33361308 presentasi kasus hepatocelluler carcinoma e c hepatitis b kronik

Upload: iqa-cmoen

Post on 10-Feb-2018

260 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • 7/22/2019 33361308 Presentasi Kasus Hepatocelluler Carcinoma e c Hepatitis B Kronik

    1/54

    Presentasi Kasus

    Hepatocellular Carcinoma e.c Hepatitis B Kronik

    Disusun Oleh :

    MUHAMMAD EKO ANDARU

    1102005164

    FAKULTAS KEDOKTERAN

    UNIVERSITAS YARSI

    Pembimbing :

    Dr. Hami Zulkifli Abbas Sp.PD, MH.Kes

    Dr. Sianne A. Wahyudi, Sp.PD

    Dr. Sunhadi

    KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM

    RSUD ARJAWINANGUN

    1

  • 7/22/2019 33361308 Presentasi Kasus Hepatocelluler Carcinoma e c Hepatitis B Kronik

    2/54

    KATA PENGANTAR

    Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat

    dan karunia-Nya yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyusun

    tugas presentasi kasus yang berjudul Hepatocellular Carcinoma et causa Hepatitis B

    Kronik. Penyusunan tugas ini masih jauh dari sempurna baik isi maupun penyajiaannya

    sehingga diharapkan saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak agar

    dikesempatan yang akan datang penulis dapat membuat yang lebih baik lagi.

    Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Hami Zulkifli

    Abbas, Sp.PD, MH.Kes; Dr. Sianne A. Wahyudi, Sp.PD; dan Dr. Sunhadi serta berbagai

    pihak yang telah membantu penyelesaian presentasi kasus ini.

    Semoga tugas ini dapat bermanfaat untuk kita semua.

    Arjawinangun, 3-06-2010

    Penyusun

    2

  • 7/22/2019 33361308 Presentasi Kasus Hepatocelluler Carcinoma e c Hepatitis B Kronik

    3/54

    BAB I

    KASUS

    I. Identitas Pasien

    Nama : Tn. J

    Jenis Kelamin : Laki-laki

    Umur : 30 Tahun

    Alamat : Guwa Kidul Kab. Cirebon

    Pekerjaan : Wiraswasta

    Agama : Islam

    Status Perkawinan : MenikahTgl. Masuk : 30-05-2010

    Tgl. Keluar : 02-06-2010

    II. Anamnesis

    Keluhan Utama:

    Nyeri perut kanan atas

    Riwayat Penyakit Sekarang:

    Pasien datang ke RSUD Arjawinangun dengan keluhan nyeri perut kanan atas

    sejak 1 minggu sebelum masuk RS. Nyeri dirasakan terus menerus dan semakin lama

    keluhan nyeri yang dirasa semakin bertambah bahkan os terkadang tidak dapat

    menahan sakit tersebut. Pasien juga mengeluh perutnya bengkak dan benjol serta

    mengeluh perutnya terasa penuh di bagian kanan atas. Saat diisi makanan atau

    minuman perut makin terasa penuh dan sesak. Keluhan juga disertai mual tanpa

    muntah dan badan yang terasa lemas. Keluhan juga disertai mencret tanpa disertai

    darah, berwarna kuning dengan frekuensi kurang lebih dari 4 kali sehari. Pasien

    sering mengeluh nafsu makan berkurang dan berat badan yang mulai turun sejak

    beberapa tahun belakangan dari 58 kg 48 kg yang juga disertai dengan nyeri pada

    otot punggung. Pasien mengeluhkan buang air kecil berwarna seperti teh botol dan

    3

  • 7/22/2019 33361308 Presentasi Kasus Hepatocelluler Carcinoma e c Hepatitis B Kronik

    4/54

    tidak mengeluhkan gatal-gatal pada tubuhnya. Pasien mengaku suka mengkonsumsi

    jamu sejak beberapa tahun belakangan dalam seminggu bisa mencapai 1-2 kali.

    Pasien juga memiliki kebiasaan mengkonsumsi kacang-kacangan berupa kacang

    tanah sejak 15 tahun belakangan. Pasien mengaku pernah dirawat sebelumnya karena

    penyakit serupa ketika berumur 20 tahun tetapi pengobatannya tidak selesai. Riwayat

    pengguna narkoba jarum suntik disangkal, riwayat transfusi darah disangkal, riwayat

    perdarahan disangkal, riwayat kontak dengan penderita penyakit kuning disangkal,

    riwayat pernah menggunakan tato disangkal.

    Riwayat Penyakit Dahulu

    Pasien pernah dirawat dengan penyakit serupa ketika berumur 20 tahun dengan gejala

    yang sama, tetapi pengobatannya tidak selesai karena keterbatasan biaya sehingga

    pasien meminta pulang paksa. Pasien juga tidak mengetahui apa jenis dan sebab

    penyakit kuning yang dideritanya . Riwayat hipertensi dan DM disangkal.

    Riwayat Penyakit Keluarga

    Pasien mengaku tidak ada anggota keluarga yang pernah menderita penyakit

    hepatitis.

    III. PEMERIKSAAN FISIK

    - Kesadaran : Compos mentis

    - Tekanan darah : 130/80 mmHg

    - Nadi : 80x / menit, reguler

    - Pernapasan : 22 x /menit

    - Suhu : 36,80 C

    - Ikterus : +/+

    - Oedema : -/-

    - Cyanotik : -/-

    - Anemia : -/-

    - Ptechia : -

    - Turgor kulit : Baik

    4

  • 7/22/2019 33361308 Presentasi Kasus Hepatocelluler Carcinoma e c Hepatitis B Kronik

    5/54

    - Tinggi Badan : 165 cm

    - Berat badan : 48 Kg

    KEPALA

    - Bentuk : Normal, simetris- Rambut : Hitam, tidak mudah tercabut

    - Mata : Konjungtiva tidak anemis

    sklera iktrerik

    edema palpebra (-)

    pupil isokor kanan = kiri,

    Refleksi cahaya (+).

    - Telinga : Bentuk normal, simetris, membran timpani intak

    - Hidung : Bentuk normal, septum di tengah, tidak deviasi

    - Mulut : Bibir tidak sianosis, lidah tidak kotor, tidak

    hiperemis, tidak ada nyeri menelan.

    LEHER

    Bentuk normal, deviasi trakhea (-), Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan KGB ,

    JVP tidak meningkat (5-2 cmH2O).

    THORAKS

    - Inspeksi : Bentuk dada kanan kiri simetris

    pergerakan napas kanan = kiri.

    Iktus kordis tidak tampak

    Spider naevi (-)

    - Palpasi : Fremitus taktil kanan = kiri

    Iktus kordis teraba di sela iga V garis midclaviculla kiri

    - Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru

    Batas Jantung

    Batas atas : sela iga III garis sternalis kanan

    Batas kanan : sela iga IV garis parasternalis kanan

    5

  • 7/22/2019 33361308 Presentasi Kasus Hepatocelluler Carcinoma e c Hepatitis B Kronik

    6/54

    Batas kiri : sela iga V garis midklavikula kiri

    Batas paru hati : sela iga IV garis midklavikula kanan

    Peranjakan hati: negatif

    - Auskultasi : Pernapasan vesikuler, rhonki -/- , wheezing -/-

    bunyi jantung I-II murni, reguler

    ABDOMEN

    - Inspeksi : Perut sedikit membuncit simetris

    vena kolateral (-)

    caput Medussae (-)

    umbilikus tidak menonjol

    - Palpasi : Nyeri tekan abdomen (+)

    hepar membesar 1 jari di bawah arcus costae 2 jari di

    bawah proc. xiphoideus permukaan berbenjol

    konsistensi keras sudut tumpul.

    Lien tidak teraba

    - Perkusi : Shifting dullnes (-), redup pada kuadran kanan atas

    - Auskultasi : Bising usus (+) normal, bruits hepatic (-)

    GENITALIA

    T.A.K

    EKSTREMITAS

    - Superior : Hangat

    Eritema palmaris (-/-)

    Sianosis (-/-)

    Clubbing finger (-/-)edema (-/-)

    - Inferior : Hangat

    edema (-/-)

    Sianosis (-/-)

    6

  • 7/22/2019 33361308 Presentasi Kasus Hepatocelluler Carcinoma e c Hepatitis B Kronik

    7/54

    IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

    Pemeriksaan Laboratorium

    Darah Rutin Tgl (30-05-2010)

    Hemoglobin : 13,8 g/dl 11,0 17,0

    Leukosit : 5,6 H 103/l 4,0 10,0

    Limfosit : 2,3 103/l 1,0 5,0

    Monosit : 2,1 103/l 0,1 1,0

    Granulosit : 1,2 H 103/l 2,0 8,0

    Hematokrit : 41 % 35,0 55,0

    MCV : 93,7 m3 80,0 100,0

    MCH : 30,9 pg 26,0 34,0

    MCHC : 33,0 g/dl 31,0 35,5

    Trombosit : 160 103/l 150 - 400

    GDS : 82 mg/dl

    Kimia klinik

    Fungsi Ginjal

    Ureum : 23,9 mg/dl 10 -50

    Kreatinin : 0,88 mg/dl 0,6 1,38

    Uric Acid : 4,30 mg/dl 3,34 7,0

    Fungsi Hati

    - Protein total : 7,2 g/dl 7,0 9,0

    - Albumin : 3,93 g/dl 3,5 5,0

    - Globulin : 3,79 g/dl 1,5 3,0

    - Bilirubin total : 6,16 mg/dl 0,1 1,2

    - Bilirubin direk : 5,05 mg/dl 0,0 0,25

    - Bilirubin indirek : 1,09 mg/dl - 0,75

    - SGOT : 173 U/l 0 - 38

    - SGPT : 231 U/l 0 - 41

    - Alkali phospatase : 380 U/l 0 258

    7

  • 7/22/2019 33361308 Presentasi Kasus Hepatocelluler Carcinoma e c Hepatitis B Kronik

    8/54

    Elektrolit

    - Natrium : 139 mmol/L 136 145

    - Kalium : 3,1 mmol/L 3,5 5,1

    - Clorida : 105 mmol/L 97 111

    - Kalsium : 1,18 mmol/L 1,15 1,29

    Urine rutin ( 31-05-2010)

    Warna : kuning

    pH : 6.0

    Berat jenis : 1025

    Nitrit : (+) positif

    Protein : negatif

    Glukosa : negatif

    Keton : negatif

    Bilirubin : (+) 2

    Urobilinogen : +1

    Sedimen

    Leukosit : +3-4/LPB

    Eritrosit : negative

    Epitel : +1-3/LPB

    Kristal : negatif

    Bakteri : negatif

    Silinder : negatif

    Pemeriksaan Serologi ( Tgl 31-05-2010)

    HbsAg : 5385 N/ reac

    Pemeriksaan Radiologi :

    8

  • 7/22/2019 33361308 Presentasi Kasus Hepatocelluler Carcinoma e c Hepatitis B Kronik

    9/54

    USG Abdomen

    Hepar

    Membesar terutama lobus kiri,tepi tumpul, permukaan agak ireguler, tekstur parenkim,

    mulai heterogen, kapsul tidak menebal, tampak bayangan massa hiperekhoik berukuran

    70,5 x 110,4 x 79,5 mm pada lobus kiri hepar.

