proposal evaluasi ppm

Upload: agussaefudin

Post on 16-Feb-2018

261 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/23/2019 Proposal Evaluasi PPM

    1/43

    1

    PROPOSAL EVALUASI

    DAMPAK BIMBINGAN KELOMPOK HUMANISTERHADAP PENINGKATAN PARTISIPASIREMAJA PUTUS SEKOLAH MENGIKUTI

    PENDIDIKAN NON FORMAL

    KELOMPOK KETERAMPILAN TEKNIK ELEKTRONIKAKECATAMAN BAWANG KABUPATEN BANJARNEGARA

    Disusun untuk Memenuhi Tugas Individual Mata Kuliah Evaluasi dan Penjaminan Mutu Pendidikan

    Semester 2 dengan Dosen Pengampu Prof. Dr. Fakhruddin, M.Pd.

    Oleh:

    AGUS SAEFUDINNIM. 0102514057

    PROGRAM PASCASARJANAPROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKANKONSENTRASI KEPENGAWASAN SEKOLAH

    UNIVERSITAS NEGERI SEMARANGJUNI

    2015

  • 7/23/2019 Proposal Evaluasi PPM

    2/43

    ii

    PRAKATA

    Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esayang telah memberikan banyak kenikmatan, utamanya nikmat iman, sehat,sempat dan diberi kekuatan tetap setia mengabdi pada bidang pendidikanuntuk berperan dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Berkat rahmatTuhan Yang Maha Kuasa pula Proposal Evaluasi yang merupakan tugasindividual Mata Kuliah Evaluasi dan Penjaminan Mutu Pendidikan denganjudul DampakBimbingan Kelompok Humanis terhadap PeningkatanPartisipasi Remaja Putus Sekolah Mengikuti Pendidikan Non Formal

    Kelompok Keterampilan Teknik Elektronika Kecamatan BawangKabupaten Banjarnegara dapat diselesaikan dengan baik.

    Banyak bantuan yang diberikan oleh berbagai pihak dalampenyusunan makalah ini, untuk itu disampaikan terima kasih kepada:

    1. Prof. Dr. Fakhruddin, M.Pd. yang telah memberikan bimbingan danbanyak ilmu tentang Evaluasi dan Penjaminan Mutu Pendidikan kepadapenulis;

    2. Teman-teman mahasiswa S2 Manajemen Pendidikan (KepengawasanSekolah) Program Pascasarjana Universitas Negeri Semarang yangmerupakan mitra diskusi dan berbagi pengalaman yang luar biasa,

    bersama kami mempunyai mimpi untuk pendidikan Indonesia yang lebihbaik lagi;

    3. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yangmendukung penulis dalam menyelesaikan makalah ini.

    Semoga semua kebaikan yang telah diberikan mendapatkan imbalanpahala yang berlipat dari Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang.

    Penulis menyadari sebagaimana kata pepatah tak ada gading yangtak retak, makalah ini pun masih banyak terdapat kekurangan untuk itusaran demi perbaikan sangat dinantikan. Penulis berharap semoga

    makalah ini membawa manfaat dan dapat menjadi media dalam berbagibagi kemajuan pendidikan di Indonesia. Amin.

    Semarang, 27 Juni 2015Penulis,

    Agus Saefudin, S.Pd.NIM. 0102514057

  • 7/23/2019 Proposal Evaluasi PPM

    3/43

    iii

    DAFTAR ISI

    HalamanHalaman Judul ........................................................................Prakata ....................................................................................Daftar Isi ..................................................................................

    A. JUDUL ................................................................................B. LATAR BELAKANG MASALAH ..........................................C. RUMUSAN MASALAH .......................................................D. TUJUAN EVALUASI ...........................................................E. MANFAAT EVALUASI ........................................................

    1. Manfaat Teoritis ............................................................

    2. Manfaat Praktis .............................................................F. KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS ................................

    1. Kajian Teori ...................................................................a. Evaluasi Program ....................................................b. Pemberdayaan Masyarakat .....................................c. Pendidikan Non Formal ...........................................d. Kesejahteraan Masyarakat ......................................e. Bimbingan Kelompok Humanis ...............................

    2. Penelitian Terdahulu yang Relevan ..............................3. Hipotesis Penelitian .......................................................

    G. METODE EVALUASI ..........................................................

    1. Rancangan Evaluasi .....................................................a. Metode Evaluasi ......................................................b. Tempat dan Waktu Evaluasi ....................................c. Desain Evaluasi .......................................................

    2. Subjek Evaluasi .............................................................3. Pengumpulan Data .......................................................4. Analisis Data .................................................................

    a. Tabulasi Data ...........................................................b. Pengolahan/Analisis Data ........................................

    5. Pengecekan Keabsahan Data .......................................6. Refleksi .........................................................................

    H. PERSONALIA EVALUASI ..................................................I. JADWAL EVALUASI .................................................... ......J. BIAYA .................................................................................K. DAFTAR PUSTAKA ...........................................................L. LAMPIRAN

    Curicullum Vitae

    iiiiii

    115566

    78889

    131619222424

    242425252727272929303134353636

  • 7/23/2019 Proposal Evaluasi PPM

    4/43

    1

    PROPOSAL EVALUASI

    DAMPAK BIMBINGAN KELOMPOK HUMANISTERHADAP PENINGKATAN PARTISIPASI REMAJA PUTUS SEKOLAH

    MENGIKUTI PENDIDIKAN NON FORMALKELOMPOK KETERAMPILAN TEKNIK ELEKTRONIKA

    KECATAMAN BAWANG KABUPATEN BANJARNEGARA

    Oleh:Agus Saefudin / NIM. 0102514057

    Manajemen Pendidikan Konsentrasi Kepengawasan Sekolah

    A. JUDULDampak Bimbingan Kelompok Humanis terhadap Peningkatan

    Partisipasi Remaja Putus Sekolah Mengikuti Pendidikan Non Formal

    Kelompok Keterampilan Teknik Elektronika Kecataman Bawang

    Kabupaten Banjarnegara

    B. LATAR BELAKANG MASALAH

    Pendidikan luar sekolah (non formal education)mendidik orang-

    orang marginal atau terpinggirkan termasuk remaja putus sekolah yang

    memerlukan pertolongan terutama untuk menghadapi kesulitan dan

    hidupnya kini atau yang nyata mereka hadapi. Hal ini berati juga

    menyangkut masa depan ramaja putus sekolah. Kualitas hidup

    seseorang sangat erat hubungannya dengan kualitas dan raga

    kesempatan pendidikan yang diterima orang tersebut. Ragam

    kesempatan pendidikan yang dapat diterima seseorang bukan hanya

    sekolah formal, termasuk juga pendidikan non formal bagi remaja putus

    sekolah. Dengan demikian, apabila remaja putus sekolah meningkat

    pendidikannya dengan ragam program yang terkait dengan kebutuhan

    hidupnya, maka kebodohan akan berkurang dan kualitas hidupnya juga

    akan meningkat. Keadaan ini akan sangat bermanfaat untuk melahirkan

    generasi yang akan datang lebih baik dari generasi sebelumnya. Apabila

    tingkat kebodohan berkurang maka tingkat pendapatan dan

    esejahteraan akan meningkat karena dalam pendidikan non formal

  • 7/23/2019 Proposal Evaluasi PPM

    5/43

    2

    terdapat program keterampilan hidup (life skill). Generasi muda perlu

    bersekolah dan untuk yang kurang beruntung termasuk remaja putus

    sekolah maka pendidikan non formal merupakan pilihan untuk masa kini

    dan depan yang lebih baik.

