tugas metode ilmiah

Upload: liansiahaan

Post on 13-Oct-2015

65 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

fk ums

TRANSCRIPT

  • TUGAS METODE ILMIAH

    PEMANFAATAN LIMBAH TULANG IKAN LELE

    (Clarias batrachus) SEBAGAI SUMBER KALSIUM DENGAN

    METODE HIDROLISIS PROTEIN

    PROPOSAL PENELITIAN

    Oleh :

    AHMAD JAUHARUL FARID

    26030110110038

    FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

    UNIVERSITAS DIPONEGORO

    SEMARANG

    2013

  • I. PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Pengetahuan mengenai fungsi dan akibat defisiensi kalsium sebaiknya

    diberikan kepada masyarakat luas karena defisiensi kalsium tidak dapat dideteksi

    secara dini, dan tidak dapat juga dideteksi dari sampel darah karena kandungan

    kalsium dalam darah tetap normal walaupun terjadi defisiensi kalsium pada

    tulang. Perubahan kandungan kalsium dalam darah (normal 9-10 mg/100 ml) baik

    calcium rigor (hiperkalsemia) maupun calcium tetani (hipokalsemia) yang

    ditandai oleh kontraksi otot yang tidak terkontrol karena perubahan stimulasi sel

    saraf lebih disebabkan karena kekurangan vit D atau malfungsi dari glandula

    sehingga terjadi ketidakseimbangan hormonal yang meregulasi konsentrasi

    kalsium dalam darah. Defisiensi kalsium kronis karena kekurangan dalam asupan

    makanan maupun ketidaknormalan absorbsi dalam usus dapat diketahui bila

    kondisinya sudah parah dan sulit disembuhkan (reassembled). Kekurangan

    kalsium pada anak-anak menyebabkan rickets (rakhitis) dan pada orang dewasa

    dapat menyebabkan osteomalacia (adult rickets) dan osteoporosis (Whitney dan

    Hamilton, 1987). Untuk mencegah kekurangan kalsium perlu konsumsi kalsium

    dan vitamin D dalam jumlah yang cukup serta konsumsi protein yang seimbang.

    World Health Organization merekomendasikan jumlah asupan kalsium per

    hari yang dianjurkan untuk orang dewasa sekitar 400-500 mg tetapi bila konsumsi

    proteinnya tinggi dianjurkan mengkonsumsi 700-800 mg. Untuk anak-anak dan

    remaja lebih tinggi asupannya dan untuk wanita hamil/menyusui dianjurkan

    mengkonsumsi 1200 mg (Whitney dan Hamilton, 1987).

  • 1.2. Perumusan Masalah

    Selama ini yang direkomendasikan sebagai sumber kalsium terbaik adalah

    susu. Tetapi harga susu bagi sebagian masyarakat masih terhitung mahal, oleh

    karena itu perlu dicari alternatif sumber kalsium yang lebih murah dan mudah

    diadsorbsi. Kalsium yang berasal dari hewan seperti limbah tulang ikan sampai

    saat ini belum banyak dimanfaatkan untuk kebutuhan manusia. Tulang ikan

    merupakan salah satu bentuk limbah dari industri pengolahan ikan yang memiliki

    kandungan kalsium terbanyak diantara bagian tubuh ikan, karena unsur utama

    dari tulang ikan adalah kalsium, fosfor dan karbonat. Ikan lele merupakan

    komoditas perikanan Indonesia yang mudah dijumpai dan harganya murah.

    1.3. Tujuan Penelitian

    Tujuan penelitian ini adalah untuk memanfaatkan limbah tulang ikan tuna

    sebagai tepung tulang berkalsium tinggi dan mengetahui karakteristik mutu

    tepung tulang yang dihasilkan dengan waktu autoklafing dan frekuensi perebusan

    yang berbeda pada proses hidrolisis protein dalam pembuatan tepung tulang.

