perancangan keairan - bab 02 - landasan teori

Upload: fildzah105

Post on 25-Feb-2018

235 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/25/2019 Perancangan Keairan - Bab 02 - Landasan Teori

    1/56

    II-1

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    2.1 SUNGAI

    Sungai merupakan jalan air alami. mengalir menuju Samudera, Danau atau

    laut, atau ke sungai yang lain. Pada beberapa kasus, sebuah sungai secara

    sederhana mengalir meresap ke dalam tanah sebelum menemukan badan air

    lainnya. Dengan melalui sungai merupakan cara yang biasa bagi air hujan yang

    turun di daratan untuk mengalir ke laut atau tampungan air yang besar sepertidanau. Sungai terdiri dari beberapa bagian, bermula dari mata air yang mengalir

    ke anak sungai. Beberapa anak sungai akan bergabung untuk membentuk sungai

    utama. Aliran air biasanya berbatasan dengan kepada saluran dengan dasar dan

    tebing di sebelah kiri dan kanan. Penghujung sungai di mana sungai bertemu laut

    dikenali sebagai muara sungai.

    Sungai merupakan salah satu bagian dari siklus hidrologi. Air dalam

    sundai umumnya terkumpul dari presipitasi, seperti hujan,embun, mata air,limpasan bawah tanah, dan di beberapa negara tertantu air sungai juga berasal dari

    lelehan es / salju. Selain air, sungai juga mengalirkan sedimen dan polutan.

    Kemanfaatan terbesar sebuah sungai adalah untuk irigasi pertanian, bahan

    baku air minum, sebagai saluran pembuangan air hujan dan air limbah, bahkan

    sebenarnya potensial untuk dijadikan objek wisata sungai. Di Indonesia saat ini

    terdapat 5.950 daerah aliran sungai (DAS).

    Pada beberapa kasus, sebuah sungai secara sederhana mengalir meresap

    kedalam tanah sebelum menemukan badan air lainnya. Melalui sungai merupakan

    cara yang biasa bagi air hujan yang turun di daratan untuk mengalir ke laut atau

    tampungan air yang besar seperti danau. Sungai terdiri dari beberapa bagian,

    bermula dari mata air yang mengalir ke anak sungai. Beberapa anak sungai akan

    bergabung untuk membentuk sungai utama. Aliran air biasanya berbatasan dengan

    saluran dengan dasar dan tebing di sebelah kiri dan kanan. Pengujung sungai di

    mana sungai bertemu laut dikenali sebagai muara sungai.

    http://id.wikipedia.org/wiki/Airhttp://id.wikipedia.org/wiki/Hujanhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Daratan&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Lauthttp://id.wikipedia.org/wiki/Danauhttp://id.wikipedia.org/wiki/Mata_airhttp://id.wikipedia.org/wiki/Irigasihttp://id.wikipedia.org/wiki/Indonesiahttp://id.wikipedia.org/wiki/Daerah_aliran_sungaihttps://id.wikipedia.org/wiki/Hujanhttps://id.wikipedia.org/wiki/Daratanhttps://id.wikipedia.org/wiki/Lauthttps://id.wikipedia.org/wiki/Danauhttps://id.wikipedia.org/wiki/Mata_airhttps://id.wikipedia.org/wiki/Mata_airhttps://id.wikipedia.org/wiki/Danauhttps://id.wikipedia.org/wiki/Lauthttps://id.wikipedia.org/wiki/Daratanhttps://id.wikipedia.org/wiki/Hujanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Daerah_aliran_sungaihttp://id.wikipedia.org/wiki/Indonesiahttp://id.wikipedia.org/wiki/Irigasihttp://id.wikipedia.org/wiki/Mata_airhttp://id.wikipedia.org/wiki/Danauhttp://id.wikipedia.org/wiki/Lauthttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Daratan&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Hujanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Air
  • 7/25/2019 Perancangan Keairan - Bab 02 - Landasan Teori

    2/56

    II-2

    Jenis sungai dapat dibedakan menurut jumlahnya, genetiknya, dan sumber

    airnya. Menurut jumlah airnya, sungai dapat dibedakan menjadi:

    1. Sungai Permanen

    Sungai yang debit airnya sepanjang tahun relatif tetap. Contoh sungai jenis

    ini adalah sungai Kapuas, Kahayan, Barito dan Mahakam di Kalimantan. Sungai

    Musi, Batanghari dan Indragiri di Sumatera.

    2. Sungai Periodik

    Sungai yang pada waktu musim hujan airnya banyak, sedangkan pada

    musim kemarau airnya kecil. Contoh sungai jenis ini banyak terdapat di pulau

    Jawa misalnya sungai Bengawan Solo, dan sungai Opak di Jawa Tengah. Sungai

    Progo dan sungai Code di Daerah Istimewa Yogyakarta serta sungai Brantas di

    Jawa Timur.

    3. Sungai Intermittent/ Episodik

    Sungai yang pada musim kemarau airnya kering dan pada musim hujan

    airnya banyak. Contoh sungai jenis ini adalah sungai Kalada di pulau Sumba.

    4. Sungai Ephermal

    Sungai yang ada airnya hanya pada saat musim hujan. Pada hakekatnya

    sungai jenis ini hampir sama dengan jenis episodik, hanya saja pada musim hujansungai jenis ini airnya belum tentu banyak.

    Sungai juga dibedakan menurut genetiknya, yaitu berdasarkan arah

    alirannya. Menurut genetiknya, sungai dapat dibedakan menjadi:

    1. Sungai Konsekuen

    Sungai yang arah alirannya searah dengan kemiringan lereng.

    2. Sungai Subsekuen

    Sungai yang aliran airnya tegak lurus dengan sungai konsekwen.3. Sungai Obsekuen

    Anak sungai subsekwen yang alirannya berlawanan arah dengan sungai

    konsekwen

    4. Sungai Insekuen

    Sungai yang alirannya tidak teratur atau terikat oleh lereng daratan.

    5. Sungai Resekuen

    Anak sungai subsekwen yang alirannya searah dengan sungai konsekwen.

  • 7/25/2019 Perancangan Keairan - Bab 02 - Landasan Teori

    3/56

    II-3

    Sementara menurut sumber airnya, sungai dapat dibedakan menjadi tiga jenis

    sebagai berikut:

    1. Sungai Hujan

    Sungai yang berasal dari air hujan. Banyak dijumpai di Pulau Jawa dan

    kawasan Nusa Tenggara.

    2. Sungai Gletser

    Sungai yang berasal dari melelehnya es. Bnyak dijumpai di negara-negara

    yang beriklim dingin, seperti Sungai Gangga di India dan Sungai Rhein di Jerman.

    3. Sungai Campuran

    Sungai yang berasal dari air hujan dan lelehan es. Dapat dijumpai di

    Papua, contohnya Sungai Digul dan Sungai Mamberamo.

    Sungai merupakan salah satu unsur penting dalam kehidupan manusia,

    oleh karena itu penelitian dan manajemen sungai ini dilakukan oleh berbagai

    profesi. Ahli sanitari misalnya, meneliti sedimen sungai yang berasal dari buangan

    limbah serta pengaruhnya terhadap lingkungan. Sedangkan ahli teknik sipil,

    mengelola sungai untuk keperluan reservoir , pembangunan pelabuhan, dan

    jembatan. Keperluan tersebut memerlukan pengetahuan tentang sungai dan

    pengalirannya, seperti morfologi sungai, geometri sungai serta pola pengaliransungai.

    Sungai dikategorikan menjadi tiga bagian, yaitu bagian hulu, bagian

    tengah, dan bagian hilir.

    1. Bagian Hulu

    Daerah bagian hulu adalah daerah awal aliran sungai, dan berada di daerah

    pegunungan atau perbukitan. Sungai bagian hulu memiliki cirri-ciri sebagai

    berikut :a. Memiliki lembah sungai berbentuk V, dan lerengnya cembung

    (convecs).

    b. Debit airnya relative kecil dan sangat dipengaruhi oleh curah

    hujan.

    c. Arusnya dearas

    d. Aliran sungai mengalir di atas batuan induk (country rocks).

    e. Aliran sungai cenderung relative lurus.

  • 7/25/2019 Perancangan Keairan - Bab 02 - Landasan Teori

    4/56

    II-4

    f. Aliran sungai mengerosi batuan induk.

    g. Kondisi dasar sungai berbatu-batu

    h. Erosi oleh aliran air sungai terutama terjadi ke arah vertical (aliran

    air sungai mengerosi dasar sungai).

    i. Tidak pernah terjadi banjir (air sungai yang meluap) karena air

    segera mengalir ke hilir.

    2. Bagian Tengah

    Daerah sungai bagian tengah memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

    a. Memiliki lembah sungai berbentuk U (konkaf)

    b. Arusnya tidak begitu deras.

    c. Daya erosinya mulai berkurang.d. Arah erosi ke bagian dasar dan samping (vertikal dan horizontal).

    e. Mulai terjadi pengendapan (sedimentasi)

    f. Sering terjadi meander yaitu kelokan sungai yang mencapai 180

    atau lebih.

    3. Bagian Hilir

    Daerah hilir adalah daerah akhir aliran sungai, dan berada di dataran

    rendah tepi pantai. Sungai-sungai di daerah hilir memiliki ciri-ciri sebagai berikut:a. Memiliki l embah sungai berbentuk U.

    b. Aliran air permanen meskipun debit aliran sungai dapat

    dipengaruhi oleh curah hujan (musim).

    c. Di dalam alur sungai cenderung terjadi pengendapan, dan aliran air

    sungai mengalir di atas endapannya sendiri.

    d. Mendapat air dari alur yang berasal dari daerah hulu, dan kondisi

    debit dipengaruhi oleh kondisi daerah hulu.e. Dapat terjadi banjir bila debit air yang datang dari daerah hulu

    melebihi daya tampung saluran sungai yang ada di daerah hilir.

    f. Daerah genangan air sungai ketika banjir dikenal sebagai daerah

    dataran banjir, dan di dataran ini muatan yang dibawa oleh air

    sungai ketika banjir sebagian diendapkan.

    g. Aliran sungai cenderung berkelok-kelok membentuk pola aliran

    sungai yang dikenal sebagai meander.

  • 7/25/2019 Perancangan Keairan - Bab 02 - Landasan Teori

    5/56

    II-5

    h. Sungai cenderung mengerosi ke arah lateral (mengerosi tebing

    sungai).

    2.1.1. Bentuk Sungai

    Bentuk sungai sering dibedakan menjadi tiga macam, yaitu bentuk

    tampang lintang sungai, bentuk tampang memanjang sungai, serta pandangan atas

    sungai. Bentuk bentuk tipikal tampang melintang sungai disajikan pada sketsa.

    Bentuk sungai tidak tetap, selalu berubah sesuai dengan karakteristika alami yang

    merupakan faktor penting dalam kontribusi pembentukan sungai.

    Perlakuan campur tangan manusia mengakibatkan bentuk sungai lebih cepat

    mengalami perubahan. Karakteristik alami tersebut adalah iklim dan fisiografi

    daerah di wilayah sungai yang ditinjau, yang terdiri dari:

    1. Topografi daerah aliran sungai

    2. Formasi batuan (erosilitas tampang basah)

    3. iklim river basin/catchment area/daerah tangkapan hujan, serta vegetasi

    river basin.

