hukum tata lingkungan

Upload: jahandyr

Post on 27-Feb-2018

253 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/25/2019 Hukum Tata Lingkungan

    1/22

  • 7/25/2019 Hukum Tata Lingkungan

    2/22

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Sumber daya alam dan lingkungan memegang peranan penting bagi

    pembangunan ekonomi khususnya di negara berkembang seperti di indonesia.

    Sumber daya alam, selain menyediakan barang dan jasa, juga menjadi a!kone

    dari perumbuhan ekonomi dan sumber penghasilan masyarakat serta sebagai aset

    bangsa yang penting. Oleh karena itu, ketersediaan dan kesinambungan

    (sustainailit") dari sumber daya alam ini menjadi sangat penting bagi

    kelangsungan pembangunan ekonomi dan akan sangat tergantung dari

    pengelolaan yang baik oleh setiap stakeholder yakni masyarakat dan

    pemerintah..

    Dalam menyelesaikan permasalahan lingkungan haruslah holistik dan

    lintas disiplin ilmu, termasuk melalui pendekatan ilmu ekonomi. Setidaknya,

    Ada dua metode untuk melakukan perlindungan dan pengelolaan lingkungan

    yang berkelanjutan melalui mekanis ekonomi yaitu melalui pendekatan

    pengaturan langsung berdasarkan baku mutu lingkungan yang diterapkan dengan

    mekanisme perundangundangan tanpa bantuan mekanisme pasar (!ommand

    and !ontrol) dan pendekatan insenti! ekonomi berdasarkan mekanisme pasar

    (market ased in!enti#e).

    Para ekonom sudah lama berargumentasi bah"a sistem insenti!

    berdasarkan mekanisme pasar lebih e!isien daripada sistem pengaturan langsung

    berdasarkan perundangundangan. #al ini didasarkan asumsi bah"a sistem

    pengaturan langsung memiliki kelemahan diantaranya ialah bah"a sistem ini

    memerlukan pembiayaan yang besar karena para pelaksana pemerintahan harus

    mengumpulkan in!ormasi yang sebenarnya in!ormasi tersebut sudah dimiliki

    oleh para pen$emar lingkungan, dan sistem pengaturan langsung menghendaki

    diterapkannya sistem baku mutu yang harus dipenuhi oleh setiap pen$emar

    lingkungan sehingga menimbulkan biaya yang besar bagi para pen$emar yang

    bersangkutan.

    %arena ada kelemahan dalam sistem pengaturan langsung ($ommand and

    $ontrol), maka para ekonom lebih menyukai untuk diterapkannya sistem insenti!

    1

  • 7/25/2019 Hukum Tata Lingkungan

    3/22

    ekonomi guna mengendalikan pen$emaran. Dengan sistem insenti! ekonomi atau

    pungutan pajak maka&

    a. Produsen yang men$emari lingkungan memiliki pilihan dalam menyesuaikan

    kegiatannya terhadap baku mutu kualitas lingkungan melalui sistem insenti!

    ekonomi. Seorang produsen yang men$emari lingkungan akan lebih senang

    dan memilih membayar pajak bila ia sangat men$emari lingkungan dan biaya

    untuk menanggulanginya sangat mahal. Atau produsen yang tak terlalu

    men$emari lingkungan akan memilih untuk memasang alat pengolah limbah

    dari pada harus membayar pungutan pajak yang mahal.

    b. Penerimaan dari pungutan pajak, merupakan sumber pendapatan pemerintah,

    sehingga dapat digunakan untuk membiayai pengurangan limbah dan

    pengelolaan lingkungan. Dalam praktiknya, kedua sistem pengelolaan

    lingkungan tersebut, baik pengaturan langsung melalui baku mutu maupun

    melalui insenti! ekonomi dipakai bersamasama dan saling melengkapi.

    'elalui instrumen pajak dapat ditekankan pengenaan pajak untuk

    kegiatan pengelolaan sumber daya alam yang menyangkut harkat hidup orang

    banyak dengan memperhitungkan so!ial and en#ironmental !ost yang

    ditimbulkan oleh suatu industri. Peningkatan pengenaan pajak ini akan merubah

    perilaku pelaku bisnis. Sebagai $ontoh apabila pelaku bisnis di sektor kelapa

    sa"it akan membangun perkebunan kelapa sa"it dari lahanlahan tidur atau

    rusak. %arena biaya yang dikeluarkan akan sangat mahal jika mengkonersi

    hutan menjadi lahan kelapa sa"it. Penerapan pajak ini sudah dilakukan di

    negaranegara maju seperti Amerika, epang dan negaranegara yang tergabung

    dalam *ni +ropa.

