hhhh skenario 3

Upload: rhiri-elbie

Post on 10-Feb-2018

230 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/22/2019 Hhhh Skenario 3

    1/17

    KELOMPOK B3Page 1

    PBL Skenario-3

    BLOK EMERGENCY

    SKENARIO 3

    REAKSI OBAT

    Seorang laki laki, 28 tahun dating ke UGD dengan sesak nafas , nafas nya berbunyi disertai gatal

    gatal ditubuhnya, kulit merah melepuh sejak dua hari yang lalu .Keluhan ini dialami setelah pasien mendapat injeksi obat di sebuah pelayanan kesehatan primer

    oleh dokter UGD yang memeriksanya didapatkan :

    KU : sedang , sens : CMVital Sign : TD 100/70 mmHg.

    Nadi 100x/menit

    RR 30x / menit

    Suhu 36,5 CPemeriksaan fisik :

    THT : sesak nafas Jackson derajat II-III

    Regio Thorak : Inspeksi > Simetris

    Palpasi > SF Kanan

    kiriPerkusi > Sonor

    Auskultasi > Stridor (+)Status Dermatologis :

    Lokasi 1 : mata

    Ujud kelainan : mata merah, secret (+)

    Lokasi 2 : Kulit wajah , badan dan ekstremitas atas dan bawahUjud kelainan kulit : Vesikel, bula berbagai ukuran, lesi target (+) , erosi

    Lokasi 3 : bibir

    Ujud kelainan kulit : Krusta hemoragiKulit tubuh Hiperemis (+) , Bullae (+)

  • 7/22/2019 Hhhh Skenario 3

    2/17

    KELOMPOK B3Page 2

    PBL Skenario-3

    BLOK EMERGENCY

    Step 1 Define Learning Objectives

    LO 1. Memahami dan menjelaskan Syndrome Steven Johnson1.1Definisi Syndrome Steven Johnson1.2 EtiologiSyndrome Steven Johnson

    1.3PatofisiologiSyndrome Steven Johnson1.4Manifestasi klinisSyndrome Steven Johnson

    1.5Diagnosis dan Diagnosis BandingSyndrome Steven Johnson1.6PenatalaksanaanSyndrome Steven Johnson1.7KomplikasiSyndrome Steven Johnson1.8PrognosisSyndrome Steven Johnson

    LO 2. Memahami dan menjelaskan laryngitis akut

    2.1Definisi Laryngitis Akut2.2EtiologiLaryngitis Akut2.3PatofisiologiLaryngitis Akut2.4

    Manifestasi Klinis Laryngitis Akut2.5Diagnosis Laryngitis Akut

    2.6Penatalaksanaan Laryngitis Akut2.7Prognosis Laryngitis Akut2.8Pencegahan Laryngitis Akut

  • 7/22/2019 Hhhh Skenario 3

    3/17

    KELOMPOK B3Page 3

    PBL Skenario-3

    BLOK EMERGENCY

    Step 2 Information Gathering and Private Stud

  • 7/22/2019 Hhhh Skenario 3

    4/17

    KELOMPOK B3Page 4

    PBL Skenario-3

    BLOK EMERGENCY

    Step 3 Share The Result on Information Gathering and Private Study

    LO 1. Memahami dan menjelaskan Syndrome Steven Johnson

    1.1 Definisi Syndrome Steven Johnson

    Sindrom Steven-Johnson (SSJ) merupakan suatu kumpulan gejala klinis erupsimukokutaneus yang ditandai oleh trias kelainan pada kulit vesikulobulosa, mukosa orifisium

    serta mata disertai gejala umum berat. Sinonimnya antara lain : sindrom de Friessinger-Rendu,

    eritema eksudativum multiform mayor, eritema poliform bulosa, sindrom muko-kutaneo-okular,dermatostomatitis, dll.

    1.2 Etiologi Syndrome Steven Johnson

    1.3 Patofisiologi Syndrome Steven Johnson

    Patogenesis SSJ sampai saat ini belum jelas walaupun sering dihubungkan dengan reaksihipersensitivitas tipe III (reaksi kompleks imun) yang disebabkan oleh kompleks soluble dari

    antigen atau metabolitnya dengan antibodi IgM dan IgG dan reaksi hipersensitivitas lambat

    (delayed-type hypersensitivity reactions, tipe IV) adalah reaksi yang dimediasi oleh limfosit

    T yang spesifik. Patogenesisnya belum jelas, disangka disebabkan oleh reaksi hipersensitif tipe III dan IV.

    Reaksi tipe III dan IV. Reaksi tipe III terjadi akibat terbentuknya komplek antigen antibody

    yang mikro presitipasi sehingga terjadi aktifitas sistem komplemen.

