jump 7 skenario 2 fixed

Upload: muhammad-taufiq-hidayat

Post on 06-Feb-2018

239 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/21/2019 JUMP 7 Skenario 2 Fixed

    1/22

    G. Langkah VII: Melaporkan, membahas, dan menata kembali informasi baru

    yang diperoleh

    1. Mekanisme terbentuknya hump

    Hump ada tiga jenis yaitu buffalo hump, dowagers hump, dan hamptons

    hump. Buffalo hump dapat timbul karena efek dari penggunaan obat steroid

    jangka panjang, obesitas, cushings syndrome ataupun osteoporosis. Pada

    buffalo hump ini terjadi lipodistrofi yaitu perubahan dalam bagaimana tubuh

    memproduksi, menggunakan, dan menyimpan lemak. Lipodistrofi ini

    menyebabkan akumulasi lemak pada bagian tubuh tertentu seperti leher,

    perut, bahu bagian atas. Dowagers hump disebabkan oleh osteoporosis.

    Ketika osteoporosis terjadi, tulang belakang dapat mengalami fraktur yang

    terjadi secara spontan karena osteoklast meresorbsi jaringan tulang

    berlebihan tanpa diimbangi pembentukan matriks organik baru oleh

    osteoblast. Dowagers hump timbul dengan adanya pengeroposan pada

    bagian depan tulang belakang. Karena bagian belakang masih tetap utuh

    maka tulang belakang akan mendesak ke depan sehingga menjadi tidak

    sejajar. Hal ini menyebabkan tekanan pada tulang belakang lainnya, dan

    menyebabkan pengeroposan juga. Akibatnya semakin banyak tulang yang

    keropos maka punggung menjadi lebih membungkuk. Sementara hamptons

    hump terjadi karena emboli dan infark pada paru-paru. Normalnya paru-

    paru dilalui oleh dua sistem vaskular yang saling beranastomose yaitu

    sistem vaskular paru yang membawa darah dari ventrikel kanan melalui

    arteri pulmonalis ke sistem alveolar dan melalui sistem pembuluh darah

    paru ke atrium kiri dan sirkulasi sistemik serta sistem vaskular bronkial

    yang menyuplai oksigen ke parenkim paru melalui arteri bronkial. Infark

    paru terjadi ketika terdapat kelainan ukuran pembuluh darah dengan

    diameter kurang dari 3 mm. Diameter yang kecil ini membuat aliran darah

    tersumbat dan terjadi emboli paru. Setelah terjadi emboli paru maka arteri

    bronkial tetap memasok parenkim paru dengan oksigen, namun pada bagian

    yang mengalami emboli aliran oksigennya akan terhambat dan lama

  • 7/21/2019 JUMP 7 Skenario 2 Fixed

    2/22

    kelamaan sel akan mengalami nekrosis, sehingga terjadi pembentukan

    jaringan fibrosa yang akhirnya terkumpul membentuk massa bulat yang

    disebut hump.

    2. Mekanisme terjadinya krepitasi

    Krepitasi dapat terjadi karena dua hal. Pertama, disebabkan oleh adanya

    penyempitan ruang sendi sehingga tulang-tulang yang bersendi menjadi

    bertemu dan bergesekan ketika digerakkan dan menimbulkan bunyi

    gemertak. Kedua, disebabkan oleh adanya pertumbuhan tulang baru

    (osteofit) antar tulang yang bersendi sehingga kedua tulang tersebut

    dapat bersentuhan saat sendi digerakkan dan juga menimbulkan bunyi

    gemertak.

    3.

    Kegunaan pemeriksaan BMD (Bone Densitometry) dan interpretasi hasilnya

    a) Pemeriksaan BMD (bone mineral densitometry)

    Bone mineral densitometry adalah suatu pemeriksaan dengan

    menentukan densitas mineral tulang, biasanya dengan dual energy x-ray

    absorbtiometry (DEXA), digunakan untuk diagnosis dan tatalaksana

    berbagai kondisi seperti osteogenesis imperfekta dan osteoporosis.

    b) Nilai T

    Nilai T (T-score) merupakan unit angka (standar deviasi) di mana

    kepadatan massa tulang di atas atau di bawah kepadatan mineral tulang

    orang dewasa muda yang sehat, tanpa memadang ras atau jenis

    kelamin. Jika Anda mengalami keropos tulang, nilai T Anda negatif

    karena Anda memiliki kepadatan mineral tulang yang kurang dari

    standar. Intepretasi nilai T adalah sebagai berikut:

    Tabel 1. Interpretasi nilai T

    Nilai T Arti

    Diatas -1 Kepadatan masa tulang normal

  • 7/21/2019 JUMP 7 Skenario 2 Fixed

    3/22

    Diantara -

    1 dan -2.5

    Nilai menunjukkan tanda osteopenia,

    kondisi di mana kepadatan massa tulang

    di bawah normal dan dapat berakibat

    pada osteoporosis.

