analisis routing dan scheduling

Upload: novie-tyas-noegroho-ningroem

Post on 10-Feb-2018

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/22/2019 Analisis Routing Dan Scheduling

    1/12

    1

    ANALISIS ROUTING DAN SCHEDULING DENGAN MENGGUNAKAN METODE SAVING MATRIX

    UNTUK PENGIRIMAN AREA MODERN TRADE (MT) DI DESC-KIMBERLY INDONESIA

    Abstract

    By: I Wayan Kemara Giri, S.Sos., M.Si

    Each shipment will certainly consider several aspects that affect the sending, among others,

    the number of fleet to be used, the type of fleet that are used are loaded into the cargo fleet,

    route to be taken, and others. Kimberly DESC in each delivery products using routing and

    scheduling deliveries by tracking monitoring. DESC course, must consider such aspects as the

    number of fleets that are used and the route to efficiency is achieved. Tracking Monitoring

    (determination of routing and scheduling manually DESC) DESC made by using many

    transporters that result in high costs and long subcontracting transporter route (trip) taken

    by the fleet. To determine the routing and scheduling as well as minimizing the distance

    traveled, then saving matrix method is used. This method can be used to establish which

    route will be pursued and how the smallest distance that can be taken by a fleet of delivery.Fleet used in the method of saving first matrix evaluated its performance based on the

    criteria on time delivery and on-time POD to DHL. The results of calculations with saving

    matrix can be seen that the route can be traveled by the fleet that is there are 4 routes with

    a number of stores that will be visited as many as nine stores. Fleet which is used by 4 fleet

    with two types of fleets. The total distance traveled is 330 scale map (be known map scale is

    1: 70,000). Subcontract costs incurred amounted to Rp. 1.760.000,- with an efficiency level of

    Rp. 1.237.500, -.

    Key Words: Supply Chain, Transportation, Saving Matrix Method

    I. PENDAHULUAN.

    1.1 Latar Belakang

    Logistik menurut Pusat Pengembangan Manajemen Pengadaan Indonesia (PPMPI) merupakan

    ilmu dan manajemen praktis yang berkaitan dengan barang yang secara umum bertujuan dan

    meliputi pemilihan jenis yang tepat, penetapan jumlah yang tepat, pengiriman ke lokasi yang

    tepat. Dahulu logistik hanya dikenal sebagai pertukaran material yang satu dengan material

    yang lain yang dilakukan oleh 2 (dua) orang yang berdekatan. Namun sekarang logistik bisa

    dilakukan dengan 2 (dua) pihak atau lebih yang saling berkepentingan sekalipun dengan jarak

    yang sangat jauh. Begitu pula dengan sistem management logistik yang telah berkembangan

    dengan pesat. Sekarang ini logistik telah mencakup banyak aspek antara lain : Pergudangan,

    Ekspor-impor, Transportasi, dan lain-lain. Aspek-aspek tersebut akan saling berhubungan dan

    tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya. Supply Chain sendiri semakin berkembang

    bisnisnya di Indonesia. Perusahaan-perusahaan besar seperti DHL, TIKI, RPX, FEDEX, MSA

    CARGO, PANDU SIWI dan beberapa perusahaan lainnya yang bergerak di bidang supply chain

    banyak mendapatkan tawaran dari beberapa perusahaan manufaktur besar yang

    membutuhkan jasa pengiriman barang. Banyaknya tawaran ini membuat persaingan antar

    perusahaan supply chain dalam mendapatkan customer menjadi lebih ketat. Harga kontrak

    menjadi faktor utama bagi perusahaan manufaktur dalam menggunakan jasa supply chain ini.

    Selain itu, peranan kecepatan informasi dan teknologi juga sangat berpengaruh bagi

    perusahaan manufaktur dalam menggunakan jasa supply chain.

    Semakin berkembangnya bisnis logistik di Indonesia, membuat banyak investor tertarik untuk

    mengambil peluang bisnis ini. DHL Exel Supply Chain (DESC) Indonesia merupakan salah satu

  • 7/22/2019 Analisis Routing Dan Scheduling

    2/12

    2

    perusahaan internasional yang bergerak di bidang logistik terutama di bidang supply chain

    (rantai pasok). DESC menjadi salah satu provider kelas atas di Indonesia yang bergerak di

    bidang logistik karena pengalaman dan kinerja mereka yang begitu baik, baik di Indonesia

    maupun di dunia. DESC Indonesia berperan sebagai 4PL atau Fourth Party Logistic. Tugas 4PL

    sendiri yaitu menangani pergerakan material dari satu divisi ke divisi lain dalam suatu rantai

    pasok atau dalam bahasa logistiknya menangani suatu aliran material dari supplier sampai kecustomer akhir dengan pelayanan ekstra (packaging, customer care, return product)setelah

    material diterima oleh customer.