    Akibatnya terjadi akumulasi neutrofil yang kemudian melepaskan leozim dan menyebabkerusakan jaringan pada organ sasaran ( target- organ ). Reaksi hipersensitifitas tipe IV

  • 7/22/2019 Hhhh Skenario 3

    5/17

    KELOMPOK B3Page 5

    PBL Skenario-3

    BLOK EMERGENCY

    terjadi akibat limfosit T yang tersintesisasi berkontak kembali dengan antigen yang sama

    kemudian limtokin dilepaskan sebagai reaksi radang.

    Reaksi hipersensitif tipe III- Hal ini terjadi sewaktu komplek antigen antibody yang bersikulasi dalam darah

    mengendap didalam pembuluh darah atau jaringan sebelah bitir.

    - Antibiotik tidak ditujukan kepada jaringan tersebut, tetapi terperangkap dalamjaringan kapilernya.

    - Pada beberapa kasus antigen asing dapat melekat ke jaringan menyebabkanterbentuknya komplek antigen antibodi ditempat tersebut. Reaksi tipe ini

    mengaktifkan komplemen dan degranulasi sel mast sehingga terjadi kerusakan

    jaringan atau kapiler ditempat terjadinya reaksi tersebut.

    - Neutrofil tertarik ke daerah tersebut dan mulai memtagositosis sel-sel yang rusaksehingga terjadi pelepasan enzim-enzim sel, serta penimbunan sisa sel. Hal ini

    menyebabkan siklus peradangan berlanjut.

    Reaksi hipersensitif tipe IVPada reaksi ini diperantarai oleh sel T, terjadi pengaktifan sel T. Penghasil

    limfokin atau sitotoksik atau suatu antigen sehingga terjadi penghancuran sel-sel yangbersangkutan. Reaksi yang diperantarai oleh sel ini bersifat lambat ( delayed )

    memerlukan waktu 14 jam sampai 27 jam untuk terbentuknya.

    1.4 Manifestasi klinis Syndrome Steven Johnson

    Gejala prodromal berkisar antara 1-14 hari berupa demam, malaise, batuk, korizal, sakit

    menelan, nyeri dada, muntah, pegal otot dan atralgia yang sangat bervariasi dalam derajatberat dan kombinasi gejala tersebut.

    Setelah itu akan timbul lesi di : Kulit berupa eritema, papel, vesikel, atau bula secara simetris pada hampir seluruh

    tubuh. Mukosa berupa vesikel, bula, erosi, ekskoriasi, perdarahan dan krusta berwarna

    merah. Bula terjadi mendadak dalam 1-14 hari gejala prodormal, muncul padamembran mukosa, membran hidung, mulut, anorektal, daerah vulvovaginal, dan

    meatus uretra. Stomatitis ulseratif dan krusta hemoragis merupakan gambaran utama. Mata : konjungtivitas kataralis, blefarokonjungtivitis, iritis, iridosiklitis, kelopak mata

    edema dan sulit dibuka, pada kasus berat terjadi erosi dan perforasi kornea yang dapatmenyebabkan kebutaan. Cedera mukosa okuler merupakan faktor pencetus yang

    menyebabkan terjadinya ocular cicatricial pemphigoid, merupakan inflamasi kronik

    dari mukosa okuler yang menyebabkan kebutaan. Waktu yang diperlukan mulai onsetsampai terjadinya ocular cicatricial pemphigoidbervariasi mulai dari beberapa bulan

    sampai 31 tahun.

  • 7/22/2019 Hhhh Skenario 3

    6/17

    KELOMPOK B3Page 6

    PBL Skenario-3

    BLOK EMERGENCY

    1.5 Diagnosis dan Diagnosis Banding Syndrome Steven Johnson

    Diagnosis ditujukan terhadap manifestasi yang sesuai dengan trias kelainan kulit,mukosa, mata, serta hubungannya dengan faktor penyebab yang secara klinis terdapat lesi

    berbentuk target, iris atau mata sapi, kelainan pada mukosa, demam. Selain itu didukung

    pemeriksaan laboratorium antara lain pemeriksaan darah tepi, pemeriksaan imunologik, biakankuman serta uji resistensi dari darah dan tempat lesi, serta pemeriksaan histopatologik biopsi

    kulit.

    Anemia dapat dijumpai pada kasus berat dengan perdarahan, leukosit biasanya normalatau sedikit meninggi, terdapat peningkatan eosinofil.Kadar IgG dan IgM dapat meninggi, C3

    dan C4 normal atau sedikit menurun dan dapat dideteksi adanya kompleks imun beredar.

    Biopsi kulit direncanakan bila lesi klasik tak ada.Imunoflurosesensi direk bisa membantu

    diagnosa kasus-kasus atipik.

    Diagnosis Banding SJS

    Ada 2 penyakit yang sangat mirip dengan sindroma Steven Johnson :

    Toxic Epidermolysis Necroticans.Sindroma steven johnson sangat dekat denganTEN. SJS dengan bula lebih dari

    30% disebut TEN. Staphylococcal Scalded Skin Syndrome (Ritter disease).

