pertumbahan dan perkembangan gigi

Upload: dausbenchong

Post on 11-Feb-2018

233 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/23/2019 pertumbahan dan perkembangan gigi

    1/48

    3

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1Perkembangan Regio Orofacial2.1.1 Perkembangan Wajah

    Setelah ujung caput embrio membengkok di sekitar ujung anterior

    notochorda dan mencapai panjang rata-rata 3mm (sekitar hari ke-25 setelah

    pembuahan), cavum oris primitivum (stomatodeum) akan berkembang sebagai

    suatu celah kecil yang dikelilingi oleh capsula otak di bagian atas, pericardium di

    bagian bawah, processus mandibula dan maxilla pada bagian samping (Dixon,

    1993).

    Processus mandibula dengan cepat akan meluas ke medial untuk

    membentuk rahang bawah primitif dan memisahkan stomatodeum dari

    pericardium. Pada saat bersamaan, capsula otak akan terpisah dari cavum oris

    primitivum melalui pembentukan processus frontonasalis. Sel-sel crista neuralis

    akan bermigrasi dari posisi semula di bagian samping tubus neuralis dan

    membentuk lembaran sel jauh di dalam ectoderma embryonicum, bila sudah

    mencapai regio mata yang sedang berkembang, akan terpisah menjadi dua bagian.

    Aliran sel-sel ke anterior akan masuk membentuk mesoderma embryonicum dari

    processus frontonasalis, sedangkan perluasan posterior akan ikut membentuk

    mesoderma dari arcus pharyngeus. Pembesaran processus facialis embryonicum

    merupakan akibat proliferasi mesoderma embryonicum yang berkesinambungan,

    dimana akan terjadi pembentukan tulang-tulang. Batas-batas processus facialis

    dipisahkan oleh sulcus-sulcus atau lipatan yang terletak diantaranya. Sulcus terisioleh processus yang kecepatan proses pertumbuhannya tidak sama, menyebabkan

    terbentuknya wajah khas seperti yang biasa kita temukan pada bayi (Dixon, 1993).

    Kegagalan processus facialis untuk tumbuh dengan akurat dan untuk saling

    bergabung satu terhadap yang lain, dimana melibatkan penggabungan atau

    penutupan selubung ectoderma yang berkontak dengannya, akan menimbulkan

    cacat perkembangan, dikenal sebagai celah wajah. Celah merupakan akibat

    terganggunya salah satu atau beberapa tahap penggabungan processus, termasuk

  • 7/23/2019 pertumbahan dan perkembangan gigi

    2/48

    4

    induksi normal oleh sel-sel crista neuralis, beberapa keabnormalan pada tahap

    migrasi atau penggabungan mesoderma embryonicum (Dixon, 1993).

    2.1.2 Perkembangan Labium Oris SuperiusPerkembangan labium oris superius pada manusia sampai sekarang ini

    masih belum diketahui dengan jelas dan bahkan ada dua pendapat yang saling

    berlawanan tentang apa peranan mesoderma maxillaris pada pembentukan labium

    oris ini. Salah satu pendapat tersebut diformulasi berdasarkan hasil penelitian

    klasik dari Frazer yaitu labium oris terbentuk seluruhnya dari processus

    maxillaris. Pendapat lain yag sudah diterima kalangan luas tentang perkembangan

    labium oris manusia adalah berdasarkan konsep klasik His, bersama-sama dengan

    pakar embriologi lainnya pada abad tersebut, menganggap bahwa bagian sentral

    labium oris, termasuk daerah cekungan yang disebut philtrum, berasal dari

    processus frontonasalis sedangkan bagian lateral berasal dari processus maxillaris

    (Dixon, 1993).

    2.1.3 Perkembangan PalatumPada tahap perkembangan ini, celah nasalis akan meluas ke belakang dan

    membentuk orifisium posterior sekunder yang mengarah ke stomatodeum. Jadi

    melalui cara inilah akan terbentuk cavum nasi primitivum. Cavum nasi dikelilingi

    di bagian bawah oleh perluasan ke mesial dari processus maxillaris dan juga oleh

    mesoderma frontonasalis (Dixon, 1993).

    Walaupun demikian mesenchyma maxillaris juga meluas ke medial di balik

    otak sedang berkembangan pada atap cavum oris primitivum. Perluasan

    mesoderma embyonicum dari setiap sisi akan bertemu di garis median dankemudian mulai meluas ke bawah sebagai processus septal, berhubungan di

    bagian depan dengan septum nasi primer dari processus frontonasalis. Processus

    septal ikut membentuk sebagian besar septum nasi definitif (Dixon, 1993).

    Palatum terbentuk dalam dua bagian, pertama palatum primer dan kedua

    palatum sekunder. Bagian bawah processus frontonasalis kadang-kadang disebut

    sebagai segmen intermaxillaris, ikut membentuk regio philtrum dari labium oris

    superium; segmen premaxillaris yang mengandung empat gigi incisivus dan

  • 7/23/2019 pertumbahan dan perkembangan gigi

    3/48

    5

    sebuah processus kecil berbentuk segitiga yang meluas ke belakang sebagai

    palatum primer. Pada sekitar minggu perkembanga keenam, dua perluasan

    processus maxillaris akan tumbuh ke arah dalam dan ke bawah sebagai processus

    palatinus atau lereng yang nantinya akan terletak pada kedua sisi lingua yang

    sedang berkembang (Dixon, 1993).

    Pada minggu kedelapan, processus palatinus akan menjadi horizontal, saling

    berkontak satu sama lain, akan bergabung tepat di bawah ujung bebas septum

    nasi. Dengan terjadinya perubahan orientasi dari processus palatinus, cavum oris

    primitivum akan terbagai menjadi tiga bagian: cavum nasi kiri dan kanan diatas

    palatum sedang berkembang pada kedua sisi septum nasi, dan cavum oris definitif

    yang terletak di bawah palatum. Pembentukan palatum ini biasanya

    mengakibatkan orifisium posterior dari cavum nasi bergeser ke belakang,

    sehingga orifisium ini tidak lagi membuka ke cavum oris tetapi malahan

    membuka ke bagian atas pharynx (nasopharynx) (Dixon, 1993).

    Baik septum nasi maupun palatum tampaknya berkembang dalam dua

    tahapan:

    a. Septum nasi primer berasal dari processus frontonasalis; palatum primerterbentuk dari perluasan ke belakang processus frontonasalis

    b. Bagian septum nasi lainnya dan palatum sekundder terbentuk dari jaringanprocessus maxillaris yang terletak di belakang processus frontonasalis (Dixon,

    1993).

    Bagian-bagian wajah yang terbentuk dari processus frontonasalis

    mempunyai persarafan sensorik dari cabang-cabang n. opthalmicus cabang n.

    trigeminus (n. ethmoidalis dan n. nasalis externa). Sedangkan bagian yang

    terbentuk dari processus maxillaris mempunyai persarafan sensorik berupacabang-cabang n. maxillaris cabang n. trigeminus (n. nasalis, n. nasopalatinus, n.

    palatinus dan n. infraorbitalis) (Dixon, 1993).

    2.1.4 Cartilago Rangka WajahSebelum pembentukan tulang dan juga selama tahap awal pembentukan

    tulang, rangka wajah umumnya terbentuk dari cartilago. Cartilago Meckel

    terbentuk di dalam arcus mandibularis dan meluas dari basis cranii sedang

  • 7/23/2019 pertumbahan dan perkembangan gigi

    4/48

    6

    berkembang pada regio capsula optica ke garis median bakal regio dagu, dan

    bergabung dengan cartilago dari sisi berlawanan. Cartilago capsula nasalis

    terbentuk pada jaringan processus maxillaris dan meluas ke depan menuju

    processus frontonasalis. Di bagian belakangnya berhubungan dengan cartilago

    dari basis cranii. Di dalam bagian cavum nasi primer dan sekunder cartilago ini

    akan membentuk anyaman skeletal primordial (Dixon, 1993).

    Bagian lateral capsula dari kedua sisi wajah yang sedang berkembang akan

    membentuk rangka skeletal bagian luar dari cavum nasi; ujung bebas bagian

    bawahnya akan membelok ke dalam sebagai suatu concha nasalis inferior yang

    sedang berkembang. Di dalam kedua bagian septum nasi, processus ini akan

    membentuk cartilago septi nasi (Dixon, 1993).

    Pada tahap berikut akan terbentuk os maxilla dan premaxilla pada bagian

    luar cartilago capsula nasalis dan mandibula berkembang pada bagian luar

    cartilago Meckel. Vomer akan terbentuk dalam hubungannya dengan tepi bawah

    cartilago septal (Dixon, 1993).

    2.1.5 LinguaMenurut Dixon (1993), lingua terbentuk dalam dua bagian, yaitu:

    a. Pars anterior lingua (oral), berasal dari tiga tonjolan mesoderma arcusmandibularis, terletak tepat di dalam cavum oris. Ketiga tonjolan ini terdiri dari

    tonjolan lingual lateral dan struktur garis median di dasar mulut, yang sering

    disebut sebagai tuberculum impar, terletak di dlam sulcus diantara arcus

    mandibularis dan arcus hyoideus

    b. Pars poterior (pharyngeus) tertius berasal terutama dari arcus pharyngeustertius dan akan tumbuh ke depan. Ke atas arcus pharyngeus secundus(hyoideus) pada dasar mulut untuk bergabung dengan ujung belakang pars

    anterior lingua. Daerah ini disebut juga sebagai copula atau aminentia

    hypobranchialis. Bagian belakang eminentia hypobranchialis ini nantinya akan

    membentuk epiglotis.

    Perbedaan daerah origo dari bagian-bagian lingua ini menyebabkan

    terjadinya perbedaan persarafan sensorik pada membrana mukosa dorsum lingua;

    dua pertiga anterior lingua dipersarafi n. lingualis cabang n. trigeminus,

  • 7/23/2019 pertumbahan dan perkembangan gigi

    5/48

    7

    sedangkan sepertiga posterior lingua dipersarafi oleh n. glossopharyngeus saraf

    dari arcus pharyngeus primus dan tertius (Dixon, 1993).

    Saraf yang keluar dari arcus secundus (n. facialis) ikut memberi persarafan

    sensorik bagi serabut-serabut indra pengecap pada pars anterior lingua. Otot-otot

    lingua mulai terbentuk diantara minggu perkembangan keenam dan kedelapan,

    dan pada saat ini lingua sudah mengisi sebagian besar cavum oris. Pada sulcus

    antara lingua dan processus mandibularis akan terbentuk glandula sublingualis

    dan submandibularis yang merupakan perluasan pertumbuhan ke bawah dari

    epitel yang menutupinya. Glandula diperkirakan berasal dari jaringan endoderma

    embryonicum (Dixon, 1993).

    2.1.6 PipiPipi terbentuk dari jaringan yang berasal baik dari processus mandibularis

    maupun processus maxillaris. Pada kedua sisi cavum oris pada regio pipi terlihat

    adanya kantung kecil dari cavum oris yang meluas keluar, terletak tidak terlalu

    jauh antara processus maxillaris di bagian atasnya dan processus mandibularis di

    bagian bawahnya. Batas luar dari kantung tersebut yang terletak pada kedua sisi

    wajah terletak pada epithelium cavum oris, meluas dari processus maxillaris ke

    processus mandibularis dan mengelilingi permukaan dalam pipi. Baru kemudian,

    tinggi vertikal dari bagian cavum oris ini (vestibulum) akan makin meningkat.

    Pada belakang regio vestibularis di kedua sisi cavum oris akan terbentuk glandula

    parotidea sebagai suatu proyeksi seperti gemma epitel cavum oris yang mengarah

    ke mesoderma di sekitarnya (Dixon, 1993).

    2.2 Organ Pembentuk Benih Gigi1. Organ enamel; yang berkembang seperti tombol, tumbuh di atas lamina

    gigi (berasal dari ectodermal), dan berasal dari epitel, dimana lapisan

    dalamnya akan membentuk enamel. Kuntum dari sel epithelial (organ

    enamel) dibetnuk sebagai hasil dari pembiakan sel-sel. Perkembangan

    selanjutnya, menghasilkan bentuk kuntum (bud), bentuk top (cap) dan

    bentuk lonceng (bell) dari organ enamel.

