chapter iii-v rutin ht

Upload: saidahayati

Post on 10-Feb-2018

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/22/2019 Chapter III-V Rutin Ht

    1/27

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    3.1 Jenis Penelitian

    Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional-diskriptif dengan

    rancangan cross-sectional. Penelitian cross-sectional adalah penelitian yang

    bertujuan untuk mengetahui prevalensi suatu efek atau penyakit pada suatu waktu,

    oleh karena itu disebut juga dengan studi prevalensi (Notoatmodjo, 2005).

    Pengambilan data dilakukan dengan pembagian quisioner kepada para responden

    dengan tujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi

    ketidakpatuhan pasien penderita hipertensi.

    3.2 Populasi dan Sampel

    3.2.1 Populasi

    Subjek penelitian ini adalah pasien rawat jalan penderita hipertensi bagian

    kardiologi dan penyakit dalam di RSU H. Adam Malik Medan. Subjek penelitian

    yang dipilih adalah semua populasi yang memenuhi kriteria inklusi dan kriteria

    eksklusi. Kriteria inklusi adalah pasien yang mempunyai tekanan darah diatas

    normal dengan atau tanpa penyakit komplikasi, sedangkan kriteria eksklusi adalah

    pasien yang mempunyai tekanan darah normal.

    3.2.2 Sampel

    Sampel diambil dengan cara purposive sampling dengan objek penelitian

    seluruh pasien rawat jalan penderita hipertensi di RSU H. Adam Malik Medan.

    Pengambilan sampel metodepurposive sampling merupakan suatu metode dimanasebahagian dari anggota populasi menjadi sampel penelitian sehingga sampel

    yang diikutsertakan dalam penelitian tersebut berdasarkan pada pertimbangan

    peneliti sendiri yang mana pada awalnya telah diidentifikasi berdasarkan

    karakteristik populasi secara keseluruhan (Notoatmodjo, 2005). Pengambilan

    besar sampel dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan rumus (Lemeshow,

    1997):

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/22/2019 Chapter III-V Rutin Ht

    2/27

    n = Z2

    1-a/2p(1-P)

    d2

    Keterangan : n = Jumlah Sampel Minimal

    Z1-a/2 = Derajat Kemaknaan

    P = Proporsi Pasien

    D = Tingkat presisi / deviasi

    Dengan persen kepercayaan yang diinginkan 95%; Z1-a/2 = 1,960; P = 0,5: d =

    0,1

    Maka diperoleh besar sampel minimal :

    n = 1,9602 x 0,5(1 0,5) = 96,04 orang

    0,12

    Jadi, jumlah sampel minimal adalah 96 orang. Namun demikian, pasien yang ikut

    serta dalam penelitian ini berjumlah 110 orang.

    3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

    Penelitian dilakukan di RSU H. Adam Malik Medan tepatnya di bagian

    kardiologi dan penyakit dalam pada bulan Juni-Juli 2009.

    3.4 Defenisi Operasional

    Pembatasan operasional penelitian dijelaskan melalui defenisi operasional

    berikut:

    a. Hipertensi : suatu peningkatan kronis tekanan darah arteri sistolik dandiastolik yang bisa disebabkan oleh berbagai faktor. Hipertensi

    didefenisikan olehJoint National Committee on Detection, Evaluation and

    Treatment of High Blood Pressure (JNC) VII sebagai tekanan darah yanglebih tinggi dari 140/90 mmHg. Dalam penelitian ini, penetapan subjek

    yang positif hipertensi didasarkan pada defenisi JNC VII. Penelitian ini

    tidak mengelompokkan subjek ke dalam tingkatan hipertensi serta tidak

    membedakan hipertensi primer dan hipertensi sekunder.

    b. Faktor Ketidakpatuhan : merupakan suatu kondisi yang berpotensi bagipasien untuk tidak melaksanakan terapi obat sesuai yang telah

    diinstruksikan kepadanya. Faktor ketidakpatuhan yang diukur dalam

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/22/2019 Chapter III-V Rutin Ht

    3/27

    penelitian ini adalah jenis kelamin, usia, masalah yang berhubungan

    dengan pelayanan kesehatan, masalah yang berhubungan dengan pasien

    yang bersangkutan, reaksi obat yang merugikan, pendidikan, jumlah obat

    yang diminum, lamanya menderita hipertensi.

