konsep dasar konjungtivitisy
TRANSCRIPT
-
7/23/2019 Konsep Dasar Konjungtivitisy
1/16
KONJUNGTIVITIS
A PENGERTIAN.
Suatu peradangan konjungtiva yang disebabkan oleh bakteri,
virus, jamur, clamida, alergi atau iritasi dengan bahan-bahan
kimia.
B PATOFISIOLOGI.Konjungtiva berhubungan dengan dunia luar kemungkinan
konjungtiva terinfeksi dengan mikro organisme sangat besar.
Pertahanan konjungtiva terutama oleh karena adanya tear film,
pada permukaan konjungtiva yang berfungsi melarutkan kotoran
dan bahan-bahan yang toksik kemudian mengalirkan melalui
saluran lakrimalis ke meatus nasi inferior. Tear film mengandung
beta lysine, lysozyne, Ig A, Ig G yang berfungsi menghambat
pertumbuhan kuman. Apabila ada kuman pathogen yang dapat
menembus pertahanan tersebut sehingga terjadi infeksi
konjungtiva yang disebutkonjungtivitis.
C PEMBAGIAN / KLASIFIKASI MENURUT GAMBARAN
KLINIK.
1. Konjungtiviti K!t!"!#.
Konjungtivitis Kataral Akut.
Disebut juga konjungtivitis mukopurulenta, konjungtivitis
akut simplek, pink eyes.
Penyebab:
1
-
7/23/2019 Konsep Dasar Konjungtivitisy
2/16
Koch Weeks, stafilokok aureus, streptokok viridan,
pneukok, dan lain-lain.
Tanda klinik:
Pada palpebra edema, konjungtiva palpebra merah kasar,
seperti beledru karena ada edema dan infiltrasi.
Konjungtiva bulbi injeksi konjungtival banyak, kemosis
dapat ditemukan pseudomembran pada infeksi
pneumokok.
Konjungtivitis Kataral Sub Akut.
Penyebab:
Sebagai lanjutan konjungtivitis akut atau oleh virus
hemofilus influenza.
Tanda klinik:
Palpebra edema. Konjungtiva palpebra hiperemi tak begitu
infiltratif. Konjungtiva bulbi injeksi konjungtiva positif, tak
ada blefarospasme dan secret cair.
Konjungtivitis Katarak Kronik.
Sebagai lanjutan konjungtivitis kataral akut atau
disebabkan kuman koch weeks, stafilokok aureus, morax
axenfeld, E. Colli atau disebabkan juga obstruksi duktus
naso lakrimal.
Tanda klinik:
Palpebra tak bengkak, margo palpebra bleparitis dengan
segala akibatnya. Konjungtiva palpebra sedikit merah, licin,
kadang-kadang hypertropis seperti beledru. Konjungtiva
bulbi injeksi konjungtiva ringan.
2
-
7/23/2019 Konsep Dasar Konjungtivitisy
3/16
$. Konjungtiviti Pu"u#%n.
Dapat Disebabkan :Gonorrhoe dan Nongonorrhoe akibat pneumokok, streptokok,
meningokok, stafilokok, dsb.
Tanda Klinik :
Konjungtivitis akut, disertai dengan sekret yang purulen.
Pengertian :
Konjungtivitis yang hiperakut dengan sekret purulen yang
disebabkan oleh Neisseria Gonorrhoika.
Patofisiologi :
Proses peradangan hiperakut konjungtiva dapat disebabkan
oleh Neisseria Gonorrhoika, yaitu kuman bukan yang
berbentuk kokkus, gram ngatif yang sering menjadi penyebab
uretritis, pada pria dan vaginitis atau bartolinitis pada wanita.
Infeksi ini dapat terjadi karena adanya kontak langsung antara
Neisseria Gonorrhoika dengan konjungtiva.
Dibedakan Atas 3 Stadium, Yaitu :
Stadium Infiltrat.
