css sinusitis (3)

Upload: muhamad-sidik-hasanudin

Post on 05-Feb-2018

233 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/21/2019 Css Sinusitis (3)

    1/20

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Sinusitis secara mudah diartikan sebagai infeksi atau radang pada sinus

    sinus paranasal yang normalnya adalah steril. Hal ini bagi kebanyakan orang

    dianggap suatu hal yang remeh, dibandingkan dengan penderitaan dan nyeri yang

    dapat ditimbulkannya. Sinusitis adalah suatu penyakit yang mempengaruhi lebih

    dari 14% dari populasi pada kebanyakan negara di dunia. Sinusitis juga banyak

    terdapat pada pasien yang sakit berat, dimana 2 ! % didiagnosa sinusitis

    melalui pencitraan radiologis.

    Sinusitis adalah suatu kondisi yang sangat biasa mempengaruhi 1 dari 1"

    orang pada beberapa tahap kehidupannya. Sinusitis lebih sering terjadi pada

    populasi anak anak dibandingkan dengan de#asa. Hal ini dikarenakan frekuensi

    untuk terkenainfeksi saluran nafas atas pada anakanak lebih besar dibandingkan

    dengan de#asa. $etapi sinusitis jarang terjadi pada anak dengan usia kurang dari 1

    tahun, karena sinussinus belum berkembang begitu sempurna pada usia tersebut.Sinusitis jarang mengancam ji#a, tetapi karena dekatnya struktur sinus

    paranasal dengan sistem saraf pusat, jalur pembuluh ena dan limfatik dapat

    mengakibatkan komplikasi yang cukup serius.

    &eberapa penelitian telah dan sedang dilakukan untuk mengetahui sebab '

    sebab dan penanganan kasus sinusitis ini. &eberapa penyebab yang berhubungan

    antara lain infeksi saluran nafas ( irus, bakteri, dan jamur ), asma, dan genetik.

    Upper respiratory infections (URIs) adalah suatu kondisi yang sering

    berhubungan dengan sinusitis. *an infeksi irus yang berhubungan dengan

    common cold adalah etiologi yang paling sering pada sinusitis akut. +esulitan

    yang patut diperhatikan adalah untuk membedakan URIs dan rhinitis alergika

    dengan sinusitis. ntuk itu dibutuhkan keterampilan yang baik dalam

    pemeriksaan yang dilakukan untuk mendiagnosa.

  • 7/21/2019 Css Sinusitis (3)

    2/20

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 SINUS PARANASAL

    2.1.1 Sinus Maksilaris

    Sinus maksilaris merupakan sinus paranasal yang terbesar. Saat lahir sinus

    maksilaris berolume -' ml, sinus kemudian berkembang dengan cepat dan

    akhirnya mencapai ukuran maksimal, yaitu 1 ml saat de#asa.

    Sinus maksilaris berbentuk segitiga. *inding anterior sinus ialah

    permukaan fasial os maksila yang disebut fosa kanina, dinding posteriornya

    adalah permukaan infra'temporal maksila, dinding medialnya ialah dinding lateral

    rongga hidung, dinding superiornya adalah dasar orbita dan dinding inferiornya

    ialah prosesus aleolaris dan palatum. /stium sinus maksila berada di sebelah

    superior dinding medial sinus dan bermuara ke hiatus semilunaris melalui

    infundibulum etmoid.

    *ari segi klinik yang perlu diperhatikan dari anatomi sinus maksilaris adalah0

    1. *asar dari anatomi sinus maksilaris sangat berdekatan dengan akar gigi

    rahang atas, yaitu premolar (1 dan 2). olar (1 dan 2), kadang'

    kadang juga gigi taring (3) dan gigi molar (), bahkan akar'akar gigi

    tersebut dapat menonjol ke dalam sinus, sehingga infeksi gigi geligi

    mudah naik ke atas menyebabkan sinusitis.

    2. Sinus maksilaris dapat menimbulkan komplikasi orbita.

    . /stium sinus maksilaris terletak lebih tinggi dari dasar sinus, sehingga

    drainase kurang baik, lagipula drainase juga harus melalui infundibulum

    yang sempit.

    2.1.2 Sinus Frontalis

    Sinus frontalis yang terletak di os frontal mulai terbentuk sejak bulan ke

    empat fetus, berasal dari sel'sel resesus frontal atau dari sel'sel infundibulum

  • 7/21/2019 Css Sinusitis (3)

    3/20

    etmoid. Sesudah lahir, Sinus frontalis mulai berkembang pada usia '1" tahun dan

    akan mencapai ukuran maksimal sebelum usia 2" tahun.