    Sedangkan defenisi operasional variabel penelitian adalah sebagai berikut :

    a. Jenis Kelamin : penderita hipertensi tersebut berjenis kelamin pria atauwanita

    b. Usia pasien: pada penelitian ini, peneliti mengklasifikasi usia tersebutmenjadi 4 kelompok, yaitu:

  • 7/22/2019 Chapter III-V Rutin Ht

    4/27

    l. Mahalnya biaya pengobatan: berhubungan dengan kemampuan ekonomipasien untuk membiayai pengobatan penyakitnya.

    m. Kemudahan mendapatkan obat: berhubungan dengan kemudahan pasienuntuk memperoleh obat di tempat pelayanan kesehatan, seperti apotek.

    n. Pelayanan apotek: meliputi keramahtamahan petugas apotik dankecepatan pengerjaan obat.

    3.5 Instrumen Penelitian3.5.1 Sumber Data

    Sumber data dalam penelitian yaitu data primer berupa kuisioner dan

    wawancara singkat yang dilakukan secara langsung pada subjek penelitian untuk

    menguatkan data yang diperoleh dan mendapatkan informasi tambahan.

    3.5.2 Teknik Pengumpulan Data

    Pengumpulan data dilakukan dengan pembagian kuisioner yang akan diisi

    oleh responden penderita hipertensi disertai dengan wawancara singkat.

    Responden tersebut diketahui menderita hipertensi setelah dilakukan pengukuran

    tekanan darah oleh perawat yang bertugas pada saat itu dan pemeriksaan tekanan

    darah ini wajib dilakukan bagi setiap responden untuk setiap kali melakukan

    kunjungan pengobatan. Jawaban kuisioner yang telah diisi oleh responden

    ditabulasikan hasilnya dan setiap faktor ketidakpatuhan dianalisis hingga

    diperoleh prevalensi setiap faktor ketidakpatuhan tersebut dengan kepatuhan

    responden dalam melaksanakan terapi obat.

    3.6

    Teknik Analisis DataTeknik analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara bertahap meliputi

    analisis univariat untuk menghitung distribusi frekuensi, analisis bivariat untuk

    melihat apakah ada hubungan antara variabel dependen dengan variabel

    independen dengan menggunakan Chi-Square, serta analisis multivariat untuk

    mengetahui faktor ketidakpatuhan yang mana yang paling berpengaruh terhadap

    ketidakpatuhan responden itu sendiri dalam melaksanakan terapi obat. Analisis

    multivariat dihitung dengan menggunakan uji regresi logistik berganda metode

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/22/2019 Chapter III-V Rutin Ht

    5/27

    Backward Wald. Regresi logistik berganda merupakan jenis analisis statistik yang

    lazim digunakan pada studi cross-sectional untuk mengetahui hubungan antara

    beberapa variabel independen, baik yang bersifat numerik maupun yang nominal,

    dengan satu variabel dependen yang bersifat dikotom seperti iya-tidak atau hidup-

    mati (Uyanto, 2009). Keistimewaan analisis regresi ganda logistik dibanding

    dengan analisis ganda linier adalah kemampuannya mengkonversi koefisien

    regresi (bi) menjadi Odds Ratio (OR) (Murti, 2003).

    Pengolahan data dilakukan secara komputerisasi dengan menggunakan

    program SPSS Version 13.0. sehingga diperoleh informasi tentang faktor utama

    yang menyebabkan pasien tidak patuh dalam melaksanakan terapi obat.

    3.7 Rancangan Penelitian

    Adapun gambaran dari pelaksanaan penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.1

    berikut :

    Gambar 3.1 Skema Rancangan Penelitian

    Subjek Penelitian

    - Pembagian Quisioner

    - Wawancara Singkat

    Analisis Faktor yang

    Berhubungan

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/22/2019 Chapter III-V Rutin Ht

    6/27

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1 Karakteristik Umum Subjek

    Berdasarkan kuisioner yang telah dibagikan kepada 110 orang subjek

    penelitian, diperoleh gambaran umum karakteristik subjek antara lain ; 62,73 %

    yang berusia 56-80 Tahun, 50 % berjenis kelamin wanita, dan 58,18% yang

    sejauh ini telah menyelesaikan pendidikan lanjutan. Karakteristik umum subjek

    yang diteliti ini secara garis besar ditunjukkan pada Tabel 4.1.