    Tampak tumor trombus pada vena porta berukuran 22,4 mm. Vena porta tidak melebar

    dan vena hepatika tidak melebar

    Kandung empedu

    Besar normal, dinding menebal, tidak tampak batu / sludge.

    Duktus bilier intra / ekstrahepatal : tidak melebar, tidak tampak bayangan hiperekhoik

    dengan acoustic shaddow.

    Lien

    Membesar, tekstur parenkim homogen halus, tidak tampak massa. Vena lienalis tidak

    melebar.

    Kesan:

    Tumor hati primer (hepatocellular carcinoma) di lobus kiri dengan awal perluasan ke

    lobus kanan disertai pembentukan tumor trombus dan spleenomegali.

    9

  • 7/22/2019 33361308 Presentasi Kasus Hepatocelluler Carcinoma e c Hepatitis B Kronik

    10/54

    Resume:

    Seorang Pria berusia 30 tahun datang ke RS dengan nyeri perut kanan atas sejak 3

    minggu yang lalu disertai dengan perut yang bengkak dan berbenjol-benjol, anoreksia,

    malaise, mual, dan diare. Penurunan berat badan dalam beberapa tahun terakhir diserat

    mialgia. Urin bewarna gelap, pruritus (-). Riwayat minum jamu-jamuan dan makan

    kacang-kacangan (+) dan riwayat penyakit hepatitis yang tidak selesai pengobatannya.

    Pada pemeriksaan fisik terdapat sclera ikterik, nyeri tekan pada perut kanan atas

    dan hepatomegali membesar 1 jari BAC dan 2 jari di bawah proc. xiphoideus dengan

    permukaan tidak rata, konsistensi keras dan tepi tumpul. Pada pemeriksaan laboratorium

    Bilirubin , SGOT & SGPT , HbsAg +. Hasil USG abdomen, kesan : hepatocell

    carcinoma di lobus kiri dengan awal perluasan ke lobus kanan disertai pembentukan

    thrombus dan spleenomegali

    DIAGNOSIS KERJA

    Hepatocellular Carcinoma e.c Hepatitis B Kronik

    DIAGNOSIS BANDING

    Hepatitis kronik

    Sirosis hepatis

    Fatty liver e.c alkoholik

    Fatty liver e.c non-alkoholik

    PROGNOSIS : Dubia at malam

    10

  • 7/22/2019 33361308 Presentasi Kasus Hepatocelluler Carcinoma e c Hepatitis B Kronik

    11/54

    V. PENATALAKSANAAN

    1. Istirahat

    2. Diit : Tinggi kalori, tinggi protein.

    3. Medikamentosa :

    D5% 20 tetes/ menit

    Cefotaxim 3 x 1 gram IV

    Untuk antinyeri : Ketorolac 3 x 1 amp IV

    Untuk mengatasi peningkatan asam lambung : Dexanta 3 x CI, Ranitidin

    3x 1 amp

    Metoclopramid 3 x 10 mg IV

    Hepatoprotektor : Curcuma 3 x 1 tablet

    VI. PEMERIKSAAN ANJURAN

    1. Penanda Tumor : Alfa-fetoprotein (AFP)

    2. Serologi : HbeAg

    3. Peritonoscopy

    4. Biopsi atau aspirasi biopsi jarum halus

    5. CT-Scan / MRI

    FOLLOW UP

    Tanggal 31-05-2010 01-05-2010 02-05-2010

    11

  • 7/22/2019 33361308 Presentasi Kasus Hepatocelluler Carcinoma e c Hepatitis B Kronik

    12/54

    Keluhan -Nyeri perut kanan

    atas (+)

    - Anoreksia (+)

    - Malaise (+)

    -Nyeri perut

    kanan atas (+)

    - Anoreksia

    membaik

    - Malaise

    membaik

    - Nyeri perut

    kanan atas

    berkurang

    - Anoreksia

    (-)

    - Malaise

    membaik

    Pemeriksaan fisik

    - Kesadaran

    - TD

    - Nadi

    - Pernapasan

    - Suhu

    - Berat badan

    CM

    130/90mmHg

    80x/mnt

    22x/mnt36,30 C

    48 kg

    CM

    120/80mmHg

    80x/mnt

    22x/mnt37,30 C

    48 kg

    CM

    100/80mmHg

    82x/mnt

    18x/mnt36,40 C

    48 kg

    Mata

    - Sklera ikterik

    Thorak

    Cor pulmo

    Abdomen

    - Nyeri tekan

    - Pembesaran hepar

    BAB

    BAK

    ( +)

    Dlm batas normal

    ( + )

    1 jari BAC 2 jari

    BPX

    Mencret(+)

    Warna gelap teh botol

    ( + )

    Dalam batas

    normal

    ( + )

    1 jari BAC 2 jari

    BPX

    Mencret (-)

    Warna gelap teh

    botol

    ( + )

    Dalam batas normal

    ( + )

    1 jari BAC 2 jari

    BPX

    Mencret(-)

    Warna gelap teh

    botol

    Diagnosa Hepatoma e.c Hep B

    kronik

    Hepatoma e.c Hep

    B kronik

    Hepatoma e.c Hep B

    kronik

    12

  • 7/22/2019 33361308 Presentasi Kasus Hepatocelluler Carcinoma e c Hepatitis B Kronik

    13/54

    Penatalaksanaan

    Bed rest

    D5% 20 tetes/ menit

    Cefotaxim 3 x 1 gram IV

    Ketorolac 3 x 1 amp IV

    Dexanta 3 x CI,

    Ranitidin 3x 1 amp

    Metoclopramid 3 x 10 mg

    IV

    Curcuma 3 x 1 tablet

    (+)

    (+)

    (+)

    (+)

    (+)

    (+)

    (+)

    (+)

    (+)

    (+)

    (+)

    (+)

    (+)

    (+)

    (+)

    (+)

    (+)

    (+)

    (+)

    (+)

    (+)

    (+)

    (+)

    (+)

    Pemeriksaan anjurantambahan

    Fungsi hati,fungsi ginjal, Urin

    lengkap, HbsAg

    USG abdomen

    ANALISA KASUS

    Saya mendiagnosis pasien ini dengan hepato cell carcinoma karena dari pemeriksaan

    fisik ditemukan adanya:

    1. Massa pada hipokondriaka kanan

    2. Hepar teraba membesar sampai 1 jari BAC dan 2 jari di bawah proc xiphoideus

    tepi hepar tumpul, dan hepar teraba berbenjol-benjol,konsistensi keras. tidak

    terdengar bruit

    3. Dari USG didapatkan kesan tumor hati primer (hepatocellular carcinoma) disertai

    tumor trombus pada vena porta dan splenomegali.

    Hasil temuan fisik dan pemeriksaan penunjang memenuhi kriteria KHS (Kanker

    hati Selular)PPHI (Perhimpuna Peneliti Hati Indonesia), yaitu ada dua kriteria dari lima

    kriteria, yaitu:

    1. Hati membesar berbenjol-benjol dengan/tanpa disertai bising arteri.

    2. AFP (Alphafetoprotein) yang meningkat lebih dari 400 mg per ml.

    13

  • 7/22/2019 33361308 Presentasi Kasus Hepatocelluler Carcinoma e c Hepatitis B Kronik

    14/54

    3. Ultrasonography (USG), Nuclear Medicine, Computed Tomography Scann

    (CT Scann), Magnetic Resonance Imaging (MRI), Angiography, ataupun

    Positron Emission Tomography (PET) yang menunjukkan adanya KHS.

    4.Peritoneoscopy dan biopsi menunjukkan adanya KHS.

    5. Hasil biopsi atau aspirasi biopsi jarum halus menunjukkan KHS.

    Gambaran USG keganasan primer pada hepar dapat dibagi menjadi nodular dan

    difus. Pada jenis nodular terlihat kelainan yang berbatas tegas dari parenkim hepar

    sekitarnya. Kelainan ekhostruktur pada jenis ini tergantung dari ukuran lesi. Lesi

    berukuran kurang dari 2 cm sering kali berekhostruktur hipoekhoik. Dengan

    bertambahnya diameter, ekhostruktur akan menjadi lebih hiperekhoik atau campuran,serta dapat dijumpai adanya bagian yang nekrosis atau perdarahan didalamnya, seringkali

    ditemukan pada yang berekhostruktur hiperekhoik atau campuran. Gambaran lainnya

    dapat juga ditemui adanya trombus dalam vena porta atau vena hepatica atau cabangnya

    yang tampak sebagai suatu struktur yang hiperekhoik tanpa bentuk tertentu, besarnya pun

    tidak tentu dapat memenuhi lumen vena porta dan cabang-cabangnya atau sebagian saja.

    Bentuk dfius memperlihatkan ekhostruktur di seluruh hepar. Pada pasien ini terdapat

    gambaran tampak bayangan massa hiperekhoik, berukuran 70,5 x 110,4 x 79,5 mm

    pada lobus kiri hepar. tampak tumor trombus pada vena porta berukuran 22,4 mm.