    Sinus frontalis kanna dan kiri biasanya tidak simetris, satu lebih besar

    daripada yang lainnya dan dipisahkan oleh sekat yang terletak di garis tengah.

    +urang lebih 1% orang de#asa hanya mempunyai satu sinus frontalis dan

    kurang lebih % sinus frontalisnya tidak berkembang.

    kuran sinus frontalis adalah 2, cm tingginya, lebarnya 2,4 cm dan

    dalamnya 2 cm. Sinus frontalis biasanya bersekat'sekat dan tepi snus berlekuk'

    lekuk. $idak adanya gambaran septum'septum atau lekuk'lekuk dinding sinus

    pada foto 5ontgen menunjukan adanya infeksi sinus. Sinus frontalis dipisahkan

    oleh tulang yang relatif tipis dari orbita dan fosa serebri anterior, sehingga infeksi

    dari sinus frontalis mudah menjalar ke daerah ini.

    Sinus frontalis berdrainase melalui ostiumnya yang terletak di resesus

    frontalis. 5esesus frontalis adalah bagian dari sinus etmoidalis anterior.

  • 7/21/2019 Css Sinusitis (3)

    4/20

    2.1. Sinus Et!oi"alis

    *ari semua sinus paranasal, sinus etmoidalis yang paling berariasi dan

    akhir'akhir ini dianggap paling penting, karena dapat merupakan fokus infeksi

    bagi sinus'sinus lainnya. ada orang de#asa bentuk sinus etmoidalis seperti

    piramid dengan dasarnya di bagian posterior. kurannya dari anterior ke posterior

    4' cm, tinggi 2,4 cm dan lebarnya ", cm di bagian anterior dan 1, cm di bagian

    posterior.

    Sinus etmoidalis berongga'rongga, terdiri dari sel'sel yang menyerupai

    sarang ta#on, yang terdapat di dalam massa bagian lateral os etmoidalis, yang

    terletak di antara konka media dan dinding medial orbita. Sel'sel ini jumlahnya

    berariasi antara 4'1! sel (rata'rata 6 sel). &erdasarkan letaknya, sinus etmoidalis

    dibagi menjadi sinus sinus etmoidalis anterior yang bermuara di meatus medius

    dan sinus etmoidalis posterior yang bermuara di meatus superior. Sel'sel sinus

    etmoidalis anterior biasanya kecil'kecil dan banyak, letaknya di ba#ah perlekatan

    konka media, sedangkan sel'sel sinus etmoidalis posterior biasanya lebih besar

    dan lebih sedikit jumlahnya dan terletak di postero'superior dari perlekatan konka

    media.

  • 7/21/2019 Css Sinusitis (3)

    5/20

    *ibagian terdepan sinus etmoidalis anterior ada bagian yang sempit,

    disebut resesus frontalis, yang berhubungan dengan sinus frontalis. Sel etmoidalis

    yang terbesar disebut bula etmoidalis. *i daerah etmoidalis anterior terdapat suatu

    penyempitan yang disebut infundibulum, tempat bermuaranya ostium sinus

    maksilaris. embekakan atau peradangan di resesus frontalis dapat menyebabkan

    sinusitis frontalis dan pembekakan di ifundibulum dapat menyebabkan sinusistis

    maksilaris.

    7tap sinus etmoidalis yang disebut foea etmoidalis berbatasan dengan

    lamina kribrosa. *inding lateral sinus adalah lamina papirasea yang sangat tipis

    dan membatasi sinus etmoidalis dari rongga orbita. *i bagian belakang sinus

    etmoidalis posterior berbatasan dengan sinus sfenoidalis.

    2.1.# Sinus S$%noi"alis

    Sinus sfenoidalis terletak dalam os sfenoidalis di belakang sinus

    etmoidalis posterior. Sinus sfenoidalis dibagi dua oleh sekat yang disebut septum

  • 7/21/2019 Css Sinusitis (3)

    6/20

    intersfenoidalis. kurannya adalah 2 cm tingginya, dalamnya 2, cm dan lebarnya

    1,! cm. 8olumenya berariasi dari sampai !, ml. Saat sinus berkembang,

    pembuluh darah dan nerus di bagian lateral os sfenoidalis akan menjadi sangat

    berdekatan dengan rongga sinus dan tampak sebagai indentasi pada dinding sinus

    sfenoidalis.

