna putih kekuningkuningan. Cacing ini memiliki kutikula ekstraseluler yang
tebal untuk melindungi membran plasma hipodermal nematode cacing dewasa. 'ada
bagian anterior terdapat sebuah mulut yang dilengkapi dengan tiga buah bibir, satu
bibir terdapat pada dorsal dan dua lainnya pada lateroventral. 'ada kedua sisi terdapat
sayap yang sempit dan membentang sepanjang tubuh. Cacing jantan dewasa
berukuran panjang /12 mm dan cacing betina dewasa 1//2 mm. Cacing jantan
memiliki preanal sucker dan dua spicula berukuran panjang /,3 mm, sedangkan
cacing betina memiliki vulva dipertengahan tubuh. Telur A. galli berbentuk oval,
kerabang lembut, tidak bersegmen, dan berukuran 104 5 316m (Tabiat, */).
-iklus hidupA. gallibersifat langsung yaitu7 pematangan seksual berlangsung
di dalam traktus gastrointestinal inang definitif dan stadium infektif () berlangsung
di dalam telur resisten berembrio di lingkungan bebas. Telur dikeluarkan bersama
feses inang definitif dan akan mencapai stadium infektif () dalam waktu /** hari
tergantung kepada temperatur serta kelembaban lingkungan. 8aur hidup
disempurnakan ketika telur infektifA. galli() teringesti oleh inang definitif melalui
makanan atau air terkontaminasi. Telur mengandung larva secara mekanik
3
-
7/24/2019 TOKSIKO MAKALAH
4/25
terbawa ke duodenum atau jejunum hingga menetas setelah 3 jam pasca ingesti.
-elama penetasan gelungan larva muncul dari ujung anterior telur melewati celah
terbuka keluar kedalam lumen intestinal untuk menjadi 0, larva 0 !. galli
melanjutkan fase histotropik dengan cara menanamkan dirinya pada lapisan mukosa
duodenum (fase jaringan) menjadi 3. 8urasi fase histotropik berlangsung selama 0
3 hari pasca infeksi. -etelah mengalami empat kali molting, (cacing muda) akan
tumbuh dan mencapai dewasa di dalam lumen duodenum. 'erioden prepaten cacing
A. galliberlangsung dalam waktu 9 minggu, dan /// minggu (Tabiat, */).
'ada sumber yang lain (&eriajaya,*//) dinyatakan bahwa siklus hidup
dimulai dari telur dikeluarkan melalui tinja dan berkembang di dalam udara terbuka
dan mencapai dewasa dalam waktu /* hari atau bahkan lebih. Telur kemudian
mengandung larva kedua yang sudah berkembang penuh dan larva ini sangat resisten
terhadap kondisi lingkungan yang jelek. Telur tersebut dapat tetap hidup selama 0
bulan di dalam tempat yang terlindung, tetapi dapat mati segera terhadap kekeringan,
air panas, juga di dalam tanah yang kedalamannya sampai / cm yang terkena sinar
matahari. "nfeksi terjadi apabila unggas menelan telur tersebut bersama makanan atau
minuman. Cacing tanah dapat juga bertindak sebagai vektor mekanis dengan cara
menelan telur tersebut dan kemudian cacing tanah tersebut dimakan oleh unggas.Telur yang mengandung larva dua kemudian menetas di proventrikulus atau
duodenum unggas. -etelah menetas, larva 0 hidup bebas di dalam lumen duodenum
bagian posterior selama 9 hari. Kemudian larva 0 mengalami ekdisis menjadi larva 3,
masuk ke dalam mukosa dan menyebabkan hemoragi. arva 3 akan mengalami
ekdisis menjadi larva . arva atau disebut cacing muda tersebut memasuki lumen
duodenum pada hari ke /1, menetap sampai menjadi dewasa pada waktu kurang lebih
90* hari setelah unggas menelan telur berembrio. arva 3 dapat memasuki jaringan
mukosa usus pada hari pertama dan menetap sampai hari ke 9/1. 'ada ayam yang
berumur kurang dari 0 bulan setelah larva memasuki duodenum kemudian mengalami
perubahan (moulting) menjadi larva 0 dan larva 3 serta berkembang menjadi dewasa
4
-
7/24/2019 TOKSIKO MAKALAH
5/25
lebih kurang 2 minggu setelah telur tertelan ayam, sedangkan pada ayam yang
berumur lebih dari 0 bulan periode tersebut sedikit lebih lama.
-ifat penyakit parasitik cacing A. galli biasanya berjalan kronis sehingga
menimbulkan gejala sakit yang perlahan atau subklinis. Kecacingan tidak
menyebabkan mortalitas tetapi menghasilkan morbiditas. Cacing parasitik bersifat
sebagai organisme patogenik dan beradaptasi sebagai parasit obligat yang
kehidupannya sangat tergantung kepada ketersediaan nutrisi pada inang definitif.
!daptasi ini dibutuhkan untuk pengelakan diri dari tanggap kebal inang definitif.
"nfeksi A. galli pada ayam yang normal umumnya singkat dan kadangkadang
menyebabkan kerusakan permanen. Tubuh ayam memiliki suatu sistem kekebalan
yang dapat melindungi tubuhnya dari unsurunsur patogen ('leidrup, */0).