    Remaja putus sekolah adalah remaja yang tidak dapat

    melanjutkan atau berhenti sekolah sebelum tamat pendidikan dasar dan

    pendidikan menengah. Hal tersebut disebabkan oleh kondisi-kondisi

    khusus yang dialami remaja, seperti: kurangnya perhatian sosial,

    kurangnya fasilitas fisik, dan kurangnya kesempatan untuk berprestasi.

    Manusia, termauk remaja putus sekolah selalu mendambakan kondisi

    yang seimbang dalam hidupnya, yaitu adanya kesamaan antara

    tuntutan diri dan lingkungan sekitarnya. Kenyataan yang terjadi tidak

    semudah yang dibayangkan karena banyak remaja putus sekolah yang

    menghadapi masa depan tidak jelas dan suram sehingga mereka

    menjadi tidak berdaya dan dikucilkan dalam kehidupan sosialnya.

    Remaja putus sekolah sebagai generasi muda harus mendapatkan

    perhatian agar mereka terberdayakan dan mempunyai harapan untuk

    kehidupan masa depan yang lebih baik. Remaja putus sekolahsesungguhnya lebih siap menerima pendidikan berkelanjutan untuk

    meningkatkan nilai diri memasuki dunia kerja dan berperan aktif dalam

    pengembangan masyarakat.

    Menurut Suyono dalam Marzuki (2012: 222) salah satu wahana

    pemberdayaan yang tepat untuk remaja putus sekolah adalah

    pendidikan non formal yang menyelenggarakan pendidikan untuk

    meningkatkan kualitas hidup masyarakat yang kurang mampu, kurangberdaya, dan miskin termasuk remaja putus sekolah yang merasa masa

    depannya tidak jelas dan suram. Pemberdayaan merupakan proses

    pembangunan manusia agar memiliki kapasitas penuh, memiliki pilihan-

    pilihan yang lebih luas dan kesempatan yang besar untuk mencapai

    kehidupan yang lebih bermartabat dan lebih makmur.

    Lembaga pendidikan non formal sebagai bagian tidak terpisah

    dari sistem pendidikan nasional seharusnya mendapatkan dukungan

  • 7/23/2019 Proposal Evaluasi PPM

    6/43

    3

    dalam mengelola bantuan dari baik dari pemerintah maupun donatur

    luar, melakukan assesmentterhadap kebutuhan lokal, dan merancang

    serta mengimplementasikan program kecakapan hidup bagi

    masyarakat, termasuk remaja putus sekolah maupun pengangguran.

    Program pelatihan pada pendidikan non formal dimaksudkan untuk

    memperbaiki kecakapan, keterampilan, dan kinerja individu agar dapat

    memperbaiki kualitas hidupnya. Program keterampilan kerja

    diperuntukkan bagi waga masyarakat termasuk remaja putus sekolah

    yang belum bekerja atau yang sudah bekerja tetapi belum mapan dan

    ingin memperbaiki atau yang keterampilannya tidak laku lagi karena

    tidak mampu bersaing dengan yang lebih kuat.

    Pendidikan non formal kelompok keterampilan Teknik Elektronika

    Kecamatan Bawang Kabupaten Banjarnegara merupakan salah satu

    pendidikan non formal yang diselenggarakan oleh masyarakat dalam

    rangka memberdayakan remaja putus sekolah dan pengangguran

    dengan memberikan pelatihan keterampilan praktis yang dapat

    digunakan sebagai bekal untuk bekerja maupun berwirausaha dalam

    bidang teknik elektronika. Keterampilan teknik elektronika merupakansalah satu bidang keterampilan yang banyak dibutuhkan oleh dunia

    kerja dan masyarakat karena perkembangan jaman dan teknologi

    dewasa ini tidak lepas dari peralatan elektronika. Bidang keterampilan

    teknik elektronika yang diajarkan, diantaranya: perbaikan televisi, audio

    amplifier, DVD (digital video player), dan juga handphone.

    Remaja putus sekolah seharusnya mengikuti pelatihan

    keterampilan teknik elektronika ini dengan giat dan serius karenaberdasarkan isinya dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan

    yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas diri dan taraf hidupnya.

    Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa partisipasi remaja putus

    sekolah dalam mengikuti pendidikan non formal terlihat setengah hati

    dilihat dari kehadiran mereka. Remaja putus sekolah peserta pelatihan

    berasal dari keluarga dan lingkungan yang berbeda sehingga diperlukan

    adaptasi dan interaksi terhadap lingkungan yang baru, maksudnya

  • 7/23/2019 Proposal Evaluasi PPM

    7/43

    4

    adalah mereka harus berusaha untuk mengikuti peraturan dan tata tertib

    yang berlaku. Banyak peserta pelatihan yang harus menghidupi diri dan

    keluarganya dengan bekerja serabutan, membantu pekerjaan orang

    tua, dan banyak alasan sosial lain yang menyebabkan mereka kesulitan

    untuk intensif mengikuti pelatihan meskipun mereka sangat

    membutuhkan.

    Bimbingan kelompok humanis yang menekankan pada

    pemberian bantuan kepada individu melalui kegiatan kelompok dengan

    memerhatikan sisi-sisi manusiawi peserta pelatihan dalam hal ini remaja

    putus sekolah dipandang sebagai salah satu pendekatan yang efektif

    dalam meningkatkan perhatian, minat dan partisipasi aktif. Bimbingan

    kelompok humanis merupakan sarana untuk menunjang perkembangan

    optimal masing-masing peserta pelatihan, yang diharapkan dapat

    mengambil manfaat dari pengalaman pendidikan ini bagi dirinya sendiri.

    Sejalan dengan pendapat ini, Priyatno (1982) mengemukakan

    bahwa Bimbingan kelompok adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh

    sekelompok orang dengan memanfaatkan dinamika kelompok. Artinya,

    semua peserta dalam kegiatan kelompok saling berinteraksi, bebasmengeluarkan pendapat, menanggapi, memberi saran, dan lain-lain

    sebagainya. Apa yang dibicarakan itu semuanya bermanfaat untuk diri

    peserta yang bersangkutan sendiri dan untuk peserta lainnya.