  • 7/23/2019 pertumbahan dan perkembangan gigi

    6/48

    8

    2. Dental papilla (organ dentin); yang berkembang dari dasar jaringanmesenhim (jaringan pengikat permulaan) yang berasal dari mesenhim dan

    akan membentuk dentin dan tinggal di sekitar ruang sentral dari dentin

    sebagai pulpa.

    3. Kantung gigi (organ periodontal); yang juga berkembang dari dasarjaringan mesenhinm, yang berasal dari mesenhim dan akan membentuk

    struktur penyanggah gigi, sementum, tulang alveolar dan selaput

    periodontal(Harshanur, 1991).

    Perkembangan organ enamel berfungsi untk membentuk jaringan pengikat

    bawah, yang kana berkembang dan menjadi padat untuk membentuk dental

    papilla. Dengan cara serupa jaringan pengikat mengelilingi organ enamel dan

    dental papilla menjadi padat dan membentuk organ periodontal (Harshanur,

    1991).

    Sebelum embrio berusia 3 minggu, stomodeum sudah terbentuk. Pada

    daerah ujung anterior dari embrio, ectodermal telah menyatu untuk bertemu

    dengan endodermal sehingga terbentuk mulut primitif (stomodeum) dan

    membrane bukofaringeal,membrane ini terletak kira-kira pada posisi tonil palatine

    yang akan terbentuk kemudian. Mulut primitif diliputi oleh ectodermal, dan di

    bawahnya adalah mesenhim. Ectodermal berkembang menjadi epitel mulut dan

    mesenhim berkembang menjadi jaringan pengikat di bawahnya (Harshanur,

    1991).

    2.3 Siklus Kehidupan dari Gigi

    Setiap gigi mengalami tahap yang berturut-turut dari perkembangan selamasiklus kehidupannya, yaitu (Harshanur, 1991):

    a. Tahap pertumbuhan1) Tahap inisiasi adalah permulaan pembentukan kuntum gigi (bud)

    dari jaringan epitel mulut. (epitelial bud stage).

    2) Tahap ploreferasi adalah spesialisasi dari sel-sel dan perluasan dariorgan enamel (cap stage).

  • 7/23/2019 pertumbahan dan perkembangan gigi

    7/48

    9

    3) Tahap histodeferensiasi adalah spesialisasi dari sel-sel, yangmengalami perubahan histologi dalam susunannya (sel-sel epitel

    bagian dalam dari organ enamel menjadi ameloblas, sel-sel perifer

    dari organ dentin pulpa menjadi odontoblas).

    4) Tahap morfodeferensiasi adalah susunan dari sel-sel pembentuksepanjang dentino enamel dan dentino cemental junction yang akan

    datang, yang memberi garis luar dari bentuk dan ukuran korona

    dan akar yang akan datang.

    b. Erupsi intraoseus1) Tahap aposisi adalah pengendapan dari matriks enamel dan dentin

    dalam lapisan tambahan.

    2) Tahap kalsifikasi adalah pengerasan dari matriks oleh pengendapangaram-garam kalsium (Harshanur, 1991).

    c. ErupsiErupsi gigi adalah munculnya tonjolan gigi atau tepi insisal gigi

    menembus gingiva. Erupsi gigi dapat terjadi pada gigi susu maupun gigi

    permanen (Purba, 2004).

    Tahap erupsi gigi dapat dibagi menjadi 3 tahap yaitu (Purba, 2004):

    1) Tahap praerupsiTahap praerupsi dimulai saat pembentukan benih gigi sampai

    mahkota selesai dibentuk. Pada tahap praerupsi rahang mengalami

    pertumbuhan pesat di bagian posterior dan permukaan lateral yang

    mengakibatkan rahang mengalami peningkatan panjang dan lebar

    ke arah anterior- posterior. Untuk menjaga hubungan yang konstan

    dengan tulang rahang yang mengalami pertumbuhan pesat ini makabenih gigi bergerah ke arah oklusal.

    2) Tahap prafungsionalTahap prafungsional dimulai dari pembentukan akar sampai gigi

    mencapai daratan oklusal. Pada tahap prafungsional gigi bergerak

    lebih cepat ke arah vertikal. Selain bergerak kearah vertikal, pada

    tahap prafungsional gigi juga bergerak miring dan rotasi. Gerakan

    miring dan rotasi dari gigi ini bertujuan untuk memperbaiki posisi

  • 7/23/2019 pertumbahan dan perkembangan gigi

    8/48

    10

    gigi berjejal di dalam tulang rahang yang masih mengalami

    pertumbuhan.

    3) Tahap fungsionalTahap ini dimulai sejak gigi difungsikan dan berakhir ketika gigi

    telah tanggal.selama tahap fungsional gigi bergerak ke arah

    oklusal, mesial dan proksimal. Pergerakan gigi pada tahap

    funfsional ini bertujuan untuk mengimbangi kehilangan substansi

    gigi yang terpakai selama berfungsi sehingga oklusi dan titik

    kontak proksimal dari gigi dapat dipertahankan.

    d. Kegagalam ErupsiKegagalan erupsi adalah gigi yang erupsinya terhalang oleh sesuatu

    sebab sehingga gigi tersebut tidak keluar dengan sempurna mencapai

    oklusi yang normal di dalam deretan susunan gigi geligi (Purba, 2004).

    Ada dua faktor yang mempengaruhi kegagalan erupsi yaitu (Purba,

    2004):

    a) Faktor-faktor kegagalan erupsi yang berasal dari gigi yaitu:1) Kelainan dalam perkembangan benih gigi

    Pada kondisi kelainan perkembangan benih gigi ini, benih

    gigi yang sudah terbentuk tidak mengalami perkembangan

    dengan sempurna sehingga gigi gagal dalam bererupsi.

    2) Kegagalan dalam pergerakan praerupsi dan prafungsionalPada kondisi ini, pembentukan gigi berlangsung dengan

    sempurna tetapi gigi yang sudah terbentuk tidak mengalami

    pergerakan selama tahap praerupsi dan prafungsional

    sehingga gigi tetap pada tempatnya di dalam tulangalveolar.

    3) Letak benih yang abnormalLetak benih yang abnormal seperti letak benih yang terlalu

    miring ke arah lingual, bukal dapat menyebabkan gigi

    tersebut mengalami kesulitan dalam pergerakan erupsi

    sehingga gigi gagal bererupsi.

  • 7/23/2019 pertumbahan dan perkembangan gigi

    9/48

    11

    b) Faktor-faktor kegagalan gigi yang berasal dari sekitar gigi1) Tulang yang tebal dan padat

    Gagalnya gigi bererupsi pada kondisi ini disebabkan

    konsistensi tulang yang sangat keras dan padat sehingga

    tekanan erupsi normal tidak mencukupi untuk menembus

    tulang yang tebal dan padat tersebut (Purba, 2004).

    2) Tempat untuk gigi tersebut kurangKurangnya tempat untuk gigi yang disebabkan oleh berbagai

    hal seperti ukuran yang terlalu besar, tulang rahang yang

    tidak berkembang juga dapat menyebabkan gigi tidak muncul

    di rongga mulut (Purba, 2004).

    3) Posisi gigi tetangga menghalangi erupsi gigi tersebutPosisi gigi tetangga yang menghalangi jalanya erupsi dapat

    menyebabkan gigi tidak muncul kepermukaan (Purba, 2004).

    4) Adanya gigi susu yang persistensiGigi susu yang tidak tanggal pada waktunya dapat

    menyebabkan kegagalan erupsi pada gigi permanen .

    kegagalan erupsi gigi permanen pada kondisi gigi persistensi

    ini disebabkan oleh tidak tersedianya ruangan untuk gigi

    permanen yang akan erupsi menggantikan gigi susu yang

    persistensi tersebut (Purba, 2004).

    2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Erupsi Gigi

    Erupsi gigi adalah proses yang bervariasi pada setiap anak. Variasi ini

    masih dianggap sebagai suatu keadaan yang normal jika lamanya perbedaanwaktu erupsi gigi masih berkisar antara 2 tahun. Variasi dalam erupsi gigi dapat

    disebabkan oleh faktor yaitu (Harahap, 2010) :

    a. Faktor GenetikFaktor genetik mempunyai pengaruh terbesar dalam menentukan waktu

    dan urutan erupsi gigi yaitu sekitar 78%, termasuk proses kalsifikasi.

  • 7/23/2019 pertumbahan dan perkembangan gigi

    10/48

    12

    b. Faktor Jenis KelaminPada umumnya waktu erupsi gigi anak perempuan lebih cepat

    dibandingkan anak laki-laki. Perbedaan ini berkisar antara 1 hingga 6 bulan.

    Waktu erupsi gigi anak perempuan lebih cepat dibanding dengan anak laki-laki

    disebabkan faktor hormon yaitu estrogen yang memainkan peranan dalam

    pertumbuhan dan perkembangan sewaktu anak perempuan mencapai pubertas.

    c. Faktor RasWaktu erupsi gigi orang Eropa dan campuran Amerika dengan Eropa lebih

    lambat daripada waktu erupsi orang Amerika berkulit hitam dan Amerika Indian.

    Orang Amerika, Swiss, Perancis, Inggris, dan Swedia termasuk dalam ras yang

    sama yaitu Kaukasoid dan tidak menunjukkan perbedaan waktu erupsi yang

    terlalu besar.

    d. Faktor LingkunganFaktor lingkungan tidak banyak mempengaruhi pola erupsi. Faktor tersebut

    adalah:

    1. Sosial Ekonomi Tingkat sosial ekonomi dapat mempengaruhi keadaan nutrisi,

    kesehatan seseorang. Anak dengan tingkat ekonomi rendah cenderung

    menunjukkan waktu erupsi gigi yang lebih lambat dibandingkan anak dengan

    tingkat ekonomi menengah.

    2.Nutrisi Nutrisi sebagai faktor pertumbuhan dapat mempengaruhi erupsi dan

    proses kalsifikasi.(2,3,6,13,17,28,30) Keterlambatan waktu erupsi gigi dapat

    dipengaruhi oleh faktor kekurangan nutrisi, seperti vitamin D dan gangguan

    kelenjar endokrin.

    e. Faktor lokalFaktor-faktor lokal yang dapat mempengaruhi erupsi gigi adalah jarak gigi

    ke tempat erupsi, malformasi gigi, persistensi gigi desidui, adanya gigi berlebih,

    trauma terhadap benih gigi, mukosa gusi yang menebal, ankilosis pada akar gigi,

    dan gigi sulung yang tanggal sebelum waktunya.

  • 7/23/2019 pertumbahan dan perkembangan gigi

    11/48

    13

    f. Faktor PenyakitGangguan pada erupsi gigi desidui dan gigi permanen dapat disebabkan

    oleh penyakit sistemik seperti Down syndrome, Cleidocranial dysostosis,

    Hypothyroidism, Hypopituitarism, beberapa tipe dari Craniofacial synostosis dan

    Hemifacial atrophy.

    1. AtrisiYaitu ausnya permukaan gigi karena lamanya pemakaian waktu berfungsi

    (Harshanur, 1991).

    2. ResobsiYaitu penghapusan dari akar-akar gigi susu oleh aksi dari osteoclast

    (Harshanur, 1991).

    2.5 Pertumbuhan dan perkembangan gigi sulung dan gigi tetap

    Pertumbuhan dan perkembangan dari gigi geligi seperti halnya organ

    lainnya telah dimulai sejak 4 5 bulan dalam kandungan. Pada waktu lahir,

    maksila dan mandibwula merupakan tulang yang telah dipenuhi oleh benih-benih

    gigi dalam berbagai tingkat perkembangan. Tulang alveolar hanya dilapisi olehmucoperiosteum yang merupakan bantalan dari gusi. Pada saat lahir, tulang

    maksila dan mandibula terlihat mahkota gigi-gigi sulung telah terbentuk dan

    mengalami kalsifikasi, sedangkan benih gigi-gigi tetap masih berupa tonjolan

    epitel(Harshanur, 1991).