    Dibawah

    -2.5

    Kepadatan masa tulang mengindikasikan

    osteoporosis

    Setiap penurunan satu poin nilai T menunjukkan kehilangan tulang

    antara 10 sampai 15 persen yang berarti meningkatkan risiko patahtulang pinggul 3 kali dan patah tulang belakang 2,5 kali. Dokter

    mungkin akan menyarankan rontgen sinar-X tradisional untuk

    memeriksa lebih lanjut bila ada tulang yang patah atau rusak. Sinar-X

    saja tidak dapat mendiagnosa osteoporosis sampai terjadi patah tulang

    yang serius (lebih dari 30 persen).

    c)

    Nilai Z (Z-Score)

    Nilai Z adalah angka perbandingan kepadatan tulang Anda dengankepadatan tulang pada kelompok referensi yang memiliki usia dan jenis

    kelamin sama dengan Anda. Ras dan berat badan kadang-kadang juga

    ikut disertakan. Nilai Z dihitung menurut persentil, yaitu persen orang

    dalam populasi yang memiliki kepadatan tulang lebih rendah. Berikut

    adalah daftar lengkap nilai Z dan persentilnya. Bila Anda memiliki nilai

    Z nol maka Anda berada pada persentil 50%. Bila nilai Z Anda adalah -

    0.84 maka 20% orang lain memiliki kepadatan tulang yang lebih rendah

    dari Anda. Semakin besar nilai negatif Z, semakin keropos tulang Anda.

    d) Jenis BMD

    a. DEXA

    Tulang belakang dan pinggul dikelilingi oleh sejumlah jaringan lunak,

    termasuk lemak, otot, pembuluh darah, dan organ-organ perut.

    Densitometer DEXA memungkinkan kita untuk mengukur massa tulang

  • 7/21/2019 JUMP 7 Skenario 2 Fixed

    4/22

    yang tersembunyi itu dengan memanfaatkan perbedaan atenuasi sinar-X

    energi rendah dan energi tinggi oleh mineral tulang dan jaringan lunak.

    DEXA Scan atau pemindaian DEXA adalah standar emas untuk

    diagnosis osteoporosis karena memberikan keakuratan yang sangat

    tinggi, mencapai 98-99%. Pengujian ini dilakukan dengan mesin DEXA

    pada tulang yang berisiko patah karena osteoporosis. Bagian ini

    meliputi tulang belakang lumbal yang merupakan bagian punggung

    bawah, bagian tulang paha yang bergabung dengan pinggul, tulang

    pergelangan tangan dan lengan bawah.

    b.

    Densitometer dengan ultrasound (USG)

    Adalah metode baru untuk mendiagnosis osteoporosis. Pemindaian

    dilakukan dengan perangkat yang memancarkan gelombang suara di

    tumit pasien dan memakan waktu sekitar satu menit. Perangkat yang

    digunakan lebih kecil dan lebih murah daripada sistem DEXA

    tradisional. Hasil pemindaian kemudian digunakan untuk menghitung

    kepadatan mineral tulang, yang dibandingkan dengan kepadatan standar

    pada orang dewasa muda untuk mendapatkan nilai T. Nilai T di bawah -

    2,5 mengindikasikan Anda terkena osteoporosis.

    Karena mengukur kepadatan tulang di tumit, densitometer USG tidak

    seakurat DEXA yang mengukur tulang belakang atau pinggul. Namun,

    dengan nilai prediksi negatif mencapai 95% alat ini efektif untuk

    skrining. Bila Anda mendapatkan hasil negatif, maka Anda boleh

    merasa yakin tidak mengalami osteoporosis. Bila hasilnya positif,

    pemeriksaan lebih lanjut dengan DEXA scan diperlukan karena nilai

    prediktif positifnya hanya 27%. Perangkat ini dapat menghemat biaya

    dengan mencegah pemeriksaan DEXA scan yang tidak perlu untuk

    Anda yang sebenarnya tidak berisiko osteoporosis. (Biaya DEXA scan

    bisa mencapai ratusan ribu hingga di atas satu juta rupiah).

    4. Mengetahui kaitan keluhan nenek dengan usia

  • 7/21/2019 JUMP 7 Skenario 2 Fixed

    5/22

    Dari skenario, didapatkan bahwa nenek telah berusia 67 tahun.

    Banyak penyakit sendi yang didapatkan oleh orang orang ketika

    menginjak usia tua. Terutama pada sendi sendi yang menahan beban

    berat tubuh, seperti articulatio genu. Hal ini disebabkan karena

    persendian yang menopang tubuh akan lebih rentan untuk mengalami

    kerusakan kartilago hyalin, ditambah usia yang semakin tua akan terjadi

    akumulasi beban berat pada persendian tersebut selama sekian tahun

    lamanya.

    Pada usia yang semakin tua, sel sel tubuh juga akan mengalami

    penurunan kemampuan regenerasi sehingga akan semakin

    memperburuk tingkat kerusakan jaringan, pada kasus ini adalah

    jaringan kartilago hyalin. Perbaikan kerusakan kartilago hyalin tidak

    adekuat dengan kerusakan yang dialaminya, sehingga akan

    mengakibatkan kerusakan pada kartilago hyalin tesebut tidak mampu

    teratasi dan menimbulkan berbagai manifestasi klinis seperti pada kasus

    skenario dua.

    Beberapa penyakit sendi juga terjadi pada usia tua, sebagai contoh

    penyakit OA (Osteoarthritis) banyak terjadi pada usia di atas 60 tahun

    seperti pada kasus, dan jarang mengenai orang di bawah 40 tahun.

    Selain itu, pada beberapa penyakit sendi, faktor resiko meningkat

    seiring dengan bertambahnya usia.

    5. Diagnosis banding dari kasus yang diderita oleh pasien

    a.