    Belokan sungai lebih banyak dijumpai di sungai bagian tengah, di mana

    pada bagian ini erosi lateral akan lebih berperan dan sangat mengkontribusi

    pembentukan pulau sedimen. Perubahan bentuk akan lebih mungkin terjadi karena

    pemanfaatan sungai, misalnya :

    1. Scouring/gerusan pada pilar jembatan,

    2. Erosi pada bagian bawah/hilir bendungan,

    3. Garis pembendungan karena adanya pemanfaatan bataran sungai sehingga

    tampang basah sungai menjadi berkurang 4. Sungai akan leluasa dalam menyesuaikan ukuran dan bentuknya, sebagai

    reaksi oleh adanya perubahan kondisi dasar dan tebing.

    5. Bagian dasar dan tebing sungai akan dibentuk oleh material yang diangkut

    oleh aliran sungai, berasal dari pelapukan geologi pada periode yang

    panjang.

    6. Ukuran dan bentuk sungai (tampang melintang, memanjang, dan

    pandangan atas) disebut morfologi sungai .

  • 7/25/2019 Perancangan Keairan - Bab 02 - Landasan Teori

    6/56

    II-6

    2.1.2 Morfologi Sungai

    Morfologi sungai adalah ilmu yang mempelajari tentang geometri (bentuk

    dan ukuran), jenis, sifat dan perilaku sungai dengan segala aspek dan perubahannya dalam dimensi ruang dan waktu. Dengan demikian, morfologi

    sungai ini akan menyangkut juga sifat dinamik sungai dan lingkungannya yang

    saling terkait.

    Gambar 2.1. Morfologi sungai

    Keterangan

    A = Bantaran Sungai ; B = tebing sungai ; C = badan sungai ;D = batas tinggi air semu ; E = dasar sungai ; F = vegetasi riparian

    2.1.3 Geometri Sungai

    Geometri sungai adalah bentuk dan ukuran sungai pada arah melintang

    dan memanjang, yang terdiri dari dasar sungai, tebing sungai, alur sungai, serta

    bantaran sungai.

    1. Bentuk DASDaerah aliran sungai dapat dibedakan berdasarkan bentuk atau pola

    dimana bentuk ini akan menentukan pola hidrologi yang ada. Coarak atau pola

    DAS dipengaruhi oleh faktor geomorfologi, topografi dan bentuk wilayah DAS.

    Sosrodarsono dan Takeda (1977) mengklasifikasikan bentuk DAS sebagai

    berikut :

  • 7/25/2019 Perancangan Keairan - Bab 02 - Landasan Teori

    7/56

    II-7

    a. DAS bulu burung : Anak sungainya langsung mengalir ke sungai utama.

    DAS atau Sub-DAS ini mempunyai debit banjir yang relatif kecil karena

    waktu tiba yang berbeda.

    b. DAS Radial : Anak sungainya memusat di satu titik secara radial sehingga

    menyerupai bentuk kipas atau lingkaran. DAS atau sub-DAS radial

    memiliki banjir yang relatif besar tetapi relatif tidak lama.

    c. Das Paralel: DAS ini mempunyai dua jalur sub-DAS yang bersatu.

    Berikut adalah table karakteristik bentuk bentuk DAS:Tabel 2.1. Karakteristik Bentuk-Bentuk DAS

    Luas DAS dapat diukur di atas peta menggunakan alat planimeter. Batas

    DAS merupakan punggung bukit atau pegunungan yang memungkinkan prespitasi

    http://bebasbanjir2025.files.wordpress.com/2010/01/t2.jpg
  • 7/25/2019 Perancangan Keairan - Bab 02 - Landasan Teori

    8/56

    II-8

    yang jatuh menjadi aliran air mengalir melaluisaluran sungai di dalamnya yang

    terpisah dari kawasan DAS lainnya. Semakin kecil luas DAS yang diamati

    memerlukan peta topografi dengan skala yang semakin besar.

    Tabel 2.2. Penggunaan Peta Topografi dalam Pengukuran Luas DAS

    (Sumber: Puslitbang Pengairan, 1986 dalam Soewarno, 1991 )Panjang sungai dihitung sebagai jarak datar dari muara sungai (oulet) ke

    arah hulu sepanjang sungai induk. Adapun lebar sungai merupakan pembagian

    antara luas DAS dengan panjang sungai.

    Gambar 2.2. Urutan nomor orde sungai

    Orde atau tingkat percabangan sungai adalah posisi percabangan alur

    sungai di dalam urutannya terhadap induk sungai dalam satu AS (Soewarno,

    1991). Alur sungai paling hulu yang tidak memiliki cabang disebut orde pertama,

    pertemuan dua orde pertama disebut orde kedua, pertemuan orde pertama dengan

    orde kedua disebut orde kedua, dan pertemuan dua orde kedua disebut orde

    ketiga, begitu seterusnya. Secara umum dapat dinyatakan bahwa pertemuan dua

    orde yang sama menghasilkan nomor orde satu tingkat lebih tinggi, sedangkan

    pertemuan dua orde sungai yang berbeda memberikan nomor orde yang sama

    http://bebasbanjir2025.files.wordpress.com/2010/01/g4.jpghttp://bebasbanjir2025.files.wordpress.com/2010/01/t3.jpg
  • 7/25/2019 Perancangan Keairan - Bab 02 - Landasan Teori

    9/56

    II-9

    nilainya dengan nomor orde tertinggi diantarakedua orde yang sungai yang

    bertemu.

    Kerapatan sungai adalah angka indeks yang menunjukkan banyaknya anak

    sungai di dalam suatu DAS. Indeks tersebut dihitung dengan persamaan :

    D = L/A ................................................................................................. (2.1)

    Dari persamaan 2.1 diketahui D adalah indeks kerapatan sungai (km/km 2), L

    adalah jumlah panjang seluruh alur sungai (km), dan A adalah luas DAS (km 2).

    Tabel 5 menunjukkan kriteria indeks kerapatan sungai. Horton (1949)

    menyebutkan bahwa kerapatan sungai berhubungan dengan sifat drainase DAS.

    Sungai dengan kerapatan kurang dari 0,73 umumnya berdrainase jelek atau sering

    mengalami penggenangan, sedangkan sungai dengan kerapatan antara 0,73 - 2,74

    umumnya memiliki kondisi drainase yang baik atau jarang mengalami

    penggenangan.

    Tabel 2.3. Indeks Kerapatan Sungai (Soewarno, 1991)

    Kemiringan sungai utama adalah rasio perbedaan tinggi antara titik

    tertinggi (di bagian hulu) dengan titik terendah (di bagian hilir) dari sungai utama

    dibagi dengan panjang sungai utama.

    2. Permasalahan Umum Geometri Sungai

    Sungai mengalami dua hal penting, yaitu erosi dan pengendapan yang

    dipengaruhi oleh jenis aliran air dalam sungai yaitu:

    a. Aliran Laminar

    Air mengalir dengan lambat, partikel akan bergerak ke dalam arah paralel

    terhadap saluran.

    http://bebasbanjir2025.files.wordpress.com/2010/01/t4.jpg
  • 7/25/2019 Perancangan Keairan - Bab 02 - Landasan Teori

    10/56

    II-10

    b. Aliran Turbulen

    Kecepatan aliran berbeda pada bagian atas, tengah, bawah, depan dan

    belakang dalam saluran, sebagai akibat adanya perubahan friksi, yangmengakibatkan perubahan gradien kecepatan. Kecepatan maksimum pada

    aliran turbulen umunya terjadi pada kedalaman 1/3 dari permukaan air terhadap

    kedalaman sungai.

    Erosi yang terjadi pada dinding ataupun dasar sungai dibawah kondisi

    aliran bersifat turbulen.Pengendapan akan terjadi jika material yang dipindahkan

    jauh lebih besar untuk digerakkan oleh kecepatan dan kondisi aliran. Pada kondisi

    aliran turbulen erosi akan terjadi akibat terbawanya material.Air yang mengalir di dalam sungai tidak tetap dan selalu berubah-ubah.

    Perubahan itu tidak hanya terjadi secara musiman, tetapi juga dari hari ke hari,

    bahkan dalam satu hari dapat terjadi berkali-kali. Perubahan air mengalir antara

    lain berupa perubahan besarnya debit, dan yang paling banyak mengalami

    akibatnya adalah geometri sungai. Beberapa contoh masalah geometri sungai

    antara lain sebagai berikut:

    a. Adanya pengendapan bahan-bahan padat yang berasal dari erosi,longsoran tebing sungai, bahan dari letusan gunung berapi yang terbawa

    oleh air. Sehingga geometri dasar sungai menjadi dangkal, kemudian muka

    air sungai naik.

    b. Adanya bangunan liar yang menjorok ke sungai atau batang-batang pohon

    yang tumbang, sehingga geometri sungai di tempat itu berubah dan aliran

    sungai mendapat rintangan.

    c. Adanya penggundulan hutan atau pembukaan tanah-tanah di daerah

    pengaliran sungai, sehingga mendatangkan erosi dan sedimentasi yang

    mengakibatkan geometri sungai berubah dan muka air sungai naik.

    d. Adanya sedimentasi di muara sungai, geometri dasar sungai mendangkal,

    sehingga muka air sungai di bagian hulunya naik.

    e. Adanya alur sungai yang memiliki belokan-belokan tajam, sehingga

    geometri sungai pada arah melintang tidak seimbang yang mengakibatkan

    kelancaran air sungai di tempat itu terganggu.

  • 7/25/2019 Perancangan Keairan - Bab 02 - Landasan Teori

    11/56

    II-11

    f. Adanya kegiatan penambangan bahan galian pada alur sungai, sehingga

    palung sungai menjadi rusak.

    Secara alamiah geometri sungai selalu mengalami perubahan secara terus

    menerus, dan pada keadaan tertentu air meluap keluar palung sehingga dapat

    menimbulkan korban berupa kekayaan penduduk dan Negara, jiwa manusia,

    putusnya sarana perhubungan, terganggu kelancaran perekonomian, timbulnya

    wabah penyakit, dan lain-lain.

    2.1.4 Profil Melintang Sungai

    Profil melintang diperlukan untuk menggambarkan bentuk penampang

    melintang suatu jalan ataupun saluran air yang direncanakan. Dengan jarak dan

    perbedaan tinggi titik-titik di atas permukaan bumi, didaptlah irisan arah

    melintang yang dinamakan profil melintang. Bentuk profil melintang dapat dilihat

    pada gambar di bawah ini.