    STADIUM PENYAKIT

    Stadium I : Satu fokal tumor berdiametes < 3cm yang terbatas hanya pada

    salah satu segment tetapi bukan di segment I hati

    Stadium II : Satu fokal tumor berdiameter > 3 cm. Tumor terbatas pada

    segement I atau multi-fokal terbatas pada lobus kanan/kiri

    Stadium III : Tumor pada segment I meluas ke lobus kiri (segment IV) atas ke

    lobus kanan segment V dan VIII atau tumor dengan invasi

    peripheral ke sistem pembuluh darah (vascular) atau pembuluh

    14

  • 7/22/2019 33361308 Presentasi Kasus Hepatocelluler Carcinoma e c Hepatitis B Kronik

    15/54

    empedu (billiary duct) tetapi hanya terbatas pada lobus kanan atau

    lobus kiri hati.

    Stadium IV : Multi-fokal atau diffuse tumor yang mengenai lobus kanan dan

    lobus kiri hati.

    atau tumor dengan invasi ke dalam pembuluh darah hati

    (intra hepaticvaskuler) ataupun pembuluh empedu (biliary

    duct)

    atau tumor dengan invasi ke pembuluh darah di luar hati

    (extra hepatic vessel) seperti pembuluh darah vena limpa

    (vena lienalis)

    atau vena cava inferior

    atau adanya metastase keluar dari hati (extra hepatic

    metastase).

    Pada pasien ini terdapat hepatocellular carcinoma stadium III-IV berdasarakan

    hasil USG Sebagai berikut :

    Hepar

    Membesar terutama lobus kiri,tepi tumpul, permukaan agak ireguler, tekstur parenkim,

    mulai heterogen, kapsul tidak menebal, tampak bayangan massa hiperekhoik berukuran

    70,5 x 110,4 x 79,5 mm pada lobus kiri hepar.

    Tampak tumor trombus pada vena porta berukuran 22,4 mm. Vena porta tidak

    melebar dan vena hepatika tidak melebar

    Lien

    Membesar, tekstur parenkim homogen halus, tidak tampak massa. Vena lienalis tidak

    melebar.

    Kesan:

    Tumor hati primer (hepatocellular carcinoma) di lobus kiri dengan awal perluasan

    ke lobus kanan disertai pembentukan tumor trombus dan spleenomegali.

    Gejala klinis Hepatocellular carcinoma

    15

  • 7/22/2019 33361308 Presentasi Kasus Hepatocelluler Carcinoma e c Hepatitis B Kronik

    16/54

    Pada permulaannya penyakit ini berjalan perlahan, dan banyak tanpa keluhan.

    Lebih dari 75% tidak memberikan gejala-gejala khas. Ada penderita yang sudah ada

    kanker yang besar sampai 10 cm pun tidak merasakan apa-apa. Keluhan utama yang

    sering adalah keluhan sakit perut atau rasa penuh ataupun ada rasa bengkak di

    perut kanan atas dan nafsu makan berkurang, berat badan menurun, dan rasa

    lemas. Keluhan lain terjadinya perut membesar karena ascites (penimbunan cairan dalam

    rongga perut), mual, tidak bisa tidur, nyeri otot, berak hitam, demam, bengkak kaki,

    kuning, muntah, gatal, muntah darah, perdarahan dari dubur, dan lain-lain (6).Karsinoma hepatoseluler (hepatocellular carcinoma=HCC) merupakan tumor ganas

    hati primer yang berasal dari hepatosit.Hepatoma atau karsinoma hepatoseluler sering

    terjadi pada pasien dengan hepatitis virus B atau C. Karsinoma ini lebih banyak pada pria

    dan terutama ras Asia. Pasien adalah pria suku jawa, menderita hepatitis

    Beberapa factor resiko yang dapat menyebabkan karsinoma hepatoseluler diantaranya

    adalah:

    Hepatitis virus B.

    hepatitis virus C

    Sirosis hati

    Alcohol

    DM

    Obesitas

    Faktor risiko untuk terjadinya hepatoma pada pasien ini kemungkinan dari riwayat

    penyakitnya saat usia 20 tahun. Os mengatakan bahwa pada usia 20 tahun os menderitahepatitis tapi os tidak mengetahui jenis hepatitis sebelumnya dengan pengobatan yang

    dihentikan. Hepatitis yang dicurigai memiliki keterkaitan dengan adanya hepatoma

    adalah hepatitis B dan C. Hepatitis B memiliki hubungan yang erat dengan timbulnya

    HCC.Karsinogenitas HBV terhadap hati mungkin terjadi melalui proses inflamasi kronik,

    peningkatan proliferasi hepatosit, integrasi HBV DNA ke dalam DNA sel penjamu, dan

    16

  • 7/22/2019 33361308 Presentasi Kasus Hepatocelluler Carcinoma e c Hepatitis B Kronik

    17/54

    aktifitas protein spesifik HBV berinteraksi dengan Gen Hati. Koinsidensi infeksi HBV

    dengan pajanan agen onkogenik lain seperti aflatoksin dapat menyebabkan terjadinya

    HCC tanpa melalui sirosis hati (HCC pada hati non sirotik). Transaktifasi dari beberapa

    promoter selular atau viral tertentu oleh gen x HBV (HBx) dapat mengakibatkan

    terjadinya HCC, mungkin karena akumulasi protein yang disandi HBx mampu

    menyebabkan akselerasi proliferasi hepatosit, dalam hal ini proliferasi berlebihan

    hepatosit dari HBx melampaui mekanisme protektif dari apoptosis sel. Pada pasien ini

    menunjukkan adanya hasil tes serologi yang positif untuk Hepatitis B yaitu : HbsAg

    (+). Pasien juga suka mengkonsumsi kacang-kacngan tanah sejak 15 tahun yang

    lalu.

    Hepatokarsinogenesis akibat infeksi HCV diduga melalui aktifitas nekroinflamasi

    kronik dan sirosis hati.

    Algoritma terapi hepatoma

    17

  • 7/22/2019 33361308 Presentasi Kasus Hepatocelluler Carcinoma e c Hepatitis B Kronik

    18/54

    PEI (perutaneous Ethanol injection) pada kasus-kasus untuk menolak dibedah dan juga

    menolak semua tindakan atau pasien yang tidak mampu untuk operasi. RFA

    (Radiofrequency ablation) menembakan gelombang tinggi ke daerah lokal. TAE

    (Transarterial embolization) yaitu suatu tindakan memasukkan suatu zat yang dapat

    menyumbat pembuluh darah (feeding artery) sehingga menghambat suplai makanan ke

    sel-sel kanker. TAC (Transarterial Chemotherapy) bertujuan memaparkan racun pada sel

    kanker. TAE yang digabung dengan TAC disebut TACE (Trans arterial

    Chemoembolization).

    18

  • 7/22/2019 33361308 Presentasi Kasus Hepatocelluler Carcinoma e c Hepatitis B Kronik

    19/54

    BAB II

    PEMBAHASAN

    HEPATOCELLULER CARCINOMA

    I. DEFINISI

    Kanker hati (hepatocellular carcinoma) adalah suatu kanker yang timbul

    dari hati. Ia juga dikenal sebagai kanker hati primer atau hepatoma. Hati terbentuk

    dari tipe-tipe sel yang berbeda (contohnya, pembuluh-pembuluh empedu,

    pembuluh-pembuluh darah, dan sel-sel penyimpan lemak). Bagaimanapun, sel-sel

    hati (hepatocytes) membentuk sampai 80% dari jaringan hati. Jadi, mayoritas dari

    kanker-kanker hati primer (lebih dari 90 sampai 95%) timbul dari sel-sel hati dan

    disebut kanker hepatoselular (hepatocellular cancer) atau Karsinoma (carcinoma)

    (4).

    Hepatoma (karsinoma hepatoseluler) adalah kanker yang berasal dari sel-

    sel hati. Hepatoma merupakan kanker hati primer yang paling sering ditemukan.

    Tumor ini merupakan tumor ganas primer pada hati yang berasal dari sel

    parenkim atau epitel saluran empedu atau metastase dari tumor jaringan lainnya(5).

    II. EPIDEMIOLOGI

    Kanker hati adalah kanker kelima yang paling umum di dunia. Suatu

    kanker yang mematikan, kanker hati akan membunuh hampir semua pasien-

    pasien yang menderitanya dalam waktu satu tahun. Pada tahun 1990, organisasi

    kesehatan dunia (WHO) memperkirakan bahwa ada kira-kira 430,000 kasus-kasus

    19

  • 7/22/2019 33361308 Presentasi Kasus Hepatocelluler Carcinoma e c Hepatitis B Kronik

    20/54

    baru dari kanker hati diseluruh dunia, dan suatu jumlah yang serupa dari pasien-

    pasien yang meninggal sebagai suatu akibat dari penyakit ini. Sekitar tiga per

    empat kasus-kasus kanker hati ditemukan di Asia Tenggara (China, Hong Kong,

    Taiwan, Korea, dan Japan). Kanker hati juga adalah sangat umum di Afrika Sub-

    Sahara (Mozambique dan Afrika Selatan).

    Frekwensi kanker hati di Asia Tenggara dan Afrika Sub-Sahara adalah

    lebih besar dari 20 kasus-kasus per 100,000 populasi. Berlawanan dengannya,

    frekwensi kanker hati di Amerika Utara dan Eropa Barat adalah jauh lebih rendah,

    kurang dari lima per 100,000 populasi. Bagaimanapun, frekwensi kanker hati

    diantara pribumi Alaska sebanding dengan yang dapat ditemui pada Asia

    Tenggara. Lebih jauh, data terakhir menunjukan bahwa frekwensi kanker hati di

    Amerika secara keseluruhannya meningkat. Peningkatan ini disebabkan terutama

    oleh hepatitis C kronis, suatu infeksi hati yang menyebabkan kanker hati(4).

    Di Amerika frekwensi kanker hati yang paling tinggi terjadi pada imigran-

    imigran dari negara-negara Asia, dimana kanker hati adalah umum. Frekwensi

    kanker hati diantara orang-orang kulit putih (Caucasians) adalah yang paling

    rendah, sedangkan diantara orang-orang Amerika keturunan Afrika dan

    Hispanics, ia ada diantaranya. Frekwensi kanker hati adalah tinggi diantara orang-

    orang Asia karena kanker hati dihubungkan sangat dekat dengan infeksi hepatitis

    B kronis. Ini terutama begitu pada individu-individu yang telah terinfeksi dengan

    hepatitis B kronis untuk kebanyakan dari hidup-hidupnya.