    Pada umur 67 bulan telah terjadi erupsi dari gigi sulung dan pada umur

    12 bulan gigi insisif pada maksila dan mandibula telah erupsi. Pada umur 2 3

    tahun semua gigi sulung telah erupsi dan email gigi-gigi sulung telah terbentuk

    sempuna(Harshanur, 1991).

    Pertumbuhan dan perkembangan gigi ini terlihat pada tabel berikut ini :

    A. Gigi Sulung1. Rahang Gigi Pembentukan Erupsi Akar lengkap2. Atas Insisif pertama 4 bl inutero 7 bl 1 th3. Insisif kedua 4 bl inutero 9 bl 2 th

  • 7/23/2019 pertumbahan dan perkembangan gigi

    12/48

    14

    4. Caninus 5 bl inutero 18 bl 3 th5. Molar pertama 5 bl inutero 14 bl 2 th6. Molar kedua 6 bl inutero 24 bl 3 th7. Bawah Insisif pertama 4 bl inutero 7 bl 1 th8. Insisif kedua 4 bl inutero 7 bl 1 th9. Caninus 5 bl inutero 16 bl 3 th10.Molar pertama 3 bl inutero 12 bl 2 th11.Molar kedua 6 bl inutero 20 bl 3 th

    B. Gigi Tetap1. Rahang Gigi Mulai terbentuk Erupsi Akar lengkap2. Atas Insisif pertama 34 bl 78 th 10 tahun3. Insisif kedua 1012 bl 89 th 11 tahun4. Caninus 45 bl 1112 th 1315 th5. Premolar pertama 18-21 bl 1012 th 1214 th6. Premolar kedua 3033 bl 1012 th 1214 th7. Molar pertama 03 bl 67 th 910 th8. Molar kedua 2736 bl 1213 th 1416 th9. Molar ketiga 79 th 1721 th 1825 th10.Bawah Insisif pertama 34 bl 67 th 9 th11.Insisif kedua 34 bl 78 th 10 th12.Caninus 46 bl 910 th 1214 th13.Premolar pertama 1824 bl 1012 th 1213 th14.Premolar kedua 2430 bl 1112 th 1314 th15.

    Molar pertama 03 bl 67 th 910 th

    16.Molar kedua 23 th 1113 th 1415 th17.Molar ketiga 810 th 1721 th 1825 th

    2.6 Anatomi dan morfologi Gigi Permanen

    1. Gigi Incisivus Tetap Pertama Atas

    Gigi Incisivus sentral atas adalah gigi kesatu di rahang atas, yang

    terletak dikiri kanan dari garis tengah / median (Itjingningsh, 1991).

  • 7/23/2019 pertumbahan dan perkembangan gigi

    13/48

    15

    Gambar 1.Insisivus sentral atas kanan

    Ciri Identifikasi Utama :

    1. Permukaan mesial lurus dan terletak pada sudut tegak lurus tajam ketepi

    insisal. Sudut disto-insisal lebih bulat

    2. Mahkota besar, dibandingkan akar-merupakan gigi anterior terbesar3. Marginal ridge cukup jelas pada permukaan palatal cekung, dengan

    cingulum berkembang baik.

    4. mahkota berinklinasi ke palatal; akar berinklinasi sedikit ke distal.5. permukaan labial cembung dan halus.6. Cervical margin paling berkelok pada sisi mesial.7. Akar tunggal meruncing, dengan potongan melintang berbentuk

    segitiga membulat dan salah satu permukaan yang agak datar

    menghadap ke labial (Geoffrey C. van Beek, 1996).

    2. Incisivus Kedua AtasGigi ini adalah gigi ke- 2 dari garis tengah. Bentuk fungsionalnya

    sama dengan I1 atas, sehingga mempunyai tugas yang sama di dalam

    mulut, yakni untuk menggigit dan memotong makanan. Dibandingkan

    dengan I1 atas, dimensi koronanya lebih kecil dalam semua jurusan dan

    bentuknya lebih bulat. Akarnya lebih langsing dan apeksnya runcing. I2

    atas mempunyai banyak variasi / anomali (Itjingningsih, 1991).

  • 7/23/2019 pertumbahan dan perkembangan gigi

    14/48

    16

    Gambar 2.Insisiv lateral atas kanan

    Ciri Identifikasi Utama :

    1. Sudut mesio-insisal lancip; sudut disto-insisal lebih membulat.2. Tepi insisal jelas miring ke bawah ke permukaan distal yang lebih

    pendek.

    3. mahkota lebih membulat, lebih pendek dan lebih sempit dimensi mesiodistal daripada incicivus pertama atas.

    4. Cingulum pada permukaan palatal sering menutupi lubang foramencaecum incisivum.

    5. Permukaan palatal lebih cekung daripada incisivus pertama atas.6. Akar tunggal yang meruncing halus ke apeks, runcing yang

    membengkok ke distal.

    7. Cervical margin lebih berkelok-kelok pada permukaan mesialdaripada permukaan distal (Geoffrey C. van Beek, 1996).

    3. Incisivus Pertama BawahIncisivus pertama bawah adalah gigi pertama di rahang bawah,

    kanan atau kiri dari garis tengah. Pada umumnya, gigi ini adalah gigi yang

    paling kecil dalam lengkung gigi. Lebar koronanya sedikit lebih besar darisetengah ukuran mesio distal insisivus pertama atas, tetapi lebar labio-

    lingualnya hanya lebih kecil 1 mm. perbaikan tidak mudah dilakukan pada

    gigi ini, tetapi untungnya, gigi ini jarang sekali perlu diperbaiki. Akarnya,

    satu, sempit mesio-distal, panjang akar hampir sama dengan insisivus

    pertama atas dan apeksnya bengkok ke distal (Itjingningsih, 1991).

  • 7/23/2019 pertumbahan dan perkembangan gigi

    15/48

    17

    Ciri Identifikasi Utama :

    1. Akar tunggal, mendatar mesio-distal dan cenderung bengkok ke distal.

    2. Tepi insisal tegak lurus terhadap garis yang membagi dua mahkota labio

    lingual.

    3. Panjang akar 12 mm.

    4. Alur longitudinal distal akar lebih jelas daripada mesial.

    5. Gigi terkecil pada gigi-geligi tetap (Geoffrey C. van Beek, 1996).

    4. Incisivus Kedua Bawah1. Sedikit lebih kecil daripada incisivus pertama bawah; mahkota

    berbentuk kipas dan tepi insisal lebih lebar mesiodistal.

    2. Sisi insisal: tepi insisal tidak tegak lurus terhadap garis yangmembelah dua akar, tetapi terpuntir ke distal, dalam arah lingual,

    mengikuti garis lengkung gigi.

    3. Panjang akar 14 mm.4. Permukaan mesial mahkota sedikit lebih panjang daripada distal,

    sehingga tepi insisal sedikit miring.

    5. Marginal ridge mesial dan distal samar-samar, tetapi lebih menonjoldaripada incisivus pertama bawah (Geoffrey C. van Beek, 1996).

    5. Kaninus AtasKaninus / Canine / Cuspid adalah gigi ke3 dari garis tengah, dan

    satusatunya gigi di rahang yang mempunyai 1 cusp. Gigi ini diberi nama

    Kaninus karena pertumbuhan gigi ini pada binatang Carnivorous baik

    sekali (mis. anjing) sebab mempunyai akar yang terpanjang dan terbesarsehingga gigi ini kuat sekali. Koronanya adalah korona yang terpanjang di

    dalam mulut dan berbentuk baik sekali baik kekuatan terhadap stress dan

    pemakaian maupun kebersihan. Pada umumnya gigi ini adalah gigi

    terakhir yang akan tanggal, kadangkala masih tetap di rahang sesudah gigi

    lainnya hilang. Seringkali dipakai untuk pegangan dari geligi tiruan.

    Karena posisinya dalam rahang, panjang dan angulasi akarnya maka gigi

  • 7/23/2019 pertumbahan dan perkembangan gigi

    16/48

    18

    Kaninus menjadi struktur yang penting dari muka, yang member karakter,

    kekuatan dan kecantikan (Itjingningsh, 1991).

    Ciri Identifikasi Utama :

    1. Cuspis tunggal runcing kira-kira segaris dengan sumbu panjang akar.2. Lereng distal cuspis lebih panjang daripada lereng mesial dan menyatu

    dengan permukaan distal cembung.

    3. Proporsi keseluruhan kekar panjang.4. Bagian labial cembung jelas dan cingulum palatal besar.5. Garis cervikal kurang berkelok pada permukaan distal.6. Akar tunggal sangat panjang dengan potongan melintang segitiga

    membulat.

    7. Permukaan disto dan mesio-palatal akar sering beralur longitudinal(Geoffrey C. van Beek, 1996).

    Gambar 3 dan 4. Caninus atas dan bawah

    6. Kaninus BawahTugas kaninus bawah dan atas sama, sehingga glnya dari semua

    permukaan sama. Koronya lebih panjang servikoinsisal dan lebih sempit

    mesio distal daripada C atas. Singulumnya tidak begitu nyata. Padapermukaan mesial dan distal, bagian sepertiga servikal tidak begitu tebal.

    Permukaan lingual lebih rata daripada permukaan lingual dari C atas,

    hampir sama dengan lain lain gigi geligi depan bawah. Pada umumnya

    ujung akar melengkung ke distal, tetapi kadang kadang juga terdapat C

    dengan ujung akar yang membengkok ke mesial. Jika C ini belum aus, gigi

    ini adalah gigi yang paling panjang di dalam mulut (Itjingningsih, 1991).

    Ciri Identifikasi Utama :

  • 7/23/2019 pertumbahan dan perkembangan gigi

    17/48

    19

    1. Profil distal mahkota lebih membulat daripada mesial.2. mahkota lebih sempit mesiodistal dibanding caninus atas, sehingga

    mahkota tampak lebih besar sebanding.

    3. Hanya caninus bawah yang mungkin mempunyai akar berbifurkasi,suatu variasi yang tidak jarang terjadi.

    4. Lereng mesial cuspis lebih pendek daripada yang dista5. Cingulum kurang jelas bila dibanding dengan caninus atas.6. Permukaan labial dari mahkota kurang lebih segaris lurus dengan akar.7. Permukaan labial dari mahkota bersambung lengkung longitudinal

    dengan akar.

    8. Pada kebanyakan kasus, akar cenderung bengkok sedikit ke distal.Mahkota tampak miring ke distal dalam hubungan dengan akar

    (Geoffrey C. van Beek, 1996).

    7. Premolar Pertama Atas1. Akar dua (bukal dan palatal) dan inklinasi ke distal.2. Cusp dua buah (bukal dan palatal), cusp bukal lebih besar dari palatal.3. Lereng mesial cusp bucal lebih panjang dari distal.4. Cusp palatal sedikit miring ke mesial.5. Bagian oklusal lebih angular dari Premolar kedua.

    8. Premolar Kedua Atas1. Akar tunggal, mesiodistal datar dan lebih panjang dari premolar

    pertama atas.

    2. Cusp bukal dan palatal lebih kecil dan lebih rendah dari premolarpertama atas.

    3. Lereng mesial bukal cusp lebih pendek dari distal.4. Bagian oklusal oval.

    9. Premolar Pertama Bawah1. Fossa oklusal distal lebih besar dari mesial.2. Cusp bukal besar dan runcing, cusp lingual kecil.3. Mahkota inklinasi ke palatalPermukaan bukal mahkota cembung,

    permukaan lingual hampir lurus.

  • 7/23/2019 pertumbahan dan perkembangan gigi

    18/48

    20

    4. Bagian oklusal sirkular, menndatar pada mesiolingual.5. Akar tunggal, bulat dan inklinasi ke distal.

    10.Molar Pertama Atas1. Gigi molar paling besar.2. Mempunyai 4 cusp dengan mesiopalatal paling besar dan distopalatal

    paling kecil.