    Gambar 2.3. Bentuk profil melintang sungai

  • 7/25/2019 Perancangan Keairan - Bab 02 - Landasan Teori

    12/56

    II-12

    2.1.5 Tampang Memanjang

    Profil memanjang diperlukan untuk membuat trase jalan kereta api, jalan

    raya, saluran air, pipa air minum, dan sebagainya. Dengan jarak dan perbedaan

    tinggi titik titik di atas permukaan bumi, di dapatlah irisan tegak lapangan yangdi namakan profil memanjang pada sumbu proyek Bersama dengan profil

    melintang dan peta situasi kita dapatkan dasar dasar pada perencanaan proyektersebut diatas Penyipat datar pada profil memanjang dapat dilakukan. Biasanya

    timbul juga banyak titik di antaranya (Z) kita harus menggunakan satu

    perhitungan yang lebih sederhana. Bentuk profil memanjang dapat dilihat pada

    gambar berikut :

    Gambar 2.4. Bentuk profil memanjang sungai

    2.1.6 Manfaat Sungai

    Berikut ini adalah beberapa kegunaan atau manfaat perairan darat bagi

    manusia di sekitarnya, antara lain:

    1. Sumber energi pembangkit listrik

    Sebagai Negara kepulauan sumber-sumber energi alternatif berbasis air

    yang berkelanjutan dan terbarukan (energi arus laut atau sungai,energi ombak,

    energi pasang surut permukaan laut, dan energi perbedaan temperatur antara

    permukaan laut dan dasar laut (OTEC) cukup melimpah . Sumber ini banyak

  • 7/25/2019 Perancangan Keairan - Bab 02 - Landasan Teori

    13/56

    II-13

    terdapat hampir di seluruh wilayah Indonesia, khususnya Indonesia bagian Timur

    yang memiliki sumber arus dengan kecepatan cukup kuat. Potensi arus laut

    banyak ditemukan di Selat-selat NTB, NTT, Maluku dan Papua. Sedangkan

    potensi arus sungai cukup banyak ditemui di Sumatra, Kalimantan dan Papua.

    Keuntungan penggunaan energi arus laut atau sungai selain ramah lingkungan

    adalah energi arus laut atau sungai mempunyai densitas yang jauh lebih besar

    dibandingkan dengan energi angin (830 kali) sehingga dengan kapasitas yang

    sama, dimensi turbin arus akan jauh lebih kecil dibandingkan turbin angin (lebih

    efisien).

    2. Sarana Transportasi

    Di Thailand, sistem transportasi sungai menggunakan kapal tongkang

    (barges) menjadi pilihan utama untuk menekan biaya transportasi. Kebanyakan

    industri di Thailand dibangun di pinggir sungai Chao Phraya (sepanjang 370 km)

    untuk memudahkan dan menekan biaya transportasi.Transportasi sungai yang

    dikembangkan Thailand nampaknya cukup efektif dan efisien sebagai sarana

    transportasi barang-baranng ekspor sehingga mampu meningkatkan dayasaing

    produk di pasaran internasional. Setiap hari lalu-lalang sejumlah kapal tongkang

    mengangkut barang-barang perdagangan seperti beras, minyak, minuman, beton, barang tambang, maupun produk pertanian lainnya, mengindikasikan pentingnya

    peranan sungai sebagai sarana transportasi perekonomian modern. Kapal-kapal

    tongkang dengan kapasitas muat antara 400 ton hingga 600 ton tersebut ditarik

    menggunakan kapal ikan ataupun tag boat . Dengan adanya krisis energi, kini

    kebanyakan industri mulai meninggalkan penggunaan truk/trailer sebagai alat

    transportasi dan beralih ke transportasi sungai menggunakan kapal tongkang.

    3.

    Objek WisataMasyarakat Thailand menempatkan sungai di depan bukan di

    belakang. Sungai sebagaibest view yang indah dan bersahabat dimana banyakhotel dan restoran menggunakannya sebagai back yard untuk menikmati

    keindahan alamnya.

    4. Tempat budidaya ikan, udang, kepiting, dll

    5. Sumber air minum makhluk hidup

    6. Bahan baku industry

  • 7/25/2019 Perancangan Keairan - Bab 02 - Landasan Teori

    14/56

    II-14

    7. Sumber air pertanian, peternakan dan perikan an

    8. Sebagai tempat olahraga

    9. Tempat pembuangan limbah ramah lingkungan

    10. Tempat riset penelitian dan eksplorasi

    11. Bahan belajar siswa sekolah dan mahasiswa

    2.2 HUJAN

    Hujan merupakan komponen masukan yang paling penting dalam proses

    hidrologi, karena jumlah kedalaman hujan ( rainfall depth ) ini yang

    dialihragamkan menjadi aliran di sungai, baik melalui limpasan permukaan

    ( surface runoff ), aliran antara ( interflow, sub surface flow ) maupun sebagai aliran

    air tanah ( groundwater flow ).

    Untuk mendapatkan perkiraan besar banjir yang terjadi di suatu

    penampang sungai tertentu, maka kedalaman hujan yang terjadi harus diketahui.

    Dalam hal ini perlu diperhatikan bahwa yang diperlukan adalah besaran

    kedalaman hujan yang terjadi di seluruh Daerah Aliran Sungai (DAS). Jadi, tidak

    hanya besaran hujan yang terjadi di satu stasiun pengukuran hujan. Dalam hal ini

    yang diperlukan adalah data kedalaman hujan dari banyak stasiun hujan yangtersebar di seluruh Daerah Aliran Sungai (DAS).

    Untuk memperoleh besaran hujan yang dapat dianggap sebagai

    kedalaman hujan yang sebenarnya terjadi di seluruh Daerah Aliran Sungai (DAS),

    maka diperlukan sejumlah stasiun hujan yang dipasang sedemikian rupa sehingga

    dapat mewakili besaran hujan di Daerah Aliran Sungai (DAS) tersebut. Dalam

    kaitan ini ada 2 faktor yang sangat menentukan ketelitian pengukuran hujan, yaitu

    jumlah dan pola penyebaran stasiun hujan.Untuk kepentingan praktis, pengukuran kedalaman hujan banyak

    dilakukan selama 24 jam ( daily, 24 hours rainfall ). Dengan cara ini berarti

    kedaman hujan yang diketahui adalah kedalaman hujan total yang terjadi selama 1

    hari (24 jam). Berapa lama dan kapan terjadinya hujan tidak diketahui. Untuk

    berbagai kepentingan tertentu data hujan yang diperlukan tidak hanya data hujan

    24 jam (harian) akan tetapi juga data hujan setiap jamnya juga harus diperhatikan.

  • 7/25/2019 Perancangan Keairan - Bab 02 - Landasan Teori

    15/56

    II-15

    Hal ini akan membawa konsekuensi dalam cara pengukuran hujan dan

    berpengaruh terhadap sifat aliran sungai. Setiap pola distribusi hujan tertentu

    mengakibatkan sifat aliran sungai tertentu pula, yang akan berbeda untuk pola

    distribusi hujan yang lain. Sering ditemukan dalam catatan hujan harian

    keterangan yang menunjukkan saat-saat hujan mulai maupun berhenti yang

    diberikan oleh petugas pengamat. Dalam kaitan ini hendaknya keterangan tersebut

    tidak terlalu diperhatikan, karena catatan-catatan jenis ini umumnya terlalu

    banyak mengandung hal-hal yang tidak pasti.

    2.2.1 Analisis Hujan

    Hasil pengukuran data hujan dari masing-masing alat pengukuran hujan

    adalah merupakan data hujan suatu titik ( point rainfall ). Padahal untuk

    kepentingan analisis yang diperlukan adalah data hujan suatu wilayah ( areal

    rainfall ). Ada beberapa cara untuk mendapatkan data hujan wilayah yaitu :

    1. Metode Rata-Rata Aljabar

    Metode ini merupakan cara yang paling sederhana yaitu hanya dengan

    membagi rata pengukuran pada semua stasiun hujan dengan jumlah stasiun dalam

    wilayah tersebut. Sesuai dengan kesederhanaannya maka cara ini hanyadisarankan digunakan untuk wilayah yang relatif mendatar dan memiliki sifat

    hujan yang relatif homogen dan tidak terlalu kasar. Metode ini didasarkan pada

    asumsi bahwa semua penakar hujan mempunyai pengaruh yang setara. Alat

    penakar tersebar merata atau hampir merata dan harga individual curah hujan

    tidak terlalu jauh dari harga rata ratanya.

    Gambar 2.5. Metode rata-rata Aljabar

  • 7/25/2019 Perancangan Keairan - Bab 02 - Landasan Teori

    16/56

    II-16

    2. Metode Poligon Thiessen

    Cara ini selain memperhatikan tebal hujan dan jumlah stasiun, juga

    memperkirakan luas wilayah yang diwakili oleh masing-masing stasiun untuk

    digunakan sebagai salah satu faktor dalam menghitung hujan rata-rata daerah

    yang bersangkutan. Poligon dibuat dengan cara menghubungkan garis-garis berat

    diagonal terpendek dari para stasiun hujan yang ada.

    Gambar 2.6. Metode poligon Thiessen

    3. Metode Isohyet

    Isohyet adalah garis yang menghubungkan tempat-tempat yang

    mempunyai tinggi hujan yang sama. Metode ini menggunakan isohyet sebagai

    garis-garis yang membagi daerah aliran sungai menjadi daerah-daerah yang

    diwakili oleh stasiun-stasiun yang bersangkutan, yang luasnya dipakai sebagai

    faktor koreksi dalam perhitungan hujan rata-rata.

    Gambar 2.7. Metode Isohyet

  • 7/25/2019 Perancangan Keairan - Bab 02 - Landasan Teori

    17/56

    II-17

    Lepas dari kelebihan dan kelemahan ketiga metode di atas, pemilihan

    metode yang cocok dipakai pada suatu Daerah Aliran Sungai (DAS) dapat

    ditentukan dengan mempertimbangkan tiga faktor berikut :

    1. Jaring-jaring pos penakar hujan

    Jumlah pos penakar hujan cukup : Metode Isohyet, Thiessen atau

    rata rata aljabarJumlah pos penakar hujan terbatas : Metode rata rata aljabar atau

    Thiessen

    Pos penakar hujan tunggal : Metode hujan titik

    2. Luas Daerah Aliran Sungai (DAS)

    DAS besar (> 5000 km) : Metode Isohyet

    DAS sedang (500 s/d 5000 km) : Metode Thiessen

    DAS kecil (

  • 7/25/2019 Perancangan Keairan - Bab 02 - Landasan Teori

    18/56

    II-18

    penakar hujan otomatis. Selanjutnya, berdasarkan data hujan jangka pendek

    tersebut lengkung IDF dapat dibuat dengan salah satu dari persamaan berikut :

    1. Rumus Talbot

    Rumus ini banyak digunakan karena mudah diterapkan dan tetapan tetapan a dan b ditentukan dengan harga harga yang terukur.

    (2.2)

    Dimana: I = intensitas hujan (mm/jam)

    T = lamanya hujan ( jam )

    a dan b = konstanta yang tergantung pada lamanya hujan yang

    terjadi di DAS.2. Rumus Sherman

    Rumus ini mungkin cocok untuk jangka waktu curah hujan yang lamanya

    lebih dari 2 jam.

    (2.3)

    Dimana: I = intensitas hujan

    t = lamanya hujann = konstanta

    3. Rumus Mononobe

    Digunakan apabila data hujan jangka pendek tidak tersedia, yang ada

    hanya data hujan harian.