Berlangsung selama 1-3 hari. Dimana palpebra bengkak,
hiperemi, tegang, bleparospasme. Konjungtiva palpebra
hiperemi, bengkak, infiltrat mungkin terdapatpseudomembran diatasnya. Pada Konjungtiva bulbi
terdapat injeksi konjungtiva yang hebat, kemotik, sekret
sereus kadang-kadang beradarah.
Stadium Supuratif atau Purulenta.
3
-
7/23/2019 Konsep Dasar Konjungtivitisy
4/16
Berlangsung selama 2-3 minggu. Gejala-gejala tak begitu
hebat lagi. Palpebra masih bengkak, hiperemis, tetapi takbegitu tegang. Bleparospasme masih ada. Sekret campur
darah, keluar terus menerus apabila palpebra dibuka yang
khas adalah sekret akan keluar dengan mendadak
(memancar muncrat) oleh karena itu harus hati-hati bila
membuka palpebra, jangan sampai mengenai mata
pemeriksa.
Stadium Konvalesen (Penyembuhan) Hypertropi Papil.
Berlangsung 2-3 minggu. Gejala tak begitu hebat lagi.
Palpebra sedikit bengkak, konjungtiva palpebra hiperemi,
tidak infiltrat. Injeksi konjungtiva bulbi, injeksi
konjungtiva masih nyata, tidak kemotik, sekret jauh
berkurang.
Gejala / Gambaran Klinis :
Penyakit gonoblenore dapat terjadi secara mendadak.
Masa inkubasi dapat terjadi beberapa jam sampai 3 hari.
Keluhan utama : mata merah, bengkak dengan sekret seperti
nanah yang kadang-kadang bercampur darah.
Pemeriksaan Laboratorium :
Kerokan konjungtiva atau getah mata yang purulen dicatdengan pengecatan gram dan diperiksa dibawah mikroskop.
Didapatkan sel-sel polimorfonuklear dalam jumlah banyak
sekali. Kokus gram negatif yang berpasang-pasangan seperti
biji kopi yang tersebar diluar dan didalam sel.
Diagnosis :
4
-
7/23/2019 Konsep Dasar Konjungtivitisy
5/16
Diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan laboratorium
dan pemeriksaan klinik.Pengobatan :
Gonoblenore Tanpa Penyulit Pada Kornea.
Topikal :
Salep mata Tetrasiklin HCl 1 % atau Basitrasin yang
diberikan minimal 4 kali sehari pada neonatus dan
diberikan sedikitnya tiap 2 jam pada penderita dewasa,
dilanjutkan sampai 5 kali sehari sampai terjadinya resolusi.
Sebelum memberikan salep mata, mata harus dibersihkan
terlebih dahulu.
Sistemik :
Pada orang dewasa diberikan Penisillin G 4,8 juta IU intra
muskuler dalam dosis tunggal ditambah dengan Probenesid
1 gram per-oral, atau Ampisillin dalam dosis tunggal 3,5
gram per-oral. Pada neonatus dan anak-anak diberikan
injeksi Penisillin dengan dosis 50.0000 100.0000 IU/Kg
BB.
Gonoblenore Dengan Penyulit Pada Kornea.
Topikal :
Dapat dimulai dengan salep mata Basitrasin setiap jam
atau Sulbenisillin tetes mata, disamping itu diberikan juga
Penisillin konjungtiva.
Sistemik :
Pengobatan sistemik diberikan seperti pada gonoblenore
tanpa ulkus kornea.
5
-
7/23/2019 Konsep Dasar Konjungtivitisy
6/16
&. Konjungtiviti F#i't%n.
Merupakan peradangan terbatas dari konjungtiva denganpembentukan satu atau lebih dari satu tonjolan kecil,
berwarna kemerahan yang disebutflikten.