    Bimbingan kelompok humanis dalam implementasinya tidak hanya

    terbatas saat pelaksanaan pelatihan saja, tetapi berlanjut hingga dalam

    kehidupan nyata dimana kelompok-kelompok memuka jasa layanan

    prbaikan pesawat elektronika di lingkungan desa masing-masingsementara intruktur memberikan pembimbingan dan pemberdayaan

    untuk meningkatkan keterampilan, kepercayaan diri dan kemandirian.

    Dari uraian di atas, kami memandang penting untuk

    mengevaluasi dampak bimbingan kelompok humanis terhadap

    peningkatan partisipasi remaja putus sekolah dalam mengikuti program

    pelatihan keterampilan pada kelompok keterampilan teknik elektronika

    di kecamatan Bawang kabupaten Banjarnegara.

  • 7/23/2019 Proposal Evaluasi PPM

    8/43

    5

    C. RUMUSAN MASALAH

    Dari latar belakang masalah sebagaimana uraian di atas maka

    masalah dalam penelitian ini menitikberatkan pada evaluasi

    pelaksanaan program, yaitu bagaimanakah efektivitas pelaksanaan

    bimbingan kelompok humanis dalam meningkatkan partisipasi remaja

    putus sekolah mengikuti pendidikan non formal kelompok keterampilan

    teknik elektronika untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan

    sikap posistif dalam menghadapi kehidupan nyata di masyarakat

    berdasarkan standar obyektif ditinjau dari tahapan-tahapan masukan

    (input), proses (process), keluaran (otput), dan hasil (outcome).

    Adapun rumusan masalah sebagai berikut:

    1. Bagaimana prosedur bimbingan kelompok humanis mulai dari

    rekruitmen peserta, pembagian kelompok, instruktur pendamping,

    kurikulum, serta sarana dan prasarana pendukung pelatihan ?

    2. Bagaimana implementasi bimbingan kelompok humanis pada

    pendidikan non formal kelompok keterampilan teknik elektronika di

    kecamatan Bawang kabupaten Banjarnegara ?3. Bagaimana dampak bimbingan kelompok humanis dalam

    meningkatkan partisipasi remaja putus sekolah mengikuti pendidikan

    non formal kelompok keterampilan teknik elektronika di kecamatan

    Bawang kabupaten Banjarnegara ?

    D. TUJUAN EVALUASI

    Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasiefektivitas pelaksanaan program yang pada prinsipnya menuju pada

    perbaikan dan penyempurnaan program, daam hal ini mengetahui

    efektivitas pelaksanaan bimbingan kelompok humanis dalam

    meningkatkan partisipasi remaja putus sekolah mengikuti pendidikan

    non formal kelompok keterampilan teknik elektronika untuk

    meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap posistif dalam

    menghadapi kehidupan nyata di masyarakat. Sebagai penelitian

  • 7/23/2019 Proposal Evaluasi PPM

    9/43

    6

    evaluatif juga ingin diketahui komponen-komponen yang mempengaruhi

    efektivitas implementasi program di lapangaan berdasarkan standar

    obyektif ditinjau dari tahapan-tahapan masukan (input), proses

    (process), keluaran (otput), dan hasil (outcome). Tujuan penelitian

    evaluatif yang ingi dicapai, meliputi:

    1. Mengetahui efektivitas prosedur program bimbingan kelompok

    humanis mulai dari rekruitmen peserta, pembagian kelompok,

    instruktur pendamping, kurikulum, serta sarana dan prasarana

    pendukung pelatihan.

    2. Mengetahui implementasi bimbingan kelompok humanis pada

    pendidikan non formal kelompok keterampilan teknik elektronika di

    kecamatan Bawang kabupaten Banjarnegara.

    3. Mengetahui dampak bimbingan kelompok humanis dalam

    meningkatkan partisipasi remaja putus sekolah mengikuti pendidikan

    non formal kelompok keterampilan teknik elektronika di kecamatan

    Bawang kabupaten Banjarnegara.

    E. MANFAAT EVALUASIHasil penelitian evaluatif ini diharapkan memberikan manfaat

    bagi pendidikan non formal sebagai pendidikan uar sekolah baik secara

    teoritis maun praktis, sebagai berikut:

    1. Mafaat Teoritis

    Diharapkan bermanfaat sebagai bahan diskusi dan pertimbangan

    dalam pelaksanaan pendidikan non formal terutama untuk kelompok

    keterampilan dengan implementasi bimbingan kelompok humanisuntuk meningkatkan partisipasi peserta pelatihan terutama dari

    orang-orang kurang beruntung (marginal), baik remaja putus sekolah

    maupun penganggran untuk meningkatkan pengetahuan,

    keterampilan, dan sikap positif sehingga lebih berdaya dalam

    menghadapi masa depan yang lebih baik.

  • 7/23/2019 Proposal Evaluasi PPM

    10/43

    7

    2. Manfaat Praktis

    a. Bagi Pemerintah

    Diperolehnya gambaran tentang salah satu alternatif

    pemberdayaan masyarakat dalam hal ini remaja putus sekolah

    melalui pendidikan non formal kelompok keterampilan teknik

    elektronika sehingga dapat melahirkan kebijakan-kebijakan yang

    lebih peduli terhadap orang terpinggirkan (marginal) dalam upaya

    meningkatkan pengetahuan, taraf hidup dan kesejahteraannya.

    b. Bagi Penyelenggara Pendidikan Non Formal

    Diperolehnya gambaran tentang dampak bimbingan kelompok

    humanis dalam meningkatkan partisipasi remaja putus sekolah

    mengikuti pendidikan non formal kelompok keterampilan teknik

    elektronika. Gambaran yang diperoleh ini dapat menjadi inspirasi

    bagi implmentasi metode-metode lain yang lebih inovatif yang

    bukan hanya meningkatkan partisipasi tetapi secara nyata dapat

    memberdayakan peserta pelatihan menjadi lebih baik.

    c. Bagi Remaja Putus Sekolah Peserta Pelatihan

    Diperolehnya semangat dan motivasi yang lebih tinggi dalammengikuti pelatihan pada pendidikan non formal untuk

    memberdayakan diri sehingga lebih semangat dalam menuntut

    ilmu sepanjang hayat untuk meningkatkan pengetahuan,

    keterampilan, dan sikap yang lebih dewasa dalam menghadapi

    tantangan kehidupan sehingga menjadi generasi muda yang

    tangguh yang dapat menjawab tantangan jaman dan dapat

    meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan diri dan keluarganyauntuk masa depan yang lebih baik.

  • 7/23/2019 Proposal Evaluasi PPM

    11/43

    8

    F. KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

    1. Kajian Teori

    a. Evaluasi Program

    Berbagai macam evaluasi yang dikenal dalam bidang

    kajian ilmu. Salah satunya adalah evaluasi program yang banyak

    digunakan dalam kajian kependidikan. Evaluasi program

    mengalami perkembangan yang berarti sejak Ralph Tyler,

    Scriven, John B. Owen, Lee Cronbach, Daniel Stufflebeam,

    Marvin Alkin, Malcolm Provus, R. Brinkerhoff dan lainnya.

