css sinusitis (3)
TRANSCRIPT
-
7/21/2019 Css Sinusitis (3)
1/20
BAB I
PENDAHULUAN
Sinusitis secara mudah diartikan sebagai infeksi atau radang pada sinus
sinus paranasal yang normalnya adalah steril. Hal ini bagi kebanyakan orang
dianggap suatu hal yang remeh, dibandingkan dengan penderitaan dan nyeri yang
dapat ditimbulkannya. Sinusitis adalah suatu penyakit yang mempengaruhi lebih
dari 14% dari populasi pada kebanyakan negara di dunia. Sinusitis juga banyak
terdapat pada pasien yang sakit berat, dimana 2 ! % didiagnosa sinusitis
melalui pencitraan radiologis.
Sinusitis adalah suatu kondisi yang sangat biasa mempengaruhi 1 dari 1"
orang pada beberapa tahap kehidupannya. Sinusitis lebih sering terjadi pada
populasi anak anak dibandingkan dengan de#asa. Hal ini dikarenakan frekuensi
untuk terkenainfeksi saluran nafas atas pada anakanak lebih besar dibandingkan
dengan de#asa. $etapi sinusitis jarang terjadi pada anak dengan usia kurang dari 1
tahun, karena sinussinus belum berkembang begitu sempurna pada usia tersebut.Sinusitis jarang mengancam ji#a, tetapi karena dekatnya struktur sinus
paranasal dengan sistem saraf pusat, jalur pembuluh ena dan limfatik dapat
mengakibatkan komplikasi yang cukup serius.
&eberapa penelitian telah dan sedang dilakukan untuk mengetahui sebab '
sebab dan penanganan kasus sinusitis ini. &eberapa penyebab yang berhubungan
antara lain infeksi saluran nafas ( irus, bakteri, dan jamur ), asma, dan genetik.
Upper respiratory infections (URIs) adalah suatu kondisi yang sering
berhubungan dengan sinusitis. *an infeksi irus yang berhubungan dengan
common cold adalah etiologi yang paling sering pada sinusitis akut. +esulitan
yang patut diperhatikan adalah untuk membedakan URIs dan rhinitis alergika
dengan sinusitis. ntuk itu dibutuhkan keterampilan yang baik dalam
pemeriksaan yang dilakukan untuk mendiagnosa.
-
7/21/2019 Css Sinusitis (3)
2/20
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 SINUS PARANASAL
2.1.1 Sinus Maksilaris
Sinus maksilaris merupakan sinus paranasal yang terbesar. Saat lahir sinus
maksilaris berolume -' ml, sinus kemudian berkembang dengan cepat dan
akhirnya mencapai ukuran maksimal, yaitu 1 ml saat de#asa.
Sinus maksilaris berbentuk segitiga. *inding anterior sinus ialah
permukaan fasial os maksila yang disebut fosa kanina, dinding posteriornya
adalah permukaan infra'temporal maksila, dinding medialnya ialah dinding lateral
rongga hidung, dinding superiornya adalah dasar orbita dan dinding inferiornya
ialah prosesus aleolaris dan palatum. /stium sinus maksila berada di sebelah
superior dinding medial sinus dan bermuara ke hiatus semilunaris melalui
infundibulum etmoid.
*ari segi klinik yang perlu diperhatikan dari anatomi sinus maksilaris adalah0
1. *asar dari anatomi sinus maksilaris sangat berdekatan dengan akar gigi
rahang atas, yaitu premolar (1 dan 2). olar (1 dan 2), kadang'
kadang juga gigi taring (3) dan gigi molar (), bahkan akar'akar gigi
tersebut dapat menonjol ke dalam sinus, sehingga infeksi gigi geligi
mudah naik ke atas menyebabkan sinusitis.
2. Sinus maksilaris dapat menimbulkan komplikasi orbita.
. /stium sinus maksilaris terletak lebih tinggi dari dasar sinus, sehingga
drainase kurang baik, lagipula drainase juga harus melalui infundibulum
yang sempit.
2.1.2 Sinus Frontalis
Sinus frontalis yang terletak di os frontal mulai terbentuk sejak bulan ke
empat fetus, berasal dari sel'sel resesus frontal atau dari sel'sel infundibulum
-
7/21/2019 Css Sinusitis (3)
3/20
etmoid. Sesudah lahir, Sinus frontalis mulai berkembang pada usia '1" tahun dan
akan mencapai ukuran maksimal sebelum usia 2" tahun.