    Tabel 4.1 Karakteristik Umum Subjek Penelitian

    No Karateristik SubjekJumlah

    ( n = 110)%

    1

    Kelompok Usia

    32-55 Tahun 41 37,27

    56-80 Tahun 69 62,73

    2

    Jenis Kelamin

    Pria 55 50

    Wanita 55 50

    3

    Pendidikan Terakhir

    Pendidikan Dasar 46 41,82

    Pendidikan Lanjutan 64 58,18

    4.2 Analisis Bivariat

    Tabel 4.2 Hubungan antara beberapa variabel dengan ketidakpatuhan

    pasien

    No

    (A)

    Variabel yang berhubungan

    (B)

    Jumlah

    (C)

    %

    (D)

    Signifikansi

    (Nilai p) (E)

    1 Usia

    0,00032-55 tahun 41 37.27

    56-80 tahun 69 62,73

    2 Pendidikan0,000

    Pend. Dasar 46 41,82

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/22/2019 Chapter III-V Rutin Ht

    7/27

    Pend. Lanjutan 64 58,18

    3 Lamanya Menderita

    0,0025 tahun 56 52,724 Kesembuhan Pasien

    0,000Ada 90 81,81

    Tidak Ada 20 18,19

    5 Banyaknya Jenis Obat

    0,0091 jenis 36 32,72

    2 jenis 48 43,63

    3-5 jenis 26 23,63

    6 Pemeriksaan Ulang (Check Up)

    0,001Ada 77 70

    Tidak 33 30

    7 Reaksi Obat yang Merugikan

    0,003Ada 41 37,27

    Tidak Ada 69 62,73

    8 Pengobatan Lain

    0,002Ada 38 34,54

    Tidak Ada 72 65,46

    9 Pelayanan Kesehatan

    0,046Puas 96 87,27

    Tidak Puas 14 12,73

    10 Pelayanan Dokter

    0,010Puas 98 89,09

    Tidak Puas 12 10,91

    11 Informasi Penyakit

    0,000Ada 84 76,36

    Tidak Ada 26 23,64

    12 Mahalnya Biaya Pengobatan

    0,009Ya 14 12,73

    Tidak 96 87,27

    13 Kemudahan Mendapatkan Obat

    0,010Mudah 102 92,73

    Tidak Mudah 8 7,27

    14 Pelayanan Apotek0,158

    Puas 109 99,10

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/22/2019 Chapter III-V Rutin Ht

    8/27

    Tidak puas 1 0,90

    4.2.1 Faktor Usia

    Berdasarkan tabel hasil uji chi-square pada kelompok umur dapat terlihat

    bahwa yang berumur 32-55 tahun ada sebanyak 41 orang (37,27%) dan yang

    berumur 56-80 tahun sebanyak 69 orang (62,73%). Dari hasil ini, terlihat jelas

    bahwa selama penelitian dilakukan pasien dengan kelompok umur 56-80 tahun

    lebih banyak jika dibandingkan dengan kelompok umur 32-55 tahun.

    Hasil analisis bivariat dengan chi-square testantara variabel usia dengan

    kepatuhan dalam melaksanakan terapi obat menunjukkan hubungan yang

    bermakna secara statistik dengan nilai p

  • 7/22/2019 Chapter III-V Rutin Ht

    9/27

    4.2.4 Faktor Kesembuhan Pasien

    Jumlah pasien yang telah merasakan kesembuhan dalam jangka yang agak

    lama (tidak terlalu sering lagi menderita tekanan darah diatas batas normal)

    sebanyak 90 orang (81,81%) sedangkan yang masih terlalu sering merasakan

    tekanan darah diatas batas normal sebanyak 20 orang (18,18%).

    Hasil analisis bivariat dengan chi-square test antara variabel tingkat

    kesembuhan pasien dengan kepatuhan minum obat menunjukkan hubungan yang

    bermakna secara statistik (nilai p

  • 7/22/2019 Chapter III-V Rutin Ht

    10/27

    4.2.7 Faktor Reaksi Obat yang Merugikan

    Berdasarkan hasil penelitian, banyaknya pasien yang merasakan reaksi

    obat yang merugikan sebanyak 41 orang ( 37,27%), sedangkan pasien yang tidak

    merasakan efek terapi yang merugikan ini adalah sebanyak 69 orang(62,72%).

    Hasil analisis bivariat dengan chi-square test antara variabel reaksi obat

    yang merugikan dengan kepatuhan minum obat menunjukkan hubungan yang

    bermakna secara statistik (nilai p

  • 7/22/2019 Chapter III-V Rutin Ht

    11/27

    98 orang (89,09%), sedangkan pasien yang menyatakan tidak puas terhadap

    dokter yang menanganinya ada sebanyak 12 orang (10,91%).