    Salah satu proyek yang ditangani oleh DESC yaitu Kimberly Lever Indonesia. DESC

    memfokuskan diri pada jasa pergudangan dan pendistribusian produk-produk Kimberly

    sampai ke customer akhir. Kimberly, perusahaan yang bergerak di bidang consumer goods

    bekerja sama dengan DESC Indonesia dengan tujuan untuk mengirimkan produk-produk

    mereka ke seluruh wilayah di Indonesia. Produk-produk Kimberly sendiri antara lain kleenex,

    kotex, huggies, shampoo bayi (huggies), dan lain-lain. Proses pengiriman barang Kimberly

    dimulai dengan beberapa proses. Diawali dengan masuknya order dari toko ke Kimberly,

    kemudian diteruskan order tersebut ke DESC Indonesia. Order diterima melalui fax, email, dankiriman kilat (karena ada beberapa toko/distributor yang mengirimkan Purchase Order asli).

    Setelah DESC Indonesia menerima order yang dikirimkan oleh Kimberly, maka DESC akan

    melakukan routing PO (Purchase Order).Routing ini dilakukan untuk membagi PO yang telah

    diterima menurut daerah tujuannya masing-masing. Setelah dilakukan routing PO, maka akan

    dilakukan pemetaan pengiriman produk ke daerah tujuan (toko). Pemetaan pengiriman

    sendiri masih dilakukan secara manual yaitu dengan menggunakan pengetahuan umum tim

    transport mengenai suatu daerah.

    Terkadang terjadi kesalahan analisis dalam pemetaan toko tersebut. Biasanya kesalahan ini

    terjadi untuk pengiriman ke 2 (dua) toko yaitu daerah Jakarta Timur dan Tangerang. Kesalahan

    yang dimaksud dalam hal ini yaitu jarak antara 2 (dua) toko tersebut yang terlalu jauh danbiaya lead timeyang bertambah. Hal ini tentunya akan berpengaruh terhadap waktu bongkar

    di masing-masing toko tersebut. Apabila di toko pertama mobil lama dibongkar oleh pihak

    toko maka mobil tidak dapat bongkar di toko 2 (dua) pada hari yang sama.Hal ini tentunya

    akan mempengaruhi kinerja DESC karena ada beberapa toko yang memiliki lead time yang

    pendek (satu hari).

    1.2 Identifikasi Maslah.

    Peranan penting saluran distribusi dalam penentuan rute terpendek mendorong DHL ESC

    untuk mengelola saluran distribusinya dengan baik untuk meningkatkan kepuasan pelanggan.

    Cara yang dilakukan adalah dengan menyeleksi saluran distribusi, memotivasi saluran

    distribusi dan mengevaluasi saluran distribusi sehingga dapat memberikan kontribusi yang

    optimal bagi perkembangan dan peningkatan keuntungan perusahan. Untuk itu perlu

    diadakan kajian secara ilmiah, apakah ada kaitan maupun pengaruhnya jika perusahaan dapat

    mengoptimalkan rute terpendek dalam mendistribusikan barang dan hal itu akan memberikan

    efisiensi biaya operasional pengantaran pada alternatif rute terpendek kepada perusahaan.

    Dari uraian latar belakang masalah penelitian tersebut di atas, maka masalah penelitian ini

    dapat dirumuskan atau di identifikasikan sebagai berikut :

    1 Bagaimana menentukan routing dan scheduling dengan menggunakan metode savings

    matrix agar kinerja dalam pengiriman produk lebih baik?

    2. Bagaimana meminimalkan total jarak yang ditempuh untuk pengiriman produk ke lebih

    dari satu toko dengan menggunakan metode savings matrix?

  • 7/22/2019 Analisis Routing Dan Scheduling

    3/12

    3

    3. Seberapa besar efisiensi rute (trip) dan biaya dalam pengiriman yang dilakukan oleh DHL

    ESC Indonesia?

    II. TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Konsep Umum Supply ChainRantai Pasok atau jaringan logistik merupakan sistem sebuah organisasi, manusia, teknologi,

    aktifitas, informasi dan sumber daya-sumber daya yang terlibat dalam pergerakan sebuah

    produk atau layanan dari pemasok ke pelanggan. Aktifitas rantai pasok mengubah sumber

    daya alam, bahan baku dan komponen-komponen menjadi produk jadi yang dikirimkan ke

    pelanggan akhir. Dalam sistem rantai pasok yang berpengalaman, produk yang digunakan

    mungkin akan masuk kembali ke titik manapun yang mana nilai sisa dapat didaur ulang

    (Bowersox, 1996 : 12).

    2.1.1 Supply Chain Management

    Pada tahun 1980-an Manajemen Rantai Pasok (SCM) dikembangkan untuk mempercepat

    kebutuhan menyatukan pemrosesan bisnis kunci, dari pengguna akhir sampai ke pemasokawal. Pemasok awal merupakan penyedia produk-produk, layanan dan informasi yang

    menjadi nilai tambah bagi pelanggan dan stakeholder lainnya. Pemikiran dasar dibalik SCM

    yaitu perusahaan dan korporasi terlibat dalam rantai pasok dengan bertukar informasi seperti

    fluktuasi pasar, kapabilitas produksi. Tujuan utama manajemen rantai pasok yaitu (Chopra,

