bab_2 topik
TRANSCRIPT
7/23/2019 Bab_2 topik
http://slidepdf.com/reader/full/bab2-topik 1/13
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Diare
1. Definisi diare
Diare adalah meningkatnya frekuensi buang air besar (BAB) disertai perubahan
konsistensi tinja dibandingkan dengan BAB normal (Spruill dan Wade, 2008).
Frekuensi dan konsistensi BAB bervariasi dalam dan antar individu, sebagai contoh
beberapa individu berdefekasi tiga kali sehari, sedangkan yang lainnya hanya dua atau
tiga kali seminggu (Sukandar,dkk.,2008).
2. Klasifikasi diare
Berdasarkan penyebabnya diare dibedakan menjadi 4 jenis :
1) Diare akibat virus
Contoh diare akibat virus adalah influenza perut dan yang
disebabkan oleh rotavirus dan adenovirus. Rotavirus merupakan penyebab diare akut
yang paling sering diidentifikasi pada anak dalam komunitas iklim tropis dan sedang
(Smith, 2003). Virus yang masuk melalui makanan dan minuman sampai ke enterosit,
akan menyebabkan infeksi dan kerusakan vili usus halus. Enterosit yang rusak diganti
dengan yang baru yang fungsinya belum matang, vili mengalami atropi dan tidak
dapat mengabsorpsi cairan dan makanan dengan baik, akan meningkatkan tekanan
koloid osmotik usus dan meningkatkan motilitasnya sehingga timbul diare. Diare
yang terjadi bertahan terus sampai beberapa hari sesudah virus lenyap dengan
sendirinya, biasanya dalam 3-6 hari (Irwanto dkk., 2002).
4
7/23/2019 Bab_2 topik
http://slidepdf.com/reader/full/bab2-topik 2/13
5
2) Diare bakterial (invasif)
Diare ini agak sering terjadi tetapi mulai berkurang berhubung semakin
meningkatnya derajat hygiene masyarakat. Bakteri-bakteri yang terdapat pada
makanan yang tidak hygienis menjadi invasif dan menembus sel mukosa usus halus,
kemudian bakteri-bakteri tersebut memperbanyak diri dan mengeluarkan toksin-
toksin yang dapat diresorpsi kedalam darah dan menimbulkan gejala hebat seperti
demam tinggi, nyeri kepala, kejang-kejang, disamping mencret berdarah dan
berlendir. Penyebab terkena jenis diare ini ialah Salmonella, Shigella, E. coli jenis
tertentu, Campylobacter (Tjay dan Rahardja, 2002).
3) Diare parasiter
Seperti protozoa Entamoeba histolytica, Giardia lambia, Cryptosporidium, dan
Cyclospora yang terutama terjadi di daerah (sub) tropis. Diare yang disebabkan oleh
parasit yang terutama terjadi di daerah subtropis biasanya bercirikan mencret yang
intermiten dan bertahan lebih lama dari 1 minggu. Gejala lainnya dapat berupa nyeri
perut, demam, anoreksia, nausea, muntah-muntah dan rasa letih umum (malaise)
(Tjay dan Rahardja, 2002).
4) Diare akibat enterotoksin
Diare jenis ini jarang terjadi, tetapi lebih dari 50% wisatawan di negara-negara
berkembang dihinggapi diare ini. Penyebabnya adalah kuman-kuman yang
membentuk enterotoksin seperti E. coli dan Vibrio cholerae. Toksin melekat pada sel-
sel mukosa dan merusaknya. Diare jenis ini bersifat self limiting disease, artinya akan
sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan dalam waktu kurang lebih 5 hari, setelah
sel-sel yang rusak diganti dengan mukosa baru (Tjay dan Rahardja, 2002).
7/23/2019 Bab_2 topik
http://slidepdf.com/reader/full/bab2-topik 3/13
6
Klasifikasi diare berdasarkan lamanya dapat dibedakan menjadi diare akut dan
diare kronis. Diare akut adalah diare yang terjadi kurang dari 14 hari pada bayi atau
anak-anak yang sebelumnya sehat. Diare kronik biasanya terjadi lebih dari 30 hari
(Spruill dan Wade 2008). Diare kronik bukan suatu kesatuan penyakit, melainkan
suatu sindrom yang penyebab dan patogenesisnya multikompleks. Diare akut
patofisiologis dan tercapainya dapat diketahui dengan jelas. Hal ini berbeda dengan
diare kronis yang diagnosis maupun terapinya lebih rumit dari diare akut. Bahkan
dilaporkan sekitar 20% diare kronik tetap tidak dapat diketahui penyebabnya
walaupun telah dilakukan pemeriksaan intensif selama 2-6 tahun (Wiryani dan
Wibawa, 2007).