    Banyaknya kajian evaluasi program yang membawa implikasi

    semakin banyaknya model evaluasi yang berbeda cara dan

    penyajiannya, namun jika ditelusuri semua model bermuara

    kepada satu tujuan yang sama yaitu menyediakan informasi

    dalam kerangka decision atau keputusan bagi pengambil

    kebijakan.

    Terdapat beberapa definisi tentang evaluasi yang

    dikemukan oleh pakar, diantaranya: (Kufman and Thomas,

    1980:4) menyatakan bahwa evaluasi adalah proses yangdigunakan untuk menilai. Hal senada dikemukakan oleh (Djaali,

    Mulyono dan Ramly, 2000:3) mendefinisikan evaluasi dapat

    diartikan sebagai proses menilai sesuatu berdasarkan kriteria

    atau standar objektif yang dievaluasi. Selanjutnya (Sanders,

    1994:3) sebagai ketua The Joint Committee on Standars for

    Educational Evaluation mendefinisikan evaluasi sebagai kegiatan

    investigasi yang sistimatis tentang kebenaran atau keberhasilansuatu tujuan.

    Evaluasi program menurut Joint Commite yang dikutip

    oleh (Brinkerhof, 1986: xv) adalah aktivitas investigasi yang

    sistematis tentang sesuatu yang berharga dan bernilai dari suatu

    obyek. Pendapat lain (Denzin and Lincoln, 2000:983)

    mengatakan bahwa evaluasi program berorientasi sekitar

  • 7/23/2019 Proposal Evaluasi PPM

    12/43

    9

    perhatian dari penentu kebijakan dari penyandang dana secara

    karakteristik memasukkan pertanyaan penyebab tentang tingkat

    terhadap mana program telah mencapai tujuan yang diinginkan.

    Evaluasi program merupakan kegiatan mengumpulkan informasi

    tentang suatu program atau beberapa aspek dari suatu program

    guna membuat keputusan penting tentang program tersebut.

    Keputusan-keputusan yang diambil dijadikan sebagai indikator-

    indikator penilaian kinerja atau assessment performance pada

    setiap tahapan evaluasi dalam tiga kategori yaitu rendah,

    moderat dan tinggi (Issac and Michael, 1982:22).

    Berangkat dari pengertian di atas maka evaluasi program

    merupakan suatu proses. Secara eksplisit evaluasi mengacu

    pada pencapaian tujuan sedangkan secara implisit evaluasi

    harus membandingkan apa yang telah dicapai dari program

    dengan apa yang seharusnya dicapai berdasarkan standar yang

    telah ditetapkan. Dalam konteks pelaksanan program, kriteria

    yang dimaksud adalah kriteria keberhasilan pelaksanaan dan hal

    yang dinilai adalah hasil atau prosesnya itu sendiri dalam rangkapengambilan keputusan. Evaluasi dapat digunakan untuk

    memeriksa tingkat keberhasilan program berkaitan dengan

    lingkungan program dengan suatu judgement apakah program

    diteruskan, ditunda, ditingkatkan, dikembangkan, diterima atau

    ditolak.

    b. Pemberdayaan MasyarakatPemberdayaan berasal dari bahasa Inggris empowermen

    yang berarti pemberian kekuasaan karenapower bukan sekedar

    daya, tetapi juga kekuasaan, sehingga kata daya tidak saja

    bermakna mampu, tetapi juga mempunyai kuasa.

    Konsep pemberdayaan (empowerment) telah mengubah

    konsep pembangunan dan sekaligus strategi bagaimana

    mengentaskan kemiskinan khususnya di perdesaan. Perubahan

  • 7/23/2019 Proposal Evaluasi PPM

    13/43

    10

    ini sering disebut orang sebagai perubahan paradigma atau

    serangkaian perubahan mulai dari tataran konsep, teori, nilai-

    nilai, metodologi sampai ke tataran pelaksanaannya. Perubahan

    ini telah memengaruhi isi Laporan Indeks Pembangunan

    Manusia (Human Index Development) yang setiap tahun

    dikeluarkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNDP).

    Organisasi ini menyatakan bahwa pembangunan seharusnya

    dianyam oleh rakyat bukan sebaliknya menjadi penonton

    pembangunan dan seharusnya pula pembangunan memperkuat

    rakyat bukan justru membuat rakyat semakin lemah.

    Pemberdayaan menjadi konsep kunci untuk menanggapi

    kegagalan pelaksanaan pembangunan selama ini. Sejak

    dicanangkan konsep pembangunan pada akhir masa perang

    dunia kedua, ternyata pembangunan membuat orang semakin

    miskin atau jumlah orang miskin semakin banyak, gagasan

    modernisasi pun rontok karena tidak mampu meneteskan hasil-

    hasil pembangunan kepada kelompok masyarakat termiskin,

    juga semakin diakui bahwa pemerintah ternyata tidak mampumengentaskan kemiskinan dan bahkan pembangunan merusak

    lingkungan hidup.

    Bryant dan White (1987) menyatakan pemberdayaan

    sebagai upaya menumbuhkan kekuasaan dan wewenang yang

    lebih besar kepada masyarakat miskin. Empowerment bukan

    sekedar memberikan kesempatan rakyat menggunakan sumber

    daya dan biaya pembangunan saja, tetapi juga upaya untukmendorong mencari cara menciptakan kebebasan dari struktur

    yang ada. Konsep lain menyatakan bahwa pemberdayakan

    mempunyai dua makna, yakni mengembangkan, memandirikan,

    menswadayakan dan memperkuat posisi tawar menawar

    masyarakat lapisan bawah terhadap kekuatan-kekuatan penekan

    di segala bidang dan sektor kehidupan. Makna lainnya adalah

    melindungi, membela dan berpihak kepada yang lemah, untuk

  • 7/23/2019 Proposal Evaluasi PPM

    14/43

    11

    mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang dan

    terjadinya eksploitasi terhadap yang lemah (Prijono dan

    Pranarka, 1996).

    Pemberdayaan amat dekat dengan konsep kemiskinan.

    Kemiskinan biasanya dikenali dari ketidakmampuan sebuah

    keluarga memenuhi kebutuhan dasar dan berbagai kaitan yang

    mencitrakan orang tersebut menjadi miskin. Beberapa konsep

    kemiskinan adalah (1) garis kemiskinan yang dikaitkan dengan

    kebutuhan konsumsi mininum sebuah keluarga atau sering

    disebut sebagai kemiskinan primer yang indikasinya adalah 2 per

    3 pendapatan habis buat makan, (2) kemiskinan absolut dan

    kemiskinan relatif. Kemiskinan absolut menjadi fenomena

    negara-negara dunia ketiga yang ditandai oleh keluarga yang

    hidup di bawah garis kemiskinan. Sedangkan kemiskinan relatif

    adalah keluarga berada di atas garis kemiskinan tetapi rentan

    terjerembab ke kubangan garis kemiskinan. (3) kemiskinan

    massal atau kantong kemiskinan adalah kemiskinan yang

    melanda satu negara atau wilayah dan hal ini membuatnyamenjadi kompleks dalam proses mengatasinya.