Penyebab :alergi terhadap
oTuberkulo protein, pada penyakit TBC.
o Infeksi bakteri : koch weeks, pneumokok, stafilokok,
streptokok.
oVirus : herpes simpleks.
oToksin dari moluskum kontagiosum yang terdapat pada
margo palpebra.
oJamur pada kandida albikans.
o Cacing : ascaris, tripanosomiasis.
o Infeksi fokal : gigi, hidung, telinga, tenggorokan dan traktus
urogenital.
Konjungtivitis 2 macam :
Konjungtivitis Flikten.
Tanda radang tak jelas, hanya terbatas pada tempat flikten,
sekret hampir tak ada.
Konjungtivitis Kum Flikten.
Tanda radang jelas, sekret mukos, mukopurulen, biasanya
karena infeksi sekunder pada konjungtivitis flikten.
Keluhan :
Lakrimasi, fotofobia, bleparospasme. Oleh karena dasarnya
alergi, maka cepat sembuh tetapi cepat kambuh kembali,
selama penyebabnya masih ada di dalam tubuh.
6
-
7/23/2019 Konsep Dasar Konjungtivitisy
7/16
(. Konjungtiviti M%)*"!n / P%u+o
M%)*"!n%.Ditandai dengan adanya masa putih atau kekuning-kuningan,
yang menutupi konjungtiva palpebra bahkan konjungtiva
bulbi.
Didapat pada :
Difteri primer
atau sekunder dari nasopharynx.
Streptokokus
beta hemolitik eksogen maupun endogen.
Steven Johnson
Syndrome.
Gejala klinik :
Palpebra bengkak. Konjungtiva palpebra : hiperemi dengan
membrane diatasnya. Konjungtiva bulbi : injeksi konjungtiva
(+), mungkin ada membrane. Kadang-kadang ada ulkus
kornea. Konjungtivitis pseudomembrane umumnya terdapat
pada semua konjungtivitis yang bersifat hiperakut atau
purulen seperti konjungtivitis gonore, akibat gonokok,
epidemik keratokonjungtivitis, inclusion konjungtivitis.
,. Konjungtiviti V%"n!#.
Dinamakan psring catarh karena banyak ditemukan pada
musim bunga di daerah yang mempunyai empat musim.
Keluhannya mata sangat gatal, terutama berada pada
lapangan terbuka yang panas terik. Sering menunjukkan alergi
terhadap tepung sari dan rumput-rumputan.
7
-
7/23/2019 Konsep Dasar Konjungtivitisy
8/16
-. Konjungtiviti Fo#i'u#!"i Nont"!'o)!.Dibagi lagi menjadi :
Konjungtivitis folikularis akut, yang
disebabkan oleh virus termasuk golongan ini adalah :
o Inclusion konjungtivitis.
o Keratokonjungtivitis epidemika.
o Demam faringokonjungtiva.
o Keratokonjungtivitis herpetika.
o Konjungtivitis new castle.
o Konjungtivits hemoragik akut.
Konjungtiva folikularis kronika.
Konjungtiva folikularis toksika / alergika.
Folikulosis.
. Konjungtiviti Fo#i'u#!"i T"!'o)!.
Penyebab virus dari golongan P.L.T (Psittacosis
Lympogranuloma Tracoma)
PEMERIKSAAN LABORATORIUM.
Pemeriksaan secara langsung dari kerokan atau getah mata
setelah bahan tersebut dibuat sediaan yang dicat dengan
pengecatan gram atau giemsa dapat dijumpai sel-sel radang
polimorfonuklear. Pada konjungtivitis yang disebabkan alergi pada
pengecatan dengan giemsa akan didapatkan sel-sel eosinofil.
E IAGNOSIS.
8
-
7/23/2019 Konsep Dasar Konjungtivitisy
9/16
Ditegakkan berdasarkan pemeriksaan klinis dan pemeriksaan
laboratorium. Pada pemeriksasan klinik di dapat adanyahiperemia konjungtiva, sekret atau getah mata dan edema
konjungtiva.
F PENGOBATAN.
Pengobatan spesifik tergantung dari identifikasi penyebab.
