problem sosiologis pluralisme agama di indonesia ahmad khaerurrozikin

Upload: abu-hafshoh

Post on 17-Feb-2018

235 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • 7/23/2019 Problem Sosiologis Pluralisme Agama Di Indonesia Ahmad Khaerurrozikin

    1/22

    1

    Problem Sosiologis Pluralisme Agama Di Indonesia

    Oleh: Ahmad Khaerurrozikin.

    PENDAHULUAN

    Dalam konteks indonesia dewasa ini, paham pluralisme agama yang di

    bawa oleh cendikiawan liberal telah menjadi solusi untuk mendamaikan atau

    pemersatu dalam kemajemukan suku, agama, ras, dan antargolongan. Karena

    mengingat dalam keberagaman ini telah banyak menimbulkan konflik terutama

    antar umat beragama, sebagaimana yang terjadi di beberapa daerah seperti situ

    bondo (1996), Tasikmalaya (1997), Rengasdengklok (1997), Sambas dan

    (1999),dan Ambon (1999).1

    Terlepas dari fenomena pluralitas agama yang sering menimbulkankonflik, maka muncul sejumlah teori pluralisme agama, yang mungkin bisa

    diklasifikasikan, sesuai dengan pokok-pokok pemikiran yang terbagi menjadi

    empat kategori, yaitu pertama: humanisme sekuler kedua:teologi global ketiga:

    Sinkretisme , keempat,Hikmah abadi. dalam keempat kajian ini, ujung-ujungnya

    berakhir pada muara yang sama. Yaitu memberikan legitimasi yang setara kepada

    semua agama (semua aliran dan ideologi) yang ada, agar dapat hidup

    berdampingan bersama secara damai, aman, penuh tenggang rasa, toleransi dan

    saling menghargai tanpa adanya perasaan superioritas dari salah satu agama di

    atas yang lain. Setidaknya inilah yang ingin diwujudkan oleh tren-tren

    tersebut,yaitu yang sekarang di kenal dengan pluralisme agama.2

    Munculnya paham pluralisme agama dalam pluralitas agama ini telah

    menimbulkan problem bagi agama-agama, Buktinya, paham ini menganggap

    bahwa semua agama adalah sama, sehingga mendapat reaksi dari beberapa tokoh

    agama-agama, terkhusus di Indonesia. Sebut saja tokoh Kristen pdt. Stevri Indra

    Lumintang yang menyatakan bahwa Pluralisme agama adalah suatu tantangan

    sekaligus bahaya yang sangat serius bagi kekristenan.3 Poltak YP Sibarani dan

    Benard Jody A. Siregar dalam Buku Beriman dan Berilmu Panduan Pendidikan

    Agama Kristen untuk Mahasiswa Menjelaskan, pluralisme bukan sekadar

    menghargai fakta pluralitas agama. akan tetapi, paham tersebut sekaligus

    menganggap (penganut) agama lain setara dengan agamanya. Walhasil, ini adalah

    sikap untuk menerima dan menghargai agama lain sebagai agama yang baik dan

    benar, serta mengakui adanya jalan keselamatan di dalam agama-agama selain

    yang diyakininya. Begitu juga dengan fatwa MUI pada tahun 2005 tentang

    1Samsul Arifin, Studi Agama Perspektif Sosiologi dan Isu-Isu Kontemporer, p. 70

    2 Anis Malik Thoha, Tren Pluralisme Agama Tinjauan Kritis, (Jakarta: Perspektif

    Kelompok Gema Insani, Cet. III, Agustus, 2007), p. 33Stevri Lumintang. Teologi Abu-Abu (Pluralisme Iman).(Malang . YPPII. Cet. Pertama.

    2002), p. 15- Mohammad Harir Saiful Yasak, Dampak Doktrin Pluralisme Agama BagiKehidupan Sosial, (Program Kaderisasi Ulama Gontor, Angkatan VI, Tahun 2012-2013), p. 1

  • 7/23/2019 Problem Sosiologis Pluralisme Agama Di Indonesia Ahmad Khaerurrozikin

    2/22

    2

    haramnya pluralisme agama,4 karena bagi MUI paham pluralisme agama

    bertentangan dengan ajaran Islam.

    Berangkat dari fenomena di atas, penulis ingin membahas Apakah

    pluralisme agama itu bisa sebagai solusi dalam menciptakan kerukunan antarumat beragama? Bagaimana jikalau pluralisme ini diterapkan dalam kehidupan

    sosial umat beragama?

    Pengertian Pluralisme, Pluralitas dan Pluralisme Agama

    Makna Pluralisme

    KataPluralismberasal dari katapluralyang artinya jamak, lebih dari satu

    (more than one).5

    Dari berbagai kamus pluralismdapat disederhanakan ke dalamdua pengertian: pertama, pengakuan terhadap keragaman kelompok, baik yang

    bercorak ras, agama, suku, aliran, maupun partai dengan tetap menjunjung tinggi

    aspek-aspek perbedaan yang sangat karakteristik diantara kelompok-kelompok

    tersebut (the existence within society of diverse groups, as in religion, race, or

    ethnic origin, which contribute to the cultural matrix of the society while retaining

    their distinctive characters). Kedua, doktrin yang memandang bahwa tidak ada

    pendapat yang benar atau semua pendapat adalah sama benarnya (No view is true,

    or that all view are equally true).6Kedua, doktrin yang memandang bahwa tidak

    ada pendapat yang benar atau semua pendapat adalah sama benarnya (No view istrue, or that all view are equally true).7

    Dari jabaran makna diatas, pluralisme dalam pengertian awal dapat di

    artikan sebagai toleransi, dan yang kedua di artikan sebagai relatifitas kebenaran

    yang memandang bahwa tidak ada kebenaran atau semua agama sama-sama

    benar.

    4Adian Husaini, Islam Liberal, Pluralisme Agama dan Diabolisme Intelektual, (Surabaya:

    Risalah Gusti, Cet. I, 2005), p. 20125 A.S Hornby, Oxford Advanced Leaners Dictionary of Corrent English , (London:

    Oxford University Press, 1983, Cet. 11), hal. 889;

    6The New International Websters Comprehensive Dictionary of The English Language ,

    (Chicago: Trident Press International, 1996), (pluralism), hal. 972; Simon Blackburn, Oxford

    Dictionary of Philosophy, (Oxford: Oxford University Press), see: pluralism; Lorens Bagus,Kamus Filsafat, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama), hal. 855

    7The New International Websters Comprehensive Dictionary of The English Language ,

    (Chicago: Trident Press International, 1996), (pluralism), hal. 972; Simon Blackburn, Oxford

    Dictionary of Philosophy, (Oxford: Oxford University Press), see: pluralism; Lorens Bagus,

    Kamus Filsafat, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama), hal. 855

  • 7/23/2019 Problem Sosiologis Pluralisme Agama Di Indonesia Ahmad Khaerurrozikin

    3/22

    3

    Menurut Diana L. Eck tentang pluralisme, ia menyatakan bahwa

    pluralisme adalah sebuah pergumulan yang bertujuan menciptakan sebuah

    masyarakat (Common Society) yang dibangun atas dasar atau kebhinekaan itu.8

    Dari jabaran makna, pluralisme memiliki makna yang relative kemudiandiperkuat dengan ide pemikiran barat post modern yang diwarnai semangat

    pluralisme.

    Makna Pluralisme agama

    Pluralitas dan pluralisme agama memiliki arti yang berbeda-beda.

    Pluralitas adalah fakta wujud keberagaman dan perbedaan agama-agama di dunia

    ini. Sebagai fakta bahwa pluralitas merupakan ketentuan Tuhan yang sudah

    ditetapkan dan sebagaisunnatullah, dan untuk itu, tidak mungkin dihapuskan.

    Ketika kata pluralisme ini disandingkan dengan agama, maka makna

    pluralisme berubah menjadi sebuah istilah yang disebut pluralisme agama

    (religious pluralism). Istilah pluralisme agama telah menjadi terminologi khusus

    yang sudah baku (technical term). Untuk itu, ia tidak bisa hanya sekedar dirujuk

    ke dalam kamus-kamus bahasa. Walaupun dalam kamus terdapat makna

    pluralisme sebagai toleransi atau sikap saling menghormati keunikan masing-

    masing, tetapi pluralisme agama adalah sebuah paham atau cara pandang terhadap

    pluralitas agama yang paham ini memandang semua agama adalah sama atau

    setara dengan agama-agama lainnya.

    9

    Menurut john Hick pluralisme is the view that the great world faith

    embody different perceptions and conception of, and correspondingly different

    responses to the real or the Ultimate from within the major variant cultural ways

    of being human; and that within each of them the transformation of human

    existence from self centredness to Reality centrednes is manifestly taking plaace

    and taking place, so far as human observation can tell, to much the same extent.

    Dari pemahaman demikian dapat ditelusuri bahwa dua aliran: teologi

    global (Global Theology) dan kesatuan transenden agama-agama (Transcendent

    Unity of Religion) yang dibawa oleh tokoh barat John Hick dan Frithchop Shouon

    Teologi global (Global Theology) lahir dari rahim globalisme Barat.