    20

  • 7/22/2019 33361308 Presentasi Kasus Hepatocelluler Carcinoma e c Hepatitis B Kronik

    21/54

    III. FAKTOR RISIKO

    a. Infeksi Hepatitis B

    Peran infeksi virus hepatitis B (HBV) dalam menyebabkan kanker

    hati telah ditegakkan dengan baik. Beberapa bukti menunjukkan hubungan

    yang kuat. Seperti dicatat lebih awal, frekwensi kanker hati berhubungan

    dengan (berkorelasi dengan) frekwensi infeksi virus hepatitis B kronis.

    Sebagai tambahan, pasien-pasien dengan virus hepatitis B yang berada

    pada risiko yang paling tinggi untuk kanker hati adalah pria-pria dengan

    sirosis, virus hepatitis B dan riwayat kanker hati keluarga. Mungkin bukti

    yang paling meyakinkan, bagaimanapun, datang dari suatu studi prospektif

    yang dilakukan pada tahun 1970 di Taiwan yang melibatkan pegawai-

    pegawai pemerintah pria yang berumur lebih dari 40 tahun. Pada studi-

    studi ini, penyelidik-penyelidik menemukan bahwa risiko

    mengembangkan kanker hati adalah 200 kali lebih tinggi diantara

    pegawai-pegawai yang mempunyai virus hepatitis B kronis dibandingkan

    dengan pegawai-pegawai tanpa virus hepatitis B kronis.

    Pada pasien-pasien dengan keduanya virus hepatitis B kronis dan

    kanker hati, material genetik dari virus hepatitis B seringkali ditemukan

    menjadi bagian dari material genetik sel-sel kanker. Diperkirakan, oleh

    karenanya, bahwa daerah-daerah tertentu dari genom virus hepatitis B

    (kode genetik) masuk ke material genetik dari sel-sel hati. Material

    genetik virus hepatitis B ini mungkin kemudian

    21

  • 7/22/2019 33361308 Presentasi Kasus Hepatocelluler Carcinoma e c Hepatitis B Kronik

    22/54

    mengacaukan/mengganggu material genetik yang normal dalam sel-sel

    hati, dengan demikian menyebabkan sel-sel hati menjadi bersifat kanker(4).

    b. Infeksi Hepatitis C

    Infeksi virus hepatitis C (HCV) juga dihubungkan dengan

    perkembangan kanker hati. Di Jepang, virus hepatitis C hadir pada sampai

    dengan 75% dari kasus-kasus kanker hati. Seperti dengan virus hepatitis

    B, kebanyakan dari pasien-pasien virus hepatitis C dengan kanker hati

    mempunyai sirosis yang berkaitan dengannya. Pada beberapa studi-studi

    retrospektif-retrospektif (melihat kebelakang dan kedepan dalam waktu)

    dari sejarah alami hepatitis C, waktu rata-rata untuk mengembangkan

    kanker hati setelah paparan pada virus hepatitis C adalah kira-kira 28

    tahun. Kanker hati terjadi kira-kira 8 sampai 10 tahun setelah

    perkembangan sirosis pada pasien-pasien ini dengan hepatitis C. Beberapa

    studi-studi prospektif Eropa melaporkan bahwa kejadian tahunan kanker

    hati pada pasien-pasien virus hepatitis C yang ber-sirosis berkisar dari 1.4

    sampai 2.5% per tahun.

    Pada pasien-pasien cirus hepatitis C, faktor-faktor risiko

    mengembangkan kanker hati termasuk kehadiran sirosis, umur yang lebih

    tua, jenis kelamin laki, kenaikkan tingkat dasar alpha-fetoprotein (suatu

    penanda tumor darah), penggunaan alkohol, dan infeksi berbarengan

    dengan virus hepatitis B. Beberapa studi-studi yang lebih awal

    menyarankan bahwa genotype 1b (suatu genotype yang umum di

    22

  • 7/22/2019 33361308 Presentasi Kasus Hepatocelluler Carcinoma e c Hepatitis B Kronik

    23/54

    Amerika) virus hepatitis C mungkin adalah suatu faktor risiko, namun

    studi-studi yang lebih akhir ini tidak mendukung penemuan ini.

    Caranya virus hepatitis C menyebabkan kanker hati tidak

    dimengerti dengan baik. Tidak seperti virus hepatitis B, material genetik

    virus hepatitis C tidak dimasukkan secara langsung kedalam material

    genetik sel-sel hati. Diketahui, bagaimanapun, bahwa sirosis dari segala

    penyebab adalah suatu faktor risiko mengembangkan kanker hati. Telah

    diargumentasikan, oleh karenanya, bahwa virus hepatitis C, yang

    menyebabkan sirosis hati, adalah suatu penyebab yang tidak langsung dari

    kanker hati.

    Pada sisi lain, ada beberapa individu-individu yang terinfeksi virus

    hepatitis C kronis yang menderita kanker hati tanpa sirosis. Jadi, telah

    disarankan bahwa protein inti (pusat) dari virus hepatitis C adalah tertuduh

    pada pengembangan kanker hati. Protein inti sendiri (suatu bagian dari

    virus hepatitis C) diperkirakan menghalangi proses alami kematian sel

    atau mengganggu fungsi dari suatu gen (gen p53) penekan tumor yang

    normal. Akibat dari aksi-aksi ini adalah bahwa sel-sel hati terus berlanjut

    hidup dan reproduksi tanpa pengendalian-pengendalian normal, yang

    adalah apa yang terjadi pada kanker(4).

    c. Alkohol

    Sirosis yang disebabkan oleh konsumsi alkohol yang kronis adalah

    hubungan yang paling umum dari kanker hati di dunia (negara-negara)

    yang telah berkembang.

    23

  • 7/22/2019 33361308 Presentasi Kasus Hepatocelluler Carcinoma e c Hepatitis B Kronik

    24/54

    Tatacara yang biasa adalah suatu individu dengan sirosis akhoholik

    yang telah menghentikan minum untuk waktu 10 tahun, dan kemudian

    mengembangkan kanker hati. Itu agaknya tidak umum untuk pecandu

    minuman alkohol yang minum secara aktif untuk mengembangkan kanker

    hati. Yang terjadi adalah bahwa ketika minum alkohol dihentikan, sel-sel

    hati mencoba untuk sembuh dengan regenerasi/reproduksi. Adalah selama

    regenerasi yang aktif ini bahwa suatu perubahan genetik (mutasi) yang

    menghasilkan kanker dapat terjadi, yang menerangkan kejadian kanker

    hati setelah minum alkohol dihentikan.

    Pasien-pasien yang minum secara aktif adalah lebih mungkin

    untuk meninggal dari komplikasi-komplikasi yang tidak berhubungan

    dengan kanker dari penyakit hati alkoholik (contohnya gagal hati). Tentu

    saja, pasien-pasien dengan sirosis alkoholik yang meninggal dari kanker

    hati adalah kira-kira 10 tahun lebih tua daripada pasien-pasien yang

    meninggal dari penyebab-penyebab yang bukan kanker. Akhirnya, seperti

    dicatat diatas, alkohol menambah pada risiko mengembangkan kanker hati

    pada pasien-pasien dengan infeksi-infeksi virus hepatitis C atau virus

    hepatitis B yang kronis.

    d. Aflatoxin B1

    Aflatoxin B1 adalah kimia yang diketahui paling berpotensi

    membentuk kanker hati. Ia adalah suatu produk dari suatu jamur yang

    disebut Aspergillus flavus, yang ditemukan dalam makanan yang telah

    tersimpan dalam suatu lingkungan yang panas dan lembab. Jamur ini

    24

  • 7/22/2019 33361308 Presentasi Kasus Hepatocelluler Carcinoma e c Hepatitis B Kronik

    25/54

    ditemukan pada makanan seperti kacang-kacang tanah, beras, kacang-

    kacang kedelai, jagung, dan gandum. Aflatoxin B1 telah dilibatkan pada

    perkembangan kanker hati di China Selatan dan Afrika Sub-Sahara. Ia

    diperkirakan menyebabkan kanker dengan menghasilkan perubahan-

    perubahan (mutasi-mutasi) pada gen p53. Mutasi-mutasi ini bekerja

    dengan mengganggu fungsi-fungsi penekan tumor yang penting dari gen.

    e. Obat-Obat Terlarang, Obat-Obatan, dan Kimia-Kimia

    Tidak ada obat-obat yang menyebabkan kanker hati, namun

    hormon-hormon wanita (estrogens) dan steroid-steroid pembentuk protein

    (anabolic) dihubungkan dengan pengembangan hepatic adenomas. Ini

    adalah tumor-tumor hati yang ramah/jinak yang mungkin mempunyai

    potensi untuk menjadi ganas (bersifat kanker). Jadi, pada beberapa

    individu-individu, hepatic adenoma dapat berkembang menjadi kanker.

    Kimia-kimia tertentu dikaitkan dengan tipe-tipe lain dari kanker

    yang ditemukan pada hati. Contohnya, thorotrast, suatu agen kontras

    yang dahulu digunakan untuk pencitraan (imaging), menyebabkan suatu

    kanker dari pembuluh-pembuluh darah dalam hati yang disebut hepatic

    angiosarcoma. Juga, vinyl chloride, suatu senyawa yang digunakan dalam

    industri plastik, dapat menyebabkan hepatic angiosarcomas yang tampak

    beberapa tahun setelah paparan.

    f. Sirosis

    Individu-individu dengan kebanyakan tipe-tipe sirosis hati berada

    pada risiko yang meningkat mengembangkan kanker hati. Sebagai

    25

    http://www.totalkesehatananda.com/sirosis1.htmlhttp://www.totalkesehatananda.com/sirosis1.html
  • 7/22/2019 33361308 Presentasi Kasus Hepatocelluler Carcinoma e c Hepatitis B Kronik

    26/54

    tambahan pada kondisi-kondisi yang digambarkan diatas (hepatitis B,

    hepatitis C, alkohol, dan hemochromatosis), kekurangan alpha 1 anti-

    trypsin, suatu kondisi yang diturunkan/diwariskan yang dapat

    menyebabkan emphysema dan sirosis, mungkin menjurus pada kanker

    hati. Kanker hati juga dihubungkan sangat erat dengan tyrosinemia

    keturunan, suatu kelainan biokimia pada masa kanak-kanak yang

    berakibat pada sirosis dini.

