fisiologi persalinan kala iii

Upload: hamid

Post on 20-Feb-2018

305 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/24/2019 Fisiologi Persalinan Kala III

    1/34

    FISIOLOGI PERSALINAN KALA III

    Penyebab terpisahnya plasenta dari dinding uterus adalah kontraksi uterus

    (spontan atau dengan stimulus) setelah kala dua selesai. Berat plasenta mempermudah

    terlepasnya selaput ketuban, yang terkelupas dan dikeluarkan. Tempat perlekatan

    plasenta menentukan kecepatan pemisahan dan metode ekspulsi plasenta. Selaput

    ketuban dikeluarkan dengan penonjolan bagian ibu atau bagian janin.

    Pada kala III, otot uterus (miometrium) berkontraksi mengikuti penyusutan

    volume rongga uterus setelah lahirnya bayi. Penyusutan ukuran ini menyebabkan

    berkurangnya ukuran tempat perlekatan plasenta. arena tempat perlekatan menjadi

    semakin kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak berubah maka pasenta akan terlipat,

    menebal dan kemudian lepas dari dinding uterus. Setelah lepas, plasenta akan turun ke

    bagian ba!ah uterus atau ke dalam vagina.

    Setelah janin lahir, uterus mengadakan kontraksi yang mengakibatkan penciutan

    permukaan kavum uteri, tempat implantassi plasenta. "kibatnya, plasenta akan lepas

    dari tempat implantasinya.#$%

    A. Pengertian Fisiologi Persalinan Kala III

    ala III merupakan tahap ketiga persalinan yang berlangsung sejak bayi lahir

    sampai plasenta lahir. Persalinan kala tiga dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir

    dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban.#&%ala III merupakan periode !aktu dimulai ketika bayi lahir dan berakhir pada

    saat plasenta seluruhnya sudah dilahirkan. ala IIIpenting perlu diingat bah!a tiga

    puluh persen penyebab kematian ibudi Indonesia adalah perdarahan pasca persalinan.

    'ua pertiga dari perdarahan pasca persalinandisebabkan oleh atonia uteri.#%

    B. Cara-cara Pelepasan Plasenta/Psiologi

    $. etode *kspulsi Schult+e

    Pelepasan ini dapat dimulai dari tengah (sentral) atau dari pinggir plasenta.

    'itandai oleh makin panjang keluarnya tali pusat dari vagina (tanda ini dikemukakan

    oleh "hled) tanpa adanya perdarahan per vaginam. -ebih besar kemungkinannya

    terjadi pada plasenta yang melekat di undus.

    http://bidanshop.blogspot.com/2010/02/fisiologi-persalinan-kala-iii.htmlhttp://www.blogger.com/blogger.g?blogID=931970296820937813#_ftn1http://bidanshop.blogspot.com/2010/02/fisiologi-persalinan-kala-iii.htmlhttp://www.blogger.com/blogger.g?blogID=931970296820937813#_ftn2http://www.lusa.web.id/kala-iii/http://www.lusa.web.id/tag/bayi/http://www.lusa.web.id/plasenta/http://www.lusa.web.id/kala-iii/http://www.lusa.web.id/tag/kematian-ibu/http://www.lusa.web.id/perdarahan-post-partum-perdarahan-pasca-persalinan/http://www.lusa.web.id/perdarahan-post-partum-perdarahan-pasca-persalinan/http://www.lusa.web.id/tag/atonia-uteri/http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=931970296820937813#_ftn3http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=931970296820937813#_ftn1http://bidanshop.blogspot.com/2010/02/fisiologi-persalinan-kala-iii.htmlhttp://www.blogger.com/blogger.g?blogID=931970296820937813#_ftn2http://www.lusa.web.id/kala-iii/http://www.lusa.web.id/tag/bayi/http://www.lusa.web.id/plasenta/http://www.lusa.web.id/kala-iii/http://www.lusa.web.id/tag/kematian-ibu/http://www.lusa.web.id/perdarahan-post-partum-perdarahan-pasca-persalinan/http://www.lusa.web.id/perdarahan-post-partum-perdarahan-pasca-persalinan/http://www.lusa.web.id/tag/atonia-uteri/http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=931970296820937813#_ftn3http://bidanshop.blogspot.com/2010/02/fisiologi-persalinan-kala-iii.html
  • 7/24/2019 Fisiologi Persalinan Kala III

    2/34

    &. etode *kspulsi atthe!'uncan

    'itandai oleh adanya perdarahan dari vagina apabila plasenta mulai terlepas.

    /mumnya perdarahan tidak melebihi 011 ml. Bila lebih hal ini patologik.-ebih besar

    kemungkinan pada implantasi lateral.

    "pabila plasenta lahir, umumnya otototot uterus segera berkontraksi, pembuluh

    pembuluh darah akan terjepit, dan perdarahan segera berhenti. Pada keadaan normal

    akan lahir spontan dalam !aktu lebih kurang 2 menit setelah anak lahir lengkap.

    Beberapa Prasat untuk mengetahui apakah plasenta lepas dari tempat

    implantasinya3

    a. Prasat ustner.

    Tangan kanan meregangkan atau menarik sedikit tali pusat. Tangan kiri menekan

    daerah di atas simisis. Bila tali pusat ini masuk kembali ke dalam vagina, berarti

    plasenta belum lepas dari dinding uterus. Bila tetap atau tidak masuk kembali ke dalam

    vagina, berarti plasenta lepas dari dinding uterus. Prasat ini hendaknya dilakukan

    secara hatihati. "pabila hanya sebagian plasenta terlepas, perdarahan banyak akan

    dapat terjadi.

    b. Prasat Strassmann

    Tangan kanan meregangkan atau menarik sedikit tali pusat. Tangan kirimengetokngetok undus uteri. Bila terasa getaran pada tali pusat yang diregangkan ini

    berarti plasenta belum lepas dari dinding uterus.

    c. Prasat lein

    4anita tersebut disuruh mengedan. Tali pusat tampak turun ke ba!ah. Bila

    pengedanannya dihentikan dan tali pusat masuk kembali ke dalam vagina, berarti

    plasenta belum lepas dari dinding uterus.#0%

    C. Tana!tana pelepasan plasenta.

    "dapun tanda 5 tanda pelepasan plasenta yaitu

    a. Perubahan bentuk dan tinggi undus.

    Setelah bayi lahir dan sebelum miometrium mulai berkontraksi, uterus berbentuk

    bulat penuh dan tinggi undus biasanya di ba!ah pusat. Setelah uterus berkontraksi

    http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=931970296820937813#_ftn4http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=931970296820937813#_ftn4
  • 7/24/2019 Fisiologi Persalinan Kala III

    3/34

    dan plasenta terdorong ke ba!ah, uterus berbentuk segitiga atau seperti buah pear

    atau alpukat dan undus berada di atas pusat.

    b. Tali pusat memanjang.

    Tali pusat terlihat menjulur keluar melalui vulva (tanda "held).

    c. Semburan darah mendadak dan singkat.

    'arah yang terkumpul di belakang plasenta akan membantu mendorong

    plasenta keluar di bantu oleh gaya gravitasi. "pabila kumpulan darah (retroplasental

    pooling) dalam ruang di antara dinding uterus dan permukaan dalam plasenta melebihi

    kapasitas tampungnya maka darah tersembur keluar dari tepi plasenta yang terlepas.