Sinus frontalis kanna dan kiri biasanya tidak simetris, satu lebih besar
daripada yang lainnya dan dipisahkan oleh sekat yang terletak di garis tengah.
+urang lebih 1% orang de#asa hanya mempunyai satu sinus frontalis dan
kurang lebih % sinus frontalisnya tidak berkembang.
kuran sinus frontalis adalah 2, cm tingginya, lebarnya 2,4 cm dan
dalamnya 2 cm. Sinus frontalis biasanya bersekat'sekat dan tepi snus berlekuk'
lekuk. $idak adanya gambaran septum'septum atau lekuk'lekuk dinding sinus
pada foto 5ontgen menunjukan adanya infeksi sinus. Sinus frontalis dipisahkan
oleh tulang yang relatif tipis dari orbita dan fosa serebri anterior, sehingga infeksi
dari sinus frontalis mudah menjalar ke daerah ini.
Sinus frontalis berdrainase melalui ostiumnya yang terletak di resesus
frontalis. 5esesus frontalis adalah bagian dari sinus etmoidalis anterior.
-
7/21/2019 Css Sinusitis (3)
4/20
2.1. Sinus Et!oi"alis
*ari semua sinus paranasal, sinus etmoidalis yang paling berariasi dan
akhir'akhir ini dianggap paling penting, karena dapat merupakan fokus infeksi
bagi sinus'sinus lainnya. ada orang de#asa bentuk sinus etmoidalis seperti
piramid dengan dasarnya di bagian posterior. kurannya dari anterior ke posterior
4' cm, tinggi 2,4 cm dan lebarnya ", cm di bagian anterior dan 1, cm di bagian
posterior.
Sinus etmoidalis berongga'rongga, terdiri dari sel'sel yang menyerupai
sarang ta#on, yang terdapat di dalam massa bagian lateral os etmoidalis, yang
terletak di antara konka media dan dinding medial orbita. Sel'sel ini jumlahnya
berariasi antara 4'1! sel (rata'rata 6 sel). &erdasarkan letaknya, sinus etmoidalis
dibagi menjadi sinus sinus etmoidalis anterior yang bermuara di meatus medius
dan sinus etmoidalis posterior yang bermuara di meatus superior. Sel'sel sinus
etmoidalis anterior biasanya kecil'kecil dan banyak, letaknya di ba#ah perlekatan
konka media, sedangkan sel'sel sinus etmoidalis posterior biasanya lebih besar
dan lebih sedikit jumlahnya dan terletak di postero'superior dari perlekatan konka
media.
-
7/21/2019 Css Sinusitis (3)
5/20
*ibagian terdepan sinus etmoidalis anterior ada bagian yang sempit,
disebut resesus frontalis, yang berhubungan dengan sinus frontalis. Sel etmoidalis
yang terbesar disebut bula etmoidalis. *i daerah etmoidalis anterior terdapat suatu
penyempitan yang disebut infundibulum, tempat bermuaranya ostium sinus
maksilaris. embekakan atau peradangan di resesus frontalis dapat menyebabkan
sinusitis frontalis dan pembekakan di ifundibulum dapat menyebabkan sinusistis
maksilaris.
7tap sinus etmoidalis yang disebut foea etmoidalis berbatasan dengan
lamina kribrosa. *inding lateral sinus adalah lamina papirasea yang sangat tipis
dan membatasi sinus etmoidalis dari rongga orbita. *i bagian belakang sinus
etmoidalis posterior berbatasan dengan sinus sfenoidalis.
2.1.# Sinus S$%noi"alis
Sinus sfenoidalis terletak dalam os sfenoidalis di belakang sinus
etmoidalis posterior. Sinus sfenoidalis dibagi dua oleh sekat yang disebut septum
-
7/21/2019 Css Sinusitis (3)
6/20
intersfenoidalis. kurannya adalah 2 cm tingginya, dalamnya 2, cm dan lebarnya
1,! cm. 8olumenya berariasi dari sampai !, ml. Saat sinus berkembang,
pembuluh darah dan nerus di bagian lateral os sfenoidalis akan menjadi sangat
berdekatan dengan rongga sinus dan tampak sebagai indentasi pada dinding sinus
sfenoidalis.