    Arthritis Reumatoid

    Keterangan Umum :

    Reumatoid Arthritis (RA) merupakan penyakit inflamasi jaringan ikat

    sendi yang bersifat progresif biasanya diawali dengan arthritis pada PIPs,

    MCPs, dan MTPs secara simetris disertai gejala sistemik dan cenderung

    menjadi kronis. Penyakit ini terdapat di seluruh dunia sekitar 1%

    populasi orang dewasa di Negara Asia termasuk Indonesia, RA tidak

    sebanyak di Negara berpenduduk kulit putih. Perjalanan penyakitnya bisa

  • 7/21/2019 JUMP 7 Skenario 2 Fixed

    6/22

    intermittent atau progresif sehingga menimbulkan kecacatan. Penyakit ini

    berkaitan dengan HLA-DR 1 dan HLA-DR 4.

    Gambar 2. Rheumatoid arthritis

    RA juga dapat diartikan suatu penyakit kronis yang dapat

    menimbulkan rasa sakit, kekakuan, bengkak, dan keterbatasan

    gerak maupun fungsi pada banyak sendi. RA dapat mempengaruhi

    setiap sendi, sendi-sendi kecil di tangan dan kaki cenderung terlibat

    paling sering. Peradangan kadang-kadang dapat mempengaruhi

    organ-organ juga, misalnya, mata atau paru-paru.

    Kekauan pada RA paling sering terlihat pada pagi hari, dan

    dapat berlangsung selama satu hingga dua jam. Kaku sendi yang

    cukup lama pada pagi hari adalah salah satu tanda bahwa seseorang

    itu terkena penyakit RA. Sebagai contoh, pada OA, kekauan sendi

    juga terjadi, hanya saja berlangsung kurang dari 30 menit.

    Gejala lain yang juga mugkin timbul pada RA:

  • 7/21/2019 JUMP 7 Skenario 2 Fixed

    7/22

    a)

    Kehilangan tenaga

    b) Demam ringan

    c) Hilang nafsu makan

    d)

    Mata dan mulut kering, sepeti pada sindrom Sjogren

    e) Timbul nodul rheumatoid pada area bawah kulit

    pada sendi siku dan lutut

    Penyebab RA adalah penyakit autoimun. Ini berarti sejumlah

    sel sel imun pada tubuh tidak bekerja sebagaimana messtinya, dan

    mulai menyerang jaringan sehat tubuh, seperti pada persendian.

    Sampai saat ini, penyebab pasti RA masih belum diketahui, akan

    tetapi, penelitian terbaru memberi kita gambaran baru bagaimana

    sistem imun menyerang tubuh dan menimbulkan reaksi inflamasi.

    Pada RA, jaringan yang diserang adalah synovium ang merupakan

    pembatas dari persendian. Sel sel imun akan menghasilkan sitokin

    proinflamasi yang akan mendestruksi daripada kartilago dan

    tulang. Banyak hal lain yang juga dipercaya berpengaruh, sebagaicontoh gen yang bertugas untuk mengatur sistem imun mengalami

    mutasi.

    RA dapat sulit didiagnosis pada awalnya, karena hanya

    berupa gejala gejala halus pada awal, seperti pegal sendi dan

    kekakuan sementara pada pagi hari. Selain itu banyak pula

    penyakit yang memiliki gejala mirip dengan RA.

    Diagnosis RA tergantung pada gejala dan hasil pemeriksaan

    fisik, seperti kehangatan, pembengkakan dan nyeri pada sendi.

    Beberapa tes darah juga dapat membantu mengkonfirmasi RA.

    Tanda-tanda antara lain:

    a) Anemia (jumlah sel darah merah yang rendah)

    pasien dengan RA dalam waktu, tetapi dalam

    sedikitnya 30% pada awal arthritis).

  • 7/21/2019 JUMP 7 Skenario 2 Fixed

    8/22

    b)

    Antibodi terhadap peptida citrullinated siklik

    (potongan protein), atau anti-CCP untuk pendek

    (ditemukan pada 60-70% pasien dengan RA).

    c)

    Tingkat sedimentasi eritrosit (tes darah itu, pada

    sebagian besar pasien dengan RA, menegaskan

    jumlah peradangan pada sendi)

    d) Sinar-X dapat membantu dalam mendeteksi RA,

    tetapi tidak menunjukkan apa-apa abnormal pada

    arthritis awal. Meskipun demikian, sinar X-ini

    pertama mungkin berguna nantinya untuk

    menunjukkan jika penyakit ini berkembang.

    Seringkali, MRI dan USG scanning dilakukan untuk

    membantu menilai keparahan RA.

    Tidak ada tes tunggal yang menegaskan diagnosis RA

    untuk sebagian besar pasien dengan penyakit ini. (Ini

    adalah di atas semua benar untuk pasien yang

    memiliki gejala kurang dari enam bulan.) Sebaliknya,

    dokter membuat diagnosa dengan melihat gejala-

    gejala dan hasil dari pemeriksaan fisik, tes

    laboratorium dan sinar-X.

    Kriteria Diagnosis

    Kriteria diagnosis American College of Rheumatology (1987) untuk

    arthritis Reumatoid :

    1. Kaku sendi di pagi hari selama 1 jam

    2. Artritis pada 3 sendi, disertai pembengkakan jaringan lunak atau

    efusi synovial

    3. Artritis PIP, MCP atau pergelangan tangan

    4. Artritis bilateral simetris

  • 7/21/2019 JUMP 7 Skenario 2 Fixed

    9/22

    5.

    Nodul Reumatoid : nodul suvbkutan, pada daerah extensor atau

    jukstaartikular

    6. Faktor rheumatoid positif

    7.

    Secara radiografis, tampak gambaran erosi, dan atau osteopenia pada

    sendi tangan dan atau pergelangan.