    Konsep pemberdayaan masyarakat mengacu pada

    bagaimana masyarakat setempat memiliki pengaruh yang besar

    secara sosial maupun secara organisasi kemasyarakatan,

    sehingga mampu meningkatkan lingkungan hidup mereka.

    Lingkungan hidup di sini meliputi kombinasi antara penggunaan

    sumberdaya dan social capital yang ada dengan aktivitas yangdilakukan masyarakat terhadap penggunaan sumberdaya

    tersebut. Penggunaan sumberdaya ini seyogyanya bersifat

    berkelanjutan, sehingga dapat dipergunakan untuk saat ini

    maupun untuk masa yang akan datang. Pemberdayaan

    masyarakat sangat dipengaruhi oleh partisipasi masyarakat.

    Partisipasi di sini meliputi keikutsertaan stakeholders kunci di

    dalam proses perencanaan dan pembuatan keputusan.

  • 7/23/2019 Proposal Evaluasi PPM

    15/43

    12

    Partisipasi ini dapat berupa partisipasi pasif (seperti pemberian

    informasi atau konsultansi) sampai partisipasi aktif (seperti

    bergabung dalam pengambilan keputusan serta bergabung

    dalam manajemen pemberdayaan masyarakat).

    Pitana (2006: 137) menyatakan bahwa untuk dapat

    meningkatkan partisipasi masyarakat maka sangat diperlukan

    program-program pembangunan atau inovasi-inovasi yang

    dikembangkan mengandung unsur-unsur:

    1) Memberikan keuntungan secara relatif, terjangkau secara

    ekonomi dan secara ekonomis dianggap biaya yang

    dikeluarkan lebih kecil dari hasil yang diperoleh (relative

    advantage);

    2) Unsur-unsur dari inovasi dianggap tidak bertentangan dengan

    nilai-nilai dan kepercayaan setempat (compatibilitay);

    3) Gagasan dan praktek baru yang dikomunikasikan dapat

    dengan mudah dipahami dan dipraktekkan (complexity and

    practicability); dan

    4) Unsur inovasi tersebut mudah diobservasi hasilnya lewatdemontrasi atau praktek peragaan (observability).

    Dalam konsep pemberdayaan, ada tiga komponen yang

    harus ada, yaitu:

    1) Enabling setting, yaitu memperkuat situasi kondisi di tingkat

    lokal menjadi baik, sehingga masyarakat lokal bisa

    berkreativitas. Ibaratnya, membuat panggung yang baik,

    sehingga masyarakat lokal bisa menari di atas panggung

    tersebut.

    2) Empowering local community. Setelah ada panggung yang

    baik untuk menari, maka masyarakat setempat harus

    ditingkatkan kemampuannya menari. Artinya, setelah local

    setting tersebut disiapkan, masyarakat lokal harus

    ditingkatkan pengetahuan dan ketrampilannya, sehingga

    mampu memanfaatkan setting dengan baik. Hal ini antara lain

  • 7/23/2019 Proposal Evaluasi PPM

    16/43

    13

    dilakukan melalui pendidikan, pelatihan, dan berbagai bentuk

    pengembangan SDM lainnya.

    3) Socio-political support. Kalau panggung sudah baik,

    masyarakat lokal sudah bisa menari, maka diperlukan adanya

    perangkat pendukung lain, seperti perlengkapan, penonton,

    dan seterusnya, yang tidak lain berupa dukungan sosial,

    dukungan politik, networking, dan sebagainya. Tanpa

    dukungan sosial-politik yang memadai, masyarakat lokal tidak

    akan bisa menari dengan baik di panggung, meskipun

    masyarakat tersebut sesungguhnya pintar menari (Pitana,

    2004).

    Teori ini dipakai ketika membedah permasalahan pertama,

    yaitu bagaimana aktivitas-aktivitas pemberdayaan masyarakat

    dalam hal ini remaja putus sekolah melalui pendidikan non formal

    kelompok vokasi teknik elektronika guna memberikan

    keterampilan praktis yang dapat diterapkan untuk bekerja

    maupun berwirausaha sehingga diharapkan dapat meningkatkan

    taraf hidup dan kesejahteraan. Kegiatan pemberdayaan melaluimelalui pendidikan keterampilan ini memberikan keuntungan

    secara relatif terhadap remaja putus sekolah dalam

    meningkatkan pengetahuan dan keterampilan hidup sehingga

    diharapkan ke depan mereka terberdayakan baik secara

    ekonomi maupun soial.

    Pada evaluasi ini akan dikaji apakah bimbingan kelompok

    humanis dapat meningkatkan partisipasi remaja putus sekolahdalam mengikuti pendidikan non formal kelompok vokasi teknik

    elektronika.

    c. Pendidikan Non Formal

    Jenis kegiatan yang dapat dilaksanakan dalam Pendidikan

    Luar Sekolah sebagai suatu sub system pendidikan disamping

    pendidikan informal juga pendidikan non formal yang akhir-akhir

  • 7/23/2019 Proposal Evaluasi PPM

    17/43

    14

    ini berkembang pesat. Saleh Marzuki (2012: 137) menyatakan

    bahwa pendidikan non formal (non formal education)merupakan

    pendidikan dengan proses belajar terjadi secara terorganisasikan

    di luar sitem persekolahan atau pendidikan formal, baik

    dilaksanakan terpisah maupun merupakan bagian penting dari

    suatu kegiatan yang lebih besar yang dimaksudkan untuk

    melayani sasaran didik tertentu dan belajarnya tertentu pula.

    Asas-asas pendidikan non formal yang menjadi pedoman

    bagi siapa saja yang terlibat dalam kegiatan pendidikan ini,

    meliputi:

    1) Asas Inovasi

    Asas ini merupakan asas penting dalam penyelenggaraan

    pendidikan non formal, sebab setiap penyelenggaraan

    pendidikan non formal harus merupakan kegiatan bagi si

    terdidik dan merupakan hal yang diperlukan atau dibutuhkan.

    Dalam inovasi ini, maka dapat dikemukakan norma nilai,

    metode, teknik-teknik kerja, cara-cara berorganisasi, cara-

    cara berpikir dan lain-lain yang merupakan kebutuhan bagianak didik.

    2) Asas Penentuan dan Perumusan Tujuan Pendidikan Non

    Formal

    Berbicara tentang perumusan tujuan, berarti mempersoalkan

    tuntutan minimal apa yang harus dipenuhi agar si terdidik

    dapat melaksanakan hak dan kewajiban sebagai manusia

    sehingga memiliki kehidupan yang layak. Penentuan danperumusan tujuan, tidak bisa dilepaskan dari: jenis dan

    tingkatan pengetahuan, sikap serta jenis dan tingkat

    keterampilan yang harus dikuasai oleh seorang anggota

    masyarakat.

