penatalaksanaan osteoarthritis

Upload: uswatun-hasanah

Post on 09-Oct-2015

11 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Osteoarthritis

TRANSCRIPT

PENATALAKSANAAN OSTEOARTHRITIS

Pengelolaan osteoarthritis berdasarkan atas distribusinya (sendi mana yang terkena) dan berat ringannya sendi yang terkena. Pengelolaannya terdiri dari 3 hal

Terapi non-farmakologis :

Edukasi atau penerangan;

Terapi fisik dan rehabilitas;

Penurunan berat badan.

Terapi farmakologis :

Analgesik oral non-opiat;

Analgesik topical;

OAINS (obat anti inflamasi non steroid);

Chondroprotective;

Steroid intra-artikuler

Terapi bedah :

Malaligment, deformitas lutut Valgus-varus dsb;

Arthoscopic debridement dan joint lavage;

Osteotomy

Artroplasti sendi total

TERAPI NON-FARMAKOLOGISPenerangan

Maksud dari penarangan adalah agar pasien mengetahui sedikit seluk-beluk tentang penyakitnya, bagaimana menjaganya agar penyakitnya tidak tambah parah serta persendiannya tetap tidak dipakai.Terapi Fisik dan Rehabilitas

Terapi ini untuk melatih pasien agar persendiannya tetap dapat dipakai dan melatih pasien untuk melindungi sendi yang sakit.

Penurunan Berat Badan

Berat badan yang berlebihan terutama merupakan factor yang akan memperberatkan penyakit osteoarthritis. Oleh karenanya berat badan harus selalu dijaga agar tidak berlebihan. Apabila berat badan berlebihan, maka harus diuahakan penurunan berat badan, bila mungkin mendekati berat badan ideal.

TERAPI FARMAKOLOGIS

Analgesik Oral Non Opiat

Pada umumnya pasien telah mencoba untuk mengobati sendiri penyakitnya, terutama dalam hal mengurangi atau menghilangkan rasa sakit. Banyak ekali obat-obatan yang dijual bebas yang mampu mengurangi rasa sakit. Pada umumnya pasien mengetahui hal ini dari iklan pada media masa, baik cetak (Koran), radio maupun televise.

Analgesik Topikal

Analgesik topikal dengan mudah dapat kita dapat dipasaran dan banyak sekali yang dijual bebas. Pada umumnya pasien telah mencoba terapi dengan cara ini, sebelum memakai obat-obatan peroral lainnya.Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS)

Apabila dengan cara tersebut di atas tedak berhasil, pada umumnya pasien mulai dating kedokter. Dalam hal seperti ini kita pikirkan untuk pemberian OAINS, oleh karena obat golongan ini di samping mempunyai efek analgetik juga mempunyai efek anti inflamasi. Oleh karena pasien osteoarthritis kebanyakan usia lanjut, maka pemberian obat-obatan jenis ini harus angat berhati-hati. Jadi pilihlah obat yang efek sampingnya minimal dan dengan cara pemakaian yang sederhana, di samping itu pengawasan terhadap kemungkinan timbulnya efek amping selalu harus dilakukan.

Chondroprotective Agent

Yang dimaksud dengan chondroprotective agent adalah obat-obatan yang dapat menjaga atau mengurangi perbaikan (repair) tulang rawan sendi pada pasien osteoarthritis. Ebagian peneliti menggolongkan obat-obatan tersebut dalam Slow Acting Anti Osteoarthritis (SAAOA) atau Disease Modifying Anti Osteoarthritis Drugs (DMAODs). Sampai saat ini yang termasud dalam kelompok obat ini adalah : tetrasiklin, asam hialuronat, kondroitin sulfat, glikosaminoglikan, vitamin C, superoxide dismutase dan sebagainya. Tetrasiklin dan derivatnya mempunyai kemampuan untuk menghambat kerja enzim MMP dengan cara menghambatnya. Salah satu contoh adalah doxycycline, sayangnya obat ini baru dipakai pada hewan belum dipakai pada manusia.