    I = [ ](2.4) Dimana: I = intensitas hujan

    t = lamanya hujan

    R24 = curah hujan maksimum dalam 24 jam (mm)

  • 7/25/2019 Perancangan Keairan - Bab 02 - Landasan Teori

    19/56

    II-19

    2.3 DEBIT

    Debit adalah jumlah air yang melewati suatu luasan per satu satuan waktu.

    Pengukuran debit sungai dapat dilakukan melalui dua kategori :

    1. Langsung

    a. Cara Luas Kecepatan b. Teknik dilutasi

    c. Cara elektromagnetik

    d. Cara ultrasonik

    2. Tidak Langsung

    a. Struktur Bangunan Air

    b. Cara luas - kemiringan

    2.3.1 Persamaan debit

    Rumus persamaan debit yaitu:

    Q = A . V ............................................................................................ ..........(2.5)

    Dimana: Q = debit (m/detik)

    A = Luas (m 2)

    V = Kecepatan (m/detik)

    2.3.2 Metode Pengukuran Kecepatan

    Pengukuran kecepatan dapat dihitung melalui empat metode, yaitu :

    1. Pelampung

    2. Velocity Head Road

    3. Trupps Ripple Method

    4.

    Current Meter

    2.3.3 Metode Perhitungan Debit

    Perhitungan debit pada sungai dapat dihitung dengan terlebih membaginya

    per pias, yaitu :

    1. Lebar pias 1/15 s/d 1/20 lebar sungai

    2. Debit per pias 1/10 Q 3. Kecepatan rata rata yang berdekatan selisihnya < 20%

  • 7/25/2019 Perancangan Keairan - Bab 02 - Landasan Teori

    20/56

    II-20

    2.4 BANJIR

    Banjir adalah dimana suatu daerah dalam keadaan tergenang oleh air

    dalam jumlah yang begitu besar. Sedangkan banjir bandang adalah banjir yang

    datang secara tiba-tiba yang disebabkan oleh karena tersumbatnya sungai maupun

    karena pengundulan hutan disepanjang sungai sehingga merusak rumah-rumah

    penduduk maupun menimbulkan korban jiwa.

    Bencana banjir hampir setiap musim penghujan melanda Indonesia.

    Berdasarkan nilai kerugian dan frekuensi kejadian bencana banjir terlihat adanya

    peningkatan yang cukup berarti. Kejadian bencana banjir tersebut sangat

    dipengaruhi oleh faktor alam berupa curah hujan yang diatas normal dan adanya

    pasang naik air laut. Disamping itu faktor ulah manusia juga berperan penting

    seperti penggunaan lahan yang tidak tepat (pemukiman di daerah bantaran sungai,

    di daerah resapan, penggundulan hutan, dan sebagainya), pembuangan sampah ke

    dalam sungai, pembangunan pemukiman di daerah dataran banjir dan sebagainya.

    Beberapa definisi banjir lainnya adalah:

    1. Banjir adalah suatu keadaan sungai, dimana aliran air tidak tertampung

    oleh palung sunagia, sehingga terjadi limpasan dan atau genangan pada

    lahan yang semestinya kering (Departemen Kimpraswil, 2001). 2. Banjir adalah peristiwa terbenamnya daratan yang biasanya kering karena

    volume air yang meningkat (Wikipedia, 2009).

    Menurut ahli hidrologi banjir-banjir di Indonesia dibagi menjadi tiga jenis, antara

    lain:

    1. Banjir karena sungainya meluap

    Banjir jenis ini biasanya terjadi akibat dari sungai tidak mampu lagi

    menampung aliran air yang ada di sungai tersebut akibat debit airnya sudahmelebihi kapasitas.

    2. Banjir Lokal

    Banjir jenis ini merupakan banjir yang terjadi akibat air yang berlebihan di

    tempat tersebut dan meluap juga di tempat tersebut. Pada saat curah hujan tinggi

    di lokasi setempat dimana kondisi tanah di lokasi tersebut sulit dalam melakukan

    penyerapan air (penyebabnya karena padat,kondisi lembab ataupun daerah

  • 7/25/2019 Perancangan Keairan - Bab 02 - Landasan Teori

    21/56

    II-21

    resapan airnya tinggal sedikit) maka kemungkinan terjadinya banjir lokal akan

    sangat tinggi sekali.

    3. Banjir akibat pasang surut air laut

    Saat air laut pasang, ketinggian muka air laut akan meningkat, otomatis

    aliran air di bagian muara sungai akan lebih lambat dibandingkan bila saat laut

    surut. Selain melambat, bila air sungai sudah melebihi kapasitasnya (ditempat

    yang datar atau cekung) maka air itupun akan menyebar ke segala arah dan

    terjadilah banjir.

    Bencana banjir memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

    1. Banjir biasanya terjadi setelah hujan deras yang turun terus menerus

    sepanjang hari

    2. Air menggenangi tempat-tempat tertentu dengan ketinggian tertentu.

    3. dapat mengakibatkan hanyutnya rumah-rumah, tanaman, hewan, dan

    manusia

    4. Banjir mengikis permukaan tanah sehingga terjadi endapan tanah di

    tempat-tempat yang rendah.

    5. Banjir dapat mendangkalkan sungai, kolam, atau danau.

    6. Sesudah banjir, lingkungan menjadi kotor oleh endapan tanah dan sampah. 7. Banjir dapat menyebabkan korban jiwa, luka berat, luka ringan, atau

    hilangnya orang.

    8. Banjir dapat menyebabkan kerugian yang besar baik secara moril maupun

    materiil.

    2.5 PENGENDALIAN BANJIR

    Penanggulangan banjir adalah segala upaya yang dilakukan agar banjirtidak menimbulkan gangguan dan kerugian bagi masyarakat, atau untuk

    mengurangi dan menekan besarnya kerugian yang ditimbulkan oleh banjir.

    Pengendalian banjir dimaksudkan untuk memperkecil dampak negatif dari

    bencana banjir, antara lain korban jiwa, kerusakan harta benda, kerusakan

    lingkungan dan terganggunya kegiatan sosial ekonomi.

    http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Hujan_deras&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Menggenangi&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Ketinggianhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Hanyutnya&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Tanamanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Hewanhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Mengikis&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Endapan_tanah&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Mendangkalkan&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Sungaihttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kolam&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Danauhttp://id.wikipedia.org/wiki/Sampahhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Korban_jiwa&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Luka_berat&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Luka_ringan&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Hilangnya_orang&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Hilangnya_orang&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Luka_ringan&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Luka_berat&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Korban_jiwa&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Sampahhttp://id.wikipedia.org/wiki/Danauhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kolam&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Sungaihttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Mendangkalkan&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Endapan_tanah&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Mengikis&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Hewanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Tanamanhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Hanyutnya&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Ketinggianhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Menggenangi&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Hujan_deras&action=edit&redlink=1
  • 7/25/2019 Perancangan Keairan - Bab 02 - Landasan Teori

    22/56

    II-22

    2.5.1 Prinsip Pengendalian Banjir

    Sesuai dengan definisi pengendalian banjir, berikut adalah prinsip dari

    pengendalian banjir:

    1. Menahan air sebesar mungkin di hulu dengan membuat waduk dan

    konservasi tanah dan air.

    2. Meresapkan kedalam tanah air hujan sebanyak mungkin dengan sumur sumur resapan dan menyediakan daerah terbuka hijau.

    3. Mengendalikan air di bagian tengah dengan menyimpan sementara di

    daerah retensi.

    4. Mengalirkan air secepatnya ke muara atau ke laut dengan menjaga

    kapasitas wadah air.

    2.5.2. Strategi Pengendalian Banjir

    Dalam melakukan pengendalian banjir perlu disusun strategi agar dapat

    dicapai hasil yang diharapkan. Strategi pengendalian banjir itu meliputi:

    1. Pengendali tata ruang

    Pengendalian tata ruang dilakukan dengan perencanaan penggunaan ruang

    sesuai kemampuannya dengan mepertimbangkan permasalahan banjir, pemanfaatan lahan sesuai dengan peruntukannya, penegakan hukum terhadap

    pelanggaran rencana tata ruang yang telah memperhitungkan Rencana Induk

    Pengembangan Wilayah Sungai.

    2. Pengaturan debit banjir

    Debit banjir rencana adalah debit banjir yang dipakai untuk dasar

    perencanaan pengendalian banjir, dan dinyatakan menurut kala ulang tertentu.

    Besarnya kala ulang ditentukan dengan mempertimbangkan segi keamanandengan resiko tertentu, serta kelayakannya baik teknis maupun lingkungan.

    Pengaturan debit banjir dilakukan melalui kegiatan pembangunan dan pengaturan

    bendungan dan waduk banjir, tanggul banjir, palung sungai, pembagi atau

    pelimpah banjir, daerah retensi banjir, dan sistem polder.

    3. Pengaturan daerah rawan banjir

    Pengaturan daerah rawan banjir dilakukan dengan cara:

    a. Pengaturan tata guna lahan dataran banjir (flood plain management).

  • 7/25/2019 Perancangan Keairan - Bab 02 - Landasan Teori

    23/56

    II-23

    b. Penataan daerah lingkungan sungai seperti: penetapan garis sempadan

    sungai, peruntukan lahan dikiri kanan sungai, penertiban bangunan

    disepanjang aliran sungai.

    4. Peningkatan peran masyarakat

    Peningkatan peran masyarakat dalam pengendalian banjir diwujudkan

    dalam:

    a. Pembentukan forum peduli banjir sebagai wadah bagi masyarakat untuk

    berperan dalam pengendalian banjir.

    b. Bersama dengan Pemerintah dan Pemerintah Daerah dalam menyusun dan

    mensosialisasikan program pengendalian banjir.c. Mentaati peraturan tentang pelestarian sumberdaya air antara lain tidak

    melakukan kegiatan kecuali dengan ijin dari pejabat yang berwenang

    untuk:

    1) mengubah aliran sungai

    2) mendirikan, mengubah atau membongkar bangunan-bangunan di

    dalam atau melintas sungai

    3) membuang benda-benda / bahan-bahan padat dan atau cair ataupunyang berupa limbah ke dalam maupun di sekitar sungai yang

    diperkirakan atau patut diduga akan mengganggu aliran.

    4) Pengerukan atau penggalian bahan galian golongan C dan atau bahan

    lainnya.

    2.5.3 Penyebab Banjir

    Penyebab terjadinya banjir dapat disebabkan oleh beberapa hal

    diantaranya adalah sebagai berikut:

    1. Curah hujan

    Air yang berada dibumi ini jumlahnya relatif tidak berubah karena adanya

    siklus air yang terkenal dengan daur/siklus hidrologi. Daur hidrologi di awali

    dengan penguapan air yang berada di bumi. Uap ini dibawa diatas benua-benua

    oleh massa udara yang bergerak. Bila uap tersebut didinginkan hingga titik

    embunnya, maka akan menjadi butiran air yang dapat dilihat sebagai awan atau

  • 7/25/2019 Perancangan Keairan - Bab 02 - Landasan Teori

    24/56

    II-24

    kabut. Dalam kondisi tertentu butiran-butiran kecil itu akan berkembang cukup

    besar untuk dapat jatuh kepermukaan bumi sebagai hujan. Sebagian dari hujan

    tersebut dikembalikan lagi ke udara melalui penguapan dari permukaan air tanah

    dan tumbuh-tumbuhan serta melalui transpirasi oleh tanaman. Sebagian dari sisa

    air hujan mengalir diatas permukaan tanah menjadi sungai dan sebagiannya lagi

    meresap kedalam permukaan tanah. Aliran air baik lewat aliran air di atas

    permukaan tanah maupun yang mengalir didalam datah akan mengalir lagi kelaut.