  • 7/23/2019 Proposal Evaluasi PPM

    18/43

    15

    3) Asas Perencanaan dan Pengembangan Program Pendidikan

    Non Formal

    Perencanaan harus bersifat komprehensif. Hal ini berarti

    bahwa program atau kegiatan yang dikerjakan dapat

    memenuhi kebutuhan individu atau masyarakat karena

    tujuan-tujuan tersebut telah mencerminkan dan mencakup

    semua jenis kebutuhan individu, masyarakat dan nasional.

    Perencanaan harus bersifat integral, yang berarti

    perencanaan yang memuat jenis program pendidikan formal

    dan non formal yang terkoordinasi dan termotivasi, sehingga

    sehingga jenis program pendidikan masing-masing tidak

    bertentangan satu sama lain. Perencanaan juga harus

    memperhitungkan aspek-aspek kuantitatif dan kualitatif. Pada

    umumnya sementara orang beranggapan bahwa dalam

    penyelenggaraan pendidikan non formal cenderung untuk

    memperoleh anak didik yang sebanyak-bayaknya. Anggapan

    diatas tentunya lebih baik dan lebih dapat diterima bila

    didalam lapangan pendidikan non formal pun harus mampumeningkatkan kualitas perlajar serta kualitas kerja seseorang.

    Tugas pendidikan non formal adalah membantu kualitas

    dan martabat sebagai individu dan warga Negara yang dengan

    kemampuan dan kepercayaan pada diri sendiri harus dapat

    mengendalikan perubahan dan kemajuan. Tugas ini tentunya

    sejalan dengan tugas yang telah digariskan dalam Pendidikan

    Nasional kita sehingga masing-masing tugas pendidikan akansaling menunjang satu sama lain.

    Sifat-sifat pendidikan non formal, adalah:

    1) Pendidikan non formal lebih fleksibel

    2) Pendidikan non formal lebih efektif dan efisien untuk bidang-

    bidang pelajaran tertentu.

    3) Pendidikan non formal bersifat quick yielding artinya dalam

    waktu yang singkat dapat digunakan untuk melatih tenaga

  • 7/23/2019 Proposal Evaluasi PPM

    19/43

    16

    kerja yang dibutuhkan, terutama untuk memperoleh tenaga

    yang memiliki kecakapan.

    4) Pendidikan non formal sangat instrumental artinya pendidikan

    yang bersangkutan bersifat luwes, mudah dan murah serta

    dapat menghasilkan dalam waktu yang relatif singkat.

    Bila diingat sifat-sifat pendidikan non formal diatas,

    tampaknya sangat mudah pendidikan non formal tersebut

    dilaksanakan dan dapat mencapai hasil seperti yang diharapkan.

    Akan tetapi tidak demikian prakteknya, karena dalam pelaksanaan

    pendidikan non formal harus memenuhi syarat-syarat dalam

    pelaksanaan sebagai berikut:

    1) Pendidikan non formal harus jelas tujuannya.

    2) Ditinjau dari segi masyarakat, program pendidikan non formal

    harus menarik baik hal yang akan dicapai maupun cara-cara

    melaksanakannya.

    3) Adanya integrasi pendidikan non formal dengan program-

    program pembangunan masyarakat.

    d. Kesejahteraan Masyarakat

    Kesejahteraan menurut Spicker diartikan sebagai well-

    being atau kondisi sejahtera. Kesejahteraan bermula dari kata

    sejahtera, berawalan kata ke- dan berakhiran kata -an. Sejahtera

    berarti aman sentosa, makmur, dan selamat, artinya terlepas dari

    segala macam gangguan dan kesukaran. Sosial adalah dari

    bahasa inggris yaitu social yang berarti ramah tamah, senang

    sekali bergaul, kemasyarakatan. Sosial dari bahasa latin; Socius

    yang berarti kawan atau teman. Dr.J.A.Ponsien, dikutip

    T.Sumarnonugroho (1987) istilah sosial mempunyai arti yang

    berbeda: sosial diartikan sebagai suatu indikasi daripada

    kehidupan bersama makhluk manusia, umpamanya dalam

    kebersamaan rasa, berfikir, bertindak dan dalam hubungan antar

    manusia. Secara umum, kesejahteraan sosial yaitu suatu

    keadaan terpenuhinya segala bentuk kebutuhan hidup,

  • 7/23/2019 Proposal Evaluasi PPM

    20/43

    17

    khususnya yang bersifat mendasar seperti makanan, pakaian,

    perumahan, pendidikan, dan perawatan kesehatan.

    Kesejahteraan sosial menurut Undang-Undang Nomor 11

    Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial adalah kondisi

    terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga

    negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri,

    sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya. Kesejahteraan

    dapat dilihat dari pemerataan pendapatan, pendidikan yang

    mudah dijangkau, kualitas kesehatan yang semakin meningkat

    dan merata.

    Pemerataan pendapatan berhubungan dengan adanya

    lapangan pekerjaan, peluang dan kondisi usaha, dan faktor

    ekonomi lainnya. Kesempatan kerja dan kesempatan berusaha

    diperlukan agar masyarakat mampu memutar roda

    perekonomian yang pada akhirnya mampu meningkatkan jumlah

    pendapatan yang mereka terima.

    Pendidikan yang mudah di sini dalam arti jarak dan nilai

    yang harus dibayarkan oleh masyarakat. Pendidikan yang murahdan mudah diharapkan masyarakat dapat dengan mudah

    mengakses pendidikan setinggi-tingginya, sehingga kualitas

    sumberdaya manusia dapat meningkat. Kesejahteraan manusia

    dapat dilihat dari kemampuan mereka untuk mengakses

    pendidikan, serta mampu menggunakan pendidikan itu untuk

    mendapatkan kebutuhan hidupnya.

    Kesehatan merupakan faktor untuk mendapatkanpendapatan dan pendidikan. Kesehatan harus ditempatkan

    sebagai hal yang utama dilakukan oleh pemerintah. Masyarakat

    yang sakit akan sulit untuk beraktivitas, sehingga sulit pula untuk

    memperjuangkan kesejahteraan dirinya. Jumlah dan jenis

    pelayanan kesehatan harus mampu menjangkau dan dijangkau

    oleh masyarakat, terutama mereka yang tergolong miskin.

    Masyarakat yang membutuhkan layanan kesehatan tidak

  • 7/23/2019 Proposal Evaluasi PPM

    21/43

    18

    dibatasi oleh jarak dan waktu. Setiap saat mereka dapat

    mengakses layanan kesehatan yang murah dan berkualitas.

    Apabila masih banyak keluhan masyarakat tentang layanan

    kesehatan, maka itu pertanda bahwa suatu Negara masih belum

    mampu mencapai taraf kesejahteraan yang diinginkan oleh

    rakyatnya.