    Pengusungnya adalah John Hick seorang teolog Kristen Protestan.10 Dalam

    8Djohan Efendi, Merayakan Kebebasan Beragama, (Jakarta: Indonesia Conference on

    Religion and Peace, Cet. Ke I, November, 2009), P. 1819Adian Husaini, Wajah Peradaban Barat: Dari Hegemoni Kristen ke Dominasi Sekuler-

    Liberal, (Jakarta: Gema Insani, 2005), hal. 33910

    Akibat globalisme membuat agama-agama berkoeksistensi antara satu dengan yang

    lain, Hick mengajukan teologi global sebagai solusi yang kompetibel dengan memodfikasi klaimeksklusivime dan inklusivisme agama-agama, Lih: Adnan Aslan, Religious Pluralism in Christian

    and Islamic Philosophy: the Though of John Hick and Seyyed Hossein Nasr, (Curzon Press, Cet. 1,1998), hal. 99

  • 7/23/2019 Problem Sosiologis Pluralisme Agama Di Indonesia Ahmad Khaerurrozikin

    4/22

    4

    teorinya, John Hick merumuskan sebuah revolusi teologis dari pemusatan agama-

    agama menuju pemusatan tuhan (the transformation from religion-centredness to

    God-centerdness). Selain itu, Hick juga memandang bahwa agama-agama adalah

    realitas dari tanggapan budaya manusia yang berbeda-beda dari Satu Yang Nyata

    (The Real).11 Dengan teorinya ini, Hick ingin menegaskan bahwa kebenaran

    agama tidaklah monolitik atau tunggal tapi bersifat plural sesuai dengan jumlah

    tradisi-tradisi atau ajaran-ajaran agama yang melaluinya manusia melakukan

    respon terhadapnya.12

    Berbeda dengan teologi global, kesatuan transenden agama-agama

    (Transcendent Unity of Religion) lahir sebagai kritik terhadap globalisme dan

    modernitas Barat yang anti agama. Pengusungnya yang terkenal adalah Fritchof

    Schuon. Ia membagi agama-agama kepada dua hakikat; eksoterik (lahiriyah), dan

    esoterik (bathiniyah). Dari sudut pandang ini, agama-agama seperti; Islam,

    Kristen, Yahudi, Hindu, Budha dll merupakan bentuk lahiriyah (eksoterik) yangdipisahkan oleh garis horizontal dan bertemu pada hakikat esoterik. 13

    Dari pemaparan di atas dapat di lihat bahwa pandangan ini ingin

    mengantarkan manusia kepada sebuah kesepakatan bahwa semua agama

    merupakan manifestasi-manifestasi dan bentuk-bentuk yang beragam dari hakikat

    esoterik yang tunggal. Dari sudut pandang ini dimensi esoterik merupakan sesuatu

    yang absolut dan dimensi eksoterik bersifat relatif agar agama-agama dapat

    berkoeksistensi satu sama lainnya.14

    PLURALISME AGAMA DI INDONESIA

    Paham pluralisme agama, yang menyatakan bahwa semua agama adalah

    sama telah menyebar di kalangan cendikiawan muslim, awalnya paham ini

    pertamakali berasal dari barat yang di populerkan oleh dua tokoh Barat yang

    terkenal bernama Frithjof Schuon dengan teorinya Kesatuan Transendensi

    agama-agama (The Trancendent unity of religions), dan John Hick dengan

    teorinya Teologi global (Global Theology. Dalam teorinya, Hick merumuskan

    sebuah revolusi teologis dari pemusatan agama-agama menuju pemusatan tuhan

    (the transformation from religion-centredness to God-centerdness).

    11 John Hick, Tuhan Punya Banyak Nama, Terj. Amin Maruf dan Taufik Aminuddin,

    (Interfidei, Cet. 1, 2006), hal. 65

    12 Lebih jelasnya, baca: Anis Malik Thoha, Tren Pluralisme Agama; Tinjauan Kritis

    (Jakarta: Perspektif; Kelompok Gema Insani, 2007), hal. 83

    13 Lih: gambaran Huston Smith, dalam pengantar buku Schuon, Frithjof Schuon, The

    Transcendent Unity of Religions, (Quest Book Theosopical Publishing House, Cet. 2, 1993), hal.

    xii

    14Lebih jelasnya, Lih: Anis Malik Thoha, Tren Pluralisme Agama, hal. 117-118

  • 7/23/2019 Problem Sosiologis Pluralisme Agama Di Indonesia Ahmad Khaerurrozikin

    5/22

    5

    Dari dua tokoh barat ini kemudian di usung dan disebarkan oleh

    cendikiawan Jaringan Islam Liberal indonesia, seperti Nurcholis Madjid, yaitu

    dengan meluncurkan gagasan sekularisme dan ide-ide teologi inklusif-pluralis

    kemudian di sebarkan melalui media seperti Kompas, Koran tempo, republika,

    dan majalah-majalah lainnya. 15sehingga tidak heran kalau sekarang ini pemikiran

    Nurcholis Madjid diikuti oleh banyak cendikiawan muslim, seperti Ulil Absar

    Abdallah, yang menyatakan semua agama sama. Semuanya menuju jalan

    kebenaran, jadi, Islam bukan yang paling benar.16Budy Munawar Rahman juga

    menegaskan bahwa pluralisme agama sebagai paham yang menyatakan semua

    agama mempunyai peluang untuk memperoleh keselamatan pada hari akhirat,

    dengan kata lain, pluralisme agama memandang bahwa selain agama islam, yaitu

    pemeluk agama lain mempunyai peluang untuk memperoleh keselamatan. 17

    Dari Jaringan Islam Liberal, Abdul Munir Mulkhan juga menambahkanjika semua agama memang benar sendiri, penting diyakini bahwa surga Tuhan

    yang satu itu sendiri yang terdiri banyak pintu dan kamar. Tiap pintu adalah jalan

    pemeluk tiap Agama memasuki kamar surganya. Syarat memasuki surga ialah

    keikhlasan pembebasan manusia dari kelaparan, penderitaan, kekerasan dan

    ketakutan, tanpa melihat agamanya, inilah jalan universal surge bagi semua

    agama. 18

    Dari pemaparan para tokoh di atas nampaknya secara konseptual masih

    bermasalah, sebab pada tingkat esoteric terdapat mendasar antara islam dengan

    agama-agama lain, pemikiran Frithjof Schuon dan pengikutnya di indonesianampaknya di dorong oleh suatu motif agar antar agama-agama yang ada di dunia

    ini tidak terjadi pertentangan. Tapi teorinya cenderung membenarkan semua

    agama. pemebenarannya itu bukan berdasarkan pada wahyu, tapi intelek.

    PROBLEM SOSIOLOGI PLURALISME AGAMA

    Di indonesia, paham pluralisme agama telah disebarkan oleh kalangan

    muslim liberal bahkan tokoh pembesar agama melalui liberalisasi pemikiran Islam

    dengan dalih toleransi. Akan tetapi, apa yang diwacanakan adalah doktrin teologis

    Islam dengan pernyataan-pernyataan yang bertentang dengan ajaran Islam.

    15 Adian Husaini, Islam Liberal Sejarah, Konsepsi, Penyimpangan dan Jawabannya.

    (Jakarta: Gema Insani Press, Cet. I, Juni, 2002), p. 416

    Wawancara di Majalah GATRA, 21 Desember 2002.17

    Budhy Munawar-Rachman, Reorientasi Pembaruan Islam: Sekulerisme, Liberalisme

    dan Pluralisme, Paradigma Baru Islam Indonesia, (Jakarta: LSAF dan Paramadina, Cetakan, I,

    Juni, 2010), p. 55318

    Abdul Munir Mulkhan, Ajaran dan Jalan Kematian Syekh Siti Jenar, (Yogyakarta:Kreasi Wacana, 2002), p. 44

  • 7/23/2019 Problem Sosiologis Pluralisme Agama Di Indonesia Ahmad Khaerurrozikin

    6/22

    6

    Problem yang paling nyata yang terjadi di masyarakt dari paham

    pluralisme agama ini adalah menghilangkan pokok-pokok ajaran Islam yang telah

    di tetapkan dalam Al-Quran atau Hadist yaitu dengan cara menyamakan semua

    dengan dalih toleransi, agar tercipta Negara yang aman, damai dan sejahtera.

    Maka dari itu, disini ada beberapa contoh problem sosiologi pluralisme agama

    yang terjadi dalam kehidupan sosial:

    1. Tradisi Mengucapkan Selamat Perayaan Natal

    Tradisi merayakan perayaan agama non muslim seperti perayaan natal,

    nyepi, dan lain sebagainya merupakan masalah dalam ajaran umat islam, karena

    dalam perayaan ini, terdapat ajaran yang bertentangan dengan ajaran islam dansudah menyangkut persoalan aqidah. Seperti dalam agama Kristen misalnya,

    perayaan natala merupakan bagian dari ritual atau peribadatan dalam

    memperingati yesus kristus yang diyakini sebagai salah satu Tuhan dari tiga tuhan

    dalam ajaran trinitas. Sehingga umat muslim tidak diperbolehkan mengikuti acara

    ini. Karena, mengikuti acara ini artinya mengakui bahwa yesus adalah tuhan.