    Tanda ini kadang 5 kadang terlihat dalam !aktu satu menit setelah bayi lahir dan

    biasanya dalam 6 menit.#6%

    ". #ana$e%en A&ti' Kala III

    anajemen akti kala tiga akan menghasilkan kontraksi uterus yg lebih eekti.

    euntungankeuntungan manajemen akti kala tiga sebagai berikut3

    a. ala tiga persalinan yg lebih singkat

    b. engurangi jlh kehilangan darah

    c. mengurangi kejadian retensio plasenta

    anajemen akti kala tiga terdiri dari tiga langkah utamaa. Pemberian suntikan oksitosin

    b. elakukan penegangan tali pusat terkendali

    c. 7angsangan taktil (pemijatan) undus uteri (masase)

    Pemberian Suntikan 8ksitosin

    a. Segera berikan bayi yang telah terbungkus kain kepada ibu untuk diberi "SI

    b. -etakkan kain bersih di atas perut ibu

    c. Periksa uterus untuk memastikan tidak ada bayi yang lain

    d. emberitahukan pada ibu ia akan disuntik

    e. Selambatlambatnya dalam !aktu dua menit setelah bayi lahir, segera suntikan

    oksitosin $1 unit ini pd $9 ba!ah paha kanan bagian luar

    Penegangan tali pusat terkendali

    a. Berdiri di samping ibu

    http://www.lusa.web.id/tali-pusat/http://www.lusa.web.id/tag/vulva/http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=931970296820937813#_ftn5http://www.lusa.web.id/tali-pusat/http://www.lusa.web.id/tag/vulva/http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=931970296820937813#_ftn5
  • 7/24/2019 Fisiologi Persalinan Kala III

    4/34

    b. pindahkan klem kedua yang telah di jepit se!aktu kala dua persalinan pada tali pusat

    sekitar 6$1 cm dari vulva

    c. -etakkan tangan yang lain pada abdomen ibu (alas dengan kain) tepat di ba!ah tulang

    pubis, gunakan tangan lain untuk meraba kontraksi uterus dan menahan uterus pada

    saat melakukan peregangan pada tali pusat, tangan pada dinding abdomen menekan

    korpus uteri ke ba!ah dan atas (dorsokranial) korpus.

    d. Tegangkan kembali tali pusat ke arah ba!ah bersamaan dengan itu, lakukan

    penekanan korpus uteri ke arah ba!ah dan kranial hingga plasenta terlepas dari tempat

    implantasinya

    e. :ika plasenta tidak turun setelah 101 detik dimulainya peregangan tali pusat dan

    tidak ada tandatanda yang menunjukkan lepasnya plasenta, jangan teruskan

    penegangan tali pusat

    . Setelah plasenta terlepas, anjurkan ibu untuk meneran plasenta akan terdorong ke

    introitus vagina. tetap tegang ke arah ba!ah mengikuti arah jalan lahir

    g. Pada saat plasenta terlihat pada introitus vagina, teruskan kelahiran plasenta dengan

    menggunakan kedua tangan. selaput ketuban mudah robek3 pegang plasenta dengan

    kedua tangan rata dengan lembut putar plasenta hingga selaput terpilin

    h. -akukan penarikan secara lembut dan perlahanlahan untuk melahirkan selaput

    ketubani. :ika terjadi selaput robekan pada selaput ketuban saat melahirkan plasenta, dengan

    hatihati periksa vagina dan serviks dengan seksama

    7angsangan taktil (pemijatan) undus uteri segera setelah kelahiran plasenta

    $. -etakkan telapak tangan pada undus uteri

    &. :elaskan tindakan ini kepada ibu dan mungkin merasa tdk nyaman

    . 'engan lembut gerakkan tangan secara memutar pd undus uteri uterus

    berkontraksi (gambar 6&) jika tdk berkontraksi dlm !kt $6 dtk, lakukan

    penatalaksanaan atonia uteri

    0. Periksa plasenta dan selaputnya utk memastikan keduanya lengkap dan utuh

    6. Periksa uterus setelah satu hingga dua menit memastikan uterus berkontraksi dengan

    baik, jika belum ulangi rangsangan taktil undus uteri

  • 7/24/2019 Fisiologi Persalinan Kala III

    5/34

    2. Periksa kontraksi uterus setiap $6 menit selama satu jam pertama pascapersalinan

    dan setiap 1 menit selama satu jam kedua pascapersalinan#2%

    http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=931970296820937813#_ftn6http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=931970296820937813#_ftn6
  • 7/24/2019 Fisiologi Persalinan Kala III

    6/34

    ";":**; "TI< "-" III

    'imulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta yang berlangsung tidak

    lebih dari 1 menit. Setelah bayi lahir uterus teraba keras dengan undus uteri diatas

    pusat beberapa menit kemudian uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan plasenta

    dari dindingnya. Biasanya plasenta lepas dalam 2$6 menit setelah bayi lahir dan

    keluar spontan atau dengan tekanan pada undus uteri. Pengeluaran plasenta, disertai

    dengan pengeluaran darah. omplikasi yang dapat timbul pada kala II adalah

    perdarahan akibat atonia uteri, ratensio plasenta, perlukaan jalan lahir, tanda gejala tali

    pusat.(=)

    Tempat implantasi plasenta mengalami pengerutan akibat pengosongan kavum

    uteri dan kontraksi lanjutan sehingga plasenta dilepaskan dari perlekatannya dan

    pengumpulan darah pada ruang uteroplasenter akan mendorong plasenta keluar.(=)

    8tot uterus (miometrium) berkontraksi mengikuti penyusutan volume rongga

    uterus setelah lahirnya bayi. Penyusutan ukuran ini menyebabkan berkurangnya ukuran

    tempat perlekatan plasenta. arena tempat perlekatan menjadi semakin kecil,

    sedangkan ukuran plasenta tidak berubah maka plasenta akan terlipat, menebal dan

    kemudian lepas dari dinding rahim, setelah lepas, plasenta akan turun ke ba!ah bagian

    ba!ah uterus atau ke dalam vagina ('epkes 7I &11=). (=)

    Tandatanda lepasnya plasenta mencakup beberapa atau semua halhal di ba!ah ini3

    Perubahan bentuk dan tinggi undus

    Setelah bayi lahir dan sebelum miometrium mulai berkontraksi, uterus berbentuk bulat

    penuh dan tinggi undus biasanya diba!ah pusat. Setelah uterus berkontraksi dan

    plasenta terdorong ke ba!ah, uterus berbentuk segitiga atau seperti buah pear atau

    alpukat dan undus berada di atas pusat (seringkali mengarah ke sisi kanan) (6)

    Tali pusat memanjang

  • 7/24/2019 Fisiologi Persalinan Kala III

    7/34

    Tali pusat terlihat menjulur keluar melalui vulva (tanda "held). (6)

    Semburan darah mendadak dan singkat

    'arah yag terkumpul dibelakang plasenta akan membantu mendorong plasenta keluardan dibantu oleh gaya gravitasi. "pabila kumpulan darah (retroplacental pooling) dalam

    ruang di antara dinding uterus dan pembukaan dalam plasenta melebihi kapasitas

    tampungnya maka darah tersembur keluar dari tepi plasenta yang terlepas. (6)

    anajemen "kti ala III

    Tujuan manajemen kala tiga adalah untuk menghasilkan kontraksi uterus yang

    lebih eekti sehingga dapat mempersingkat !aktu, mencegah perdarahan danmengurangi kehilangan darah kala tiga persalinan jika dibandingkan dengan

    penatalaksanaan isiologis. Sebagian besar kasus kesakitan dan kematian ibu di

    Indonesia disebabkan oleh perdarahan pascapersalinan dimana sebagian besar

    disebabkan oleh atonia uteri dan retensio plasenta yang sebenarnya dapat dicegah

    dengan melakukan manajemen akti kala tiga. Penelitian Prevention of Postpartum

    Hemorrhage Intervention&112 tentang praktik manajemen akti kala tiga (Active

    Management of Third Stage of Labor/ AMTSL) di &1 rumah sakit di Indonesia

    menunjukkan bah!a hanya 1> rumah sakit melaksanakan hal tersebut. ?al ini sangat

    berbeda jika dibandingkan dengan praktik manajemen akti di tingkat pelayanan

    kesehatan primer (BPS atau 7umah Bersalin) di daerah intervensi "P; (kabupaten

    uningan dan @irebon) dimana sekitar =1> melaksanakan manajemen akti kala bagi

    ibuibu bersalin yang ditangani. :ika ingin menyelamatkan banyak ibu bersalin maka

    sudah se!ajarnya jika manajemen akti kala tiga tidak hanya dilatihkan tetapi juga di

    praktikan dan menjadi standar asuhan persalinan. (6)

    Terdapat keuntungan keuntungan manajemen akti kala tiga yaitu pada persalinan

    kala tiga terjadi lebih cepat, mengurangi jumlah kehilangan darah, dan mengurangi

    kejadian retensio plasenta.(6)

  • 7/24/2019 Fisiologi Persalinan Kala III

    8/34

    anajemen akti kala tiga terdiri dari tiga langkah utama3 (6)

    Pemberian Suntikan 8ksitosin

    $. -etakkan bayi baru lahir diatas kain bersih yang telah disiapkan diperut ba!ah ibu dan

    minta ibu atau pendampingnya untuk membantu memegang bayi tersebut.

    &. Pastikan tidak ada bayi lain (Undiagnosed twin) didalam uterus.

    "lasan 3 8ksitosin menyebabkan uterus berkontraksi yang akan sangat menurunkan

    pasokan oksigen kepada bayi. ?atihati jangan menekan kuat pada korpus uteri karenadapat terjadi kontraksi tetanik yang akan menyulitkan pengeluaran plasenta.