&atas'batasnya ialah, sebelah superior terdapat fosa serebri media dan
kelenjar hipofisa, sebelah inferiornya atap nasofaring, sebelah lateral berbatasan
dengan sinus kaernosus dan a.karotis interna (sering tampak sebagai indentasi)
dan di sebelah posteriornya berbatasan dengan fosa serebri posterior di daerah
pons.
2.2 D%$inisi "an Klasi$ikasi Sinusitis
Sinusitis adalah suatu keadaan inflamasi pada satu atau lebih sinus
paranasal, dimana penyebeb tersering adalah infeksi. Sinusitis dikelompokan
berdasarkan 0
resentasi klinik 0 akut, subakut, dan kronik
9etak anatomi 0 etmoidalis, maksilaris, frontalis, dan sfenoidalis
/rganisme penyebab 0 irus, bakteri, dan jamur
+eberadaan kelainan ekstra sinus 0 komplikata dan non komplikata
odifikasi faktor yang berpengaruh 0 atopi, imunosupresi, obstruksi
Sinusitis dikategorikan sebagai sinusitis akut apabila gejala radang akut
pada sinus berlangsung dari beberapa hari sampai 4 minggu dan terapi yang
diberikan adalah dengan medikamentosa. Sinusitis subakut adalah sinusitis
dengan gejala radang akut yang sudah mereda dan penyakit berlangsung selama 4
minggu sampai bulan. erubahan histologik mukosa sinus yang terjadi pada
sinusitis subakut masih bersifat reersibel dan terapi dilakukan dengan
medikamentosa. &ila gejala sinusitis berlangsung lebih dari bulan maka disebut
sinusitis kronis. Sinusitis kronis terjadi karena sinusitis akut yang tidak diobati
-
7/21/2019 Css Sinusitis (3)
7/20
atau yang tidak mendapatkan pengobatan yang adekuat. erubahan histopatologi
mukosa sinus sudah bersifat irreersibel, terjadi gangguan pada mekanisme
drainase alami sinus sehingga terapi pembedahan perlu dilakukan.
2. Pato$isiolo&i
ukus yang dihasilkan oleh sinus paranasal memang jumlahnya kecil
dibandingkan dengan mukus dari rongga hidung, namun efektif untuk
membersihkan partikel yang turut masuk dengan udara inspirasi karena mukus ini
keluar melalui meatus media. *rainase ke empat sinus paranasal dialirkan ke
dalam caum nasi. Sinus frontalis, maksilaris, dan etmoidalis anterior
mengalirkan sekretnya melalui kompleks ostio meatal pada meatus media.
Sedangkan drainase sinus etmoidalis posterior dan sfenoidalis ke meatus superior
melalui recessus sfenoetmoidalis. ada sinus maksilaris aktiitas mukosilier
dalam mendrainase mela#an graitasi.
ekanisme patofisiologi dari sinusitis berhubungan dengan faktor yaitu
keutuhan ostia, fungsi silia dan kualitas sekresi nasal. erubahan salah satu faktor
dapat mempengaruhi fisiologis sinus dan dapat menyebabkan sinusitis. 7danya
gangguan pada ostium akan menghambat drainase sinus. embersihan mukus oleh
silia akan dialirkan ke ostium sehingga bila ada obstruksi pada ostium maka
gerakan silia menjadi terganggu dan cairan akan berakumulasi di dalam sinus.
-
7/21/2019 Css Sinusitis (3)
8/20
/bstruksi pada ostia akan menyebabkan berkurangnya kadar oksigen pada
sinus. Hal ini akan memudahkan terjadinya infeksi pada sinus. +eadaan hipoksia
dan akumulasi cairan akibat obstruksi ostium merupakan medium ideal untuk
pertumbuhan bakteri.
5ongga sinus bergantung pada transport mukosilier untuk menciptakan
lingkungan yang bebas bakteri. Sinus dilapisi oleh epitel kolumner bertingkat
semu bersilia. :ungsi silia dapat terganggu karena keadaan hipoksia. Sel siliadapat hilang atau rusak akibat polutan pernafasan, trauma pembedahan dan
penyakit sinus kronik.