Asam hialuronat disebut juga sebagai viscosupplement oeh karena salah satu mamfaat obat ini adalah dapat memperbaiki viskositas cairan sinovial, obat ini diberikan secara intra-artikuler. Asam hialuronat ternyata memegang peranan penting dalam membentukan matriks tulang rawan melalui agregasi dengan proteoglikan. Di samping itu pada binatang percobaan, asam hialuronat dapat mengurangi inflamasi pada sinovium, menghambat angiogenesis dan khemotaksis sel-sel inflamasi. Glikosaminoglikan, dapat menghambat sejumlah enzim yang berperan dalam proses degradasi tuang rawan, antara lain : hialuronidase, protease, elastase dan cathepsin B1 in vitro dan juga merangsang sintesis proteoglikan dan asam hialuronat pada kultur tulang rawan sendi manusia. Dari penelitian Rejholec tahun 1987 (dikutip dari Fife & Brandt 1992) pemakaian glikosaminoglikan selama 5 tahun dapat memberikan perbaikan dalam rasa sakit pada lutut, naik tangga, kehilangan jam kerja (mangkir), yang secara statistic bermakna. Juga dilaporkan pada pemeriksaan radiologis menunjukkan progresivitas kerusakan tulang rawan yang menurun dibandingkan dengan kontrol. Kondroitin sulfat, merupakan komponen penting pada jaringan kelompok vetebrata, dan terutama terdapat pada matriks ekstraeluler sekeliling sel. Salah satu jaringan yang mengandung kondroitin sulfat adalah tulang rawan sendi dan zat ini merupakan bagian dari proteoglikan. Menurut Hardingham (1998), tulang rawan sendiri, terdiri dari 2% sel dan 98% matriks ekstraeluler yang terdiri dari kolagen dan proteoglikan. Matriks ini membentuk satu struktur yang utuh sehingga mampu menerima beban tubuh. Pada penyakit sendi degeneratif seperti osteoarthritis terjadi kerusakan tulang rawan sendi dan salah satu penyebabnya adalah hilangnya atau berkurangnya proteoglikan pada tulang rawan terebut. Menurit penelitian Uebelhart dkk (1998) pemberian kondroitin sulfat pada kasus osteoarthritis mempunyai efek protektif terhadap terjadinya kerusakan tulang rawan sendi. Sedang Ronca dkk (1998) telah mengambil kesimpulan dalam penelitiannya tentang kondroitin sulfat sebagai berikut : efektivitas kondroitin sulfat pada pasien osteoarthritis mungkin melalui 3 mekanisme utama, yaitu : 1) anti inflamasi; 2) efek metabolik terhadap sintesis hialuronat dan proteoglikan; 3) anti-degradatif melalui hambatan enzim proteolitik dan hambatan efek oksigen reaktif. Vitamin C, dalam penelitian ternyata dalam hambatan aktivitas enzim lisozim. Pada pengamatan ternyata vitamin C mempuyai mamfaat dalam terapi osteoarthritis. (Fife & Brandt,1992).

Superoxide Dismutase, dapat dijumpai pada setiap sel mamalia dan mempunyai kemampuan untuk menghilangkan superoxide dan hydroxyl radicals. Secara in intro, radikal superoxide mampu meruak asam hialuronat, kolagen dan proteoglikan sedang hydrogen peroxide dapat merusak kondrosit secara langsung. Dalam percobaan klinis dilaporkan bahwa pemberian superoxide dismutase ini dapat mengurangi keluhan-keluhan pada pasien osteoarthritis. (Fifi & Brandt,1992). Steroid intra-artikuler, pada penyakit arthritis rheumatoid menunjukkan hasil yang baik. Kejadian inflamasi kadang-kadang dijumpai pada pasien osteoarthritis, oleh karena itu kortikosteroid intra irtikuler telah dipakai dan mampu mengurangi rasa sakit, walaupun hanya dalam waktu yang singkat. Penelitian selanjutnya tidak menunjukkan keuntungan yang nyata pada pasien osteoarthritis, sehingga pemakaiannya dalam hal ini masih kontroversial.TERAPI BEDAH

Terapi ini diberikan apabila terapi farmakologis tidak berhasil untuk mengurangi raa sakit dan juga untuk melakukan koreksi apabila terjadi deformitas sendi yang mengganggu aktivitas sehari-hari.

Referensi : Sudoyo,Aru W.2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Jakarta:Universitas Indonesia