:ejala yang terutama dari infeksi cacing ini terlihat selama masa prepaten,
ketika larva berada di dalam mukosa dan menyebabkan enteritis yang kataral, tetapi
pada infeksi berat dapat terjadi hemoragi. $nggas akan menjadi anaemia, diare, lesu,
kurus, kelemahan secara umum dan produksi telur menurun. -elain itu infeksi berat
juga dapat menyebabkan kematian karena terjadi penyumbatan usus. 'ada
pemeriksaan pasca mati terlihat peradangan usus yang hemoragik dan larva yang
panjangnya 1 mm ditemukan dalam mukosa usus. -elain itu kadangkadang
ditemukan parasit yang sudah berkapur dalam bagian albumin dari telur (&anaja,
*/0).
2.2. Tana!an An"ng
Tanaman andong (Cordyline fruticosa () !. Cheval) termasuk dalam bangsa
iliales, suku iliaceae, dan marga Cordyline (Kasahara dan #emmi, */0). ;enurut
8epkes (**/), nama daerah untuk tanaman andong ini diantaranya adalah &ak +uang(!ceh), injuang (;edan), Tumjuang ('alembang), #anjuang (-unda), !ndong
(+awa Tengah), Kayu $rip (;adura), !ndong (+akarta),
-
7/24/2019 TOKSIKO MAKALAH
6/25
Tanaman andong merupakan perdu tegak dengan tinggi 3 m, jarang
bercabang, batangnya bulat, keras, bekas daun rontok berbentuk cincin. 8aunnya
tunggal dengan warna hijau, ada juga yang berwarna merah kecoklatan. etak daun
tersebar pada batang, terutama berkumpul di ujung batang. #elaian berbentuk lanset
dengan panjang *2* cm dan lebar /0 cm. $jung dan pangkalnya runcing, tepinya
rata, pertulangannya menyirip dan tangkai daunnya berbentuk talang (8alimartha,
**2). &unga bermalai besar, muncul dari tengahtengah kluster daun. 'anjang bunga
antara 0*09 cm, melengkung dan bercabang. &unga berwarna keunguan dan terdiri
dari kelopak bunga yang sempit dengan 2 lobus runcing, 2 benang sari dan putik
putih dengan 0 ovarium (ittle +r. dan -kolmen, /494).
8aun tanaman andong banyak digunakan sebagai obat sakit kepala, diare,
disentri, T&C paru, asma, sakit kulit, inflamasi mata, sakit punggung, rematik, dan
encok (@arnsworth, /4227 :riffin dan ;aunwongyanthi, /4247 ?ahyuni, /497
?ijayakusuma, /443). Tanaman ini berkhasiat untuk menghentikan perdarahan
(hemostatis) dan meghancurkan darah beku pada memar (8alimartha, **2). 8aun
andong juga berkhasiat sebagai obat luka dan wasir (8epkes, **/).
:ambar /. Tanaman !ndong A a. !kar (!nonim, *//), b. 8aun, c. &atang, d. &unga
(!mrie%uka, *//).
Tanaman andong mengandung saponin, tanin, flavonoid, polifenol, steroida,
polisakarida, kalsium oksalat dan %at besi (8alimartha, **2).
a. -aponin
6
-
7/24/2019 TOKSIKO MAKALAH
7/25
-aponin adalah suatu glikosida (senyawa yang terdiri atas gula dan bukan
gula) yang bila dihidrolisis akan menghasilkan bagian aglikon yang disebut
sapogenin dan bagian glikon (Tyler, /412). -aponin mempunyai sifat larut dalam air
dengan membentuk busa yang stabil sehingga akan terdapat pada sediaan infusa
(?idowati, /444).
-aponin merupakan senyawa dengan rasa yang pahit dan mampu membentuk
larutan koloidal dalam air serta menghasilkan busa jika dikocok dalam air. -enyawa
ini dapat mengiritasi membran mukosa dan pada konsentrasi rendah dapat
menyebabkan hemolisis darah merah. -aponin dapat menurunkan tegangan
permukaan dari larutan berair (Tyler, /412).
b. Tanin
Tanin merupakan senyawa kimia yang tergolong dalam senyawa polifenol
(8eaville dkk., */*). Tanin mempunyai kemampuan mengendapkan protein karena
tanin mengandung sejumlah kelompok ikatan fungsional yang kuat dengan molekul
protein yang selanjutnya akan menghasilkan ikatan silang yang besar dan komplek
yaitu protein tannin (!hadi, **0). "katan antara tanin dan protein sangat kuat
sehingga protein tidak mampu tercerna oleh saluran pencernaan. 'embentukankomplek ini terjadi karena adanya ikatan hidrogen, interaksi hidrofobik, dan ikatan
kovalen antara kedua senyawa tersebut (;akkar, /440).