    B. Permasalahan

    Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, yang menjadi permasalahanyang akan dibahas dalam makalah ini antara lain&

    . Bagaimanakah konsep pajak lingkungan dalam perspekti! pengelolaan

    lingkungan hidup-

    . Apakah konsep pajak lingkungan tersebut merupakan pilihan tepat untuk

    digunakan sebagai instrumen perlindungan dan pengelolaan lingkungan

    hidup-

    2

  • 7/25/2019 Hukum Tata Lingkungan

    4/22

    BAB II

    PEMBAHASAN

    A. Pr!"# P$!%$&'r M$&(')'r *Polluter Pays Principle+

    *ntuk men$agah terjadinya eksploitasi sumber daya alam dan

    lingkungan se$ara berlebihan, maka diterapkanlah prinsip Polluter pays prin$iple

    atau Prinsip pen$emar membayar (PP') Prinsip ini men$oba menetralkan

    kelemahan dari mekanisme pasar yang menimbulkan kegagalan pasar dalam

    mengakomodasi biaya eksternal atau biaya lingkungan. Prinsip pen$emar harus

    membayar, memberi dua interprtasi &

    a) Pada dasarnya, menurut prinsip tersebut, pen$emar harus menanggung biaya

    yang timbul karena pen$emaran sedemikian rupa sehingga limbah yang

    dibuang sesuai dengan baku mutu yang ditentukan. /ni berarti bah"a PP'

    memberikan suatu hak untuk membuang limbah ke dalam lingkungan sampai

    jumlah tertentu bebas dari pungutan. /nterpretasi demikian ini merupakan

    interpretasi dasar dan sempit.

    b) Perkembangan terhadap interpretasi PP', yaitu bah"a pen$emar tidak lagi

    dii0inkan membuang limbah sampai batas tertentu tanpa bayaran, tetapi ia

    diharuskan membayar disamping biaya pengendalian juga biaya kerusakan

    lingkungan. interpretasi ini menghendaki adanya pajak atau pungutan sebagai

    suatu insenti!, yaitu mengaharuskan pen$emar membayar nilai bersih limbah

    buangan yang dii0inkan. #al ini dapat memotiasi para pen$emar agar

    mengurangi olume pen$emarannya.

    %enyataan yang harus diakui adalah bah"a kemakmuran material

    dalam masyarakat modern sekarang ini mau tidak mau, harus pula dihadapkan

    dengan pen$emaran lingkungan, sehingga kalau kita ingin mengurangi derajat

    pen$emaran lingkungan, maka harus juga mengurangi produksi !isik. Sehingga

    untuk men$apai keseimbangan yang tepat antara kedua hal tersebut adalah

    pemerintah harus menerapkan pendekatan berjagajaga.

    Dalam pendekatan ini, dianut pengertian bah"a banyak ketidakpastian

    dalam pengendalian pen$emaran, maka perhatian harus lebih diberikan pada

    a"al dan selama proses produksi dan bukan pada akhir proses produksi.

    3

  • 7/25/2019 Hukum Tata Lingkungan

    5/22

    Pengendalian pen$emaran pada akhir proses produksi bisa dilakukan dengan

    pemasangan alat pengolah limbah atau pemasangan alat penyaring debu dan

    sebagainya. Dalam hal ini karena ada ketidakpastian dalam pengendalian

    pen$emaran maka terdapat resiko yaitu 0at pen$emar terakumulasi dalam

    lingkungan dan akhirnya mengurangi kemampuan asimilasi lingkungan tersebut.

    untuk menghindari hal tersebut maka pemerintah menerapkan peraturan

    perundangan se$ara langsung dengan menentukan baku mutu emisi atau baku

    mutu limbah $emaran.

    B. P','- T$r'/'# P$&'!'''! L!-3!'!

    ) Penerapan Pajak Pen$emaran

    *ntuk menangani kondisi yang disebabkan oleh perubahan iklim,

    sebagai $ontoh, pemerintah dapat menerapkan pajak atas emisi dan bahan bakar

    yang berasal dari !osil. %ebijakan ini dikenal sebagai pajak karbon ($arbon

    ta1es). 2ujuan dari kebijakan ini adalah untuk mengurangi emisi gas yang dibuat

    oleh perusahaanperusahaan dalam proses produksinya, dan juga untuk

    mengurangi jumlah bahan bakar !osil yang digunakan indiidu maupun

    perusahaanperusahaan. Dengan menerapkan pajakpajak tersebut, diharapkan

    perusahaanperusahaan akan berupaya untuk berinoasi dan membangun

    manajemen limbahnya dengan baik, sehingga dapat mengurangi pembayaran

    pajak yang tentunya akan menaikkan ongkos produksi.

    Sejalan dengan hal tersebut, pajak atas bahan bakar !osil akan memi$un

    peningkatan harga bahan bakar tersebut. Se$ara teori, seseorang akan

    mengurangi pemakaian bahan bakar ketika harganya naik. Dengan kata lain,

    pemerintah dapat menyelamakan lingkungannya dengan menerapkan !itur pajak

    tersebut. Dalam pendekatan pengendalian pen$emaran untuk memelihara

    lingkungan ada beberapa instrumen yang dapat diterapkan diantaranya &

    a. 'engubah se$ara langsung tingkat harga atau biaya produksi. pengubahan

    tingkat harga dan biaya se$ara langsung terjadi bila pungutan atau pajak

    lingkungan dikenakan terhadap produk atau terhadap proses pengolahan

    produk seperti pungutan pen$emaran ataupun sistem deposit yang

    digunakan bila terjadi kerusakan lingkungan dan dikembalikan jika tidak

    terjadi kerusakan lingkungan

    4

  • 7/25/2019 Hukum Tata Lingkungan

    6/22

    b. 'engubah se$ara tidak langsung harga dan biaya melalui kebijakan !iskal

    dan moneter. 'ekanisme in dapat dilakukan dengan memberi subsidi,

    pinjaman lunak, ataupun dengan kebijakan !iskal yang semuanya itu

    mendorong untuk digunakannya teknologi bersih, dan denda terhadap

    ketidakpatuhan pada peraturan juga dapat dikategorikan pengubahan harga

    tidak langsung.