    &atas'batasnya ialah, sebelah superior terdapat fosa serebri media dan

    kelenjar hipofisa, sebelah inferiornya atap nasofaring, sebelah lateral berbatasan

    dengan sinus kaernosus dan a.karotis interna (sering tampak sebagai indentasi)

    dan di sebelah posteriornya berbatasan dengan fosa serebri posterior di daerah

    pons.

    2.2 D%$inisi "an Klasi$ikasi Sinusitis

    Sinusitis adalah suatu keadaan inflamasi pada satu atau lebih sinus

    paranasal, dimana penyebeb tersering adalah infeksi. Sinusitis dikelompokan

    berdasarkan 0

    resentasi klinik 0 akut, subakut, dan kronik

    9etak anatomi 0 etmoidalis, maksilaris, frontalis, dan sfenoidalis

    /rganisme penyebab 0 irus, bakteri, dan jamur

    +eberadaan kelainan ekstra sinus 0 komplikata dan non komplikata

    odifikasi faktor yang berpengaruh 0 atopi, imunosupresi, obstruksi

    Sinusitis dikategorikan sebagai sinusitis akut apabila gejala radang akut

    pada sinus berlangsung dari beberapa hari sampai 4 minggu dan terapi yang

    diberikan adalah dengan medikamentosa. Sinusitis subakut adalah sinusitis

    dengan gejala radang akut yang sudah mereda dan penyakit berlangsung selama 4

    minggu sampai bulan. erubahan histologik mukosa sinus yang terjadi pada

    sinusitis subakut masih bersifat reersibel dan terapi dilakukan dengan

    medikamentosa. &ila gejala sinusitis berlangsung lebih dari bulan maka disebut

    sinusitis kronis. Sinusitis kronis terjadi karena sinusitis akut yang tidak diobati

  • 7/21/2019 Css Sinusitis (3)

    7/20

    atau yang tidak mendapatkan pengobatan yang adekuat. erubahan histopatologi

    mukosa sinus sudah bersifat irreersibel, terjadi gangguan pada mekanisme

    drainase alami sinus sehingga terapi pembedahan perlu dilakukan.

    2. Pato$isiolo&i

    ukus yang dihasilkan oleh sinus paranasal memang jumlahnya kecil

    dibandingkan dengan mukus dari rongga hidung, namun efektif untuk

    membersihkan partikel yang turut masuk dengan udara inspirasi karena mukus ini

    keluar melalui meatus media. *rainase ke empat sinus paranasal dialirkan ke

    dalam caum nasi. Sinus frontalis, maksilaris, dan etmoidalis anterior

    mengalirkan sekretnya melalui kompleks ostio meatal pada meatus media.

    Sedangkan drainase sinus etmoidalis posterior dan sfenoidalis ke meatus superior

    melalui recessus sfenoetmoidalis. ada sinus maksilaris aktiitas mukosilier

    dalam mendrainase mela#an graitasi.

    ekanisme patofisiologi dari sinusitis berhubungan dengan faktor yaitu

    keutuhan ostia, fungsi silia dan kualitas sekresi nasal. erubahan salah satu faktor

    dapat mempengaruhi fisiologis sinus dan dapat menyebabkan sinusitis. 7danya

    gangguan pada ostium akan menghambat drainase sinus. embersihan mukus oleh

    silia akan dialirkan ke ostium sehingga bila ada obstruksi pada ostium maka

    gerakan silia menjadi terganggu dan cairan akan berakumulasi di dalam sinus.

  • 7/21/2019 Css Sinusitis (3)

    8/20

    /bstruksi pada ostia akan menyebabkan berkurangnya kadar oksigen pada

    sinus. Hal ini akan memudahkan terjadinya infeksi pada sinus. +eadaan hipoksia

    dan akumulasi cairan akibat obstruksi ostium merupakan medium ideal untuk

    pertumbuhan bakteri.

    5ongga sinus bergantung pada transport mukosilier untuk menciptakan

    lingkungan yang bebas bakteri. Sinus dilapisi oleh epitel kolumner bertingkat

    semu bersilia. :ungsi silia dapat terganggu karena keadaan hipoksia. Sel siliadapat hilang atau rusak akibat polutan pernafasan, trauma pembedahan dan

    penyakit sinus kronik.