Tanin mempunyai berat molekul *,0 K8. Tanin alami larut dalam air dan
memberikan warna pada air. ?arna larutan tanin bervariasi dari warna terang sampai
warna merah gelap atau coklat karena setiap tanin memiliki warna yang khas (!hadi,
**0).
c. @lavonoid
@lavonoid termasuk dalam golongan senyawa fenolik dengan struktur kimia
C2C0C2 (?hite dan Bing, /43). +enis utama flavonoid yang terdapat dalam
tumbuhan yaitu dihidrokalkon, kalkon, flavan, katekin, leukoantosianidin, flavanon,
7
-
7/24/2019 TOKSIKO MAKALAH
8/25
flavanonol, flavon, flavonol, garam flavinium, antosianidin, dan auron (;iddleton
dan Chitan, /443). !glikon flavonoid bersifat agak asam sehingga dapat larut dalam
basa. Karena mempunyai sejumlah gugus hidroksil yang tak tersulih, flavonoid
merupakan senyawa polar dan umumnya cukup larut dalam pelarut polar seperti
etanol, methanol, butanol, aseton, dimetilsulfoksida, dimetilformamida, dan air
(;arkham, /499).
@lavonoid memegang peranan penting dalam biokimia dan fisiologi tanaman,
diantaranya berfungsi sebagai antioksidan, penghambat en%im, dan prekursor bagi
komponen toksik. @lavonoid pada tumbuhan juga berfungsi untuk mengatur
pertumbuhan, mengatur fotosintesis, mengatur kerja antimikrobia, antivirus, dan
antiserangga (#arborne, /442).
-
7/24/2019 TOKSIKO MAKALAH
9/25
siklopentana. 'ada tahuntahun terakhir ini, makin banyak senyawa steroid yang
ditemukan dalam jaringan tumbuhan. Tiga senyawa yang biasa disebut fitosterol
terdapat pada hampir setiap tumbuhan tinggi yaitu A sitosterol, stigmasterol, dan
kampesterol (#arborne, /4917 =obinson, /44).
f. 'olisakarida
'olisakarida dengan rumus umum (C2#/*)n adalah polimer alami yang
bila dihidrolisis menghasilkan banyak molekul monosakarida. 8alam nomenklatur
kimia, polisakarida merupakan glikan dan sebagai terdiri dari unit glikosil.
'olisakarida dibagi lagi menjadi golongan, yaitu homopolisakarida dan
heteropolisakarida. #omopolisakarida bila dihidrolisis hanya menghasilkan satu jenis
monosakarida, misalnya pati dan selulosa. #eteropolisakarida bila menghasilkan
lebih dari satu jenis monosakarida, misalnya inulin (Tewari dkk., /49/7 &e;iller,
**1).
'olisakarida dapat dibedakan satu sama lain karena unit monomer individu
bergabung secara spesifik kepala ke ekor. ;olekul polisakarida dapat linear atau
bercabang dalam salah satu dari beberapa cara yang berbeda. ;ereka dapat terdiri
dari satu jenis unit glikosil (homoglikan) atau dari dua sampai enam unit glikosilberbeda (heteroglikan) (&e;iller, **1).
g. Kalsium ksalat
Kristal ini adalah persenyawaan antara kalsium dan asam oksalat yang
tersebar pada berbagai organ tanaman yaitu batang, daun, bunga, buah, biji
(@ranceschi dan #orner, /49*) dan umbi (&radbury dan >i5on, /449). 'embentukan
kristal kalsium oksalat terjadi di dalam sel idioblas yang merupakan sel yang
berkembang dengan ukuran vakuola dan sitoplasma yang berbeda dengan sel di
sekitarnya ('rychid dkk., **9). Kristal kalsium oksalat dalam tanaman memiliki
berbagai fungsi antara lain sebagai pengumpul dan penerus cahaya matahari pada
daun, pengikat racun oksalat, meregulasi jumlah kalsium yang berlebihan atau
9
-
7/24/2019 TOKSIKO MAKALAH
10/25
kekurangan ("larslan dkk., /441). Kristal kalsium oksalat juga berperan dalam sistem
pertahanan terhadap herbivor (@ranceschi dan >akata, **).
h. at &esi
at besi merupakan unsur utama yang mendukung proses sintesis klorofil.
$nsur tersebut berperan dalam penempelan gugus metil dalam struktur molekul
klorofil (-antosa, l44*). @e bersifat immobil dalam tanaman, yaitu hara yang
keberadaanya tidak bisa dipindahkan dengan cara dirombak kembali dari satu
jaringan ke jaringan yang lain khususnya dari jaringan tua ke jaringan muda (Kim D
:uerinot, **1).
&erdasarkan polaritasnya, senyawasenyawa aktif yang terkandung dalam
daun andong termasuk senyawa polar. -aponin pada umumnya berada dalam bentuk
glikosida sehingga cenderung bersifat polar (#arbone, /491). @lavonoid umumnya
lebih mudah larut dalam air atau pelarut polar dikarenakan memiliki ikatan dengan
gugus gula (;arkham, /499). -enyawa golongan fenol bersifat polar atau semi polar
(#ayati dkk, */*). :olongan tanin yang merupakan senyawa fenolik yang bersifat
polar (#arbone, /491). -enyawa yang bersifat polar akan mudah larut dalam pelarut
polar, seperti air, metanol, etanol, dan asam asetat (8epkes =", ***).
$ntuk memperoleh kandungan aktif dari suatu bahan alam diperlukan proses
ekstraksi atau penyarian dengan menggunakan pelarut yang sesuai. &erbagai teknik
ekstraksi telah berkembang dengan didukung alatalat yang modern, namun teknik
ekstraksi sederhana juga masih sering dilakukan terutama oleh masyarakat umum
seperti menyeduh atau merebus tanaman obat (-upriyati dan -olikhah, */3).