    Diagnosis ini ditegakkan jika memenuhi sedikitnya 4 dari 7 kriteria di

    atas. Kriteria1-4 berlangsung minimal 6 minggu. Kriteria 2-5 harus

    diobservasi langsung oleh dokter yang memeriksa.

    Gambaran Klinis

    1. Dapat muncul pertama kali pada usia 20-60 tahun, kejadian tertinggi

    ditemukan pada kelompok usia 40-50 tahun

    2. Tanda dan gejala bervariasi. Bisa muncul sewaktu-waktu atau

    menetap, dapat mengalami eksaserbasi dan remisi.

    3.

    Demam ringan, lelah, berat badan berkurang, nyeri otot, serta

    pembesaran kelenjar getah bening

    4. Bersifat sistemik, selain mengenai sendi, juga mengenai mata, kulit,

    susunan syaraf, paru, hati, ginjal, jantung, limpa, usus, dan otot.

    5.Nyeri dan bengkak pada sendi perifer simetris, khususnya pada jari-

    jari tangan

    6. Dapat mengakibatkan kelainan bentuk seperti deviasi ulnar,

    boutonniere, swan neck, lanois, dan mutilasi sendi

    7. Rheumatoid Factors positif ( pada 70% kasus)

    8.

    Kelainan hematologi dapat berupa anemia, trombositopenia,

    leukopenia, atau neutropenia, dan lanju endap darah meningkat.

    Gambaran Patologis

    1. Tahap awal : ditemukan peradangan sinovium, jaringan ikat sendi,

    bursa, sarung tendon, infiltrasisel, hyperemia, edema, dan

    meningkatnya cairan synovium.

  • 7/21/2019 JUMP 7 Skenario 2 Fixed

    10/22

    2.

    Hipertrofi sinovium membentuk jaringan granula (pannus) menyebar

    menutupi permukaan kartilago.

    3. Erosi marginal dan kartilago sendi.

    4.

    Pada tahap lanjut terjadi fibrosis dan ankilosis jaringan ikat sendi dan

    tulang

    5.Nodul rheumatoid. Terdiri dari 3 zona penting yaitu degenerasi

    fibrinoid dari fibrobals (pusat), radial palisading dari fibroblast

    (tengah), dan jaringan serat dengan infiltrasi kecil pada sel (luar).

    Gambaran Radiologis

    Perubahan radiologis baru terlihat lama setelah terjadi gejala klinis.

    Artritis rheumatoid cenderung memiliki distribusi yang simetris, paling

    sering mengenai tangan dan kaki. Setiap sendi synovial dapat terlibat

    tanda tanda yang paling signifikan dan sering dijumpai pada artritis

    rheumatoid adalah penyempitan yang seragam pada ruang sendi, erosi

    marginal, dan osteoporosis periartikular.

    Gambaran berikut dapat ditemukan :

    a. Pembengkakan sendi : akibat proliferasi membran synovial dan

    efusisen.

    b. Erosi : pada awalnya berlokasi pada daerah periartikular di

    sepanjang tepi sendi, di mana tidak terdapat lapisan pelindung,

    erosi bias anya menyebar melewati periartikular.

    c. Osteoporosis : pada awalnya berada di periartikular, namun

    kemudian menjadi umum akibat tidak digunakan dan menjadi

    hyperemia.

    Laboratorium

    Hasil laboratorium pada pemeriksaan cairan synovial adalah:

    1.

    Kuning sampai putih, semakin keruh menunjukkan peningkatan

    jumalh sel darah putih, fibrin clot menggambarkan kronisitas.

  • 7/21/2019 JUMP 7 Skenario 2 Fixed

    11/22

    2.

    Mucin clot. Bekuan yang berat dan menurunnya viskositas

    menggambarkan penurunan kadar asam hyaluronat.

    3.Leukosit 5.000-50.000/mm3(adanya proses inflamasi, didominasi

    sel neutrophil 65%).

    4. Glukosa normal/rendah.

    5. Rheumatoid factor positif, kadar lebih tinggi dari serum,

    berbanding terbalik dengan kadar komplemen cairan synovium.

    6. Penurunan kadar komplemen, menggambarkan pemakaiannya

    pada reaksi imunologis.

    7.

    Peningkatan IgG dan kompleksimun.

    8.Phagocytes- neutrophils yang difagosit oleh kompleksimun.

    Hasil laboratorium pada pemeriksaan cairan darah tepi.

    1. Leukosit : normal atau meningkat (< 12.000/mm3 ) leukosit

    menurun jika terdapat splenomegali, dikenal dengan Feltys

    syndrome.

    2. Anemia normositer atau mikrositer, tipe penyakit kronis.

    Hasil laboratorium pada pemeriksaan cairan pemeriksaan Sero-

    Imunologis.

    1. *Rheumatoid factor + IgM 75% penderita ; 95% + pada

    penderita dengan nodul subkutan.

    2. *Anti CCP antibodies positif (10%-50% penderita) dengan titer

    yang lebih rendah dibanding dengan LES.

    3. Anti-DNA antibodies negative

    4. Peningkatan CRP, fibrinogen, dan laju endap darah,

    menggambarkan aktivitas penyakit.

    5. Meningkatnya kadar alpha 1 dan 2 globulins sebagai fasea

    kutreactans.

    6. Meningkatnya kadar -globulin menggambarkan kenaikan

    katabolisme protein pada penyakit kronis.

    7.

    Kadar komplemen serum normal, penurunan kadar komplemen

    terjadi jika ekstra articular berat seperti vaskulitis.