3. Etiologi diare
Secara fisiologi dalam lambung makanan dicerna menjadi bubur (chymus),
kemudian diteruskan ke usus halus untuk diuraikan lebih lanjut oleh enzim-enzim.
Setelah terjadi resorpsi, sisa chymus tersebut yang terdiri dari 90% air dan sisa-sisa
makanan yang sukar dicernakan, diteruskan ke usus besar (colon). Bakteri-bakteri
yang biasanya selalu berada di usus besar ini akan mencernakan lagi sisa-sisa (serat-
serat) tersebut, sehingga sebagian besar dari padanya dapat diserap pula selama
perjalanan melalui usus besar. Air juga diresorpsi kembali, sehingga lambat laun isi
usus menjadi lebih padat. Adanya peningkatan peristaltik usus hingga perlintasan
chymus sangat dipercepat dan masih mengandung banyak air pada saat meninggalkan
tubuh sebagai tinja, atau terjadi bertumpuknya cairan di usus akibat terganggunya
resorpsi air atau dan terjadinya hipersekresi, maka hal ini dapat menyebabkan
terjadinya diare (Tjay dan Rahardja, 2002).
7/23/2019 Bab_2 topik
http://slidepdf.com/reader/full/bab2-topik 4/13
7
Penyebab diare dapat dikarenakan faktor infeksi, malabsorpsi (gangguan
penyerapan gizi), makanan dan faktor psikologis. Faktor infeksi pada saluran
pencernaan adalah yang paling sering menyebabkan diare pada anak E. coli dan
Sallmonela. Malabsorpsi menyebabkan diare pada bayi karena kepekaan bayi pada
lactoglobilus pada susu formula. Makanan tercemar dan kotor juga dapat menjadi
penyebab diare pada anak. Sedangkan psikologis anak yang mengalami kecemasan,
perasaan takut dan juga tegang dapat juga menyebabkan diare (Juwono, 2003).
4. Patofisiologi diare
Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotik (makanan
yang tidak dapat diserap dapat menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus
meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi
rongga usus berlebihan sehingga timbul diare). Selain itu menimbulkan gangguan
sekresi akibat toksin di dinding usus, sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat
kemudian terjadi diare. Gangguan motilitas usus yang mengakibatkan hiperperistaltik.
Akibat dari diare adalah kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan
gangguan asam basa (asidosis metabolik dan hipokalemia), gangguan gizi (intake
kurang, output berlebih), hipoglikemia dan gangguan sirkulasi darah(Dongoes, 2000).
5. Manifestasi klinis
Manifestasi klinik diare pada 1-2 hari pertama yaitu demam (di atas 38°C),
muntah, diare dan gejala muntah mulai menurun pada hari kelima. Gejala diare,
muntah dan demam mengakibatkan penderita mengalami dehidrasi dan kehilangan
banyak elektrolit tubuh (Fischer, 2000).
7/23/2019 Bab_2 topik
http://slidepdf.com/reader/full/bab2-topik 5/13
8
Diare dapat mengakibatkan hal-hal sebagai berikut :
1) Kehilangan cairan (dehidrasi)
Diare menyebabkan hilangnya sejumlah besar air dan elektrolit dan sering sisertai
dengan asidosis metabolik karena kehilangan basa. Dehidrasi dapat diklasifikasikan
berdasarkan defisit air dan/atau keseimbangan elektrolit (Irwanto dkk., 2002).
Dehidrasi ringan bila penurunan berat badan kurangdari 5%, dehidrasi sedang bila
penurunan berat badan antara 5- 10% dan dehidrasi berat bila penurunan lebih dari
10%.
Tabel I. Derajat Dehidrasi (Sandhu, 2001).