    $. 'en$iptakan pasar bagi barangbarang lingkungan. 'ekanisme ini dapat

    dilakukan dengan memperdagangkan hak atau kuota untuk membuang

    limbah tertentu.pelelangan hak dalam hal pembatasan emisi, pembatasan

    penangkapan ikan di "ilayah tertentu, dan sebagainya.

    Pungutan atau pajak lingkungan merupakan instrumen yang langsung

    menentukan nilai atau harga terhadap penggunaan lingkungan. Bentuk pungutan

    lingkungan ini berma$amma$am, diantaranya adalah &

    a. Pungutan emisi (emission !harge). Pungutan ini dikenakan terhadap

    pembuangan pen$emar ke udara, ke badan air, ataupun ke dalam tanah,

    termasuk pen$iptaan kebisingan. Pungutan itu dikaitkan dengan kuantitas

    maupun kualitas pen$emarnya dan biaya kerusakan yang ditimbulkan pada

    lingkungan.

    b. Pungutan atas penggunaan (user !harges). Pungutan terhadap penggunaan

    sumber daya alam dan lingkungan ini mempunyai !ungsi untuk

    meningkatkan pendapatan negara atau pendapatan daerah yang dikaitkan

    dengan biaya pengolahan, pengumpulan, dan pembuangan limbah.

    Pungutan ini tidak langsung dihubungkan dengan kerusakan lingkungan.

    $. Pungutan atas dasar produk ($roduk !harges). Pungutan atas dasar produk

    ini dikenakan pada proyek yang merusak lingkungan, yaitu bila pproduk itu

    digunakan dalam proses produksi. atau dikonsumsi dan dibuang kedalam

    lingkungan. 2inggi rendahnya pungutan tergantung pada kadar atau derajat

    kerusakan yang ditimbulkannya.

    a. Perdagangan i0in. Sistem ini terjadi bila terdapat sistem kuota lingkungan

    atau batas atas dari pen$emaran lingkungan yang dii0inkan. Pada a"alnya

    alokasi peri0inan dikaitkan dengan target lingkungan ambien, tetapi setelah

    itu peri0inan boleh diperdagangkan sesuai dengan peraturan yang berlaku.

    b. Sistem deposit. Sistem ini diterapkan pada produkproduk yang mempunyai

    potensi men$emari lingkungan. %alau produk tersebut dikembalikan ke

    pihak yang diberi "e"enang untuk mengumpulkannya setelah digunakan

    5

  • 7/25/2019 Hukum Tata Lingkungan

    7/22

    dan menghindari terjadinya pen$emaran, maka ia dapat diberikan

    3pembayaran kembali. 2etapi jika produk yang dihasilkan tetap men$emari

    lingkungan, maka dana deposit yang dibayarkan tadi akan digunakan untuk

    menanggulangi pen$emaran lingkungan yang ditimbulkan oleh produk

    tersebut.

    ) Pajak 4ang Optimal 2erhadap Pen$emaran

    Dalam penerapan pajak lingkungan ada kelompok yang bersepakat

    dengan diberlakukannya mekanisme prinsip tersebut namun ada pula yang tidak

    sepakat dengan prinsip tersebut dengan beberapa alasan tertentu yang akan

    dibahas didepan. Pro!essor A.5. SPigou adalah orang pertama yang

    mengusulkan dikenakannya pajak terhadap pen$emaran lingkungan dan pajak

    tersebut harus dibayar oleh orang atau lembaga yang menimbulkan pen$emaran

    tersebut. sistem pajak tersebut disebut sebagai %Pigo#ian Ta&es'. untuk

    memahaminya, perhatikan gambar

    6ambar menunjukan bah"a produksi harus dikurangi sampai pada titik

    man!aat sosial bersih yang optimal yaitu pada jumlah produksi 7s yaitu pada

    saat pajak yang dikenakan persis sama dengan biaya kerusakan yang

    ditimbulkan oleh pen$emaran yang dihasilkan oleh perusahaan atau pabrik

    tersebut (B+'). Pajak atas pen$emaran itu (8pigoian ta19)ditunjukan oleh garis

    putusputus t yaitu untuk setiap unit pen$emaran pengusaha harus membayar

    pajak kepada pemerintah setinggi t.