    2001 : 263):

    a) Memenuhi permintaan pelanggan

    b) Penggunaan sumber daya yang paling efisien

    c) Distribusi kapasitas

    d) Persediaan

    e) Penelitian

    2.1.2 Vendor (Supply Chain)

    Vendor atau pemasok merupakan manajemen rantai pasok yang berarti bahwa siapapun yang

    menyediakan barang atau layanan bagi perusahaan. Pemasok sering bersifat inventoriable

    bagi barang-barang milik perusahaan manufaktur, dan menjual barang tersebut kepada

    pelanggan (Chopra & Meindl, 2001 : 175). Ciri khas pemasok dapat ditemukan pada sistem

    keuangan lainnya atau pada sistem manajemen pergudangan. Pemasok sering diatur dengan

    audit kualitas pemasok. Purchase Order sering digunakan sebagai perjanjian/kontrak dengan

    pemasok untuk membeli barang atau layanan. Pemasok dapat berfungsi sebagai distributor

    barang. Pemasok dapat berfungsi sebagai manufaktur barang. Jika pemasok juga sebagai

    manufaktur, mereka akan membuat stock dibandingkan dengan membuat order.

    2.1.3 Purchase Order

    Purchase Order (PO) merupakan dokumen komersial yang dikeluarkan oleh pembeli kepada

    penjual, yang mengindikasikan jenis, jumlah dan harga yang telah disetujui untuk produk-

    produk atau layanan yang disediakan penjual bagi pembeli (Porter, 1996 :

    http://www.fas.usda.gov/info/factsheets/china/distribution.html). Mengirimkan PO kepada

    pemasok merupakan bukti legal untuk menawarkan pembelian produk atau layanan. PO

    sudah dapat dijalankan apabila telah terjadi kesepakatan antar penjual dan pembeli. Biasanya,

    PO menjelaskan mengenai cara pembayaran, persyaratan hukum dan tanggung jawab

    pengiriman, permintaan tanggal pengiriman.

    2.1.4 Invoice

  • 7/22/2019 Analisis Routing Dan Scheduling

    4/12

    4

    Invoice merupakan dokumen komersial yang dikeluarkan oleh penjual kepada pembeli, yang

    mengindikasikan produk, jumlah dan harga produk atau layanan yang telah disediakan oleh

    penjual kepada pembeli. Invoice mengartikan bahwa pembeli harus membayar penjual,

    berdasarkan persyaratan pembayaran (Porter, 1996 : http:// www.fas.usda.gov/ info/

    factsheets/ china/distribution.html).Dari sudut pandang penjual, invoice merupakan invoice

    penjualan. Sedangkan, dari sudut pandang pembeli, invoice merupakan invoice pembelian.Dokumen menjelaskan pembeli dan penjual, tetapi invoice menjelaskan uang berhutang atau

    menghutangi.

    2.2 Distributor

    Distributor atau penyalur merupakan alat dalam sistem internal pemenuhan pesanan yang

    dikirim oleh pelanggan. Penyalur juga merupakan rumah bagi layanan atau produk sebelum

    dikirimkan ke pelanggan. Lebih jauh lagi dapat diartikan bahwa penyalur merupakan pihak

    yang menyimpan dan menyalurkan produk atau layanan sesuai dengan kebutuhan dari

    pelanggan (Porter, 1996 : http://www.fas.usda.gov /info/factsheets/china/distribution.html).

    2.2.1 Distribution CenterPusat distribusi untuk menyusun produk yaitu sebuah gudang atau bangunan lain yang

    khusus, menggunakan pendingin (AC), tempat menyimpan produk-produk untuk

    didistribusikan kembali kepada pengecer atau pedagang besar (Wiliam Severini, 2002 :

    http://www.raleighnc.gov/portal/server.pt/gateway). Pusat distribusi merupakan fondasi

    dalam jaringan pengecer. Lokasi pusat distribusi harus tepat/lokasi yang aman bagi bisnis

    pengecer agar tidak membuat biaya transportasi menjadi sangat besar. Pemasok akan

    mengirimkan produk-produknya ke pusat distribusi. Pusat distribusi akan menyimpan produk

    tersebut sampai produk tersebut dibutuhkan oleh pengecer dan akan mengirimkannya sesuai

    dengan jumlah yang diinginkan.

    2.2.2 StorageAturan utama dalam pusat distribusi yaitu menerima jumlah produk yang banyak dan

    mengirimkan jumlah yang sedikit ke toko-toko, aturan penting kedua yaitu penyimpanan.

    Banyak pengecer yang memprioritaskan untuk memiliki banyak item pada saat yang

    memungkinkan. Dengan menjaga produk yang ada di pusat distribusi, pengecer dapat

    mengirimkan penggantian yang cepat setelah produk terjual.

    2.2.3 Distribution Center Organization

    Pusat distribusi memiliki tiga area utama dan memiliki area tambahan khusus. Tiga area

    utama tersebut yaitu receiving dock, storage area, dan shipping dock. Bagian lainnya yang

    dimiliki pusat distribusi termasuk (Woodward, 1986 : 45) :

    a. Transportasi, menyusun dan koordinasi pengiriman ke dalam dan keluar DC (Distribution

    Center)

    b. Dedicated Product Departments, divisi yang dapat menangani karakteristik penyimpanan.

