penggunaan media film untuk meningkatkan empati siswa smp

Upload: alan-juvencini

Post on 06-Feb-2018

230 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/21/2019 Penggunaan Media Film untuk Meningkatkan Empati Siswa SMP

    1/37

  • 7/21/2019 Penggunaan Media Film untuk Meningkatkan Empati Siswa SMP

    2/37

    i

    DAFTAR ISI

    DAFTAR ISI i

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakan g 1

    B. Rumusan Masalah 5

    C. Tujuan Perumusan 5

    D. Hipotesis Penelitian 5

    E. Kegunaan Penelitian 6F. Asumsi dan Keterbatasan Penelitian 6

    G. Definisi Operasional 6

    BAB II KAJIAN PUSTAKA

    A. Media

    1. Pengertian Media 8

    2. Kriteria Pemilihan Media 93. Manfaat Penggunaan Media 10

    B. Film

    1. Pengertian Film 11

    2. Kelebihan Film 11

    3. Keterbatasan Film 12

    C. Empati

    1. Pengertian Empati 12

    2. Komponen-Komponen Empati 14

    3. Faktor yang Mempengaruhi Empati 17

    4. Proses Empati 18

    D. Efektifitas Penggunaan Media Film dalam Meningkatkan Empati

    Siswa SMP 20

  • 7/21/2019 Penggunaan Media Film untuk Meningkatkan Empati Siswa SMP

    3/37

    ii

    BAB III METODE PENELITIAN

    A. Rancangan Penelitian 22

    B.

    Sampel 24C. Instrumen Penelitian 24

    D. Rancangan Penelitian 24

    E. Pengumpulan Data 26

    F. Teknik Analisis Data 26

    Dafar Rujukan 28

  • 7/21/2019 Penggunaan Media Film untuk Meningkatkan Empati Siswa SMP

    4/37

    1

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Pendidikan adalah suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan

    seseorang. Melalui pendidikan seseorang bisa meningkatkan kualitas hidupnya.

    Sebuah negara bisa dikatakan maju jika mempunyai kualitas pendidikan yang

    baik. Kualitas pendidikan dikatakan baik jika bisa mengembangkan potensi

    sumber daya manusia yang ada. Menurut UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 3

    menyatakan bahwa tujuan Pendidikan Nasional adalah untuk mengembangkan

    kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat

    dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan

    potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada

    Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,

    dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

    Memasuki era globalisasi dan modernisasi banyak sekali dijumpai hambatan

    dalam mewujudkan tujuan pendidikan seperti diatas. Kemajuan teknologi yang

    canggih sudah membuat para remaja lupa diri dan menjadi lebih individualis.

    Kebanyakan remaja sekarang cenderung lebih suka berhubungan lewat internet

    daripada bertemu secara langsung (face to face). Di lingkungan sekitar peneliti

    banyak dijumpai orang-orang yang dalam berinterasi lebih suka memakai gadget

    mereka daripada berbicara langsung. Hal tersebut membuat mereka lebih terfokus

    dengan gadget mereka daripada dengan lingkungan sekitarnya. Mereka tidak

    perduli dengan apa yang terjadi disekitar mereka. Selain membuat individu

  • 7/21/2019 Penggunaan Media Film untuk Meningkatkan Empati Siswa SMP

    5/37

    2

    semakin individualis, kemajuan teknologi juga membuat berkurangnya rasa

    kepedulian sosial dikalangan remaja. Dengan berkurangnya rasa kepedulian

    remaja itu bisa berdampak buruk pada kehidupan sosial para remaja. Beberapa

    perilaku remaja yang menunjukkan sudah berkurangnya rasa kepedulian

    sosialnya antara lain adalah maraknya kekerasan di sekolah, tidak peduli dengan

    orang lain, dan banyak masih banyak lagi. Jika semua itu dibiarkan saja maka

    akan membuat perkembangan moral dan soisal remaja akan mengahadapi

    permasalahan.

    Masa remaja merupakan periode transisi antara masa kanak-kanak dan masa

    dewasa. Masa remaja tidak hanya ditandai dengan perubahan-perubahan fisik

    tetapi juga dengan timbulnya perubahan-perubahan psikis. Menurut WHO (dalam

    Sarwono, 2011) definisi remaja adalah individu yang mengalami perkembangan

    psikologis dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa. Para remaja

    kebanyakan masih sangat labil dan masih dalam taraf pencarian identitas atau jati

    diri. Remaja adalah pewaris bangsa dimasa depan. Oleh karena itu, sudah

    selayaknya mereka mendapatkan perhatian lebih, terutama di dalam bidang

    pendidikan formal. Sekolah adalah salah satu lembaga pendidikan formal sebagai

    tempat untuk membimbing, mendidik, dan mengembangkan potensi peserta didik

    dalam mencapai tujuan pendidikan. Pendidikan yang diberikan kepada remaja

    tidak cukup hanya terfokus pada aspek kognitif saja. Disisi lain aspek non

    kognitif juga tidak bisa ditinggalkan begitu saja.

    Perilaku sosial adalah salah satu aspek non kognitif yang sering dilupakan

    peranannya. Indikasi perilaku sosial yang baik adalah seperti sopan santun, saling

    tolong-menolong, memberi sedekah, suka bekerjasama, menghormati orang tua,

  • 7/21/2019 Penggunaan Media Film untuk Meningkatkan Empati Siswa SMP

    6/37

    3

    melestarikan lingkungan, tidak memaksakan kehendak kepada orang lain. Jika

    seseorang bisa mengembangkan keduanya, maka dia akan memperoleh

    penyesuaian yang baik di masyarakat dan bisa diterima masyarakat serta

    terciptanya keharmonisan hubungan antar sesama. Sebaliknya, jika seseorang

    yang hanya cerdas secara intelektual saja tetapi tidak tahu bagaimana bergaul,

    egois, ingin menang sendiri, dan tidak menghargai orang lain. Maka dia tidak

    akan diterima baik oleh masyarakat dalam pergaulannya.

    Kali ini peneliti lebih memfokuskan mengenai sikap empati. Pada sebagian

    masyarakat, istilah empati kurang begitu dikenal daripada istilah simpati.