    Penyebab-penyebab tertentu dari sirosis lebih jarang dikaitkan

    dengan kanker hati daripada penyebab-penyebab lainnya. Contohnya,

    kanker hati jarang terlihat dengan sirosis pada penyakit Wilson

    (metabolisme tembaga yang abnormal) atau primary sclerosing cholangitis

    (luka parut dan penyempitan pembuluh-pembuluh empedu yang kronis).

    Begitu juga biasanya diperkirakan bahwa kanker hati adalah jarang

    ditemukan pada primary biliary cirrhosis (PBC). Studi-studi akhir ini,

    bagaimanapun, menunjukan bahwa frekwensi kanker hati pada PBC

    adalah sebanding dengan yang pada bentuk-bentuk lain sirosis(4).

    IV. GEJALA KLINIS

    Pada permulaannya penyakit ini berjalan perlahan, dan banyak tanpa

    keluhan. Lebih dari 75% tidak memberikan gejala-gejala khas. Ada penderita

    yang sudah ada kanker yang besar sampai 10 cm pun tidak merasakan apa-apa.

    Keluhan utama yang sering adalah keluhan sakit perut atau rasa penuh ataupun

    ada rasa bengkak di perut kanan atas dan nafsu makan berkurang, berat badan

    26

  • 7/22/2019 33361308 Presentasi Kasus Hepatocelluler Carcinoma e c Hepatitis B Kronik

    27/54

    menurun, dan rasa lemas. Keluhan lain terjadinya perut membesar karena ascites

    (penimbunan cairan dalam rongga perut), mual, tidak bisa tidur, nyeri otot, berak

    hitam, demam, bengkak kaki, kuning, muntah, gatal, muntah darah, perdarahan

    dari dubur, dan lain-lain(6).

    V. DIAGNOSIS

    Dengan kemajuan teknologi yang semakin canggih dan maju pesat, maka

    berkembang pula cara-cara diagnosis dan terapi yang lebih menjanjikan dewasa

    ini. Kanker hati selular yang kecil pun sudah bisa dideteksi lebih awal

    terutamanya dengan pendekatan radiologi yang akurasinya 70 95%1,4,8 dan

    pendekatan laboratorium alphafetoprotein yang akurasinya 60 70%(7).

    Kriteria diagnosa Kanker Hati Selular (KHS) menurut PPHI (Perhimpunan

    Peneliti Hati Indonesia), yaitu:

    1. Hati membesar berbenjol-benjol dengan/tanpa disertai bising arteri.

    2. AFP (Alphafetoprotein) yang meningkat lebih dari 500 mg per ml.

    3. Ultrasonography (USG), Nuclear Medicine, Computed Tomography Scann

    (CT Scann), Magnetic Resonance Imaging (MRI), Angiography, ataupun

    Positron Emission Tomography (PET) yang menunjukkan adanya KHS.

    4.Peritoneoscopy dan biopsi menunjukkan adanya KHS.

    5. Hasil biopsi atau aspirasi biopsi jarum halus menunjukkan KHS.

    Diagnosa KHS didapatkan bila ada dua atau lebih dari lima kriteria atau hanya

    satu yaitu kriteria empat atau lima.

    27

  • 7/22/2019 33361308 Presentasi Kasus Hepatocelluler Carcinoma e c Hepatitis B Kronik

    28/54

    VI. STADIUM PENYAKIT

    Stadium I : Satu fokal tumor berdiametes < 3cm yang terbatas hanya pada

    salah satu segment tetapi bukan di segment I hati

    Stadium II : Satu fokal tumor berdiameter > 3 cm. Tumor terbatas pada

    segement I atau multi-fokal terbatas pada lobus kanan/kiri

    Stadium III : Tumor pada segment I meluas ke lobus kiri (segment IV) atas ke

    lobus kanan segment V dan VIII atau tumor dengan invasi

    peripheral ke sistem pembuluh darah (vascular) atau pembuluh

    empedu (billiary duct) tetapi hanya terbatas pada lobus kanan atau

    lobus kiri hati.

    Stadium IV : Multi-fokal atau diffuse tumor yang mengenai lobus kanan dan

    lobus kiri hati.

    atau tumor dengan invasi ke dalam pembuluh darah hati

    (intra hepaticvaskuler) ataupun pembuluh empedu (biliary

    duct)

    atau tumor dengan invasi ke pembuluh darah di luar hati

    (extra hepatic vessel) seperti pembuluh darah vena limpa

    (vena lienalis) atau vena cava inferior

    atau adanya metastase keluar dari hati (extra hepatic

    metastase).

    VII. PEMERIKSAAN PENUNJANG

    a. Alphafetoprotein

    Sensitivitas Alphafetoprotein (AFP) untuk mendiagnosa KHS 60%

    70%, artinya hanya pada 60% 70% saja dari penderita kanker hati ini

    menunjukkan peninggian nilai AFP, sedangkan pada 30% 40% penderita

    nilai AFP nya normal. Spesifitas AFP hanya berkisar 60% artinya bila ada

    28

  • 7/22/2019 33361308 Presentasi Kasus Hepatocelluler Carcinoma e c Hepatitis B Kronik

    29/54

    pasien yang diperiksa darahnya dijumpai AFP yang tinggi, belum bisa

    dipastikan hanya mempunyai kanker hati ini sebab AFP juga dapat meninggi

    pada keadaan bukan kanker hati seperti pada sirrhosis hati dan hepatitis

    kronik, kanker testis, dan terratoma(8)

    b. AJH (aspirasi jarum halus)

    Biopsi aspirasi dengan jarum halus (fine needle aspiration biopsy)

    terutama ditujukan untuk menilai apakah suatu lesi yang ditemukan pada

    pemeriksaan radiologi imaging dan laboratorium AFP itu benar pasti suatu

    hepatoma. Tindakan biopsi aspirasi yang dilakukan oleh ahli patologi anatomi

    ini hendaknya dipandu oleh seorang ahli radiologi dengan menggunakan

    peralatan ultrasonografi atau CT scann fluoroscopy sehingga hasil yang

    diperoleh akurat. Cara melakukan biopsi dengan dituntun oleh USG ataupun

    CT scann mudah, aman, dan dapat ditolerir oleh pasien dan tumor yang akan

    dibiopsi dapat terlihat jelas pada layar televisi berikut dengan jarum biopsi

    yang berjalan persis menuju tumor, sehingga jelaslah hasil yang diperoleh

    mempunyai nilai diagnostik dan akurasi yang tinggi karena benar jaringan

    tumor ini yang diambil oleh jarum biopsi itu dan bukanlah jaringan sehat di

    sekitar tumor.

    c. Gambaran Radiologi

    Pesatnya kemajuan teknologi dan komputer membawa serta juga

    kemajuan dalam bidang radiologi baik peralatannya maupun teknologinya dan

    memaksa dokter spesialis radiologi untuk mengikuti training dan workshop

    29

  • 7/22/2019 33361308 Presentasi Kasus Hepatocelluler Carcinoma e c Hepatitis B Kronik

    30/54

    baik di dalam ataupun di luar negeri sehingga dengan demikian

    menghantarkan radiologi berada di barisan depan dalam penanggulangan

    penyakit kanker hati ini dan membuktikan pula dirinya berperan sangat

    penting untuk mendeteksi kanker hati. Kanker hepato selular ini bisa dijumpai

    di dalam hati berupa benjolan berbentuk kebulatan (nodule) satu buah, dua

    buah atau lebih atau bisa sangat banyak dan diffuse (merata) pada seluruh hati

    atau berkelompok di dalam hati kanan atau kiri membentuk benjolan besar

    yang bisa berkapsul(9).

    Dengan peralatan radiologi yang baik dan ditangani oleh dokter

    spesialis radiologi yang berpengalaman sudah terjamin dapat mendeteksi

    tumor dengan diameter kurang dari 1 cm dan dapatlah menjawab semua

    pertanyaan seputar kanker ini antara lain berapa banyak nodule yang

    dijumpai, berapa segment hati-kah yang terkena, bagaimana aliran darah ke

    kanker yang dilihat itu apakah sangat banyak (lebih ganas), apakah sedang

    (tidak begitu ganas) atau hanya sedikit (kurang ganas), yang penting lagi

    apakah ada sel tumor ganas ini yang sudah berada di dalam aliran darah vena

    porta, apakah sudah ada sirrhosis hati, dan apakah kanker ini sudah berpindah

    keluar dari hati (metastase) ke organ-organ tubuh lainnya. Kesemua jawaban

    inilah yang menentukan stadium kankernya, apakah pasien ini menderita

    kanker hati stadium dini atau stadium lanjut dan juga menentukan tingkat

    keganasan kankernya sehingga dengan demikian dapatlah ditaksir apakah

    penderita dapat disembuhkan sehingga bisa hidup lama ataukah sudah

    30

  • 7/22/2019 33361308 Presentasi Kasus Hepatocelluler Carcinoma e c Hepatitis B Kronik

    31/54

    memang tak tertolong lagi dan tak dapat bertahan hidup lebih lama lagi dari 6

    bulan.

    Radiologi mempunyai banyak peralatanan seperti Ultrasonography

    (USG), Color Doppler Flow Imaging Ultrasonography, Computerized

    Tomography Scann (CT Scann), Magnetic Resonance Imaging (MRI),

    Angiography, Scintigraphy dan Positron Emission Tomography (PET) yang

    menggunakan radio isotop. Pemilihan alat mana saja yang akan digunakan

    apakah dengan satu alat sudah cukup atau memang perlu digunakan beberapa

    alat yang dipilih dari sederetan alat-alat ini dapat disesuaikan dengan kondisi

    penderita(10).

    i. Ultrasonography (USG)

    Dengan USG hitam putih (grey scale) yang sederhana

    (conventional) hati yang normal tampak warna ke-abuan dan texture

    merata (homogen). Bila ada kanker langsung dapat terlihat jelas

    berupa benjolan (nodule) berwarna kehitaman, atau berwarna

    kehitaman campur keputihan dan jumlahnya bervariasi pada tiap

    pasien bisa satu, dua atau lebih atau banyak sekali dan merata pada

    seluruh hati, ataukah satu nodule yang besar dan berkapsul atau tidak

    berkapsul. Sayangnya USG conventional hanya dapat

    memperlihatkan benjolan kanker hati diameter 2 cm 3 cm saja.