  • 7/21/2019 Css Sinusitis (3)

    9/20

    roduksi mukus dari sel ;oblet dapat meningkat akibat dari iritan

    pernafasan, polutan, alergen serta udara dingin. Hal tersebut juga dapatmeningkatkan iskositas mukus sehingga dapat mengurangi efektiitas

    pembersihan silia dan menjadi media yang baik untuk pertumbuhan bakteri.

  • 7/21/2019 Css Sinusitis (3)

    10/20

    '(r. Kanan) Drainas% sinus nor!al. Kiri) Drainas% *an& t%r+a!(at !%n*%(a(kan sinusitis

    2.# Etiolo&i

    enyebab sinusitis tergantung dari klasifikasinya yaitu akut dan kronis.

    enyebab sinusitis akut0

    rinitis akut

    infeksi daerah faring (faringitis, tonsilitis akut, adenoiditis)

    infeksi gigi rahang atas 1, 2, , serta 1 dan 2

    berenang dan menyelam

    trauma (perdarahan mukosa sinus paranasal)

    barotrauma yang dapat menyebabkan nekrosis mukosa sinus

    enyebab sinusitis kronis0

    polusi bahan kimia yang menyebabkan silia rusak

    alergi dan defisiensi imunologi

    infeksi irus, bakteri dan jamur

    obstruksi kompleks osteo meatal

    kelainan anatomi

    2., '%-ala Klinis "an Dia&nosa

    Sinusitis akut0

    - Sakit kepala

    -

  • 7/21/2019 Css Sinusitis (3)

    11/20

    - ada sinusitis maksilaris terasa nyeri di pipi yang kadang menyebar ke

    gigi. $erdapat referred paindi dahi dan depan telinga.

    - ada sinusitis frontalis terasa nyeri di dahi kadang meluas ke seluruh

    kepala.

    - ada sinusitis etmoidalis nyeri dirasakan pada bagian medial hidung dan

    area retro orbital

    - ada sinusitis sfenoidalis nyeri dirasakan pada erteks, oksipital, daerah

    belakang mata dan daerah mastoid

    - ada rinoskopi anterior didapatkan mukosakonka hiperemis dan edema

    serta adanya mukopus di ostium sinus

    - ada rinoskopi posterior didapatkan post nasal drip

    Sinusitis subakut0

    - ;ejalanya sama dengan sinusitis akut namun gejala peradangan akutnya

    (demam, sakit kepala hebat, nyeri tekan) sudah reda

    - ada rinoskopi didapatkan sekret yang purulen di meatus media atau

    superior dan di nasofaring

    Sinusitis kronik0

    -

  • 7/21/2019 Css Sinusitis (3)

    12/20

    Hyposmia atau anosmia

    7danya sekret purulen pada rongga hidung

    *emam

    '%-ala Minor)

    Sakit kepala

    :atigue (lelah)

    Halitosis

    Sakit gigi

    &atuk

    Sakit atau rasa penuh pada telinga

    Dia&nosa "aat "it%&akkan (ila t%r"aat)

    dua atau lebih gejala mayor

    satu gejala mayor dan dua gejala minor

    tiga gejala minor

    Selain itu pemeriksaan penunjang sangat membantu penegakkan diagnosa.

    2./ P%!%riksaan P%nun-an&

    2./.1 Translu!inasi

    emeriksaan transluminasi digunakan untuk menilai kondisi sinus

    maksilaris dan sinus frontalis. Sinus yang sakit menjadi suram atau gelap karena

    adanya sekret atau pus. emeriksaan ini bermakna apabila salah satu sinus normal

    sebagai pembanding atau apabila telah dilakukan pemeriksaan a#al saat sinus

    masih normal.

    2./.2 Kultur "an T%s R%sist%nsi

    emeriksaan ini dapat menggunakan bahan pemeriksaan berupa sekret

    hidung ataupun sinus. Sekret sinus merupakan bahan pemeriksaan yang lebih

    akurat, dapat diambil dengan melakukan aspirasi pada sinus.

  • 7/21/2019 Css Sinusitis (3)

    13/20

    emeriksaan ini sering dilakukan dan sangat membantu dalam

    mendiagnosa sinusitis. ada sinusitis akan tampak penebalan membran mukosa

    sinus, air fluid levelatau opasitas. :oto radiologi yang dapat dilakukan h=dala

    >aters, 3ald#ell, 7 dan lateral.