    . Beritahu ibu bah!a ia akan disuntik.

    0. Segera (dalam satu menit pertama setelah bayi lahir) suntikkan oksitosin $1 unit I

    pada $9 bagian atas paha bagian luar (aspektus lateralis).

    "lasan3 oksitosin merangsang undus uteri akan berkontraksi dengan kuat dan eekti

    sehingga dapat membantu pelepasan plasenta dan mengurangi kehilangan darah.

    "spirasi sebelum penyuntikan akan mencegah penyuntikan oksitosin ke pumbuluh

    darah.

    @atatan3 jika oksitosin tidak tersedia, minta ibu untuk melakukan stimulasi puting susu

    atau menganjurkan ibu untuk menyusukan dengan segera. Ini akan menyebabkan

    pelepasan oksitosin secara alamiah. :ika peraturan9program kesehatan memungkinkan

    dapat diberikan misoprostol 211mcg (oral9siblingual) sebagai pengganti oksitosin.

    6. 'engan mengerjakan semua prosedur tersebut terlebih dahulu maka akan memberi

    cukup !aktu pada bayi untuk memperoleh sejumlah darah kaya +at besi dan setelah itu

    (setelah dua menit) baru dilakukan tindakan penjepitan dan pemotongan tali pusat.

  • 7/24/2019 Fisiologi Persalinan Kala III

    9/34

    2. Serahkan bayi yang telah terbungkus kain pada ibu untuk inisiasi menyusu dini dan

    kontak kulit dengan ibu.

    =. Tutup kembali perut ba!ah ibu dengan dengan kain bersih.

    "lasan3 kain akan mencegah kontaminasi tangan penolong persalinan yang sudah

    memakai sarung tangan dan mencegah kontaminasi oleh darah pada perut ibu.

    Penegangan Tali Pusat Terkendali

    $. Berdiri di samping ibu.

    &. Pindahkan klem (penjepit untuk memotong tali pusat saat kala dua) pada tali pusat

    sekitar 6$1cm dari vulva. "lasan3 memegang tali pusat lebih dekat ke vulva akan

    mencegah avulse.

    . -etakkan tangan yang lain pada abdomen ibu (beralaskan kain) tepat di atas simpisis

    pubis. Aunakan tangan ini untuk meraba kontraksi uterus dan menahan uterus pada

    saat melakukan penegangan pada tali pusat. Setelah terjadi kontraksi yang kuat,tegangkan tali pusat dengan satu tangan dan tangan yang lain (pada dinding abdomen)

    menekan uterus kearah lumbal dan kepala ibu (dorsokranial). -akukan secara hatihati

    untuk mencegah terjadinya inversion uteri.

    0. Bila plasenta belum lepas, tunggu hingga uterus berkontraksi kembali (sekitar dua atau

    tiga menit berselang) untuk mengulangi kembali penegangan tali pusat terkendali.

    6. Saat mulai kontraksi (uterus menjadi bulat atau tali pusat menjulur) tegangkan talipusat kearah ba!ah, lakukan tekanan dorsokranial hingga tali pusat makin menjulur

    dan korpus uteri bergerak ke atas yang menandakan plasenta telah lepas dan dapat

    dilahirkan.

  • 7/24/2019 Fisiologi Persalinan Kala III

    10/34

    2. Tetapi jika langkah 6 diatas tidak berjalan sebagaimana mestinya dan plasenta tidak

    turun 101 detik dimulainya penegangan tali pusat dan tidak ada tandatanda yang

    menunjukkan lepasnya plasenta, jangan teruskan penegangan tali pusat.

    a. Pegang klem dan tali pusat dengan lembut dan tunggu sampai kontraksi berikutnya.

    :ika perlu, pindahkan klem lebih dekat ke perineum pada saat tali pusat memanjang.

    Pertahankan kesabaran pada saat melahirkan plasenta.

    b. Pada saat kontraksi berikutnya terjadi, ulangi penengangan tali pusat terkendali dan

    tekanan dorsokranial pada korpus uteri secara serentak. Ikuti langkahlangkah tersebut

    pada setiap kontraksi hingga terasa plasenta terlepas dari dinding uterus.

    =. Setelah plasenta terlepas, anjurkan ibu untuk meneran agar plasenta terdorong keluar

    melalui introitus vagina. Tetap tegangkan tali pusat dengan arah sejajar lantai

    (mengikuti poros jalan lahir). "lasan3 segera melepaskan plasenta yang telah terpisah

    dari dinding uterus akan mencegah kehilangan darah tidak perlu.

    . Pada saat plasenta terlihat pada introitus vagina, lahirkan plasenta dengan

    mengangkat tali pusat ke atas dan menompang plasenta dengan tangan lainnya untuk

    meletakkan dalam !adah penampung. arena selaput ketuban mudah robek, pegang

    plasenta dengan kedua tangan dan secara lembut putar plasenta hingga selaput

    ketuban terpilin menjadi satu.

    C. -akukan penarikan dengan lembut dan perlahanlahan untuk melahirkan selaput

    ketuban. "lasan3 elahirkan plasenta dan selaputnya dengan hatihati akan membantu

    mencegah tertinggalnya selaput ketuban di jalan lahir.

    $1. :ika selaput ketuban robek dan tertinggal di jalan lahir saat melahirkan plasenta,

    dengan hatihati periksa vagina dan serviks dengan seksama. Aunakan jarijari tangan

    anda atau klem 'TT atau steril atau orsep untuk keluarkan selaput ketuban yang

    teraba.

  • 7/24/2019 Fisiologi Persalinan Kala III

    11/34

    @atatan3 jika plasenta belum lahir dalam !aktu $6 menit, berikan $1 unit oksitosin I

    dosis kedua. Periksa kandung kemih. :ika ternyata penuh, gunakan teknik aseptik

    untuk mamasukkan kateter ;elaton disineksi tingkat tinggi atau steril untuk

    mengosongkan kandung kemih. /langi kembali penegangan tali pusat dan tekanan

    dorsokranial seperti yang diuraikan diatas. "pabila tersedia akses dan mudah

    menjangkau asilitas kesehatan rujukan maka nasehati keluarga bah!a mungkin ibu

    perlu dirujuk apabila plasenta belum lahir setelah 1 menit bayi lahir. Pada menit ke 1

    coba lagi melahirkan plasenta dengan melakukan penegangan tali pusat untuk terakhir

    kalinya. :ika plasenta tetap tidak lahir, rujuk segera. Tetapi apabila asilitas kesehatan

    rujukan sulit dijangkau dan kemudian timbul perdarahan maka sebaiknya dilakukan

    tindakan plasenta manual. /ntuk melaksanakan tindakan atau prosedur yang

    diperlukan.

    Perhatikan3 jika sebelum plasenta lahir dan mendadak terjadi perdarahan maka segera

    lakukan tindakan plasenta manual untuk segera mengosongkan kavum uteri. :ika

    pasca tindakan tersebut, masih terjadi perdarahan maka lakukan kompresi bimanual

    internal9eksternal atau kompresi aorta. Beri oksigen $1 I/ dosis tambahan atau

    misoprostol 211$111 mcg per rektal. Tunggu hingga uterus berkontraksi kuat dan

    perdarahan berhenti, baru hentikan tindakan kompresi.

    7angsangan Taktil (asase)

  • 7/24/2019 Fisiologi Persalinan Kala III

    12/34

    . 'engan lembut tapi mantap gerakkan tangan dengan arah memutar pada undus uteri

    supaya uterus berkontraksi. :ika uterus tidak berkontraksi dalam !aktu $6 detik,

    lakukan penatalaksanaan atonia uteri.

    0. Periksa plasenta dan selaputnya untuk memastikan keduanya lengkap dan utuh3

    a. Periksa plasenta sisi maternal (yang melekat pada dinding uterus) untuk memastikan

    bah!a semuanya lengkap dan utuh (tidak ada bagian yang hilang)

    b. Pasangkan bagianbagian plasenta yang robek atau terpisah untuk memastikan tidak

    ada bagian yang hilang.

    c. Periksa plasenta sisi oetal (yang menghadap ke bayi) untuk memastikan tidak adanyakemungkinan lobus tambahan (suksenturiata).

    d. *valuasi selaput untuk memastikan kelengkapannya.

    6. Periksa uterus setelas satu hingga dua menit untuk memastikan uterus berkontraksi.

    :ika uterus masih belum berkontraksi baik, ulangi masase undus uteri. "jarkan ibu dan

    keluarga cara melakukan masase uterus sehingga mampu untuk segera mengetahui

    jika uterus tidak berkontraksi baik.