    Kalaupun mereka mengenal, maknanya sering kali disamakan. Sifat dan sikap

    peduli terhadap orang lain jarang ditemui dalam masyarakat Indonesia sekarang

    tidak terkecuali para remaja. Ini terlihat dari banyaknya fenomena yang terjadi,

    salah satunya peristiwa yang menimpa seorang maharemaja Ade Sarah Angelina

    Suroto (19), yang jasadnya ditemukan di pinggir tol Bintaro KM 41, Bekasi

    Timur, Rabu (5/3) lalu. Hal ini menurut psikolog Universitas Indonesia, Tika

    Bisono merupakan salah satu bukti hilangnya nilai budi pekerti dan rasa empati di

    tengah masyarakat sehingga menyebabkan remaja/tersangka berani melakukan

    pembunuhan berencana.

    Carl Rogers (dalam Taufik, 2012) menyebutkan bahwa sikap empati adalah

    suatu proses di mana seseorang berpikir mengenai kondisi orang lain yang seolah

    dia berada pada posisi orang lain itu. Hal itu membuat dia bisa merasakan dan

    mengalami sebagaimana yang dirasakan dan dialami orang lain itu, tetapi tanpa

    kehilangan identitas dirinya sendiri. Sikap empati membuat seseorang menjadi

    tahu bagaimana kondisi psikologis orang lain, sehingga seseorang dapat

  • 7/21/2019 Penggunaan Media Film untuk Meningkatkan Empati Siswa SMP

    7/37

    4

    memahami apa yang sedang dipikirkan dan dirasakannya. Pemahaman ini akan

    menjadi tali perekat dalam hubungan sosial, dan meningkatkan kualitas

    hubungan.

    Menurut Eisenberg (dalam Taufik, 2012) dalam proses individu berempati

    melibatkan aspek afektif dan kognitif. Aspek afekif merupakan kecenderungan

    seseorang untuk mengalami perasaan emosional orang lain yaitu ikut merasakan

    ketika orang lain merasa sedih, menangis, terluka, menderita bahkan disakiti

    sedangkan aspek kognitif dalam empati difokuskan pada proses intelektual untuk

    memahami perspektif orang lain dengan tepat dan menerima pandangan mereka,

    misalnya membayangkan perasaan orang lain ketika marah, kecewa, senang,

    memahami keadaan orang lain dari cara berbicara, dari raut wajah dan cara

    pandang dalam berpendapat.

    Berdasarkan pengamatan peneliti akhir-akhir ini, banyak dijumpai tindakan-

    tindakan kekerasan yang dilakukan oleh para pelajar. Misalnya saja kasus

    kekerasan (bullying) yang dilakukan oleh para senior terhadap junior saat

    kegiatan masa orientasi di ITN. Selain itu aksi tawuran yang sering dilakukan

    oleh para pelajar di Jakarta dan masih banyak lagi. Kasus-kasus kekerasan yang

    dilakukan oleh remaja atau pelajar saat ini, salah satu faktor penyebabnya adalah

    tingkat empati remaja atau remaja yang rendah. Empati mempunyai hubungan

    yang sangat erat dengan perilaku pro-sosial. Remaja dapat berbagi perasaan

    dengan orang lain dalam suasana suka maupun duka, kesediaan memberikan

    bantuan kepada orang lain baik materiil maupun moril dan juga kesediaan untuk

    bekerjasama dengan orang lain demi tercapainya suatu tujuan.

  • 7/21/2019 Penggunaan Media Film untuk Meningkatkan Empati Siswa SMP

    8/37

    5

    Dalam hal ini bimbingan dan konseling mempunyai peran yang sangat penting

    untuk mengembalikan rasa peka terhadap sesama. Menurut Hamrin dan Clifford

    (dalam Prayitno, 2008) tujuan BK di sekolah adalah untuk membantu individu

    membuat pilihan-pilihan dan penyesuaian-penyesuaian dalam hubungannya

    dengan situasi-situasi tertentu. BK memberikan bantuan dengan empat komponen

    layanan, yakni pribadi, sosial, belajar, dan karier. Kali ini peneliti akan berusaha

    meningkatkan empati sosial remaja dengan menggunakan media film. Alasan

    peneliti memilih menggunakan media film adalah karena film mempunyai

    dampak emosional yang besar/tinggi, film sangat cocok mengajarkan masalah-

    masalah yang menyangkut domain kognitif maupun afektif. Studevant (2011)

    menyatakan film adalah metafora yang dapat digunakan dalam konseling sama

    seperti cerita, mitos, lelucon, dan terapi naratif lain. Hal ini dikarenakan film

    dapat meningkatkan kemungkinan konseli dapat menemukan ide dan pikiran baru.

    Dari segi kognitif konseli mendapat inspirasi apa yang harus dilakukan.

    Sedangkan dari segi afektif konseli mendapat semangat dan motivasi untuk

    meniru apa yang ada dalam film. Sikap individu maupun kelompok dapat

    dipengaruhi bahkan diubah dengan menggunakan film yang telah dirancang untuk

    hal tersebut.

    Film sudah lama dikenal orang. Kehadiran film ditengah-tengah masyarakat

    sejak dahulu sampai sekarang menimbulkan berbagai tanggapan. Ada yang

    mendukung ada juga yang menolak. Masing-masing pihak pasti mempunyai

    alasannya sendiri, karena memang film mengandung unsur-unsur negatif maupun

    positif. Menurut Margija Mangunhaedjana (1976), film bisa memperkaya

  • 7/21/2019 Penggunaan Media Film untuk Meningkatkan Empati Siswa SMP

    9/37

    6

    pengalaman hidup.film bisa menyajikan hal-hal yang baru dan berguna. Melalui

    film, orang bisa memperlajari tatanan kehidupan serta perilaku baru.

    Berdasarkan permasalah diatas, maka media film dianggap mampu untuk

    meningkatkan empati sosial remaja karena film merupakan salah satu media

    bimbingan yang mampu menginspirasi siswa yang pada akhirnya mampu

    meningkatkan empati sosial remaja. Atas dasar pemikiran tersebut maka peneliti

    mencoba melakukan penelitian tentang efektivitas penggunaan media film dalam

    meningkatkan empati siswa SMP.

    B. Rumusan Masalah

    Dari latar belakang masalah diatas, dapat ditentukan bahwa rumusan masalah

    dalam penelitian ini adalah apakah penggunaan media film dapat meningkatkan

    empati siswa?.

    C. Tujuan Penelitian

    Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas penggunaan media

    film dalam meningkatkan empati siswa.

    D. Hipotesis Penelitian

    Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah penggunaan media film

    efektif dalam meningkatkan empati remaja

    E. Kegunaan Penelitian

    1. Bagi Peneliti

    Penelitian ini dapat berguna untuk mengetahui apakah penggunaan media

    film efektif dalam meningkatkan empati remaja. Selain itu, penelitian ini

  • 7/21/2019 Penggunaan Media Film untuk Meningkatkan Empati Siswa SMP

    10/37

    7

    juga dapat digunakan sebagai alat untuk mengaplikasikan teori-teori yang

    telah didapat selama perkuliahan.