2.#. In$usa
"nfusa adalah sediaan cair hasil penyarian simplisia nabati menggunakan air
pada suhu 4*oC selama / menit. "nfusa dibuat dengan cara mencampur simplisia
dengan derajat halus yang sesuai dalam panci dengan air secukupnya, kemudian
dipanaskan di atas penangas air selama / menit terhitung mulai suhu 4*oC sambil
10
-
7/24/2019 TOKSIKO MAKALAH
11/25
sekalikali diaduk. Campuran disaring selagi panas melalui kain kassa, ditambahkan
air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infusa yang
dikehendaki (-arwono, **2). 'embuatan infusa merupakan cara yang paling
sederhana untuk membuat sediaan herbal dari bahan lunak seperti daun dan bunga.
"nfusa dapat diminum dalam keadaan panas atau dingin (Tapan, **3).
"nfundasi adalah proses penyarian yang umumnya digunakan untuk menyari
kandungan %at aktif yang larut dalam air dari bahanbahan nabati. 'enyarian dengan
cara ini menghasilkan sari yang tidak stabil dan mudah tercemar oleh kuman dan
kapang. -ari yang diperoleh dengan metode infundasi tidak boleh disimpan lebih dari
3 jam (-arwono, **2). &eberapa penelitian antihelmintik juga menggunakan
sediaan infusa misalnya infusa biji dan daun pare (Kendyartanto, **9), infusa daun
sirsak (!rselyani, **), infusa daun nanas (;ighra, **1), infusa akar, biji, daun
papaya ('utri, **1), infusa rimpang bangle ('utri, **9), dan infusa daun mengkudu
(-adono, **/). "nfusa tersebut diuji daya antihelmintiknya terhadap !scaridia galli
secara in vitro.
2.%. Ant&el!intik
;enurut -amodra (**0), antihelmintik berasal dari kata anti yang berartimelawan dan helminth berarti cacing. +adi antihelmintik adalah obatobatan yang
membebaskan tubuh dari infeksi cacing, baik yang berada dalam saluran pencernaan
maupun jaringan lain. bat cacing digolongkan menjadi dua yaitu vermivuga dan
vermisida. Eermifuga adalah obat cacing yang pada dosis terapinya dapat
mengeluarkan cacing tanpa mematikan, sedangkan Eermisida adalah obat cacing
yang pada dosis terapinya dapat mengeluarkan cacing yang dimatikannya.
;enurut -iswandono dan -oekarjo (/44), mekanisme reaksi antihelmintikada 3 yaituA
11
-
7/24/2019 TOKSIKO MAKALAH
12/25
/. Kerja langsung yang dapat menyebabkan narkosis (tidak sadar), paralisis (lumpuh),
atau kematian cacing, sebagai contoh levamisol, pirantel pamoat dan
pipera%in.
.
-
7/24/2019 TOKSIKO MAKALAH
13/25
-
7/24/2019 TOKSIKO MAKALAH
14/25
. $ji 'endahuluan (!rselyani, **)
$ji pendahuluan dilakukan untuk mengamati tanda kematian cacing dan
menguji ketahanan hidup cacing di luar hospes. -ebanyak 9 ekor cacing direndam
dalam larutan pipera%ine sitrat *,F. Tandatanda kematian cacing dilakukan dengan
membandingkan aktivitas dan kondisi morfologis (bentuk dan warna) antara cacing
yang hidup dan cacing yang mati.
$ntuk mengetahui lama hidup cacing di luar tubuh hospes, delapan ekor
cacing dimasukkan ke dalam 0 ml larutan garam fisiologis dalam cawan petri dan
suhu dipertahankan 01oC (menggunakan inkubator). ?aktu yang dibutuhkan hingga
ada cacing yang mati diamati. ;ortalitas cacingA. galli dinilai dengan melihat tubuh
cacing. +ika cacing tidak bergerak atau tidak memberi respon pada waktu disentuh
dengan pinset, cacing dimasukkan ke dalam aGuadest yang bersuhu H* oC. +ika
cacing tetap tidak bergerak, dan juga menunjukkan tandatanda morfologis seperti
pada uji pendahuluan, cacing tersebut sudah mati. 'engamatan dilakukan setiap /
jam. 'ercobaan diulangi sebanyak 3 kali. ?aktu yang dibutuhkan hingga ada cacing
yang mati nantinya akan ditetapkan menjadi batas waktu pengamatan pada pengujian
daya antihelmintik.
0. $ji 8aya !ntihelmintik (Kendyartanto, **9 dengan modifikasi)
=ancangan percobaan yang digunakan adalah =ancangan !cak engkap
dengan perlakuan variasi konsentrasi infusa daun andong *, *, 3*, 2*, 9*, dan /**F
dengan 3 kali ulangan. $ji daya antihelmintik dilakukan dengan metode rendaman.
Cacing direndam infusa dalam cawan petri dan diinkubasi pada suhu 01oC. Cacing
yang digunakan pada setiap perlakuan adalah 9 ekor. ;ortalitas cacing diamati setiap
/ jam selama 0* jam. #asil uji dievaluasi secara statistik menggunakan analisis probitdengan program komputer -'-- /1.* untuk mengetahui C* dan T* infusa daun
andong. >ormalitas data yang diperoleh dilihat dengan uji Kolmorogov-mirnov,
dilanjutkan dengan !>E! kemudian 8;=T.