    6

  • 7/25/2019 Hukum Tata Lingkungan

    8/22

    Dari gambar dapat dimengerti bah"a seorang produsen akan mendapat

    keuntungan bersih yang maksimum dengan memproduksi barang atau produk

    sampai titik 7m. :amun demikian apabila biaya kerusakan lingkungan akibat

    pen$emaran harus dipertimbangkan oleh produsen, maka produksi akan tidak

    dilaksanakan apabila keuntungan bersih marginal lebih rendah daripada biaya

    eksternal marginal. Oleh karena itu, produksi akan berhenti pada titik 7s dan

    berakibat mengurangi pen$emaran dari olume sebesar ;m menjadi ;s. Pajak

    atas pen$emaran ini memberikan man!aat yang lebih besar dibanding dengan

    sistem pengaturan langsung yang disertai denda karena tidak mematuhi baku

    mutu atau standar pen$emaran.

    Penentuan baku mutu seringkali tidak berkaitan dengan nilai produkyang dihasilkan oleh perusahaan. Seandainya baku mutu limbah ditentukan lebih

    tinggi dari olume ;s, ini berarti produsen masih akan menghasilkan produk

    yang memberikan nilai man!aat bersih lebih rendah dari pada biaya ekternal

    yang dipikul oleh masyarakat. adi, terlalu banyak produk dan juga pen$emaran

    yang dihasilkan. Sekarang bagaimana kalau baku mutu limbah itu ditentukan

    lebih rendah daripada olume ;s yaitu setinggi ;!. %ebijakan demikian

    sungguh akan merugikan masyarakat se$ara keseluruhan. Dengan penentuan

    baku mutu setinggi ;!, ini berarti bah"a masyarakat akan mengalami

    penurunan man!aat sosial atau keuntungan bersih sebesar luas area 7!,7sAB dan

    penurunan biaya eksternal seluas 7!7sAD.

    Selanjutnya bila pemerintah mengenakan denda setinggi garis yang

    diberi tanda 8denda9, maka produsen akan $enderung menghasilkan output

    setinggi 7p karena produksi setinggi itu masih memberikan tambahan

    keuntungan bersih yang lebih tinggi daripada denda yang dikenakan. Dalam hal

    ini, produsen akan menyumbang pada pembentukan pen$emaran setinggi ;p

    yang lebih tinggi dari pada bila produsen dikenai pajak setinggi t. /ni berarti

    bah"a pengaturan langsung dengan baku mutu dan denda yang relati! rendah

    tersebut, kurang memberikan dorongan kepada produsen untuk mengurangi

    pen$emaran. Dengan kata lain, produsen lebih senang membayar denda daripada

    mengurangi produksi atau pen$emaran yang di$iptakannya.

    %euntungan lain dari pendekatan dengan pajak atas pen$emaran

    dibanding dengan pengaturan langsung adalah bah"a pengenaan pajak atas

    7

  • 7/25/2019 Hukum Tata Lingkungan

    9/22

    pen$emaran tidak terlalu banyak dihindari dibanding dengan sistem penga"asan

    oleh polisi. Pengenaan pajak atas pen$emaran akan mendorong produsen untuk

    mengurangi pen$emaran karena dengan semakin sedikit jumlah pen$emaran

    yang di$iptakannya akan berarti semakin sedikit jumlah pajak yang harus

    dibayarnya. Selanjutnya dengan pembayaran pajak pen$emaran itu, dana akan

    terbentuk yang dapat digunakan untuk pengembangan penelitian guna

    mengembangkan teknologi penanggulangan pen$emaran atau mengembangkan

    teknologi bersih yang sedikit menghasilkan limbah pen$emar. Dan juga,

    pengenaan pajak itu memberikan isyarat baik kepada produsen maupun kepada

    konsumen bah"a ada kerusakan lingkungan sehingga mereka mau mengurangi

    konsumsi (bagi konsumen) maupun produksi (bagi produsen) akan barang

    tersebut dan beralih ke jenis produksi lain yang tidak merusak lingkungan

    sehingga tingkat pajak akan rendah dan dengan sendirinya harga barang yang

    bersangkutan akan rendah pula.

    . R'!%'!'! K!"$# P','- L!-3!'! / I!/!$"'

    %onsep pajak lingkungan itu sendiri sebenarnya sudah lama

    diperkenalkan di negara negara +ropa seperti Denmark, erman, :or"egia,maupun /nggris. Pajak lingkungan atau green ta&es diartikan sebagai %an

    e&$ression in $oli!" of the $olluter$a"s $rin!i$le: hoe#er !auses $ollution

    should $a" for it'. Pajak lingkungan mulai dipertimbangkan untuk diterapkan di

    /ndonesia sekitar tahun disebutkan bah"a ** ini memberikan "e"enang kepada

    pemerintah untuk mengambil langkahlangkah tertentu misalnya dalam bidang

    perpajakan sebagai insenti! dan disinsenti! terhadap lingkungan hidup. Artinya,

    pajak lingkungan dapat digunakan sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan

    pemeliharaan lingkungan (insentif) sekaligus untuk men$egah dan

    menanggulangi perusakan dan pen$emaran lingkungan (disinsentif). 'eskipun

    kemudian ** Lingkungan #idup ini diubah dengan ** Pengelolaan

    Lingkungan #idup, namun pemerintah tetap dapat menjadikan kebijakan

    8

  • 7/25/2019 Hukum Tata Lingkungan

    10/22

    perpajakan sebagai salah satu instrumen pengendalian dampak negati! suatu

    aktiitas terhadap lingkungan.