    2. Bagi Konselor Sekolah

    Penelitian ini dapat dipakai sebagai bahan rujukan bagi konselor dalam

    memeberikan layanan bimbingan kelompok untuk meningkatkan empati

    remaja.

    3. Bagi Jurusan

    Penelitian ini bermanfaat sebagai bahan pustaka yang dapat digunakan

    oleh Jurusan Bimbingan Konseling.

    F. Asumsi dan Keterbatasan Penelitian.

    1. Asumsi.

    Penggunaan media film disini salah satu cara untuk meningkatkan rasa

    empati remaja. Dengan meningkatnya rasa empati akan berdampak positif

    bagi kehidupan pribadi dan sosial remaja.

    2. Keterbatasan penelitian.

    Penelitian ini mempunyai keterbatasan, yakni Penelitian ini hanya terbatas

    pada nilai-nilai empati.

    G. Definisi Operasional

    1.

    Empati

    Empati adalah kemampuan seseorang dalam memahami dan menghayati

    perasaan yang sedang dialami oleh orang lain yang disertai dengan

    kemampuan untuk melakukan sikap atau balikan terhadap perasaan orang

    tersebut, tanpa harus kehilangan jati dirinya.

  • 7/21/2019 Penggunaan Media Film untuk Meningkatkan Empati Siswa SMP

    11/37

    8

    2. Media Film

    Media film adalah alat pemberi dan penyalur sebuah informasi tertentu

    melalui film untuk memberikan efek positif yang dapat merangsang

    pikiran, perasaan, dan perhatian remaja. Dalam hal ini, film yang

    digunakan adalah film yang memuat nilai-nilai empati. Penggunaan

    media akan semakin besar manfaatnya jika digunakan secara kreatif dan

    inovatif.

  • 7/21/2019 Penggunaan Media Film untuk Meningkatkan Empati Siswa SMP

    12/37

    9

    BAB 1I

    KAJIAN PUSTAKA

    A. Media

    1. Pengertian Media

    Kata media berasal dari kata latin, merupakan bentuk jamak dari kata

    medium. Secara harfiah kata tersebut mempunyai arti perantara atau pengantar.

    Miarso (dalam Nursalim, M., & Mustaji. 2010) menyatakan media adalah segala

    sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan yang dapat merangsang

    pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa untuk belajar. Menurut Heinich

    (dalam Nursalim, M., & Mustaji. 2010) media merupakan alat saluran

    komunikasi. Heinich mencontohkan media ini seperti film, televisi, diagram,

    bahan tercetak (printed materials), komputer, dan instruktur. Contoh media

    tersebut bisa dipertimbangkan sebagai media bimbingan dan konseling jika

    membawa pesan-pesan (messages) dalam rangka mencapai tujuan bimbingan dan

    konseling.

    Media bimbingan dan konseling adalah segala sesuatu yang dapat

    digunakan untuk menyalurkan pesan bimbingan dan konseling yang dapat

    merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa/konseli untuk

    memahami diri, mengarahkan diri, mengambil keputusan serta memecahkan

    masalah yang dihadapi. Media bimbingan dan konseling selalu terdiri atas dua

    unsur penting, yaitu unsur peralatan (hardware) dan unsur pesan yang dibawanya

    (message/software). Hardware adalah sarana/peralatan yang digunakan untuk

    menyajikan pesan/bahan bimbingan dan konseling tersebut. Sedangkan software

  • 7/21/2019 Penggunaan Media Film untuk Meningkatkan Empati Siswa SMP

    13/37

    10

    adalah informasi/bahan bimbingan dan konseling itu sendiri yang akan

    disampaikan kepada siswa/konseli. Dalam usaha memanfaatkan media sebagai

    alat bantu, Edgar Dale mengadakan klasifikasi menurut tingkat dari yang paling

    kongkrit ke yang paling abstrak.

    Klasifikasi tersebut kemudian dikenal dengan nama kerucut pengalaman

    dari Edgar Dale dan pada saat itu dianut secara luas dalam menentukan alat bantu

    yang paling sesuai untuk pengalaman belajar maupun pengalaman bimbingan dan

    konseling.

    2. Kriteria Pemilihan Media

    Dasar pertimbangan dalam pemilihan media adalah dapat terpenuhinya

    kebutuhan dan tercapainya tujuan bimbingan dan konseling, jika tidak sesuai

    dengan kebutuhan dan tujuan maka media tersebut tidak digunakan . Menurut

    Conel (dalam Nursalim, M., & Mustaji. 2010) dengan tegas menyatakan if the

    medium fits use it artinya jika media sesuai maka gunakanlah.

    lambang kata

    lambang visual

    rekaman dan radio

    gambar hidup

    televisi

    pameran museum

    darmawisata

    percontohan

    pengalaman dramatis

    pengalaman tiruan

    pengalaman langsung

  • 7/21/2019 Penggunaan Media Film untuk Meningkatkan Empati Siswa SMP

    14/37

    11

    Ada beberapa kriteria umum yang perlu diperhatikan dalam pemilihan

    media. Namun demikian secara teoritik bahwa setiap media memilki kelebihan

    dan kelemahan yang akan memberikan pengaruh kepada efektifitas pelaksanakan

    layanan bimbingan dan konseling. Sejalan dengan hal ini, pendekatan yang

    ditempuh adalah mengkaji media sangat dipengaruhi beberapa kriteria umum

    sebagai berikut:

    a. Kesesuaian dengan tujuan.

    b. Kesesuaian media dengan materi.

    c. Kesesuaian dengan karakteristik siswa.

    d. Kesesuaian dengan teori.

    e. Kesesuaian dengan gaya belajar siswa.

    f. Kesesuaian dengan kondisi lingkungan, fasilitas pendukung, dan

    waktu yang tesedia.

    3. Manfaat Penggunaan Media

    Perolehan pengetahuan siswa seperti siswa seperti yang digambarkan oleh

    Kerucut Pengalaman Edgar Dale bahwa pengetahuannya akan semakin abstrak

    apabila pesan hanya disampaikan melalui kata verbal. Hal semacam ini akan

    menimbulkan kesalahan persepsi siswa. Oleh sebab itu, sebaiknya siswa memiliki

    pengalaman yang lebih konkrit, pesan yang ingin disampaikan benar-benar dapat

    mencapai sasaran dan tujuan.