    Contoh, refrigerated dan non-refrigerated (Meat & Produce, Frozen, Dairy/Deli, Dry)

    masing-masing dari tiga area memiliki baik shipping and receivingdepartments yang baik.

    c. Pusat distribusi juga memiliki beragam bagian pendukung, termasuk Sumber Daya Manusia,

    Perawatan/Fasilitas Operasi, Control Produksi, dan Keuangan.

    2.2.4 Distribution Jobs

    Pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja gudang diantaranya :

    a. Unloaderbongkar truk dan menurunkan pallet sesuai dengan yang dibutuhkan.

  • 7/22/2019 Analisis Routing Dan Scheduling

    5/12

    5

    b. Receiver persediaan dan pemberian tag menggunakan mobile cart computer unit dan

    printer.

    c. Hauler - transport menerima pallet dengan peralatan dari receiving dock ke rak

    penyimpanan.

    d. Putaway Drivermenyimpan produk-produk ke rak dengan menggunakan forklift.

    e. Replenishment Drivermenarik produk-produk dari rak dan menempat-kannya ke dalampick slot dengan menggunakan forklift.

    f. Orderfillermengambil produk-produk dari pick slot secara manual (tenaga manusia)

    g. Loader - menyelesaikan pesanan dengan memasukkan produk ke truk menggunakan

    peralatan yang ada.

    2.3 Transportasi Dalam Supply Chain Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan kurir

    (Chopra & Meindl, 2001 : 263):

    a. Vehicle-related cost. Biaya ini merupakan pembelian atau peminjaman kendaraan yang

    digunakan untuk mengirimkan barang.

    b. Fixed operating cost. Biaya ijin untuk masuk ke terminal, bandara, dan pengecakan yang

    terjadi meskipun kendaraan digunakan atau tidak digunakan.c. Trip-related cost. Biaya ini merupakan biaya yang timbul sesuai dengan banyaknya trip yang

    dilalui kendaran (bensin, pengecekan).

    d. Quantity related cost.Biaya ini mengkategorikan biaya muat atau bongkar dan porsi bensin

    dengan beragamnya jumlah yang dikirimkan.

    e. Overhead cost. Biaya penggunaan software dalam perencanaan dan penjadwalan jaringan

    transportasi.

    Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pengirim :

    a. Transportation cost. Merupakan biaya yang harus dibayarkan pada banyaknya kurir yang

    digunakan untuk mengirimkan barang ke pelanggan.

    b. Inventory cost. Merupakan biaya yang terjadi selama barang belum dikeluarkan dari tempatpengirim dan tidak termasuk biaya fasilitas.

    c. Facility cost. Merupakan biaya yang terjadi karena penggunaan fasilitas pengirim.

    d. Processing cost. Merupakan biaya yang terjadi selama muat atau bongkar pesanan.

    e. Service level cost. Biaya ini harus mempertimbangkann strategi, perencanan dan keputusan

    operasional.

    2.3.1 Fungsi Transportasi

    Transportasi berfungsi sebagai salah satu faktor penunjang, perangsang pembangunan dan

    pemberi jasa bagi perkembangan ekonomi. Pembangunan fasilitas bagi transportasi harus

    mendahului proyek-proyek pembangunan lainnya. Jalan harus dibangun mendahului

    pembangunan proyek pertambangan batu bara atau proyek perkebunan kelapa sawit, begitu

    juga dengan perusahaan distributor dan manufaktur guna melancarkan pengiriman peralatan

    pabrik dan bahan baku serta penyaluran hasil produksi ke pasar setelah pabrik beroperasi.

    2.3.2 Perencanaan Transportasi

    Divisi transportasi suatu perusahaan bertanggung jawab terhadap pengelolaan transportasi

    (pengiriman barang) agar barang dapat samapi ke tempat tujuan dengan kondisi yang tepat,

    waktu yang tepat, dan tempat tujuan yang tepat. Keterlambatan ataupun lebih cepat dari

    waktu yang ditentukan akan mengakibatkan biaya semakin besar. Beberapa faktor yang harus

    enjadi pertimbangan dalam transportasi suatu perusahaan/industri yaitu sebagai berikut

    (Bowersox & Donald, 1996 : 57) :

    a. Jumlah barang yang akan diangkut, sifat barang dan persyaratan kemasan barang,

    b. Total biaya angkutan dan penentuan besarnya tarif angkutan,

  • 7/22/2019 Analisis Routing Dan Scheduling

    6/12

    6

    c. Penentuan jenis alat angkutan yang tepat,

    d. Penentuan rute/trayek, bongkar muat dan transshipment,

    e. Jarak tempuh dan waktu perjalanan,

    f. Keamanan barang, risiko kerusakan barang dan asuransi,

    g. Dokumentasi dan administrasi pengiriman barang.