    Hasil analisis bivariat dengan chi-square test antara variabel pelayanan

    dokter yang menanganinya dengan kepatuhan minum obat menunjukkan

    hubungan yang bermakna secara statistik (nilai p

  • 7/22/2019 Chapter III-V Rutin Ht

    12/27

    Hasil analisis bivariat dengan chi-square test antara variabel kemudahan

    mendapatkan obat dengan kepatuhan minum obat menunjukkan hubungan yang

    bermakna secara statistik (nilai p0,05) sehingga faktor ini tidak berhubungan dengan kepatuhan pasien dalam

    meminum obatnya. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.2.

    4.3 Analisis Multivariat

    Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa ada 13 variabel independen

    yang berpengaruh terhadap ketidakpatuhan pasien dalam melaksanakan terapi

    obat, sedangkan hanya 1 variabel yang tidak menunjukkan hubungan yang

    bermakna secara statistik. Selanjutnya, untuk mengetahui bentuk hubungan antara

    variabel tersebut dan untuk mengetahui variabel mana yang paling berpengaruh,

    maka dilakukan analisis multivariate terhadap seluruh variabel independen dengan

    regresi logistik ganda, menggunakan metodeBackward Waldpada program SPSS

    Version 13.0.

    Hasil analisis regresi logistik ganda variabel independen yangberhubungan dengan ketidakpatuhan pasien dalam melaksanakan terapi obat

    dengan menggunakan metodeBackward Waldditunjukkan pada Tabel 4.3.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/22/2019 Chapter III-V Rutin Ht

    13/27

    Tabel 4.3 Hasil uji regresi logistik ganda metode Backward Wald

    Beberapa variabel yang berhubungan dengan ketidakpatuhan pasien

    hipertensi dalam melaksanakan terapi obat

    B S.E. Wald df Sig.

    Exp(B

    )

    95.0% C.I.for

    EXP(B)

    Lower Upper

    Step

    1(a)

    Umur2.234 .972

    5.28

    21

    0.02

    29.334 1.389 62.712

    Pendidik

    an-2.991

    1.33

    5

    5.01

    61

    0.02

    5.050 .004 .688

    Lama

    menderit

    a

    -1.754 .8524.23

    51

    0.04

    0.173 .033 .920

    kesembu

    han

    pasien

    3.0531.49

    0

    4.19

    91

    0.04

    021.189 1.142 393.056

    Banyakn

    ya jenis

    obat

    -.215 .605 .127 10.72

    2.806 .246 2.637

    Check

    Up2.330

    1.16

    9

    3.97

    51

    0.04

    610.283 1.040 101.655

    reaksi

    obat

    merugika

    n

    -1.739 .8813.89

    91

    0.04

    8.176 .031 .987

    pengobat

    an lain-2.400 .976

    6.04

    31

    0.01

    4.091 .013 .615

    pelayana

    n

    kesehata

    n

    -1.8551.63

    0

    1.29

    41

    0.25

    5.156 .006 3.821

    pelayana -.813 1.61 .252 1 0.61 .444 .019 10.603

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/22/2019 Chapter III-V Rutin Ht

    14/27

    n dokter 9 6

    informasi

    penyakit2.728

    1.03

    3

    6.97

    81

    0.00

    815.298 2.022 115.765

    mahalnya

    pengobat

    an

    -3.6371.79

    8

    4.09

    41

    0.04

    3.026 .001 .892

    kemudah

    an

    mendapat

    kan obat

    2.1651.80

    3

    1.44

    11

    0.23

    08.711 .254 298.397

    Constant-

    15.328

    401

    92.9

    74

    .000 11.00

    0.000

    Sumber : Hasil Pengolahan Data

    Berdasarkan Tabel 4.3 dapat disimpulkan bahwa variabel usia, pendidikan,

    lamanya menderita hipertensi, tingkat kesembuhan yang telah dicapai pasien,

    rutinnya pasien melakukan Check Up, adanya reaksi obat merugikan yang

    dirasakan oleh pasien, pasien menjalani pengobatan lain serta mahalnya biaya

    pengobatan ternyata berpengaruh terhadap ketidakpatuhan pasien dalam

    melaksanakan terapi obat. model persamaan statistik yang diperoleh dari hasil

    analisis tersebut adalah :

    ln p = -15,328 + 2,234 usia + (-2,991) Pendidikan + (-1,754) Lamanya Menderita

    1- p + 3,053 Kesembuhan Pasien + 2,330 Check Up + (-1,739) Reaksi Obat

    yang merugikan + (-2,400) Pengobatan Lain + 2,728 Informasi + (-3,637)

    Mahalnya Biaya Pengobatan

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/22/2019 Chapter III-V Rutin Ht