    3. Cusp bukal lebih runcing dari cusp palatal.4. Bukolingual mahkota lebih besar dari mesiodistal.5. Terdapat tuberculum carabelli pada cusp mesiopalatal.6. Akar tiga, dan terpisah, akar palatal paling panjang dan mengembang,

    akar bukal berinklinasi ke distal.

    7. Bagian oklusal berbentuk jajaran genjang

    11.Molar Pertama Bawah1. Gigi terbesar pada rahang bawah.2. Mempunyai 5 cusp, 3 bukal dan 2 lingual.3. Permukaan bukal berinklinasi ke lingual.4. Mesiodistal mahkota lebih besar dari bukolingual.5. Bagian oklusal berbentuk segi empat.6. Mempunyai 2 akar, akar mesial lebih panjang, akar distal lebih bulat.

    (Itjingningsh, 1991).

    12.Molar Kedua Atas1.

    Tidak ada cusp carabelli

    2. Bagan oklusal jajaran genjang lebih jelas, ukuran mesio-distal lebihsempit dari pada molar pertama RA.

    3. Koronanya lebih pendek serviko-oklusal dan lebih sempit mesio-distal.

    4. Cusp disto-bukal lebih kecil, sehingga marginal ridge distal dansebagian cusp disto-palatal dapat terlihat.

  • 7/23/2019 pertumbahan dan perkembangan gigi

    19/48

    21

    5. Akar-akarnya membengkok ke distal sehingga crest curve dari akardisto-bukal terletak disto dari crest korona.

    6. Keseluruhan mahkota agak lebih kecil daripada molar pertama RAwalau sangat mirip

    13.Molar Kedua Bawah1. Korona tidak begitu panjang serviko-oklusal2. Memiliki dua akar yang hampir sejajar dan tidak begitu besar3. Cusp lingual lebih tinggi dari cusp bukal, tetapi sama besar4. Cusp mesio-lingual sedikit lebih lebar mesio-distal\5. Tidak ada cups distal6. Batas semnto-enamel berombak7. Bagan oklusal persegi membulat

    14.Molar Ketiga Atas1. Bagan oklusal segitiga cups disto palatal yang kecil sering tidak ada2. Akar pendek, kurang berkembang, konvergen, sering berdifusi,

    membengkok ke distal, biasanya berjumlah tiga buah.

    3. Molar atas terkecil, mahkota lebih kecil daripada molar kedua RA.4. Cusp terbesar mesio-palatal5. Hanya mempunyai daerah kontak mesial6. Mahkota sering tampak terlalu besar untuk akar

    15.Molar Ketiga Bawah1.

    Bentuk mahkota sama dengan molar kedua RB, kebanyakan lebihkecil.

    2. Dua akar pendek, kurang berkembang, sering bergabung, denganinklinasi ke distal yang jelas.

    3. Bagan oklusal empat persegi/bujur, sudut membulat4. Memiliki empat cusp.5. Ukuran bucco-lingual terkecil pada bagian distal.6. Permukaan bukal cembung, berinklinasi ke lingual.

  • 7/23/2019 pertumbahan dan perkembangan gigi

    20/48

    22

    B. Anatomi dan morfologi Gigi sulung

    1. Insisif Pertama Atasa. Sudut disto-insisal membulat, sudut mesio-insisal lancip

    b. Bentuk mahkota mirip insisif permanen pertama RA, secarakeseluruhan lebih kecil dan kelihatan lebih gemuk

    c. Singulum palatal besard. Akar miring ke distal, dan agak ke labial dari sumbu panjang

    mahkota dan meruncing ke arah apek

    e. Dimensi mesio-distal dan serviko-insisal mahkota hampir sama

    2. Insisif Pertama Bawaha. Akar tunggal meruncing dan lebih membulat daripada

    insisif/permanen pertama RB. Akar cenderung berinklinasi ke

    distal

    b. Merupakan gigi terkecil pada kelompok gigi sulungc. Servikal margin sisi mesial berkelok-kelokd. Bentuk berbentuk pahat

    3. Insisif Kedua Atasa. Bentuk serupa dengan insisif sulung pertama RA, tetapi mahkota

    lebih kecil dan lebih sempit

    b. Singulum palatal lebih kurang menonjolc. Sudut disti-insisal membulat, sudut mesio-insisal lancipd.

    Akar tunggal

    4. Insisif Kedua Bawaha. Sudut disto-insisal membulat, sudut mesio-insisal lancip

    b. Akar tunggal meruncing, cenderung berinklinasi ke distalc. Dari medial ke distal, tepi insisal miring ke bawahd. Tepi insisal mengikuti bentuk lengkung mandibulae. Lebih besar daripada insisif sulung pertama RB

  • 7/23/2019 pertumbahan dan perkembangan gigi

    21/48

    23

    f. Permukaan lingual lebih cekung daripada insisif sulung pertamaRB

    5. Caninus Atasa. Lereng mahkota mesial lebih panjang daripada distal

    b. Mahkota lebih kecil dan bulat dibandingkan caninus permanen RAc. Ridge labial dan palatal terbentang dari ujung cupsd. Sisi insisal berbentuk intan dengan sudut membulate. Servikal margin mesial lebih luas ke insisal daripada distalf. Akar tunggal meruncing ramping, panjang dua kali mahkota, dan

    cenderung berinklinasi ke distal

    6. Caninus Bawaha. Lebih kecil dan ramping daripada caninus sulung RA

    b. Lereng distal lebih panjang daripada lereng mesialc. Permukaan lingual cekungd. Servikal margin mesial lebih berlekuke. Akar tunggal meruncing, bengkok ke distal dan ke labialf. Ridge longitudinal labial dan lingual kurang baik, ridge lingual

    sering tak ada

    7. Molar Pertama Atasa. Mahkota trapezoid

    b. Cusp mesio-palatal terbesar dan paling runcingc. Ukuran mahkota labial-palatal terbesar pada sisi mesiald.

    Tiga akar yang divergen

    e. Type premolar form: sepertiga premolar RAf. Type molar form:

    1. Tiga cusp: Satu bukal dan dua palatal, cusp mesio-palatal lebihbesar daripada disto-palatal

    2. Empat cusp: dua cusp bukal dan dua cusp palatal

  • 7/23/2019 pertumbahan dan perkembangan gigi

    22/48

    24

    8. Molar Pertama Bawaha. Terdapat molar tubercle zucherkandl

    b. Terdapat empat cusp: dengan cusp mesio-bukal terbesarc. Panjang mahkota mesio-distal lebih besar daripada disto-linguald. Marginal ridge mesial lebih menonjol daripada mesiale. Terdapat dua akar pada mesial dan distal, akar mesial lebih panjang

    9. Molar kedua Atasa. Molar permanen pertama RA, dengan ukuran lebih kecil

    b. Terdapat tiga akar: Mesio-bukal, disto-bukal dan palatal yangdivergen

    c. Didapatkan cusp carabelli

    10.Molar kedua Bawaha. Cusp dan akar sama dengan molar permanen pertama RB, dengan

    ukuran yang lebih kecil

    b. Oklusal berbentuk empat persegi panjangc. Cusp mesio-bukal dan disto-bukal berukuran samad. Berakar dua: mesial dan distal, akar mesial lebih panjang

    2.7 Resorpsi Akar

    2.7.1 Pengertian Resorpsi Akar

    Dalam ilmu kedokteran gigi, resorpsi akar adalah pengrusakan atau

    penghancuran yang menyebabkan kehilangan struktur gigi. Hal ini disebabkan

    oleh kerja sel tubuh yang menyerang bagian dari gigi. Bila kerusakan meluas ke

    seluruh gigi, dinamakan resorpsi gigi. Kerusakan akar yang parah dapat terjadi

    bila kerusakan sudah mencapai pulpa, sehingga sangat sulit untuk dirawat dan

    biasanya memerlukan ekstraksi gigi. Resorpsi akar terjadi akibat diferensiasi

    makrofag menjadi odontoklas yang akan meresorpsi sementum permukaan akar

    serta dentin akar. Tingkat keparahannya bervariasi dapat dilihat dari bukti-bukti

    berupa lubang mikroskopis yang dapat menyebabkan kehancuran pada

    permukaan akar (Abass, 2007).

  • 7/23/2019 pertumbahan dan perkembangan gigi

    23/48

    25

    Resorpsi akar dapat disebabkan oleh tekanan pada permukaan akar gigi.

    Tekanan tersebut dapat berasal dari trauma, erupsi gigi ektopik yang mengenai

    akar gigi tetangga, infeksi, beban oklusal yang berlebihan , pertumbuhan tumor

    yang agresif, maupun yang tidak dapat diketahui penyebabnya atau idiopatik.

    Menurut Weiland, penyebab yang paling umum adalah kekuatan ortodonti

    (Abass, 2007).

    Akar gigi dilindungi oleh sementum. Sementum merupakan struktur yang

    menyerupai tulang. Namun sementum lebih resisten terhadap resorpsi dari pada

    tulang. Ada sejumlah teori yang menjelaskan mengapa ini terjadi. Hipotesis yang

    paling umum adalah bahwa sementum lebih keras dan lebih termineralisasi

    dibandingkan dengan tulang. Sementum juga bersifat antiangiogenik, sehingga

    dapat mencegah akses osteoklas. Walaupun demikian, bila kekuatan besar

    diberikan pada apeks gigi, sementum juga dapat mengalami resorpsi (El-Bialy,

    2004).

    2.7.2 Klasifikasi Resorpsi Akar

    Resorpsi akar dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu resorpsi akar

    internal yang dimulai dari pulpa, dan resorpsi akar eksternal yang dimulai dari

    luar gigi (Harahap, 2010).

    1. Resorpsi InternalResorpsi internal diduga terjadi akibat pulpitis kronis. Tronstad (1988)

    berpendapat adanya jaringan nekrotik menyebabkan resorpsi internal menjadi

    progresif. Pada kebanyakan kasus, kondisi ini tidak menimbulkan rasa sakit

    sehingga cenderung hanya dapat didiagnosa sewaktu pemeriksaan radiografirutin. Pulpitis kronis dapat terjadi akibat trauma , karies atau prosedur iatrogenik

    seperti preparasi gigi yang salah, ataupun idiopatik. Resorpsi internal jarang

    terjadi, namun dapat muncul pada setiap gigi, baik gigi yang telah direstorasi

    ataupun gigi yang bebas karies. Defeknya bisa terdapat di mana saja di dalam

    saluran akar. Bila hal tersebut terjadi pada ruang pulpa, dinamakan pink spot

    karena pulpa yang membesar terlihat melalui mahkota. Resorpi internal biasanya

    berjalan lambat. Namun bila tidak dirawat, maka lesi akan menjadi progresif dan

  • 7/23/2019 pertumbahan dan perkembangan gigi

    24/48

    26

    menyebabkan perforasi dinding saluran akar sehingga pulpa menjadi mati.

    Penghancuran dentin yang parah dapat menyebabkan gigi fraktur. Perawatan

    untuk resorpsi internal tanpa perforasi adalah dengan perawatan saluran akar.

    Kasus ini memiliki prognosis yang baik dan resorpsi tidak akan terjadi lagi

    (Harahap, 2010).

    2.Resorpsi EksternalResorpsi akar dapat disebabkan oleh beberapa hal, baik umum maupun

    lokal. Adanya perubahan keseimbangan antara osteoblas dan osteoklas pada

    ligamen periodontal dapat menghasilkan sementum tambahan pada permukaan

    akar (hipersementosis) atau menyebabkan hilangnya sementum bersama dengandentin, yang dinamakan resorpsi eksternal. Resorpsi dapat didahului oleh

    peningkatan suplai darah ke suatu daerah yang berdekatan dengan permukaan

    akar. Proses inflamasi mungkin disebabkan oleh infeksi, kerusakan jaringan pada

    ligamen periodontal, atau gingivitis hiperplastik pasca trauma dan epulis.