Gejala
dan
Tanda
Keadaan
Umum
Mata Mulut/Lidah Rasa
Haus
Kulit %
turun
BB
Estimasi
defisiensi
cairan
Tanpa
dehidrasi
Baik,
sadar
Normal Basah Minum
normal,tidakhaus
Dicubit
kembalicepat
<5 50%
Dehidrasiringan-
sedang
Gelisah,rewel
Cekung Kering Tampakkehausan
Kembalilambat
5-10 50-100%
Dehidrasi
berat
Letargik,
kesadaranmenurun
Sangat
cekungdan
kering
Sangat
kering
Sulit,
tidak bisa
minum
Kembali
sangatlambat
>10 >100%
2) Malnutrisi
Malnutrisi berat dengan dehidrasi berat akibat diare merupakan hal yang umum
terjadi di negara-negara tropis dan subtropis (Nelson, 2000).
3) Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi pada 2-3% dari anak-anak yang menderita diare Shigellosis.
Pada anak-anak dengan gizi cukup atau baik, hipoglikemia ini jarang terjadi, lebih
sering terjadi pada anak yang sebelumnya sudah menderita KKP (kekurangan kalori
protein). Hal ini terjadi karena penyimpanan atau persediaan glikogen dalam hati
7/23/2019 Bab_2 topik
http://slidepdf.com/reader/full/bab2-topik 6/13
9
terganggu dan adanya gangguan absorpsi glukosa. Gejala hipoglikemia akan muncul
jika kadar glukosa darah menurun sampai 40% pada bayi dan 50% pada anak-anak.
Gejala hipoglikemia tersebut dapat berupa : lemas, apatis, peka rangsangan, tremor,
berkeringat dingin, pucat, syok, kejang sampai koma (Nelson, 2000).
4) Hiponatremia
Hiponatremia juga banyak terjadi pada Shigellosis. Hiponatremia muncul karena
gangguan reabsorpsi natrium di usus. Manifestasi klinik dari hiponatremia adalah
hipotonia, apati, dan jika berat dapat menimbulkan kejang (Sastromiharjo, 1985).
6. Tanda dan gejala
Menurut Widjaja (2002) tanda dan gejala diare adalah sebagai berikut:
1) Bayi atau anak menjadi cengeng, gelisah dan suhu badan tinggi
2) Tinja bayi encer, berlendir atau berdarah
3) Warna tinja kehijauan akibat bercampur dengan cairan empedu
4) Lecet pada anus
5) Gangguan gizi akibat intake (asupan) makanan yang kurang
6) Muntah sebelum dan sesudah diare
7) Hipoglikemia (penurunan kadar gula darah)
8) Dehidrasi (kekurangan cairan).
B. Tata Laksana Terapi diare
Menurut Priyanto (2009) penatalaksanaan diare dapat dilakukan dengan:
1. Rehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan, yaitu menggunakan oralit
2. Identifikasi penyebab diare, spesifik atau non spesifik. Non spesifik menggunakan
7/23/2019 Bab_2 topik
http://slidepdf.com/reader/full/bab2-topik 7/13
10
obat yang bersifat supportif dan simtomatik, sedangkan spesifik menggunakan
antimikroba
3. Terapi definit : pemberian edukasi yang jelas sangat penting sebagai langkah
pencegahan sanitasi lingkungan, dan imunisasi sangat berarti, selain terapi
farmakologi.
1) Pengobatan cairan
Dehidrasi adalah suatu keadaan yang ditandai kurangnya cairan sehingga dapat
mengakibatkan kematian terutama pada bayi dan anak-anak bila tidak segera diatasi.
Pasien yang mengalami dehidrasi berat harus segera dirujuk kerumah sakit untuk
mendapatkan pengganti cairan dan elektrolit (Sastromiharjo, 1985).
Ada dua jenis cairan yang dapat digunakan dalam pengobatan diare yaitu Cairan
Rehidrasi Oral (CRO) seperti oralit dan cairan rumah tangga (larutan garam-gula,
larutan tepung beras-garam, air tajin, air kelapa) dan Cairan Rehidrasi Parenteral
(CRP) seperti Ringer Laktat, KAEN3A, KAEN3B, Asering, D5%, KCl, dan
sebagainya. Keuntungan dari cairan rehidrasi oral adalah relatif murah, tidak invasif,
dan dapat diberikan di rumah. Komponen utama dari CRO adalah glukosa, natrium,
kalium, klorida dan air. Pemberian CRP dapat dilakukan jika pasien mengalami
muntah yang hebat dan tidak memungkinkan untuk diberikan cairan rehidrasi secara
oral (Martin dan Jung, 2008).