    2.4 Routing dan Scheduling Dalam Transportasi

    Penjadwalan (scheduling)dan pemetaan (routing) jalan merupakan salah satu aktifitas yang

    sangat penting dalam transportasi barang dari perusahaan ke konsumen. Divisi transportasi

    dalam suatu perusahaan harus mempertimbangkan beberapa hal penting yang

    mempengaruhi kinerja pengiriman. Hal-hal tersebut antara lain :

    a) Lama waktu untuk pembuatan order

    b) Lama waktu untuk penerimaan order

    c) Lama waktu untuk pemesanan armada milik perusahaan rekanan

    d) Lama waktu untuk pembuatan dokumen/administrasi pengiriman

    e) Lama waktu untuk persiapan barang

    f) Lama waktu untuk muat/bongkar barang

    2.4.1 Fungsi Routing dan Scheduling

    Pada aktifitas pengiriman barang yang dibutuhkan adalah bagaimana mengirimkan barang-

    barang sesuai dengan pesanan, sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan, sesuai dengan

    kondisi yang diminta. Dengan pembuatan routing dan scheduling dalam pengiriman barang

    dapat membuat pengiriman tersebut menjadi lebih terencana, fokus, penggunaan armada

    menjadi lebih optimal, barang yang dimuat dalam truk tidak overloaded, optimalisasi rute

    yang dilalui. Routing dan scheduling menjadi keputusan operasional terpenting dalam

    transportasi (pengiriman) barang. Karena routing dan scheduling mampu mengingkatkan

    kinerja transportasi dalam hal ketepatan pengiriman dengan menggunakan armada

    transportasi yang dibatasi. Metode yang dapat digunakan dalam pengambilan keputusanrouting dan scheduling ini ada dua yaitu (Chopra & Meindl, 2001 : 285) :

    1. Metode Savings Matrix

    2. Metode Generalized Assignment

    2.4.2 Metode Saving Matrix

    Merupakan metode sederhana yang dapat diimplementasikan dan digunakan untuk

    pengiriman ke pelanggan. Langkah-langkah dalam menggunakan metode ini yaitu :

    a) Identifikasi distance matrix

    b) Identifikasi savings matrix

    c) Memberikan pelanggan kendaraan atau rute

    d) Merangkai pelanggan dalam rute

    Identifikasi dimulai dengan memberikan koordinat untuk masing-masing lokasi pelanggan

    yang akan dituju dalam rangka pengiriman barang (pemenuhan order). Pemberian koordinat

    ini digunakan untuk menggambarkan posisi dari masing-masing pelanggan yang akan dituju.

    Metode yang digunakan penulis dalam merumuskan dan memecahkan masalah routing dan

    scheduling di DESC Indonesia adalah dengan menggunakan metode saving matrix. Tujuan

    digunakannya metode ini adalah untuk menentukan rute (trip) terbaik dengan

    mempertimbangkan jumlah jarak yang dilalui, menentukan jumlah truk yang akan digunakan,

    dan jumlah produk yang dimuat truk dalam pengiriman produk ke pelanggan (Modern

    Trade/MT). Sebelum menggunakan truk (armada) dalam pengiriman produk Kimberly,

    dilakukan evaluasi kinerja transporter yang selama ini bekerja sama dengan DESC Indonesia.

  • 7/22/2019 Analisis Routing Dan Scheduling

    7/12

    7

    Hasil dari evaluasi kinerja didapatkan dedicated transporter yang khusus untuk melayanai

    pengiriman DESC Kimberly Project. Lalu dilakukan perhitungan dengan menggunakan saving

    matrixyang dikembangkan oleh Sunil Chopra dan Peter Meindl (2001 : 285). Saving matrix

    merupakan perhitungan dengan menggunakan matriks dengan melakukan beberapa kali

    iterasi agar didapat hasil berupa trip yang akan dilalui oleh dedicated transporter. Saving

    matrix menghitung trip yang akan ditempuh dengan menggunakan koordinat x dan y sertadigunakan peta Jabodetabek dengan skala 1 : 70.000.

    2.4.2.1 Identifikasi Distance Matrix

    Langkah pertama yang dilakukan dalam metode savings matrix ini yaitu dengan cara

    identifikasi jarak antar titik/lokasi yang akan dikunjungi. Misal jarak antara titik A dengan titik

    B (Dist(A, B) dengan koordinat A (Xa,Ya) dan titik B pada koordinat (Xb,Yb). diolah dengan

    menggunakan rumus :

    2.4.2.2 Identifikasi Savings Matrix

    Trip DCpelanggan xDC, dimulai di DC, mengunjungi pelanggan x, dan kembali lagi ke DC.

    SavingsS(x,y) merupakan jarak aman jika trip DC pelanggan x DC dan DC pelanggan y

    DC dikombinasikan menjadi DC - xyDC, dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

    2.4.2.3 Memberikan pelanggan kendaraan atau rute

    Pada langkah ini dilakukan pemberian rute yang akan dilalui untuk pengiriman barang ke

    pelanggan. Perusahaan harus memutuskan rute mana saja dan pelanggan mana saja yangakan terbagi ke dalam 4 kelompok (karena hanya ada 4 truk). Hasil dari pembagian rute ini

    adalah sebagai berikut :

    Tabel 2.4 Saving Matrix

    Langkah pertama mengkombinasikan saving paling tinggi yaitu 34, kombinasi ini antara truk

    rute 6 dan 11. Kombinasi ini feasible (dapat dikerjakan) Karena jumlah unit dari kombinasi ini

    yaitu 16 + 91 = 107 yang mana kurang dari 200 (kapasitas maksimum setiap truk). Saving

    tertinggi berikutnya yaitu 33 dengan menambahkan customer 7 pada rute dengan customer 6.