    2. Karakteristik Daerah Aliran Sungai (DAS)

    Daerah aliran sungai (DAS) adalah suatu kesatuan wilayah tata air yang

    terbentuk secara alamiah dimana air meresap dan / atau mengalir melalui sungai

    dan anak-anak sungai yang bersangkutan. Karakteristik DAS meliputi luas, bentuk

    dan kemiringan lereng. Perbandingan antara parameter tersebut menentukan sifat

    aliran disungai tersebut. Parameter DAS yang satu berlainan dengan parameter

    DAS yang lainya. Hal ini menyebabkan sifat aliran saling berbeda antara sungai

    yang satu dengan sungai lainnya.

    3. Kemampuan Alur Sungai Mengalirkan Air

    Penurunan kemampuan alur sungai mengalirkan volume air merupakan

    slah satu penyebab terjadinya banjir. Penurunan ini melipui pendangkalah dan penyempitan alur sungai.

    4. Pendangkalan Alur Sungai

    Adalah naiknya dasar sungai sehingga mengurangi kemampuan sungai

    mengalirkan air. pendangkalan sungai dapat disebabkan oleh proses pengendapan

    (sedimenyasi) terus menerus. Proses sedimentas ini biasanya terjadi dibagian luar

    hilir sungai akibat kecepatan aliran tidak mampu lagi mengangkut muatan

    sedimentas hasil erosi dari hulu.5. Penyempitan Alur Sungai

    Adalah apabila sungai mengalir melalui membelah pemukiman yang

    padat. Perkembangan penduduk yang sedemikian pesat seta penerapan aturan

    yang tidak tegas menyebabkan pemukiman penduduk yang dibangun di lereng

    sungai maupun didaerah bantaran. Hal ini jelas akan mengakibatkan penyempitan

    aliran sungai.

  • 7/25/2019 Perancangan Keairan - Bab 02 - Landasan Teori

    25/56

    II-25

    6. Perubahan tata guna lahan di Daerah Aliran Sungai

    Perubahan fisik yang terjadi di DAS akan berpengaruh langsung terhadap

    kemampuan DAS meresapan air hujan atau dengan kata lain kemampuan DAS

    menahan air agar tidak menjadi air limasan. Misalnya dari hutan menjadi

    perumahan, industri, atau pegunungan lain yang mengurangi daya resap tanah

    akan mengakibatkan berkurangny retensi DAS tersebut terhadap banjir.

    7. Tata pengaturan dan pengelolaan sungai

    Pelaksanaan pengelolaan banjir yang dilakukan pada saat ini kadang-

    kadang masih dilakukan secara lokal. Padahal pada sistem eko-hidrolik aliran

    sungai, penanganan di suatu tempat, banyak pengaruh ditempat lain. Sebagai

    contoh konsep drainase yang dianut pada saat ini adalah secepat-cepatnya

    mengalirkan genangan air ketempat yang lebih rendah. Tetapi debit banjir akan

    lebih besar dan lebih cepat datang di hilirnya.

    2.5.4 Upaya Penganggulangan Banjir

    Untuk mengatasi masalah banjir dan genangan sampai saat ini masih

    mengandalkan pada upaya yang bersifat represif dengan melaksanakan berbagai

    kegiatan fisik/upaya struktur yaitu membangun sarana dan prasarana pengendali banjir dan atau memodifikasi kondisi alamiah sungai sehingga membentuk suatu

    sistem pengendali banjir ( in-stream ). Langkah tersebut diterapkan hampir di

    seluruh negara-negara di dunia yang mengalami masalah banjir. Sedangkan

    upaya preventif yang pada dasarnya merupakan kegiatan non-struktur

    penerapannya masih terbatas. Di beberapa negara upaya struktur telah

    dikombinasikan dengan upaya nonfisik/nonstruktur ( off-stream ) sehingga

    membentuk sistem penanganan yang menyeluruh/komprehensif dan terpaduseperti misalnya di Jepang . Ada juga negara yang mulai meninggalkan upaya

    struktur dan lebih mengutamakan upaya nonstruktur. Kedua jenis upaya ini

    berfungsi untuk menekan/memperkecil besarnya masalah banjir ( flood damage

    mitigation ) dan tidak dapat menghilangkan/membebaskan masalah secara mutlak.

  • 7/25/2019 Perancangan Keairan - Bab 02 - Landasan Teori

    26/56

    II-26

    Berbagai jenis kegiatan fisik/struktur berikut manfaatnya antara lain:

    1. Pembangunan tanggul banjir untuk mencegah meluapnya air banjir

    sampai tingkat/besaran banjir tertentu. Dengan dibangun tanggul terbentuk penampang sungai yang tersusun untuk mengalirkan debit banjir rencana

    2. Normalisasi alur sungai, penggalian sudetan, banjir kanal, dan interkoneksi

    antar sungai untuk merendahkan elevasi muka air banjir sungai. Berbagai

    kegiatan ini harus direncanakan dengan sangat hati-hati mengingat

    perubahan apapun yang dilakukan terhadap sungai akan menimbulkan

    reaksi yang boleh jadi berlawanan dengan yang diingini pengelola

    3. Pembangunan waduk penampung dan atau retensi banjir, banjir kanal dan

    interkoneksi untuk memperkecil debit banjir, dan

    4. Pembangunan waduk/polder, pompa dan sistem drainase untuk

    mengurangi luas dan tinggi genangan.

    2.6 ANALISIS DEBIT BANJIR RANCANGAN

    2.6.1 Analisis Frekuensi Hujan

    Analisis hujan rancangan dengan metode rasional dapat dihitung

    menggunakan rumus sebagai berikut

    Xt = X rt + Kt . .......................................................................................... (2.6)Dimana: Xt = banjir rancangan

    Xrt = debit rerata

    Kt = factor frekuensi T tahun

    = standar deviasiUntuk menentukan parameter pada rumus di atas, digunakan perhitungan

    statistik dengan rumus-rumus sebagai berikut:

    1. Debit Rata-Rata (m 3/detik)

    Xrt = .......................................................................... (2.7)2. Standar Deviasi

    = ................................................................ (2.8)

  • 7/25/2019 Perancangan Keairan - Bab 02 - Landasan Teori

    27/56

    II-27

    3. Koefisien Variasi

    Cv = ........................................................................................ (2.9)

    4. Koefisien Skewnes

    Cs = [ ] [ ] ................................ (2.10)5. Koefisien Kurtosis

    Ck = [ ] ................................... (2.11)Dimana: Xrt = Rerata debit (m/detik)

    n = jumlah data

    Xi = hujan maksimum ke-i

    = standar deviasiCv = koefisien variasi

    Cs = koefisien skewness

    Ck = koefisen kurtosis

    Menurut Bambang Triatmodjo (2002), Jenis sebaran tergantung dari nilai

    Cv, Cs, dan Ck, serta grafik sebaran. Adapun enam jenis sebaran yang dipakai

    dalam analisa frekuensi banjir Sungai Bengawan Solo yaitu

    1. Sebaran Normal

    k = z ............................................................................................... (2.12)

    2. Log Normal 2 Parameter

    k = ........................................ (2.13)

    3. Log Normal 3 Parameter

    k = ........................................ (2.14)

    4. Pearson Type III

    (2.15)

  • 7/25/2019 Perancangan Keairan - Bab 02 - Landasan Teori

    28/56

    II-28

    5. Log Pearson Type III

    ....................................................................................................... (2.16)6. Extreme Value Type I (Gumble)

    k = - .............................................................. (2.17)

    Hal ini didasarkan pada curva ( cv, vs, cs ) sebagai acuan untuk memilih jenis

    sebaran. Dijelaskan pada Gambar 2.8. di bawah ini.

    3

    Gambar 2.8. Kurva cv, vs, cs

  • 7/25/2019 Perancangan Keairan - Bab 02 - Landasan Teori

    29/56

    II-29

    2.6.2. Analisis debit banjir rancangan

    Berikut adalah rumus-rumus umum yang dibutuhkan untuk menghitung

    analsisis dengan beberapa metode:

    1. A = P x ( lebar kanan + lebar kiri ) ................................................. (2.18)

    2. Crt = ...................................................... (2.19)3. tc = ( )0,385 ...................................................................................... (2.20) 4. tcc = tc tcs ............................................................................................. (2.21)

    5. Cs = ............................................................................................ (2.22)

    6. ................................................................ (2.23)

    7. I = ( )x( )2/3 ............................................................................ (2.24)Untuk menghitung debit banjir rancangan dapat digunakan beberapa

    metode, diantaranya adalah sebagai berikut:

    1. Metode Rasional

    .......................................................................... (2.25) 2.

    Metode Nakayasutg = 0,21 . (L 0,7) ............................................................................. (2.26)

    T0.3 = 2 . tg .................................................................................... (2.27)

    Tr = 0,5 . tg .................................................................................... (2.28)

    T p = tg +(0,058 . Tr) ....................................................................... (2.29)

    Q = )).3,0.(6,3

    ..(

    3,0

    24

    T T RT C

    p

    r

    ....................................................................... (2.30)

    3.

    Metode Haspers = (1+(0,012.(A 0,7))) / (1+(0,075.(A 0,7))) ...................................... (2.31)

    ..................................................................... (2.32)

    = 1/(1+(tc+((3,7 . 10) -4.tc) )).A ^3/4 / ((tc 2+15) . 12)) ......................... (2.33)

    ........................................................................................ (2.34)

    ....................................................................................... (2.35)

    Q = . . q u . A DAS ........................................................................ (2.36)

  • 7/25/2019 Perancangan Keairan - Bab 02 - Landasan Teori

    30/56

    II-30

    Setelah debit banjir rencana diperhitungkan, maka dapat dihitung debit

    pada profil sungai sebagai berikut

    1. I = L

    H

    ........................................................................................... (2.37)

    2. A =

    2

    2)1(

    2

    t bbt

    babb

    ................................................... (2.38)

    atau dapat dicari menggunakan AutoCAD

    3. Panjang keliling basah

    ....................................................................................................... (2.39)

    atau dapat dicari menggunakan AutoCAD

    4. R = P A

    ............................................................................................ (2.40)

    5. 21

    321

    I Rn

    V

    ................................................................................ (2.41)

    6. Q profil = A x V ................................................................................ (2.42)

    2.7.

    ALIRAN SALURAN TERBUKA2.7.1. Defenisi

    Aliran salura terbuka adalah aliran air dalam saluran yang memiliki

    permukaan bebas, ini adalah ciri khusus yang membedakannya dengan saluran

    pipa. Saluran terbuka meliputi semua jenis saluran terbuka yang bersifat alami dan

    buatan. Saluran yang bersifat aami contohnya anak sungai dipegunungan sampai

    aliran baah tanah yang mepunyai permukaan bebas. Sedang yang bersifat buatan

    manusia contohnya saluran pembangkit lisrik, selokan rumah tangga sampai

    saluran di laboratorium untuk penilitian.