  • 7/21/2019 JUMP 7 Skenario 2 Fixed

    12/22

    8.

    Adanya circulating immune complexes, sering ditemukan pada

    penyakit dengan manifestasi sistemik.

    (nb : * = Bila positif, sangat menunjang diagnosis)

    b. Gout Arthritis

    Secara klinis, gout ditandai dengan timbulnya arthritis, tofi, dan

    batu ginjal. Ketiga hal itu disebabkan karena terbentuk dan

    mengendapnya kristal mononatrium urat. Pengendapan tersebut

    dipengaruhi oleh suhu dan tekanan.

    Tofi merupakan penimbunan asam urat yang dikelilingi reaksi

    radang pada sinovia, tulang rawan, bursa, dan jaringan lunak Tofi

    merupakan manifestasi lanjut dari gout yang timbul 5-10 tahun setelah

    serangan arthritis pertama dan seringkali terbentuk pada daerah telinga,

    siku, lutut, dorsum pedis, dekat tendo Achilles pada metatasofalangeal

    digiti I, dan sebagainya.

    Serangan seringkali terjadi pada malam hari. Daerah khas yang

    paling sering mendapat serangan adalah pangkal ibu jari kaki sebelah

    dalam. Bagian ini akan tampak membengkak, kemerahan, dan nyeri

    sekali bila disentuh. Rasa nyeri berlangsung beberapa hari sampai satu

    minggu, namun kemudian menghilang. Tofi sebenarnya tidak sakit,

    tetapi dapat merusak tulang. Selain itu, tofi sering pecah dan agak sulit

    disembuhkan dengan obat sehingga dapat menyebabkan infeksi

    sekunder. Berikut adalah gambaran Kristal mononatrium urat yang dapat

    menyebabkan manifestasi nyeri, merah, dan bengkak pada sendi di jari

    kaki.

  • 7/21/2019 JUMP 7 Skenario 2 Fixed

    13/22

    Gambar 3. Mekanisme terbentuknya gout

    Gambaran radiologis Gout Arthritis

    Perubahan radiologis hanya terjadi setelah bertahun tahun timbulnya

    gejala. Terdapat predilesi pada sendi metatarsophalangea (MTP) pertama,

    walaupun pergelangan kaki, lutut, siku, dan sendi lainnya juga dapat

    terlibat.film polos dapat memperlihatkan :

    i. Efusi dan pembengkakansendi

    ii. erosi : hal ini cenderung menimbulkan penampakan punched

    out, yang berada terpisah dari permukaan articular. Densitas

    tulang tidak mengalami perubahan.

    iii.

    Tofi : mengandung natrium urat dan terdeposit pada tulang,

    jaringan lunak, dan sekitar sendi. Kalsifikasi pada tofi juga dapat

    ditemukan, dan tofi intraoseus dapat membesar hingga

    menyebabkan destruksi sendi.

    c. Osteoporosis

    Osteoporosis atau keropos tulang adalah suatu penyakit tulang yang

    ditandai dengan adanya penurunan masa tulang dan perubahan struktur

  • 7/21/2019 JUMP 7 Skenario 2 Fixed

    14/22

    pada jaringan mikroarsitektur tulang, yang menyebabkan kerentanan

    tulang meningkat disertai kecenderungan terjadinya fraktur, terutama

    pada proksimal femur, tulang belakang dan pada tulang radius. Baik pada

    laki-laki maupun wanita mempunyai kecenderungan yang sama terhadap

    ancaman fraktur tulang tersebut, walaupun demikian penyakit ini dapat

    dicegah maupun diobati. Terdapat beberapa faktor utama sebagai faktor

    resiko yang berhubungan erat dan mempunyai kontribusi utama terhadap

    proses perkembangan osteoporosis. Faktor resiko tersebut sering

    ditemukan, tetapi pada beberapa individu dengan osteoporosis sulit

    ditentukan dengan jelas faktor resiko osteoporosis tersebut. Hampir

    separuh masa kehidupan terjadi mekanisme kerusakan tulang ( resorpsi )

    dan pembentukan tulang ( formasi). Selama masa anak-anak dan dewasa

    muda, pembentukan tulang jauh lebih cepat dibandingkan dengan

    kerusakan tulang. Titik puncak massa tulang (Peak bone mass ) tercapai

    pada sekitar usia 30 tahun, dan setelah itu mekanisme resopsi tulang

    menjadi jauh lebih cepat dibandingkan dengan pembentukan tulang.

    Penurunan massa tulang yang cepat akan menyebabkan kerusakan pada

    mikroarsitektur tulang khususnya pada tulang trabekular. Osteoporosis

    dibagi dalam 2 bentuk, yaitu primer dan sekunder. Dikatakan

    osteoporosis primer apabila penyebabnya berhubungan dengan usia (

    senile osteoporosis) atau penyebabnya tidak diketahui sama sekali (

    idiopathic osteoporosis). Pada laki-laki, istilah idiopatik digunakan hanya

    pada usia lebih dari 70 tahun, dengan asumsi penyebabnya adalah

    berhubungan dengan usia. Progresifitas resorpsi tulang merupakan

    kondisi normal dalam penuaan ( aging process). Mekanisme ini diawali

    pada antara usia decade 3 sampai 5 kehidupan, perkembangan resopsi

    tulang lebih cepat pada tulang trabelukar dibanding pada tulang kortikal,

    dan pada wanita akan mengalami percepatan mekanisme ini menjelang

    menopause. Pada Osteoporosis sekunder ; kebiasaan gaya hidup, obat-

    obatan atau penyakit tertentu merupakan penyebab utama terjadinya

    osteoporosis. Penyebab tersering osteoporosis sekunder adalah terapi

  • 7/21/2019 JUMP 7 Skenario 2 Fixed

    15/22

    dengan glukokortikoid ( sindroma cushing ), tirotoksikosis, alkoholisme,

    hiperparatiroid, diabetes melitus, hipogonadisme, perokok, penyakit

    gastrointestinal, gangguan nutrisi, hipercalsiuria dan immobilisasi.