    Secara umum media mempunyai kegunaan :

    1. Memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis

    2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu tenaga dan daya indra.

  • 7/21/2019 Penggunaan Media Film untuk Meningkatkan Empati Siswa SMP

    15/37

  • 7/21/2019 Penggunaan Media Film untuk Meningkatkan Empati Siswa SMP

    16/37

    13

    menyajikan pesan audiovisual dan gerak. Oleh karenanya, film memberikan kesan

    yang impresif bagi pemirsanya.

    Ada beberapa jenis film, diantaranya film bisu, film bersuara, dan film

    gelang yang ujungnya saling bersambungan dan proyeksinya tak memerlukan

    penggelapan ruangan.

    2. Kelebihan

    Kemampuan film dalam memanipulasi waktu dan ruang sangat penting

    dalam proses pembelajaran. Beberapa keuntungan film dalam pembelajaran antara

    lain :

    1. Sangat bagus untuk menerangkan suatu proses

    2. Mengatasi keterbatasan ruang dan waktu.

    3. Memberikan kesan yang mendalam, yang dapat mempengaruhi sikap

    siswa.

    4. Kemampuan film dalam melakukan hal mengadakan close -up,

    timelapse, dan lain -lain. Karakteristik yang dimilikinya sangat

    menarik perhatian siswa untuk mengamati secara teliti suatu bagian

    tertentu dari materi pembelajaran.

    5. Film adalah media pembelajaran yang cocok untuk kelompok

    heterogen, kelompok kecil maupun besar, dan individual.

    3. Keterbatasan

    Sebagaimana halnya dengan media yang lain, maka film pun tidak luput

    dari kekurangan tersebut, yakni :

  • 7/21/2019 Penggunaan Media Film untuk Meningkatkan Empati Siswa SMP

    17/37

    14

    1. Harga produksinya cukup mahal

    2. Pembuatannya memerlukan banyak waktu dan tenaga.

    3. Memerlukan operator khusus untuk mengoperasikannya.

    C. Empati

    1. Pengertian Empati

    Konsep empati memiliki sejarah yang pelik, ditandai dengan banyaknya

    ketidaksepakatan dan perbedaan dikalangan ilmuan. Perbedaan pendapat tersebut

    menunjukkan bahwa konsep empati tidak mudah untuk dipahami dan dapat

    dipandang dari berbagai sisi. Dalam literatur psikologi sosial, pada awalnya kajian

    empatiterfokus pada isu-isu yang terkait dengan perilaku menolong. Krebs (dalam

    Taufik. 2012) menemukan bahwa respons-respons empati dapat dikaitkan dengan

    altruisme (perilaku menolong) ketika menggunakan pengukuran-pengukuran

    psikologis yang berkaitan dengan empati. Sementara Hoffman (dalam Taufik.

    2012) menjelaskan bahwa dalam penelitian-penelitian sosial empati telah

    digunakan untuk menjelaskan berbagai macam bentuk perilaku altruisme.

    Allport (dalam Taufik. 2012) mendefinisikan empati sebagai perubahan

    imajinasi seseorang kedalam pikiran, perasaan, dan perilaku orang lain. Dia

    percaya bahwa empati berada di antara kesimpulan (inference) pada satu sisi, dan

    intuisi pada sisi lain. Allport juga menitikberatkan pada peranan imitasi di dalam

    empati. Dia menyatakan bahwa empati adalah the imaginative transposing of

    oneself into the thinking, feeling, and acting of another. Sebenarnya pengertian

    Allport ini sudah mengarah kepada pengertian empati seperti yang dianut oleh

    banyak ilmuan saat ini, hanya saja penjelasan dia belum begitu lengkap, sehingga

    beberapa teoritikus kepribadian tidak setuju dengan pendapatnya, di antara

  • 7/21/2019 Penggunaan Media Film untuk Meningkatkan Empati Siswa SMP

    18/37

    15

    mereka adalah Kohut. Kohut melihat empati sebagai suatu proses di mana

    seseorang berpikir mengenai kondisi orang lain yang seakan-akan dia berada pada

    posisi orang lain itu. Selanjutnya, Kohut melakukan penguatan atas definisinya itu

    dengan mengatakan bahwa empati adalah kemampuan berpikir objektif tentang

    kehidupan terdalam dari orang lain.

    Sementara itu, Carl Rogers yang sangat aktif menggeluti dunia terapi

    menawarkan dua konsepsi. pertama, dia menulis empati adalah melihat kerangka

    berpikir internal orang lain secara akurat. Kedua, dalam memahami orang lain

    tersebut individu seolah-olah masuk dalam diri orang lain sehingga bisa

    merasakan dan mengalami sebagaimana yang dirasakan dan dialami oleh orang

    lain itu, tetapi tanpa kehilangan identitas dirinya sendiri. Definisi Rogers ini

    sangat penting terutama pada kalimat tanpa kehilangan identitas dirinya sendiri.

    Kalimat itu mengandung pengertian meskipun individu menempatkan dirinya

    pada posisi orang lain, namun dia tetap melakukan kontrol diri atas situasi yang

    ada, tidak sibuat-buat, dan tidak hanya dalam situasi orang lain itu.

    Selanjutnya pada tahun 1975, dalam artikelnya yang berjudul Emphatic:

    An Unappreciated Way of Being. Rogers menuliskan pengertian empati sebagai

    sebuah proses, yaitu :

    Entering the private perceptual world of the other and becoming

    thoroughly at home in it. It involves being sensitive, to the changing felt

    meanings which flow in this other person. It means temporarily living on

    his or her life, moving about in it delicately whitout making judgement,

    sensing meanings of which he or she is scarcely aware. It includes

  • 7/21/2019 Penggunaan Media Film untuk Meningkatkan Empati Siswa SMP

    19/37

    16

    communicationing your sensing of his or her world as you look with fresh

    and unfrightened eyes at element of which the individual is fearful. To be

    with another in this way means that for the time being you lay aside the

    views and values you hold for yourself in order to enter another world

    without prejudice.

    Definisi yang ditawarkan oleh Rogers tersebut lebih lengkap dibandingkan

    dengan definisi yang dibuat oleh Allport maupun Kohut. Tetapi dalam definisi

    tersebut Rogers belum menjelaskan tentang bagaimana memasuki situasi orang

    lain tanpa ia terhanyut di dalamnya, apakah itu melibatkan komponen kognitif

    atau afektif, amupu kedua-duanya. Namun demikian, tawaran pengertian Rogers

    tersebut telah memberikan gambaran bahwa empati harus disampaikan secara

    tulus kepada orang lain. Dia pun membedakan antara empati yang sebenarnya dan

    empati yang dilakukan dengan prasangka.