    2222 227,112 bbt t p

  • 7/25/2019 Perancangan Keairan - Bab 02 - Landasan Teori

    31/56

    II-31

    2.7.2. Macam-Macam Aliran

    1. Aliran Tetap

    Aliran tetap (steady flow) adalah kondisi dimana komponen aliran tidak

    berubah terhadap waktu. Contohnya adalah aliran di saluran atau sungai pada

    kondisi tidak ada perubahan aliran (tidak ada hujan, tidak banjir, dll).

    a. Seragam

    Aliran seragam (uniform flow) adalah kondisi dimana komponen aliran

    tidak berubah terhadap jarak. Contoh aliran di saluran atau sungai pada kondisi

    tidak ada pengaruh pembendungan atau terjunan, tidak ada penyempitan atau

    pelebaran yang ekstrim.

    b. Tidak SeragamAliran tidak seragam (non-uniform flow) adalah kondisi dimana

    komponen aliran berubah terhadap jarak. Contoh aliran di saluran atau sungai

    pada kondisi ada pengaruh pembendungan atau terjunan, ada penyempitan atau

    pelebaran yang ekstrim.

    2. Aliran Tidak Tetap

    Aliran tak tunak (unsteady flow) adalah kondisi dimana komponen aliran

    berubah terhadap waktu. Contoh aliran di saluran atau sungai pada kondisi ada perubahan aliran (ada hujan, ada banjir, dll) atau aliran yang dipengaruhi muka air

    pasang-surut (muara sungai di laut).

    2.7.3. Rumus Empiris

    1. Rumus Chezy

    Seperti yang telah diketahui, bahwa perhitungan untuk aliran melalui

    saluran terbuka hanya dapat dilakukan dengan menggunakan rumus-rumusempiris, karena adanya banyak variabel yang berubah. Untuk itu berikut ini

    disampaikan rumus-rumus empiris yang banyak digunakan untuk merencanakan

    suatu saluran terbuka.

    Chezy berusaha mencari hubungan bahwa zat cair yang melalui saluran

    terbuka akan menimbulkan tegangan geser (tahanan) pada dinding saluran, dan

    akan diimbangi oleh komponen gaya berat yang bekerja pada zat cair dalam arah

    aliran. Di dalam aliran seragam, komponen gaya berat dalam arah aliran adalah

  • 7/25/2019 Perancangan Keairan - Bab 02 - Landasan Teori

    32/56

    II-32

    seimbang dengan tahanan geser, dimana tahanan geser ini tergantung pada

    kecepatan aliran. Setelah melalui beberapa penurunan rumus, akan didapatkan

    persamaan umum:

    ....(2.43) Dimana : V = kecepatan aliran (m/detik)

    R = jari-jari hidraulik (m)

    I = kemiringan dasar saluran

    C = koefisien Chezy

    2. Rumus Manning

    Rumus Manning yang banyak digunakan pada pengaliran di saluran

    terbuka, juga berlaku untuk pengaliran di pipa. Rumus tersebut mempunyai

    bentuk:

    .(2.44) Dimana : n = koefisien Manning

    R = jari-jari hidraulik (m) = ...(2.45)

    A = luas tampang aliran (m 2)

    P = keliling basah (m)

    I = kemiringan dasar saluran

  • 7/25/2019 Perancangan Keairan - Bab 02 - Landasan Teori

    33/56

    II-33

    2.7.4. Parameter Aliran

    1. Luas Penampang Aliran & Keliling Basah

    Beberapa contoh penampang saluran beserta rumus untuk mencari luas

    penampang aliran (A) dan keliling basahnya (P) dapat dilihat pada tabel di bawah

    ini.

    Tabel 2.4. Penampang Saluran

    2. Koefisien Manning

    Koefisien Manning adalah harga-harga yang menunjukkan nilai kekasaran

    jenis-jenis dinding saluran, sebagaimana yang terdapat pada tabel di bawah ini.

    Tabel 2.5. Nilai Koefisien Manning pada Jenis Dinding Saluran

    Jenis Dinding Saluran Koefisien Manning (n)

    Semen halus 0,001

    Beton biasa 0,013

    Pasangan batu 0,017

    Tanah halus 0,018

    Kerikil padat 0,023

    Alur alamiah dalam keadaan baik 0,025

    Alur alamiah berbatu dan banyak tumbuhan 0,035

    Alur alamiah dalam keadaan sangat buruk 0,06

    (Sumber : Linsley RK Franzini Water Resources Engineering )

  • 7/25/2019 Perancangan Keairan - Bab 02 - Landasan Teori

    34/56

    II-34

    3. Kemiringan Dasar Saluran

    Kemiringan memanjang saluran ditentukan terutama oleh kondisi

    kemiringan medan (kondisi topografi). Kemiringan memanjang memiliki harga

    yang minimum dan harga maksimum. Untuk menghindari sedimentasi, diperlukan

    kemiringan memanjang yang maksimum, sedangkan untuk menghindari adanya

    erosi maka kecepatan harus dibatasi sehingga diperlukan kemiringan dasar yang

    minimum.

    Kemiringan minimum diperlukan agar proses sedimentasi tidak terjadi.

    Untuk itu direncanakan agar besaran IR menjadi semakin besar ke arah hilirnya. Bila karakteristik tanah pembentuk badan saluran sudah diketahui, maka besaran

    kecepatan dasar vb juga bisa diketahui. Untuk menghindari adanya proses erosi

    maka kecepatan dasar yang diizinkan vb perlu diperhatikan.

    Problem-problem yang sering terjadi pada perencanaan saluran antara lain

    a. Kemiringan medan yang curam ; Dengan adanya kemiringan medan yang

    curam, maka kecepatan dasar vb akan melebihi batas kecepatan dasar yang

    diizinkan. Untuk mengurangi kecepatan rencana, maka kemiringan dasar

    saluran akan dibuat lebih landai dari pada kemiringan medan yang ada,

    sehingga pada saluran ini akan dibutuhkan beberapa bangunan terjun

    sebagai konsekuensinya.

    b. Kemiringan minimum saluran primer garis tinggi ; Kemiringan dasar

    minimum pada saluran primer garis tinggi (paralel dengan garis

    ketinggian) yang benar-benar tepat untuk jaringan irigasi yang

    mengangkut sedimen sulit ditentukan. Sehingga besaran IR yang dipakai

    pada saluran primer harus lebih besar dari pada harga IR pada kantonglumpur dalam kondisi penuh.

    c. Saluran sekunder dengan kemiringan medan yang landai ; Untuk saluran

    sekunder pada medan yang sangat landai maka diusahakan agar besaran

    IR sama dengan ruas saluran sebelah hulunya.

  • 7/25/2019 Perancangan Keairan - Bab 02 - Landasan Teori

    35/56

    II-35

    2.8. PENGENALAN PROGRAM HEC-RAS

    HEC-RAS merupakan singkatan dari Hidrologic Engineering Center River

    Analysis System. Program ini berfungsi untuk menghitung Q rencana

    profil,menghitung Q banjir, dan merencanakan tanggul banjir.

    Secara garis besar, program HEC-RAS dioperasikan seperti di bawah ini:

    1. Klik program HEC-RAS

    2. Untuk membuat project baru, klik file, lalu nem project.

    3. Pilih unit system yang akan dipakai, missal klik option-unit system-system

    international-ok.

    4. Input data geometri atau lay out system sungai. Klik menu-geometric data-

    river reach.

    5. Input data lintang. Klik cross section-option-add a new cross section-ok.

    6. Input data steady flow. Klik steady flow data. Isi pada bagian edit number

    of profiles, lalu isi besaran debit, selanjutnya klik reach boundary

    condition.

    7. Setelah semua data masuk, klik file-save data.

    8. Running model pada aliran steady flow. Klik perform a steady flow

    simulation, setelah nama plan diisi dan option flow regime dipilih, laluklik compute. Jika compute berhasil, maka hasil dalam berbagai bentuk

    akan dapat dilihat dalam bentuk table maupun grafis.

    2.9. BANGUNAN PENGATUR DAN PENGENDALI ALIRAN PADA

    SUNGAI

    Pengendalian banjir merupakan bagian dari pengelolaan sumber daya air

    yang lebih spesifik untuk mengendalikan debit banjir umumnya melalui dam -dam pengendali banjir, atau peningkatan sistem pembawa (sungai, drainase) dan

    pencegahan hal yang berpotensi merusak dengan cara mengelola tata guna lahan

    dan daerah banjir ( flood plains ). (Robert J.Kodoatie,PSDA Terpadu) Berbagai

    bentuk penanganan telah dilakukan tetapi sifatnya masih setengah setengah dan

    tidak maksimal sehingga tidak teratasi dengan tuntas. Untuk itu diperlukan

    penanganan yang komprehensif dengan melibatkan semua pihak terkait.

    Implementasi perencanaan pengendalian banjir ini antara lain dengan normalisasi

  • 7/25/2019 Perancangan Keairan - Bab 02 - Landasan Teori

    36/56

    II-36

    sungai dan kolam penampungan serta stasiun pompa.Perencanaan pengendalian

    banjir ini diutamakan untuk mengoptimalkan kapasitas saluran dan meminimalkan

    debit yang mengalir melalui sungai dan saluran sehingga airsungai tidak meluap

    di titik-titik yang rawan banjir dan debit yang keluar dilaut diharapkan tidak

    mengalami perubahan yang drastis.

    Pengendalian banjir untuk suatu daerah adalah unik. Hal ini disebabkan

    system pengendalian banjir suatu daerah belum tentu atau tidak dapat diterapkan

    pada daerah lain. Tindakan - tindakan yang dapat dilakukan untuk pengendalian

    banjir antara lain :

    1. Pengurangan puncak banjir, yang pada umunya dengan membuat waduk

    (reservoir ).

    2. Lokalisir aliran banjir di dalam suatu alur sungai yang ditetapkan dengan

    tanggul, tembok banjir, atau suatu saluran tertutup.

    3. Penurunan permukaan puncak banjir dengan menaikkan besarnya

    kecepatan, yaitu dengan perbaikan alur.

    4. Pengalihan air banjir melalui sudetan ( short cut ) atau saluran banjir ( flood

    way) ke dalam alur sungai lain atau bahkan ke daerah aliran sungai lain.

    5. Pengurangan limpasan banjir dengan pengolahan lahan.6. Pengolahan dataran banjir.

    Pada hakekatnya pengendalian banjir merupakan suatu hal yang kompleks.

    Dimensi rekayasanya (engineering) melibatkan banyak disiplin ilmu teknik antara

    lain: hidrologi, hidrolika, erosi DAS, teknik sungai, morfologi & sedimentasi

    sungai, rekayasa sistem pengendalian banjir, sistem drainase kota, bangunan air,

    dll. Disamping itu suksesnya program pengendalian banjir juga tergantung dari

    aspek lainnya yang menyangkut sosial, ekonomi, lingkungan, institusi,kelembagaan, hukum dan lainnya. Cara penanganan pengendalian banjir dapat

    dilakukan secara struktur dan non struktur. Cara ini harus ditinjau dalam satu

    sistem pengaliran sungai.