    Dengan demikian, ** Pengelolaan Lingkungan #idup memberikan

    dasar sekaligus pilihan kepada pemerintah /ndonesia untuk mempergunakan atau

    tidak mempergunakan instrumen ekonomi yang berupa pajak dalam pengelolaan

    lingkungan hidup. Selain itu, ** :omor 2ahun

  • 7/25/2019 Hukum Tata Lingkungan

    11/22

    mengendalikan kerusakan lingkungan sebagai akibat aktiitas produksi dengan

    menggunakan pajak sebagai instrumen pengendalinya. 2ujuan ini tidak berbeda

    dengan tujuan en#ironmental ta&esyang diterapkan di negaranegara +ropa yaitu

    perlindungan lingkungan hidup dari perusakan dan pen$emaran. #anya saja

    yang perlu di$ermati adalah ren$ana ($lans) dan program sebagai

    pengeja"antahan dari tujuan yang telah ditetapkan sehingga nantinya konsep ini

    dapat diaplikasikan dan tidak memiliki potensi menimbulkan beban bagi dunia

    industri maupun konsumen. Dari sisi ren$ana ($lans) dan program dalam konsep

    pajak lingkungan harus ditunjukkan kejelasan terhadap subyek, obyek dan

    tari!nya.

    Salah satu $iri pajak adalah bersi!at memaksa, dimana instrumen pajak

    ini diharapkan dapat memaksa perusahaan mengurangi dampak kerusakan

    lingkungan yang ditimbulkannya. Pada ran$angan penerapan Pajak Lingkungan

    tahun

  • 7/25/2019 Hukum Tata Lingkungan

    12/22

    Dari sisi tari! pajak lingkungan, harus ada ukuran yang jelas terhadap besaran

    prosentase pajak lingkungan tersebut. 2ari!

  • 7/25/2019 Hukum Tata Lingkungan

    13/22

    ketidakpastian dalam biaya kerusakan lingkungan akibat dari suatu pen$emar.

    Penentuan B+' (biaya eksternal marginal) merupakan dasar bagi penentuan

    pajak lingkungan yang memerlukan in!ormasi dan data yang jelas berkaitan

    dengan beberapa !aktor berikut &

    a. Pengetahuan tentang ma$am dan jumlah produk (out$ut) yang dihasilkan oleh

    suatu perusahaan

    b. Banyaknya (dosis) pen$emar yang dihasilkan perusahaan sebagai produk

    samping yang tidak diinginkan,

    $. Si!at akumulasi pen$emar dalam jangka panjang,

    d. Apakah pen$emar itu dihadapkan langsung dan terus menerus pada manusia

    (human e&$osure),

    e. 2imbulnya kerusakan akibat dari pen$emar tersebut,

    !. Penilaian dalam rupiah terhadap biaya kerusakan akibat pen$emaran tersebut.Dalam praktik, tampak bah"a perhitungan yang teliti mengenai tingkat

    pajak lingkungan yang tepat sulit untuk direalisasikan. 'isalnya pajak yang

    dikenakan terhadap penggunaan batubara yang menimbulkan polusi karbon

    dioksida diudara, harus lebih tinggi dari pada pajak yang dikenakan terhadap

    bahan gas alam yang hanya menghasilkan =

  • 7/25/2019 Hukum Tata Lingkungan

    14/22

    pen$emar saja. 'elainkan konsumen juga harus menanggungnya kerana barang

    dari proses produksi itu juga dinikmati oleh masyarakat selaku konsumen.

    Sebelum

    ada pajak, produsen

    menghasilkan produk setinggi 7o yang ditunjukkan oleh perpotongan antara

    kura permintaan D dan kura pena"aran So pada titik +o. %alau seandainya

    pemerintah mengenakan pajak per unit (s$e!ifi! ta&) terhadap produk karena

    prosesnya menghasilkan polusi udara yang meningkatkan akti!itas

    karbondioksida dalam udara, maka oleh produsen, pajak itu akan dibebankan

    kepada konsumen produk tersebut dengan $ara menaikkan harga produk sebesar

    nilai pajak dari pemerintah, sebesar t. #al ini akan berdampak pada

    berkurangnya permintaan konsumen akibat kenaikan harga produk menjadi P.

    :amun dapat juga dijelaskan bah"a besar ke$ilnya penggeseran beban

    pajak tergantung pada elastisitas permintaan dan pena"aran akan produk

    tersebut. apabila permintaan terhadap produk perusahaan tersebut semakin

    inelastis, maka beban pajak akan $enderung lebih digeser kepada konsumen,

    sedangkan apabila permintaan akan produk bersi!at elastis, maka penggeseran

    beban pajak pada konsumen akan lebih ke$il dan sebagian besar pajak akan

    dipikul produsen sendiri.

    K$(,'-'!Prr'& L'! "$('' P$!$!/'6 D''- L!-3!'! /

    I!/!$"'

    13

  • 7/25/2019 Hukum Tata Lingkungan

    15/22

    %ebijakanCprogram lain selain konsep pajak yang diterapkan pemerintah

    /ndonesia, dibatasi pada ? (empat) jenis program saja, yaitu& 5S (*or$orate

    So!ial+es$onsiilities),Performan!e onds, A'DAL dan *%L*PL.