    15/27

    4.4 Pembahasan

    4.4.1 Hubungan Usia dengan Ketidakpatuhan Pasien

    Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, ditunjukkan bahwa faktor

    usia menunjukkan hubungan yang bermakna dengan ketidakpatuhan pasien dalam

    melaksanakan pola pengobatan yang telah diinstruksikan kepadanya, hal ini dapat

    dilihat dai nilai kebermaknaannya yaitu sebesar 0,022 (p

  • 7/22/2019 Chapter III-V Rutin Ht

    16/27

    pasien tersebut mengenai penyakitnya, akibat pengetahuan yang tidak

    menyeluruh, pasien sering mengabaikan instruksi yang telah diberikan oleh dokter

    kepadanya dan sering menganggap penyakit hipertensi tidak begitu fatal bagi

    kesehatannya padahal komplikasi yang timbul dari penyakit tersebut sangat

    membahayakan seiring tidak segera mengobatinya.

    Hal sebaliknya terjadi pada pasien yang hanya mengenyam pendidikan

    sampai sebatas tingkat dasar (SD-SMP), pada umumnya mereka patuh terhadap

    instruksi yang diberikan oleh dokter yang menangani penyakitnya, rasa takut akan

    semakin parahnya penyakit mereka jika tidak diobati secara intensif mendasari

    mereka untuk tetap patuh terhadap terapi yang sedang mereka jalani.

    4.4.3 Hubungan Lamanya Menderita dengan Ketidakpatuhan Pasien

    Dari tabel 4.3 dapat kita lihat bahwa semakin lama pasien tersebut mengidap

    penyakit hipertensi maka prevalensinya untuk tidak patuh menjadi semakin tinggi

    hal tersebut dapat kita amati dari nilai kebermaknaan yang telah diperoleh dari

    penelitian ini yaitu sebesar 0,040 (p

  • 7/22/2019 Chapter III-V Rutin Ht

    17/27

    tersebut telah dijalaninya selama ini. Hubungan antara faktor tingkat kesembuhan

    dengan ketidakpatuhuhan pasien ditunjukkan dengan nilai kebermaknaan yaitu

    sebesar 0,040 (p

  • 7/22/2019 Chapter III-V Rutin Ht

    18/27

    sebelumnya. Faktor ini dapat dijadikan sebagai suatu acuan apakah pasien tersebut

    patuh atau tidak terhadap pola pengobatannya. Pasien yang mengabaikan instruksi

    dokter untuk melakukan pemeriksaan kembali secara rutin tidak akan mendapat

    terapi yang maksimal karena perkembangan penyakitnya tidak di monitor dengan

    baik oleh dokter yang menanganinya atau akibat yang lebih berbahaya lagi, pasien

    tidak menyadari bahwa penyakit hipertensi yang sedang dideritanya telah

    menyebabkan timbulnya penyakit komplikasi lainnya akibat tidak pernah

    melakukan pemeriksaan ulang.

    Ketidakpatuhan pasien dalam melakukan pemeriksaan ulang pada

    dasarnya dapat diminimalisir dengan adanya atensi yang penuh dari semua

    perangkat kesehatan dengan menekan faktor ketidakpatuhan tersebut. Terlebih

    lagi, motivasi untuk melakukan pemeriksaan ulang dapat meningkat jika pasien

    yang bersangkutan mempunyai pengalaman yang baik dengan dokter yang

    menanganinya dan mempercayainya (Irmalita, 2003).

    4.4.6 Reaksi Obat yang Merugikan dengan Ketidakpatuhan Pasien.

    Kita dapat melihat hasil dari data penelitian ini bahwa adanya keterkaitan atau

    hubungan antara ketidakpatuhan pasien dan pengalamannya terhadap reaksi obat

    yang merugikan, hal ini dapat dilihat dari nilai kebermaknaan yang diperoleh

    yaitu sebesar 0,048 (p

  • 7/22/2019 Chapter III-V Rutin Ht

    19/27

    pasien terkadang enggan untuk meminum obatnya karena merasa terganggu akibat

    efek tersebut.

    4.4.7 Hubungan Adanya Pengobatan Lain dengan Ketidakpatuhan Pasien.

    Berdasarkan Tabel 4.3, dengan hasil nilai kebermaknaan sebesar 0,014

    (p

  • 7/22/2019 Chapter III-V Rutin Ht

    20/27

    kebermaknaan yang diperoleh dari hasil penelitian ini yaitu sebesar 0,043

    (p

  • 7/22/2019 Chapter III-V Rutin Ht

    21/27

    4.4.9 Hubungan Informasi Mengenai Penyakit dengan Ketidakpatuhan

    Pasien.