2) Pengobatan kausal
Pengobatan yang tepat terhadap kausa diare diberikan setelah mengetahui
penyebab yang pasti. Jika kausa ini penyakit parenteral, diberikan antibiotik sistemik.
Antibiotik adalah zat-zat yang dihasilkan oleh fungi dan bakteri yang berkhasiat
7/23/2019 Bab_2 topik
http://slidepdf.com/reader/full/bab2-topik 8/13
11
mematikan dan menghambat pertumbuhan kuman, sedangkan toksisitas bagi manusia
kecil (Tjay dan Rahardja, 2007). Pada kasus diare yang disebabkan oleh bakteri,
penggunaan antibiotik adalah suatu keharusan (Triatmodjo, 1994). Jika tidak terdapat
infeksi parenteral, sebenarnya antibiotik baru boleh diberikan jika pada pemeriksaan
laboratorium ditemukan bakteri patogen. Karena pemeriksaan untuk menemukan
bakteri ini kadang-kadang sulit atau hasil pemeriksaan datang terlambat, antibiotik
dapat diberikan dengan memperhatikan umur penderita, perjalanan penyakit, sifat
tinja dan sebagainya. Pemberian antibiotik kepada pasien hanya boleh diberikan jika
(i) ditemukan bakteri patogen pada pemeriksaan mikroskopis pada biakan, (ii) pada
pemeriksaan makroskopis dan mikroskopis ditemukan darah pada tinja, (iii) di daerah
endemik kholera. Penggunaan terapi antibiotik harus sesuai dengan aturan yang jelas
yaitu dapat menemukan diagnosis klinis yaitu infeksi mikroba, mendapatkan bahan
pemeriksaan labolatorium, menentukan diagnosa mikrobiologis dan mengubah
pengobatan (Suraatmaja, 2010).
Sebagian besar kasus diare tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotika oleh
karena pada umumnya sembuh sendiri (self limiting) (Hegar dan Kadim, 2003).
Antibiotik hanya diperlukan pada sebagian kecil penderita diare misalnya kholera
shigella, karena penyebab terbesar diare pada anak adalah virus (rotavirus). Kecuali
pada bayi berusia di bawah 2 bulan karena potensi terjadinya sepsis oleh karena
bakteri mudah mengadakan translokasi ke dalam sirkulasi, atau pada anak/bayi yang
menunjukkan secara klinis gejala yang berat serta berulang atau menunjukkan gejala
diare dengan darah dan lendir yang jelas atau segala sepsis. Jenis antimikroba yang
sering digunakan pada penanganan kasus diare anak tercantum pada tabel II.
7/23/2019 Bab_2 topik
http://slidepdf.com/reader/full/bab2-topik 9/13
12
Tabel II. Pilihan dan dosis antibiotik pada diare anak
Kolera
The New England Journal OfMedicine*
Erythromycin 30 mg/kg, 3x sehari selama 3 hari ;Azithromycin10 mg/kg dosis tunggal dalam sehariselama 3 hari
WHO** Tetrasiklin 12,5 mg/kg, 4 x sehari selama 3 hari
Alternatif : Furazolidone 1,25 mg/kg, 4 x sehari selama 3
hari ;Trimetoprim (TMP)- Sulfametoksazol(SMX) TMP5 mg/kg + SMX 25mg/kg 2 x sehari selama 4hari
World Gastroenterology OrganisationGlobal Guidline***
Azytromycin 20 mg/kg dalam dosis tunggal
Trimethoprim/sulfamethoxazole (TMP/SMX; 5 mg/kgTMP + 25 mg/kg SMX 2x sehari selama 3 hari) dannorfloxacin.