    Pada periode berikutnya, Parson (dalam Taufik. 2012) menjelaskan konsep

    empati sebagai social insight, interpersonal judgement, social cognition,

    judgement of emotions, person perception, judge of personality, and interpersonal

    sensitivity. Selain itu, para peneliti juga telah mendefinisikan empati sebagai skill

    dan bagian dari kepribadian. Empati disebut pula sebagai salah satu trait yang

    fundamental yang meliputi one of human basic attributes supportive of social life.

    Ilmuan lainnya mendefinisikan empati sebagai karakter afektif yang

    mempengaruhi pengalaman terhadap emosi orang lain. Sebagai konsep kognitif,

    Hogan mendeskripsikan empati dalam istilah global sebagai kemampuan

    intelektual atau imajinatif terhadap kondisi pikiran dan perasaan orang lain.

  • 7/21/2019 Penggunaan Media Film untuk Meningkatkan Empati Siswa SMP

    20/37

    17

    Dari berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa empati merupakan

    suatu aktivitas untuk memahami apa yang sedang dipikirkann dan dirasakan orang

    lain, serta apa yang dipikirkan dan dirasakan oleh orang yang bersangkutan

    (observer, perceiver) terhadap kondisi yang sedang dialami orang lain, tanpa yang

    bersangkutan kehilangan jati dirinya.

    2. Komponen-komponen Empati.

    Para teoritikus kontemporer menyatakan bahwa empati terdiri atas dua

    komponen, kognitif dan afektif. Namun, mereka berbeda pendapat sehubungan

    dengan aspek atau komponen mana yang lebih menonjol. Selain itu, mereka juga

    mempunyai perbedaan pandangan tentang bagaimana interaksi dari kedua

    komponen tersebut. Selain kedua komponen tersebut beberapa teoritikus lainnya

    menambahkan aspek komunikatif sebagai faktor ketiga. Komponen komunikatif

    sebagai jembatan yang menghubungkan keduanya, atau sebagai media ekspresi

    realisasi dari komponen kognitif dan afektif.

    a. Komponen Kognitif.

    Komponen kognitif adalah komponen yang menimbulkan pemahaman

    terhadap perasaan orang lain. Hal ini diperkuat oleh pernyataan

    beberapa ilmuan bahwa proses kognitif sangat berperan penting dalam

    proses empati. Selanjutnya Hoffman (dalam Taufik. 2012)

    mendefinisikan komponen kognitif sebagai kemampuan untuk

    memperoleh kembali pengalaman-pengalaman masa lalu dari memori

    dan kemampuan untuk memproses informasi semantik melalui

    pengalaman-pengalaman. Sehubungan dengan komponen ini,

  • 7/21/2019 Penggunaan Media Film untuk Meningkatkan Empati Siswa SMP

    21/37

    18

    Schieman & Gundy (dalam Taufik. 2012) mencirikan bahwa seseorang

    yang empatik mempunyai keahlian-keahlian yang terkait dengan

    persoalan komunikasi, perspektif dan kepekaan dalam pemahaman

    sosio-emosional orang lain. Secara garis besar bahwa aspek kognitif

    dari empati meliputi aspek pemahaman atas keadaan orang lain.

    Dalam pernyataan-pernyataan di atas tersirat bahwa komponen-

    komponen kognitif merupakan perwujudan dari multiple dimension ,

    seperti kemampuan seseorang dalam menjelaskan suatu perilaku,

    kemampuan untuk mengingat jejak-jejak intelektual dan verbal tentang

    orang lain, dan kemampuan untuk membedakan atau menselaraskan

    kondisi emosional dirinya dengan orang lain. Tanpa kemampuan

    kognitif yang memadai seseorang akan selalu meleset dalam

    memahami kondisi orang lain (incongruence). Karena realitas-realitas

    sosial yang dia tangkap tidak sesuai dengan realitas yang sebenarnya.

    Proses kognitif dimuali dari tingkatan mekanisme kognitif yang

    sederhana sampai pada proses yang lebih kompleks. Tingkatan-

    tingkatan tersebut antara lain : differentiation of the self from other, the

    differentiation of emotional state, social referencing and emitional

    meaning, labelling different emotional state, dan cognitive role taking

    ability.

    b. Komponen Afektif.

    Menurut definisi kontemporer, pada prinsipnya empati adalah

    penglaman afektif, vicarious emotional response (yaitu respon

    emosional yang seolah-olah terjadi pada diri sendiri) merupakan pusat

  • 7/21/2019 Penggunaan Media Film untuk Meningkatkan Empati Siswa SMP

    22/37

    19

    dari pengalaman empati, dan proses-proses empati kognitif untuk

    mendukung atau menuju pengalaman afektif. Dua komponen afektif

    diperlukan untuk terjadinya pengalaman empati, yaitu kemampuan

    untuk mengalami secara emosi dan tingkat reaktivitas emosional yang

    memadai yakni kecenderungan untuk bereaksi secara emosional

    terhadap situasi-situasi yang dihadapi, termasuk emosi yang tampak

    pada orang lain.

    Empati sebagai aspek afektif merujuk pada kemampuan menselaraskan

    pengalaman emosional pada orang lain. Menurut Colley (dalam

    Taufik. 2012) empati terdiri atas empat aspek yakni simpati,

    sensitivitas, dan sharing penderitaan yang dialami orang lain seperti

    perasaan dekat terhadap kesulitan-kesulitan orang lain yang

    diimajinasikan seakan-akan dialami oleh diri sendiri. Selanjutnya dia

    menambahkan, empati afektif merupakan suatu kondisi di mana

    pengalaman emosi seseorang sama dengan pengalaman emosi yang

    sedang dirasakan oleh orang lain, atau perasaan mengalami bersama

    dengan orang lain.

    Namun demikian, akurasi dari empati afektif ini berbeda-beda. Ada

    individu yang akurasinya lebih baik dan ada yang kurang baik. akurasi

    yang baik yaitu apabila observer merasakan tentang kondisi target

    sesuai dengan apa yang sedang dirasakan target pada waktu itu.

    Sebaliknya, akurasi yang rendah terjadi ketika yang dirasakan observer

    berbeda atau tidak samadengan apa yang sedang dirasakan oleh target

    yang sedang diamati.