    Pada penyakit ini lesi kulitdi ta nd ai de ng an kr us ta ya ng me ng el up as pa da

    ku l i t . B i as anya mukos a t e r kena

    (Siregar, R.S. Sindrom Stevens Johnson. In : Saripati Penyakit Kulit. 2nd

    edition.EGC.Jakarta. 2004. hal 141-142).

  • 7/22/2019 Hhhh Skenario 3

    7/17

    KELOMPOK B3Page 7

    PBL Skenario-3

    BLOK EMERGENCY

    Pemeriksaan penunjang SJS

    1.Pemeriksaan laboratorium :a) Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang dapat membantu dokter dalamdiagnose selain

    pemeriksaan biopsy.b) Pemeriksaan darah lengkap dapat menunjukkan kadar sel darah putih yangnormal atau

    leukositosis non spesifik, penurunan tajam kadar sel darah putihdapat mengindikasikan

    kemungkinan infeksi bacterial berat.c) Imunofluoresensi banyak membantu membedakan sindrom Steven Johnsondengan

    panyakit kulit dengan lepuh subepidermal lainnya.

  • 7/22/2019 Hhhh Skenario 3

    8/17

    KELOMPOK B3Page 8

    PBL Skenario-3

    BLOK EMERGENCY

    d) Menentukan fungsi ginjal dan mengevaluasi adanya darah dalam urin.e) Pemeriksaan elektrolit.f) Kultur darah, urine, dan luka, diindikasikan ketika dicurigai terjadi infeksi.g) Pemeriksaan bronchoscopy, esophagogastro duodenoscopy (EGD), dan kolonoskopi

    dapat dilakukan. (Adithan, 2006).

    2.Imaging studies :

    Chest radiography untuk mengindikasikan adanya pneumonitis.

    3.Pemeriksaan histopatologi dan imunohistokimia dapat mendukung ditegakkannya diagnose

    1.6 Penatalaksanaan Syndrome Steven Johnson

    Pertama, dan paling penting, kita harus segera berhenti memakai obat yangdicurigai

    penyebab reaksi.Dengan tindakan ini, kita dapat mencegah keburukan.Orangdengan SJS/TEN

    biasanya dirawat inap.Bila mungkin, pasien TEN dirawat dalam unit rawatluka bakar, dankewaspadaan dilakukan secara ketat untuk menghindari infeksi.Pasien SJS biasanya dirawat di

    ICU. Perawatan membutuhkan pendekatan tim, yang melibatkanspesialis luka bakar, penyakitdalam, mata, dan kulit. Cairan elektrolit dan makanan cairandengan kalori tinggi harus diberi

    melalui infus untuk mendorong kepulihan.Antibiotik diberikan bila dibutuhkan untuk mencegahinfeksi sekunder seperti sepsis. Obat nyeri,misalnya morfin, juga diberikan agar pasien merasa

    lebih nyaman (Adithan, 2006; Siregar,2004)

    Ada keraguan mengenai penggunaan kortikosteroid untuk mengobati SJS/TEN.Beberapa

    dokter berpendapat bahwa kortikosteroid dosis tinggi dalam beberapa hari pertamamemberimanfaat; yang lain beranggap bahwa obat ini sebaiknya tidak dipakai. Obat inimenekankan

    sistem kekebalan tubuh, yang meningkatkan risiko infeksi gawat, apa lagi padaOdha dengan

    sistem kekebalan yang sudah lemah.

    Pada umumnya penderita SJS datang dengan keadaan umum berat sehingga terapiyangdiberik an biasanya adalah :

    Terapi cairan dan elektrolit, serta kalori dan protein secara parenteral. Antibiotik spektrum luas, selanjutnya berdasarkan hasil biakan dan uji

    resistensikuman dari sediaan lesi kulit dan darah.

    Kotikosteroid parenteral: deksamentason dosis awal 1mg/kg BB bolus,kemudianse lama 3 har i 0 ,2-0 ,5 mg/kg BB t i ap 6 j am. Penggunaan

    steroid sistemik masihkontroversi, ada yang mengganggap bahwa

    penggun aan st eroid sis temik pad a anak bi sa menyebabk an pen yembuhan

    yang lambat dan efek samping yang signifikan,namun ada juga yangmenga nggap s t ero id mengun tungk an dan menyel amatk an nyawa.

    Antihistamin bila perlu. Terutama bila ada rasa gatal.Feniramin hidrogen maleat(Avil) dapat diberikan dengan dosis untuk usia 1-3

    tahun 7,5 mg/dosis , untuk usia 3-12 tahun 15 mg/dosis , diberikan 3k a l i / h a r i . S e d a n g k a n u n t u k Setirizin dapat diberikan dosis untuk usia anak

    2-5 tahun : 2.5 mg/dosis,1 kali/hari; > 6 tahun : 5 10mg/dosis, 1 kali/hari. Perawatan

    kulit dan mata serta pemberian antibiotik topikal.