    1.

    Batasan Osteoporosis

    Osteoporosis merupakan penyakit tulang yang sering terjadi pada

    manusia dengan ditandai oleh adanya pengurangan massa tulang baik

    pada tulang trabekular maupun kortikal. Penyakit ini sering tanpa

    keluhan dimana densitas tulang berkurang secara progresif dengan

    kerusakan mikroarsitektur tulang sehingga tulang menjadi rapuh,

    mudah patah dan tidak terdeteksi sampai terjadi patah tulang.Tulang

    tulang yang sering terjadi fraktur akibat osteoporosis adalah tulang

    belakang, panggul dan pergelangan tangan. Definisi yang diajukan

    tampak lebih konseptual dan dan menjadi sulit dalam penerapannya

    pada penderita. Definisi yang diajukan oleh kelompok studi

    osteoporosis sebagai berikut ; Osteoporosis atau keropos tulang adalah

    suatu penyakit tulang yang ditandai dengan adanya penurunan masa

    tulang dan perubahan struktur pada jaringan mikroarsitektur tulang,

    yang menyebabkan kerentanan tulang meningkat disertai

    kecenderungan terjadinya fraktur, terutama pada proksimal femur,

    tulang belakang dan pada tulang radius. Sedangkan definisi yang

    sering dan banyak digunakan adalah definisi dari WHO yaitu Suatu

    penyakit yang disifati oleh adanya berkurangnya massa tulang dan

    kelainan mikroarsitektur jaringan tulang, dengan akibat meningkatnya

    kerapuhan tulang dan resiko terjadinya fraktur tulang. Atas dasar

    definisi dari WHO ini maka osteoporosis diukur densitas massa tulang

    dengan ditemukan nilai t-score yang kurang dari 2,5. Sedangkan

    dikatakan normal nilai t-score lebih dari -1 dan Osteopenic apabila t-

    score antara -1 to - 2,5. Dan dikatakan osteoporosis apabila nilai z-

    score kurang dari 2. Karakteristik osteoporosis adalah ditandai dengan

    adanya penurunan kekuatan tulang (Bone strength). Kekuatan tulang

  • 7/21/2019 JUMP 7 Skenario 2 Fixed

    16/22

    ini adalah hasil integrasi antara volume mineralisasi, arsitektur tulang,

    bone turn over, dan akumulasi kerusakan tulang. Osteoporosis adalah

    identik dengan kehilangan massa tulang, yaitu kelainan tulang yang

    merujuk pada kelainan kekuatan tulang. Apabila kekuatan tulang ini

    menurun maka merupakan faktor predisposisi terjadinya fraktur. Bone

    Strength atau kekuatan tulang adalah penggambaran dari densitas

    tulang dan kualitas tulang; Densitas tulang adalah jumlah mineral

    dalam gram per volume, yang merupakan bagian dari kekuatan tulang

    sebesar 70%, sedangkan kualitas tulang ditentukan oleh arsitektur,

    perubahan bone turn over, akumulasi kerusakan dan mineralisasi.

    Kekuatan tulang perlu dimengerti dengan seksama. Dengan mengerti

    kekuatan tulang maka dalam penatalaksanaan osteoporosis akan jauh

    lebih komprehensif atas dasar patofisiologi osteoporosis. Walaupun

    demikian hampir separuh masa kehidupan manusia terjadi mekanisme

    resorpsi dan formasi tulang. Sejak awal kehidupan mekanisme ini

    terus menerus termasuk pada manusia usia lanjut (manula). Oleh

    karena itu keberhasilan pengelolaan osteoporosis juga ditentukan oleh

    usia tercapainya titik puncak massa tulang ( Bone mineral density).

    Maka dapat disimpulkan bahwa osteoporosis merupakan penyakit

    yang sering ditemukan pada usia lanjut. Kekhasan osteoporosis adalah

    adanya komposisi terintegrasi yang membentuk kekuatan tulang (bone

    strength ) sebagai faktor resiko terjadinya fraktur. Sepanjang

    kehidupan akan berlangsung proses resorpsi tulang dan pembentukan

    tulang baru, hal ini terjadi juga pada usia lanjut. Tindakan preventif

    dan pengobatan osteoporosis harus berdasarkan patofisiologi

    hilangnya massa tulang.

    2.