    1.4. Manfaat Penelitian

    Manfaat dari penelitian ini memberikan adalah sebagai berikut :

    1. Memberikan informasi kandungan kalsium yang terdapat di dalam tulang ikan

    lele.

    2. Mengetahui cara hidrolisis protein pada tulang ikan lele dengan benar.

  • II. TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Deskripsi dan Klasifikasi Ikan Lele (Clarias batrachus)

    Lele merupakan jenis ikan konsumsi air tawardengan tubuh memanjang dan

    kulit licin. Dalam bahasa Inggris disebut pula catfish, siluroid, mudfish dan

    walking catfish.

    Klasifikasi ikan lele menurut Saanin (1984) adalah:

    Kingdom : Animalia

    Sub-kingdom : Metazoa

    Phyllum : Chordata

    Sub-phyllum : Vertebrata

    Klas : Pisces

    Sub-klas : Teleostei

    Ordo : Ostariophysi

    Sub-ordo : Siluroidea

    Familia : Clariidae

    Genus : Clarias

    Spesies : Clarias batrachus

    Ikan lele tidak pernah ditemukan di air payau atau air asin. Habitatnya di

    sungai dengan arus air yang perlahan, rawa, telaga, waduk, sawah yang tergenang

    air. Ikan lele bersifat noktural, yaitu aktif bergerak mencari makanan pada malam

    hari. Pada siang hari, ikan lele berdiam diri dan berlindung di tempat-tempat

    gelap. Di alam ikan lele memijah pada musim penghujan. Ikan lele dapat hidup

    pada suhu 20 oC, dengan suhu optimal 25-28 oC. Pertumbuhan larva diperlukan

  • kisaran suhu antara 26-30 oC dan untuk pemijahan 24-28 oC, pada pH 6,59

    (Mahyudin 2008).

    2.2. Tulang Ikan

    Tulang ikan merupakan salah satu limbah hasil pengolahan perikanan yang

    dapat dimanfaatkan sebagai tepung untuk bahan pangan. Tulang ikan banyak

    mengandung kalsium dalam bentuk kalsium fosfat sebanyak 14 % dari total susunan

    tulang. Bentuk kompleks kalsium fosfat ini terdapat pada tulang dan dapat diserap

    oleh tubuh dengan baik sekitar 60-70 % (Subasinghe, 1996).

    Tulang dibentuk dalam dua proses yang terpisah, yaitu pembentukan matriks

    dan penempatan mineral ke dalam matriks tersebut. Tiga jenis komponen seluler

    terlibat didalamnya dengan fungsi yang berbeda-beda yaitu osteoblas dalam

    pembentukan tulang, osteosit dalam pemeliharaan tulang dan osteoklas dalam

    penyerapan kembali tulang. Osteoblas membentuk kolagen tempat mineral-mineral

    melekat. Mineral utama di dalam tulang adalah kalsium dan fosfor, sedangkan

    mineral lain dalam jumlah kecil adalah natrium, magnesium, dan fluor

    (Winarno, 1997).

    2.3. Kalsium

    Kalsium merupakan unsur terbanyak kelima dan kation terbanyak di dalam

    tubuh manusia, yaitu sekitar 1,5-2 % dari keseluruhan berat tubuh. Kalsium

    dibutuhkan untuk proses pembentukan dan perawatan jaringan rangka tubuh serta

    beberapa kegiatan penting dalam tubuh seperti membantu dalam pengaturan

    transport ion-ion lainnya ke dalam maupun ke luar membran, berperan dalam

    penerimaan dan interpretasi pada impuls saraf, pembekuan darah dan pemompaan

  • darah, kontraksi otot, menjaga keseimbangan hormon dan katalisator pada reaksi

    biologis (Almatsier, 2002, Whitney dan Hamilton, 1987).