  • 7/22/2019 Hhhh Skenario 3

    9/17

    KELOMPOK B3Page 9

    PBL Skenario-3

    BLOK EMERGENCY

    Bula di kulit dirawat dengan kompres basah larutan Burowi.Tidak diperbolehkan menggunakan steroid topikal pada lesi kulit.

    Lesi mulut diberi kenalog in orabase. T e r a p i i n f e k s i s e k u n d e r d e n g a n a n t i b i o t i k a y a n g j a r a n g

    m e n i m b u l k a n a l e r g i , b e rs p ek t ru m l u as , b e rs i fa t b a k te r is i da l

    dan tidak bersifat nefrotoksik, misalnya klindamisin intravena 8-16mg/kg/hari intravena, diberikan 2 kali/hari.

    Intravena Imunoglobulin (IVIG). Dosis awal dengan 0,5 mg/kg BB pada hari 1, 2,3,4, dan 6 masuk rumah sakit. Pemberian IVIG akan menghambat reseptor FASdalam proses kematian keratinosit yang dimediasi FAS (Adithan, 2006; Siregar,

    2004).Sedangkan terapi sindrom Steven Johnson pada mata dapat diberikan dengan :

    Pemberian obat tetes mata baik antibiotik maupun yang bersifatgaram fisiologissetiap 2 jam, untuk mencegah timbulnya infeksisekunder dan terjadinya kekeringan pada bola mata.

    Pemberian obat salep dapat diberikan pada malam hari untukmencegah ter jad inya perlekatan konjungtiva

    1.7 Komplikasi Syndrome Steven Johnson

    Sindrom Steven Johnson sering menimbulkan komplikasi, antara lain sebagai berikut: Oftalmologiulserasi kornea, uveitis anterior, panophthalmitis, kebutaan Gastroenterologi -Esophageal strictures Genitourinarianekrosis tubular ginjal, gagal ginjal,penile scarring , stenosis vagina Pulmonaripneumonia Kutaneus timbulnya jaringan parut dan kerusakan kulit permanen, infeksi

    kulitsekunder

    Infeksi sitemik, sepsis Kehilangan cairan tubuh, shock

    1.8 Prognosis Syndrome Steven Johnson

    SJS dan TEN adalah reaksi yang gawat. Bila tidak diobati dengan baik, reaksi inidapatmenyebabkan kematian, umumnya sampai 35 persen orang yang mengalami TEN dan5-15

    persen orang dengan SJS, walaupun angka ini dapat dikurangi dengan pengobatan yang baik

    sebelum gejala menjadi terlalu gawat. Reaksi ini juga dapat menyebabkan kebutaantotal,

    kerusakan pada paru, dan beberapa masalah lain yang tidak dapat disembuhkan.Pada kasus yangtidak berat, prognosisnya baik, dan penyembuhan terjadi dalamwaktu 2-3 minggu. Kematian

    berkisar antara 5-15% pada kasus berat dengan berbagaikomplikasi atau pengobatan terlambat

    dan tidak memadai.Prognosis lebih berat bila terjadi purpura yang lebih luas.Kematian biasanyadisebabkan oleh gangguan keseimbangan cairandan elektrolit, bronkopneumonia, serta sepsis.

  • 7/22/2019 Hhhh Skenario 3

    10/17

    KELOMPOK B3Page 10

    PBL Skenario-3

    BLOK EMERGENCY

    LO 2. Memahami dan menjelaskan laryngitis akut

    2.1 Definisi Laryngitis Akut

    Laringitis akut adalah radang akut laring yang disebabkan oleh virus danbakteri yang

    berlangsung kurang dari 3 minggu dan pada umumnya disebabkanoleh infeksi virus influenza

    (tipe A dan B), parainfluenza (tipe 1,2,3),rhinovirus dan adenovirus. Penyebab lainadalah Haemofilus influenzae, Branhamellacatarrhalis, Streptococcus pyogenes, Staphylococcus

    aureus dan Streptococcus pneumoniae. Proses peradangan pada laring seringkali juga melibatkan

    seluruh saluran nafas baik hidung, sinus, faring,trakea dan bronkus.