    2. Periksa kontraksi uterus setiap $6 menit selama satu jam pertama pascapersalinan

    dan setiap 1 menit selama satu jam kedua pasca persalinan.

    Per()a*an Fisiologis Paa Kala III

    Banyak perubahan isiologis normal terjadi selama kala I dan kala II persalinan,

    yang terakhir ketika plasenta dikeluarkan, dan tandatanda vital !anita kembali ke

  • 7/24/2019 Fisiologi Persalinan Kala III

    13/34

    tingkat sebelum persalinan selama kala III($1). Setelah bayi lahir, uterus teraba keras

    dengan undus uteri agak di atas pusat beberapa menit kemudian uterus berkontraksi

    lagi untuk melepaskan plasenta dari dindingnya(=). Perubahan bentuk dan tinggi undus

    setelah bayi lahir dan sebelum miometrium mulai berkontraksi, uterus berbentuk bulat

    penuh dan tinggi undus biasanya di ba!ah pusat (=). tekanan sistolik mulai kembali ke

    tingkat sebelum persalinan, nadi secara bertahap kembali ke tingkat sebelum

    melahirkan, suhu tubuh kembali meningkat perlahan dan pada sistem pernapasan

    kembali bernapas normal. Sedangkan untuk aktivitas gastrointestinal jika tidak

    terpengaruh obatobatan, matilitas lambung dan absorpsi kembali mulai ke aktivitas

    normal. 4anita mengalami mual dan muntah selama kala III merupakan hal yang tidak

    !ajar.($1)

    ekanisme -ahirnya Plasenta

    Setelah bayi dilahirkan, uterus secara spontan berkontraksi. ontraksi dan retraksi

    otototot uterus menyelesaikan proses ini pada akhir persalinan. Sesudah berkontraksi,

    sel miometrium tidak relaksasi, melainkan menjadi lebih pendek dan lebih tebal.

    'engan kontraksi yang berlangsung kontinu, miometrium menebal secara progresi,

    dan kavum uteri mengecil sehingga ukuran juga mengecil. Pengecilan mendadak

    uterus ini disertai mengecilnya daerah tempat perlekatan plasenta.

    etika jaringan penyokong plasenta berkontraksi maka plasenta yang tidak dapat

    berkontraksi mulai terlepas dari dinding uterus. Tegangan yang ditimbulkannya

    menyebabkan lapis dan desidua spongiosa yang longgar memberi jalan, dan pelepasan

    plasenta terjadi di tempat itu. Pembuluh darah yang terdapat di uterus berada di antara

    seratserat otot miometrium yang saling bersilangan. ontraksi seratserat otot ini

    menekan pembuluh darah dan retaksi otot ini mengakibatkan pembuluh darah terjepit

    serta perdarahan berhenti.

    Persalinan kala tiga dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya

    plasenta dan selaput ketuban.

    @aracara Pelepasan Plasenta 3 (2)

  • 7/24/2019 Fisiologi Persalinan Kala III

    14/34

    1 Metode !"spu#si Schu#t$e

    Pelepasan ini dapat dimulai dari tengah (sentral) atau dari pinggir plasenta. 'itandai

    oleh makin panjang keluarnya tali pusat dari vagina (tanda ini dikemukakan oleh "hled)

    tanpa adanya perdarahan pervaginam. -ebih besar kemungkinannya terjadi pada

    plasenta yang melekat di undus.

    % Metode !"spu#si Matthew&'uncan

    'itandai oleh adanya perdarahan dari vagina apabila plasenta mulai terlepas.

    /mumnya perdarahan tidak melebihi 011 ml. Bila lebih hal ini patologik.-ebih besar

    kemungkinan pada implantasi lateral.

    "pabila plasenta lahir, umumnya otototot uterus segera berkontraksi, pembuluh

    pembuluh darah akan terjepit, dan perdarahan segera berhenti. Pada keadaan normal

    akan lahir spontan dalam !aktu lebih kurang 2 menit setelah anak lahir lengkap.

    Pengamatan terhadap persalinan kala tiga dengan menggunakan pencitraan

    ultrasonograi secara dinamis telah membuka perspekti baru tentang mekanisme kala

    tiga persalinan. ala tiga yang normal dapat dibagi ke dalam 0 ase, yaitu3

    $.

  • 7/24/2019 Fisiologi Persalinan Kala III

    15/34

    0.

  • 7/24/2019 Fisiologi Persalinan Kala III

    16/34

    Tangan kanan meregangkan atau menarik sedikit tali pusat. Tangan kiri mengetok

    ngetok undus uteri. Bila terasa getaran pada tali pusat yang diregangkan ini berarti

    plasenta belum lepas dari dinding uterus.

    ) Prasat (#ein

    4anita tersebut disuruh mengedan. Tali pusat tampak turun ke ba!ah. Bila

    pengedanannya dihentikan dan tali pusat masuk kembali ke dalam vagina, berarti

    plasenta belum lepas dari dinding uterus.

  • 7/24/2019 Fisiologi Persalinan Kala III

    17/34

    @ara terlepasnya plasenta yang dimulai dari segmen ba!ah rahim kemudian baru

    merambat ke segmen atas rahim adalah cara yang paling sering pada persalinan.

    Pelepasan model ini adalah plasenta yang berinsersi pada dinding depan, samping dan

    belakang uterus.

    b. Pelepasan bipolar

    "dalah pelepasan yang terjadi pada semua plasenta yang berinsersi pada undus

    uterus. Pelepasan ini terjadi mulai dari pinggir menuju ke daerah pusat plasenta.

    ;amun cara pelepasan ini tidak memberikan perbedaan dalam jumlah perdarahan

    yang terjadi.

    Intervensi ala III

    Perdarahan pasca persalinan (PPP) adalah suatu kejadian mendadak dan tidak

    dapat diramalkan yang merupakan penyebab kematian ibu di seluruh dunia. Buktibukti

    pada saat ini menunjukan bah!a bilamana petugas kesehatan terlatih ada, peralatan

    tersedia, dan keamanan menyuntik terjamin, melakukan manajemen akti persalinankala tiga akan mengurangi kasus PPP secara bermakna. asuskasus yang tidak dapat

    dicegah memerlukan intervensi segera dari asilitas pelayanan dengan peralatan

    lengkap. (0)

    ;ilai Penting anajemen "kti ala III

    "liran darah ke uterus pada kehamilan cukup bulan sebanyak 611911 ml9menit.

    'an saat persalinan, ibu kemungkinan dapat mengalami perdarahan sekitar 61 5 611ml dari bekas melekatnya plasenta bila uterus tidak dapat berkontraksi dengan baik

    setelah kelahiran plasenta. Sehingga dalam kasus atonia uteri jika ibu kehilangan

    darah dalam !aktu $1 menit 5 1 menit maka seorang ibu dapat meninggal karena

    perdarahan post partum dalam !aktu kurang dari $ jam. elihat keadaan ini maka

  • 7/24/2019 Fisiologi Persalinan Kala III

    18/34

    dilakukan suatu upaya yang cepat dan tepat untuk mengurangi kejadian perdarahan

    dan kematian ibu akibat perdarahan melalui upaya anajemen "kti ala III. ()

    Aambaran anajemen ala III

    Selama dekade terakhir dengan pelaksanaan anajemen "kti ala III dalam

    persalinan menunjukkan adanya penurunan kejadian perdarahan post partum,

    mengurangi lamanya ala III dan mengurangi transusi darah dan terapi oksitosin.

    anajemen "kti ala III juga dapat mempercepat kelahiran plasenta, mencegah dan

    mengurangi perdarahan (Saiuddin, &11$). Sehingga 4?8 telah merekomendasikan

    agar dokter dan bidan melaksanakan anajemen "kti ala III dalam "suhan

    Persalinan ;ormal. arena dengan anajemen "kti ala III banyaknya darah yang

    hilang dapat berkurang sehingga dapat mengurangi angka kematian dan angka

    kesakitan yang berhubungan dengan perdarahan.(C)

    Pada manajemen akti kala tiga diberikannya suntik oksitosin $1 unit I $9 bagian

    atas paha bagian luar (aspektus lateralis) karena menyebabkan uterus berkontraksi

    kuat dan eekti pada bagian undus uteri , sehingga dapat membantu pelepasan

    plasenta dan mengurangi kehilangan darah. "spirasi sebelum penyuntikan akan

    mencegah penyuntikan oksitosin ke pembuluh darah. ?al ini terdapat pada "suhan

    Persalinan ;ormal ("P;) pada langkah ke&C. (6)