    Patofisiologi

    Tulang terdiri atas sel dan matriks. Terdapat dua sel yang penting pada

    pembentukan tulang yaitu osteoclas dan osteoblas. Osteoblas berperan

    pada pembentukan tulang dan sebaliknya osteoklas pada proses

  • 7/21/2019 JUMP 7 Skenario 2 Fixed

    17/22

    resorpsi tulang. Matriks ekstraseluler terdiri atas dua komponen, yaitu

    anorganik sekitar 30-40% dan matrik inorganik yaitu garam mineral

    sekitar 60-70 %. Matrik inorganik yang terpenting adalah kolagen tipe

    1 ( 90%), sedangakan komponen anorganik terutama terdiri atas

    kalsium dan fosfat, disamping magnesium, sitrat, khlorid dan

    karbonat. Dalam pembentukan massa tulang tersebut tulang akan

    mengalami perubahan selama kehidupan melalui tiga fase: Fase

    pertumbuhan, fase konsolodasi dan fase involusi. Pada fase

    pertumbuhan sebanyak 90% dari massa tulang dan akan berakhir pada

    saat epifisis tertutup. Sedangkan pada tahap konsolidasi yang terjadi

    usia 10-15 tahun. Pada saat ini massa tulang bertambah dan mencapai

    puncak (peak bone mass ) pada pertengahan umur tiga puluhan. Serta

    terdapat dugaan bahwa pada fase involusi massa tulang berkrang (

    bone Loss ) sebanyak 35-50 tahun Secara garis besar patofisiologi

    osteoporosis berawal dari Adanya massa puncak tulang yang rendah

    disertai adanya penurunan massa tulang. Massa puncak tulang yang

    rendah ini diduga berkaitan dengan faktor genetik, sedangkan faktor

    yang menyebabkan penurunan massa tulang adalah proses ketuaan,

    menopause, faktor lain seperi obat-obatan atau aktifitas fisik yang

    kurang serta faktor genetik. Akibat massa puncak tulang yang rendah

    disertai adanya penurunan massa tulang menyebabkan densitas tulang

    menurun yang merupakan faktor resiko terjadinya fraktur. Kejadian

    osteoporosis dapat terjadi pada setiap umur kehidupan. Penyebabnya

    adalah akibat terjadinya penurunan bone turn over yang terjadi

    sepanjang kehidupan. Satu dari dua wanita akan mengalami

    osteoporosis, sedangkan pada laki-laki hanya 1 kasus osteoporsis dari

    lebih 50 orang laki-laki. Dengan demikian insidensi osteoporosis pada

    wanita jauh lebih banyak daripada laki-laki. Hal ini di duga

    berhubungan dengan adanya fase masa menopause dan proses

    kehilangan pada wanita jauh lebih banyak. Gambar diatas menunjukan

    bahwa terjadi percepatan pertumbuhan tulang , yang mencapai massa

  • 7/21/2019 JUMP 7 Skenario 2 Fixed

    18/22

    puncak tulang pada usia berkisar 20 30 tahun, kemudian terjadi

    perlambatan formasi tulang dan dimulai resorpsi tulang yang lebih

    dominan. Keadan ini bertahan samapi seorang wanita apabila

    mengalami menopause akan terjadi percepatan resorpsi tulang,

    sehingga keadaan ini tulang menjadi sangat rapuh dan mudah terjadi

    fraktur. Setelah usia 30 tahun, resorpsi tulang secara perlahan dimulai

    akhirnya akan lebih dominan dibandingkan dengan pembentukan

    tulang. Kehilangan massa tulang menjadi cepat pada beberapa tahun

    pertama setelah menopause dan akan menetap pada beberapa tahun

    kemudian pada masa postmenopause. Proses ini terus berlangsung

    pada akhirnya secara perlahan tapi pasti terjadi osteoporosis. Percepat

    osteoporosis tergantung dari hsil pembentukan tulang sampai

    tercapainya massa tulang puncak. Massa tulang puncak ini terjadi

    sepanjang awal kehidupan sampai dewasa muda.Selama ini, tulang

    tidak hanya tumbuh tetapi juga menjdai solid. Pada usia rata rata 25

    tahun tulang mencapai pembentuk massa tulang puncak. Walaupun

    demikian massa puncak tulang ini secara individual sangat bervariasi

    dan pada umumnya pada laki-laki lebih tinggi dibanding pada wanita.

    Massa puncak tulang ini sangatlah penting, yang akan menjadi ukuran

    seseorang menjadi risiko terjadinya fraktur pada kehidupannya.

    Apabila massa puncak tulang ini rendah maka akan mudah terjadi

    frakturkan saja, tetapi apabila tinggi makan akan terlindung dari

    ancaman fraktur. Faktor faktor yang menentukan tidak tercapainya

    massa tulang puncak sampai saai ini belum dapat dimengerti

    sepenuhnya tetapi diduga terdapat beberapa faktor yang berperan,

    yaitu genetik, asupan kalsium, aktifitas fisik, dan hormon seks. Untuk

    memelihara dan mempertahan massa puncak tulang adalah dengan

    diet, aktifitas fisik, status reproduktif, rokok, kelebiham konsumsi

    alkohol, dan beberapa obat.

    3.

    Gambaran Radiologis

  • 7/21/2019 JUMP 7 Skenario 2 Fixed

    19/22

    Deteksi osteoporosis pada film polos setidaknya membutuhkan

    penurunan massa tulang sebesar 30%. Osteoporosis menyebabkan

    hilangnya densitas tulang, suatu penurunan jumlah trabekula dan

    lapisanlapisan yang kasar.

    Keadaan ini paling menonjol terlihat di tulang belakang. Badan

    vertebra tampak lusen dengan garisgaris vertikal yang tipis, sering

    disertai penampakan bikonkaf ( vertebra ikankod ), penjepitan, dan

    kolaps vertebrae, hal ini berlanjut dengan kifosis, fraktur pada tulang

    perifer, termasuk fraktur leher femoralis, sering terjadi walaupun

    setelah trauma minor.