-
7/21/2019 Css Sinusitis (3)
9/20
roduksi mukus dari sel ;oblet dapat meningkat akibat dari iritan
pernafasan, polutan, alergen serta udara dingin. Hal tersebut juga dapatmeningkatkan iskositas mukus sehingga dapat mengurangi efektiitas
pembersihan silia dan menjadi media yang baik untuk pertumbuhan bakteri.
-
7/21/2019 Css Sinusitis (3)
10/20
'(r. Kanan) Drainas% sinus nor!al. Kiri) Drainas% *an& t%r+a!(at !%n*%(a(kan sinusitis
2.# Etiolo&i
enyebab sinusitis tergantung dari klasifikasinya yaitu akut dan kronis.
enyebab sinusitis akut0
rinitis akut
infeksi daerah faring (faringitis, tonsilitis akut, adenoiditis)
infeksi gigi rahang atas 1, 2, , serta 1 dan 2
berenang dan menyelam
trauma (perdarahan mukosa sinus paranasal)
barotrauma yang dapat menyebabkan nekrosis mukosa sinus
enyebab sinusitis kronis0
polusi bahan kimia yang menyebabkan silia rusak
alergi dan defisiensi imunologi
infeksi irus, bakteri dan jamur
obstruksi kompleks osteo meatal
kelainan anatomi
2., '%-ala Klinis "an Dia&nosa
Sinusitis akut0
- Sakit kepala
-
-
7/21/2019 Css Sinusitis (3)
11/20
- ada sinusitis maksilaris terasa nyeri di pipi yang kadang menyebar ke
gigi. $erdapat referred paindi dahi dan depan telinga.
- ada sinusitis frontalis terasa nyeri di dahi kadang meluas ke seluruh
kepala.
- ada sinusitis etmoidalis nyeri dirasakan pada bagian medial hidung dan
area retro orbital
- ada sinusitis sfenoidalis nyeri dirasakan pada erteks, oksipital, daerah
belakang mata dan daerah mastoid
- ada rinoskopi anterior didapatkan mukosakonka hiperemis dan edema
serta adanya mukopus di ostium sinus
- ada rinoskopi posterior didapatkan post nasal drip
Sinusitis subakut0
- ;ejalanya sama dengan sinusitis akut namun gejala peradangan akutnya
(demam, sakit kepala hebat, nyeri tekan) sudah reda
- ada rinoskopi didapatkan sekret yang purulen di meatus media atau
superior dan di nasofaring
Sinusitis kronik0
-
-
7/21/2019 Css Sinusitis (3)
12/20
Hyposmia atau anosmia
7danya sekret purulen pada rongga hidung
*emam
'%-ala Minor)
Sakit kepala
:atigue (lelah)
Halitosis
Sakit gigi
&atuk
Sakit atau rasa penuh pada telinga
Dia&nosa "aat "it%&akkan (ila t%r"aat)
dua atau lebih gejala mayor
satu gejala mayor dan dua gejala minor
tiga gejala minor
Selain itu pemeriksaan penunjang sangat membantu penegakkan diagnosa.
2./ P%!%riksaan P%nun-an&
2./.1 Translu!inasi
emeriksaan transluminasi digunakan untuk menilai kondisi sinus
maksilaris dan sinus frontalis. Sinus yang sakit menjadi suram atau gelap karena
adanya sekret atau pus. emeriksaan ini bermakna apabila salah satu sinus normal
sebagai pembanding atau apabila telah dilakukan pemeriksaan a#al saat sinus
masih normal.
2./.2 Kultur "an T%s R%sist%nsi
emeriksaan ini dapat menggunakan bahan pemeriksaan berupa sekret
hidung ataupun sinus. Sekret sinus merupakan bahan pemeriksaan yang lebih
akurat, dapat diambil dengan melakukan aspirasi pada sinus.
-
7/21/2019 Css Sinusitis (3)
13/20
emeriksaan ini sering dilakukan dan sangat membantu dalam
mendiagnosa sinusitis. ada sinusitis akan tampak penebalan membran mukosa
sinus, air fluid levelatau opasitas. :oto radiologi yang dapat dilakukan h=dala
>aters, 3ald#ell, 7 dan lateral.