    :ika oksitosin tidak tersedia, atau sudah diberikan tetapi uterus tidak segera

    berkontrasi minta ibu untuk melakukan stimulasi puting susu atau menganjurkan ibu

    untuk menyusukan dengan segera. Ini akan menyebabkan pelepasan oksitosin secara

    alamiah. ?al ini sesuai dengan "suhan Persalinan ;ormal ("P;) pada langkah ke2.:ika peraturan9program kesehatan memungkinkan, dapat diberikan misoprostol 211

    mcg (oral9sublingual) sebagai pengganti oksitosin. (6)

    Setelah dilakukan pemberian oksitosin juga dilakukan penegangan tali pusat dan

    dorongan dorsokranial hingga plasenta terlepas, minta pasien meneran pendek

  • 7/24/2019 Fisiologi Persalinan Kala III

    19/34

    pendek sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian

    arahkan ke atas mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan dorsokranial). :ika tali pusat

    bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak 6$1 cm dari vulva dan lahirkan

    plasenta, jika plasenta tidak lepas setelah $6 menit menegangkan tali pusat maka

    lakukan hal sebagai berikut3

    a. Beri dosis ulang oksitosin $1 unit secara I.

    b. -akukan kateterisasi kandung kemih dengan tekhnik aseptik jika kandung kemih

    penuh.

    c. inta keluarga untuk melakukan rujukan.

    d. /langi penegangan tali pusat $6 menit berikutnya.

    e. :ika plasenta tidak lahir dalam 1 menit setelah bayi lahir atau bila terjadi perdarahan

    segera lakukan manual plasenta.

    ?al ini sesuai dengan "suhan Persalinan ;ormal ("P;) langkah ke =. (6)

    Penelitian enejemen "kti ala III

    Secara teknis menejemen akti kala III meliputi tindakan pemberian uterotonika

    (oksitosin) proilaksis, penjepitan segera tali pusat pasca lahirnya bayi, dan

    peregenagan tali pusat terkendali untuk melahirkan plasenta. anajemen akti kala III

    dikenalkan pada "P; untuk mengurangi perdarahan, salah satu penyebab kematian

    ibu. ajnajemen akti kala III memperbarui prosedur yang ada sebelumnya. Sebelum

    dikenalkannnya manejemen akti kala III, seorang ibu bersalin tidak diberikan

    uterotonika pasca lahirnya bayi dan plasenta dilahirkan spontan tanpa peregangan tali

    pusat.(C)

    Sebuah studi analisis telah dilakukan oleh Begley @ dkk melalui the cochrane

    colabotration, sebuah sumber reerensi ilmu kedokteran berbasis bukti (evidence

    basedmedicine) terpercaya. Begley dkk merevie! lima buah penelitian yang

  • 7/24/2019 Fisiologi Persalinan Kala III

    20/34

    melibatkan 202 ibu bersalin. Seluruh penelitian itu bertujuan membandingkan

    manejemen akti versus manejemen pasi pada kala III persalinan.

    'ari hasil penelitian revie! tersebut, disimpulkan bah!a manejemen akti kala III

    terbukti eekti mengurangi risiko perdarahan dan menyelamatkan lebih dari $ liter darah

    selama proses persalinan. Pada studi analisis lain, @otter dkk, juga melalui the

    cochrane colaboration, juga melakukan revie! terhadap $0 penelitian yang melibatkan

    111 ibu bersalin. e$0 penelitian tersebut bertujuan meneliti manaat pemberian

    oksitosiin proilaksis pada kala III persalinan. @otter dkk menyimpulkan bah!a

    pemberian oksitosin proilakti pada persalinan terbukti bermanaat untuk mencegah

    perdarahan pasca persalinan dan dapat menyelamatkan lebih dari 611 ml darah pada

    persalinan.

    'engan demikian manejemen akti kala III, termasuk pemberian injeksi oksitosin

    proilaksis pasca lahirnya bayi, telah terbukti secara ilmiah dapat mencegah perdarahan

    pasca persalinan. Seluruh tega kesehatan penolong persalinan (dokter, bidan)

    diharapkan dapat melaksanakan manejemen akti kala III pada setiap asuhan

    persalinan normal dalam upaya percepatan penurunan "I di Indonesia. ()

    Pe%eri&saan plasenta+ selap(t &et()an an tali p(sat

    $. Pemeriksaan plasenta

    setelah persalinan merupakan keterampilan yang sangat penting yang dilakukan oleh

    bidan untuk menurunkan kemungkinan terjadinya perdarahan pascapartum dan ineksi.

    Struktur dan tampilan

    Plasenta adalah struktur berbentuk diskus yang memiliki dua permukaan yaitu

    permukaan maternal dan permukaan janin. Terkadang plasenta berkembang dengan

    struktur dan tampilan abnormal seperti plasenta sirkumvalat. Plasenta melebar di

    ba!ah permukaan endometrium dan kantong embrionik membesar di atasnya,

    endometrium di antara keduanya terdesak dan hancur, menyebabkan terbentuknya

  • 7/24/2019 Fisiologi Persalinan Kala III

    21/34

    membrane aseluler, dan dapat memengaruhi penempelan plasenta di desidua sehingga

    meningkatkan risiko terjadinya abrupsio plasenta. Plasenta memiliki cincin tebal

    putihFabuabu menonjol yang mengelilingi bagian tengah permukaan janin, cincin

    tersebut terjadi akibat terlipatnya selaput janin ke arah belakang (Blackburn G -oper ,

    $CC&). Pada kehamilan cukup bulan, berat plasenta sekitar 611211 gr (kirakira $92

    berat badan bayi) , diameternya $6&1 cm dengan tebal & cm. pengekleman tali pusat

    yang terlalu dini dapat menyebabkan plasenta menjadi lebih ringan. ?al tersebut

    disebabkan oleh jumlah darah yang dialirkan dari plasenta ke bayi pada saat kelahiran.

    Plasenta yang besar dapat berhubungan dengan ibu yang diabetes dan kehamilan

    kembar, plasenta yang kecil berhubungan dengan terjadinya deisiensi pertumbuhan

    intrauterine kronis.

    Pada bagian permukaan janin, plasenta tampak berkilau karena lempeng korion ,

    membrane tipis yang bersambungan dengan korion, dan amnion, yang menutupi

    permukaan.

    Pada bagian permukaan janin terdapat 6121 lobus atau kotiledon yang terbagi dalam

    $6 lobus. Terkadang plasenta terdiri atas dua (bipartal atau tiga (tripartal) lobus yang

    berbeda dengan tali pusat berada disetiap lobusnya. Tali pusat tersebut sebenarnya

    hanya satu, tetapi saat mendekati permukaan plasent a tali pusat tersebut mengalami

    percabangan dua atau tiga untuk mengalirkan darah ke setiap lobus.Pembuluh darah, cabang vena dan arteri umbilikalis tampak dengan jelas keluar dari

    titik insersi tali pusat, yangbiasanya terletak di tengah atau agak kesamping . tali pusat

    tertanam di tepi plasenta insersi Hbattledore biasanya tidak signiikan, perlekatannya

    rapuh, meningkatkan resiko terlepas pada saat penarikan tali pusat terkendali, insersi

    Hvelamentosa yaitu insersi tali pusat pada selaput janin, dimana pembuluh darah

    mengalir menembus selaput janin menuju plasenta . perlekatannya sangat rapuh, dapat

    putus pada saat penarikan tali pusat terkendali . pembuluh darah dapat berada di

    ostirium maupun artiicial, akan menimbulkan perdarahan janin yang massi.

    Pada plasenta bagian permukaan maternal, plasenta terdiri dari $6 5 &1 koti ledon

    (yang oleh septum) yang muncul dari & vili utama atau lebih serta percabangannya.

    Selama trimester kedua dan ketiga, dapat terjadi penumpukan ibrin disekitar vili, yang

    menyebabkan inark vili yang terpisah. ?al ini biasanya tidak signiikan kecuali jika

  • 7/24/2019 Fisiologi Persalinan Kala III

    22/34

    kejadiannya berlebihan, memengaruhi pertukaran nutrisi dan produk sisa antara

    sirkulasi ibu dan janin sehingga menyebabkan terjadinya deisiensi pertumbuhan

    intrauterine. lasiikasi akibat penumpukan garam kapur pada permukaan dapat

    dirasakan seperti berpasir, hal ini tidak signiikan. Terkadang kotiledon berada di selaput

    ketuban, terpisah dari plasenta, tetapi dihubungkan oleh pembuluh darah lobus

    Hsuksemturiata. Bila tertinggal dalam uterus, dapat mencetuskan perdarahan pasca

    partum dan ineksi seperti halnya jika selaput ketuban yang tertinggal didalam uterus.