    5S (*or$orate So!ial +es$onsiilities)

    5S merupakan suatu konsep bah"a perusahaan memiliki suatu tanggung ja"ab

    terhadap konsumen, karya"an, pemegang saham, komunitas dan lingkungan

    dalam segala aspek operasional perusahaan. %onsep 5S tersebut mulai

    diadopsi pada tahun

  • 7/25/2019 Hukum Tata Lingkungan

    16/22

    Apalagi bentuk usaha diluar P2 mendominasi sebagian besar bentuk usaha di

    /ndonesia, padahal 5S bagi bentuk usaha di luar perseroan bukan merupakan

    suatu ke"ajiban artinya boleh dilaksanakan maupun tidak dilaksanakan sehingga

    sangat tergantung pada kesadaran pihak pengusaha. /ni berarti 5S hanya meng

    !o#ersebagian ke$il saja dari permasalahan pen$emaran lingkungan yang dise

    babkan dari akti!itas produksi yang ada di /ndonesia.

    Dari segi tujuan 5S, pelaksanaan 5S selama ini dirasa tidak tepat sasaran

    bahkan terlihat 5S ini hanya digunakan sebagai sarana untuk ajang promosi

    guna menarik simpati publik terhadap $itra perusahaan yang melakukan 5S.

    #arusnya pelaksanaan 5S ditujukan terhadap pemulihan lingkungan akibat

    pen$emaran terutama harus di!okuskan pada lingkungan di sekitar akti!itas

    produksi yang terkena dampak baik langsung maupun tidak langsung.

    Performan!e onds

    Performan!e onds atau Dana aminan%inerja diatur dalam Pasal *ndang

    *ndang :omor ? 2ahun @@@ tentang %ehutanan. Dalam pasal tersebut

    ditetapkan bah"a setiap pemegang ijin usaha peman!aatan hutan dikenakan

    dana jaminan kinerja. Dana ini digunakan sebagai jaminan atas pelaksanaan ijin

    usahanya yang dapat di$airkan kembali oleh pemegang ijin apabila kegiatan

    usahanya dinilai memenuhi ketentuan usaha peman!aatan hutan se$ara lestari.

    Pendekatan dana jaminan kinerja ini ditengarai dapat meredam kerusakan

    lingkungan terutama yang diakibatkan oleh kegiatan peman!aatan danpengusahaan hutan.:amun demikian sektor kehutanan sepertinya belum

    menerapkan ketentuan$erforman!e ondstersebut demikian halnya dengan

    sektor pertambangan.

    Pembi$araan mengenai dana yang dijaminkan perusahaan yang bergerak pada

    sektor kehutanan, sampai saat ini belum jelas pengaturan tentang besaran

    nominal atau besaran prosentase yang di jaminkan. Penentuan besarnya dana

    jaminan ini memiliki posisi yang sangat penting bagi upaya penanggulangan

    pen$emaran lingkungan karena ketika terjadi pen$emaran, dana yang dijaminkan

    harus bisa men$ukupi semua biaya pemulihan lingkungan sehingga harus adakriteriakriteria yang jelas tentang penentuan besarnya dana jaminan tersebut.

    Apabila kelemahan pengaturan dari segi dana ini diperbaiki maka$erforman!e

    ondsini dapat digunakan sebagai instrumen e!ekti! untuk men$egah degradasi

    lingkungan. Bahkan tidak hanya pada sektor kehutanan dan pertambangan saja,

    namun dapat diadopsi pengaturannya pada perusahaan yang bergerak di sektor

    lain yang berpotensi me nimbulkan dampak terhadap lingkungan.

    A'DAL

    15

  • 7/25/2019 Hukum Tata Lingkungan

    17/22

    A'DAL merupakan singkatan dari Analisis 'engenai Dampak Lingkungan

    yang diatur dalam Peraturan Pemerintah :o.F 2ahun @@@. A'DAL itu sendiri

    dide!inisikan sebagai kajian mengenai dampak besar dan penting untuk

    pengambilankeputusan suatu usaha danCatau kegiatan yang diren$akan pada

    lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang

    penyelenggaraan usaha danCatau kegiatan. Dalam hal ini A'DAL merupakan

    salah satu syarat perijinan dimana para pengambil keputusan "ajib

    mempertimbangkan hasil studi A'DAL sebelum memberikan ijin usaha atau

    kegiatan. Pihakpihak yang terlibat dalam proses A'DAL adalah komisi penilai

    A'DAL, pemrakarsa dan masyarakat yang berkepentingan.

    %omisi penilai A'DAL ditingkat pusat perkedudukan di %ementerian

    Lingkungan #idup. Ditingkat proinsi berkedudukan di bapedalda proinsi, dan

    di tingkat kabupa tenCkota berkedudukan di Bapedalda kabupatenCkota.Pemrakarsa adalah orangCbadan hukum yang bertanggung ja"ab atas suatu

    ren$ana usaha danCatau kegiatan yang akan dilaksanakan, sedangkan masyarakat

    yang berkepentingan adalah masyarakat yang terpengaruh atas segala bentuk

    keputusan dalam proses A'DAL.