  • 7/25/2019 Perancangan Keairan - Bab 02 - Landasan Teori

    37/56

    II-37

    2.9.1. Bangunan Tanggul ( L eeve )

    Tanggul di sepanjang sungai adalah salah atu bangunan yang paling utama

    dan paling penting dalam usaha melindungi kehidupan dan harta benda

    masyarakat terhadap genangan-genangan yang disebabkan oleh banjir dan badai

    (gelombang pasang). Tanggul dibangun terutama dengan konstruksi urugan tanah,

    karena tanggul merupakan bengunan menerus yang sangat panjang serta

    membutuhkan bahan urugan yang volumenya sangat besar. Kecuali tanah, kiranya

    amatlah sukar untuk memperoleh bahan urugan untuk pembangunan tanggul dan

    bahan tanah dapat diperoleh dari hasil galian di kanan-kiri trase rencana tanggul

    atau bahkan dapat diperoleh dari hasil pekerjaan normalisasi sungai, berupa galian

    pelebaran alur sungai, yang biasanya dilaksanakan bersamaan dengan

    pembangunan tanggul.

    Dalam tahap perencanaan kiranya perlu diperhatiakan, agar hasil dari

    pekerjaan normalisasi sungai dapat dimanfaatkan sebagai bahan tanggul. Selain

    itu tanah merupakan bahan yang sangat mudah penggarapannya dan setelah

    menjadi tanggul sangat mudah pula menyesuaikan diri dengan lapisan tanah

    pondasi yang mendukungnya serta mudah pula menyesuaikan dengan

    kemungkinan penurunan yang tidak rata, sehingga perbaikan yang disebabkanoleh penurunan tersebut mudah dikerjakan. Selanjutnya tanah merupakan bahan

    bangunan yang sangat stabil dan tidak akan rusak selama puluhan, bahkan ratusan

    tahun. Apabila di beberapa tempat terjadi kerusaka tanggul, perbaikannya sangat

    mudah dan cepat menggunakan tanah yang tersedia disekitar lokasi kerusakan.

  • 7/25/2019 Perancangan Keairan - Bab 02 - Landasan Teori

    38/56

    II-38

    Gambar 2.9. Berbagai jenis tanggul

    1. Berbagai Jenis Tanggul

    Berdasarkan fungsi dan dimensi tempat serta bahan yang dipakai dan

    kondisi topografi setempat, tanggul dapt dibedakan sebagai berikut :

    a. Tanggul utama

    Bangunan tanggul sepanjang kanan-kiri sungai guna menampung debit

    banjir rencana.

    b. Tanggul sekunder

    Tanggul yang dibangun sejajar tanggul utama, baik di atas bantaran di

    depan tanggul utama yang disebut tanggul musim panas maupun di belakang

    tanggul utama yang berfungsi untuk pertahanan kedua, andaikan terjadi

    bobolan pada tanggul utama. Tergantung pada pentingnya suatu areal yang

    dilindungi kadang-kadang dibangun pula tanggul tersier.

    c. Tanggul terbuka

    Pada sungai-sungai yang deras arusnya, biasanya dapt dibangun tanggul-

    tanggul yang tidak menerus, tetapi terputus-putus. Dengan demikian puncak

    banjir yang tinggi tetapi periode waktunya pendek dapat dipotong, karena

    sebagian banjir mengalir keluar melalui celah-celah antara tanggul-tanggul

    tersebut memasuki areal-areal di belakang tanggul yang dipersiapkan untuk

    penampungan banjir sementara. Biasanya areal-areal penampungan tersebut

    dikelilingi tanggul-tanggul pula. Setelah banjir mereda, maka air yang

  • 7/25/2019 Perancangan Keairan - Bab 02 - Landasan Teori

    39/56

    II-39

    tertampung tersebut, kemudian mengalir kembali ke dalam sungai melalui

    celah-celah ini. Jadi tidak diperlukan adanya pintu-pintu atau pelimpah serta

    bangunan pelengkap lainnya.

    Selain ketiga contoh tanggula diatas, masih ada beberapa tanggul,

    diantaranya: tanggul pemisah, tanggul melingkar, tanggul melintang, tanggul

    pengarah, tanggul keliling, tanggul tepi, tanggul khusus dan tanggul belakang.

    2. Stabilitas Tanggul

    Pada umumnya penyebab kerusakan tubuh tanggul adalah sebagai berikut :

    1. Terbentuknya bidang gelincir yang menerus akibat kemiringan lereng

    tanggul terlalu curam.

    2. Terjadinya keruntuhan lereng tanggul akibat kejenuhan air dalam tubuhtanggul yang disebabkan oleh rembesan air pada saat banjir atau pada saat

    terjadinya hujan yang terus menerus.

    3. Terjadinya kebocoran-kebocoran pada pondasi tanggul.

    4. Tergerusnya lereng depan tanggul oleh arus sungai.

    5. Terjadinya limpasan pada mercu tanggul.

    6. Terjadinya pergeseran pondasi akibat gempa.

    Sementara itu, bentuk standard dan nama bagian tanggul adalah seerti yang terteraseperti berikut.

    Gambar 9.10. Nama bagian tanggul

  • 7/25/2019 Perancangan Keairan - Bab 02 - Landasan Teori

    40/56

    II-40

    2.9.2. Dinding Penahan Tanah

    Dinding penahan tanah adalah struktur yang bertujuan untuk menahan

    tekanan lateral (horizontal) tanah ketika terdapat beda muka elevasi yangmelampaui sudut alamiah kemiringan suatu tanah. Tekanan lateral tanah di

    belakang dinding penahan tanah bergantung kepada sudut geser dalam tanah ( )

    dan kohesi tanah (c). Dinding penahan tanah diklasifikasikan sebagai berikut:

    Tabel 2.6. Klasifikasi DPT

    No. Klasifikasi

    1

    Gravity Walls : memanfaatkan beban

    mati dan ketahanan geser mereka dalam

    menahan beban lateral tanah.

    2

    Cantilever Walls : memanfaatkan

    struktur kantilever dalam menahan

    tekanan lateral tanah untuk dapat

    menciptakan kestabilan pada dinding

    tersebut.

    3

    Non-gravity Cantilever Walls

    mengandalkan ketahanan strukturaldinding dimana struktur dinding

    tertanam kokoh dalam tanah atau

    batuan. Contohnya adalah soldier pile,

    contigous bored pile.

  • 7/25/2019 Perancangan Keairan - Bab 02 - Landasan Teori

    41/56

    II-41

    Lanjutan Tabel 2.6.

    No. Klasifikasi

    4

    Anchored Walls hampir

    mirip dengan cantilever

    walls, hanya saja ada

    tambahan angkur yang

    melekat pada struktur

    penahan tanah yang

    berfungsi mengikat

    dinding penahan tanah,

    sehingga mampu

    memberikan perlawanan

    terhadap tekanan lateral.

  • 7/25/2019 Perancangan Keairan - Bab 02 - Landasan Teori

    42/56

    II-42

    1. Teori Tanah Lateral Rankine (1857)

    Gambar 2.11. Teori Rankine

    a. Tekanan Tanah Aktif (K a) Menurut Rankine

    Disebut tekanan tanah aktif jika tekanan yang bekerja mengakibatkan

    dinding menjauhi tanah yang ditahan, seperti ditunjukkan oleh gambar di

    bawah ini:

    Gambar 2.12. Tekanan tanah aktif

    Teori Rankine

    Tidak ada adhesi atau friksi antara dinding dengantanah (friksi sangat kecil sehingga diabaikan).

    Tekanan lateral terbatas hanya untuk dindingvertikal 90 .

    Kelongsoran (pada urugan) terjadi sebagai akibatdari pergeseran tanah yang ditentukan oleh sudutgeser tanah ( ).

    Tekanan lateral bervariasi linier terhadap kedalamandan resultan tekanan yang berada pada sepertigatinggi dinding, diukur dari dasar dinding.

    Resultan gaya bersifat pararel terhadap permukaanurugan.

  • 7/25/2019 Perancangan Keairan - Bab 02 - Landasan Teori

    43/56

    II-43

    Keruntuhan tanah mengikuti prinsip lingkaran Mohr (Mohr-Coulomb). Jika

    pergerakan dinding membuat x semakin besar, maka pada akhirnya,

    lingkaran Mohr akan menyentuh garis keruntuhan (Menurut Rankine, sudut

    keruntuhan adalah sebesar 45 + /2 ), sehingga keruntuhan akan terjadi.

    Tahanan geser tanah mengikuti persamaan:

    f = c + v tan .......................................................................................(2.46)Dimana : f : tahanan geser tanah

    v : tekanan efektif tanahc : kohesi tanah

    : sudut geser tanah

    Gambar 2.13. Lingkaran Mohr tekanan aktif

    Besar gaya-gaya yang bekerja mengikuti persamaan sebagai berikut:

  • 7/25/2019 Perancangan Keairan - Bab 02 - Landasan Teori

    44/56

    II-44

    v = 1

    h = 3

    '1 '3 tan 2 ' ' (2.47 ) 45 2c'tan 45 ................................. 2 2

    '3 '1 tan 2 ' ' (2.48) 45 2c'tan 45 .................................. 2 2

    dimana:

    h : tekanan lateral tanah

    v : tekanan efektif tanah

    c : kohesi tanah

    : sudut geser tanah

    K a : koefisien tekanan tanah aktif, K a = tan2 (45 -

    ' )

    Karena K a = tan2 (45 -

    ' ), maka besar tekanan saat terjadi keruntuhan

    2

    menggunakan persamaan yang dikenal dengan nama Bells Equation , yaitu:

    'ha 'v tan 2

    '

    '

    c tan2 2

    'ha 'v K a 2c' (2.49) K a

    dimana:

    ha : tekanan lateral aktif

    v : tekanan efektif tanahc : kohesi tanah

    : sudut geser tanah

    K a : koefisien tekanan tanah aktif, K a = tan2 (45 -

    ' ) 2

  • 7/25/2019 Perancangan Keairan - Bab 02 - Landasan Teori

    45/56

    II-45

    Resultan tekanan aktif akibat beban luar dan pengaruh air dapat

    dideskripsikan oleh gambar berikut ini:

    Gambar 2.14. Resultan tekanan tanah aktif

    Total tekanan tanah yang bekerja dirumuskan mengikuti:

    Pa = 0,5 HK a - 2c K a ........................................................... (2.50)

    dimana:

    Pa : total tekanan tanah aktif

    v : tekanan efektif tanah

    c : kohesi tanah

    H : tinggi dinding penahan tanah

    K a : koefisien tekanan tanah aktif, K a = tan2 (45 -

    ' )

    2

    Jika permukaan tanah yang ditahan, pada permukaan atas elevasinyameningkat,

    maka rumus mencari K a adalah sebagai berikut:

    K a cos cos

    cos

    2 cos

    2 '................................................ (2.51)

    cos cos 2 cos 2 '

  • 7/25/2019 Perancangan Keairan - Bab 02 - Landasan Teori

    46/56

    II-46

    dimana:

    : sudut geser tanah

    : sudut elevasi tanah di permukaan atas dinding

    K a : koefisien tekanan tanah aktif, K a = tan2 (45 -

    ' ) 2

    Gambar 2.15. Contoh DPT dengan permukaan atas yang meningkat

    elevasinya

    Total tekanan tanah yang bekerja dirumuskan mengikuti:

    Pa = 0,5 H2K a ................................................................................................. (2.52)

    dimana:

    Pa : total tekanan tanah aktif

    H : tinggi dinding penahan tanah

    K a : koefisien tekanan tanah aktif, K a = tan2 (45 -

    ' )

    2

    b. Tekanan Tanah Aktif (K a) Menurut Rankine

  • 7/25/2019 Perancangan Keairan - Bab 02 - Landasan Teori

    47/56

    II-47

    Disebut tekanan tanah pasif jika tekanan yang bekerja mengakibatkan

    dinding mendekati tanah yang ditahan.