Shigella
The New England Journal OfMedicine*
Azithromycin 10 mg/kg, dosis tunggal dalam sehariselama 3 hari; ceftriaxone 50 mg/kg 1xsehari selama 3hari
WHO** Trimetoprim (TMP)- Sulfametoksazol(SMX) TMP 5mg/kg + SMX 25mg/kg 2 x sehari selama 4hari
Alternatif: Asam Nalidiksat 15mg/kg, 4 x sehari selama 5hari; Ampicilin 25mg/kg, 4 x sehari selama 5 hari
World Gastroenterology Organisation
Global Guidline***
Pivmecillinam 20mg/kg 4x sehari selama 5 hari;
Ceftriaxon 50 100 mg/kg 1sehari i.m selama 2 5 hari
Amoebiasis
WHO** Metronidazol 30 mg/kg/hari selama 5 hari
Alternatif: Pada kasus berat: injeksi intramuscular :
dehydroemetine hydro-cloride, 1-1,5mg/kg
World Gastroenterology OrganisationGlobal Guidline***
Metronidazole 10 mg/kg 3× sehari selama 5 hari-10 hariuntuk penyakit berat
Giardiasis
WHO** Metronidazol 15 mg/kg/hari selama 5 hari
Alternatif : Quinacrine 2,5 mg/BB, 3 x sehari selama 5hari
World Gastroenterology Organisation
Global Guidline***
Metronidazole 5 mg/kg 3× sehari selama 5 hari
Campilobacter
The New England Journal OfMedicine*
Azithromycin 10 mg/kg dosis tunggal dalam sehariselama 3 5 hari; Erythromycin 30 mg/kg/hari dalam 2 4dosis terbagi selama 3 5 hari
World Gastroenterology Organisation
Global Guidline***
Azithromycin dosis tunggal 30 mg/kg diberikan awal
sesuai penyakitE.coli
The New England Journal OfMedicine*
Azithromycin 10 mg/kg/hari dalam dosis tunggal selama3 hari; Ceftriaxone50 mg/kg, 1x sehari selama 3 hari
Alternatif: SMX 400 mg dan TMP 80 mg tiap 12-24 jamKeterangan :
* : The New England Journal of Medicine 2009
** : WHO 2005
*** : World Gastroenterology Organisation Global Guidelines 2012
7/23/2019 Bab_2 topik
http://slidepdf.com/reader/full/bab2-topik 10/13
13
3) Pengobatan simptomatik
Obat-obat yang berkhasiat menghentikan diare secara cepat, seperti
antispasmodik/spasmolitik atau opium (papaverin, ekstrak belladon, loperamid,
kodein dan sebagainya) justru akan memperburuk keadaan karena akan menyebabkan
terkumpulnya cairan di lumen usus dan akan menyebabkan terjadinya berlipatgandaan
(overgrowth) bakteri, gangguan digesti dan absorpsi. Obat-obat ini hanya berkhasiat
untuk menghentikan peristaltik saja, tetapi justru akibatnya sangat berbahaya karena
baik si pemberi obat maupun penderita akan terkelabui. Diarenya terlihat tidak ada
lagi, tetapi perut akan bertambah kembung dan dehidrasi bertambah berat yang
akhirnya dapat berakibat fatal untuk penderita (Suraatmaja, 2010). Loperamid tidak
boleh diberikan pada anak-anak dibawah 2 tahun karena fungsi hatinya belum
berkembang dengan sempurna untuk dapat menguraikan loperamid (Tjay dan
Rahardja, 2007).
Obat-obat adsorben seperti kaolin, pektin dan sebagainya telah dibuktikan tidak
ada manfaatnya (Suraatmaja, 2010). Menurut Priyanto (2009), bismuth subsalisilat
sering digunakan untuk pengobatan atau pencegahan, mempunyai efek antisekretori,
antiinflamasi, dan antibakterial. Bismuth subsalisilat mempunyai efek samping warna
hitam pada lidah dan feses yang akan timbul pada pemakaian berulang (Spruill dan
Wade, 2008).
Zink adalah antidiare yang paling banyak diberikan pada pasien diare anak, hal ini
karena pasien diare mengalami defisiensi zink. Zink adalah mikronutrien yang
penting bagi tubuh. Pemberian zink selama diare telah dibuktikan mampu mengurangi
frkuensi buang air besar, mengurangi volume tinja dan dapat mencegah kekambuhan
7/23/2019 Bab_2 topik
http://slidepdf.com/reader/full/bab2-topik 11/13
14
diare dalam 3 bulan selanjutnya. Zink tetap diberikan selama 10-14 hari berturut-turut
meskipun anak sudah sembuh dari diare (Aminah, 2012).