  • 7/22/2019 Analisis Routing Dan Scheduling

    8/12

    8

    Kombinasi ini feasible karena barang yang dimuat sebanyak 107 + 56 = 163, yang mana lebih

    rendah dari 200.

    Saving tertinggi lainnya yaitu 32 dengan menambahkan customer 10 ke rute 6 (kita tidak perlu

    mempertimbangkan saving 32 dengan mengkombinasikan customer 7 dengan customer 11

    karena keduanya sudah ada di rute 6). Hal ini, bagaimanapun tidak bisa dilakukan karenapenambahan customer 10 dengan jumlah pengiriman 47 unit dan apabila dijumlahkan akan

    membuat overload pada armada yang digunakan. Saving tertinggi lainnya yaitu 29 dengan

    menambahkan baik customer 5 atau 10 pada rute 6. Masing-masing hal ini infeasiblekarena

    kapasitas kurang. Saving tertinggi lainnya yaitu 28 pada kombinasi rute 3 dan 4, yang mana

    feasible. Hasilnya seperti pada tabel berikut ini :

    2.4.2.4 Merangkai pelanggan dalam rute

    Prosedur rangkaian rute dalam pengiriman yang akan dilakukan dengan mempertimbangkan

    aspek-aspek seperti :

    a) Farthest insert, evaluasi kenaikan minimum jarak antar pelanggan dengan pelanggan baru

    yang akan dikunjungi (pelanggan yang jauh).b) Nearest insert, evaluasi kenaikan minimum jarak antar pelanggan dengan pelanggan baru

    yang akan dikunjungi (pelanggan yang dekat).

    c) Nearest neighbor, prosedur penambahan pelanggan terdekat dengan titik terakhir yang

    dikunjungi sampai semua pelanggan dikunjungi.

    d) Sweep, prosedur ini hampir sama dengan Farthest Insert dan Nearest Insert.

    2.5.2 Evaluasi biaya insertion bagi masing-masing pelanggan

    Pada tahap ini digunakan rumus :

    2.6 Key Performance Indicator (KPI)

    Key Performance Indicator merupakan pengukuran yang quantifiable, yang merefleksikan

    faktor-faktor suksesnya sebuah organisasi. KPI digunakan sebagai alat ukur perusahaan untuk

    melihat apakah tujuan perusahaan selama ini telah tercapai atau belum. KPI dapat dihitung

    berdasarkan aspek-aspek yang dapat dihitung. Dalam transportasi, aspek-aspek yang dapat

    dihitung antara lain on-time delivery, on-time document return, transport cost, goods quantity.

    Pengolahan/penghitungan data KPI dapat menggunakan software berbentuk Microsoft Excel

    atau softwarematematika lainnya.

    2.7 Tracking Monitoring

    Tracking Monitoring merupakan metode sederhana dalam menentukan routing dan

    scheduling pengiriman produk Kimberly. Tracking Monitoring dikembangkan oleh tim

    transport DESC-Kimberly untuk menyusun rute dan jadwal armada mana saja yang digunakan

    dan berapa banyak armada yang digunakan. Metode ini hanya menggunakan pengetahuan

    umum dari tim transport DESC - Kimberly. Tim transport menyusun jadwal pengiriman dengan

    menggunakan Mirosoft Excel sebagai alat untuk menyimpan data pengiriman produk untuk

    area MT (Modern Trade)ataupun General Trade(GT).

    III. MODEL PEMECAHAN MASALAH

    3.1 Model Pemecahan Masalah

  • 7/22/2019 Analisis Routing Dan Scheduling

    9/12

    9

    Metode yang digunakan penulis dalam merumuskan dan memecahkan masalah routing dan

    scheduling di DESC Indonesia adalah dengan menggunakan metode saving matrix. Tujuan

    digunakannya metode ini adalah untuk menentukan rute (trip) terbaik dengan

    mempertimbangkan jumlah jarak yang dilalui, menentukan jumlah truk yang akan digunakan,

    dan jumlah produk yang dimuat truk dalam pengiriman produk ke pelanggan (Modern

    Trade/MT).

    Sebelum menggunakan truk (armada) dalam pengiriman produk Kimberly, dilakukan evaluasi

    kinerja transporter yang selama ini bekerja sama dengan DESC Indonesia. Hasil dari evaluasi

    kinerja didapatkan dedicated transporter yang khusus untuk melayanai pengiriman DESC

    Kimberly Project. Lalu dilakukan perhitungan dengan menggunakan savings matrix yang

    dikembangkan oleh Sunil Chopra dan Peter Meindl (2001 : 285). Savings matrixmerupakan

    perhitungan dengan menggunakan matriks dengan melakukan beberapa kali iterasi agar

    didapat hasil berupa trip yang akan dilalui oleh dedicated transporter. Saving matrix

    menghitung trip yang akan ditempuh dengan menggunakan koordinat x dan y serta digunakan

    peta Jabodetabek dengan skala 1 : 70.000.