    Tapi bila USG conventional ini dilengkapi dengan perangkat lunak

    harmoniksystem bisa mendeteksi benjolan kanker diameter 1 cm 2

    cm13, namun nilai akurasi ketepatan diagnosanya hanya 60%.

    31

  • 7/22/2019 33361308 Presentasi Kasus Hepatocelluler Carcinoma e c Hepatitis B Kronik

    32/54

    Rendahnya nilai akurasi ini disebabkan walaupun USG conventional

    ini dapat mendeteksi adanya benjolan kanker namun tak dapat

    melihat adanya pembuluh darah baru (neo-vascular).

    Neo-vascular merupakan ciri khas kanker yaitu pembuluh

    darah yang terbentuk sejalan dengan pertumbuhan kanker yang

    gunanya untuk menghantarkan makanan dan oksigen ke kanker itu.

    Semakin banyak neo-vascular ini semakin ganas kankernya.

    Walaupun USG color yang sudah dapat memberikan warna dan

    mampu memperlihatkan pembuluh darah di sekeliling nodule tetapi

    belum dapat memastikan keberadaan neovascular sehingga dengan

    demikian akurasi diagnostik hanya sedikit bertambah menjadi

    berkisar 60% 70%. Dengan pesatnya perkembangan teknologi, kini

    sudah ada alat USG yang lebih canggih dan lebih lengkap lagi yaitu

    Color Doppler Flow Imaging (CDFI) yaitu USG yang selain mampu

    melihat pembuluh darah di sekitar kanker juga mampu pula

    memperlihatkan kecepatan dan arah aliran darah di dalam pembuluh

    darah itu, sehingga dapat ditentukan resistensi index dan pulsatily

    index yang dengan demikian sudah dapat memastikan apakah

    pembuluh darah yang mengelilingi nodule itu adalah benar neo-

    vascularisasi dan berapa banyak adanya. Dengan dapat dipastikan

    keberadaan neo-vascularisasi ini maka akurasi diagnosa kanker

    meningkat jadi 80%. Neo-vascularisasi yang baru terbentuk yang

    memang ada tapi belum terlihat dengan teknik CDFI ini masih bisa

    32

  • 7/22/2019 33361308 Presentasi Kasus Hepatocelluler Carcinoma e c Hepatitis B Kronik

    33/54

    dilihat dengan cara diberikan suntikan zat kontras pada penderita

    sewaktu dilakukan pemeriksaan CDFI USG, zat kontras itu mampu

    menembus masuk ke dalam neo-vascularisasi yang menyusup di

    dalam nodule. Dengan demikian akurasi diagnosa meningkat

    menjadi 90% dan lebih-lebih lagi dapat mendeteksi kanker

    berukuran lebih kecil dari 1 cm.

    Dengan Color Doppler Flow Imaging USG ini juga

    memungkinkan kita melihat apakah ada portal vein tumor

    thrombosis yaitu sel-sel kanker (tumor thrombus) yang lepas dan

    masuk ke dalam vena Porta. Penting sekali memastikan keberadaan

    tumor thrombus di dalam vena porta ini karena thrombus ini dapat

    menyumbat aliran darah. Pada keadaan normal semua makanan yang

    telah dicernakan oleh usus akan dihantarkan ke hati oleh vena porta

    ini. Bila vena ini tersumbat oleh tumor thrombus maka hati tidak

    menerima nutrisi lagi dengan kata lain hati tak dapat makanan lagi

    sehingga sel-sel hati akan mati (necrosis) secara perlahan tetapi pasti

    dan ini sangat membahayakan penderita karena dapat terjadi gagal

    hati (liver failure). Tumor thrombus ini bisa ukurannya besar

    sehingga menutup seluruh lumen vena porta, bisa kecil, dan hanya

    menutup sebahagian lumen saja sehingga masih bisa ada aliran darah

    di dalam vena porta ini. Dari hasil USG ini sudah bisa diarahkan

    dengan tepat tindakan pengobatan apa yang paling sesuai dan

    bermanfaat untuk penderita apakah akan dilakukan operasi

    33

  • 7/22/2019 33361308 Presentasi Kasus Hepatocelluler Carcinoma e c Hepatitis B Kronik

    34/54

    membuang sebahagian hati (reseksi hepatektomi partial) atau tidak,

    apakah bisa di-embolisasi atau tidak ataukah hanya dilakukan infuse

    kemoterapi intra-arterial saja. Tapi bila sudah jelas terdapat tumor

    thrombus di dalam vena porta dan sudah pula menyumbat vena ini,

    maka tindakan operatif dan embolisasi sudah hampir tidak berarti

    lagi dan satusatunya cara untuk menyelamatkan penderita adalah

    dengan cara transplantasi hati (liver transplantation).

    ii. CT Scan

    Di samping USG diperlukan CT scann sebagai pelengkap

    yang dapat menilai seluruh segmen hati dalam satu potongan gambar

    yang dengan USG gambar hati itu hanya bisa dibuat sebagian-

    sebagian saja. CT scann yang saat ini teknologinya berkembang

    pesat telah pula menunjukkan akurasi yang tinggi apalagi dengan

    menggunakan teknik hellical CT scann, multislice yang sanggup

    membuat irisan-irisan yang sangat halus sehingga kanker yang

    paling kecil pun tidak terlewatkan. Lebih canggih lagi sekarang CT

    scann sudah dapat membuat gambar kanker dalam tiga dimensi dan

    empat dimensi dengan sangat jelas dan dapat pula memperlihatkan

    hubungan kanker ini dengan jaringan tubuh sekitarnya.

    iii. Angiografy

    Dicadangkan hanya untuk penderita kanker hati-nya yang

    dari hasil pemeriksaan USG dan CT scann diperkirakan masih ada

    tindakan terapi bedah atau non-bedah masih yang mungkin

    34

  • 7/22/2019 33361308 Presentasi Kasus Hepatocelluler Carcinoma e c Hepatitis B Kronik

    35/54

    dilakukan untuk menyelamatkan penderita. Pada setiap pasien yang

    akan menjalani operasi reseksi hati harus dilakukan pemeriksaan

    angiografi. Dengan angiografi ini dapat dilihat berapa luas kanker

    yang sebenarnya. Kanker yang kita lihat dengan USG yang

    diperkirakan kecil sesuai dengan ukuran pada USG bisa saja ukuran

    sebenarnya dua atau tiga kali lebih besar. Angigrafi bisa

    memperlihatkan ukuran kanker yang sebenarnya. Lebih lengkap lagi

    bila dilakukan CT angiography yang dapat memperjelas batas antara

    kanker dan jaringan sehat di sekitarnya sehingga ahli bedah sewaktu

    melakukan operasi membuang kanker hati itu tahu menentukan di

    mana harus dibuat batas sayatannya(14).

    iv. MRI (Magnetic Resonance Imaging)

    Bila CT scann mengunakan sinar X maka MRI ini

    menggunakan gelombang magnet tanpa adanya Sinar X. CT

    angiography menggunakan zat contrast yaitu zat yang diperlukan

    untuk melihat pembuluh darah. Tanpa zat ini pembuluh darah tak

    dapat dilihat. Pemeriksaan dengan MRI ini langsung dipilih sebagai

    alternatif bila ada gambaran CT scann yang meragukan atau pada

    penderita yang ada risiko bahaya radiasi sinar X dan pada penderita

    yang ada kontraindikasi (risiko bahaya) pemberian zat contrast

    sehingga pemeriksaan CT angiography tak memungkinkan padahal

    diperlukan gambar peta pembuluh darah. MRI yang dilengkapi

    dengan perangkat lunakMagnetic Resonance Angiography (MRA)

    35

  • 7/22/2019 33361308 Presentasi Kasus Hepatocelluler Carcinoma e c Hepatitis B Kronik

    36/54

    sudah pula mampu menampilkan dan membuat peta pembuluh darah

    kanker hati ini. Sayangnya ongkos pemeriksaan dengan MRI dan

    MRA ini mahal, sehingga selalu CT scan yang merupakan pilihan

    pertama.

    v. PET (Positron Emission Tomography)

    Salah satu teknologi terkini peralatan kedokteran radiologi

    adalah Positron Emission Tomography (PET) yang merupakan alat

    pendiagnosis kanker menggunakan glukosa radioaktif yang dikenal

    sebagai flourine18 atau Fluorodeoxyglucose (FGD) yang mampu

    mendiagnosa kanker dengan cepat dan dalam stadium dini. Caranya,

    pasien disuntik dengan glukosa radioaktif untuk mendiagnosis sel-sel

    kanker di dalam tubuh. Cairan glukosa ini akan bermetabolisme di

    dalam tubuh dan memunculkan respons terhadap sel-sel yang

    terkena kanker. PET dapat menetapkan tingkat atau stadium kanker

    hati sehingga tindakan lanjut penanganan kanker ini serta

    pengobatannya menjadi lebih mudah. Di samping itu juga dapat

    melihat metastase (penyebaran).

    VIII. PENGOBATAN

    Pemilihan terapi kanker hati ini sangat tergantung pada hasil pemeriksaan

    radiologi. Sebelum ditentukan pilihan terapi hendaklah dipastikan besarnya

    ukuran kanker, lokasi kanker di bahagian hati yang mana, apakah lesinya tunggal

    (soliter) atau banyak (multiple), atau merupakan satu kanker yang sangat besar

    36

  • 7/22/2019 33361308 Presentasi Kasus Hepatocelluler Carcinoma e c Hepatitis B Kronik

    37/54

    berkapsul, atau kanker sudah merata pada seluruh hati, serta ada tidaknya

    metastasis (penyebaran) ke tempat lain di dalam tubuh penderita ataukah sudah

    ada tumor thrombus di dalam vena porta dan apakah sudah ada sirrhosis hati (12).