    2.2 Etiologi Laryngitis Akut

    LARINGITIS AKUT

    VIRUS BAKTERI JAMURRhinovirus Haemophilus

    influenzae typeB

    Blastomyces

    virus influenza Staphylococcus

    aureus

    Candida

    albicans

    virus

    parainfluenza

    Corynebacteriu

    m diphtheriae

    Histoplasmosis

    adenovirus Streptococcus

    group A

    Coccidioides

    coxsackievirus Moraxella

    chatarralis

    Candida

    coronavirus Escherichia coli Aspergilus sp

    respiratorysynsitial virus

    (RSV)

    Klebsiella sp Cryptococcus

    virus morbili Pseudomonas sp

    Varisella

    zooster virusChlamydia

    trachomatis

    herpes simplex Mycoplasma

    pneumoniae

    virus mumps Bordatella

    pertussis

    enterovirus,

    virus, reovirus,(measles)

    Coccidioides

    Cryptococcusdan C.

    diphtheriae

    Penyakit ini dapat terjadi karena perubahan musim / cuaca Pemakaian suara yang berlebihan Trauma Bahan kimia

  • 7/22/2019 Hhhh Skenario 3

    11/17

    KELOMPOK B3Page 11

    PBL Skenario-3

    BLOK EMERGENCY

    Merokok dan minum-minum alkohol Alergi

    2.3 Patofisiologi Laryngitis Akut

    RUBOR

    INFLAMASI

    TUMORDOLORKALOR

    EDEMANYERI HIPEREMIS

    SUARA

    PITA SUARA

    TERTEKAN

    PANCAROBA MALNUTRISI

    VIRUS, BAKTERI

    BATUK

    OBSTRUKSI

    MUKUS/SEKRET

    IRITASI SALURAN NAFAS

    IMUN

    IRITASI LARYNG

    INFLAMASI

  • 7/22/2019 Hhhh Skenario 3

    12/17

    KELOMPOK B3Page 12

    PBL Skenario-3

    BLOK EMERGENCY

    Laringitis akut merupakan inflamasi dari mukosa laring dan pita suara yang berlangsung

    kurang dari 3 minggu. Parainfluenza virus, yang merupakan penyebab terbanyak dari laringitis,

    masuk melalui inhalasi dan menginfeksi sel dari epitelium saluran nafas lokal yang bersilia,ditandai dengan edema dari lamina propria,submukosa, dan adventitia, diikuti dengan infitrasi

    selular dengan histosit, limfosit, sel plasma dan lekosit polimorfonuklear(PMN). Terjadi

    pembengkakan dan kemerahan dari saluran nafas yang terlibat, kebanyakan ditemukan padadinding lateral dari trakea dibawah pita suara. Karena trakea subglotis dikelilingi oleh kartilagokrikoid, maka pembengkakan terjadi pada lumen saluran nafas dalam, menjadikannya sempit,

    bahkan sampai hanya sebuah celah. Membran pelindung plika vokalis biasanya merah dan

    membengkak. Puncak terendah pada pasien dengan laringitis berasal dari penebalan yang tidakberaturan sepanjang seluruh plika vokalis. Beberapa penulis percaya bahwa plika vokalis

    mengeras daripada menebal. Pengobatan konservatif seperti yang disebutkan sebelumnya

    biasanya cukup mengatasi inflamsi laring dan mengembalikan aktivitas vibrasi plika vokalis.1

    Hampir semua penyebab inflamasi ini adalah virus. Invasi bakteri mungkin sekunder.

    Laringitis biasanya disertai rinitis atau nasofaringitis. Awitan infeksi mungkin berkaitan dengan

    pemajanan terhadap perubahan suhu mendadak, defisiensi diet, malnutrisi, dan tidak adaimmunitas. Laringitis umum terjadi pada musim dingin dan mudah ditularkan. Ini terjadi seiring

    dengan menurunnya daya tahan tubuh dari host serta prevalensi virus yang meningkat. Laringitisini biasanya didahului oleh faringitis dan infeksi saluran nafas bagian atas lainnya. Hal ini akanmengakibatkan iritasi mukosa saluran nafas atas dan merangsang kelenjar mucus untuk

    memproduksi mucus secara berlebihan sehingga menyumbat saluran nafas. Kondisi tersebut

    akan merangsang terjadinya batuk hebat yang bisa menyebabkan iritasi pada laring. Danmemacu terjadinya inflamasi pada laring tersebut. Inflamasi ini akan menyebabkan nyeri akibat

    pengeluaran mediator kimia darah yang jika berlebihan akan merangsangpeningkatan suhu

    tubuh.

    2.4 Manifestasi Klinis Laryngitis Akut

    Pada laringitis akut ini terdapat gejala radang umum, seperti demam, malaise, gejalarinofaringitis. Gejala lokal seperti suara parau dimana digambarkan pasien sebagai suara yang

    kasar atau suara yang susah keluar atau suara dengan nada lebih rendah dari suara yang biasa /

    normal dimana terjadi gangguan getaran serta ketegangan dalam pendekatan kedua pita suara kiri

    dan kanan sehingga menimbulkan suara menjada parau bahkan sampai tidak bersuara samasekali (afoni).

    1. Sesak nafas dan stridor2. Nyeri tenggorokan seperti nyeri ketika menelan atau berbicara.

  • 7/22/2019 Hhhh Skenario 3

    13/17

    KELOMPOK B3Page 13

    PBL Skenario-3

    BLOK EMERGENCY

    3. Gejala radang umum seperti demam, malaise4. Batuk kering yang lama kelamaan disertai dengan dahak kental5. Gejala commmon cold seperti bersin-bersin, nyeri tenggorok hingga sulit menelan,

    sumbatan hidung (nasal congestion), nyeri kepala, batuk dan demam dengan temperatur

    yang tidak mengalami peningkatan dari 38 derajat celsius.