    Gambar 3.1

    Model Pemecahan Masalah

    IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    4.1 Analisis dan Pembahasan

    4.1.1 Meminimalkan Total Jarak Rute dan Efisiensi Biaya

    Berdasarkan hasil akhir perhitungan rute, didapatkan 4 rute dengan 2 jenis armada yaitu CD 4

    dan CD 6. Terdapat beberapa pilihan dalam menentukan rute mana saja yang akan ditempuh

    oleh armada transporter. Penjelasannya adalah sebagai berikut :

    a) Rute 1 merupakan jarak terkecil adalah 13 dengan rute DC-1-2-DC dan ini merupakan rute

    terbaik

    Tabel 4.1

    Rute 1 Berdasarkan saving matrix (dalam cm)

    Rute Total jarak

    DC-1-2-DC 13

    DC-2-1-DC 13

    b) Rute 3

  • 7/22/2019 Analisis Routing Dan Scheduling

    10/12

    10

    Rute yang dapat ditempuh seperti berikut : Jarak yang terkecil adalah 121 dengan rute DC-

    5-3-9-DC sehingga penulis memilih rute tersebut sebagai rute terbaik.

    Tabel 4.2

    Rute berdasarkan saving matrix rute 3 (dalam cm)

    Rute Total Jarak

    DC-3-5-9-DC 155

    DC-3-9-5-DC 162

    DC-5-9-3-DC 136

    DC-5-3-9-DC 121

    DC-9-5-3-DC 155

    DC-9-3-5-DC 121

    c) Rute 4

    Rute yang dapat ditempuh seperti berikut : Jarak yang terkecil adalah 170 dengan rute DC-4-

    7-8-DC sehingga penulis memilih rute tersebut sebagai rute terbaik.

    Tabel 4.3

    Rute berdasarkan saving matrix rute 4 (dalam cm)

    RUTE TOTAL JARAK

    DC-4-7-8-DC 170

    DC-4-8-7-DC 218

    DC-7-4-8-DC 218

    DC-7-8-4-DC 172

    DC-8-7-4-DC 170

    DC-8-4-7-DC 172

    d) Rute 6

    Jarak yang ditempuh sebesar 26. Sehingga total jarak yang ditempuh berdasarkan saving

    matrix adalah sebesar 26 + 170 + 121 + 13 = 330. Sedangkan total jarak yang ditempuh

    berdasarkan analisis tracking monitoring tim transport DESC Kimberly dengan penggunaan

    7 armada adalah sebesar :

    Tabel 4.4

    Rute berdasarkan tracking monitoring (dalam cm)

    Rute Total Jarak

    DC-8-DC 114

    DC-6-DC 52

    DC-4-7-DC 164

    DC-4-DC 154

    DC-1-DC 12

    DC-5-2-DC 60

    DC-9-DC 41

    TOTAL 597

    Total jarak yang ditempuh berdasarkan analisis tim transport yaitu sebesar 114 +52 + 164

    + 154 + 12 + 60 + 41 = 597.

  • 7/22/2019 Analisis Routing Dan Scheduling

    11/12

    11

    4.1.2 Efisiensi Biaya Subkontrak

    Besarnya biaya subkontrak dengan menggunakan saving matrix adalah sebagai berikut : Biaya

    subkontrak CD 4 = Rp. 412.500,-

    Biaya subkontrak CD 6 = Rp. 467.500,-

    Biaya total saving matrix = (2 * 412.500) + (2 * 467.500) = Rp. 1.760.000,-

    Sedangkan besarnya biaya subkontrak dengan menggunakan tracking monitoring yaitu Rp.

    2.997.500,-. Tabel 5.24 memperlihatkan perbedaan antara hasil routing dan scheduling antara

    analisis saving matrix dan tracking monitoring seperti berikut :

    Tabel 4.5

    Perbedaan Saving Matrix dan Tracking Monitoring

    Metode Armada yang digunakan Biaya Subkontrak Jarak Tempuh

    Tracking Monitoring 5 CD 4 dan 2 CD 6 Rp.2.997.500,- 597

    Saving matrix 2 CD 4 dan 2 CD 6 Rp.1.760.000,- 330

    Berdasarkan perhitungan tersebut, DESC dapat meminimalkan biaya subkontrak apabila

    menggunakan saving matrix. Perusahaan dapat menghemat sebesar 2.997.500 1.760.000 =

    Rp. 1.237.500,- dan perusahaan pun dapat memperkecil jarak tempuh yaitu sebesar 597330

    = 267 (dalam cm) atau sebesar 267 * 70.000 = 18.690.000 cm = 186,9 km. Angka 70.000

    merupakan skala dalam peta yang digunakan oleh penulis yaitu 1 : 70.000. Metode Armada

    yang digunakan Biaya Subkontrak Jarak Tempuh Tracking Monitoring 5 CD 4 dan 2 CD 6 Rp.