    Akan tetapi dalam setiap perayaan natal, tidak sedikit orang muslim

    mengikuti acara ini, seperti mengenakan atribut Natal; menghadiri Natal, memberi

    ucapan selamat natal dan lain sebagainya.Padahal dalam dalam Al-Quran

    mengatakan kamu tidak mendapat sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan

    hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah

    dan Rasul-nya. 19 dalam ayat ini sudah jelas berkasih sayang dengan mengikuti

    acara perayaan orang-orang non muslim artinya menentang Allah dan rasulnya.

    Akan tetapi orang-orang liberal saat ini, terus menyebarkan paham

    pluralisme agama dengan tujuan untuk menyatukan dengan toleransi. Seperti

    Jaringan Islam liberal yang menggunakan ayat Al-Quran untuk melegalkanumat

    muslim untuk mengucapkan ucapan selamat natal pada orang Kristen. Dalam hal

    ini ia menyatakan pertama:memberikan ucapan selamat natal kepada kaum

    Kristiani merupakan kelaziman sosial dan bukan keharusan teologis, sehingga ia

    tidak bisa dikategorikan sebagai bidah, karena ucapan natal merupakan bidang

    Muamalah-duniawiyah untuk melakukan inovasi. Kedua: dalam Al-Quran di

    sebutkan bahwa Nabi Isa al-Masih berkata:

    (salam sejahtera pada hari kelahiranku, wafatku, dan kebangkitanku), Al-

    Quran mengucapkan selamat buat nabi-nabi lain. Untuk Nuh

    19QS: Al-Mujadalah: 22.

  • 7/23/2019 Problem Sosiologis Pluralisme Agama Di Indonesia Ahmad Khaerurrozikin

    7/22

    7

    , Untuk Nabi Ibrahim

    , Untuk Nabi Harun

    , untuk Nabi Ilyas

    , dan salam buat seluruh rasul.20

    Selain itu Prof. Dr. Qurai Sihab juga menambahkan masalah hukum

    mengucapkan natal kepada kaum Nasrani, yang mengatakan bahwa natal itumerupakan kelahiran, sehingga kalau anda mengucapkan selamat natal kemudian

    tidak disertai dengan keyakinan bahwa nabi isa itu bukan Tuhan atau anak Tuhan,

    maka tidak ada salahnya, maka ucapkanlah selamat natal dengan keyakinan ini.21

    Menurut Gus Dur, kita jangan cuman mengucapkan selamat natal, baiknya kita

    ikut merayakan,karena Natal itu hari kelahiran maulidnya Nabi Isa. 22

    Dari pandangan di atas tentu berseberangan dengan pendapat MUI, yang

    mengeluarkan Fatwa pada 7 Maret 1981 yang menyatakan bahwa umat muslim

    haram menghadiri perayaan Natal, karena di sebabkan banyaknya muslim yang

    sukarela, terpaksa demi kerukunan.23 Selain itu Majelis Tarjih dan Tajdid

    Pimpinan Pusat Muhammadiyah juga mengeluarkan fatwa yang persis dengan

    MUI yang menyatakan Poin pertama mengikuti perayaan natal bersama bagi

    ummat islam adalah Haram hukumnya dalam konteks ini, perayaan Natal di

    Indonesia tidak dapat dipisahkan dari perkara-perkara akidah tersebut di atas.

    Kedua mengucapkan Selamat Natal dianjurkan untuk tidak dilakukan

    karena merupakan bagian dari perkara kegiatan perayaan Natal, agar Umat Islam

    tidak terjerumus kepada perkara syubhat dan larangan Allah Subhanahu Wataala.

    Islam mengajarkan kepada umatnya untuk menjauhkan diri dari dari hal halyang syubhat dan dari larangan Allah Allah Subhanahu Wataala serta untuk

    mendahulukan menolak kerusakan daripada menarik kemaslahatan.24

    Imam Baihaqi dalam Kitab Iqtidha Al-Shirath Al-Mustaqim menyatakan

    jika kaum Muslim diharamkan masuk Gereja, apalagi merayakan hari raya

    mereka. Sedangkan ibnu Qayyim al-jauziyyah dalam Ahkam Ahl Dzimmah

    menyatakan tidak diperbolehkan bagi kaum Muslim menghadiri hari raya mereka,

    karena mereka berada dalam kemunkaran dan kedustaan. 25

    Dari keterangan di atas kaum pluralis mencoba memberikan kebebasan

    kepada agama lain untuk mengikuti ritual keagaaman lain sebagai bentuk dari

    persaudaraan. Akan tetapi MUI menyatakan tentang perayaan natal, bahwa umat

    20 Abd. Moqsith Ghazali, Argumen Pluralisme Agama Membangun Toleransi Berbasis

    Al-Quran, (Depok: KataKita, Cet. II, Mei 2009), p. 267-26821

    https://www.youtube.com/watch?v=v-PRLZROLyc22

    M.Hamid, Gus Gerr Bapak Pluralisme dan Guru Bangsa, (Yograkarta: Gedung

    Galangpress Center, Cet. I, 2010), p.8023

    Herry Mohammad Dkk, Tokoh-Tokoh Islam Yang Berpengaruh Abad 20, (Jakarta:

    Gema Insani Press, Cet. I, 2006), p. 65-6624

    Fatwa(Fatwa Tarjih, Cetakan VI, 2003 ), p.209-21025

    M.Hamid, Gus Gerr Bapak Pluralisme dan Guru Bangsa, (Yograkarta: GedungGalangpress Center, Cet. I, 2010), p.80

  • 7/23/2019 Problem Sosiologis Pluralisme Agama Di Indonesia Ahmad Khaerurrozikin

    8/22

    8

    muslim haram dan berdosa mengikutinya, sebab dalam acara natal, mengandung

    unsur ibadah Kristiani. Sehingga dapat merusak aqidah dan keimanan umat Islam.

    Selain itu Ketua MUI menegaskan meski tidak mengucapkan selamat Natal,

    umat Islam harus tetap menghormati perayaan Natal. Tapi tetap di dalam batasan-

    batasan ajaran agama islam.

    Selamat natal pada hakekatnya merupakan ucapan kepada umat Nasrani

    yang tengah merayakan kelahiran yesus. Islam dan Kristen memiliki pemaknaan

    yang berbeda tentang nabi Isa. Islam menolak Trinitas sebagai bentuk pengakuan

    Isa adalah anak tuhan. Degnan ucapan selamat dan menghadiri natal bisa

    menyebabkan seseorang muslim menepis ajaran Islam yang menyakini Isa

    hanyalah seseraogn Nabi. Jadi yang paling mendasar tentang haramnya ucapan

    selamat natal adalah karena Yesus Kristus mereka di pandang sebagai putra tuhan.

    Pahal dalam Al-Quran surat Maryam di jelaskan: Hampir saja langit pecah,dan bumi terbelah, dan gunung-gunung runtuh, (karena ucapan itu), karena

    mereka menganggap (Allah) yang Maha Pengasih mempunyai anak. Dan tidak

    mungkin bagi (Allah) yang Maha Pengasih mempunyai anak. 26

    Ucapan selamat natal tersebut juga merupakan syubhat yang harus di

    tinggalkan Karena dampaknya terhadap masyarakat Islam secara luas lebih

    banyak mendatangkan mudharatnya dari pada manfaatnya. Seperti dalam kaidah

    usul fiqh yang artinya menolak kerusakan lebih di dahulukan dari pada

    mendatangkan kebaikan. Maka dari itulah MUI mengharamkan umat islam

    mengikuti natal, karna dapat merusak aqidah dan iman. Selain itu juga Dalambuku Tanya Jawab Agama Jilid II, oleh Tim PP Muhammadiyah Majlis Tarjih,

    yang diterbitkan oleh Suara Muhammadiyah (1991), hal. 238-240, sudah

    diterangkan, hukum menghadiri perayaan Natal bersama adalah Haram.

    Muhammadiyah dalam hal ini juga mengacu kepada fatwa MUI itu.27

    2. Ceramah Lintas Agama

    Sekarang ini, penyebaran paham pluralisme agama oleh orang-orang

    liberal semakin marak terjadi, baik itu melewati media, majalah, maupun dari

    ceramah. Seperti kasus ceramah yang di sampaikan oleh tokoh pemuka agama

    muslim di gereja Bethany Indonesia pada perayaan hari Natal. Dalam ceramah ini,

    banyak ajaran-ajaran Islam yang sudah pasti kebenarannya, lalu campur aduk

    26(

    09(

    )0)

    (

    0

    )27

    http://www.republika.co.id/berita/nasional/hukum/12/12/25/mfl8g0-ipw-nilai-

    pengamanan-natal-terlalu-berlebihan

  • 7/23/2019 Problem Sosiologis Pluralisme Agama Di Indonesia Ahmad Khaerurrozikin

    9/22

    9

    dengan ajaran-ajaran non islam, sehingga makna ajaran islam menjadi hilang.