-
7/21/2019 Css Sinusitis (3)
14/20
7ntibiotik pilihan utama dalam terapi sinusistis adalah golongan beta'laktam,
termasuk amoksisilin (dengan atau tanpa asam klaulanat), sefpodoksim, atau
sefuroksin. ntuk pasien yang alergi golongan beta'laktam dapat diberikan
trimetoprim'sulfametoksa@ol, doksisiklin, atau golongan makrolid pada kasus
yang ringan. ada kasus yang berat dapat diberikan fluorokuinolon.
ada sinusitis akut, antibiotik diberikan untuk 1"'14 hari. ntuk sinusitis
kronis dibutuhkan #aktu yang lebih lama yaitu '4 minggu. erlu diingat
bah#a antibiotik harus tetap diberikan selama ! hari setelah gejala hilang.
*ekongestan
*ekongestan adrenergik alfa dapat mengurangi sumbatan dengan
menyebabkan asokonstriksi pembuluh darah sehingga dapat mengecilkan
jaringan yang mengalami kongesti. /bat ini dapat diberikan secara topikal
ataupun sistemik.
-
7/21/2019 Css Sinusitis (3)
15/20
dialirkan larutan salin fisiologis. Sekret akan keluar melalui hidung atau
mulut. ungsi dan irigasi dapat dilakukan melalui fossa kanina. ada kasus
yang meragukan pungsi dapat digunakan sebagai tindakan diagnostik untuk
memastikan ada tidaknya sekret di sinus maksilaris.
7ntrostomi adalah pembuatan lubang di meatus inferior yang menghubungkan
rongga hidung dengan antrum sinus maksilaris. 9ubang ini dipakai untuk
menghisap sekret dan entilasi sinus maksilaris.
Poetz displacement therapyberprinsip membuat tekanan negatif dalam rongga
hidung dan sinus paranasal untuk dapat menghisap sekret ke luar. *iteteskan
larutan asokonstriktor (H3l efedrin ",'1,%) untuk membuka ostium yang
kemudian masuk ke dalam sinus. H3l efedrin akan mengurangi edema
mukosa dan tercampur dengan sekret dalam rongga sinus kemudian dihisap ke
luar. Sementara itu pasien harus mengatakan Bkak'kak'kakB agar palatum
molle terangkat sehingga ruang antar nasofaring dengan orofaring tertutup.
*engan demikian cairan tidak dapat masuk ke orofaring, sedangkan ruang
nasofaring, hidung serta sinus paranasal menjadi rongga yang bertekanan
negatif pada saat penghisapan, sehingga sekret mudah keluar.
Facial saunajuga dapat menjadi cara alternatif dalam membersihkan sekret
hidung. enghirup uap panas dari mangkok yang berisi air panas, atau mandi
dengan air panas juga dapat membersihkan sekret hidung.
+ortikosteroid
+adang kortikosteroid topikal juga digunakan dalam pengobatan sinusitis
untuk mengecilkan edema secara optimal. +ortikosteroid terutama digunakan
pada sinusitis kronis.
2.4.2 T%rai 5%rati$
$erapi operatif dilakukan untuk memperbaiki drainase sinus. $erapi ini
dilakukan bila terdapat ancaman terjadinya komplikasi, penderita merasakan sakit
yang hebat, dan bila penderita tidak berespon terhadap terapi medikamentosa.
-
7/21/2019 Css Sinusitis (3)
16/20
$erapi operatif dapat dibagi menjadi dua macam yaitu pembedahan radikal dan
non'radikal.
ada pembedahan radikal dilakukan pengangkatan mukosa yang patologis
dan membuat drainase dari sinus yang terkena. ntuk sinus maksilaris dilakukan
operasi 3ald#ell'9uc, sedangkan untuk sinus etmoid dilakukan etmoidektomi
yang dapat dilakukan intranasal ataupun ekstranasal. *rainase sekret sinus
frontalis dilakukan dengan operasi +illian, sedangkan untuk sinus sfenoid
dilakukan pembedahan dari intranasal.