    2.997.500,-. 597 Saving Matrix 2 CD 4 dan 2 CD 6 Rp. 1.760.000,- 330

    Tabel 4.6

    Efisiensi Rute dan Biaya Subkontrak

    Efisiensi Rute Efisiensi Biaya

    186,9 km Rp.1.237.500,-

    V. KESIMPULAN DAN SARAN

    Kesimpulan Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis yang dilakukan pada bab

    sebelumnya, maka penulis membuat kesimpulan sebagai berikut :

    1. Hasil Routing dan Scheduling dengan menggunakan metode saving matrix yaitu

    menggunakan 4 armada (2 unit CD 4 dan 2 unit CD 6) dengan terdiri dari 4 rute yaitu :

    a) DC-Toko1-Toko2-DC

    Jarak yang ditempuh adala 13 cm (dalam skala peta 1 : 70.000). Total produk yang

    dimuat yaitu 8,62 + 0,76 = 9,38 m3 (jenis truk CD 6).

    b) DC-Toko5-Toko3-Toko9-DC

    Jarak yang ditempuh adala 121 cm (dalam skala peta 1 : 70.000). Total produk yang

    dimuat yaitu 0,86 + 0,36 + 1,62 = 2,84 m3 (jenis truk CD 4).

    c) DC-Toko4-Toko7-Toko8-DC

    Jarak yang ditempuh adala 178 cm (dalam skala peta 1 : 70.000). Total produk yang

    dimuat yaitu 4,36 + 0,83 + 0,14 = 5,33 m3 (jenis truk CD 4).

    d) DC-Toko6-DC.

    Jarak yang ditempuh adala 26 cm (dalam skala peta 1 : 70.000). Total produk yang

    dimuat yaitu 6,09 m3 (jenis truk CD 6).

  • 7/22/2019 Analisis Routing Dan Scheduling

    12/12

    12

    2. Total jarak yang ditenpuh dengan menggunakan saving matrix adalah sebesar 330 dalam

    cm atau 330 * 70.000 = 23.100.000 cm = 231 km. Lebih kecil dibandingkan dengan total

    jarak yang ditempuh dengan menggunakan tracking monitoring yaitu sebesar 597 dalam

    cm atau 597 * 70.000 = 41.790.000 cm = 417,9 km.

    3. Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, saving matrix menghasilkan rute sebanyak

    4 rute dengan efisiensi sebesar 186,9 km dan biaya subkontrak sebesar Rp. 1.760.000,-

    lebih efisien dibandingkan dengan perhitungan dengan menggunakan tracking monitoring

    yang menghasilkan 7 rute dan biaya subkontrak sebesar Rp. 2.997.500,-. Efisiensi biaya

    subkontrak sebesar Rp. 1.237.500,-.

    5.2 Saran

    Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis yang telah dilakukan, maka penulis

    memberikan saran sebagai berikut :

    1. DESC Indonesia melakukan inovasi secara terus menerus dan evaluasi dalam

    mengoptimalkan penggunaan biaya transportasi. Salah satu caranya adalah denganmenggunakan saving matrix agar dapat menghemat biaya pengeluaran perusahaan,

    sehingga perusahaan akan lebih banyak mendapatkan keuntungan untuk terus

    mengembangkan bisnis rantai pasok.

    2. Penggunaan armada milik transporter yang seefisien mungkin sehingga tidak terjadi

    pembengkakan biaya transportasi perusahaan.

    3. Perlunya dedicated transporter dalam setiapproject yang dilakukan oleh DESC Indonesia.

    Hal ini berguna untuk meminimalisir kemungkinan transporter yang susah diatur, kinerja

    buruk, dan lain-lain.

    DAFTAR PUSTAKA

    Bowersox. Donald J. Dan Closs David J.(1996). Supply Chain Logistic Management. Second

    Edition. Mc Graw-Hill (Education) Company Inc. New York

    Bergmann, R dan Rawlings, C. (1998). Transport Management. Future direction: redefining the

    role of transport. In Gattorna, et all. (Eds). Strategic Supply Chain Aligment: Best

    Practice in Supply Chain Management. Gower, pp. 367380.

    Chopra S dan Meindl, P. (2001). Supply Chain Management : Strategy, Planning, and

    Operations. New Jersey: Prentice Hall.

    Hiller, Frederick. S. & Lieberman, Gerald. J. 1990. Introduction To Operation Research.

    McGraw-Hill International Education.

    Nazir, Moh. 1983. Metodologi Penelitian. Darussalam:Balai Aksara dan Yudhistira

    Salim, H.A. Abbas. 1997 Manajemen Transportasi. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

    Pujawan Nyoman. I. (2005). Supply Chain Management. Cetakan Pertama. Guna Wijaya.

    Surabaya.

    Woodward, H. Frank. 1985. Manajemen Transpor. Terjemahan oleh P. Hadinoto. Jakarta: Bina

    Print.

    Porter, 1996:http://www.fas.usda.gov/info/factsheets/ china/distribution.html

    Wiliam Severini, 2002 : http://www.raleighnc.gov/portal/server.pt/gateway

    http://www.fas.usda.gov/info/http://www.fas.usda.gov/info/http://www.fas.usda.gov/info/