    Seperti kata-kata Salom Ilaihi yang sering digunakan oleh orang Kristen,

    disamakan dengan salam yang ada dalam islam, karna mernurut tokoh pemuka

    agama ini kata-kata salam dalam Kristen dengan islam sama, hanya berbeda

    bahasa saja.28

    Pernyataan tokoh pemuka agama di atas, yang menyamakan makna Salam

    Kristen dengan salam yang ada dalam Islam, hanya berbeda Bahasa saja, Salom

    Ilaihi menggunakan bahasa ibrani, sedangkan salam yang digunakan dalam islam

    menggunakan Bahasa Arab. Dari hal ini, rasulullah SAW bersabda:

    Dari Abu Hurairah R.A., Rasulshallallahu alaihi wa sallambersabda,

    Janganlah kalian awali megucapkan salam kepada Yahudi dan Nasrani. Apabila

    kalian bertemu salah seorang mereka di jalan, maka pepetlah hingga ke

    pinggirnya. (HR. al- Muslim dari Abu Hurairah)

    Dari hadist di atas dapat di ketahui bahwa seorang muslim tidak

    diperkenankan untuk mengucapkan salam kepadan non muslim apabila bertemu,

    apabila menghadiri perayaan Non-Muslim (Natal). Dari sini dapat dilihat

    bagaimana ucapan salam dalam islam memiliki perbedaan dan tidak sembarangan

    digunakan dalam bergaul. Karena hanya orang-orang sesama muslim yang bisa

    digunakan, di luar orang muslim hukumnya haram, sebagaimana yang di katakana

    oleh Imam Nawawi dalam hadist di atas Larangan yang disebutkan dalam hadits

    di atas menunjukkan keharaman, Inilah yang benar bahwa memulai

    mengucapkan salam pada orang kafir dinilai haram. (Syarh Shahih Muslim, 14:

    145).

    Selain masalah mengucapkan salam, tokoh pemuka agama ini juga

    mengeluarkan pernyataan bahwa

    (panggilah Allah dengan

    kasih sayang) Allah di sini, boleh juga di ganti dengan nama-nama yang baik

    seperti, Sang Yang Wenang, Sang Yang Widi Wase, Sang Yang Wenang, boleh dipanggil Wisnu, boleh di panggil Siwa, bahkan kalau perlu yang Ngecet nama

    Lombok itu namanya bagus, tidak apa-apa.29

    Dari pernyataan di atas dapat di artikan bahwa seseorang tidak hanya

    boleh memohon kepada Allah saja, akan tetapi boleh kepada Tuhan siapapun

    selama menurut seseorang itu bagus. Pernyataan demikian tentunya

    28 Nuril Arifin, Ceramah Perayaan Natal Gereja Bethany Indonesia, (Tayu, Pati, 9 Desember,

    2013), https://www.youtube.com/watch?v=FGBXVzbPTdQ.29

    Nuril Arifin, Ceramah Perayaan Natal Gereja Bethany Indonesia, (Tayu, Pati, 9Desember, 2013), https://www.youtube.com/watch?v=FGBXVzbPTdQ.

  • 7/23/2019 Problem Sosiologis Pluralisme Agama Di Indonesia Ahmad Khaerurrozikin

    10/22

    10

    problemamatik, karena telah menyamakan Allah dengan tuhan-tuhan yang lain,

    dan ini merupakan sebuah kesyirikan. Sebagaimana dalam Al-QuranSurat Al-

    Ikhlas, ayat 4.30

    Contoh ceramah lain yang terjadi dari tokoh pemuka agama Islam (KH:

    Abdul Muhaimin, dalam ceramahnya yang disampasikan dalam Gereja, Bathany

    di Jogyakarat; ia menyatakan bahwa seumpama di jogja ini tidak ada yang

    percaya pada Allah, pada yesus, pada sang widhi wase, pada sang Budha

    Gautama, ia hanya percaya pada Nyai Roro Kidul, itu berhak dan wajib

    dilindungi.31

    Pernyataan tokoh agama di atas tentunya bermasalah, apabilia di

    benturkan dengan ayat-ayat yang mengklaim bahwa Allah adalah satu-satunya

    tuhan yang harus di sembah, QS. Al Baqarah (2): 163. Dalam ayat lain juga

    disebutkan Dan janganlah engkau menyembah sesuatu yang tidak memberi

    manfaat dan tidak pula memberi bencana kepadamu selain Allah, sebab jika

    engkau lakukan (yang demikian), maka sesungguhnya engkau termasuk orang-

    orang yang zalim. QS: Yunus:11:106 Dalam hadist juga dikatakan bahwa

    Barangsiapa membuat suatu perkara baru dalam agama kami ini yang tidak ada

    asalnya, maka perkara tersebut tertolak.32

    Dengan mengusung ajaran- ajaran yang ada dalam setiap agama, para

    penganut paham pluralis agama menggunakan (ajaran- ajaran) yang ada dalam

    sebuah agama, untuk memuluskan doktrin pluralisme agama. Doktrin itu adalah

    dibolehkannya doa lintas agama. Peristiwa doa lintas agama itu tentu sajamenimbulkan pertanyaan besar bagi publik. 33 Apakah boleh ummat Islam

    melakukan doa bersama dengan pengikut agama lain. Sebab, doa bukan bukan

    hubungan antar manusia, tapi antara manusia dan Sang Pencipta. Apalagi secara

    tegas Nabi SAW mengatakan bahwa doa adalah ibadah. Doa adalah otak

    (inti) ibadah.(HR. Tirmizi).

    Forum Bahtsul Masail al-Diniyah al-Waqiiyyah Muktamar NU di PP

    Lirboyo Kediri, 21-27 November 1999, menyatakan, bahwa Doa Bersama Antar

    Umat Beragama hukumnya haram. Diantara dalil yang mendasarinya: Kitab

    30

    31Toleransi antar umat : KH Abdul Muhaimin di GKJ Sawokembar Gondokusuman Yogyakarta/

    https://www.youtube.com/watch?v=QDbkdqLYaaM

    32

    ((HR. Bukhari no. 20 dan Muslim no. 1718))33

    Menurut Hartono Ahmad Jaiz, doa bersama antar agama, merusak islam, doa bersama

    antar agama yang disyariatkan hanyalah mubahalah Hartono Ahmad Jaiz. Tasawuf, Pluralisme, &

    Pemurtadan. Lihat http:// nahimunkar. com /3047/ doa-bersama-antar-agama-merusak-islam/.21.10.2012.12.48 pm

    https://www.youtube.com/watch?v=QDbkdqLYaaMhttps://www.youtube.com/watch?v=QDbkdqLYaaM
  • 7/23/2019 Problem Sosiologis Pluralisme Agama Di Indonesia Ahmad Khaerurrozikin

    11/22

    11

    Mughnil Muhtaj, Juz I hal. 232: Wa la yajuzu an-yuammina ala dua-ihim kama

    qalahu ar-Rauyani li-anna duaal kafiri ghairul maqbuli.34

    Menyikapi masalah doa bersama antara pemeluk agama tersebut, Majelis

    Ulama Indonesia (MUI) kemudian mengeluarkan Fatwa pada 17 Juni 2009 lalu.

    Dimana intinya, MUI mengatakan doa adalah ibadah. an, doa bersama kaum non

    muslim tidak dikenal dalam ajaran Islam dan menyatakan itu bidah atau

    menambah-nambah ketentuan agama. kemudian MUI membuat fatwa karena

    banyak di sejumlah acara resmi kemasyarakatan mau-pun kenegaraan terkadang

    dilakukan doa oleh umat Islam Indonesia dalam bentuk doa bersama dengan

    penganut agama lain pada satu tempat yang sama. Kejadian itu menurut MUI

    menimbulkan pertanyaan dari masyarakat sehingga MUI perlu mengeluarkan

    fatwa untuk dijadikan pedoman.35 Berikut fatwa MUI, Pertama: Doa bersama

    yang dilakukan oleh orang Islam dan non-muslim tidak dikenal dalam Islam. Oleh

    karenanya, termasuk bidah.Kedua: Doa Bersama dalam bentuk Setiap pemukaagama berdoa secara bergiliran maka orang Islam haram mengikuti dan

    mengamini doa yang dipimpin oleh non-muslim. Ketiga: Doa Bersama dalam

    bentuk Muslim dan non-muslim berdoa secara serentak (misalnya mereka

    membaca teks doa bersama-sama) hukumnya HARAM.Keempat: Doa Bersama

    dalam bentuk Seorang non-Islam memimpin doa maka orang Islam HARAM

    mengikuti dan mengamininya. Kelima: Doa Bersama dalam bentuk Seorang

    tokoh Islam memimpin doa hukumnya mubah. Keenam: Doa dalam bentuk

    Setiap orang berdoa menurut agama masing-masing hukumnya mubah.36

    Dari penjelesan ini bisa kita pahami bahwa, Jika doa bersama semacam

    ini terjadi dalam kehidupan sosial, khususnya ummat Islam. maka masyarakat

    akan dibingungkan, kepada Tuhan yang mana doa itu dipanjatkan. Doa bersama

    versi pluralism agama, secara aqidah juga membahayakan bagi ummat muslim,

    karena doa dalam Islam merupakan ibadah kepada Allah S.W.T.