    Osteoklas diduga berasal dari derivat monosit darah. Inflamasi meningkatkan

    permeabilitas dari pembuluh darah, sehingga memungkinkan pelepasan monosit

    yang akan bergerak ke tulang atau permukaan akar yang cedera. Penyebab lain

    dari resorpsi meliputi tekanan, bahan kimia, penyakit sistemik dan gangguan

    endokrin. Menurut Tronstad, resorpsi akar eksternal dapat dibagi menjadi enam

    jenis (Harahap, 2010).

    3. Resorpsi PermukaanResorpsi permukaan merupakan temuan patologis yang umum terjadi pada

    permukaan akar. Aktivitas osteoklas merupakan respon terhadap injuri pada

    ligamen periodontal atau sementum. Resorpsi permukaan biasanya dapat dilihat

  • 7/23/2019 pertumbahan dan perkembangan gigi

    25/48

    27

    melalui Scanning Electron Microscopy (SEM). Permukaan akar menunjukkan

    resorption lacunae superfisial (Gambar 2). Kondisi ini dapat mengalami perbaikan

    spontan berupa pembentukan sementum baru (Harahap, 2010).

    Resorpsi Akibat Inflamasi

    Resorpsi akibat inflamasi diduga terjadi karena infeksi jaringan pulpa.

    Daerah yang terinfeksi biasanya berada di sekitar foramen apikal dan canalis

    lateralis. Sementum, dentin, dan jaringan periodontal yang berdekatan juga

    dapat terlibat. Pada pemeriksaan radiografi terlihat adanya radiolusen pada

    daerah tersebut. Saluran akar dan tubulus dentin terinfeksi dan nekrosis, serta

    respon inflamatori dengan aktivitas osteoklas terjadi di dentin dan tulang.

    Pertambahan aktivitas osteoklas yang berada di dentin pada sebelah kanan

    menunjukkan pengaruh bakteri yang berada di tubulus dentin (Harahap, 2010)..

    4. Resorpsi PenggantianResorpsi penggantian (Gambar 4) biasanya terjadi pada trauma yang berat.

    Resorpsi penggantian sering terjadi setelah replantasi, terutama bila replantasi

    terlambat dilakukan. Cedera pada permukaan akar biasanya berat, sehingga

    penyembuhan dengan sementum tidak dapat terjadi, yang menyebabkan kontak

    langsung antara tulang alveolar dan permukaan akar. Proses ini dapat bersifat

    reversibel apabila permukaan akar yang terlibat kurang dari 20%. Karena

    osteoklas berkontak langsung dengan dentin, maka resorpsi dapat terus

    berlangsung tanpa stimulasi hingga tulang alveolar mengggantikan dentin. Istilah

    ankylosis dapat digunakan pada kasus ini karena tulang alveolar melekat langsung

    ke dentin.Secara radiografis, ruang ligamen periodontal tidak akan terlihat karena

  • 7/23/2019 pertumbahan dan perkembangan gigi

    26/48

    28

    penggabungan tulang dengan dentin. Pada kasus ini, saluran akar harus diobturasi

    untuk mencegah resorpsi akar akibat infeksi pulpa (Harahap, 2010).

    5. Resorpsi Akibat TekananTekanan pada akar gigi dapat menyebabkan resorpsi yang merusak

    jaringan ikat diantara dua permukaan. Tekanan dapat disebabkan oleh gigi yang

    erupsi atau impaksi, pergerakan ortodonti, trauma karena oklusi, atau jaringan

    patologis seperti kista atau neoplasma. Resorpsi akibat tekanan, misalnya akibat

    perawatan ortodonti dapat terjadi pada apeks gigi , dengan cedera berasal dari

    tekanan pada sepertiga apeks sewaktu menggerakkan gigi. Akibatnya dapat terjadi

    pemendekkan akar gigi. Rangsangan terhadap aktivitas osteoklas di apeks akibat

    tekanan berlebihan selama perawatan ortodonti dapat menyebabkan terjadinya

    resorpsi akar. Osteoklas dapat meluas sampai ke dentin dan mengenai tubulus

    dentin tanpa adanya bakteri. Menurut Newman, gigi yang paling sering

    mengalami resorpsi akibat tekanan adalah gigi insisivus karena gigi insisivus lebih

    sering digerakkan. Tekanan yang diberikan dapat membangkitkan pelepasan sel-

    sel monosit dan pembentukan osteoklas sehingga terjadi resorpsi. Apabila

    penyebab tekanan dihilangkan, maka resorpsi dapat dihentikan (Harahap, 2010).

  • 7/23/2019 pertumbahan dan perkembangan gigi

    27/48

    29

    6. Resorpsi SistemikResorpsi sistemik adalah resorpsi yang diakibatkan adanya gangguan

    sistemik. Jenis ini dapat terjadi pada sejumlah penyakit dan gangguan endokrin,

    seperti : Pagets disease, calcinosis, Gauchers disease dan Turners syndrome.

    Selain itu, resorpsi ini dapat terjadi pada pasien yang menjalani terapi radiasi

    (Harahap, 2010).

    7.

    Resorpsi Idiopatik

    Etiologi resorpsi akar idiopatik sampai saat ini masih belum diketahui

    secara jelas. Pada beberapa kasus dapat terjadi resorpsi akar yang penyebabnya

    bukan karena faktor sistemik maupun lokal . Resorpsi ini dapat terjadi pada satu

    gigi maupun beberapa gigi. Laju resorpsi bervariasi dari lambat (bertahun-tahun),

    sampai cepat dan agresif (beberapa bulan) yang melibatkan sejumlah besar

    kerusakan jaringan. Letak dan bentuk defek resorpsi juga bervariasi. Resorpsi

    idiopatik dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu resorpsi apikal dan resorpsi

    servikal. Resorpsi apikal biasanya lambat dan dapat berhenti secara spontan, yang

    mungkin akan mempengaruhi satu atau beberapa gigi, dengan pemendekan akar

    secara bertahap, dan apeks gigi tetap bulat. Sedangkan resorpsi servikal terdapat

    pada bagian servikal gigi. Defek dapat melebar dan berbentuk lekukan dangkal

    (Gambar 7). Tipe ini dapat juga disebut sebagai resorpsi perifer , resorpsi

    tersembunyi, pseudo pink spot, atau ekstrakanal invasif. Defek dapat juga

    dijumpai pada permukaan eksternal gigi yang kemudian berlanjut ke dentinberupa ramifikasi. Hal ini tidak mempengaruhi dentin dan predentin pada sekitar

    pulpa. Resorpsi tipe ini sering dianggap keliru sebagai resorpsi internal.

    Resorpsi servikal dapat disebabkan oleh inflamasi kronis ligamen periodontal atau

    trauma. Resorpsi servikal paling baik ditangani dengan pembedahan dan

    pembuangan jaringan granulasi. Defek tersebut lalu dibentuk untuk direstorasi.

    Usia rata-rata pasien yang mengalami resorpsi idiopatik pada wanita adalah

    berusia 32 tahun, sedangkan laki-laki berusia 44 tahun. Resorpsi idiopatik lebih

  • 7/23/2019 pertumbahan dan perkembangan gigi

    28/48

    30

    sering terjadi pada perempuan daripada laki-laki. Resorpsi akar idiopatik yang

    terdapat pada beberapa gigi biasanya asimptomatik. Resorpsi ini biasanya dapat

    diketahui dari foto radiografi. Beberapa pasien mengeluhkan tambalan longgar,

    restorasi lepas, goyangnya gigi, dan juga nyeri yang berhubungan dengan gigi dan

    jaringan sekitarnya, namun nyeri terhadap perkusi dan palpasi bukan merupakan

    gejala awal. Penyebab resorpsi ini tidak tunggal, melainkan berkaitan dengan

    kondisi lain seperti adanya inflamasi periapikal, tumor atau kista, kekuatan

    mekanis yang berlebihan atau reimplantasi gigi (Harahap, 2010).

    2.8. Neuromuskularpadastomatognati (mastikasi dandeglutasi)

    2.8.1 Otot-otot mastikasi

    a. M.MasseterMasseter adalah suatu massa otot yang tebal, berbentuk empat persegi

    panjang disebelah pinggir wajah. Melekat diantara permukaan lateral dari ramus

    mandibula dan arcus zygomaticus persis dibawah kulit. Masseter digunakan untuk

    penghancuran dan penggilingan makanan. Selain untuk mengangkat mandibula ke

    vertikal, masseter dapat memberikan vektor anterior pada rahang selama rahanagdiangkat dari suatu posisi depresi ke posisi interkuspal maksimal pada busur mid-

    sagital pengangkatan. Initerjadi karena penyebaran kontraksi dari fasikuli yang

    paling anterior ke yang paling posterior. Kaput profunda dapat memberikan efek

    retrusi. Ada kemungkinan bahwa kaput superfisialis yang kuat itu mempunyai

    peranan penting pada komponen anterior sewaktu mandibula mendekati relasi

    sentrik. Cabang masseter dari saraf kranialis kelima memasok persarafan. Pasokan

    arteri berasal dari cabang-cabang arteri masseterika (McDevitt, 2002).

    b. M.TemporalisMerupakan otot berempal dua dengan origo berbentuk kipas dan tendon

    yang sangat besar, kuat, serta berinsersio kedalam prosesus koronoideus, krista

    temporalis profunda dan batas anterior ramus mandibula. Pada pokoknya otot ini

    dalah suatu elevator dan retraktor (pengangkat dan penarik) mandibula dan

    apabila otot diaktifkan secara bertahap, dari anterior ke posterior, maka arah dari

    tarikan serabut-serabut berkontraksi akan menjadi sama seperti perjalanan kearah

  • 7/23/2019 pertumbahan dan perkembangan gigi

    29/48

    31

    atas dari prosesus koronoideus ketika mandibula diangkat dari suatu posisi

    tertekan (McDevitt, 2002).

    c. Pterygoideus MedialisPterygoideus medialis adalah suatu massa jaringan otot yang kuat, empat

    persegi panjang, terletak pada sisi medial dari ramus mandibula. Otot ini tidak

    selebar atau setebal masseter. Batas posteriornya tersusun serupa dengan batas

    posterior dari masseter pada proyeksi lateral, tetapi batas anteriornya terletak lebih

    distal kearah dorsal. Pada potongan horizontal, separuh atas dari pterygoideus

    medialis berbentuk baji dengan pinggir yang tipis menghadap kearah belakang.

    Setengah bawahnya berbentuk oval (McDevitt, 2002).

    d. Pterygoideus LateralisOtot pterygoideus lateralis menempati suatu posisi yang dalam dan

    tersembunyi. Posisi ini dianggap disebabkan oleh fungsi protraksi mandibula.

    Karena dulunya pergerakan mandibula adalah suatu problem yang relatif kecil dan

    karena posisinya yang dalam dan ukurannya kecil, massa otot ini kurang

    mendapat perhatian dan hampir terabaikan oleh para ahli ilmu anatomi yang dulu.

    Secara anatomi dan fungsional, bagian atas dan bawah dari pterygoideus lateralis

    kemungkinan adalah dua otot yang berbeda. Pada umumnya, peranan dari kedua

    bagian ini adalah berkenaan dengan posisi dan keseimbangan persatuan kondil-

    diskus pada eminensia artikularis selama adanya gerakan-gerakan fungsional dan

    kemungkinan juga pada posisi postural. Demikian juga bagian inferior aktif

    apabila persatuan kondil-diskus protrusi (tertarik kedepan) dan distabilkan pada

    posisi protrusi. Karena itu pterygoideus lateralis terlibat dalam gerakan

    mandibula. Gangguan fungsi normal pterygoideus lateralis yang berat

    mengakibatkan fungsi mandibula sangat terbatas atau mengalami kegagalan.(McDevitt, 2002).