'(r. Al&orit!% anatalaksanaan sinusitis.
ada pembedahan non'radikal dikembangkan metode operasi dengan
menggunakan endoskopi yang disebut &edah Sinus Andoskopi :ungsional
(&SA:). rinsipnya adalah dengan membuka dan membersihkan kompleks ostio
meatal yang menjadi sumber penyumbatan dan infeksi, sehingga entilasi dan
-
7/21/2019 Css Sinusitis (3)
17/20
drainase sinus dapat lancar kembali melalui ostium alami. *engan demikian
mukosa sinus akan kembali normal.
:ASS C &SA: merupakan tehnik operasi atau pembedahan yang dilakukan
pada penyakit hidung dan sinus paranasal, misalnya sinusitis, polip dan lainnya
dengan bantuan alat endoskopi. *engan menggunakan alat endoskopi tersebut,
rongga sempit pada hidung dan sekitarnya yang sulit dilihat dengan mata secara
langsung akan tampak dengan jelas, sehingga kelainan sekecil apapun dapat
diketahui.
Sebelum dilakukan :ASS C &SA:, penderita akan dilakukan pemeriksaan
mulai dari ri#ayat penyakit, pemeriksaan fisik, pemeriksaan foto rongtgen dan
3$'Scan. enderita diberikan terapi pendahuluan untuk persiapan operasi.
Sedangkan keberhasilan pasca operasi :ASS C &SA: juga ditentukan pera#atan
pasca operasi minimal 4 kali, yaitu pada minggu pertama, kedua, keempat dan
minggu keenam. $ujuan dari pera#atan ini adalah untuk membersihkan luka
bekas operasi dan mencegah perlengketan luka operasi.
+elebihan tehnik :ASS C &SA: adalah dapat melihat dengan lebih jelas
struktur anatomi dan kelainan di dalam rongga hidung dan sinus paranasalD dapat
menentukan lokasi penyakit dengan tepatD luka operasi minimal (tidak ada irisan
operasi di daerah muka)D proses penyembuhannya lebih cepat dan lebih nyamanD
fungsi hidung dan sinus paranasal dapat dipertahankanD selain itu dapat dibuat
dokumentasi
-
7/21/2019 Css Sinusitis (3)
18/20
2.4 Ko!likasi
+omplikasi sinusitis berhubungan dengan daerah sinus yang terkena.
+omplikasi dapat mengenai0
/rbita dan periorbita karena tiga sisi mata berbatasan dengan sinus, dapat
berupa abses, proptosis, selulitis orbital, gangguan penglihatan, gangguan
pergerakan bola mata dan peningkatan tekanan intraokular.
/steomielitis pada os frontal atau os maksila
$erbentuknya fistula oroantral
+omplikasi intrakranial (abses epidural, meningitis, abses otak, trombosis
sinus kaernosus)
&ila komplikasi timbul maka pengobatan harus dilakukan dengan lebih agresif
dan perlu dilakukan kerja sama dengan bagian optalmologi dan bedah saraf.
BAB III
KESIMPULAN
-
7/21/2019 Css Sinusitis (3)
19/20
Sinusitis dikenal sebagai proses inflamasi pada satu atau lebih sinus
paranasal dan diklasifikasikan menjadi bentuk akut, subakut dan kronis. ;ejala sinusitis dapat berupa sumbat hidung, rinorea purulen, post nasal
drip, nyeri fasial atau dental, hiposmia atau anosmia, sakit kepala dan
batuk. ;ejala yang lebih spesifik meliputi perlunakan rongga sinus, edema
mukosa, sekresi hidung purulen dan edema periorbital.
emeriksaan penunjang selain transiluminasi atau nasal endoskopi adalah
radiologi standar, 3$'Scan yang digunakan untuk ealusi infeksi.
$erapi sinusitis berupa terapi medikamentosa dan terapi operatif. $erapi inididasarkan pada gejala dan ancaman komplikasi.
+omplikasi yang dapat terjadi pada sinusitis adalah abses, proptosis,
selulitis orbital, gangguan penglihatan, gangguan pergerakan bola mata,
peningkatan tekanan intraokular, osteomielitis, fistula oroantral, abses
epidural, meningitis, abses otak, dan trombosis sinus kaernosus.
BAB I6
DAFTAR PUSTAKA
-
7/21/2019 Css Sinusitis (3)
20/20
&ailey &E. 2""1. aFillary, Athmoid and Sphenoid Sinuses. ?n 0 7tlas of Head
and