4) Pengobatan dietetik
Makanan diberikan kepada penderita diare sesegera mungkin, termasuk susu.
Susu buatan khusus (susu rendah laktosa, susu formula, atau lainnya) hanya diberikan
atas indikasi yang jelas. Pada anak yang lebih besar makanan yang direkomendasikan
meliputi tajin, kentang, pisang, gandum dan sereal. Makanan yang harus dihindarkan
adalah makanan dengan kandungan tinggi gula sederhana yang dapat memperburuk
diare seperti minuman kaleng dan sari buah apel. Juga makanan tinggi lemak yang
sulit ditoleransi karena menyebabkan lambatnya pengosongan lambung (Dongoes,
2000).
C. Anak (Pediatrik)
Pediatric berasal dari bahasa Yunani yakni Paedes = anak dan iztric =
pengobatan. Penggunaan obat pada anak merupakan sesuatu yang bersifat khusus
karena berkaitan langsung dengan laju perkembangan organ, sistem dalam tubuh juga
masih belum sempurna seperti enzim yang bertugas dalam metabolisme serta proses
eskresi obat (Aslam dkk., 2003).
Anak dibagi menjadi neonate, infant dan child. Neonate adalah istilah untuk anak
yang baru lahir hingga usia 28 hari, infant adalah istilah untuk anak yang berusia 28
hari hingga 1 tahun. Sedangkan child dibagi menjadi young child yaitu anak yang
berusia 1 hingga 4 tahun, toddler yaitu anak berusia 2 hingga 3 tahun, dan older child
yaitu anak yang berusia 5 sampai 12 tahun (Aslam dkk., 2003).
7/23/2019 Bab_2 topik
http://slidepdf.com/reader/full/bab2-topik 12/13
15
D. Kerangka Pemikiran
Riset Kesehatan Dasar tahun 2014, di
Indonesia menunjukkan KLB
(Kejadian Luar Biasa) diare pada
tahun 2013 terjadi di 6 provinsi
dengan penderita terbanyak terjadi di
Jawa Tengah yang mencapai 294
kasus. Sedangkan CFR (Case Fatality
Rate) akibat KLB diare tertinggi
terjadi di Sumatera Utara yaitu
sebesar 11,76%.
Pada kasus diare spesifik yang
disebabkan bakteri penggunaan
antibiotik merupakan suatu keharusan.
Penggunaan antibiotik yang tidak tepat
dapat menimbulkan masalah resistensi
dan efek obat yang tidak dikehendaki
sehingga perlu dilakukan evaluasi
penggunaan antibiotik. Penelitian
mengenai evaluasi penggunaan
antibiotik pada pasien diare anak sudah
dilakukan di beberapa wilayah
Indonesia tetapi belum sepenuhnya
sesuai.
Penelitian mengenai evaluasi
penggunaan antibiotik pada pasien
diare anak di instalasi rawat inap
RSUD Dr. Moewardi tahun 2014.
7/23/2019 Bab_2 topik
http://slidepdf.com/reader/full/bab2-topik 13/13
16
F.
Keterangan Empirik
Penelitian yang dilakukan di instalasi rawat inap RSUD Dr. Moewardi oleh
Darmastuti pada bulan Januari 2013 tentang Evaluasi Pengobatan Diare Akut Pada
Pasien Anak di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr.Moewardi didapatkan persentase
pemberian vitamin sebanyak 3,2% dan mineral 25,1%, antibiotik 4,37%, antiemetik
4,78%, prebiotik 29,1%, analgetik antipiretik 2,79%, dan terapi cairan sebanyak
30,67%. Pengobatan diare akut pada pasien anak di Instalasi Rawat Inap di RSUD Dr.
Moewardi secara keseluruhan tepat obat 42,11% dan tepat dosis 8,01% berdasar
standar WHO 2005.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui evaluasi penggunaan antibiotik dengan
mencari data pasien berupa data rekam medik dan hasil kulturnya yang meliputi tepat
obat, tepat indikasi dan tepat dosis pada pasien diare anak di Instalasi rawat inap di
RSUD Dr. Moewardi pada tahun 2014.