    2.8.2 Nervus mastikasi

    Sistem mastikasi merupakan unit fungsional dalam pengunyahan yang

    mempunyai komponen terdiri dari gigi geligi, sendi temporomandibula (STM),

    otot kunyah, dan sistem syaraf. Otot digerakan oleh sistem impuls syaraf karena

    ada tekanan yang timbul dari gigi bawah berkontak dengan gigi atas sehingga

  • 7/23/2019 pertumbahan dan perkembangan gigi

    30/48

    32

    mandibula dapat melaksanakan aktifitasfungsional dari sistem mastikasi.

    Keharmonisan antara komponen komponen ini sangat penting dipelihara

    kesehatan dan kapasitas fungsionalnya (Mc Devid, 2002).

    Persyarafan pada otot Mastikatori menurut Mc Devid (2002) :

    1. Musculus MaseterInervasi oleh Nervus V (Trigeminus)

    2. Musculus Pterigoideus lateralisInervasi oleh Nervus V (Trigeminus)

    3. Musculus Pterigoideus medialisInervasi oleh Nervus V (Trigeminus)

    4. Musculus TemporalisInervasi oleh Nervus V (Trigeminus), Nervus Auriculotemporalis.

    2.8.3 Aktivitas otot deglutasi

    Berkovitz (1995) dan William (1995) menyatakan bahwa otot-otot yang

    berperan dalam proses penelanan adalah otot-otot didalam kavum oris proprium

    yang bekerja secara volunteer, otot-otot faring dan laring bekerja secara

    involunter. Kavum oris terbagi menjadi dua bagian yaitu vestibulum oris dan

    kavum oris proprium. Vestibulum oris adalah ruang antara gigi-geligi dan batas

    mukosa bagian dalam dari pipi dan labium oris. Sedangkan kavum oris proprium

    merupakan ruang antara arkus dentalis superior dan inferior. Batas anterior dan

    lateral kavum oris proprium adalah permukaan lingual gigi geligi dan prosesus

    alveolaris (Andriyani, 2001).

    a.

    Otot di dalam kavum oris propriumOtot yang termasuk didalam kelompok ini adalah otot-otot lidah

    dan otot-otot palatum lunak. Otot- otot lidah terdiri dari otot- otot instrinsik

    dan ekstrinsik. Otot-otot intrinsic lidah merupakan otot yang membentuk

    lidah itu sendiri yaitu muskulus longitudinalis lingua superfisialis,

    muskulus longitudinalis lingua provunda, muskulus transfersus lingua dan

    muskulus vertikalis lingua. Otot ekstrinsik lidah merupakan otot yang

    berada di bawah lidah yaitu muskulus genioglossus untuk mengerakan

  • 7/23/2019 pertumbahan dan perkembangan gigi

    31/48

    33

    bagian tengah lidah ke belakang dan muskulus styloglossus yang menarik

    lidah keatas dan kebawah. Sedangan otot- otot palatum lunak yaitu

    muskulus tensor dan muskulus levator veli palatini untuk mengangkat faring

    dan muskulus palatoglossus yang menyebabkan terangkatnya uvula

    (Andriyani, 2001).

    b. Otot faringTerbagi menjadi 2 golongan yaitu otot- otot yang jalannya

    melingkar dan otot- otot yang menbujur faring. Otot-otot melingkar terdiri

    atas muskulus konstriktor faringis superior, muskulus konstriktror faringis

    media dan muskulus konstriktor faringis inferior. Sedangkan otot- otot

    membujur faring yaitu muskulus stilofaringeus. Faring tertarik kearah

    medial untuk saling mendekat. Setelah itu lipatan- lipatan faring membentuk

    celah sagital yang akan di lewati makanan menuju kedalam faring posterior

    celah ini melakukan kerja selektif sehingga makanan yang telah di kunyah

    dapat lewat dengan mudah (Andriyani, 2001).

    c. Otot laring.Terbagi dua yaitu otot laring instrinsik dan otot laring ekstrinsik.

    Otot laring ekstrinsik yaitu muskulus krikotiroideus, sedangan otot- otot

    laring intrinsic yaitu muskulus tireoepiglottikus dan muskulus aritenoideus

    pada laring terdapat dua sfingter yaitu aditus laringis dan rima glottidis.

    Aditus laringis berfungsi hanya pada saat menelan. Ketika bolus makanan di

    pindahkan kebelakang diantara lidah dan palatum lunak laring tertarik

    keatas. Aditus laringis di persempit oleh kerja muskulus arytinoideus

    obliqus dan muskulus oroepiglottikus. Bolus makanan atau cairan, kini

    masuk ke esophagus dengan mengelincir di atas epiglottis atau turun lewatalur pada sisi aditus laringis rima glottidis berfungsi sebagai sfingter pada

    saat batuk atau bersin tetapi yang terpenting adalah epiglottis membantu

    mencegah makanan agar sejauh mungkin dari pita suara, dimana akan

    mempengaruhi tegangan pita suara pada waktu bicara (Andriyani, 2001).

  • 7/23/2019 pertumbahan dan perkembangan gigi

    32/48

    34

    2.8.4 Nervus Deglutasi

    1. Nervus Facialis (N. Cranialis VII)Saraf ini melekat ke batang otak pada ujung atas medulla dalam

    hubungan yang erat terhadap tepi bawah pons melalui redix sensori dan

    motoriknya. Kedua radix ini melintasi subarachnoidea di atas n.

    Vestibulococlearis (n. Cranialis VIII) dan masuk ke meatus acusticus

    internus. Di dalam meatus, kedua radix saraf bergabung dan pada bagiam

    dasar meatus, n facialis akan masuk ke canalis facialis dan berputar di sekitar

    os. Temporale, keluar dari foramen stylomastoideum pada basis cranii

    (Dixon, 1993).

    Tepat di luar foramen stylomastoideum, n. facialis mengeluarkan 3

    cabang motorik (Dixon, 1993):

    1) N. auricularis ke m. auricularis posterior dan m. occipitalis kulitkepala.

    2) Saraf ke venter posterior mm. digastrici.3) Saraf ke m. stylomastoideum

    N. facialis kemudian menembus selubung fascia dari glandula

    parotidea dan masuk ke subtansu glandula, terbagi menjadi dua cabang yang

    besar. Dari cabang superior dikeluarkan rami temporales, zygomatici dan

    bucales; cabang inferior dikeluarkan n. bucalis inferior, ramus marginalis

    mendibulae dan colli. Cabang terminal terlihat pada tepi anterior glandula

    parotidea, menyebar memlalui wajah, membentuk plexus saraf dengan saraf

    yang lain dan dengan ujung terminal n. trigeminus (Dixon, 1993).

    1) Rami temporales mempersarafi m. auricularis anterior dan superior,m. frontalis, bagian atas orbicularis oculi, dan corrugator supercilli.

    2) Rami zygomatici mempersarafi serabut luar orbicularis oculi.3) Rami buccales mempersarafi m. buccinator, otot labium oris superius,

    risorius dan otot hidung.

    4) Ramus marginalis mandibulae mempersarafi otot labium oris inferiordan mentalis.

  • 7/23/2019 pertumbahan dan perkembangan gigi

    33/48

    35

    5) Ramus colli mempersarafi m. platysma pada leher dan mengeluarkanramus communicans untuk bergabung dengan ramus marginalis

    mandibulae.

    2. Nervus Glassopharyngeus (Nervus Cranialis)

    Cabang utama dari nervus glassopharyngeus adalah (Dixon, 1993):

    1) Plexus tympanicus, pada telinga tengah saraf ini bergabung dengancabang n. facial untuk membentuk olexus tympanicus, tempat

    keluarnya cabang sensorik ke membran mukosa telinga tengah,

    antrum mastoideum dan tuba auditiva dan n. petrosus minor

    superficialis berasal dari n. glassopharingeus, mempersarafi ganglion

    oticum dan glandula parotidea.

    2) Ramus caroti, membawa serabut sensorik (otonom) dan ikut berperandalam mengatur tekanan darah.

    3) Cabang motorik ke m. stylopharyngeus.4) Rami pharyngei (sensorik) ke plexus pharyngeus pada dinding

    samping pharyng. Dari plexus, saraf sensorik yang berasal dari n.

    glassopharyngeus berjalan ke membran mukosa pharynx

    5) Rami tonsillares naik di dalam m. hyoglossus untuk membentukplexus di sekitar tonsilla. Dari plexus saraf sensori didestribusikan ke

    bagian atas pharynx dan pangkal tuba auditiva.

    6) Rami linguales berjalan jauh ke dalam ke m. hyoglossus danmembentuk persarafan sensorik ke membran mukosa pars pharyngea

    (sepertiga posterior) lingua.

    7) Ramus communicans bersama dengan ganglion cervicalis superiorsympathicus, n. vagus dan facialis.

    3. Nervus Vagus (Nervus Cranialis)

    Cabang-cabang n. vagus pada leher adalah (Dixon, 1993):

    1) Ramus meningeus recurrens, mempersarafi dura meter dari fossacranii posterior.

    2) Ramus auricularis, saraf terbagi menjadi cabang yang bergabungdengan n. auricularis posterior (cabang n. facialis) dan cabang yang

    mempersarafi membran mukosa meatus acusticus externus dan

  • 7/23/2019 pertumbahan dan perkembangan gigi

    34/48

    36

    permukaan luar membran tympani (dengan cabang n.

    auriculotemporalis).

    3) Cabang kecil didistribusikan ke sinus caroticus dan copus carotid.4) Rami pharyngei, saraf ini mengandung serabut motorik dari m.

    contrictor pharynx dan m. palatopharyngeus, levator vlei palatini,

    paloglossus dan uvula dari palatum molle.

    5) N. laryngeus superior, terpisah menjadi n. laryngeus superior ramusinternus yang besar (sensorik) yang menyertai a. Laryngea interna dan

    cabang motorik yang lebih kecil (n. laryngeus superior ramus

    externus) berjalan jauh ke dalam ke mm. infrahyoidei menuju ke m.

    cricothyroideus dan constrictor pharyngis inferior.

    4. Nervus Accessorius (Nervus Cranialis XI)

    Merupakan saraf motorik yang mempersarafi otot dinding pharynx

    dan larynx, serta dua otot superficialis pada leher yaitu m.

    sternocleidomastoideus dan trapezius. Terdiri dari dua bagian yang berbeda

    baik origo maupun distribusinya. Radices craniales atau pars vagalis berasal

    dari bagian samping medulla, di caudal n, vagus dan radices spinalles berasal

    dari bagian samping corda spinalis sejauh mungkin ke bawah ke perekatan

    nn. Cervicales V (Dixon, 1993).

    5. Nervus Hypoglossus (Nervus Cranialis XIII)

    Merupakan saraf motorik dari otot lingua, kecuali m. palatoglossus

    dipersarafi oleh n. vagus (Dixon, 1993).

    2.8.5 Saraf Kepala dan Leher

    Menurut Dixon (1993), saraf kepala dan leher yang penting antara lain:

    1. N. TrigeminusN. trigeminus merupakan n. cranialis terbesar dan hubungan perifernya

    mirip dengan n. spinalis, yaitu keluar berupa radix motoria dan sensoria yang

    terpisah dan radix sensoria mempunyai ganglion terbesar. Serabut sensoriknya

    berhubungan dengan ujung saraf yang berfungsi sebagai sensasi umum pada

    wajah, bagian depan kepala, mata, cavum nasi, sinus paranasal, sebagian telinga

    luar dan membran tympani, membran mukosa cavum oris termasuk bagian

  • 7/23/2019 pertumbahan dan perkembangan gigi

    35/48

    37

    anterior lingua, gigi geligi dan struktur pendukungnya serta duramater dari fossa

    cranii anterior. Radix motoria mempersarafi otot pengunyahan, otot palatum

    molle, dan otot telinga tengah.

    2. N. OpthalmicusDi bagian depan sinus, saraf terbelah menjadi tiga cabang besar, yaitu n.

    lacrimalis, frontalis dan nasociliaris yang masuk ke orbita dan keluar dari sinus

    cavernosus, melintasifissura orbitalis superiordiantara ala major dan minor ossis

    sphenoidalis. N. lacrimalis berjalan di sepanjang dinding lateral orbita, n.

    frontalis berjalan di balik atap orbita dan n. nasociliaris berjalan pada bagian

    dalam orbita.