    Apabila di$ermati sebenarnya terdapat kemungkinan adanya unsur subyekti!itas

    dalam penentuan kriteriakriteria dampak besar dan penting suatu usahaCkegiatan

    tersebut karena yang ber"enang menetapkan adalah %epala /nstansi. #al ini

    tentunya berpotensi mengabaikan tujuan utama dari A'DAL sebagai sarana

    antisipasi terhadap pen$emaran lingkungan. A'DAL ini hanya sebagai saranaanalisis terhadap potensi pen$emaran tetapi tidak memberikan solusi pendanaan

    pemulihan kualitas lingkungan ketika terjadi pen$emaran.

    Selain itu, A'DAL merupakan langkah pertama dan hanya dilakukan satu kali

    pada saat akan dimulainya kegiatanCdidirikannya suatu usaha tanpa ada kontrol

    periodik. :amun, ada kemungkinan usaha yang telah berjalan berkembang

    sehingga tidak sesuai lagi dengan A'DAL yang telah dibuat, jika hal ini terjadi

    maka sarana audit lingkungan bisa digunakan untuk menilai apakah perkem

    bangan dari akti!itas usaha masih sesuai atau tidak dengan A'DAL. ika

    terbukti oleh tim audit lingkungan bah"a perkembangan usaha ini menyalahi

    A'DAL maka bisa dikenai sanksi baik pen$abutan ijin, sanksi administrasi dan

    sanksi pidana. Sampai saat ini belum ada pengaturan yang jelas upaya apa saja

    yang dilakukan oleh pemerintah ketika jumlah sanksi berupa denda tidak

    men$ukupi untuk pemulihan kualitas lingkungan.

    *%L*PL

    16

  • 7/25/2019 Hukum Tata Lingkungan

    18/22

    *paya Pengelolaan Lingkungan #idup (*%L) dan *paya Pemantauan

    Lingkungan #idup (*PL) adalah upaya yang dilakukan dalam pengelolaan dan

    pemantauan lingkungan hidup oleh penanggung ja"ab danCatau kegiatan yang

    tidak "ajib melakukan A'DAL.%e"ajiban *%LC*PL diberlakukan bagi

    kegiatan yang tidak di"ajibkan menyusun A'DAL dan dampak kegiatan mudah

    dikelola dengan teknologi yang tersedia. Dalam hal ini *%LC*PL merupakan

    dasar untuk menerbitkan ijin melakukan usaha danCatau kegiatan. Proses dan

    prosedur *%LC*PL tidak seperti A'DALl yang menggunakan beberapa

    dokumen dalam *%LC*PL hanya menggunakan !ormulir yang berisi identitas

    pemrakarsa, ren$ana usaha danCatau kegiatan, dampak lingkungan yang akan

    terjadi, program pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup serta tanda

    tangan dan $ap.

    Seperti halnya A'DAL, *%L dan *PL ini belum memberikan solusi tentangmekanisme pendanaan jika terjadi pen$emaran lingkungan dan ini bisa

    menimbulkan ketidakpastian bagi upaya pemulihan lingkungan. %etidakjelasan

    pendanaan ini bisa dipastikan menghambat upaya perlindungan terhadap

    lingkungan. Dana yang dipungut dari *%L dan *PL terkait dengan proses

    pengurusan ijin yang masuk dalam kategori pungutan retribusi sehingga dana ini

    tidak dapat gunakan untuk menanggulangi pen$emaran lingkungan. Dari sisi

    teknologi yang bisa digunakan untuk menanggulangi dampak negati!, yang perlu

    mendapat perhatian disini adalah kesiapan daerah masingmasing untuk

    menyediakan teknologi penanggulangan pen$emaran yang memadai.

    Dari paparan dan analisis diatas dapat diketahui bah"a masih terdapat

    kelemahankelemahan yang melekat pada keempat kebijakanCprogram yang saat

    ini digunakan di /ndonesia sebagai pengendali perusakan dan pen$emaran

    lingkungan terutama yang disebabkan oleh proses produksi yang dilakukan oleh

    perusahaanCindustri. %elemahan yang menonjol sebenarnya terdapat dalam

    aspek pendanaan untuk pemulihan kualitas lingkungan yang rusak dan

    ter$emari. Apabila dibandingkan dengan konsep pajak lingkungan, konsep

    tersebut sebenarnya merupakan instrumen yang e!ekti! untuk meminimalisasi

    pen$emaran. Bahkan tidak hanya mengurangi pen$emaran, tetapi juga dapatmenekan biaya penanggulangannya. #al ini disebabkan dalam konsep tersebut

    melekat (tiga) !ungsi utama pungutan pen$emaran, yaitu optimasi, e!isiensi

    dan redistribusi.

    Hungsi optimasi menekankan bah"a pen$emar akan membatasi emisi pada

    tingkat yang optimal, apabila pungutan pen$emaran ditetapkan pada titik dimana

    keuntungan marginal penanggulangan pen$emaran adalah sama dengan ongkos

    marginalnya, sedangkan !ungsi e!isiensi menyatakan bah"a dalam pungutan

    harus terdapat pemberian insenti! yang memadai dimana nantinya akan berimbas

    pada pengurangan emisi oleh pen$emar. Hungsi terakhir yang harus ada pada

    17

  • 7/25/2019 Hukum Tata Lingkungan

    19/22

    pungutan pen$emaran adalah !ungsi redistribusi dimana nantinya dana yang

    terkumpul melalui pungutan dapat diinestasikan kembali dalam

    penanggulangan pen$emaran.