  • 7/21/2019 Penggunaan Media Film untuk Meningkatkan Empati Siswa SMP

    23/37

    20

    c. Komponen Komunikatif.

    Beberapa teoritikus menambahkan komponen ketiga dari empati yaitu

    komunikatif. Munculnya komponen ini didasarkan pada asumsi awal

    bahwa komponen afektif dan kognitif akan tetap terpisah bila

    keduanya tidak terjadi komunikasi. Teoritikus lainnya mengatakan

    yang dimaksud dengan komunikatif adalah perilaku yang

    mengekspresikan perasaan-perasaan empatik. Menurut Wang, dkk

    (dalam Taufik. 2012) komponen empati komunikatif adalah ekspresi

    dari pikiran-pikiran empatik (intellectual empathy) dan perasaan-

    perasaan (empathic emotions) terhadap orang lain yang dapat

    diekspresikan melalui kata-kata dan perbuatan.

    3. Faktor-faaktor yang Mempengaruhi Empati

    Beberapa faktor baik psikologis maupun sosiologis yang mempengaruhi

    proses empati adalah sebagai berikut, antara lain :

    a. Sosialisasi

    Dengan adanya sosialisasi memungkinkan seseorang dapat mengalami

    sejumlah emosi, mengarahkan seseorang untuk melihat keadaan orang lain

    dan berpikir tentang orang lain.

    b. Perkembangan Kognitif

    Empati dapat berkembang seiring dengan perkembangan kognitif yang bisa di

    katakan kematangan kognitif, sehingga dapat melihat sesuatu dari sudut

    pandang orang lain ( berbeda )

    c. Mood dan Feeling

    Situasi perasaan seseorang ketika berinteraksi dengan lingkungannya akan

  • 7/21/2019 Penggunaan Media Film untuk Meningkatkan Empati Siswa SMP

    24/37

    21

    mempengaruhi cara seseorang dalam memberikan respon terhadap perasaan

    dan prilaku orang lain.

    d. Situasi dan Tempat

    Situasi dan tempat tertentu dapat memberikan pengaruh terhadap proses

    empati seseorang. Pada situasi tertentu, seseorang dapat berempati lebih baik

    di banding situasi yang lain.

    e. Komunikasi

    Pengungkapan empati di pengaruhi oleh komunikasi (bahasa) yang digunakan

    seseorang. Perbedaan bahasa dan ketidak pahaman tentang komunikasi yang

    terjadi akan menjadi hambatan pada proses empati.

    4. Proses Empati

    Dalam menjelaskan proses empati berbagai pendapat telah mengemuka, di

    antaranya mengatakan proses empati tergantung dari sudut pandang apa kita

    mendefinisikan konsep empati. Davis (dalam Taufik. 2012)menggolongkan

    proses empati ke dalam empat tahapan, yaitu antecedents, processes,

    interpersonal outcomes, dan interpersonal outcomes.

    a. Antecedents .

    Yang dimaksud antecedents , yaitu kondisi-kondisi yang mendahului

    sebelum terjadinya proses empati. Meliputi karakteristik observer,

    target atau situasi yang terjadi saat itu. Empati sangat dipengaruhi

    oleh kapasitas pribadi observer. Ada individu-individu yang memiliki

    kapasitas berempati tinggi ada pula yang rendah. Kemampuan empati

    yang tinggi, salah satunya dipengaruhi oleh kapasitas intelektual

  • 7/21/2019 Penggunaan Media Film untuk Meningkatkan Empati Siswa SMP

    25/37

    22

    untuk memahami apa yang dipikirkan dan dirasakan oleh orang lain,

    atau kemampuan untuk memahami apa yang terjadi pada orang lain.

    Juga dipengatuhi oleh riwayat pembelajaran individu sebelumnya

    termasuk sosialisasi terhadap nilai-nilai yang terkait dengan empati.

    Namun, karakteristik yang paling penting adalah perbedaan individual

    di mana ada individu-individu yang secara natural cenderung untuk

    berempati terhadap situasi yang dihadapi.

    b. Processes.

    Terdapat tiga jenis proses empati, yaitu non-cognitive processes,

    simple cognitive processes, dan advance cognitive processes. Pertama,

    non cognitive processes. Pada proses ini terjadinya empati disebabkan

    oleh proses-proses non kognitif, artiya tanpa memerlukan pemahaman

    terhadap situasi yang terjadi.

    Kedua, simple cognitive processes. Pada jenis empati hanya

    membutuhkan sedikit proses kognitif. Misalnya bila seseorang melihat

    tanda-tanda kurang nyaman pada orang lain atau pada saat itu antara

    observer dan target keduanya sama-sama berada pada situasi yang

    kurang nyaman akan membuat observer mudah berempati.

    Ketiga, advance cognitive processes . Berbeda halnya dengan proses

    yang pertama dan kedua, pada proses ini kita dituntut untuk

    mengerahkan kemampuan kognitif kita. Hoffman (dalam Taufik.

    2012) menyebutkan dengan language mediated association , di mana

    munculnya empati merupakan akibat dari ucapan atau bahasa yang

    disampaikan oleh target.

  • 7/21/2019 Penggunaan Media Film untuk Meningkatkan Empati Siswa SMP

    26/37

    23

    c. Intrapersonal Outcomes.

    Hasil dari proses berempati salah satunya adalah hasil intrapersonal,

    terdiri atas dua macam: affective outcomes dan non affective

    outcomes. Affective outcomes dibagi lagi ke dalam dua benruk, yaitu

    parallel dan reactive outcomes. Parallel outcomes atau emotion

    matching, yaitu adanya keselarasan antara yang kita rasakan dengan

    yang dirasakan atau dialami oleh orang lain. Misalnya kita dapat

    memahami masalah sesungguhnya yang dialami oleh target. Kita

    melakukan protes atau marah ketika melihat target diperlakukan

    secara tidak adil.

    Reactive outcomes didefinisikan sebagai reaksi-reaksi terhadap

    pengalaman-pengalaman orang lain yang berbeda. Dalam banyak

    kasus reactive outcomes cenderung mengarah kepada cognitive

    process dibandingkan dengan parallel outcomes. Menurut Davis

    (dalam Taufik. 2012) parallel outcomes dapat terjadi dari

    pengalaman-pengalaman primitif atau pengalaman-pengalaman

    sebelumnya, sedangkan reactive outcomes target melakukan diskusi

    untuk mencerna kondisi orang lain.

    d.

    Interpersonal Outcomes.