    3. N. MaxillarisCabang-cabang n. maxillarispadafossa pterygopalatina adalah:

    a. Dua ramiganglionikmenujuganglion pterygopalatinumb.N. alveolaris superior posteriorc.N. zygomaticus dan cabang-cabangnya keluar dariganglion pterygopalatinad.N. palatinus majordan nn. palatini minorese.Rami nasales dan n. nasopalatinus

    f. Ramus pharyngeus ke membrana mukosa atap nasopharynx4. N. Mandibularis

    Setelah berjalan singkat, truncus n. mandibularis terbelah menjadi divisi

    posterior dan divisi anterior. Divisi posterior yang besar mengeluarkan a.

    auriculotemporalis, n. alverolaris inferior dan n. lingualis. Sedangkan divisi

    anterior yang lebih kecil mengeluarkan percabangan ke m. temporalis,

    pterygoideus lateralis dan masseterdan berlanjut ke m. buccinator.

    5.

    N. FacialisSaraf ini melekat ke batang otak pada ujung atas medulla. Tepat di luar

    foramen stylomastoideum, n. facialis mengeluarkan tiga cabang motorik, yaitu n.

    auricularis posterior ke m. auricularis posterior dan m. occipitalis kulit kepala,

    saraf ke venter posterior mm. digastrici dan saraf ke m. stylohyoideus

    6. N. GlossopharyngeusN. glossopharyngeus melekat di bagian samping permukaan atas medulla di

    bawah pons melalui tiga atau empat filamen yang mengandung serabut sensorik

  • 7/23/2019 pertumbahan dan perkembangan gigi

    36/48

    38

    dan motorik. Saraf berjalan melalui bagian depan foramen jugulare dalam

    selubung duramater.

    7. N. VagusN. vagus melekat melalui serangkaian filamen ke batang otak pada bagian

    samping medulla, di caudal dan pada serangkaian n. glossopharyngeus. N. vagus

    mempunyai komponen berupa serabut somatik sensorik, serabut somatik motorik

    danserabut sensorikdan motorik autonom.

    8. N. AccessoriusN. accessorius merupakan saraf motorik yang mempersarafi otot dinding

    pharynx, larynx, serta dua otot superficialis pada leher yaitu m.

    sternocleidomastoideus dan trapezius. Terdiri dari dua bagian yang berbeda baik

    origo maupun distribusinya.

    9. N. HypoglossusN. hypoglossus merupakan saraf motorik dari otot lingua, kecuali m.

    palatoglossus dipersarafi oleh n. vagus. N. hypoglossus melekat melalui

    serangkaian filamen pada bagian samping medulla, diantara oliva dan pyramid

    (Dixon, 1993).

    Gambar 1. Saraf-sarafcranial

    http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Brain_human_normal_inferior_view_with_labels_en.svg
  • 7/23/2019 pertumbahan dan perkembangan gigi

    37/48

    39

    Nomor Nama Jenis Fungsi

    I Olfaktorius Sensori

    Menerima rangsang dari hidung dan

    menghantarkannya ke otak untuk diproses

    sebagaisensasibau

    II Optikus Sensori

    Menerima rangsang dari mata dan

    menghantarkannya ke otak untuk diproses

    sebagai persepsi visual

    III Okulomotor Motorik Menggerakkan sebagian besarotot mata

    IV Troklearis Motorik Menggerakkan beberapaototmata

    V Trigeminus Gabungan

    Sensori: Menerima rangsangan dari wajah

    untuk diproses di otak sebagai sentuhan

    Motorik: Menggerakkanrahang

    VI Abdusen Motorik Abduksimata

    VII Fasialis Gabungan

    Sensorik: Menerima rangsang dari bagian

    anterior lidah untuk diproses di otak

    sebagai sensasi rasa

    Motorik: Mengendalikan otot wajah untuk

    menciptakan ekspresi wajah

    VIII Vestibulokoklearis Sensori

    Sensorisistem vestibular: Mengendalikan

    keseimbangan

    Sensori koklea: Menerima rangsang untuk

    diproses di otak sebagai suara

    IX Glosofaringeal Gabungan

    Sensori: Menerima rangsang dari bagian

    posterior lidah untuk diproses di otak

    sebagai sensasi rasa

    Motorik: Mengendalikan organ-organ

    http://id.wikipedia.org/wiki/Saraf_olfaktorihttp://id.wikipedia.org/wiki/Saraf_olfaktorihttp://id.wikipedia.org/wiki/Sensasihttp://id.wikipedia.org/wiki/Sensasihttp://id.wikipedia.org/wiki/Saraf_optikhttp://id.wikipedia.org/wiki/Okulomotorhttp://id.wikipedia.org/wiki/Okulomotorhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Otot_mata&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Otot_mata&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Otot_mata&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Troklearishttp://id.wikipedia.org/wiki/Troklearishttp://id.wikipedia.org/wiki/Otothttp://id.wikipedia.org/wiki/Otothttp://id.wikipedia.org/wiki/Otothttp://id.wikipedia.org/wiki/Trigeminushttp://id.wikipedia.org/wiki/Trigeminushttp://id.wikipedia.org/wiki/Rahanghttp://id.wikipedia.org/wiki/Rahanghttp://id.wikipedia.org/wiki/Rahanghttp://id.wikipedia.org/wiki/Abdusenhttp://id.wikipedia.org/wiki/Abdusenhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Abduksi&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Abduksi&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Fasialishttp://id.wikipedia.org/wiki/Vestibulokoklearishttp://id.wikipedia.org/wiki/Vestibulokoklearishttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sistem_vestibular&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sistem_vestibular&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sistem_vestibular&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Glosofaringealhttp://id.wikipedia.org/wiki/Glosofaringealhttp://id.wikipedia.org/wiki/Glosofaringealhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sistem_vestibular&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Vestibulokoklearishttp://id.wikipedia.org/wiki/Fasialishttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Abduksi&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Abdusenhttp://id.wikipedia.org/wiki/Rahanghttp://id.wikipedia.org/wiki/Trigeminushttp://id.wikipedia.org/wiki/Otothttp://id.wikipedia.org/wiki/Troklearishttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Otot_mata&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Okulomotorhttp://id.wikipedia.org/wiki/Saraf_optikhttp://id.wikipedia.org/wiki/Sensasihttp://id.wikipedia.org/wiki/Saraf_olfaktori
  • 7/23/2019 pertumbahan dan perkembangan gigi

    38/48

    40

    dalam

    X Vagus Gabungan

    Sensori: Menerima rangsang dari organ

    dalam

    Motorik: Mengendalikan organ-organ

    dalam

    XI Aksesorius Motorik Mengendalikan pergerakan kepala

    XII Hipoglossus Motorik Mengendalikan pergerakan lidah

    Tabel 1. 12 Syaraf Cranial

    2.9 Persistensi Gigi

    2.9.1 Definisi

    Gigi sulung yang belum tanggal pada waktunya, sehingga gigi tetap yang

    akan bererupsi mulai muncul keluar kemudian gigi permanen ini akan mencari

    arah. Hal itu disebabkan benih gigi permanen tidak terletak persis dibawah gigi

    susu yang digantikannya melainkan terletak didepan atau dibelakang gigi susu

    sehingga biasa timbul variasi seperti ini.

    2.9.2 Faktor-Faktor yang menyebabkan terjadinya persistensi

    Gigi susu tidak tanggal walaupun gigi tetap penggantinya telah tumbuh

    (persistens). Kelainan gigi ini merupakan kebalikan dari kelainan premature loss.

    Dimana gigi tetap muncul diluar lengkung rahang dan tampak berjejal (Shari,2008).

    2.9.3 Penyebab tidak langsung

    Segala hal yang menyebabkan terjadinya gangguan pada pertumbuhan dan

    perkembangan tubuh, secara tidak langsung juga berpengaruh pada pertumbuhan

    dan perkembangan rahang dan gigi geligi, seperti (Shari, 2008) :

    http://id.wikipedia.org/wiki/Vagushttp://id.wikipedia.org/wiki/Aksesoriushttp://id.wikipedia.org/wiki/Aksesoriushttp://id.wikipedia.org/wiki/Hipoglossushttp://id.wikipedia.org/wiki/Hipoglossushttp://id.wikipedia.org/wiki/Hipoglossushttp://id.wikipedia.org/wiki/Aksesoriushttp://id.wikipedia.org/wiki/Vagus
  • 7/23/2019 pertumbahan dan perkembangan gigi

    39/48

    41

    a. Faktor keturunan (genetika)

    Seorang anak yang mengalami kelainan posisi gigi bisa diturunkan dari

    kedua orang tuanya. Contohnya orang tua dengan kelainan skelatal (tulang

    rahang) kelas III Angle (cakil) kemungkinan akan mempunyai anak dengan

    kondisi gigi yang serupa. Faktor keturunan itu tidak bisa dicegah karena setiap

    orang tua pasti akan mewariskan gen-gen (sifat menurun) kepada anak-anaknya.

    b. Faktor gangguan pada janin (kongenital)

    Berbagai gangguan dari luar yang dapat mempengaruhi keadaan janin

    pada saat berada di dalam kandungan, misalnya ; mengkonsumsi obat-obatan pada

    saat hamil, menderita trauma /penyakit tertentu dan kurang gizi. Faktor kongenital

    ini harus menjadi perhatian bagi para calon orang tua. Terutama bagi ibu hamil

    agar hati-hati dalam mengonsumsi obat-obatan pada usia 8 - 14 minggu masa

    kehamilan. Sebab menurut para ahli saat usia inilah terjadinya pembentukan

    rahang atas dan bawah.

    c. Gangguan keseimbangan kelenjar endokrin

    Kelenjar endokrin berfungsi menghasilkan hormon dalam tubuh untuk

    mengatur pertumbuhan dan perkembangan. Termasuk ini adalah kelenjar

    pituitary, thyroid dan parathyroid. Apabila ada kelainan pada kelenjar-kelenjar

    tersebut, maka dapat terjadi gangguan pada pertumbuhan dan perkembangan

    tubuh termasuk rahang dan gigi.Contohnya, bila hormon yang dihasilkan oleh

    kelenjar pituitary berlebih mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan tubuh

    melebihi normalnya atau gigantisme, dan gigi geligi menjadi renggang (diastema).

    Begitupula sebaliknya bila hormon yang dihasilkan kelenjar pituitary berkurang,maka pertumbuhan akan terhambat. Penderita menjadi kerdil dan creatism serta

    gigi geligi menjadi berjejal (crowding).Setelah mengetahui penyebab gigi tidak

    teratur, maka perlu langkah-langkah untuk mencegahnya. Ketidakteraturan gigi

    dapat dicegah pada saat usia anak prasekolah dan sekolah dasar (3-11 tahun). Ada

    tiga langkah yang perlu dilakukan dalam mencegah gigi tidak teratur yaitu (Shari,

    2008) :

  • 7/23/2019 pertumbahan dan perkembangan gigi

    40/48

    42

    1. Pendekatan psykologis. Secara psykologis anak-anak belum peduli dengankeberhasilan dan kesehatan giginya. Oleh karena itu peran orang tualah

    untuk mengajarkan pada anak tentang perlunya menjaga kebersihan dan

    kesehatan gigi. Misalnya, memberi contoh dan membiasakan menyikat

    gigi setelah makan dan sebelum tidur pada si anak.

    2. Perawatan gigi anak. Setelah si anak secara psykologis sudah dapatmenerima perawatan, maka butuh konsultasi ke dokter gigi untuk diambil

    tindakan bila dipandang perlu. Seperti mencabut gigi susu yang belum

    tanggal sedangkan gigi tetapnya sudah tumbuh. Penambalan gigi susu

    yang berlubang agar tidak tanggal sebelum waktunya. Pembuatan alat

    (space maintainer) untuk mempertahankan posisi ruangan gigi yang telah

    tanggal sebelum waktunya.