    Selaput plsenta harus diperiksa dengan cermat untuk adanya lobus yang hilang,

    dicurigai bila terdapat lubang yang tidak jelas penyebabnya pada koriun, terutama bila

    pembuluh darah mengalir kearah lubang dan tibatiba berhenti mengalir.

    Plasenta yang pucat dapat terjdi akibat pengkleman tali pusat yang terlambat sehingga

    darah yang tertinggal diplasenta hanya sedikit, dapat pula mengindikasikan terjadinya

    anemia intrauterine. ekonium juga dapat terlihat pada plasenta bagian permukaan

    janin, yang merupakan tandatanda ineksi dan hiperbilirubinemia. Plasenta yang

    berbau busuk sering mengindikasikan adanya ineksi intrauterine.

    Prosedur pemeriksaan plasenta

    :elaskan prosedur pada orang tua, dan tanyakan apakah nereka ingin

    mengopserpasi pemeriksaan

    Siapkan alat 3

    Sarung tangan dan apron

    antong sekali pakai untuk plasenta

    Penutup pelindung sekali pakai

    Plasenta

    @uci tangan dan pakai sarung tangan dan apron

    -etakkan plasenta diatas penutup (letakkan diatas permukaan datar) dengan

    permukaan janin menghadap keatas, cacat ukuran, bentuk dan bahu serta !arnanya.

    Periksa tali pusat, catat panjangnya, titik insersi dan kemungkinan adanya simpul

    ?itung jumlah pembuluh darah diujung potongan tali pusat (bila ujungnya sudah

    hancur, potong lagi sedikit tali pusat, dan hitung jumlah pembuluh darah yang ada).

    8bservasi permukaan janin untuk adanya ketidakteraturan

    Pegang tali pusat dengan tali tangan nondominan, angkat plasenta dan periksa

  • 7/24/2019 Fisiologi Persalinan Kala III

    23/34

    robekan selaput plasenta dan kembalikan ketempatnya

    Buka membran plasenta ke arah luar, periksa adanya pembuluh darah atau lobus

    tambahan, atau adanya lubang yang tidak penyebabnya

    Pisahkan amnion dan korion, tarik amnion ke arah belakang mele!ati dasar tali

    pusat

    Balik plasenta sehingga permukaan maternal berada diatas

    Periksa kotiledon, periksa kelengkapannya, catat ukuran dan jumlah area yang

    mengalami inark atau terdapat bekuan darah

    Timbang dan cuci plasenta bila diindikasikan

    Buang placenta dan bereskan alat dengan benar

    @uci tangan

    'iskusikan hasilnya dengan orang tua

    'okumentasikan hasilnya dan lakukan tindakan yang sesuai

    Bila diperlukan darah tali pusat,misE pada ibu dengan rhesusnegati, maka dianjurkan

    agar darah tali pusat diambil dari plasenta bagian permukaan janin pada saat pembuluh

    darah berkongesti dan dapat dilihat. Sampel harus diambil secepatnya sebelum darah

    membeku dan biasanya dilakukan sebelum pemeriksaan plasenta.

    'ibeberapa unit meternitas, plasenta dikumpukan dan bekukan untuk tujuan penelitian,

    yang dapat meliputi plasenta atau tali pusat. 'arah tali pusat dapat didonorkan ke-ondon @ord Blood Bank dan digunakan untuk berbagai penyakit hematologis, seperti

    leukemia. Penelitian histologi dapat diperlukan untuk situasi tertentu, seperti kelahiran

    kembar, kelahiran praterm, lahir mati, dan kecurigaan ineksi.

    Tanda pelepasan dan penurunan plasenta

    Perdarahan 3 121 ml darah dapat keluar dari vagina ( hal ini juga dapat terjadi akibat

    pelepasan plasenta parsial, meskipun perdarahan sering kali lebih banyak, atau akibat

    laserasi).

    Pemanjangan tali pusat 3 hal ini terjadi karena penurunan plasenta, tetapi dapat juga

    terjadi bila tali pusat bergulung dan kemudian melurus.

    /terus membulat, mengeras, meninggi, mobile dan terasa melengking 3 hal ini dikaji

    dengan mempalpasi pundus, hal ini harus dilakukan dengan hatihati karena dapat

    menyebatkan kontraksi yang tidak teratur, mengakibatkan pelepasan sebagian plasenta

  • 7/24/2019 Fisiologi Persalinan Kala III

    24/34

    dan selaput ketuban, dan perdarahan hebat.

  • 7/24/2019 Fisiologi Persalinan Kala III

    25/34

    Tali pusat terdiri dari dua arteri umbilikalis dan satu vena umbilikalis, dikelilingi oleh jeli !arthon

    dan ditutupi oleh amnion. Tali pusat dengan dengan jumlah pembuluh darah kurang dari tiga

    mengindikasikan adanya abnormalitas congenital, bayi harus di rujuk ke dokter anak dan

    sampel tali pusat diperlukan dianalisis. Panjang tali pusat adalah 61 cm (berkisar 1 5 C1 cm),

    diameter $& cm dan berbentuk spiral untuk melindungi pembuluh darah dari tekanan. Tali pusat

    yang pendek adalah tali pusat yang panjangnya kurang dari 01 cm, dan hal ini biasanya tidak

    signiikan, kecuali jika terlalu pendek, karena pada saat anin turun kerongga panggul tali pusat

    akan tertarik dan terjadi juga tarikan pada plasenta. Tali pusat yang terlalu panjang dapat melilit

    janin atau tersimpul, sehingga terjadi penyumbatan pembuluh darah, risiko presentasi atau

    prolaps tali pusat mengalami peningkatan jika tali pusat terlalu panjang, terutama bila bagian

    terendah janin tidak sesuai dengan serviks. -ilitan palsu dapat terjadi jika pembuluh darah lebih

    panjang dari tali pusat dan memebentuk lingkaran di jeli !harton, hal ini tidak begitu bermakna.

    Tali pusat yang terlalu besar atau terlalu kecil akan sulit untuk diklem setelah kelahiran.

    Pengkleman tali pusat

    ebiasaan memotong tali pusat mulai diperkenal kan pada abat ke 5 $=, bersamaan dengan

    dilakukan nya praktik persalinan ditempat tidur. "kibatnya, tempat tidur menjadi basah oleh

    darah dan kemudian pengkleman tali pusat mulai banyak dilakukan untuk mengurangi hal

    tersebut.

    Pelepasan plasenta tergantung pada kemampuan uterus untuk berkontraksi dan beretraksi,

    memeras plasenta. Bila tali pusat di klem, terjadi tahanan balik di plasenta, memecah aliran

    darah kebayi. /kuran plasenta tidak banyak berkurang dan dijaga agar tidak terjadi kompresi.

    ?al ini dapat menghambat kontraksi dan retraksi, memperlambat proses pelepasan. *ek dari

    hal ini ada dua macam 3

    $. Penundaan pelepasan plasenta,yang berarti penundaan penutupan pembuluh darah ibu

    yang rupture, meningkatnya ukuran bekuan retroplasenta dan meningkatnya resiko perdarahan.

    &. Serviks dapat mengalami retraksi sebelum plasenta dikeluarkan, menyebabkan tertahanya

    plasenta, yang sering memerlukan tindakan manual untuk mengeluarkan plasenta dan selaput

    janin diba!ah anastesia epidural, spinal atau umum.

    Pengkleman tali pusat dan isoimunisasi rhesusBila tali pusat sudah dijepit, akan lebih banyak darah janin yang tertinggal di plasenta,

    meningkatkan tekanan didalam plasenta. Pada saat uterus berkontraksi, tekanan meningkat

    lagi dan permukaan pembuluh darah plasenta mengalami rupture. Sel darah janin dilepaskan

    kedalam rongga uterus dan dapat masuk kesirkulasi ibu. Bila bayi memiliki rhesus positi

    sedangkan ibu mempunyai rhesus negative, ibu akan memproduksi antibody yang berla!anan

  • 7/24/2019 Fisiologi Persalinan Kala III

    26/34

    dengan sel darah dengan rhesus positi. Isoimunisasi rhesus dapat mempengaruhi kehamilan

    berikutnya karena antibody cukup kecil untuk dapat menembus plasenta dan melakukan

    hemolisis terhadap sel janin jika janin memiliki rhesus positi. Semua ibu dengan rhesus

    negative yang memiliki bayi dengan rhesus positi harus mendapatkan anti immunoglobulin '

    pada saat persalinan untuk mengurangi risiko terjadinya isoimunisasi.