    3. Doa Bersama Lintas Agama

    Doa bersama lintas agama yang dilakukan di tengah kemajemukanpemeluk agama dewasa ini menjadi tren, karena tidak ada satupun acara nasional

    kenegaraan yang tidak ditandai dengan acara kenegaraan yang tidak ditandai

    dengan acara doa bersama, begitu juga dengan acara sosial masyarakat. Terutama

    34 lihat: Ahka>mul Fuqaha>, Solusi Problematika Aktual Hukum Islam: Keputusan

    Muktamar, Munas, dan Konbes Nahdlatul Ulama (1926-2004), (Lajnah Talif wan-Nasyr, NUJatim, cet.ke-3, 2007), hal. 532-534

    35Syamsul Mahmuddin Doa Bersama Lintas Agama.http://www. forum keadilan. co.id/

    hukum. php ? tid =261. 21.10.2012.12.48 pm36

    http: //www.mui.or.id/ index.php?option= com_content & view= article&id=96:doa-bersama & catid=25: fatwa-majelis- ulama- Indonesia. 14.02.2013. 10.08 AM

    http://www.mui.or.id/%20index.php?optionhttp://www.mui.or.id/%20index.php?optionhttp://www.mui.or.id/%20index.php?option
  • 7/23/2019 Problem Sosiologis Pluralisme Agama Di Indonesia Ahmad Khaerurrozikin

    12/22

    12

    ketika masyarakat sedang mengalami bencana atau musibah bersama. 37Doa

    bersama yang dilakukan khususnya di Indonesia, melibatkan lima agama yang

    telah diakui Negara, yaitu agama Hindu, Budha, Konghu, Kristen dan Islam.

    Agama yang berbeda-beda ini kemudian duduk di satu tempat untuk melakukan

    ibadah bersama, di mana dalam acara tersebut umat agama-agama salimg

    mendoakan secara bergiliran ataupun berdoa secara serentak bersama.

    Padahal, jika dilihat dari perspektif teologis, mereka sebenarnya berdoa

    kepada Tuhan yang berbeda-beda dan memiliki makna dan konsep doa yang beda-

    beda. Orang hindu berdoa kepada Brahmana, dewa-dewi, dan kekuatan alam, 38

    orang Budha berdoa kepada Budha, biksu agung, dan benda-benda peninggalan

    Budha yang dianggap suci dan sakral,39 orang Konghucu berdoa kepada dewa

    langit, Kong Fu Tse (pendiri agama Konghucu), nenek moyang dan roh-roh luhur,40orang Kristen berdoa kepada Tuhan Trinitas Tuhan Allah, Tuhan Yesus dan

    Roh Kudus,41 dan orang Islam berdoa kepada Allah swt.42 Perbedaan konsepTuhan inilah yang kemudian tidak memungkinkan bagi agama-agama tersebut

    untuk duduk di satu tempat atau forum untuk beribadah (berdoa) kepada Tuhan

    yang berbeda secara bersama-sama, karena secara teologis, doa yang dipanjatkan

    tidak dapat bertemu.

    Di lihat dalam segi ritual, setiap agama mengajarkan berbagai macam

    ibadat dan tempat yang berbeda-beda. Seperti orang hindu, kuil merupakan pusat

    kehidupan religious, namun sembahyang bisa juga dilakukan di rumah.

    Setidaknya, terdapat tiga bentuk ibadat yang dilakukan di dalam kuil: Pertama,

    melagukan mantra untuk memanggil dewa-dewi, menyanyikan lagu-lagu pujian,atau bhajan, diiringi bel dan rebana sementara beberapa orang menari, kemudian

    pendeta membacakan Bhagavad Gita43 sebelum mengakhiri ibadat dengan doa

    damai.Kedua, ibadat pembukaan (arti), di mana pendeta menyalakan lima lilin di

    atas nampan untuk melambangkan lima unsur yaitu api, tanah, udara, gas dan air,

    kemudian berdoa dengan cara melayangkan tangan di atas nyala api dan kemudian

    di atas kepala mereka untuk menerima kekuatan dan berkat Tuhan. Ketiga,

    persembahan api (havan), yaitu penyembahan dengan menggunakan kayu, kamper

    dan minyak lemak kerbau, kemudian pendeta menyalakan api di atas altar yang

    37Nicolas J. Woly, Perjumpaan di serambi Iman (Jakarta: Gunung Mulia, 2008), p.1

    38WAMY, Gerakan keagamaan dan pemikiran, (Jakarta: Al-Itishom, 2011), p. 419

    39Ibid,p. 325

    40Sami bin Abdullah al-Maghlouth, Atlas Agama-Agama (Jakarta: Almahira, 2011), h.

    52641

    JB. Banawiratma SJ (edt), Kristologi dan Allah Tritunggal (Yogyakarta: Kanisius,

    1990), h. 97-9842

    Agus Hakim, Perbandingan Agama (Bandung: Diponegoro, 2000), h. 1243

    Bagavad Gita atau nyanyian Tuhan, ada kitab suci hindu yang diperkirakan disusun

    pada abad ke-2 SM atau sedikit sebelumnya. Kitab ini adalah kitab yang paling banyak dibaca di

    India.Membacanya berarti berkenalan dengan tema-tema pokok pikiran Hindu dan praktek-praktek

    kehidupan Hindu.Bagavad Gita memperkenalkan syair Hindu yang indah dan kepada dewa Krisna.Lihat, Harold H. Titus, Persoalan-Persoalan Filsafat h. 473

  • 7/23/2019 Problem Sosiologis Pluralisme Agama Di Indonesia Ahmad Khaerurrozikin

    13/22

    13

    dapat dipindah, untuk melambangkan mulut dewa yang melahap sajian yang

    berada dihadapannya.

    Sebelum beribadah, orang Hindu mengawalinya dengan membersihkan

    diri dan mengurangi makan atau berpuasa.44Bentuk ibadah lain yang dilakukan di

    dalam Hindu adalah dengan cara mengambil tempat duduk, berjongkok atau

    berlutut di depan Tuhan-nya, dengan menyusun sepuluh jari, menyembah dan

    mengucapkan kata doa yang biasanya diambil dari ayat-ayat Veda45dengan cara

    merendahkan diri dan menahan nafas sedapat-dapatnya. Sembahyang ini

    dilakukan tiga kali dalam sehari diiringi dengan pemberian korban apa saja

    (sesaji) untuk ruh-ruh para leluhur.46 Sebab, tanpa korban, ruh-ruh orang mati

    akan lenyap, dengan demikian hilanglah kebesaran suatu keluarga selamanya.

    Korban atau sesaji adalah makanan untuk nenek moyang, dan Tuhan agni-lah

    (dewa api) yang membawanya kepada mereka. Orang yang tidak memberikan

    korban dianggap sebagai orang yang meninggalkan kedua ibu bapaknya matikelaparan,47 dan pemberian sesajenatau korban biasanya dilakukan oleh kaum

    wanita Hindu.48

    Sedangkan dalam ajaran Konghucu, terdapat berbagai gambar dan patung

    sesembahan di dalam tempat peribadatan mereka yang menunjukkan bahwa

    penyembahan atau doa yang dilakukan oleh penganut Konghucu dilakukan

    dengan perantara gambar dan patung-patung, yang merepresentasikan Tuhan

    langit, Kong Fu Tse, ruh nenek moyang, tokoh sejarah dan para leluhur yang telah

    pergi mendahului mereka.49Penyembahan atas ruh nenek moyang, tokoh sejarah

    dan para leluhur yang dilakukan oleh pemeluk agama Konghucu adalah sebuahbentuk penghormatan dan pelayanan kepada mereka yang berdasar pada ajaran

    etik agama tersebut. Dalam ajaran Konghucu, penghormatan dan pelayanan

    terhadap orang tua tidak hanya dilakukaan ketika mereka masih hidup, namun

    juga setelah mereka meninggal dunia.

    Oleh sebab itu, mereka mempersembahkan sesaji atau korban berupa

    buah-buahan, lauk pauk, kue, hewan kurban di depan patung-patung mereka.

    Mereka juga menggunakan dupa karena memiliki makna harum semerbak, segala

    doa, permohonan dan harapan yang keluar dari hati yang tulus kepada Tuhan yang

    maha kuasa diringi dengan semerbak dupa. Begitu juga lilin digunakan sebagai

    44Sufaat Mansur, Agama-Agama Besar Masa Kini p. 53

    45 Kata Veda banyak menceritakan tentang kehidupan bangsa Aria, juga berisi doa-

    doa.Kitab ini terdiri dari empat buah. 1. Rig Veda: yang berebicara tentang peristiwa 3000 tahun

    SM yang lalu, di mana disebutkan dewanya para dewa yaitu Indra, Agni, Baruna dan Surya. 2.