    3. Mencegah dan menghilangkan kebiasaan buruk. Kebiasaan buruk yangsering dilakukan oleh anak-anak, seperti mengisap jari, bernapas melalui

    mulut dan proses penelanan yang salah.

    Oleh karena itu orang tualah harus mengetahui kebiasaan buruk si anak

    dan mencegahnya sejak dini. Bila anak sudah melakukan kebiasaan buruk, maka

    orang tua segera berkonsultasi ke dokter gigi untuk menghilangkan kebiasaan

    buruk tersebut sebelum terjadi kelainan gigi (Shari, 2008).

    2.10 Penanganan gigi persistensi

    Yang harus dilakukan orang tua dalam hal ini adalah membawa anak

    kedokter gigi untuk dilakukan pencabutan gigi susu (Maulani, 2005).

    1. Pencabutan gigi susu yang masih kuat membutuhkan obat anestesi(penghilang rasa sakit).

    2. Orang tua tidak perlu mengkhawatirkan pencabutan ini, karena berkatkemajuan teknologi, saat ini telah diciptakan alat suntik yang

    mempunyai jarum sangat kecil, sehingga tidak menimbulkan rasa sakit

    Contoh alat ini:

  • 7/23/2019 pertumbahan dan perkembangan gigi

    41/48

    43

    a. Sitoject1. alat suntik berbentuk bolpen yang mengeluarakan suara ctik. . .ctik.

    . . bila digunakan

    2. Alat ini bias memakai jarum dengan diameter kecil menacapai 0,28mm. karena jarumnya sangat kecil, friksi yang terjadi menjadi

    berkurang, sehingga tidak akan terasa sakit .

    3. Apalagi bila sebelum disuntik dioleskan anestesi topical (penghilangrasa sakit yang bekerja dipermukaan kulit) yang mempunyai

    keharuman buah-buahan orange, strawberry atau anggur yang

    sekaligus bias menjadi salah satu pengalih perhatian anak, anestesi

    dapat berjalan dengan lancer tanpa rasa sakit.

    Namun demikian kasus pencabut gigi anak yang pertama sekitar usia 6

    tahun padaakhir masa TK atau awal masuk SD biasa menimbulkan trauma apabila

    tidak ditangani dengan baik.

    Anak perlu dialihkan perhatian selama duduk di kursi gigi denganberbagai cara (Maulani, 2005) :

    a. Dengan menanyakan dimana sekolahnya, diajari pap saja disekolah,dan lain sebagainya.

    b. sementara dokter gigi mempersiapkan alatnya-alatnya tanpasepengetahuan anak

  • 7/23/2019 pertumbahan dan perkembangan gigi

    42/48

    44

    Pencabutan gigi yang sudah goyang berbeda dengan pencabutan gigi yang

    masih kuat tertanam didalam gusi. Pada kasus ini yang dipergunakan hanya

    anatesi topikal, biasanya memakai chlor Ethyl. Anestesi ini menimbulkan rasa

    dingin.

    1. Sebelum pemberian Chlor Ethyl, anak diberitahu terlabih dahulu bahawagiginya akan menjadi dingin, seperti makan es.

    2. Saat gigi tercabut, umumnya anak tidak merasakan sakit dan biasanyapada saat itu dia baru merasa ketakutan.

    3. Seakarang si anak bisa turun dari kursi perawataan gigi sambil tersenyum,terkadang sambil mengusap air mata yang semapat menetes (Maulani,

    2005)

  • 7/23/2019 pertumbahan dan perkembangan gigi

    43/48

    45

    BAB III

    KONSEP MAPPING

    Benih Gigi

    Erupsi Intraoseus

    Dental Papilla Kantung GigiEnamel Organ

    KalsifikasiAposisi

    T. Praerupsi

    Tahap Erupsi

    T. Prafungsional T. Fungsional

    Erupsi Gigi

    Normal

    Faktor Sistemik

    Abnormal

    Faktor LokalPenatalaksanaan

    45

  • 7/23/2019 pertumbahan dan perkembangan gigi

    44/48

    46

    BAB IV

    PEMBAHASAN

    Perkembangan orofacial dimulai dari perkembangan wajah, perkembangan

    labium oris superius, perkembangan palatum, perkembangan dan erupsi gigi

    geligi, cartilago rangka wajah, lingua dan pipi (Dixon, 1993).

    Organ pembentuk benih gigi terdiri dari organ enamel yang berkembang

    seperti tombol, tumbuh di atas lamina gigi, dan berasal dari epitel. Dental papilla

    atau organ dentin, yang berkembang dari dasar jaringan mesenkim yang berasal

    dari mesenkim dan akan membentuk dentin dan tinggal di sekitar ruang sentral

    dari dentin sebagai pulpa. Kantung gigi (organ periodontal), yang juga

    berkembang dari dasar jaringan mesenkim dan akan membentuk struktur

    penyanggah gigi, sementum, tulang alveolar dan selaput periodontal (Harshanur,

    1991).

    Siklus kehidupan gigi dimulai dari tahap pertumbuhan, erupsi intraoseus

    sampai tahap erupsi (Purba, 2004).

    Erupsi gigi adalah proses yang bervariasi pada setiap anak. Variasi ini

    masih dianggap sebagai suatu keadaan yang normal jika lamanya perbedaan

    waktu erupsi gigi masih berkisar antara 2 tahun. Variasi dalam erupsi gigi dapat

    disebabkan oleh faktor genetik dan lokal (Harshanur, 1991).Faktor-faktor

    kegagalan erupsi dapat berasal dari gigi yang mencakup kelainan dalam

    perkembangan benih gigi, kegagalan dalam pergerakan praerupsi dan

    prafungsional, dan letak benih yang abnormal. Sedangkan yang berasal dari

    sekitar gigi terdiri dari tulang yang tebal dan padat, tempat untuk gigi tersebut

    kurang, posisi gigi tetangga menghalangi erupsi gigi tersebut, dan adanya gigisusu yang persistensi (Purba, 2004).

    Persistensi gigi terjadi akibat gigi sulung yang belum tanggal pada

    waktunya, sehingga gigi tetap yang akan bererupsi mulai muncul keluar kemudian

    gigi permanen ini akan mencari arah. Hal itu disebabkan benih gigi permanen

    tidak terletak persis dibawah gigi susu yang digantikannya melainkan terletak

    didepan atau dibelakang gigi susu sehingga biasa timbul variasi seperti ini.

    Perawatan yang dilakukan adalah dengan melakukan pencabutan pada gigi susu.

    46

  • 7/23/2019 pertumbahan dan perkembangan gigi

    45/48

    47

    BAB V

    PENUTUP

    5.1Kesimpulan1. Setiap gigi mengalami tahap pertumbuhan yang berturut-turut dari

    perkembangan selama siklus hidupnya yaitu dengan tahap pertumbuhan

    yang terdiri dari inisiasi, polifersi, histodeferensiasi, morfodiferensiasi.

    Tahap selanjutnya tahap erupsi intraoseous yang dibagi menjadi dua tahap

    yaitu tahap aposisi dan tahap kalsifikasi. Erupsi gigi munculnya tonjolan

    gigi atau tepi insisal gigi menembus gingival, dapat terjadi pada gigi susu

    maupun permanen.

    2. Faktor-faktor yang mempengaruhi ada dua macam, yaitu faktor lokalmeliputi akar gigi yang bengkok, ankilosis gigi, kehilangan premature gigi

    sulung, dan trauma pada gigi susu, dan sedangkan faktor sistemik meliputi

    gangguan endokrin, faktor keturunan, ras, dan hipovitaminosis D.

    3. Gigi sulung yang belum tanggal pada waktunya, sehingga gigi tetap yangakan bererupsi mulai muncul keluar kemudian gigi permanen ini akan

    mencari arah. Hal itu disebabkan benih gigi permanen tidak terletak persis

    dibawah gigi susu yang digantikannya melainkan terletak didepan atau

    dibelakang gigi susu sehingga biasa timbul variasi.

    4. Penanganan yang dilakukan :a. Pencabutan gigi susu yang masih kuat membutuhkan obat anestesi

    (penghilang rasa sakit).

    b. Orang tua tidak perlu mengkhawatirkan pencabutan ini, karenaberkat kemajuan teknologi, saat ini telah diciptakan alat suntik

    sitoject yang mempunyai jarum sangat kecil, sehingga tidak

    menimbulkan rasa sakit. Sebelum disuntik dioleskan anestesi

    topikal (penghilang rasa sakit yang bekerja dipermukaan kulit)

    yang mempunyai keharuman buah-buahan orange, strawberry atau

    anggur yang sekaligus bisa menjadi salah satu pengalih perhatian

    anak, Pada kasus ini yang dipergunakan hanya anatesi topikal,

    47

  • 7/23/2019 pertumbahan dan perkembangan gigi

    46/48

    48

    biasanya memakai chlor Ethyl. Anestesi ini menimbulkan rasa

    dingin.

    c. anestesi dapat berjalan dengan lancr tanpa rasa sakit Anak perludialihkan perhatian selama duduk di kursi gigi dengan berbagai

    cara

    5.2 Saran

    Diharapkan dengan adanya makalah ini Mahasiswa Kedokteran Gigi IIK

    Bhakti Wiyata Kediri dapat memahami dan mengetahui tentang pertumbuhan dan

    perkembangan gigi dan persistensi gigi.

  • 7/23/2019 pertumbahan dan perkembangan gigi

    47/48

    49

    DAFTARPUSTAKA

    Abass SK, Hartsfield JK. 2007. Orthodontic and external apical root resorption.

    Seminars in Orthodontics

    Andriyani, Anita.2001.Aspek fisiologis pengunyahan dan penelanan pada system

    stomagtonathi e-repository. Medan : USU

    Drg. Chaerita Maulani. 2005. Kiat Merawat Gigi Anak Panduan Orang Tua

    dalam Merawat dan Menjaga Kesehatan Gigi bagi anak-anaknya. PT Elex

    Media Kompuitindo : Jakarta

    Dixon, Andrew D. 1993.Anatomi Kedokteran Gigi. Jakarta: EGC

    El-Bialy T, El-Shami Iman, Graber TM. Repair of orthodontically induced root

    resorption by ultrasound in humans. Am J Orthod Dentofac 2004

    Harshanur, Itjiningsih Wangidjaja. 1991. Anatomi Gigi. Jakarta: Penerbit Buku

    Kedokteran EGC

    Harahap N. 2010. Resorpsi Akar. Diunduh dari

    Http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17805/3/Chapter%20II.pd

    f. Diakses Kamis 09 Mei 2013, pukul 22.30

    Maulani, Chaerita. 2005. Kiat Merawat Gigi Anak. Jakarta: Elex MediaKomputindo

    McDevitt, W.E. 2002. Anatomi Fungsional dari Sistem Pengunyahan. Jakarta :

    EGC

    Nasution MI. Morfologi gigi desidui dan gigi permanen. USU Press 2008; 1:104-

    12

    49

    http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17805/3/Chapter%20II.pdfhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17805/3/Chapter%20II.pdfhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17805/3/Chapter%20II.pdfhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17805/3/Chapter%20II.pdfhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17805/3/Chapter%20II.pdfhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17805/3/Chapter%20II.pdfhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17805/3/Chapter%20II.pdf
  • 7/23/2019 pertumbahan dan perkembangan gigi

    48/48

    50

    Purba, SD. 2004. Erupsi Gigi. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatra

    Utara Medan.

    Shari, C,. 2008.Perkembangan Gigi Geligi Dan Kelainan-Kelainan Bawaannya.

    USU Repository. Diakses dari

    http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/8362/1/950600018.pdf.

    Pada tanggal 07 Mei 2013.

    Thomaz EBAF, Cangussu MCT, da Silva AAM, Assis AMO. 2010. Is

    malnutrition associated with crowding in permanent dentition?. Int. J.

    Environ. Res. Public Health. (8):3531-41

    http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/8362/1/950600018.pdfhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/8362/1/950600018.pdfhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/8362/1/950600018.pdf