    Informasi merupakan salah satu faktor yang sangat essential dalam

    meningkatkan kepatuhan pasien untuk mengkonsumsi obat yang telah di

    rekomendasikan kepadanya. Dari Hasil penelitian ini, faktor ini menunjukkan

    hubungan kebermaknaan yang sangat signifikan secara statistik dengan nilai p

    sebesar 0,08 (p

  • 7/22/2019 Chapter III-V Rutin Ht

    22/27

    diminum sedangkan pasien yang bersangkutan tidak suka dengan rasa obat. Hal

    lain dapat memperparah keadaan ini, jika pasien tersebut telah lama menderita

    penyakit hipertensi sehingga rasa jenuh meminum obat dengan jenis yang banyak

    akan kerap mendekatinya. Namun demikian, berdasarkan hasil yang telah

    diperoleh dari penelitian ini, faktor ini menunjukkan hubungan yang tidak

    bermakna secara statistik dengan ketidakpatuhan pasien, hal ini dapat kita lihat

    dari nilai kebermaknaan sebesar 0,722 (p>0,05).

    Beberapa penelitian lain juga menunjukkan bahwa penyebab utama tidak

    terjadi penurunan tekanan darah yang optimal adalah karena pasien mengurangi

    penggunaan obat. Hal ini sudah menjadi suatu kebiasaan dimana pasien hanya

    ingin menggunakan obat sedikit mungkin untuk menyembuhkan tekanan darah

    tingginya(begitu pula terhadap obat-obat yang lain). Padahal tindakan ini sangat

    membahayakan bagi kesehatannya. Sayangnya, banyak dokter yang tidak

    mengetahui bahwa pasien mereka mengkonsumsi obat kurang dari dosis yang

    ditetapkan. Pada saat itu dokter berfikir bahwa obat yang diberikan belum cukup

    kuat untuk menurunkan tekanan darah, maka tanpa segan-segan dokter tersebut

    akan menaikkan dosisnya. Akibat dari masalah ini maka pasien harus

    mengkonsumsi lebih banyak obat sehingga akan timbul keengganan untuk

    meminum obatnya ke depan akibat tindakan pasien tersebut yang telah

    mengurangi penggunaan obat pada awalnya. Kondisi ini dalam waktu jangka

    panjang akan menyebabkan penyakit pasien menjadi bertambah parah atau akan

    menyebabkan terjadinya komplikasi penyakit (Soetrisno, 1986)

    Ketidakpatuhan tersebut dapat meningkat jika pengobatan yang diberikan

    tidak praktis, misalnya dengan beberapa kali dosis pemberian per hari. Bahkan

    ada suatu penelitian yang dilakukan terhadap pasien penderita hipertensi yangmenyebutkan bahwa pasien-pasien tersebut sering lupa meminum obatnya di akhir

    pekan, meningkatkan dosis obat sebelum kontrol ke dokter dan sering kali tidak

    teratur meminum obatnya (Irmalita, 2003).

    4.4.11 Hubungan Pelayanan Dokter dengan Ketidakpatuhan Pasien.

    Tidak dapat dipungkiri bahwa atensi seorang dokter yang begitu besar

    terhadap pasien yang ditanganinya dapat membantu meningkatkan kepatuhan

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/22/2019 Chapter III-V Rutin Ht

    23/27

    pasien tersebut. Seperti yang telah dijelaskan pada faktor informasi diatas,

    pengalaman baik seorang pasien terhadap dokternya dapat mendorong pasien

    tersebut untuk bersungguh-sungguh menjalani instruksi yang telah diberikan

    kepadanya. Disini dokter mempunyai peranan yang sangat penting, cepat

    tanggapnya seorang dokter menangani keluhan pasien dapat menjadi faktor

    penentu dalam mencapai terapi yang diinginkan. Atensi ini dapat dilakukan

    dengan berbagai upaya, misalnya menanyakan tentang riwayat pengobatan pasien

    sebelumnya, menanyakan apakah ada perkembangan kesembuhan setelah

    pengobatan sekarang dijalani, dan yang tidak kalah pentingnya apakah pasien

    tersebut ada mengalami efek samping obat yang telah diberikan padanya saat ini.

    Hal ini sangat penting untuk ditanyakan kepada pasien yang bersangkutan karena

    jika hal ini terjadi maka pasien tersebut sangat memungkinkan untuk

    menghentikan pengobatannya maka dari itu ada baiknya dokter yang menangani

    pasien tersebut melakukan pendekatan lain(menggunakan terapi obat lainnya)

    sehingga motivasi pasien untuk tetap patuh terhadap pengobatannya tetap terjaga.