    Bila intrapersonal outcomes itu berefek pada diri observer, maka

    interpersonal outcomes berdampak kepada hubungan antara observer

    dengan target. Salah satu bentuk dari interpersonal outcomes adalah

    munculnya helping behavior (perilaku menolong). Interpersonal

    outcomes tidak sekadar mendiskusikan apa yang dialami oleh orang

  • 7/21/2019 Penggunaan Media Film untuk Meningkatkan Empati Siswa SMP

    27/37

    24

    lain, sebagaimana pada parallel dan reactive outcomes, lebih jauh dari

    itu interpersonal outcomes dapat menimbulkan perilaku menolong.

    Selain perilaku menolong, empati juga dihubungkan dengan perilaku

    agresif. Menurut Davis empati berhubungan negatif dengan perilaku

    agresif. Semakin baik akurasi empati maka akan semakin kecil

    terjadinya perilaku agresif.

    D. Efektifitas Penggunaan Media Film dalam Meningkatkan Empati Siswa.

    Empati adalah bagaimana seorang individu melihat dan memahami

    kerangka berpikir internal orang lain secara mendalam dan akurat, dan dalam

    memahami pemikiran orang lain tersebut individu itu seolah-olah masuk ke dalam

    diri orang lain tersebut sehingga bisa merasakan dan mengalami sebagaimana

    yang dirasakan dan dialami oleh orang lain, tapi tanpa kehilangan identitas dirinya

    sendiri. Dalam penelitian ini, peneliti mencoba menerapkan penggunaan media

    film dalam meningkatkan empati siswa SMP.

    Film adalah karya seni budaya yang merupakan pranata sosial dan media

    komunikasi massa pandang dan dengar yang dibuat berdasarkan asas

    sinematografi. Peneliti menggunakan media film ini karena film mempunyai

    kelebihan yakni pada perumpamaan dan pemodelan yang ada pada cerita,

    sehingga mampu menginspirasi penikmat film tanpa disadari olehnya. Baik untuk

    menyelesaikan suatu masalah ataupun saat memperlajari sesuatu yang baru.

    Dalam teori yang dijelaskan oleh bandura, proses mengamati dan meniru

    perilaku dan sikap orang lain sebagai model merupakan tindakan belajar. Dalam

    melakukan pengamatan tersebut, terdapat aspek kognitif yang menjadi dasar

  • 7/21/2019 Penggunaan Media Film untuk Meningkatkan Empati Siswa SMP

    28/37

    25

    timbulnya tingkah laku yang sesuai dengan apa yang telah diamati. Pada modeling

    ini, kita tidak sepenuhnya meniru dan mencontoh perilaku dari orang orang

    tersebut, namun kita juga memperhatikan hal hal apa saja yang baik semestinya

    untuk ditiru atau dicontoh dengan cara melihat bagaimana reinforcement atau

    punishmentnya yang akan ditiru.

    Menurut Bandura terdapat empat proses yang terlibat di dalam

    pembelajaran melalui pendekatan modeling, yaitu perhatian (attention),

    pengendapan (retention), reproduksi motorik (reproduction), dan penguatan

    (motivasi).

  • 7/21/2019 Penggunaan Media Film untuk Meningkatkan Empati Siswa SMP

    29/37

    26

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Rancangan Penelitian.

    Penelitian eksperimen adaah salah satu metode yang memerlukan

    persyaratan paling ketat, guna memperoleh tujuan penelitian khususnya untuk

    menentukan hubungan sebab akibat atau causal-effect relationship. Penelitian

    eksperimen bertujuan untuk mengetahui efek suatu variabel melalui manipulasi

    atau pengendalian terhadap suatu kelompok subjek. Rancangan penelitian yang

    digunakan dalam penelitian ini adalah Pretest-posttest Group Design. Dalam

    desain ini efek suatu perlakuan terhadap variabel akan diuji dengan cara

    membandingkan keadaan variabel pada kelompok eksperimen sebelum dan

    setelah dikenai perlakuan.

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas penggunaan cinema

    education untuk meningkatkan empati siswa. Rancangan penelitian dapat dilihat

    pada Tabel 1.1.

    Tabel 3.1 Pretest-posttest Group Design

    Groupeksperimen

    Pretest Pemeberian perlakuan

    Posttest

    Ge O1 X O2

    Keterangan :

    Ge : subjek yang diteliti

    O1 : pengukuran pertama sebelum subjek diberikan perlakuan

  • 7/21/2019 Penggunaan Media Film untuk Meningkatkan Empati Siswa SMP

    30/37

    27

    X : pemberian perlakuan (treatment)

    O2 : pengukuran setelah subjek diberikan perlakuan

    Untuk mengetahui efek perlakuan (treatment) pada subjek dapat dilihat

    dari selisih antara skor postes dan pretes (gain scores) . Dengan cara ini, efek

    perlakuan (treatment) dapat dianalisis memakai t-test. Gambar 3.1.

    Gambar 3.1 Ilustrasi Efek Signifikasi Pemberian Perlakuan

    Gambar 3.1 memperlihatkan salah satu kemungkinan hasil yang diperoleh

    yang menampakkan terjadinya peningkatan kemampuan pada kelompok

    eksperimen setelah menerima perlakuan.

    Adapun tahap-tahap pelaksanaan eksperimen sebagai berikut :

    1. Pretest.

    Pretest ini bertujuan untuk mengetahui tingkat empati siswa sebelum

    diberikan perlakuan (treatment).

    2. Perlakuan (treatment) .

    Perlakuan atau treatment disini diberikan dalam bentuk pemberian film

    pendek yang mempunyai nilai-nilai yang dapat memotivasi siswa

    untuk meningkatakan rasa empatinya. Treatment akan dilaksanakan

    beberapa kali pertemuan dan setiap pertemuan akan diberikan satu

    0

    1

    2

    3

    4

    5

    pretest posttest

  • 7/21/2019 Penggunaan Media Film untuk Meningkatkan Empati Siswa SMP

    31/37

    28

    tayangan film, setelah film selesai ditayangkan siswa diminta untuk

    merefleksikan nilai-nilai yang terkandung didalam film tersebut.

    3. Posttest.

    Posttest ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan empati siswa

    setelah diberikannya perlakuan (treatment) .

    B. Sampel.

    Dalam menentukan sampel penelitian, peneliti menggunakan sampling

    purposive. Sugiyono (2010) mengatakan sampling purposive adalah teknik

    penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Pemilihan sampel dilakukan

    dengan cara memilih beberapa siswa yang dianggap mempunyai tingkat empati

    yang rendah. Untuk mengetahui siswa mana yang mempunyai tingkat empati

    yang rendah maka peneliti akan menggunakan angket.