Konjungtivitis karena bakteri dapat diobati dengan sulfonamide
(sulfacetamide 15 %) atau antibiotika (Gentamycine 0,3 %;
chlorampenicol 0,5 %). Konjungtivitis karena jamur sangat jarang
sedangkan konjungtivitis karena virus pengobatan terutama
ditujukan untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder,
konjungtivitis karena alergi di obati dengan antihistamin
(antazidine 0,5 %, rapazoline 0,05 %) atau kortikosteroid
(misalnya dexametazone 0,1 %).
9
-
7/23/2019 Konsep Dasar Konjungtivitisy
10/16
ASU0AN KEPERAATAN
PAA KLIEN ENGAN KONJUNGTIVITIS
A. BIOATA.
Tanggal wawancara, tanggal MRS, No. RMK. Nama, umur, jenis
kelamin, suku / bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan, status
perkawinana, alamat, penanggung jawab.
B. RIA2AT KESE0ATAN .
1. Riwayat Kesehatan Sekarang.
Keluhan Utama:
Nyeri, rasa ngeres (seperti ada pasir dalam mata), gatal,
panas dan kemerahan disekitar mata, epipora mata dan
sekret, banyak keluar terutama pada konjungtiva, purulen /
Gonoblenorroe.
Sifat Keluhan :
Keluhan terus menerus; hal yang dapat memperberat
keluhan, nyeri daerah meradang menjalar ke daerah mana,
10
-
7/23/2019 Konsep Dasar Konjungtivitisy
11/16
waktu keluhan timbul pada siang malam, tidur tentu
keluhan timbul. Keluhan Yang Menyertai :
Apakah pandangan menjadi kabur terutama pada kasus
Gonoblenorroe.
2.Riwayat Kesehatan Yang Lalu.
Klien pernah menderita penyakit yang sama, trauma mata,
alergi obat, riwayat operasi mata.
3.Riwayat Kesehatan Keluarga.
Dalam keluarga terdapat penderita penyakit menular
(konjungtivitis).
C. PEMERIKSAAN FISIK.
Data Fokus :
Objektif: VOS dan VOD kurang dari 6/6.
Mata merah, edema konjungtiva, epipora, sekret
banyak keluar terutama pada konjungtivitis purulen
(Gonoblenorroe).
Subjektif:Nyeri, rasa ngeres (seperti ada pasir dalam mata) gatal,
panas.
. IAGNOSA KEPERAATAN.
11
-
7/23/2019 Konsep Dasar Konjungtivitisy
12/16
1. Perubahan kenyamanan (nyeri) berhubungan
dengan peradangan konjungtiva, ditandai dengan : Klien mengatakan ketidaknyamanan (nyeri) yang
dirasakan.
Raut muka /wajah klien terlihat kesakitan (ekspresi
nyeri).
Kriteria hasil:
Nyeri berkurang atau terkontrol.
Intervensi :
Kaji tingkat nyeri yang dialami oleh klien.
Ajarkan kepada klien metode distraksi selama nyeri, seperti
nafas dalam dan teratur.
Berikan kompres hangat pada mata yang nyeri.
Ciptakan lingkungan tidur yang nyaman, aman dan
tenang.
Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgesic.
Rasionalisasi :
o Dengan penjelasan maka klien diharapkan akan mengerti.
o Berguna dalam intervensi selanjutnya.
o Merupakan suatu cara pemenuhan rasa nyaman kepada
klien dengan mengurangi stressor yang berupa kebisingan.
o Menghilangkan nyeri, karena memblokir syaraf penghantar
nyeri.
Evaluasi :
Mendemonstrasikan pengetahuan akan penilaian
pengontrolan nyeri.
12
-
7/23/2019 Konsep Dasar Konjungtivitisy
13/16
Mengalami dan mendemonstrasikan periode tidur yang
tidak terganggu. Menunjukkan perasaan rileks.
2. Ansietas berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan tentang proses penyakitnya, ditandai dengan :
Klien mengatakan tentang kecemasannya.