    Namun demikian, berdasarkan hasil penelitian yang telah ditabulasi, dengan nilai

    kebermaknaan 0,616 (p>0,05), variabel ini tidak menunjukkan hubungan yang

    bermakna secara statistik dengan ketidakpatuhan pasien dalam melaksanakan

    pengobatannya.

    4.4.12 Hubungan Pelayanan Kesehatan dengan Ketidakpatuhan Pasien.

    Selain dokter, perangkat kesehatan lain juga tidak kalah penting berperan

    dalam menurunkan tingkat ketidakpatuhan pasien terhadap pengobatan yang

    dijalaninya. Peralatan yang memadai, keramahtamahan petugas dalam melayani,

    serta penerapan sistem pelayanan yang efektif dapat merangsang pasien penderitahipertensi secara intensif dan berkala melaksanakan semua pola pengobatan yang

    telah diinstruksikan. Keberhasilan terhadap pelayanan ini secara berkepanjangan

    tidak hanya menjadi kepuasan tersendiri bagi pasien tersebut, tetapi dapat

    membangun citra yang baik akan pengobatan medis di mata masyarakat

    .pelayanan yang baik dari semua tenaga kesehatan dapat menghambat pasien

    untuk menghentikan pengobatannya. Kepatuhan ini dapat ditingkatkan jika tenaga

    kesehatan dapat bekerja secara estafet dan bersatu dalam menangani pasien,

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/22/2019 Chapter III-V Rutin Ht

    24/27

    karena pada dasarnya tidak semua tanggung jawab sosial ini dibebankan kepada

    dokter. Ada baiknya seorang farmasis dilibatkan juga dalam memonitor terapi

    sehingga penanganan ini menjadi lebih intensif dengan harapan terapi yang

    diinginkan dapat dicapai.

    Hal kecil lain yang dapat berdampak besar bagi pasien yang dapat

    dilakukan oleh perangkat kesehatan lain untuk meningkatkan kepatuhan pasien

    yaitu dengan memberikan informasi tambahan yang cukup tentang obat yang telah

    diresepkan dokter, misalnya tentang efek samping yang mungkin timbul sehingga

    pasien tersebut tidak berfikir negatif jika efek samping tersebut dirasakan yang

    pada akhirnya tidak membuat pasien tersebut menghentikan pengobatannya.

    Sistem pelayanan yang baik juga memegang peranan penting dalam memotivasi

    pasien untuk terus check up atau memantau perkembangan kesembuhannya,

    misalnya dengan membuat antrian yang teratur serta pelayanan yang cepat dan

    efektif sehingga pasien yang sedang sakit tidak merasa jenuh menunggu.

    Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, variabel ini tidak

    menunjukkan hubungan yang bermakna secara statistik dengan ketidakpatuhan

    pasien dalam melaksanakan pengobatannya karena nilai kebermaknaan hasil

    tabulasi dari faktor ini adalah 0,225 (p>0,05).

    4.4.13 Hubungan Mudahnya Mendapatkan Obat dengan Ketidakpatuhan

    Pasien.

    Sukarnya mendapatkan obat di daerah tertentu terkadang mendesak pasien

    menstop meminum obatnya untuk sementara waktu. Masalah ini biasanya dialami

    oleh pasien yang bertempat tinggal jauh dari daerah perkotaan. Hal ini terjadi pada

    saat obat yang dibawa pasien dari tempat pelayanan kesehatan habis, sedangkanpada saat ingin membelinya kembali di apotik di daerah tempat tinggalnya obat

    tersebut sulit didapatkan atau terkadang didapatkan tapi tidak semua jenis obat

    yang diresepkan ada terjual. Jika hal ini kita amati, kita akan berfikir bahwa hal

    ini sangat berbahaya bagi pasien, karena setelah dilakukan wawancara, pasien

    yang mengalami hal ini(tidak menebus resepnya kembali setelah habis akibat

    kurangnya persediaan obat di daerah tempat tinggalnya) selalu melakukan

    pemeriksaan ulang dengan keadaan tekanan darah diatas normal karena sudah

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/22/2019 Chapter III-V Rutin Ht

    25/27

    tidak meminum lagi obatnya dalam jangka waktu tertentu. Masalah ini perlu kita

    waspadai, karena jika pasien tersebut terus-menerus berada dalam keadaan tensi

    diatas normal, maka lama-kelamaan hal tersebut sangat berpotensi untuk

    menimbulkan komplikasi penyakit. Masalah ini dapat dicegah dengan

    memberikan jumlah obat yang dapat dikonsumsi oleh pasien dalam jangka waktu

    yang agak lama bagi pasien yang sedikit kesulitan mendapatkan obat di daerah

    tempat tinggalnya. Hal ini juga sangat membantu bagi pasien, yaitu efisiensi

    waktu dan jumlah uang yang dikeluarkan.