    Arthur Dunham dalam Dwi Heru Sukoco (1991)

    mendefinisikan kesejahteraan sosial sebagai kegiatan-kegiatan

    yang terorganisasi dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan

    dari segi sosial melalui pemberian bantuan kepada orang untuk

    memenuhi kebutuhan-kebutuhan di dalam beberapa bidang

    seperti kehidupan keluarga dan anak, kesehatan,penyesuaian

    sosial, waktu senggang, standar-standar kehidupan, dan

    hubungan-hubungan sosial. Pelayanan kesejahteraan sosial

    memberi perhatian utama terhadap individu-individu, kelompok-

    kelompok, komunitas-komunitas, dan kesatuan-kesatuan

    penduduk yang lebih luas; pelayanan ini mencakup pemeliharaan

    atau perawatan, penyembuhan dan pencegahan.Pendapat lain tentang kesejahteraan sosial diungkapkan

    pula oleh Friedlander dalam Dwi Heru Sukoco (1991):

    Social welfare is the organized system of social servicesand institutions, designed to aid individuals and grous to attainsatisfying standards of life and health, and personal and socialrelationships which permit them to develop their full capacitiesand to promote their well-being in harmony with the needs of theirfamilies and the community.

    Kalimat tersebut menyatakan bahwa kesejahteraan sosial

    merupakan suatu sistem yang terorganisasi dari pelayanan-

    pelayanan sosial dan lembaga-lembaga, yang bermaksud untuk

    membantu individu-individu dan kelompok agar mencapai

    standar kehidupan dan kesehatan yang memuaskan, serta

    hubungan perorangan dan sosial yang memungkinkan mereka

    mengembangkan segenap kemampuan dan meningkatkan

  • 7/23/2019 Proposal Evaluasi PPM

    22/43

    19

    kesejahteraan mereka selaras dengan kebutuhan-kebutuhan

    keluarga maupun masyarakat.

    e. Bimbingan Kelompok Humanis

    Bimbingan kelompok merupakan salah satu metode

    bimbingan dalam konseling sedangkan bimbingan kelompok

    humanistik merupakan pengembangan dari metode konseling ini

    yaitu dengan menekankan nilai-nilai humanisme untuk

    meningkatkan kompetensi profesional guru. Kajian bimbingan

    kelompok humanistik dimulai dengan mengkaji bimbingan

    kelompok dilanjutkan dengan teori humanistik yang akan menjadi

    landasan penerapan.

    Ridwan (2004) menyatakan bahwa bahwa bimbingan

    kelompok adalah proses pemberian bantuan yang diberikan pada

    individu ditujukan pada situasi kelompok di mana anggota yang

    mengikuti suatu bantuan tersebut lebih dari dua orang dengan

    tujuan untuk mencegah timbulnya masalah pada siswa dan

    mengembangkan potensi siswa. Bimbingan kelompok adalahkegiatan kelompok diskusi yang menunjang perkembangan

    pribadi dan perkembangan sosial masing-masing individu-

    individu dalam kelompok, serta meningkatkan mutu kerja sama

    dalam kelompok guna aneka tujuan yang bermakna bagi para

    partisipan.

    Tohirin (2007: 170) menyebutkan bahwa bimbingan

    kelompok adalah suatu cara memberikan bantuan kepadaindividu melalui kegiatan kelompok. Dalam bimbingan kelompok

    merupakan sarana untuk menunjang perkembangan optimal

    masing-masing peserta pelatihan, yang diharapkan dapat

    mengambil manfaat dari pengalaman pendidikan ini bagi dirinya

    sendiri. Sejalan dengan pendapat ini, Priyatno (1982)

    mengemukakan bahwa Bimbingan kelompok adalah Suatu

    kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang dengan

    http://belajarpsikologi.com/pengertian-bimbingan-kelompok/http://belajarpsikologi.com/pengertian-bimbingan-kelompok/http://belajarpsikologi.com/pengertian-bimbingan-kelompok/http://belajarpsikologi.com/pengertian-bimbingan-kelompok/
  • 7/23/2019 Proposal Evaluasi PPM

    23/43

    20

    memanfaatkan dinamika kelompok. Artinya, semua peserta

    dalam kegiatan kelompok saling berinteraksi, bebas

    mengeluarkan pendapat, menanggapi, memberi saran, dan lain-

    lain sebagainya. Apa yang dibicarakan itu semuanya bermanfaat

    untuk diri peserta yang bersangkutan sendiri dan untuk peserta

    lainnya. Lebih lanjut Sedanayasa (2010) menyatakan bahwa

    bimbingan kelompok adalah suatu kegiatan kelompok dimana

    pimpinan kelompok menyediakan informasi-informasi dan

    mengarahkan diskusi agar anggota kelompok menjadi lebih

    sosial atau untuk membantu anggota-anggota kelompok untuk

    mencapai tujuan-tujuan bersama.

    Dari pengertian yang disampaikan para ahli sebagaimana

    uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa bimbingan

    kelompok adalah cara memberikan bantuan kepada individu

    melalui kegiatan kelompok untuk menunjang perkembangan

    pribadi dan perkembangan sosial masing-masing individu-

    individu dalam kelompok, serta meningkatkan mutu kerja sama

    dalam kelompok guna aneka tujuan yang bermakna bagi parapartisipan.

    Stevick (1991) menyatakan bahwa psikologi humanistik

    adalah kritik terhadap behavioristik yang memandang manusia

    sebagai mesin. Humanistik merubah paradigma tersebut menjadi

    lebih manusiawi dan dihargai sebagai satu kesatuan yang utuh.

    Aliran psikologi humanistik menekankan perhatian pada: (1)

    perasaan termasuk di antaranya emosi pribadi dan apresiasiestetik, (2) hubungan sosial yang menganjurkan pada

    persahabatan dan kerja sama serta tanggung jawab, (3)

    intelektual yang berarti mempunyai pengetahuan, pemikiran dan

    pemahaman, serta berjuang keras melawan apapun yang

    mengganggu latihan pikiran, (4) aktualisasi diri, penyelidikan bagi

    realisasi penuh dari kualitas diri seseorang yang paling dalam.

  • 7/23/2019 Proposal Evaluasi PPM

    24/43

    21

    Teori belajar Carl Rogers (dalam Baharudin, 2007)

    merupakan salah satu teori belajar humanistik yang menekankan

    perlunya sikap saling menghargai dan tanpa prasangka (antara

    klien dan terapist) dalam membantu individu mengatasi masalah-

    masalah kehidupannya. Rogers menyakini bahwa klien

    sebenarnya memiliki jawaban atas permasalahan yang

    dihadapinya dan tugas terapist hanya membimbing klien

    menemukan jawaban yang benar. Manusia mempunyai hasrat

    alami untuk belajar. Hal ini terbukti dengan tingginya rasa ingin

    tahu anak apabila diberi kesempatan untuk mengeksplorasi

    lingkungan. Dorongan ingin tahu untuk belajar ini merupakan

    asumsi dasar pendidikan humanistik. Di dalam kelas yang

    humanistik pembelajar diberi kesempatan dan kebebasan untuk

    memuaskan dorongan ingin tahunya, untuk memenuhi minatnya

    dan untuk menemukan apa yang penting dan berarti tentang

    dunia di sekitarnya.