    Tahap tindakan pengobatan terbagi tiga, yaitu tindakan bedah hati

    digabung dengan tindakan radiologi dan tindakan non-bedah dan tindakan

    transplantasi (pencangkokan) hati.

    1. Tindakan Bedah Hati Digabung dengan Tindakan Radiologi

    Terapi yang paling ideal untuk kanker hati stadium dini adalah tindakan

    bedah yaitu reseksi (pemotongan) bahagian hati yang terkena kanker dan juga

    reseksi daerah sekitarnya. Pada prinsipnya dokter ahli bedah akan membuang

    seluruh kanker dan tidak akan menyisakan lagi jaringan kanker pada penderita,

    karena bila tersisa tentu kankernya akan tumbuh lagi jadi besar, untuk itu sebelum

    menyayat kanker dokter ini harus tahu pasti batas antara kanker dan jaringan yang

    sehat. Radiologilah satu-satunya cara untuk menentukan perkiraan pasti batas itu

    yaitu dengan pemeriksaan CT angiography yang dapat memperjelas batas kanker

    dan jaringan sehat sehingga ahli bedah tahu menentukan di mana harus dibuat

    sayatan. Maka harus dilakukan CT angiography terlebih dahulu sebelum

    dioperasi.

    Dilakukan CT angiography sekaligus membuat peta pembuluh darah

    kanker sehingga jelas terlihat pembuluh darah mana yang bertanggung jawab

    memberikan makanan (feeding artery) yang diperlukan kanker untuk dapat

    tumbuh subur. Sesudah itu barulah dilakukan tindakan radiologi Trans Arterial

    Embolisasi (TAE) yaitu suatu tindakan memasukkan suatu zat yang dapat

    37

  • 7/22/2019 33361308 Presentasi Kasus Hepatocelluler Carcinoma e c Hepatitis B Kronik

    38/54

    menyumbat pembuluh darah (feeding artery) itu sehingga menyetop suplai

    makanan ke sel-sel kanker dan dengan demikian kemampuan hidup (viability)

    dari sel-sel kanker akan sangat menurun sampai menghilang.

    Sebelum dilakukan TAE dilakukan dulu tindakan Trans Arterial

    Chemotherapy (TAC) dengan tujuan sebelum ditutupfeeding artery lebih dahulu

    kanker-nya disirami racun (chemotherapy) sehingga sel-sel kanker yang sudah

    kena racun dan ditutup lagi suplai makanannya maka sel-sel kanker benar-benar

    akan mati dan tak dapat berkembang lagi dan bila selsel ini nanti terlepas pun saat

    operasi tak perlu dikhawatirkan, karena sudah tak mampu lagi bertumbuh.

    Tindakan TAE digabung dengan tindakan TAC yang dilakukan oleh dokter

    spesialis radiologi disebut tindakan Trans Arterial Chemoembolisation (TACE).

    Selain itu TAE ini juga untuk tujuan supportifyaitu mengurangi perdarahan pada

    saat operasi dan juga untuk mengecilkan ukuran kanker dengan demikian

    memudahkan dokter ahli bedah. Setelah kanker disayat, seluruh jaringan kanker

    itu harus diperiksakan pada dokter ahli patologi yaitu satu-satunya dokter yang

    berkompentensi dan yang dapat menentukan dan memberikan kata pasti apakah

    benar pinggir sayatan sudah bebas kanker. Bila benar pinggir sayatan bebas

    kanker artinya sudahlah pasti tidak ada lagi jaringan kanker yang masih tertinggal

    di dalam hati penderita. Kemudian diberikan chemotherapy (kemoterapi) yang

    bertujuan meracuni sel-sel kanker agar tak mampu lagi tumbuh berkembang biak.

    Pemberian Kemoterapi dilakukan oleh dokter spesialis penyakit dalam bahagian

    onkologi (medical oncologist) ini secara intra venous (disuntikkan melalui

    pembuluh darah vena) yaitu epirubucin/dexorubicin 80 mg digabung dengan

    38

  • 7/22/2019 33361308 Presentasi Kasus Hepatocelluler Carcinoma e c Hepatitis B Kronik

    39/54

    mitomycine C 10 mg. Dengan cara pengobatan seperti ini usia harapan hidup

    penderita per lima tahun 90% dan per 10 tahun 80%.

    2. Tindakan Non-bedah Hati

    Tindakan non-bedah merupakan pilihan untuk pasien yang datang pada

    stadium lanjut. Tindakan non-bedah dilakukan oleh dokter ahli radiologi.

    Termasuk dalam tindakan non-bedah ini adalah:

    a. Embolisasi Arteri Hepatika (Trans Arterial Embolisasi = TAE)

    Pada prinsipnya sel yang hidup membutuhkan makanan dan oksigen yang

    datangnya bersama aliran darah yang menyuplai sel tersebut. Pada kanker timbul

    banyak sel-sel baru sehingga diperlukan banyak makanan dan oksigen, dengan

    demikian terjadi banyak pembuluh darah baru (neovascularisasi) yang merupakan

    cabang-cabang dari pembuluh darah yang sudah ada disebut pembuluh darah

    pemberi makanan (feeding artery) Tindakan TAE ini menyumbatfeeding artery.

    Caranya dimasukkan kateter melalui pembuluh darah di paha (arteri femoralis)

    yang seterusnya masuk ke pembuluh nadi besar di perut (aorta abdominalis) dan

    seterusnya dimasukkan ke pembuluh darah hati (artery hepatica) dan seterusnya

    masuk ke dalam feeding artery. Lalu feeding artery ini disumbat (diembolisasi)

    dengan suatu bahan seperti gel foam sehingga aliran darah ke kanker dihentikan

    dan dengan demikian suplai makanan dan oksigen ke selsel kanker akan terhenti

    dan sel-sel kanker ini akan mati. Apalagi sebelum dilakukan embolisasi dilakukan

    tindakan trans arterial chemotherapy yaitu memberikan obat kemoterapi melalui

    feeding artery itu maka sel-sel kanker jadi diracuni dengan obat yang mematikan.

    39

  • 7/22/2019 33361308 Presentasi Kasus Hepatocelluler Carcinoma e c Hepatitis B Kronik

    40/54

    Bila kedua cara ini digabung maka sel-sel kanker benar-benar terjamin mati dan

    tak berkembang lagi.

    Dengan dasar inilah embolisasi dan injeksi kemoterapi intra-arterial

    dikembangkan dan nampaknya memberi harapan yang lebih cerah pada penderita

    yang terancam maut ini. Angka harapan hidup penderita dengan cara ini per lima

    tahunnya bisa mencapai sampai 70% dan per sepuluh tahunnya bisa mencapai

    50%.

    b. Infus Sitostatika Intra-arterial.

    Menurut literatur 70% nutrisi dan oksigenasi sel-sel hati yang normal

    berasal dari vena porta dan 30% dari arteri hepatika, sehingga sel-sel ganas

    mendapat nutrisi dan oksigenasi terutama dari sistem arteri hepatika. Bila Vena

    porta tertutup oleh tumor maka makanan dan oksigen ke sel-sel hati normal akan

    terhenti dan sel-sel tersebut akan mati. Dapatlah dimengerti kenapa pasien cepat

    meninggal bila sudah ada penyumbatan vena porta ini.

    Infus sitostatika intra-arterial ini dikerjakan bila vena porta sampai ke

    cabang besar tertutup oleh sel-sel tumor di dalamnya dan pada pasien tidak dapat

    dilakukan tindakan transplantasi hati oleh karena ketiadaan donor, atau karena

    pasien menolak atau karena ketidakmampuan pasien.

    Sitostatika yang dipakai adalah mitomycin C 10 20 Mg kombinasi

    dengan adriblastina 10-20 Mg dicampur dengan NaCl (saline) 100 200 cc. Atau

    dapat juga cisplatin dan 5FU (5 Fluoro Uracil). Metoda ballon occluded intra

    arterial infusion adalah modifikasi infuse sitostatika intra-arterial, hanya kateter

    yang dipakai adalah double lumen ballon catheteryang di-insert (dimasukkan) ke

    40

  • 7/22/2019 33361308 Presentasi Kasus Hepatocelluler Carcinoma e c Hepatitis B Kronik

    41/54

    dalam arteri hepatika. Setelah ballon dikembangkan terjadi sumbatan aliran darah,

    sitostatika diinjeksikan dalam keadaan ballon mengembang selama 10 30 menit,

    tujuannya adalah memperlama kontak sitostatika dengan tumor. Dengan cara ini

    maka harapan hidup pasien per lima tahunnya menjadi 40% dan per sepuluh

    tahunnya 30% dibandingkan dengan tanpa pengobatan adalah 20% dan 10%.

    c. Injeksi Etanol Perkutan (Percutaneus Etanol Injeksi = PEI)

    Pada kasus-kasus yang menolak untuk dibedah dan juga menolak semua

    tindakan atau pasien tidak mampu membiayai pembedahan dan tak mampu

    membiayai tindakan lainnya maka tindakan PEI-lah yang menjadi pilihan satu-

    satunya. Tindakan injeksi etanol perkutan ini mudah dikerjakan, aman, efek

    samping ringan, biaya murah, dan hasilnya pun cukup memberikan harapan. PEI

    hanya dikerjakan pada pasien stadium dini saja dan tidak pada stadium lanjut.

    Sebagian besar peneliti melakukan pengobatan dengan cara ini untuk kanker

    bergaris tengah sampai 5 cm, walaupun pengobatan paling optimal dikerjakan

    pada garis tengah kurang dari 3 cm.