    Sumber kalsium baik pada manusia maupun pada hewan adalah makanan

    yang telah mengalami pencernaan di dalam saluran pencernaan. Adsorbsi terjadi

    di bagian atas dari usus halus, karena di tempat inilah keadaannya lebih bersifat

    asam daripada bagian lainnya (Piliang, 2006)

    2.3.1. Adsorbsi Kalsium

    Absorbsi kalsium dipengaruhi oleh banyak faktor, termasuk umur, jumlah

    yang dibutuhkan dan makanan apa saja yang dimakan pada waktu yang sama.

    Umumnya, kalsium dari sumber-sumber makanan diabsorbsi lebih baik daripada

    yang berasal dari suplemen. Persentase kalsium yang diabsorbsi dan dicerna anak-

    anak lebih tinggi daripada dewasa karena kebutuhan mereka selama dorongan

    pertumbuhan mungkin dua atau tiga kali lebih besar per berat badan daripada

    dewasa (Harding, 2006).

    Ada beberapa faktor yang menghambat absorpsi kalsium menurut Waluyo

    (2009), konsumsi serat yang berlebihan, hal ini akan mengurangi penyerapan

    kalsium dalam usus karena serat menyebabkan waktu transit makanan di dalam

    saluran pencernaan menjadi lebih sedikit sehingga waktu yang tersedia untuk

    proses penyerapan juga menjadi hanya sebentar.

    Konsumsi makanan berprotein tinggi, konsumsi berlebihan makanan

    berkadar protein yang melebihi kebutuhan tubuh, akan berpengaruh buruk pada

    keseimbangan kalsium tubuh. Pola hidup tidak sehat, termasuk kebiasaan minum

    kopi berlebihan, kecanduan rokok dan minuman keras. Semua ini akan

    mengganggu penyerapan kalsium dalam usus.

  • III. MATERI DAN METODE

    3.1. Waktu dan Tempat Penelitian

    Pengambilan sampel ikan lele dilakukan di Gemah, Semarang. Uji

    hidrolisis protein dilaksanakan di Laboratorium analisa THP, perikanan UNDIP,

    Semarang.

    3.2. Materi Penelitian

    Materi utama dalam penelitian ini adalah ikan lele yang di ambil dari

    budidaya ikan lele di Gemah, Semarang.

    3.3. Alat dan Bahan

    Bahan lain yang digunakan adalah NaOH 1,5 N, bahan-bahan kimia yang

    digunakan untuk analisis proksimat, analisis kalsium dan fosfor (HNO3, HClO4,

    HCl, CaCO3, KH2PO3, pereaksi vanadat-molibdat), bioavailabilitas in vitro

    dengan dialisis diantaranya HCl, air bebas ion, suspensi pepsin, pankreatin (Sigma

    p-1750), ekstrak bile (Sigma B-8631) NaHCO3 0,1 M, kantung dialisis

    Spectrapor I 6000-8000 MWCO (molecular weight cut off)

    Alat yang digunakan adalah tabung erlenmeyer 250 ml, penangas air

    bergoyang, botol gelas, AAS spektrofotometer, whitenessmeter, sentrifuse,

    autoklaf, alat soxhlet, alat destilasi uap, alat pengukur pH, labu Kjeldahl, hot

    plate, tungku pengabuan dan peralatan gelas untuk analisis.

  • 3.4. Metode Penelitian

    Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap, yaitu tahap pembuatan tepung

    tulang ikan tuna dan tahap analisis fisikokimia tepung tulang yang meliputi kadar

    air (AOAC, 1995), abu (AOAC, 1995), lemak ( metode soxhlet, AOAC, 1995),

    protein (mikro Kjeldahl, AOAC, 1995), kalsium dan fosfor

    Rancangan Percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

    Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial dengan 2 (dua) faktor yaitu

    autoklafing (dengan tiga taraf 1(A1), 2(A2), 3(A3) jam) dan frekuensi perebusan

    (dengan tiga taraf 1(P1), 2(P2), 3(P3) kali), dilanjutkan dengan Uji lanjut Beda

    Nyata Jujur (BNJ)