    Yasagur Veda: kitab yang dibaca para pendeta ketika mempersembahkan korban. 3. Sama Veda:

    yang berisi lagu-lagu keagamaan untuk sembahyang dan doa. 4. Atthar Veda: berisi kumpulan

    mantra untuk menolak sihir, mejik, khurofat, cerita-cerita nenek moyang, dan setan. Lihat,

    WAMY, Gerakan Keagamaan dan Pemikiran p. 41846

    Ahmad Shalabi, Agama-Agama Besar di India p. 29-30, bandingkan dengan, Agus

    Hakim, Perbandingan Agama p. 151-15247

    Ahmad Shalabi, Agama-Agama Besar di India... p. 7748

    Konferensi Waligereja Indonesia,Iman Katolikp. 17449Sami bin Abdullah al-Maghlouth,Atlas Agama-Agama p. 526

  • 7/23/2019 Problem Sosiologis Pluralisme Agama Di Indonesia Ahmad Khaerurrozikin

    14/22

    14

    penerang jiwa dan batin, dan sebagai pelita dalam menjalani kehidupan.50Di sisi

    lain, dalam beribadah, Konfusius menghadapkan diri pada dewa yang paling besar

    atau dewa langit, ia berdoa dalam diam, dan tidak mau memohon nikmat serta

    pengampunan Tuhan. Bagi Konfusius, berdoa tidak lebih dari wujud kedisiplinan

    masing-masing individu.51

    Dalam agama Kristen dua pola besar ibadat. Pertama, ibadat model

    liturgis yang sangat tergantung pada serangkaian pola ibadat, atau yang disebut

    liturgi, atau yang telah dikuduskan melalui pelaksanaanya dalam jangka waktu

    lama. Unsur-unsur pokok ibadat dalam gereja Ortodoks Timur, misalnya,

    disesuaikan dengan ibadat pada abad keempat. Kedua, ibadat non-liturgis yaitu

    cara yang dipakai oleh sebagian besar gereja-gereja Protestan. Di sini kebebasan

    beribadat dalam nyanyian pujian, doa spontan, pembacaan Alkitab dan khotbah.52

    Dari segi isinya, doa dalam Kristen juga dibedakan menjadi dua, Pertama, puji-

    syukur yang dalam bahasa kuno disebut eukharistia yang merupakan tanggapanmanusia atas segala anugerah Tuhan. Kedua, permohonan yang bukan berarti

    meminta-minta, namun permohonan yang di dalamnya terdapat pengakuan dan

    pernyataan akan kelemahan dan kemiskinan manusia.53 Sembahyang tidak

    ditentukan oleh bilangan yang jelas, tetapi dengan konsentrasi pada sembahyang

    subuh dan sore. Dalam tradisi Kristen, sembahyang adalah doa-doa tasbih dan

    nyanyian-nyanyian.54

    Di dalam Islam, seorang muslim diwajibkan mengikuti syarat, tata cara

    dan adab berdoa sebagaimana yang ditetapkan oleh Allah swt sebagai objek dari

    doa. Syarat yang paling utama dan urgen adalah ikhlas, mengikuti tuntunanRosulullah saw, percaya kepada Allah dan yakin bahwa doanya akan dikabulkan

    oleh Allah dan memahami bahwa semua kebaikan dan barokah ada di sisi Allah,

    khusyu dan mantap atau bersungguh-sungguh dalam berdoa. 55Di samping itu,

    Al-Quran dan hadist banyak menyebutkan adab dan tata cara berdoa ini, misalnya

    dengan cara merendahkan diri dan menggunakan suara yang lembut atau tidak

    kasar,56 harus disertai dengan iman dan amal saleh,57 menghindari makanan,

    minuman dan pakaian yang diperoleh dari cara-cara yang tidak halal (haram),58

    penuh keyakinan dan tidak ragu-ragu, tidak tergesa-gesa agar doa segera

    dikabulkan,88 tidak mendoakan yang jelek kepada diri sendiri, keluarga, harta dan

    50 Sumber: id.wikipedia.org/wiki/Agama_Sembahyang (diakses pada hari Kamis,

    02/01/2014)51

    Sami bin Abdullah al-Maghlouth, Atlas Agama-Agama p. 52352

    Michael Keene,Agama-Agama Duniap. 112-11353

    Konferensi Waligereja Indonesia, Iman Katolik p. 197-19854

    WAMY, Gerakan Keagamaan dan Pemikiran (Jakarta: Al-Itishom, 2008), p. 39755

    Kholid bin Sulaiman Ar-Robi,Keajaiban Doa, (Solo: Wacana Ilmiah Press, 2006), p.

    9-1056

    QS [7] Al-Araaf: 5557

    QS [42] As-Syuura: 25-2658QS [23] Al-Mukminuun: 51 dan QS. [2] Al-Baqarah: 172

  • 7/23/2019 Problem Sosiologis Pluralisme Agama Di Indonesia Ahmad Khaerurrozikin

    15/22

    15

    anak-anak walaupun dalam keadaan marah, karena dikhawatirkan Allah

    mengabulkan doa yang jelek tersebut.59

    Seorang muslim sebelum berdoa dianjurkan berwudhu jika hal tersebut

    tidak menyulitkannya, kemudian berdoa dengan cara memuji Allah terlebih

    dahulu dan membaca sholawat atas Nabi saw dan mengakhirnya dengan sholawat

    juga. Seorang muslim hendaknya berdoa di saat lapang maupun sempit,

    merendahkan diri kepada Allah, tidak bosan-bosan berdoa kepada Allah,

    bertawasul dengan berbagai wasilah yang disyariatkan,60 mengakui dosa yang

    telah dilakukan, tidak memaksakan diri bersajak dalam doa atau tidak berlebih-

    lebihan, mengulang doa sebanyak tiga kali, menghadap kiblat, dan mengangkat

    kedua tangan, hendaknya berdoa untuk diri sendiri dahulu jika akan mendoakan

    orang lain, berdoa hanya kepada Allah bukan kepada selain-Nya, mendahului doa

    dengan perbuatan baik, seperti sholat, sedekah dan lain sebagainya.61

    Dari keterangan di atas dapat dilihat bahwa dalam agama-agama memilikiperbedaan dalam melakukan doa, terutama agama islam, sebagaimana yang

    terdapat dalam Al-Quran secara tegas Allah menolak doa oaring-orang kafir

    disebabkan doa mereka ditujukan kepada Allah, yang tidak dapat memberikan

    manfaat ataupun mudharat.62Berdoa kepada selain Allah adalah wujud lain dari

    praktek kesyirikan dengan konsekuensi dosa besar. Beribadah seharusnya

    ditujukan kepada Dzat Yang Maha Hidup, dan bukan kepada benda mati seperti

    berhala-berhala atau makluk ciptaan Allah, karena di samping makhluk-makhluk

    tersebut tidak wajar disembah, juga pasti ia tidak akan mampu memberi manfaat

    dan tidak akan dapat mencegah mudharat, sehingga beribadah kepada apa punselain dari pada Allah adalah tidak berguna.63

    TOLERANSI DALAM ISLAM

    Jika doktrin pluralisme agama harus mengakui kebenaran agama lain,

    Islam hanya mengakui Islam yang paling benar disisi Allah (Sesungguhnya al-Din

    (yang diterima) disisi Allah adalah Islam). Namun Islam menjunjung tinggi

    59HR. Muslim dan Abu Daud

    60Tawasul adalah salah satu cara berdoa dan salah satu pintu untuk menghadap Allah,

    jadi yang menjadi sasaran atau tujuan asli yang sebenarnyadalam bertawasul- adalah Allah swt.

    Sedengkan yang ditawasuli (al-mutawassal bih) hanya sekedar perantara (washitah dan washilah)

    untuk taqorrub atau mendekatkan diri kepada Allah.Dengan demikian siapa yang berkeyakinan

    selain demikian, maka ia telah menyekutukan Allah. Selain itu, perantara atau wasilah adalah

    orang yang dicintai, dan berkeyakinan bahwa Allah juga mencintai orang yang dijadikan wasilahtersebut, dan tidak meyakini bahwa wasilah dapat memberikan kemudharatan dan manfaat, namun

    hanya meyakini bahwa Allah sajalah yang dapat mendatangkan kemudharatan dan manfaat.61

    Kholid bin Sulaiman Ar-Robi,Keajaiban Doap. 17-2562

    QS. [27] An-Naml: 62 dan QS. [10] Yunus: 10663M. Quraisy Shihab, Tafsir Al-Mishbah vol. 5, p. 525-526

  • 7/23/2019 Problem Sosiologis Pluralisme Agama Di Indonesia Ahmad Khaerurrozikin

    16/22

    16

    toleransi. Bahkan toleransi (tasamuh) merupakan karakteristik Islam itu sendiri

    sebagai al-Hanifiyah as-Samhah.64

    Toleransi Islam tersebut telah terbukti baik secara Nash dan sejarah

    peradaban Islam. Secara Nash, Islam tidak memaksa manusia untuk mengikutinya(al-Baqoroh: 256, Yunus: 99), juga menunjukkan cara-cara beradab dalam

    berdakwah (an-Nahl: 124). Bahkan kaum muslimin diharuskan berbuat baik dan

    adil kepada seluruh manusia walau kafir sekalipun dengan syarat ia tidak

    memerangi Islam (al-Mumtahanah: 8).65

    Dalam praktiknya, Nabi berdiri ketika ada jenazah Yahudi yang diusung

    sebagai penghormatan atas nama kemanusiaan. Hal tersebut juga diikuti oleh para

    shahabat. Umar misalnya, suatu ketika ia melihat seorang Yahudi buta yang

    meminta-minta. Umar kemudian mengantarkannya ke Baitul Mal dan menyuruh

    shahabat untuk mencukupi kebutuhannya.66

    Dalam catatan sejarah Nabi Muhammad telah menyusun aturan antara

    Islam dan agama-agama lain, yang belakangan disebut Mitsaq Madinah.