    Suatu survei menyebutkan bahwa pasien yang tempat tinggalnya tidak jauh

    dari tempat pelayanan kesehatan mempunyai kemungkinan 3 kali untuk teratur

    berobat atau disiplin melaksanakan pengobatan dibandingkan dengan pasien yang

    menyatakan bahwa tempat tinggalnya jauh dari tempat pelayanan kesehatan

    (Senewe, 2002).

    Namun demikian, berdasarkan hasil penelitian ini, variabel tersebut tidak

    memiliki hubungan yang bermakna secara statistik dengan ketidakpatuhan pasien

    dalam melaksanakan pengobatannya, hal ini ditunjukkan dengan nilai

    kebermaknaan yang lebih besar dari 0,05 (p = 0,230).

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/22/2019 Chapter III-V Rutin Ht

    26/27

    BAB V

    KESIMPULAN DAN SARAN

    5.1 Kesimpulan

    Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap 110 orang pasien

    yang ikut serta sebagai responden dalam penelitian ini, diperoleh gambaran umum

    karakteristik subjek yaitu : 62.73 % yang berusia > 55 Tahun, 50 % berjenis

    kelamin wanita, dan 41.82 % yang sejauh ini telah menyelesaikan pendidikan

    dasarnya.

    Hasil analisis data secara statistik terhadap berbagai faktor ketidakpatuhan

    pasien penderita hipertensi dalam melaksanakan terapi obatnya diperoleh

    kesimpulan sebagai berikut :

    a. Faktor utama yang mempengaruhi ketidakpatuhan pasien hipertensi diRSU H. Adam Malik Medan adalah mendapatkan informasi tentang

    penyakitnya. Hal ini terjadi 15 kali lebih besar pada pasien yang kurang

    cukup mendapatkan informasi tentang penyakitnya daripada pasien yang

    lebih cukup mendapatkan informasi (Wald = 6,978;OR = 15,298; Cl 95%

    = 2,02 - 115,77).

    b. Faktor ketidakpatuhan lainnya adalah adanya pengobatan lain yangdijalani oleh pasien (Wald = 6,043;OR = 0,091; Cl 95% = 0,013 0,615),

    faktor usia (Wald = 5,282 ;OR = 9,334 ; Cl 95% = 1,389 62,712),

    pendidikan (Wald = 5,016 ;OR = 0,050 ;Cl 95% = 0,004 0,688),

    lamanya telah menderita penyakit (Wald = 4,235 ;OR = 0,173 ;Cl 95%

    =0,033 0,920), tingkat kesembuhan yang telah dicapai (Wald = 4,199

    ;OR = 21,189 ; Cl 95% = 1,142 393,056), rutinnya melakukanpemeriksaan ulang (Check Up) (Wald = 3,975 ;OR =10,283 ;Cl 95% =

    1,040 -101,655), adanya reaksi obat yang merugikan (Wald = 3,899 ;OR=

    0,176 ;Cl 95% = 0,013 0,615), mahalnya biaya pengobatan (Wald =

    4,094 ;OR = 0,026 ;Cl 95% = 0,001 0,892). Prevalensi ketidakpatuhan

    melaksanakan pengobatan 9,3 kali lebih tinggi pada pasien yang berumur

    >55 tahun; 10,3 kali lebih tinggi pada pasien yang jarang melakukan check

    up, 21,2 kali lebih tinggi pada pasien yang tidak merasakan kesembuhan

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/22/2019 Chapter III-V Rutin Ht

    27/27

    penyakit; serta 8,7 kali lebih tinggi pada pasien yang agak kesulitan

    mendapatkan obatnya.

    5.2 Saran

    a. Diharapkan kepada seluruh farmasis agar dapat memberikan edukasi bagipasien akan pentingnya melakukan pengobatan secara regular serta informasi

    mengenai penyakit komplikasi yang dapat timbul akibat hipertensi jika pasien

    tidak patuh dalam melaksanakan pengobatanya.

    b. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui faktorketidakpatuhan lain pada pengobatan hipertensi.