14
-
7/24/2019 TOKSIKO MAKALAH
15/25
3. $ji @itokimia ($sman, */0)
$ji fitokimia dilakukan untuk mengetahui kadar fenol, flavonoid, tannin, dan
saponin dalam infusa daun andong. $ji fenol dilakukan dengan cara mengambil
infusa daun andong sebanyak * 6l kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi,
dan ditambah *, ml pereaksi @olinCiocalteu dan 1, ml aGuades. Campuran
dibiarkan selama /* menit pada suhu kamar kemudian ditambahkan /, ml natrium
karbonat *F. Campuran diencerkan dengan aGuadest hingga /* ml dan diinkubasi
selama / jam. Campuran dipindahkan ke dalam kuvet hingga I volume kuvet. Kadar
fenol diukur pada panjang gelombang 12* nm menggunakan spektrofotometer $E
Eis. #asil yang diperoleh diplotkan dengan kurva standar asam galat (*A *,27 /,A
,7 7 /*7 *7 3*7 9*7 /2*7 0* mgJl) yang dipersiapkan dengan cara yang sama.
Kadar flavonoid ditentukan dengan cara menambahkan *,0 ml natrium nitrit
F pada * 6l infusa daun andong. -etelah menit, *,2 ml aluminium klorida /*F
ditambahkan dan ditunggu menit. Campuran ditambah ml natrium hidroksida /
;. !Guadest ditambahkan hingga /* ml dengan labu takar. Campuran diinkubasi
selama / jam. Campuran dipindahkan ke dalam kuvet, kemudian total flavonoid
diukur serapannya pada panjang gelombang /* nm. #asil yang diperoleh diplotkan
dengan kurva standar Guercetin (*7 /,207 0,/7 2, 7 /,A 7 *7 /**7 **7 3**
mgJl) yang dipersiapkan dengan cara yang sama.
'enentuan kadar tanin dalam infusa daun andong dilakukan dengan
mengambil * 6l infusa kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi, dan ditambah
dengan *, ml pereaksi @olinCiocalteu dan 1, ml aGuades. Campuran dibiarkan
selama /* menit pada suhu kamar kemudian ditambahkan /, ml natrium karbonat
*F. Campuran diencerkan dengan aGuadest hingga /* ml dan diinkubasi selama /
jam. Campuran dipindahkan ke dalam kuvet dan konsentrasi fenol diukur pada
gemoblang 12* nm menggunakan spektofotometer $EEis. #asil yang diperoleh
diplotkan dengan kurva standar asam tanat (2,7 /,7 7 *7 /**7 ** mgJl) yang
dipersiapkan dengan cara yang sama.
15
-
7/24/2019 TOKSIKO MAKALAH
16/25
$ji kualitatif saponin dilakukan menggunakan metode kromatografi lapis tipis
(KT). "nfusa daun andong diambil sebanyak ml kemudian ditambah dengan /* ml
larutan #-3 >. Campuran dipanaskan dengan refluks selama 0* menit. -etelah
didinginkan selama H / jam, saponin diekstraksi dengan /* ml dietil eter (digojok
selama /* menit). @ase dietil eter diambil kemudian ditotolkan pada plat silica
:@3. 'lat dieluasi menggunakan fase gerak C#Cl0metanol 4A. 'lat disemprot
dengan anisaldehid#-3dan kemudian dikeringkan. -pot diamati pada kotak lampu
$E. !danya spot biru violet menunjukkan adanya saponin.
16
-
7/24/2019 TOKSIKO MAKALAH
17/25
BAB I*
HASIL DAN PE'BAHASAN
%.1.Uji Pena&uluan
#asil uji pendahuluan menunjukkan bahwa ciriciri cacing yang telah mati
pada uji ini adalah cacing tidak bergerak ketika dimasukkan ke dalam aGuadest yang
bersuhu H *oC. -ecara morfologis, cacing yang mati tidak mengalami perubahan
bentuk yang signifikan. ?arna cacing yang mati agak lebih memucat dibandingkan
dengan cacing yang masih hidup. Kenampakan cacing yang mati dapat dilihat pada
:ambar /&.
#asil uji pendahuluan juga menunjukkan bahwa ratarata lama hidup cacing di
luar hospes adalah 0*, jam. &erdasarkan hal tersebut, waktu pengamatan pada uji
antihelmintik infusa daun andong tidak boleh melebihi lama waktu cacing hidup di
luar hospes agar tidak terjadi bias. #asil pengamatan uji ketahanan hidup cacing di
luar hospes dapat dilihat pada Tabel /.
17
-
7/24/2019 TOKSIKO MAKALAH
18/25
%.2.Da+a Anti&el!intik
'engujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah infusa daun andong dalam
berbagai konsentrasi mempunyai aktivitas antihelmintik terhadap !scaridia galli atau
tidak. 'engujian ini dilakukan dengan cara merendam cacing ke dalam infusa daunandong dan diinkubasi pada suhu 01oC, kemudian diamati waktu saat cacing tersebut
mati. 'erendaman bertujuan agar terjadi kontak antara infusa daun andong dengan
tubuh cacing, baik melalui kulit maupun saluran pencernaan, sehingga diharapkan
menimbulkan reaksi yang menyebabkan cacing mati. "nkubasi dilakukan pada suhu
01oC agar mendekati dengan suhu habitat cacing di usus ayam sehingga terjadinya
bias dapat dihindari.