    Diantara butir perjanjian itu adalah:

    Orang-orang yahudi bani auf adalah satu umat dengan orang-orang mukmin. Bagiorang-orang yahudi adalah agama mereka dan bagi orang-orang mukmin agama mereka,

    termasuk pengikut mereka dan diri mereka sendiri. Hal ini berlaku bagi orang-orang

    yahudi selain bani auf.67

    Orang-orang non-Muslim68 yang hidup dalam perjanjian itu disebut Ahli

    Dzimmah, mereka mendapat hak-hak dan kewajiban seperti ummat Islam kecuali

    dalam perkara-perkara tertentu dengan syarat membayar jizyah. Yusuf Qardhawi

    64Diambil dari hadist yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad: (litalama yahd anna f

    dnina fushatan inn ursiltu bi-hanfiyya samha), Ahmad bin Hanbal Abu Abdullah as-Syaibani,

    Musnad Ahmad bin Hanbal, Juz: 6, (Qohirah: Muassasah Qurtubah), hal. 116; dan juga dari

    Bukhori: (ahabbu ad-din ila Allah al-hanifiyah samhah), Abu Abdullah Muhammad Ismail bin

    Ibrahim bin al-Mughiroh al-Bukhori, al-Jami as-Shahih al-Musnad min Ahadits ar-Rasulsalallahu alaihi wa sallam wa Sunanihi wa Ayyamihi, Juz: 1, Kitab: al-Iman, Bab: ad-Din

    Yusrun, (Beirut: Daar al-Kitab al-Islami), hal. 68

    65Yusuf al-Qardhawi, Ghair al-Muslimin fi al-Mujtama al-Islamiy, (), hal. 4

    66Abu Yusuf Yaqub bin Ibrahim,Kitab al-Kharraj, (Daar Syuruq, Cet. 1, 1405), Tahqiq.

    Dr. Ihsan Abbas, hal. 278-27967

    Teks Piagam madinah ini bisa dilihat di: Ibn Hisyam, al sirah al nabawiyyah,

    Tahqiq: Musthafa al saqa (mesir :maktabah wa matbaah Musthafa al-babi al-halabi, cet.2 1375),

    bag.1, hal. 501

    68 Bukan hanya Ahli Kitab (Yahudi dan Nashrani), tetapi Majusi, dan agama-agama

    pagan lainnya, juga diperlakukan sama dengan Ahli Kitab untuk membayar Jizyah, hal itu

    berdasarkan hadist : Sunnu bihim Sunnata Ahli Kitab, Lih: Malik bin Anas,Muattha,Juz: 2, Bab:

    Jizyah Ahli Kitab wa al-Majus,Tahqiq: Muhammad Musthafa al-azhami, (Muassasah Zayid bin

    Sulthan Al Nahyan, Cet. 1, 1425) , hal. 395; Jizyah tersebut bukanlah sanksi orang-orang non-

    Muslim karena tidak mau masuk Islam melainkan karena mereka tidak hak dan kewajiban militer,

    dan jizyah tersebut sebagai imbalan atas perlindungan yang mereka peroleh dari Negara Islam.

    Jizyah tersebut hanya dibebankan kepada pria yang sehat, namun apabila ia ikut serta dalam

    perang bersama ummat Islam, maka ia bebas dari Jizyah.

  • 7/23/2019 Problem Sosiologis Pluralisme Agama Di Indonesia Ahmad Khaerurrozikin

    17/22

    17

    dalam bukunya Ghair al-Muslimin fi al-Mujtamaal-Islamiy,menjelaskanbahwa

    hak-hak non-Muslim mencakup kepada: hak perlindungan dari serangan musuh,

    harta, jiwa, kehormatan hatta jaminan hari tua. Selain itu, mereka juga diberi

    kebebasan dalam beragama, dengan rincian sebagai berikut:69

    1) Kebebasan berkeyakinan dan beribadah sesuai dengan agama dan

    kepercayaan masing-masing, dan orang-orang Muslim tidak boleh

    memaksa mereka masuk Islam.

    2) Kebebasan merayakan hari besar keagamaan, kaum Nashrani

    misalnya, diberi kebebasan untuk membunyikan lonceng kecuali

    waktu-waktu sholat. Mereka juga diizinkan mengusung salib pada

    perayaan hari besar mereka. Sebagaimana perlakuan Khalid bin Walid

    kepada penduduk Anat.

    3) Kebebasan membangun tempat-tempat ibadah dan memperbaiki yang

    lama sesuai dengan kebutuhan dan selama tidak berada di kawasan

    kota atau desa yang berpenduduk Islam. Bahkan ada sebagian ulama

    fiqh yang membolehkan pendirian di daerah Islam tapi dengan syarat

    mendapat izin dari pemerintah.

    4) Hak untuk mendirikan sistem peradilan khusus atau otonomi untuk

    menyelesaikan kasus-kasus khusus mereka (seperti pernikahan, urusan

    keluarga dan lain sebagainya) sesuai dengan konsep dan sistem yang

    diyakini. (seperti pernikahan, urusan keluarga dan lain sebagainya)

    sesuai dengan konsep dan sistem yang diyakini.

    Jaminan-jaminan seperti tersebut diatas membuat penyebaran dakwah

    Islam mudah diterima. Bahkan ketika pasukan muslimin di bawah kepemimpinan

    Abu Ubaidah mencapai lembah Jordan, penduduk Kristen setempat menulis surat

    kepadanya agar diperkenankan hidup di bawah naungan pemerintah Islam. Di

    Byzantium, rakyat Kristen yang selama berabad-abad tertekan dapat menikmati

    betapa agungnya toleransi Islam. Di Yerusalem, Umar bin Khattab berhasil

    menaklukannya tanpa ada kekerasan dan memberi jaminan perlindungan orang-

    orang Kristen dari orang-orang Yahudi.70

    69 Yusuf al-Qardhawi, Ghair al-Muslimin fi al-Mujtama al-Islamiy, hal. 8-11;

    bandingkan dengan: Anis Malik Thoha, Tren Pluralisme Agama; Tinjauan Kritis, hal. 256-257

    70Muhammad bin Jarir at-Thabari Abu Jafar, Tarikh al-Umam wa al-Mulk, Juz: 2,

    (Beirut: Daar al-Kutub al-Ilmiyah, Cet. 1, 1407 H), hal. 449

  • 7/23/2019 Problem Sosiologis Pluralisme Agama Di Indonesia Ahmad Khaerurrozikin

    18/22

    18

    Di spanyol, ketika Islam masuk, banyak orang-orang tertindas yang

    terangkat martabatnya. Dengan argumen dan toleransi Islam banyak orang-orang

    spanyol yang masuk Islam, orang-orang Kristen hidup berdampingan dengan

    Muslim, namun ketika kekuasaan Islam berakhir, orang-orang Kristen yang

    masuk Islam diperlakukan secara biadab (1487) oleh pasukan ferdinand dan

    Isabella. Pada tahun terakhir 1610 orang-orang Islam dari bangsa Moor diusir

    dengan biadab, bahkan dirazia untuk diinkuisisi.

    Menurut Qardhawi, tradisi toleransi Islam terhadap orang-orang non-

    Muslim merupakan sebuah realitas yang dapat ditelusuri melalui Nash wahyu; al-

    Quran dan Hadist, dan sejarah peradaban yang ditorehkan para khulafa rasyidin,

    kemudian umawiyah, Abbasiyah, Utsmaniyyin, dan kerajaan-kerajaan Islam

    lainnya; yang di dalam daar Islam, terdapat Masjid-masjid, Gereja-gereja,

    sinagog; yang di dalamnya dapat terdengar suara adzan dan suara lonceng gereja.

    Orang-orang non-Muslim minoritas dengan jaminan perlindungan dan keamanan

    dan diberi kebebasan untuk mengamalkan ritual keagmaan mereka.71

    Hal tersebut dilandasi oleh ajaran Islam sebagai agama yang haqq, yang

    memandang manusia sebagai manusia, dan mengembalikan segala urusan kepada

    Allah dan rasul-Nya. Jadi dapat dikatakan bahwa toleransi dalam Islam; diatur

    dalam pandangan hidup Islam itu sendiri, dengan tetap meyakini bahwa Islam

    adalah yang haqq, namun juga diperintahkan untuk mengasihi sesama manusia.