    Pengkleman tali pusat dan dampaknya pada bayi

    Pada persalinan kala III, selama tali pusat masih berdenyut, =6$&6 ml darah masih dapat

    dialirkan dari plasenta ke bayi. 'arah tambahan ini diperlukan untuk sirkulasi paru yang baru

    terbentuk. Pengkleman tali pusat yang terlalu cepat akan mengurangi jumlah darah yang

    dialirkan ke bayi, sehingga menimbulkan hipovolaemia. ?al ini dapat menyebabkan terjadinya

    sindrom distres pernapasan dan memburuknya kondisi bayi yang lahir dengan ?b rendah.

    inmond et al. ($CC) menemukan bah!a memperlambat penjepitan tali pusat memungkinkan

    terjadinya aliran darah ke bayi, dan memperbaiki kondisi bayi praterm.

    Bila obat oksitosin diberikan dan tali pusat tidak dijepit, akan terjadi resiko aliran darah yang

    berlebihan dari plasenta ke bayi yang masih dapat menerima setengah dari jumlah volume

    darah totalyang ada ditubuhnya. ?al ini meningkatkan resiko terjadinya ikterik dan bila sudah

    memburuk, dapat terjadi beban sirkulasi yang berlebihan. 8leh karena itu untuk mencegahnya,

    tali pusat harus diklem sesegerra mungkin bila diberikan oksitosin.

    Bila bayi ditempatkan 01 cm lebih rendah dari introitus, transpusi plasenta akan selesai secaraa

    isiologis dalam !aktu 1 detik, bila bayi berada diatas 01 cm, proses transusi plasenta terjadi

    lebih lambat. Bila diperlukan obat oksitosin, bayi dapat ditempatkan diba!ah introitus selama 1

    detik (posisi tersebut ideal untuk posisi ibu tegak, all ours atau berjongkok, dan sulit bila posisi

    ibu semirekumben atau miring kekiri). Setelah itu, barulah obat oksitosik dapat diberikan dan tali

    pusat diklem. /jung tali pusat ibu dapat dibiarkan tanpa diklem untuk mengurangi gangguan

    proses isiologis.

    Pe%anta(an , &ontra&si+ ro)e&an $alan la*ir an perine(% tana ital

    *giene

    Pemantauan ontraksi

    Seperti diketahui bah!a otot rahim terdiri atas tiga lapis yang teranyam dengan

    sempurna yaitu, lapisan otot longitudinal dibagian luar, lapisan otot sirkuler

  • 7/24/2019 Fisiologi Persalinan Kala III

    27/34

    dibagian dalam, dan lapisan otot menyilang diantara keduanya. 'engan susunan

    demikian, pembuluh darah yang terdapat diantara otot rahim akan tertutup rapat

    saat terjadinya kontraksi postpartum sehingga menghindari perdarahan.

    Pada saat inpartu perlu dilakukan observasi yang seksama karena tertutupnya

    pembuluh darah mengurangi oksigen ke peredaran darah retroplasenter, sehingga

    dapat menimbulkan asiksia intrauterin. 'engan demikian penga!asan dan

    pemeriksaan djj segera setelah kontraksi rahim, terutama pada kala &, sangat

    penting sehingga dengan cepat dapat diketahui terjadinya asiksia janin. ontraksi

    otot rahim bersiat otonom artinya tidak dapat dikendalikan oleh parturien,

    sedangkan serat sara simpstis dan parasimpatis hanya bersiat koordinasi.

    Beberapa siat kontraksi rahim dijabarkan sebagai berikut3

    $. "mplitudo

    J ekuatan his diukur dengan mm ?g

    J @epat mencapai puncak dan diikuti relaksasi yang tidak lengkap sehingga

    kekuatannya tidak mencapai 1 mm ?g.

    J Setelah kontraksi otot rahim mengalami retraksi (teidak kembali kepanjang

    semula).

    &.

  • 7/24/2019 Fisiologi Persalinan Kala III

    28/34

    disebut dengan kontraksi BraKton hicks. akin tua kehamilan, kontraksi BraKton ?icks

    makin sering terjadi sejak umur kehamilan 1 minggu. ekuatan kontraksi tersebut

    akan menjadi kekuatan his dalam persalinan.

    &. ekuatan ?is kala pertama

    Siat kontraksi otot rahim pada kala pertama adalah3

    a. ontraksi bersiat simetris

    b.

  • 7/24/2019 Fisiologi Persalinan Kala III

    29/34

    atau bagian terendah, menekan serviks dimana terdapat leksus

  • 7/24/2019 Fisiologi Persalinan Kala III

    30/34

    J 8ksitosin mempercepat involusi rahim.

    J ontraksi otot rahim yang disebabkan oksitisin mengurangi perdarahan postpartum

    'alam batas yang !ajar maka rasa sakit postpartum tidak memerlukan pengobatan

    serta dapat dibatasi dengan sendirinya.

    7obekan :alan -ahir dan Perinium

    7ebokan perineal sering terjadi, khususnya pada !anita primipara.

    7obekan derajat satu kadang kala bahkan tidak perlu untuk dijahit, robekan derajat

    dua biasanya dapat dijahit dengan mudah diba!ah pengaruh analgesia lokal dan

    biasanya sembuh tanpa komplikasi. 7obekan derajat tiga dapat mempunyai akibat

    yang lebih serius dan dimana pun bila memungkinkan harus dijahit oleh ahli

    obstetri, dirumah sakit dengan peralatan yang lengkap, dengan tujuan mencegah

    inkontinensia vekal dan atau istula ekal.

    *pisitomi sering dilakukan, tetapi insidennya berbedabeda. *pisitomi midline lebih

    mudah dijahit dan memiliki keuntungan meninggalkan sedikit jaringan perut,

    sementara episitomi medioteral lebih eekti minghindari spinkter anal dan rektum.

    "lasan yang baik untuk melakukan episitomi selama persalinan normal hingga kini

    dapat berupa3 tandatanda ga!at janinE kemajuan persalinan yang tidak cukup,

    ancaman robekan derajat tiga (termasuk robekan derajat tiga di persalinan

    sebelumnya).

    etiga indikasi tersebut benar, meskipun perkiraan robekan derajat tiga sangat

    sulit. "ngka kejadian robekan derajat tiga sekitar 1,0> sehingga diaknosis

    ancaman robekan tiga seharusnya hanya dibuat kadangkadang, kalau tidak

    diagnosis tersebut tiodak ada artinya. Selain yang sudah disebutkan, diberikan

    untuk penggunaan episiotomi pada semua kasus. ?al ini termasuk argument

    bah!a episiotomi menggantikan irisan pembedahan yang lurus dan rapi untuk

    laseradsi yang tidak beraturan, lebih mudah diperbaiki, dan sembuh lebih baik sarirobekan (cunningham et al, $CC)E penggunaan episiotomi pada semua kasus

    mencegah trauma pariniel yang seriusE episiotomi mencegah trauma pada kepala

    janinE dan episiotomi mencegah trauma pada otot dasar panggul sehingga

    mencegah stres urinarius yang inkontinen. Penggunaan episiotomi pada ksus

    dihubungkan dengan tingkat trauma pada pariniel yang lebih tinggi dan lebih

  • 7/24/2019 Fisiologi Persalinan Kala III

    31/34

    sedikit !anita yang periniumnya masih utuh. elompokkelompok dengan

    penggunaan episiotomi pada semua kasus dan penggunaan yang direstriksi

    mengalami sejumlah nyeri perinial yang sebanding, yang dikaji pada $1 hari dan

    bulan pasca partum. Tidak ada bukti tentang eek perlindungan episiotomi pada

    kondisi janin. 'alam studi 5 tindak lanjut, hingga tahun pasca partum tidak ada

    pengaurh penggunaan episiotomi pada semua kasus terhadap inkontinen urine

    yang ditemukan. 'alam studi observasi dari 62.0=$ persalinan yang bantu oleh

    oleh bidan, insiden robekan derajat tiga sebesar 1,0> jika episiotopmi tidak

    dilakukan dan presentasenya sama besar dengan episiotomi mediolatralE insiden

    dengan episiotomi midline sebnesar $,&> (pel dan heres, $CC6).

    Pemberian pera!atan yang melakukan episotomi harus mampu untuk menjahit

    robekan dan episiotomi secara tepat. Ia harus dilataih untuk hal tersebut.

    *pisiotomi harus dilakukan dan dijahti diba!ah pengaruh anastese lokal, dengan

    tindakan pencegahan yang tepat untuk mencegah ineksi ?IL dan hepatitis.