    C. Instrumen Penelitian.

    1. Angket.

    Alat pengumpul data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah

    angket. Pada tahun 1971, Mehrabian dan Epstein membuat sebuah alat tes untuk

    mengukur tingkat empati seseorang. Alat tes itu disebut dengan The QMEE

    (Questionnaire Measure of Emotional Empathy). Mehrabian dan Epstein

    menyatakan bahwa masalah yang selalu ada dalam pengukuran empati adalah

    keberadaan dua definisi yang sangat berbeda yang secara simultan

    menggambarkan konstruksi kompleks tersebut, yaitu keakuratan prediksi dan

    tanggapan-tanggapan emosional yang muncul.

  • 7/21/2019 Penggunaan Media Film untuk Meningkatkan Empati Siswa SMP

    32/37

    29

    The QMEE terdiri atas 33 pernyataan yang merefleksikan reaksi mereka

    terhadap perilaku-perilaku emosional orang lain dan situasi-situasi emosional

    yang beragam.

    D. Rancangan Perlakuan.

    Rancangan perlakuan yang dilakukan peneliti sebanyak lima kali

    pertemuan. Secara ringkas , langkah-langkah awal penyusunan perlakuan

    pedoman media film ada didalam tabel 3.2.

    Pertemua

    n

    Perlakuan Rincian kegiatan waktu

    1. Membina

    hubungan

    baik

    1. Salam pembuka

    2. Berdoa

    3. Memperkenalkan

    diri

    4. Menjelaskan secara

    rinci tentang

    kegiatan yang akan

    di lakukan

    5. Salam penutup

    30 menit

    2,3,4,5,6 Penayanga

    n film

    1. Pembukaan

    2. Penayangan film

    3. Setelah selesai,

    peneliti mengajak

    siswa untuk

    50 menit

  • 7/21/2019 Penggunaan Media Film untuk Meningkatkan Empati Siswa SMP

    33/37

  • 7/21/2019 Penggunaan Media Film untuk Meningkatkan Empati Siswa SMP

    34/37

    31

    melaksanakan eksperimen adalah adalah melakukan pretest kepada 30

    siswa kelas VII. Setelah melakukan pretest, kemudian dipilih 10 siswa

    yang memiliki skor pretest terendah dalam kelas. Pelaksanaan treatment

    dilakukan sebanyak lima kali pertemuan. Setiap pertemuan diberikan

    penayangan satu film yang mengandung nilai-nilai empati dan kemudian

    di akhiri dengan melakukan refleksi diri. Setelah semua kegiatan selesai

    dilakukan selanjutnya siswa diberikan posttest untuk mnegetahui

    perubahan empati yang dialami siswa.

    F. Teknik Analisis Data.

    Dalam penelitian kualitatif, analisis data adalah kegiatan setelah

    data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul. Kegiatan

    dalam analisis data adalah: mengelompokkan data berdasarkan variabel

    dari seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti,

    melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan

    melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan.

    Dalam penelitian ini teknik analisis data yang digunakan.

    1. Statistik Deskriptif.

    Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis

    data dengan cara mendiskripsikan atau menggambarkan data yang

    telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat

    kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono,

    2010:207). Tujuan analisis deskriptif pada penelitian ini adalah

    memberikan gambaran atas deskripsi tingkat empati pada siswa

    sebelum dan sesudah diberikan treatment.

  • 7/21/2019 Penggunaan Media Film untuk Meningkatkan Empati Siswa SMP

    35/37

  • 7/21/2019 Penggunaan Media Film untuk Meningkatkan Empati Siswa SMP

    36/37

    Daftar Rujukan

    Admin. 2014. Psikologi UI: Pembunuhan Ade Bukti Hilangnya Empati Pada

    Anak Muda . (Online), (http://m.aktual.co/hukum/171703pembunuhan-ade-

    psikologi-ui-bukti-hilang-, empati-pada-anak-muda, diakses 10 Maret

    2014).

    Arsyad, A. 2002. Media Pembelajaran. Jakarta. RajaGrafindo Persada

    Azwar, S. 2005. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

    Latuheru, J.D. 1998. Media Pembelajaran Dalam Proses Belajar-Mengajar Masa

    Kini. Jakarta: Depdikbud

    Nursalim, M., & Mustaji. 2010. Media Bimbingan dan Konseling. Surabaya:

    Unesa University Press

    Prayitno & Amti, E. 2008. Dasar-dasar Bimbingan Konseling. Jakarta: Rineka

    Cipta

    Robiah, F. 2012. Efektivitas Penggunaan Cinema Therapy untuk Meningkatkan

    Motivasi Berprestasi Siswa MTS. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: FIP

    UM

    Sarwono, S.W. 2011. Psikologi Remaja. Jakarta: RajaGrafindo Persada

    Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D . Bandung:

    Alfabeta

    Sugiyono. 2010. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta

    http://m.aktual.co/hukum/171703pembunuhan-ade-psikologi-ui-bukti-hilang-empati-pada-anak-mudahttp://m.aktual.co/hukum/171703pembunuhan-ade-psikologi-ui-bukti-hilang-empati-pada-anak-mudahttp://m.aktual.co/hukum/171703pembunuhan-ade-psikologi-ui-bukti-hilang-empati-pada-anak-mudahttp://m.aktual.co/hukum/171703pembunuhan-ade-psikologi-ui-bukti-hilang-empati-pada-anak-mudahttp://m.aktual.co/hukum/171703pembunuhan-ade-psikologi-ui-bukti-hilang-,%20empati-pada-anak-mudahttp://m.aktual.co/hukum/171703pembunuhan-ade-psikologi-ui-bukti-hilang-,%20empati-pada-anak-mudahttp://m.aktual.co/hukum/171703pembunuhan-ade-psikologi-ui-bukti-hilang-,%20empati-pada-anak-mudahttp://m.aktual.co/hukum/171703pembunuhan-ade-psikologi-ui-bukti-hilang-,%20empati-pada-anak-mudahttp://m.aktual.co/hukum/171703pembunuhan-ade-psikologi-ui-bukti-hilang-empati-pada-anak-mudahttp://m.aktual.co/hukum/171703pembunuhan-ade-psikologi-ui-bukti-hilang-empati-pada-anak-muda
  • 7/21/2019 Penggunaan Media Film untuk Meningkatkan Empati Siswa SMP

    37/37