8ari hasil pengamatan pada jam ke0*, terlihat bahwa kenaikan konsentrasiinfusa diikuti oleh kenaikan angka mortalitas cacing. 'enentuan C*0* jam
dilakukan menggunakan analisis probit dengan program -'-- /1. -etelah itu, T*
ditentukan menggunakan data konsentrasi yang mendekati C *0*jam. 'enentuan
T* juga menggunakan analisis probit dengan program -'-- /1. #asil 'enentuan
C *0*jam dan T* dapat dilihat pada Tabel .
18
-
7/24/2019 TOKSIKO MAKALAH
19/25
8ari Tabel , diketahui bahwa C*0*jam infusa daun andong terhadap !.
galli adalah 11,/91F yang artinya bahwa setengah dari populasi akan mati dalam
waktu 0* jam jika diberi perlakuan menggunakan infusa daun andong pada
konsentrasi 11,/91F. #asil ini hampir sama dengan C* infusa daun sirsak dalam
waktu /4 jam 1 menit yaitu 11,2F (!rselyani, **). 8ari waktu yang dibutuhkan,
infusa daun sirsak lebih efektif daripada infusa daun andong, tetapi terdapat
perbedaan perlakuan pada penelitian ini. !rselyani (**) tidak melakukan
pengontrolan suhu pada saat inkubasi cacing, inkubasi dilakukan pada suhu kamar.
Ketidaksesuaian suhu inkubasi dapat berpengaruh pada waktu kematian cacing
menjadi lebih cepat.
&erbeda dengan C* infusa daun pepaya muda (;ahendra, **1) yang
nilanya sangat kecil yaitu 0,0/F dalam waktu / jam. >ilai ini menunjukkan bahwa
dengan konsentrasi yang kecil, infusa daun pepaya dapat membunuh *F populasi
cacing dalam waktu / jam sehingga dapat dikatakan sangat efektif dalam membunuh
cacing. 'enelitian ini juga tidak menggunakan pengontrolan suhu dan menggunakan
medim yang berbeda yaitu glukosa salin. &erdasarkan penelitian !ribawa dkk.
(**9), penggunaan medium glukosa salin menyebabkan kematian yang lebih cepat
daripada medium larutan garam fisiologis. Cacing betina mati setelah //,00H/,/jam, sedangkan cacing jantan mati setelah 1,00H2,30 jam dalam medium glukosa
salin. 'engendalian suhu inkubasi sangat berpengaruh pada kelangsungan hidup
cacing. 'enggunaan jenis medium yang berbeda dan waktu pengamatan dalam
penelitian juga berpengaruh terhadap kematian cacing. @aktor internal yang
berpengaruh terhadap nilai C* yaitu kandungan %at aktif yang ada dalam masing
masing simplisia.
Tahapan selanjutnya yaitu penentuan T*. 'enentuan T* dilakukan
menggunakan data konsentrasi yang mendekati nilai C*0*jam tersebut yaitu data
pengamatan infusa 9*F. #asil analisis menunjukkan bahwa T* adalah selama
0,14 jam, yang berarti bahwa setengah populasi akan mengalami kematian jika
diberikan infusa daun andong 9*F selama 0,14 jam. +ika ditinjau dari nilai T*,
19
-
7/24/2019 TOKSIKO MAKALAH
20/25
keefektifan infusa daun andong 9*F dalam membunuh cacing lebih rendah
dibandingkan kontrol positif. >ilai T* infusa daun andong hampir sama dengan
T* infusa daun sirsak terhadap !scaridia galli (!rselyani, **).
-elain C* dan T*, parameter lain yang digunakan yaitu waktu kematian
cacing. #asil pengamatan menunjukkan bahwa pada jam ke cacing mulai mati yaitu
pada perlakuan infusa 3*F, 9*F, /**F, dan pipera%ine sitrat *,F. -emakin tinggi
konsentrasi infusa yang digunakan, semakin cepat pula cacing mengalami kematian.
#al ini sesuai dengan penelitian !rselyani (**) dan @itriana (**9). Kematian
/**F cacing tercepat terjadi pada jam ke pada perlakuan infusa 9*F, infusa
/**F, dan pipera%ine sitrat *,F, kemudian disusul oleh perlakuan infusa 2*F pada
jam ke0. 8ari hasil pengamatan terlihat bahwa konsentrasi infusa mempengaruhi
waktu kematian cacing. -emakin tinggi konsentrasi infusa, semakin banyak pula
kandungan senyawa aktif yang terkandung sehingga kematian cacing semakin cepat.
$ntuk melihat pengaruh perlakuan dan melakukan perbandingan antar
perlakuan, pada jam ke0*, dilakukan analisis ragam menggunakan !>E! dan
dilanjutkan dengan 8;=T jika data berdistribusi normal. +umlah kematian cacing
pada jam ke0* kemudian dibuat dalam persentase kematian.8ata persentase
kematian diuji normalitasnya menggunakan uji Kolmorogov-mirnov. -uatu data
dapat dikatakan normal jika signifikansinya lebih dari *,*. #asil uji normalitas
20
-
7/24/2019 TOKSIKO MAKALAH
21/25
menunjukkan bahwa data berdistribusi normal karena nilai signifikansinya adalah
*,*23.