    Toleransi Islam dapat diibaratkan seperti pohon yang akarnya tetap namun

    rantingnya memberi rahmat kepada semua manusia. (tidakkah kamu perhatikan

    bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik, seperti pohon

    yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu

    memberikan buahnya pada tiap musim dengan izin tuhannya.)72

    Maka benarlah apa kata Hikmat bin Basyir bin yasin bahwa toleransi Islam

    (tasamuh) lebih dari sekedar toleransi atau kemauan untuk menerima

    ketidaksepakatan yang genuinetapi ia merupakan ihsan(kebaikan) kepada orang

    lain yang membawa kecintaan kepada seseorang yang diberikan kepadanya

    kebaikan, dalam artian bahwa toleransi mengarahkan kita pada kecintaan,

    keharmonisan, serta menjauhkan kita dari kekerasan dan alienasi73.

    71Yusuf al-Qardhawi, Ghair al-Muslimin fi al-Mujtama al-Islamiy, hal. 65

    72Q. S: Ibrahim: 24

    73Hikmat bin Basyir bin yasin, Samahatu al-Islam fi at-Taamul maa Ghair al-Muslimin,

    (Kulliyat al-Quran wa ad-Dirasat al-Islamiyah: al-Jamiah al-Islamiyah, al-Madinah al-

    Munawwarah), hal. 2

  • 7/23/2019 Problem Sosiologis Pluralisme Agama Di Indonesia Ahmad Khaerurrozikin

    19/22

    19

    Kesimpulan

    Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pertama: paham

    pluralisme agama tidak bisa bisa diartikan sebagai toleransi dalam beragama atau

    saling menghormati. Selain itu dalam pluralisme agama baik itu dalam globalteologi maupun kesatuan transenden agama-agama karena bertujuan untuk

    merelatifkan kebenaran agama-agama, sehingga paham ini memandang bahwa

    semua agama adalah sama.

    Kedua: islam tidak menganut paham pluralisme agama, akan tetapi

    menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi, baik ketika umat islam sebagai minoritas

    maupun sebagai mayoritas. Karena dalam hadist maupun dalam sejarah peradaban

    Islam, umat islam sudah menjalankan kehidupan damai antar pemeluk agama.

    Referensi

    Berbahasan Indonesia

    Lumintang, Stevri, Teologi Abu-Abu Pluralisme Iman. (Malang . YPPII. Cet.

    Pertama. 2002).

  • 7/23/2019 Problem Sosiologis Pluralisme Agama Di Indonesia Ahmad Khaerurrozikin

    20/22

    20

    Husaini, Adian, Pluralisme Agama Musuh Agama-Agama, Pandangan Katolik,

    Protestan, Hindu, dan Islam terhadap paham Pluralisme Agama, (Dewan

    Dawah Islamiyah Indonesia, 2010).

    Pusat Studi Pancasila UGM, Prosiding Kongres Pancasila IV Strategi

    Pelembagaan Nilai-Nilai Pancasila dalam Menegakkan Konstitusionalitas

    Indonesia, (Yogyakarta: 31 Mei-01 Juni 2012).

    Yaqin, Ainul, Klarifikasi Menolak Liberalisme Islam Catatan atas Berbagai

    Wacana dan Isu Kontemporer, (Surabaya: Majelis Ulama Indonesia

    provinsi Jawa TImur, Cet. 1, April, 2012)

    Madrasuta, Ngakan Made (ed). Semua Agama Tidak Sama. (Media Hindu, 2006),

    p. xxx. Dalam makalah Adian Husaini.Pluralisme Agama Musuh Agama-

    Agama (Pandangan Katolik, protestan, Hindu, Dan Islam Terhadap

    Paham Pluralisme Agama). Adabiy Press. 2012

    Hornby, A.S, Oxford Advanced Learners Dictionary of Corrent English,

    (London: Oxford University Press, , Cet. 11, 1983)

    Husaini, Adian, Wajah Peradaban BaratDari Hegemoni Kristen ke Dominasi

    Sekuler-Liberal,(Jakarta: Gema Insani, 2005)

    Efendi, Djohan, Merayakan Kebebasan Beragama, (Jakarta: Indonesia

    Conference on Religion and Peace, Cet. Ke I, November, 2009)

    Subhan, Imam, Wacana pluralisme di Yogya, (Yogyakarta: Kanisius, Cet. Ke V,

    2011)

    Groenon, C. , Sejarah Dogma KristologiPerkembangan Pemikiran Tentang Yesus

    Kristus Pada Umat Kristen (Yogyakarta: KaNisius, 1988)

    Perry, Marvin, Western Civilization: A Brief History (New York: Houghton

    Mifflin Company, 1997)Husaini, Adian, Pluralisme dan Persoalan Teolog Kristen, dalam Buku Adnin

    Armas, Pluralisme Agama Telaan Kritis Cendikiawan Muslim, (Jakarta:

    INSISTS, 1434 M)

    Thoha, Anis Malik, Tren Pluralisme Agama Tinjauan Kritis, (Jakarta: Perspektif

    Kelompok Gema Insani, Cet. III, Agustus 2007)

    Husaini, Adian, Waajah Peradaban Barat, Dari Hegemoni Kristen Ke Dominasi

    Sekuler-Liberal, (Jakarta: Cet. 1, Gema Insani Press, 2005)

  • 7/23/2019 Problem Sosiologis Pluralisme Agama Di Indonesia Ahmad Khaerurrozikin

    21/22

    21

    Zarkasy, Hamid Fahmi, Liberalisasi Pemikiran Islam, (Jawa Timur, Center for

    Islamic and Occidental Studies, Cet. II, Maret, 2010)

    Samples, Kenneth R., The Callange of Religious Pluralism dalam The Christian

    Research, Summer 1990.

    Ujan , Andre Ata dkk, Multikultural Belajar Hidup Bersama Dalam Perbedaan,

    (Jakarta Utara: PT Indeks, Cet. II, 2009)

    Muchtar, Rusdi, Harmonisasi Agama dan Budaya di Indonesia1, (Jakarta: Balai

    Penelitian dan pengembangan Agama Jakarta, Cet. 1, September, 2009)

    Hefner, Robert W., Politik Multikulturalisme Menggugat Realitas Kebangsaan,

    (Yograkarta: Kanisius, 2007)

    Husaini , Adian, Wajah Peradaban Barat dari Hegemoni Kristen Ke Dominasi

    Sekuler-Liberal, (Jakarta: Gema Insani Press, Cet. I, 2005)

    Zarkasy ,Hamid Fahmi, Liberalisasi pemikiran Islam, Gerakan Bersama

    Missionaris Orientaslis dan Kolonialis, (Ponorogo: Center for Islamic and

    Occidental Studies, Cet. II, Maret, 2010)

    Hidayat, Komaruddin dkk. Agama Masa Depan Perspektif Filsafat Perennial,

    (Jakarta: Gramedia Pustaka, Maret, 2003)

    Muammar, Khalif ,Islam dan Pluralisme Agama, (Malaysia: Center for Advance

    Studies on Islam Science and Civilisation, Februari, 2013)

    Hasib, Kholil, Kritik dan Konsep Abrahamic Faith dalam Studi Agama,

    (Ponorogo: Center for Islamic and Occindental Studies, 2010)

    Hafidhuddin, Didin ,Ketika Umat Islam Mayoritas, Koran Republikaonline, Edisi:

    Minggu 02 Juni, 2013, 06:40 WIB.

    Yudoyono , Susilo Bambang, Majalah Tempo Gereja di Indonesia Lebih Banyak

    dari Jerman Edisi Mei 2013, 14:42 WIB.Mahmuddin Syamsul , Doa Bersama Lintas Agama. http://www. forum

    keadilan. co.id/hukum. php ? tid =261. 21.10.2012.12.48 pm

    Internet

    http://www.republika.co.id/berita/nasional/hukum/12/12/25/mfl8g0-ipw-nilai-

    pengamanan-natal-terlalu-berlebihan

    http://www.republika.co.id/berita/nasional/hukum/12/12/25/mfl8g0-ipw-nilai-pengamanan-natal-terlalu-berlebihanhttp://www.republika.co.id/berita/nasional/hukum/12/12/25/mfl8g0-ipw-nilai-pengamanan-natal-terlalu-berlebihanhttp://www.republika.co.id/berita/nasional/hukum/12/12/25/mfl8g0-ipw-nilai-pengamanan-natal-terlalu-berlebihanhttp://www.republika.co.id/berita/nasional/hukum/12/12/25/mfl8g0-ipw-nilai-pengamanan-natal-terlalu-berlebihanhttp://www.republika.co.id/berita/nasional/hukum/12/12/25/mfl8g0-ipw-nilai-pengamanan-natal-terlalu-berlebihan
  • 7/23/2019 Problem Sosiologis Pluralisme Agama Di Indonesia Ahmad Khaerurrozikin

    22/22

    22

    lihat:Ahka>mul Fuqaha>, Solusi Problematika Aktual Hukum Islam: Keputusan

    Muktamar, Munas, dan Konbes Nahdlatul Ulama (1926-2004), (Lajnah Talif

    wan-Nasyr, NU Jatim, cet.ke-3, 2007), hal. 532-534

    http: //www.mui.or.id/ index.php?option= com_content & view=article&id=96:doa-bersama & catid=25: fatwa-majelis- ulama- Indonesia.

    14.02.2013. 10.08 AM

    http://www.mui.or.id/%20index.php?optionhttp://www.mui.or.id/%20index.php?option