    Sedangkan kerusakan perineal adalah salah satu trauma yang paling sering

    diderita oleh !anita selama melahirkan, bahkan selama proses persalinan dan

    pelahiran yang dianggap normal. "da beberapa teknik dan praktek yang diarah

    untuk mengurangi kerusakan atau memodiikasikan keproporsi yang dapat diatur.

    enjaga perinium selama melahirkan kepala janin3 jaarijari satu tangan (biasanyayang kanan menyangga perinium, sementrara tangan kiri melakukan tekanan pada

    kep#ala janin untuk mengendalikan kecepatan cro!ning(ketika sekmen besar dari

    kepal janin terlihat dioriicium vaginae, perinum merenggang) dengan demikian

    mencoba untuk mencegah atau mengurangi kerusakan pada jaringan perinial.

    emungkinan bahM!a dengan manuver tersebut robeknya perinial dapat dicegah,

    tetapi ada kemungkinan juga bah!a tekanan pada kepala janin menghalangi

    perluasan pergerakan kepala dan mengalihkannya dari lengkung pubis ke

    perinium, sehingga meningkatkan kemungkinan kerusakan perineal. 8leh karena

    belum ada evaluasiormal mengenai strategi ini atau sebaliknyaE tidak menyentuh

    perinium atau kepala selama ase melahirkan, tidak mungkin untuk memutuskan

    strategi mana yang di pilih. Praktik menjaga perineum dengan tangan ahli obstetri

    dapat diterapkan dengan lebih mudah jika !anita pada posisi supine. :ika ia pada

  • 7/24/2019 Fisiologi Persalinan Kala III

    32/34

    posisi tegak lurus penolong persalinan tidak dapat menyokong perineum, atau

    dipaksa untuk mengikuti strategi tanpa sentuhan.

    Teknik lain yang bertujuan mengurangi trauma pada perineum ialah memijat

    perineum selama akhir kala dua persalinan, jadi mencoba meregangkan jaringan.

    Teknik tersebut tidak pernah dievaluasi secara tepat, tetapi ada keraguan tentang

    keuntungan memijat jaringan terus 5 menerus yang vaskularisasinya sudah

    banyak dan edema.

    anuver lain, yang eektivitasnya belum cukup terbukti, ialah metode yang

    bervariasi untuk melahirkan bahu dan perut bayi setelah kelahiran kepala. Tidak

    jelas apakah manuver ini selalu diperlukan dan apakah tepat. 'ata penelitian

    tentang masalah ini tidak tersedia. ;amun, ;ational Perinatal *pidemiology /nit di

    8Kord baru 5 baru ini mengadakan uji coba terkontrol acak tentang Pera!atan

    Perineum saat elahirkan 5 enyerah atau Siap (?ands 8n 8r Poised), atau

    disebut juga studi ?88P, yang memberikan data mengenai eek pendekatan

    yang berbeda untuk melahirkan kepala dan bahu janin pada perineum

    (c@andlish, $CC2). Tanda Lital dan ?ygien

    Banyak perubahan isiologis normal yang terjadi selama kala astu dan dua

    persalinan, yang berakhir ketika plasenta dikeluarkan dan tandatanda vital !anita

    kembali ketingkat sebelum persalinan selama kala tiga3

    $.Tekanan darah

    Tekanan sistolik dan distolik mulai kembali ketingkat sebelum persalian.

    Peningkatan atau penurunan tekanan darah masingmasing merupakan indikasi

    gangguan hipertensi pada kehamilan atau syok. Peningkatan tekanan sistolik

    dengan tekanan diastolik dalam batas normal dapat mengindikasikan ansietas

    atau nyeri.

    &.;adi

    ;adi secara bertahap kembali ketingkat sebelum melahirkan. Peningkatan denyut

    nadi dapat menunjukkan ineksi, syok, ansietas, atau dehidrasi.

    .Suhu

    Suhu tubuh kembali meningkat perlahan. Peningkatan suhu menunjukkan proses

  • 7/24/2019 Fisiologi Persalinan Kala III

    33/34

    ineksi atau dehidrasi.

    0.Pernapasan

    Pernapasan kembali normal, pada peningkatan rekuensi pernapasan dapat

    menunujukan syok atau ansietas.

    Tekanan darah dan nadi ibu sebaiknya diukur paling tidak satu kali selama kala

    tiga dan lebih sering jika pada kala tiga memanjang daripada ratarata atau

    tekanan darah dan nadi berada pada batas atau dalam kisaran abnormal.

    Pemantauan ini tidak hanya dilakukan setelah evaluasi peningkatan sebelumnya,

    tetapi penting sebagai sarana penapisan syok pada kejadian perdarahan.

    Ke)(t(*an i)( paa &ala III

    Pemberian suntikan oksitosin

    8ksitosin dapat diberikan secara proilaktik pada !aktu yang bervariasi selama kala .

    palinh sering oksitosin diberikan intramuscular segera setelah persalinan bahu depan,

    atau setelah kelahiran bayi. 8nat yang biasa diberikan dan diteliti didalam percobaan,

    adalah oksitosin dan derivat ergot seperti ergometrin, atau kombinasi keduanya,

    sintometrin. 8ksitosin dan derivate ergot keduanya menurunkan perkiraan kehilangan

    darah pasca partum, tetapi eek ergot tampaknya menjadi sedikit berkurang daripada

    eek oksitosin. *ek ergot terhadap retensi plasenta belum begitu jelas, meskipun ada

    beberapa data yang menunjukkan bah!a oksitosin yang rutin dapat meningkatkan

    resiko retensi plasenta.

    omplikasi oksitosin adalah terjadinya mual, muntah, sakit kepala dan hipertensi pasca

    partum. omplikasi tersebut sering terjadi pada derivate ergot. Selain itu, jarang tetapi

    mordibitas ibu yang serius telah dihubungkan dengan oksitosin, khususnya dengan

    ergometrina3 henti jantung dan perdarahan intraserebral, inark miokard, eklamsi pasca

    partum dan edema pulmonary. 8leh karena kejadian ini begitu jarang, uji coba acak

    tidak dapat memberikan inormasi yang berguna tentang angka kesakitan ibu

    dihubungkan dengan oksitosin. Bukti yang tersedia menunjukkan bah!a oksitosin

    adalah pilihan yang baik dari pada derivate ergot. Selain itu dinegara tropis oksitosi

  • 7/24/2019 Fisiologi Persalinan Kala III

    34/34

    lebih stabil daripada ergometrinel atau metilergometrine.

    Plasenta harus diperiksa dengan cermat untuk menemukan abnormalitas (inak,

    hemetoma, insersi tali pusat yang abnormal), tetapi semua yang diatas untuk

    memastikan plasenta lengkap jika ada kecurigaan bah!a bagian plasenta hilang,

    persiapan harus dilakukan untuk memeriksa rongga uterus. :ika bagian memebran

    plasenta yang hilang, ekplorasi uterus tidak diperlukan.

    Ibu harus diamati dengan cermat selama $ jam pertama pasca partum. Pengamatan

    yang paling penting termasuk jumlah kehilangan darah, dan tunggi undus iterus3 jika

    uterus tidak cukup berkontraksi, darah dapat berkumpul doidalam rongga uterus. :ika

    kehilangan darah tidak normal dan uterus berkontraksi sangat buruk, pijatan lembut

    uterus dapat membantu. *sensial untuk memastikan bah!a kontraksi uterus tidak

    terhambat oleh penuhnya kendung kemih. ehilangan darah yang tidak normal,

    ditetapkan lebih dari 611ml, harus ditangani dengan oksitosika3 ergometrine atau

    oksitosin secara muscular. ondisi ibu juga penting yaitu tekanan darah, nadi, dan

    suhu, serta kesejahteraan umum harus dikaji

    Peno&(%entasian paa &ala III

    Pendokumentasian yang dilakukan pada kala III mencatat semua kejadian selama kala

    III mulai dari lahirnya bayi hingga lahirnya plasenta

    'ata Subyekti yang dapat diketahui pada kala III antara lain dari keluhan yang

    dirasakan ibu sesaat setelah bayi lahir

    'ata 8byekti yang dapat diketahui pada kala III antara lain berdasarkan observasi

    yang dilakukan selama kala III seperti tandatanda pelepasan plasenta

    "ssasement yang dapat disusun berdasakan data subyekti dan data obyekti adalah

    bah!a ibu sudah memasuki kala IIIPlanning yang dapat disusun antara lain segera melahirkan plasenta dengan cara

    manajemen akti kala III.