!nalisis ragam menggunakan !>E! menunjukkan adanya perbedaan yang
sangat nyata antar perlakuan (signifikansi *,***). $ji lanjut yang dilakukan adalah
8uncan ;ultiple =ange Test menunjukkan perlakuan mana yang memberikan
pengaruh dan perlakuan mana yang tidak memberikan pengaruh. #asil 8;=T dapat
dilihat pada Tabel 0. &erdasarkan hasil 8;=T diketahui bahwa persentase kematian
dari beberapa perlakuan menunjukkan adanya beda nyata. "nfusa *F (kontrol negatif)
menunjukkan adanya beda nyata dengan semua perlakuan, kecuali perlakuan infusa
*F. #al tersebut menunjukkan bahwa infusa daun andong 3*F, 2*F, 9*F, /**F
dan pipera%ine sitrat mempunyai aktivitas antihelmintik. #asil 8;=T menunjukkan
bahwa infusa daun andong 2*F, 9*F, /**F, dan kontrol positif tidak menunjukkan
adanya beda nyata sehingga dapat dikatakan konsentrasi infusa 2*F merupakan
konsentrasi yang paling efektif dalam perannya sebagai antihelmintik.
!danya daya antihelmintik tersebut diperkirakan disebabkan oleh adanya
senyawasenyawa aktif yang merupakan metabolit sekunder dari daun andong.
-enyawa yang terbukti terkandung dalam infusa daun andong yaitu saponin, tannin,
fenol, dan flavonoid. ;etabolit sekunder dapat bekerja sendiri atau dalam kombinasi
sehingga menyebabkan paralisis (kelumpuhan) atau menyebabkan kematian cacing.
"nteraksi sinergis dari beberapa metabolit telah terbukti lebih efektif daripada
metabolit tunggal (Kaufmann, /442). !ksi metabolit tanaman sebagai antihelmintik
dapat berupa aksi aditif, sinergis, atau antagonis. ;etabolitmetabolit tersebut dapat
bertindak di satu atau beberapa lokasi target pada cacing (?ynn dan @ougere, **1).
-aponin dapat menurunkan tegangan permukaan dari larutan berair (Tyler,
/412) sehingga kontak antara infusa dengan kulit cacing menjadi lebih cepat dan
efektif. -elain itu, saponin dapat mengiritasi membran mukosa (Tyler, /412). -aponin
diketahui menyebabkan penolakan makanan dan kelaparan sehingga cacing akan
kekurangan energi dan mengalami kematian (Kaufmann, /442). Tanin merupakan
21
-
7/24/2019 TOKSIKO MAKALAH
22/25
salah satu senyawa aktif yang mempunyai kemampuan mengendapkan protein
dengan membentuk kompleks yang kuat (;akkar, /440). Kemampuan tannin tersebut
akan menyebabkan terjadinya penghambatan en%im dan kerusakan membran (-hahidi
D >ac%k, /44). Tanin dapat mengikat protein bebas pada saluran pencernaan cacing
atau glikoprotein pada kutikula cacing sehingga mengganggu fungsi fisiologis seperti
motilitas, penyerapan nutrisi dan reproduksi (#oste dkk., **27 :ithiori dkk., **2).
Tanin juga mengganggu proses pembentukan energi di cacing dengan memutus
fosforilasi oksidatif (;artin, /441).
@lavonoid dapat berperan sebagai antioksidan, penghambat en%im, dan
prekursor bagi komponen toksik (;iddleton dkk., /449). #avsteen (**) melihat
adanya efek positif dari berbagai macam flavonoid pada sel hewan dan sel tumbuhan
dalam hubungannya dengan aplikasi terapeutik, kemampuannya dalam menghambat
en%imen%im spesifik, mensimulasi hormon dan neurotransmitter, dan menangkal
radikal bebas. &eberapa flavonoid juga diketahui dapat membunuh banyak strain
bakteri, menghambat en%im virus misalnya reverse transcriptase dan protease dan
menghancurkan beberapa proto%oa patogen. @lavonoid memiliki peran penting dalam
pengobatan medis dan sejak abad terakhir flavonoid menjadi pusat perhatian dalam
berbagai bidang penelitian medis termasuk farmakologi parasit (#rckova danEelebny, */0). 8alam banyak ekstrak tanaman yang menunjukkan aktivitas
antihelmintik yang tinggi, analisis kimia menunjukkan adanya flavonoid, bersama
dengan metabolitmetabolit sekunder yang lain. ;eskipun toksisitas flavonoid
terisolasi terhadap selsel hewan sangat rendah (;iddleton dkk., ***), beberapa
flavonoid (genistein, kaemferol, rutin, Guercetin) menunjukkan efek merusak cacing
parasit (#rckova dan Eelebny, */0).
Komponen fenolik juga mempunyai mekanisme tersendiri dalam
menghasilkan aktivitas antihelmintik. 'enelitian 'aria dkk. (*/) menunjukkan
adanya kandunngan polifenol dan flavonoid sebagai salah satu komponen kimia
terbesar yang bertanggung jawab dalam aktivitas antihelmintik. ;ekanisme fenol
dalam membunuh cacing adalah dengan cara mengganggu proses penghasilan energi
22
-
7/24/2019 TOKSIKO MAKALAH
23/25
cacing. @enol mampu memutus reaksi pada fosforilasi oksidatif dan mengganggu
glikoprotein pada permukaan sel (+ohn dkk., **17 'atel dkk., */*7 #erekrishna
dkk., */*7 &orba dkk., */*).