    6.

    Gejala influenza seperti bersin-bersin, nyeri tenggorok hingga sulit menelan, sumbatanhidung (nasal congestion), nyeri kepala, batuk, peningkatan suhu yang sangat berartiyakni lebih dari 38 derajat celsius, dan adanya rasa lemah, lemas yang disertai dengan

    nyeri diseluruh tubuh.

    Klasifikasi sesak nafas JacksonSumbatan saluran napas atas dapat dibagi menjadi 4derajat berdasarkan kriteria Jackson :derajat

    berdasarkan kriteria Jackson :

    1. Jackson I ditandai dengan sesak, stridor inspirasi ringan, retraksi suprasternal tanpasianosis ringan

    2.

    Jackson II adalah gejala sesuai Jackson I dan lebih berat yaitu disertai retraksi supra daninfraklavikula, sianosis ringan, dan pasien tampak mulai gelisah.

    3. Jackson III adalah Jackson II dan berat disertai retraksi interkostal, epigastrium, dansianosis lebih jelas.

    4. Jackson IV ditandai dengan gejala Jackson IIIdisertai wajah yang tampak tegang, danterkadang gagal napas.

    2.5 Diagnosis Laryngitis AkutDiagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan

    penunjang.Pada pemeriksaan fisik, dapat ditemukan suara yang serak, coryza, faring yang meradang

    dan frekuensi pernafasan dan denyut jantung yang meningkat, disertai pernafasan cuping hidung,retraksi suprasternal, infrasternal dan intercostal serta stridor yang terus menerus, dan anak bisa

    sampai megap-megap (air hunger). Bila terjadi sumbatan total jalan nafas maka akan didapatkan

    hipoksia dan saturasi oksigen yang rendah. Bila hipoksia terjadi, anak akan menjadi gelisah dantidak dapat beristirahat, atau dapat menjadi penurunan kesadaran atau sianosis. Dan kegelisahan

    dan tangisan dari anak dapat memperburuk stridor akibat dari penekanan dinamik dari saluran

    nafas yang tersumbat.Dari penelitian didapatkan bahwa frekuensi pernafasan merupakanpetunjuk yang paling baik untuk keadaan hipoksemia.Pada auskultasi suara pernafasan dapat

    normal tanpa suara tambahan kecuali perambatan dari stridor.Kadang-kadang dapat ditemukan

    mengi yang menandakan penyempitan yang parah, bronkitis, atau kemungkinan asma yang

    sudah ada sebelumnya.Pemeriksaan dengan laringoskop direk atau indirek dapat membantu menegakkan

    diagnosis. Dari pemeriksaan ini plika vokalis berwarna merah dan tampak edema terutama

    dibagian atas dan bawah glotis

  • 7/22/2019 Hhhh Skenario 3

    14/17

    KELOMPOK B3Page 14

    PBL Skenario-3

    BLOK EMERGENCY

    Gambar 2.3.Laringitis akut, gambaran ini mengambarkan laring wanita 53 tahun, dengan gejala utama serak dan

    suara terengah-engah.Catatan daerah-daerah eritem dan mukosa normal yang bergantian pada plika vokalis. Juga

    ditandai irregularitas pada kontur lipatam-lipatan vocal (dikutip dari kepustakaan 1)

    Sebetulnya pemeriksaan rontagen leher tidak berperan dalam penentuan diagnosis, tetapi

    dapat ditemukan gambaran staplle sign (penyempitan dari supraglotis) Foto rontgen leher APbisa tampak pembengkakan jaringan subglotis (Steeple sign). Tanda ini ditemukan pada 50%

    kasus pada foto AP dan penyempitan subglotis pada foto lateral, walaupun kadang gambaran

    tersebut tidak didapatkan. Pemeriksaan laboratorium tidak diperlukan, kecuali didapatkan

    eksudat di orofaring atau plika suara, pemeriksaan kultur dapat dilakukan.Dari darah didapatkanlekositosis ringan dan limfositosis.