    Gambar 2.16. Tekanan tanah pasif

    Keruntuhan tanah mengikuti prinsip lingkaran Mohr (Mohr-Coulomb). Jika

    pergerakan dinding membuat x semakin besar, maka pada akhirnya,

    lingkaran Mohr akan menyentuh garis keruntuhan. Tahanan geser tanah

    mengikuti persamaan 2.46.

    Gambar 2.17. Lingkaran Mohr tekanan pasif

  • 7/25/2019 Perancangan Keairan - Bab 02 - Landasan Teori

    48/56

    II-48

    Besar gaya-gaya pada gambar di atas adalah sebagai berikut:

    v = 3

    h = 1

    '1 '3 tan 2 '

    '

    45 2c'tan 45

    2 2

    .................................. (2.53)

    dimana:

    h : tekanan lateral tanah

    v : tekanan efektif tanah

    c : kohesi tanah

    : sudut geser tanah

    K p : koefisien tekanan tanah pasif, K p = tan2 (45 +

    ' )

    2

  • 7/25/2019 Perancangan Keairan - Bab 02 - Landasan Teori

    49/56

    II-49

    (2.54)

    Karena K p = tan2 (45 + /2), maka besar tekanan lateral saat terjadi

    keruntuhan mengikuti persamaan:

    'hp v ' tan 2

    45 2c' tan 45 2 2

    'hp v ' K p 2c' K

    dimana:

    hp : tekanan lateral pasif

    v : tekanan efektif tanah

    c : kohesi tanah

    : sudut geser tanah

    K p : koefisien tekanan tanah aktif, K p = tan2 (45 +

    ' )

    2

    Resultan tekanan pasif akibat beban luar dan pengaruh air dapat dideskripsikan

    sebagai berikut:

    Gambar 2.18. Resultan tekanan tanah pasif

  • 7/25/2019 Perancangan Keairan - Bab 02 - Landasan Teori

    50/56

    II-50

    Total tekanan tanah yang bekerja dirumuskan sebagai berikut:

    P = 0,5 H K a + 2c K a ........................................................... (2.55)

    Jika permukaan tanah yang ditahan, pada permukaan atas elevasinya

    meningkat, maka rumus mencari K p adalah:

    K p cos cos cos cos '

    ...................................... (2.56) cos cos 2 cos '

    dimana:

    : sudut geser tanah

    : elevasi tanah di permukaan atas dinding

    K p : koefisien tekanan tanah aktif, K p = tan2 (45 +

    ' ) 2

    Gambar 2.19. Kasus permukaan atas yang meningkat elevasinya

  • 7/25/2019 Perancangan Keairan - Bab 02 - Landasan Teori

    51/56

    II-51

    Total tekanan tanah yang bekerja dirumuskan mengikuti:

    P p = 0,5 H2K p ....................................................................................... (2.57)

    dimana:

    Pa : total tekanan tanah pasif

    : sudut elevasi tanah di permukaan atas dinding

    K p : koefisien tekanan tanah aktif, K p = tan2 (45 +

    ' )

    2

    2. Kestabilan Geser Dinding Penahan Tanah

    Untuk memberikan kekuatan yang cukup melawan geseran horisontal,

    dasar dinding penahan harus memeiliki kedalaman minimum 3 ft (1m) di bawah

    muka tanah. Untuk dinding permanen, kekuatan tersebut harus stabil tanpa adanya

    struktur penahan pasif di bagian kaki dinding. Jika syarat kekuatan diatas tak

    mencukupi, dapat ditambahkan pengunci geser di bawah telapak pondasi atau

    tiang pancang untuk menahan geseran. Selain persyaratan kekuatan tersebut, harus

    dipertimbangkan pula adanya kemungkinan bahaya erosi akibat aliran maupun

    pengaruh hujan. Untuk menghitung ketahanan geser (Fs) dapat digunakan

    Persamaan 2.58.

    Pa

    Ca BWi Pp sliding F

    .tan..

    .(2.58)

    Dimana: Pp = tekanan pasif

    Pa = tekanan aktif

    Wi = berat dinding penahan tanah

    = Soil-Concrete Friction Angel (0,5-0,7 )

    B = lebar pondasi

    Ca = adhesi (0,5-0,7C)

    C = kohesi

  • 7/25/2019 Perancangan Keairan - Bab 02 - Landasan Teori

    52/56

    II-52

    3. Kestabilan Guling Dinding Penahan Tanah

    Untuk pendekatan keamanan terhadap bahaya guling dari dinding penahan

    yang mengandalkan berat (gravity wall) dan semi gravity wall, dapat digunakan

    kriteria sebagaimana ditunjukkan. Untuk menghitung ketahanan guling (Fo) dapat

    digunakan Persamaan 2.59.

    3.3.

    H Pa

    WiXih Pp g overturnin F

    (2.59)

    Dimana: Pp = tekanan pasif

    Wi = berat dinding penahan tanah

    Xi = jarak lengan momen ke titik berat

    Pa = tekanan aktif

    2.9.3. Pintu Air

    Pintu air ( gate, sluice ) yang biasanya dibangun memotong tanggul sungai

    atau antara sungai utama dengan saluran drainase berfungsi sebagai pengatur

    aliran air untuk pembuang ( drainage ), penyadap dan pengatur lalu-lintas air.

    Ditinjau dari konstruksinya, secara garis besarnya pintu air dapat dibedakan dalam

    dua tipe yaitu pintu air tipe saluran terbuka atau disebut pintu air saluran ( gate )

    dan pintu air tipe saluran tertutup atau disebut pintu air terowongan ( sluice ).

    Rumus untuk menghitung dimensi pintu air adalah:

    (2.60) Dimana : Q = debit anak sungai (m 3/s)

    Cd = koefisien debit = 0,6

    = selisih muka air (m)

    Bp = lebar pintu air (m)

    Tp = tinggi pintu air (m)

  • 7/25/2019 Perancangan Keairan - Bab 02 - Landasan Teori

    53/56

    II-53

    Gambar 2.20. Dimensi pintu air

    2.9.4. Gorong-Gorong

    Gorong-gorong adalah sebuah lubang pembuangan air atau pipa yang

    memungkinkan air untuk mengalir di bawah jalan, kereta api, jalan, atau obstruksi

    lainnya. Gorong-gorong berbeda dari jembatan terutama dalam ukuran dan

    konstruksi. Gorong-gorong umumnya lebih kecil daripada jembatan, mulai

    dari pipa 0,3 meter (1 ft) hingga struktur beton bertulang besar . Gorong-gorong

    biasanya dikelilingi oleh tanah.

    Gorong-gorong merupakan bangunan yang dipakai untuk membawa aliran

    air (saluran irigasi atau pembuang) melewati bawah jalan air lainnya (biasanya

    saluran), di bawah jalan, atau jalan kereta api. Gorong-gorong juga digunakan

    sebagai jembatan ukuran kecil, digunakan untuk mengalirkan sungai kecil atau

    sebagai bagian drainase ataupun selokan jalan.

    Fungsi gorong-gorong adalah : 1) Mengalirkan air dari sisi jalan ke sisi

    lainnya.Untuk itu disainnya harus juga mempertimbangkan faktor hidrolis dan struktur

    supaya gorong-gorong dapat berfungsi mengalirkan air dan mempunyai daya dukung

    terhadap beban lalu lintas dan timbunan tanah ; 2) Sebagai jalan penghubung atau

    jembatan.

  • 7/25/2019 Perancangan Keairan - Bab 02 - Landasan Teori

    54/56

    II-54

    Rumus untuk menghitung dimensi gorong-gorong adalah:

    ....(2.61)Dimana : Q = debit anak sungai (m 3/s)

    Cd = koefisien debit = 0,9

    B = lebar gorong-gorong (m)

    H = tinggi gorong-gorong (m)

    Gambar 2.21. Dimensi gorong-gorong

    2.9.5. Check-Dam

    Check dam adalah bangunan yang berfungsi menampung dan/atau

    menahan sedimen dalam jangka waktu sementara atau tetap, dan harus tetap

    melewatkan aliran air baik melalui mercu maupun tubuh bangunan. Check dam

    juga digunakan untuk mengatur kemiringan dasar saluran sehingga mencegah

    terjadinya penggerusan dasar yang membahayakan stabilitas saluran.

  • 7/25/2019 Perancangan Keairan - Bab 02 - Landasan Teori

    55/56

    II-55

    Gambar 2.22. Check dam

    Rumus-rumus untuk merencanakan check-dam antara lain:

    1. Tinggi Check Dam

    Hcheck-dam = (I lama I baru ) x L.(2.62)

    Dimana : I = kemiringan dasar saluran =

    n = koefisien manning

    R = jari-jari hidraulik = A/P

    L = panjang penampang sungai (m)

    2. Dimensi Pelimpah

    (2.63)

    Dimana : Q = debit rencana (m3/detik)

    b = lebar pelimpah (m)

    h = tinggi muka air di atas pelimpah (m)

  • 7/25/2019 Perancangan Keairan - Bab 02 - Landasan Teori

    56/56

    II-56

    3. Bilangan Froude

    (2.64)

    Dimana :

    = kecepatan jatuh pada terjunan (m/detik) = H1 = tinggi bending utama dari lantai kolam olak (m)

    h = tinggi air di atas pelimpah bending utama (m)

    g = percepatan gravitasi = 9.81 m/detik 2

    = kedalaman air pada titik jatuh terjunan (m) = ( ) 4. Panjang Kolam Olak

    (2.65) Dimana : L = panjang kolam olak (m)

    yu = kedalaman air pada titik jatuh terjunan (m)

    Fr = angka Froude

    5. Tinggi Sub-Dam

    (2.66) Dimana : d = tinggi sub-dam (m)

    yu = kedalaman air pada titik jatuh terjunan (m)

    6. Kemiringan Kritis

    (2.67)

    7. Ketahanan Geser (F siding ) dan Ketahanan Guling (F overturning )

    (2.68)

    (2.69) Dimana : Pp = tekanan pasif

    Pa = tekanan aktifWi = berat bendung = soil- concrete friction angle = 0.5 x B = lebar pondasiC dh i 0 5 C