    4. Gejala Klinis

    Keluhan utama dapat langsung mengarah kepada diagnosis misalnya,

    fraktur colum femoris, bowing leg pada rickets, atau kesemutan dan

    rasa kebal di sekitar mulut dan ujung jari pada hipokalsemia. Pada

    anak-anak gangguan pertumbuhan atau tubuh pendek, nyeri tulang,

    kelemahan otot, waddling gait, kalsifikasi ekstraskeletal.

    d.

    Osteoarthritis

    Penyakit ini jarang pada usia kurang dari 40 tahun dan sering pada usia

    lebih dari 60 tahun. Penyebab belum jelas.

    Faktor risiko :

    1.

    Usia : meningkat dgn bertambahnya usia.

    2.

    Wanita : setelah usia 50 thn.

    3. Obesitas : hubungan OA lutut dengan obesitas.

    4. Trauma :

    a) Trauma atau faktor mekanik OA

    b) Kelainan kongenital dan didapat :

    c) Kelainan kongenital : displasia epifise dan dislokasi sendi

    coxae.

  • 7/21/2019 JUMP 7 Skenario 2 Fixed

    20/22

    d)

    Kelainan didapat : fraktur yg tidak direposisi.

    e) Herediter : OA timbul pada usia lebih muda.

    f) Timbunan kristal Calcium Pyrophosphate Dihydrate

    (CPPD).

    g) Perokok, DM, pemakaian estrogen, dan hipertensi

    1) Klasifikasi OA :

    OA primer : penyebab idiopatik

    OA sekunder : penyebab penyakit lain.

    Osteoarthritisatau disebut juga penyakit sendi degeneratif adalah

    suatu kelainan pada kartilago (tulang rawan sendi ) yang ditandai

    dengan perubahan klinis, histologis, dan radiologis. Penyakit ini

    bersifat asimetris, tidak meradang dan tidak ada komponen sistemik

    (Slamet, 2000).

    2)

    Diagnosa OA lutut

    a. Kriteria OA menurut Altman, 1991 :

    1. Nyeri lutut beberapa hari sampai beberapa bulan.

    2. Krepitasi

    3. Morning stiffness kurang dari 30 menit

    4. Umur lebih dari 38 tahun

    5. Pembesaran tulang

    6. Pemeriksaan Lab: Leukocit PMN lebih dari 2.000/mm3

    7. Pemeriksaan RO : osteofit

    Dikatakan OA bila memenuhi kriteria 1 & 7, atau 1, 2, 3 dan 6

    b. Kriteria OA menurut American Rheumatism Association

    (Shumacher, 1988) :

    1. Usia lebih dari 50 th

    2. Morning stiffnesskurang dari 30 menit

  • 7/21/2019 JUMP 7 Skenario 2 Fixed

    21/22

    3. Krepitasi

    4. Nyeri tekan pada tulang

    5. Pembesaran tulang

    6. Sekitar sendi tidak teraba hangat

    Positif OA bila memenuhi minimal 3 kriteria.

    c. Kriteria OA menurut KellgrenLawrence (Albar, 2004) :

    1..grade I, ragu-ragu, tanpa osteofit, permukaan sendi normal.

    2. grade II, minimal, osteofit sedikit pada tibia dan patella dan permukaan

    sendi menyempit asimetris .

    3. grade III, moderat, adanya osteofit moderat pada beberapa tempat,

    permukaan sendi menyempit, dan tampak sklerosis subkondral .

    4. grade IV, berat, ada osteofit yang besar, permukaan sendi menyempit

    secara komplit, sklerosis subkondral berat, dan kerusakan permukaan

    sendi.

    3)

    Gambaran Radiologis

    Setiap sendi, khususnya yang menyangga berat badan dapat terkena.

    Panggul, lutut, bahu, tangan, pergelangan tangan, dan tulang

    belakang sering terkena. Gambaran OA meliputi :

    i. Pembentukan osteofit : osteofit merupakan taji dari tulang padat

    yang terbentuk pada tepi sendi.

    ii.

    Penyempitan rongga sendi : hilangnya kartilago sewaktu waktu

    akan menyebabkan penyempitan rongga sendi yang tidak sama.

    iii. Badan yang longgar : akibat terpisahnya kartilago dan osteofit.

    iv.

    Kista subkondral dan sclerosis : peningkatan densitas tulang di

    sekitar sendi dengan pembentukan kista degeneratif.

    4) Gejala Klinis

    i. Nyeri sendi : keluhan utama yang dirasakan pasien, biasanya

    bertambah nyeri dengan gerakan dan sedikit berkurang ketika

  • 7/21/2019 JUMP 7 Skenario 2 Fixed

    22/22

    beristirahat. Nyeri pada Osteoarthritis juga dapat berupa

    penjalaran atau akibat radikulopati misalnya pada Osteoarthritis

    servikal dan lumbal. Osteoarthritis lumbal menimbulkan stenosis

    spinal, keluhan di betis.

    ii. Hambatan gerakan sendi : bertambah nyeri secara perlahan-lahan

    iii. Kaku pagi : nyeri atau kaku sendi dapat timbul setelah imobilitas,

    seperti duduk di kursi dalam waktu cukup lama atau bahkan

    setelah bangun tidur. Kaku ini dirasakan kurang lebih 30 menit.

    iv. Krepitasi : rasa gemeretak pada sendi yang sakit.

    v.

    Pembesaran sendi

    vi. Perubahan gaya berjalan : osteoarthritis pada pergelangan kaki,

    tumit, lutut atau panggul berkembang menjadi pincang.

    vii.

    Tanda-tanda peradangan : nyeri tekan, rasa hangat yang merata,

    dan warna kemerahan.