    Gambar 2.4. Gambaran rontagen laringitis akut, gambaran steeple sign(panah)

    2.6 Penatalaksanaan Laryngitis AkutUmumnya penderita penyakit ini tidak perlu masuk rumah sakit, namun ada indikasi masuk

    rumah sakit apabila : Usia penderita dibawah 3 tahun

    Tampak toksik, sianosis, dehidrasi atau axhausted

    Diagnosis penderita masih belum jelas

    Perawatan dirumah kurang memadai

    http://4.bp.blogspot.com/_cAHTQbScnRc/TM3XfcigX2I/AAAAAAAAADA/EOteZaN6Xy0/s1600/ee.bmphttp://1.bp.blogspot.com/_cAHTQbScnRc/TM3WqNbYd9I/AAAAAAAAAC8/OeYd82PJkuM/s1600/tt.bmphttp://4.bp.blogspot.com/_cAHTQbScnRc/TM3VLVVLhSI/AAAAAAAAAC4/4Etrbcueq8s/s1600/rr.bmphttp://4.bp.blogspot.com/_cAHTQbScnRc/TM3XfcigX2I/AAAAAAAAADA/EOteZaN6Xy0/s1600/ee.bmphttp://1.bp.blogspot.com/_cAHTQbScnRc/TM3WqNbYd9I/AAAAAAAAAC8/OeYd82PJkuM/s1600/tt.bmphttp://4.bp.blogspot.com/_cAHTQbScnRc/TM3VLVVLhSI/AAAAAAAAAC4/4Etrbcueq8s/s1600/rr.bmphttp://4.bp.blogspot.com/_cAHTQbScnRc/TM3XfcigX2I/AAAAAAAAADA/EOteZaN6Xy0/s1600/ee.bmphttp://1.bp.blogspot.com/_cAHTQbScnRc/TM3WqNbYd9I/AAAAAAAAAC8/OeYd82PJkuM/s1600/tt.bmphttp://4.bp.blogspot.com/_cAHTQbScnRc/TM3VLVVLhSI/AAAAAAAAAC4/4Etrbcueq8s/s1600/rr.bmp
  • 7/22/2019 Hhhh Skenario 3

    15/17

    KELOMPOK B3Page 15

    PBL Skenario-3

    BLOK EMERGENCY

    Terapi : Istirahat berbicara dan bersuara selama 2-3 hari Jika pasien sesak dapat diberikan O2. Istirahat Menghirup uap hangat dan dapat ditetesi minyak atsiri / minyak mint bila ada muncul

    sumbatan dihidung atau penggunaan larutan garam fisiologis (saline 0,9 %) yangdikemas dalam bentuk semprotan hidung atau nasalspray Medikamentosa : Parasetamol atau ibuprofen / antipiretik jika pasien ada demam, bila

    ada gejalapain killerdapat diberikan obat anti nyeri / analgetik, hidung tersumbat dapat

    diberikan dekongestan nasal seperti fenilpropanolamin (PPA), efedrin, pseudoefedrin,napasolin dapat diberikan dalam bentuk oral ataupun spray.Pemberian antibiotika yang

    adekuat yakni : ampisilin 100 mg/kgBB/hari, intravena, terbagi 4 dosis atau

    kloramfenikol : 50 mg/kgBB/hari, intra vena, terbagi dalam 4 dosis atau sefalosporin

    generasi 3 (cefotaksim atau ceftriakson) lalu dapat diberikan kortikosteroid intravenaberupa deksametason dengan dosis 0,5 mg/kgBB/hari terbagi dalam 3 dosis, diberikan

    selama 1-2 hari.

    Pengisapan lendir dari tenggorok atau laring, bila penatalaksanaan ini tidak berhasil makadapat dilakukan endotrakeal atau trakeostomi bila sudah terjadi obstruksi jalan nafas.

    Pencegahan : Jangan merokok, hindari asap rokok karena rokok akan membuattenggorokan kering dan mengakibatkan iritasi pada pita suara, minum banyak air karena

    cairan akan membantu menjaga agar lendir yang terdapat pada tenggorokan tidak terlalubanyak dan mudah untuk dibersihkan, batasi penggunaan alkohol dan kafein untuk

    mencegah tenggorokan kering. jangan berdehem untuk membersihkan tenggorokan

    karena berdehem akan menyebabkan terjadinya vibrasi abnormal pada pita suara,meningkatkan pembengkakan dan berdehem juga akan menyebabkan tenggorokan

    memproduksi lebih banyak lendir

    Perawatan khusus, yaitu:- Terapi merikamentosa

    Antibiotika golongan penisilin Anak 50 mg/kgBB dibagi dalam 3 dosis. Dewasa 3x500mg/hari Bila alergi terhadap penisilin dapat diberikan eritromisin atau bactrim

    Kortikosteroid dapat diberikan untuk mengatasi edem laring- Terapi bedah

    Tergantung pada stadium sumbatan laring. Pada anak bila terjadi gejala sumbatan jalannafas menurut klasifikasi Jackson, dilakukan terapi sebagai berikut:

    Stadium I : Rawat, observasi, pemberian oksigen dan terapi adekuat Stadium II-III : Trakheostomi Stadium IV :Intubasi dan oksigenasi, kemudian dilanjutkan dengan trakeostomiPada laringitis kronis penatalaksanaan yaitu menghindari dan mengobati faktor-faktor

    penyebab dengan: Istirahat bersuara (vocal rest), tidak banyak bicara atau bersuara keras Antibiotika, bila terdapat tanda infeksi Ekspektoran

    Dapat pula dilakukan pengangkatan jaringan yang menebal dan polipoid serta pemeriksaan

    patologi anatomik untuk menyingkirkan kemungkinan proses spesifik dan keganasan.