    Apabila di$ermati ketiga !ungsi tersebut mensyaratkan penghitungan yang tepatpada pungutan pen$emaran sehingga pungutan tersebut nantinya akan

    mendorong tanggung ja"ab dari para pen$emar untuk mengurangi emisi dan

    pada akhirnya biaya penanggulangannya akan lebih murah daripada membayar

    tuntutan ganti kerugian akibat pen$emaran. Oleh karenanya, pajak lingkungan

    yang diusulkan oleh Pemerintah /ndonesia perlu diperhitungkan se$ara tepat

    dengan ukuranukuran yang jelas agar men$apai tujuan yang diharapkan.

    Dengan demikian, konsep pajak lingkungan tersebut dapat mendorong

    akuntabilitas dari pihak industri terhadap dampak lingkungan yang

    ditimbulkannya.

    :amun demikian yang perlu diingat bah"a pajak lingkungan bukan merupakan

    pengatur lingkungan hidup yang utama. Pajak lingkungan dalam pelaksanaannya

    selalu dikombinasikan dengan pengendalian langsung (dire!t !ontrol), yaitu

    peraturanperaturan tentang pen$emaran. Dalam usulan penerapan konsep pajak

    lingkungan tersebut terdapat janji pemerintah untuk menghapus pungutan

    pungutan yang sejenis yang terkait dengan kegiatan usaha, lalu lintas barang dan

    jasa. Ditengarai terdapat sekitar < jenis pungutan retribusi yang ren$ananya

    akan dihapuskan termasuk pemeriksaan A'DAL dan retribusi ijin industri. #al

    ini tentunya memberikan angin segar bagi dunia industri dan inestasi karenaapabila janji tersebut benar maka perusahaan yang ada di daerah nantinya hanya

    akan terkena satu jenis pungutan saja yaitu pajak lingkungan. #anya saja yang

    menjadi pertanyaan bagaimana nantinya dengan bentuk kebijakan lain seperti

    5S maupun$erforman!e onds yang sudah diatur tersendiri dan menjadi

    ke"ajiban bagi perusahaan tertentu untuk melaksanakannya. Dalam hal ini,

    perlu adanya penyisiran terhadap kebijakankebijakan yang mengatur penyisihan

    dana perusahaan untuk pengelolaan lingkungan sehingga nantinya doule

    !hargesdapat dihindari.

    %onsep pajak lingkungan perlu di!ormulasikan dan dirumuskan kembali se$ara

    tepat sehingga tidak terkesan hanya untuk memobilisasi penerimaan pajak dalam

    rangka meningkatkan pendapatan daerah. Dalam hal pengendalian terhadap

    perusakan dan pen$emaran lingkungan yang terjadi saat ini, pemerintah masih

    dapat mengandalkan keempat kebijakan yang telah dibahas diatas dengan

    penga"asan yang diperketat. Dengan demikian, penyimpanganpenyimpangan

    yang terjadi dapat diminimalisir. 4ang lebih penting lagi, pemerintah harus lebih

    memperkuat penempatan aspek ekologi dalam setiap kebijakan yang

    dikeluarkannya.

    18

  • 7/25/2019 Hukum Tata Lingkungan

    20/22

    BAB III

    PENUTUP

    Berdasarkan permasalahan dan pembahasan dalam yang dipaparkan

    dalam makalah ini, maka dapat disimpulkan beberapa hal. Pertama, konsep

    pajak lingkungan harus memuat se$ara jelas mengenai tujuan, subyek, obyek

    dan tari! pajak. Dalam hal ini perlu ada kuali!ikasi atau kriteria yang jelas

    terhadap subyek pajaknya dan tidak sematamata menjusti!ikasi hanya terbatas

    pada perusahaan tertentu dengan omset tertentu juga. Dari sisi tari!, ukuran

    prosentase harus diperjelas kembali agar tidak membebani dunia industri,

    sedangkan dari sisi udget earmarking harus diatur se$ara jelas penggunaan

    19

  • 7/25/2019 Hukum Tata Lingkungan

    21/22

    hasil uang pajak lingkungan tersebut nantinya agar tidak terjadi o#erla$$ing

    dengan penggunaan hasil pajakdan retribusi yang hampir serupa.

    Kedua, pada dasarnya, konsep pajak lingkungan tersebut mena"arkan suatu

    solusi e!ekti! yang dapat digunakan sebagai instrumen perlindungan dan

    pengelolaan lingkungan. :amun, untuk saat ini masih sepertinya instrumen

    perlindungan dan pengelolaan yang dapat diandalkan antara lain 5S,

    Performan!e onds, A'DAL dan *%L*PL meskipun sebenarnya ada

    kelemahankelemahan yang melekat pada keempat kebijakan tersebut.

    20

  • 7/25/2019 Hukum Tata Lingkungan

    22/22