Klien terlihat cemas dan gelisah.
Kriteria hasil :
Klien mengatakan pemahaman tentang proses penyakitnya
dan tenang.
Intervensi :
Kaji tingkat ansietas / kecemasan.
Beri penjelasan tentang proses penyakitnya.
Beri dukungan moril berupa doa untuk klien.
Rasionalisasi :
o Bermanfaat dalam penentuan intervensi.
o Meningkatkan pemahaman klien tentang proses
penyakitnya
o Memberikan perasaan tenang kepada klien.
Evaluasi :
Mendemonstrasikan penilaian penanganan adaptif untuk
mengurangi ansietas.
Mendemonstrasikan pemahamaan proses penyakit.
13
-
7/23/2019 Konsep Dasar Konjungtivitisy
14/16
3. Resiko terjadi penyebaran infeksi berhubungandengan proses peradangan.
Kriteria hasil :
Penyebaran infeksi tidak terjadi.
Intervensi :
Bersihkan kelopak mata dari dalam ke arah luar (k/p
lakukan irigasi).
Berikan antibiotika sesuai dosis dan umur.
Pertahankan tindakan septik dan aseptik.
Rasionalisasi :
o Dengan membersihkan mata dan irigasi mata, maka mata
menjadi bersih.
o Pemberian antibiotik diharapkan penyebaran infeksi tidak
terjadi.
o Diharapkan tidak terjadi penularan baik dari pasien ke
perawat atau perawat ke pasien.
Evaluasi :
Tidak terdapat tanda-tanda dini dari penyebaran penyakit.
4. Gangguan konsep diri (body image menurun)
berhubungan dengan adanya perubahan pada kelopak mata
(bengkak / edema).
Intervensi :
Kaji tingkat penerimaan klien.
Ajak klien mendiskusikan keadaan.
14
-
7/23/2019 Konsep Dasar Konjungtivitisy
15/16
Catat jika ada tingkah laku yang menyimpang.
Jelaskan perubahan yang terjadi.
Berikan kesempatan klien untuk menentukan keputusan
tindakan yang dilakukan.
Evaluasi :
Mendemonstrasikan respon adaptif perubahan konsep diri.
Mengekspresikan kesadaran tentang perubahan dan
perkembangan ke arah penerimaan.
5. Resiko tinggi cedera berhubungan dengan
keterbatasan penglihatan.
Kriteria hasil :
Cedera tidak terjadi.
Intervensi :
Batasi aktivitas seperti menggerakkan kepala tiba-tiba,
menggaruk mata, membungkuk.
Orientasikan pasien terhadap lingkungan, dekatkan alat
yang dibutuhkan pasien ke tubuhnya.
Atur lingkungan sekitar pasien, jauhkan benda-benda yang
dapat menimbulkan kecelakaan.
Awasi / temani pasien saat melakukan aktivitas.
Rasionalisasi :
o Menurunkan resiko jatuh (cedera).
o Mencegah cedera, meningkatkan kemandirian.
o Meminimalkan resiko cedera, memberikan perasaan aman
bagi pasien.
15
-
7/23/2019 Konsep Dasar Konjungtivitisy
16/16
o Mengontrol kegiatan pasien dan menurunkan bahaya
keamanan.
Evaluasi :
Menyatakan pemahaman faktor yang terlibat dalam
kemungkinan cedera.
Menunjukkan perubahan prilaku, pola hidup untuk
menurunkan faktor resiko dan melindungi diri dari cedera.
Mengubah lingkungan sesuai indikasi untuk meningkatkan
keamanan.
SUMBER
1.Wijana, Nana. 1990.Ilmu Penyakit mata. Cetakan V. Jakarta.
2.Pedoman Diagnosis dan Terapi, Lab / UPF Ilmu Penyakit Mata.
RSU Sutomo. 1994. Surabaya.
3.Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa
Keperawatan. Edisi 8. Penerbit: EGC, Jakarta.
16