8alam penelitian ini, diketahui bahwa infusa daun andong pada konsentrasi
3*, 2*, 9*, dan /**F mempunyai daya antihelmintik terhadap !scaridia galli secara
in vitro. #al ini merupakan hal yang wajar karena infusa daun andong mempunyai
kadar senyawa aktif (saponin, tanin, fenol, dan flavonoid) yang tinggi. 8alam
kebanyakan kasus, hal ini tidak sesuai dengan kadar senyawa aktif yang dikonsumsi
oleh hospes (inang) ketika suatu ekstrak diminumkan kepada hospes. #al ini
mengakibatkan ekstrak tersebut efektif ketika diuji secara in vitro, namun ketika diuji
secara in vivo keefektifannya menurun (>ie%en dkk., /4497 >ie%en dkk., **7
T%amaloukas dkk., **).
'engujian in vitro memang menawarkan biaya yang murah dan waktu yang
cepat, namun hasilnya tidak selalu diverivikasi dengan model in vivo dan yang
menjadi pertanyaan adalah apakah uji in vitro relevan dengan uji in vivo
(!thanasiadou dan Kyria%akis, **3). &erbagai model dan metode yang tersedia
untuk pengujian antihelmintik dan kurangnya tindakan untuk meminimalkan
variabilitas pengujian semakin meningkatkan kerancuan tentang sifat antihelmintik
suatu ekstrak tumbuhan (!thanasiadou dkk., **7 T%amaloukas dkk., **). #al ini
akan menyebabkan penyelidikan lebih holistik untuk sifat tanaman dengan sifat
antiparasit dan mempengaruhi pemanfaaatan potensi tanaman tersebut dalam bidang
peternakan (!thanasiadou dkk., **1).
23
-
7/24/2019 TOKSIKO MAKALAH
24/25
BAB *
PENUTUP
,.1. Kesi!)ulan
&erdasarkan hasil pengujian aktivitas antihelmintik infusa daun andong
terhadap !. galli, dapat disimpulkan hasil dari penelitian sebagai berikut A (/) "nfusa
daun andong 3*F, 2*F, 9*F, dan /**F mempunyai aktivitas antihelmintik terhadap
cacing !. galli. Konsentrasi infusa yang paling efektif adalah 2*F. () C*0* jam
infusa daun andong terhadap !. galli adalah 11,/91F. T* untuk infusa daun
andong 9*F adalah 0,14 jam. (0) -enyawa aktif yang terkandung dalam infusa
daun andong yang diduga mempunyai aktivitas antihelmintik adalah saponin, fenol
(0/,99 mgJml), flavonoid (/9,3* mgJml), dan tanin (3,92 mgJml).
,.2. Saran
'erlu dilakukan pengujian aktivitas antihelmintik daun andong dengan
menggunakan sediaan lain selain infusa agar diketahui sediaan yang paling efektif
dalam perannya sebagai antihelmintik terhadap !.galli. () 'erlu dilakukan penelitian
lanjutan mengenai aktivitas antihelmintik infusa daun andong terhadap !. galli secarain vivo agar infusa daun andong benarbenar dapat digunakan sebagai obat cacing
gelang ayam. (0) 'erlu dilakukan pengujian aktivitas antihelmintik tanaman lainnya
agar didapatkan tanaman yang lebih efektif dalam perannya sebagai antihelmintik
terhadap !.galli.
24
-
7/24/2019 TOKSIKO MAKALAH
25/25
DA-TA PUSTAKA
!sih, !stri., Kianto !tmodjo., dan uniarti !ida. */3. Antihelmintik Infusa Daun
Andong (Cordyline fruticosa) terhadap Ascaridia galli secara In Vitro he In
Vitro Anthelmintic of Andong (Cordyline fruticosa) !eaf Infuse on Ascaridia
galli. ogyakartaA 'rogram -tudi Teknobiologi "ndustri, @akultas
Teknobiologi $niversitas !tma +aya.
&anaja et all, /*0, "ltrastructural and genetic characteri#ation of the two Ascaridia
galli and A. columbae from birds in aif, $audi Arabia. ife -cience +ournal
*/07/*(). /8epartment of &iology, @aculty of -cience, Taif $niversity, Taif,
-audi !rabia, &iotechnology and :enetic asional "novasi
Teknologi 8alam ;endukung $sahaternak $nggas &erdayasaing. &alai &esar
'enelitian Eeteriner +l. =o 0* &ogor.
'leidrup et all, */0, Ascaridia galli infection influences the de'elopment of both
humoraland cellmediated immunity after ewcastle Disease 'accination in
chickens. +E!C/393/. ational Eeterinary
"nstitute, 8ivision of Eeterinary 8iagnostics and =esearch, Technical
$niversity of 8enmark, &Llowsvej 1, 8K/91*@rederiksberg C, 8enmark.
Tarbiat. &, */0, *n'ironmental tolerance of the freeli'ing stages of the poultry
roundworm (Ascaridia galli). Eeterinary ;edicine and !nimal -cience.
-wedish $niversity.
25