    Pemeriksaan histopatologi setelah tindakan membuktikan bahwa tumor

    mengalami nekrosis yang lengkap. Sebagian besar peneliti menyuntikkan etanol

    perkutan pada kasus kanker ini dengan jumlah lesi tidak lebih dari 3 buah nodule,

    meskipun dilaporkan bahwa lesi tunggal merupakan kasus yang paling optimal

    dalam pengobatan. Walaupun kelihatannya cara ini mugkin dapat menolong tetapi

    tidak banyak penelitian yang memadai dilakukan sehingga hanya dikatakan

    membawa tindakan ini memberi hasil yang cukup menggembirakan.

    d. Terapi Non-bedah Lainnya

    41

  • 7/22/2019 33361308 Presentasi Kasus Hepatocelluler Carcinoma e c Hepatitis B Kronik

    42/54

    Terapi non-bedah lainnya saat ini sudah dikembangkan dan hanya

    dilakukan bila terapi bedah reseksi dan Trans Arterial Embolisasi (TAE) ataupun

    Trans Arterial Chemoembolisation ataupun Trans Arterial Chemotherapy tak

    mungkin dilakukan lagi. Di antaranya yaitu terapi Radio Frequency Ablation

    Therapy (RFA), Proton Beam Therapy, Three Dimentional Conformal

    Radiotherapy (3DCRT), Cryosurgery yang kesemuanya ini bersifat palliatif

    (membantu) bukan kuratif(menyembuhkan) keseluruhannya.

    3. Tindakan Transplantasi Hati

    Bila kanker hati ini ditemukan pada pasien yang sudah ada sirrhosis hati

    dan ditemukan kerusakan hati yang berkelanjutan atau sudah hampir seluruh hati

    terkena kanker atau sudah ada sel-sel kanker yang masuk ke vena porta (thrombus

    vena porta) maka tidak ada jalan terapi yang lebih baik lagi dari transplantasi hati.

    Transplantasi hati adalah tindakan pemasangan organ hati dari orang lain ke

    dalam tubuh seseorang. Langkah ini ditempuh bila langkah lain seperti operasi

    dan tindakan radiologi seperti yang disebut di atas tidak mampu lagi menolong

    pasien (13).

    42

  • 7/22/2019 33361308 Presentasi Kasus Hepatocelluler Carcinoma e c Hepatitis B Kronik

    43/54

    BAB III

    GAMBARAN RADIOLOGIS

    A. Gambaran Ultrasonografi (USG)

    Perkembangan yang cepat dari gray-scale ultrasonografi menjadikan gambaran

    parenkim hati lebih jelas. Keuntungan hal ini menyebabkan kualitas struktur eko

    jaringan hati lebih mudah dipelajari sehingga identifikasi lesi-lesi lebih jelas, baik

    merupakan lesi lokal maupun kelainan parenkim difus(14).

    Pada hepatoma/karsinoma hepatoselular sering diketemukan adanya hepar yang

    membesar, permukaan yang bergelombang dan lesi-lesi fokal intrahepatik dengan

    struktur eko yang berbeda dengan parenkim hati normal.

    43

  • 7/22/2019 33361308 Presentasi Kasus Hepatocelluler Carcinoma e c Hepatitis B Kronik

    44/54

    Gambaran USG KHS; tampak nodul gema bulat dengan densitas gema rendah.

    44

  • 7/22/2019 33361308 Presentasi Kasus Hepatocelluler Carcinoma e c Hepatitis B Kronik

    45/54

    USG karsinoma hepatoseluler, tampak nodul hipoecoic dengan diameter 2,3cm

    pada pasien laki-laki umur 67 th.

    Color doppler US, menunjukkan aliran darah ke tumor di postero-anterior

    segmen dari lobus kanan.

    45

  • 7/22/2019 33361308 Presentasi Kasus Hepatocelluler Carcinoma e c Hepatitis B Kronik

    46/54

    Color doppler US pada KHS, tampak aliran darah ke tumordi antero-inferior

    segmen pada lobus kanan.

    B. Gambaran CT-Scan

    Di samping USG diperlukan CT scann sebagai pelengkap yang dapat menilai

    seluruh segmen hati dalam satu potongan gambar yang dengan USG gambar hati

    itu hanya bisa dibuat sebagian-sebagian saja. CT scann yang saat ini teknologinya

    berkembang pesat telah pula menunjukkan akurasi yang tinggi apalagi dengan

    menggunakan teknik hellical CT scann, multislice yang sanggup membuat irisan-

    irisan yang sangat halus sehingga kanker yang paling kecil pun tidak terlewatkan.

    MD-CTScan pada wanita 57 tahun dengan riwaya hepatitis B, tampak nodul

    karsinoma hepatoselular.

    46

  • 7/22/2019 33361308 Presentasi Kasus Hepatocelluler Carcinoma e c Hepatitis B Kronik

    47/54

    CT-scan dengan kontras memperlihatkan masa pada karsinoma hepatoselular.

    C. Angiografi

    Pada setiap pasien yang akan menjalani operasi reseksi hati harus dilakukan

    pemeriksaan angiografi. Dengan angiografi ini dapat dilihat berapa luas kanker

    yang sebenarnya. Kanker yang kita lihat dengan USG yang diperkirakan kecil

    sesuai dengan ukuran pada USG bisa saja ukuran sebenarnya dua atau tiga kali

    lebih besar. Angigrafi bisa memperlihatkan ukuran kanker yang sebenarnya.

    47

  • 7/22/2019 33361308 Presentasi Kasus Hepatocelluler Carcinoma e c Hepatitis B Kronik

    48/54

    Celiac angiogram menunjukkan pembuluh darah hepar dengan multipel

    karsinoma hepatoseluler sebelum terapi (kiri), dan sesudah terapi (kanan)

    menunjukkan penurunan vaskular dan respon terapi.

    D. Gambaran MRI

    Pemeriksaan dengan MRI ini langsung dipilih sebagai alternatif bila ada

    gambaran CT scann yang meragukan atau pada penderita yang ada risiko bahaya

    radiasi sinar X dan pada penderita yang ada kontraindikasi (risiko bahaya)

    48

  • 7/22/2019 33361308 Presentasi Kasus Hepatocelluler Carcinoma e c Hepatitis B Kronik

    49/54

    pemberian zat contrast sehingga pemeriksaan CT angiography tak

    memungkinkan padahal diperlukan gambar peta pembuluh darah.

    Pada gambaran MRI diatas terlihat multipel hipervaskular kecil pada karsinoma

    hepatoselular.

    49

  • 7/22/2019 33361308 Presentasi Kasus Hepatocelluler Carcinoma e c Hepatitis B Kronik

    50/54

    Gambaran MRI pada karsinoma hepatoselular, tampak lesi dengan diamer 2,5cm

    pada aspek infero-medial.

    a. Gambaran MRI pada karsinoma hepatoselular di segmen VI hepar saat arterial

    phase menggunakan gadolinium ethoxybenzyl diethylenetriaminepentaacetic acid

    (GD-EOB-DTPA), tampak nodul kecil ukuran 2,8cm.

    b. MRI dengan T1-weightened pada hepatobiliar fase, 20 menit setelah injek GD-

    EOB-DTPA, tampak gambaran hipointens yang dpat dibedakan dengan soft tissue

    normal lainnya.

    E. Gambaran PET

    Positron Emission Tomography (PET) yang merupakan alat pendiagnosis

    kanker menggunakan glukosa radioaktif yang dikenal sebagai flourine18 atau

    Fluorodeoxyglucose (FGD) yang mampu mendiagnosa kanker dengan cepat dan

    dalam stadium dini. Caranya, pasien disuntik dengan glukosa radioaktif untuk

    mendiagnosis sel-sel kanker di dalam tubuh. Cairan glukosa ini akan

    50

  • 7/22/2019 33361308 Presentasi Kasus Hepatocelluler Carcinoma e c Hepatitis B Kronik

    51/54

    bermetabolisme di dalam tubuh dan memunculkan respons terhadap sel-sel yang

    terkena kanker.

    Pasien diinjeksikan FGD, kemudian bisa dimonitor radioaktinya.

    51

  • 7/22/2019 33361308 Presentasi Kasus Hepatocelluler Carcinoma e c Hepatitis B Kronik

    52/54

    Tampak FGD mengelilingi tumor, kemudian divalidasi dengan US Color Dopler dan

    histologi

    Diambil jaringan hatinya dan ditemukan bagian yang nekrosis.

    52

  • 7/22/2019 33361308 Presentasi Kasus Hepatocelluler Carcinoma e c Hepatitis B Kronik

    53/54

    BAB IV

    KESIMPULAN

    1. Karsinoma hepatoseluler (KHS) atau hepatoma adalah suatu tumor ganas primer

    pada hati yang paling sering ditemukan.

    2. Faktor risiko KHS adalah infeksi hepatitis B, infeksi hepatitis C, alkohol,

    aflatoxin B1, obat-obat terlarang dan sirosis.

    3. Gejala klinis KHS adalah sakit perut, rasa penuh, bengkak di perut kanan, nafsu

    makan berkurang dan rasa lemas.

    4. Diagnosis KHS ditegakkan bila ditemui dua atau lebih dari lima kriteria atau

    hanya satu yaitu kriteria empat atau lima dari PPHI.

    5. Pemeriksaan KHS terdiri dari laboratorium, biopsi, radiologi imaging berupa

    USG, CT Scan, MRI, dan PET.

    6. Pengobatan KHS meliputi tindakan bedah hati digabung dengan tindakan

    radiologi, tindakan non bedah hati dan transplantasi hati.

    53

  • 7/22/2019 33361308 Presentasi Kasus Hepatocelluler Carcinoma e c Hepatitis B Kronik

    54/54

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Anonim. Hepatologi. Dalam: Buku saku diagnosis dan terapi. Hayes PC, Mackay

    TW (editor). 2002. Jakarta : EGC

    2. Sudoyo, Aru W., dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 4. Jakarta: Pusat

    Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. 2006.

    3. Anonim. Hepatocellular carcinoma. 2009. http// Wikipedia.com

    4. Fauci,AS. Harrison manual of medicine New York. McGraw Hill medical.2009

    5. Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. Panduan Pelayanan

    Medik. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. 2006.

    6. Richard L. Baron, M.D. and Mark S. Peterson M.D. Screening the Cirrhotic Liver

    for Hepatocellular Carcinoma with CT and MR Imaging: Opportunities and

    Pitfalls. RSNA 2001 Volume 21: 117 132.

    7. Rasad S., 2005. Radiologi Diagnostik. FKUI; Jakarta.