  • 7/21/2019 Css Sinusitis (3)

    14/20

    7ntibiotik pilihan utama dalam terapi sinusistis adalah golongan beta'laktam,

    termasuk amoksisilin (dengan atau tanpa asam klaulanat), sefpodoksim, atau

    sefuroksin. ntuk pasien yang alergi golongan beta'laktam dapat diberikan

    trimetoprim'sulfametoksa@ol, doksisiklin, atau golongan makrolid pada kasus

    yang ringan. ada kasus yang berat dapat diberikan fluorokuinolon.

    ada sinusitis akut, antibiotik diberikan untuk 1"'14 hari. ntuk sinusitis

    kronis dibutuhkan #aktu yang lebih lama yaitu '4 minggu. erlu diingat

    bah#a antibiotik harus tetap diberikan selama ! hari setelah gejala hilang.

    *ekongestan

    *ekongestan adrenergik alfa dapat mengurangi sumbatan dengan

    menyebabkan asokonstriksi pembuluh darah sehingga dapat mengecilkan

    jaringan yang mengalami kongesti. /bat ini dapat diberikan secara topikal

    ataupun sistemik.

  • 7/21/2019 Css Sinusitis (3)

    15/20

    dialirkan larutan salin fisiologis. Sekret akan keluar melalui hidung atau

    mulut. ungsi dan irigasi dapat dilakukan melalui fossa kanina. ada kasus

    yang meragukan pungsi dapat digunakan sebagai tindakan diagnostik untuk

    memastikan ada tidaknya sekret di sinus maksilaris.

    7ntrostomi adalah pembuatan lubang di meatus inferior yang menghubungkan

    rongga hidung dengan antrum sinus maksilaris. 9ubang ini dipakai untuk

    menghisap sekret dan entilasi sinus maksilaris.

    Poetz displacement therapyberprinsip membuat tekanan negatif dalam rongga

    hidung dan sinus paranasal untuk dapat menghisap sekret ke luar. *iteteskan

    larutan asokonstriktor (H3l efedrin ",'1,%) untuk membuka ostium yang

    kemudian masuk ke dalam sinus. H3l efedrin akan mengurangi edema

    mukosa dan tercampur dengan sekret dalam rongga sinus kemudian dihisap ke

    luar. Sementara itu pasien harus mengatakan Bkak'kak'kakB agar palatum

    molle terangkat sehingga ruang antar nasofaring dengan orofaring tertutup.

    *engan demikian cairan tidak dapat masuk ke orofaring, sedangkan ruang

    nasofaring, hidung serta sinus paranasal menjadi rongga yang bertekanan

    negatif pada saat penghisapan, sehingga sekret mudah keluar.

    Facial saunajuga dapat menjadi cara alternatif dalam membersihkan sekret

    hidung. enghirup uap panas dari mangkok yang berisi air panas, atau mandi

    dengan air panas juga dapat membersihkan sekret hidung.

    +ortikosteroid

    +adang kortikosteroid topikal juga digunakan dalam pengobatan sinusitis

    untuk mengecilkan edema secara optimal. +ortikosteroid terutama digunakan

    pada sinusitis kronis.

    2.4.2 T%rai 5%rati$

    $erapi operatif dilakukan untuk memperbaiki drainase sinus. $erapi ini

    dilakukan bila terdapat ancaman terjadinya komplikasi, penderita merasakan sakit

    yang hebat, dan bila penderita tidak berespon terhadap terapi medikamentosa.

  • 7/21/2019 Css Sinusitis (3)

    16/20

    $erapi operatif dapat dibagi menjadi dua macam yaitu pembedahan radikal dan

    non'radikal.

    ada pembedahan radikal dilakukan pengangkatan mukosa yang patologis

    dan membuat drainase dari sinus yang terkena. ntuk sinus maksilaris dilakukan

    operasi 3ald#ell'9uc, sedangkan untuk sinus etmoid dilakukan etmoidektomi

    yang dapat dilakukan intranasal ataupun ekstranasal. *rainase sekret sinus

    frontalis dilakukan dengan operasi +illian, sedangkan untuk sinus sfenoid

    dilakukan pembedahan dari intranasal.