  • 7/22/2019 Hhhh Skenario 3

    16/17

    KELOMPOK B3Page 16

    PBL Skenario-3

    BLOK EMERGENCY

    2.7 Prognosis Laryngitis AkutPrognosis untuk penderita laringitis akut ini umumnya baik dan pemulihannya selama

    satu minggu. Namun pada anak khususnya pada usia 1-3 tahun penyakit ini dapat menyebabkanudem laring dan udem subglotis sehingga dapat menimbulkan obstruksi jalan nafas dan bila hal

    ini terjadi dapat dilakukan pemasangan endotrakeal atau trakeostomik.

    2.8 Pencegahan Laryngitis Akut

    - Jangan merokok, hindari asap rokok karena rokok akan membuat tenggorokan kering danmengakibatkan iritasi pada pita suara,

    - Minum banyak air karena cairan akan membantu menjaga agar lendir yang terdapat padatenggorokan tidak terlalu banyak dan mudah untuk dibersihkan

    - Batasi penggunaan alkohol dan kafein untuk mencegah tenggorokan kering.- Jangan berdehem untuk membersihkan tenggorokan karena berdehem akan menyebabkan

    terjadinya vibrasi abnormal pada pita suara, meningkatkan pembengkakan dan berdehemjuga akan menyebabkan tenggorokan memproduksi lebih banyak lender.

    Untuk mencegah kekeringan atau iritasi pada pita suara anda:1. Jangan merokok, dan hindari asap rokok dengan tidak menjadi perokok tidak langsung.

    Rokok akan membuat tenggorokan anda kering dan mengakibatkan iritasi pada pita suara

    anda.

    2. Minum banyak air. Cairan akan membantu menjaga agar lendir yang terdapat padatenggorokan tidak terlalu banyak dan mudah untuk dibersihkan.

    3. Batasi penggunaan alkohol dan kafein untuk mencegah tenggorokan kering. Bila andamengalami laringitis, hindari kedua zat tersebut diatas.

    4. Jangan berdehem untuk membersihkan tenggorokan anda. Berdehem tidak akan berakibatbaik bagi anda, karena berdehem akan menyebabkan terjadinya vibrasi abnormal pada

    pita suara anda dan meningkatkan pembengkakan. Berdehem juga akan menyebabkan

    tenggorokan anda memproduksi lebih banyak lendir dan merasa lebih iritasi, membuatanda ingin berdehem lagi.

    Perawatan sendiri1. Lembabkan tenggorokan anda. Cobalah untuk mengisap pelega tenggorokan, berkumur

    dengan air garam atau mengunyah permen karet.2. Gunakan alat pelembab ruangan. Jaga agar udara di sekitar rumah anda tetap lembab.3. Hindari berbicara atau menyanyi terlalu keras atau terlalu lama.Bila anda perlu berbicara

    dihadapan banyak orang, coba untuk menggunakan mikrophone atau megafon. 4. Beri jeda pada suara anda.Istirahatkan suara anda bilamana mungkin.5. Cari pelatih suara.Pertimbangkan pilihan ini bila anda seorang penyanyi atau bila

    kualitas suara sangat penting bagi anda.6. Jangan berbisik-bisik. Berbisik akan menyebabkan lebih banyak tekanan pada pita surara

    anda daripada bila anda berbicara dengan suara normal.

  • 7/22/2019 Hhhh Skenario 3

    17/17

    KELOMPOK B3 PBL Skenario-3

    DAFTAR PUSTAKA

    Wijana, N. Konjungtiva. In Ilmu Penyakit Mata.1993.

    Adithan C.Stevens-Johnson Syndrome. In: Drug Alert. Volume 2. Issue 1. Departement

    of Pharmacology. JIPMER. India. 2006. Available at:www.jipmer.edu.

    Sharma, V.K. : Proposed IADVL Consensus Guidelines 2006: Management of Stevens-

    Johnson Syndrome ( SJS) and Toxic Epidermal Necrolysis ( TEN). IADVL.2006

    Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani WI, Setiowulan W.Erupsi Alergi Obat.

    In: KapitaSelekta Kedokteran. Volume 2. 3rd edition. Fakultas Kedokteran Universitas

    Indonesia. Media Aesculapius. Jakarta. 2002.

    Hermani B,Kartosudiro S & Abdurrahman B, Buku Ajar Ilmu KesehatanTelinga Hidung Tenggorok Kepala Leher, edisi ke 5, Jakarta:FKUI,2003

    Cohen JL.BOIES-Buku Ajar Penyakit THT.Edisi ke6.Jakarta:EGC,1997