    '(r. Al&orit!% anatalaksanaan sinusitis.

    ada pembedahan non'radikal dikembangkan metode operasi dengan

    menggunakan endoskopi yang disebut &edah Sinus Andoskopi :ungsional

    (&SA:). rinsipnya adalah dengan membuka dan membersihkan kompleks ostio

    meatal yang menjadi sumber penyumbatan dan infeksi, sehingga entilasi dan

  • 7/21/2019 Css Sinusitis (3)

    17/20

    drainase sinus dapat lancar kembali melalui ostium alami. *engan demikian

    mukosa sinus akan kembali normal.

    :ASS C &SA: merupakan tehnik operasi atau pembedahan yang dilakukan

    pada penyakit hidung dan sinus paranasal, misalnya sinusitis, polip dan lainnya

    dengan bantuan alat endoskopi. *engan menggunakan alat endoskopi tersebut,

    rongga sempit pada hidung dan sekitarnya yang sulit dilihat dengan mata secara

    langsung akan tampak dengan jelas, sehingga kelainan sekecil apapun dapat

    diketahui.

    Sebelum dilakukan :ASS C &SA:, penderita akan dilakukan pemeriksaan

    mulai dari ri#ayat penyakit, pemeriksaan fisik, pemeriksaan foto rongtgen dan

    3$'Scan. enderita diberikan terapi pendahuluan untuk persiapan operasi.

    Sedangkan keberhasilan pasca operasi :ASS C &SA: juga ditentukan pera#atan

    pasca operasi minimal 4 kali, yaitu pada minggu pertama, kedua, keempat dan

    minggu keenam. $ujuan dari pera#atan ini adalah untuk membersihkan luka

    bekas operasi dan mencegah perlengketan luka operasi.

    +elebihan tehnik :ASS C &SA: adalah dapat melihat dengan lebih jelas

    struktur anatomi dan kelainan di dalam rongga hidung dan sinus paranasalD dapat

    menentukan lokasi penyakit dengan tepatD luka operasi minimal (tidak ada irisan

    operasi di daerah muka)D proses penyembuhannya lebih cepat dan lebih nyamanD

    fungsi hidung dan sinus paranasal dapat dipertahankanD selain itu dapat dibuat

    dokumentasi

  • 7/21/2019 Css Sinusitis (3)

    18/20

    2.4 Ko!likasi

    +omplikasi sinusitis berhubungan dengan daerah sinus yang terkena.

    +omplikasi dapat mengenai0

    /rbita dan periorbita karena tiga sisi mata berbatasan dengan sinus, dapat

    berupa abses, proptosis, selulitis orbital, gangguan penglihatan, gangguan

    pergerakan bola mata dan peningkatan tekanan intraokular.

    /steomielitis pada os frontal atau os maksila

    $erbentuknya fistula oroantral

    +omplikasi intrakranial (abses epidural, meningitis, abses otak, trombosis

    sinus kaernosus)

    &ila komplikasi timbul maka pengobatan harus dilakukan dengan lebih agresif

    dan perlu dilakukan kerja sama dengan bagian optalmologi dan bedah saraf.

    BAB III

    KESIMPULAN

  • 7/21/2019 Css Sinusitis (3)

    19/20

    Sinusitis dikenal sebagai proses inflamasi pada satu atau lebih sinus

    paranasal dan diklasifikasikan menjadi bentuk akut, subakut dan kronis. ;ejala sinusitis dapat berupa sumbat hidung, rinorea purulen, post nasal

    drip, nyeri fasial atau dental, hiposmia atau anosmia, sakit kepala dan

    batuk. ;ejala yang lebih spesifik meliputi perlunakan rongga sinus, edema

    mukosa, sekresi hidung purulen dan edema periorbital.

    emeriksaan penunjang selain transiluminasi atau nasal endoskopi adalah

    radiologi standar, 3$'Scan yang digunakan untuk ealusi infeksi.

    $erapi sinusitis berupa terapi medikamentosa dan terapi operatif. $erapi inididasarkan pada gejala dan ancaman komplikasi.

    +omplikasi yang dapat terjadi pada sinusitis adalah abses, proptosis,

    selulitis orbital, gangguan penglihatan, gangguan pergerakan bola mata,

    peningkatan tekanan intraokular, osteomielitis, fistula oroantral, abses

    epidural, meningitis, abses otak, dan trombosis sinus kaernosus.

    BAB I6

    DAFTAR PUSTAKA

  • 7/21/2019 Css Sinusitis (3)

    20/20

    &ailey &E. 2""1. aFillary, Athmoid and Sphenoid Sinuses. ?n 0 7tlas of Head

    and