    Belajar yang paling bermanfaat ialah bejar tentang proses

    belajar. Menurut Rogers, di waktu-waktu yang lampau muridbelajar mengenai fakta-fakta dan gagasan-gagasan yang statis.

    Saat ini perubahan merupakan fakta hidup yang sentral. Ilmu

    Pengetahuan dan Teknologi selalu maju dan melaju. Apa yang

    dipelajari di masa lalu tidak dapat membekali orang untuk hidup

    dan berfungsi baik di masa kini dan masa yang akan datang.

    Dengan demikian, yang dibutuhkan saat ini adalah orang yang

    mampu belajar di lingkungan yang sedang berubah dan akanterus berubah. Rogers meyakini adanya kekuatan yang tumbuh

    pada semua orang yang mendorong orang untuk semakin

    kompleks, ekspansi, sosial, otonom, dan secara keseluruhan

    semakin menuju aktualisasi diri atau menjadi Pribadi yang

    berfungsi utuh (fully functioning person).

    Pendekatan pembelajaran humanistik memandang

    manusia sebagai subyek yang bebas merdeka untuk

  • 7/23/2019 Proposal Evaluasi PPM

    25/43

    22

    menentukan arah hidupnya. Manusia bertanggung jawab penuh

    atas hidupnya sendiri dan juga atas hidup orang lain. Pendekatan

    yang lebih tepat digunakan dalam pembelajaran humanistik

    adalah pendekatan dialogis, reflektif, dan ekspresif. Pendekatan

    dialogis mengajak pembelajar untuk berpikir bersama secara

    kritis dan kreatif. Pendidik tidak bertindak sebagai orang yang

    menggurui tetapi sebagai fasilitator dan partner dialog.

    Pendekatan reflektif mengajak pembelajar untuk berdialog

    dengan dirinya sendiri, sedangkan pendekatan ekspresif

    mengajak pembelajar untuk mengekspresikan diri dengan segala

    potensinya yang merupakan realisasi dan aktualisasi diri.

    Dengan demikian pendidik tidak mengambil alih tanggung jawab,

    melainkan sekedar membantu dan mendampingi pembelajar

    dalam proses pengembangan diri, penentuan sikap dan

    pemilihan nilai-nilai yang akan diperjuangkannya (Supriyadi,

    2011).

    Dari uraian di atas yang dimaksud dengan bimbingan

    kelompok humanistik adalah cara memberikan bantuan kepadaindividu melalui kegiatan kelompok untuk menunjang

    perkembangan pribadi dan perkembangan sosial masing-masing

    individu-individu dalam kelompok, serta meningkatkan mutu kerja

    sama dalam kelompok guna aneka tujuan yang bermakna bagi

    para partisipan dengan berlandaskan pada humanisme yang

    memandang bahwa manusia manusia sebagai subyek yang

    bebas merdeka yang mempunyai potensi untuk selaluberkembang berdasarkan kemampuan dirinya.

    2. Penelitian Terdahulu yang Relevan

    a. Mursalih (2008), hasil penelitian Skripsi pada Jurusan

    Pengembangan Masyarakat Islam Fakultas Dakwah dan

    Komunikasi Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta, tentang

    Pendidikan Non Formal sebagai Upaya Peningkatan Ekonomi

  • 7/23/2019 Proposal Evaluasi PPM

    26/43

    23

    Anak Jalanan Oleh Yayasan Pesantren Islam Boarding School of

    Cipete (YPIBSC) Al-Futuwwah, Cipete Utara, Jakarta Selatan

    yang menyimpulkan bahwa pelaksanaan pendidikan non formal

    oleh YPIBSC efektif dalam meningkatkan sumber daya manusia

    anak jalanan melalui program pemberdayaan, meliputi: pelatihan

    life skill, kursus bahasa dan komputer, kajian intensif rutin

    mingguan dan bulanan, serta penyaluran kerja bagi anak yang

    sudah lulus atau selesai mengikuti pendidikan non formal.

    b. Ika Kusuma Permanasari (2011), karya tulis Tesis pada Progran

    Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik Fakultas Ekonomi

    Universitas Indonesia tentang Pemberdayaan Masyarakat

    melalui Desa Wisata dalam Usaha Peningkatan Kesejahteraan

    (Desa candirejo, magelang, Jawa Tengah), yang menyimpulkan

    bahwa upaya pengentasan kemiskinan dilakukan dengan

    pemberdayaan masyarakat melalui desa wisata yang diharapkan

    dapat mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan

    masyarakat.

    c. Eriek Triputro (2011), karya tulis Jurusan Pendidikan Luarsekolah Fakultas ilmu Pendidikan Universitas Malang tentang

    Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia melalui Program

    Kelompok Usaha Bersama (KUBE), yang menyimpulkan bahwa

    pemegang peran utama dalam pemberdayaan masyarakat

    tidaklah berada sepenuhnya di tangan pemerintah, namun

    partisipasi aktif masyarakat sebagai bagian dari sistem sosial

    serta kepedulian individu untuk memulai diri menjadi peduliterhadap kondisi sesama di sekitar lingkungan merupakan upaya

    minimal yang dapat dilakukan. Sehingga kebiasaan yang muncul

    untuk menggantungkan diri pada penyelesaian yang berasal dari

    kebijakan pemerintah dapat dikurangi. Maka dari itu upaya untuk

    menyejahterakan sosial secara kelembagaan maupun individu

    adalah bermatra pada kesadaran untuk berdaya merubah kondisi

  • 7/23/2019 Proposal Evaluasi PPM

    27/43

    24

    yang ada. Utamanya adalah mengenai masalah kemiskinan yang

    selalu meningkat di negara tercinta ini.

    3. Hipotesis Penelitian

    Bimbingan kelompok humanis mempunyai dampak posistif dalam

    meningkatkan partisipasi remaja putus sekolah mengikuti program

    pelatihan kelompok keterampilan teknik elektronika di Kecamatan

    Bawang Kabupaten Banjarnegara.

    G. METODE PENELITIAN

    1. Rancangan Evaluasi

    a. Metode Evaluasi

    Penelitian evaluatif yang akan dilaksanakan dengan

    menggunakan pedekatan kualitatif dengan metode studi kasus

    (case studies). Studi kasus bertujuan, untuk: (1) menghasilkan

    deskripsi detai dari suatu fenomena, (2) mengembangkan

    penjelasan-penjelasan yang daat diberikan dari studi kasus itu,

    dan (3) mengevaluasi febnomena-fenomena. Lebih lanjutdinyatakan bahwa sebagai suatu bentuk penelitian, studi kasus

    sering digunakan untuk menyelidiki unit sosial yang kecil, seperti:

    keluarga, klub sekolah, atau kelompok remaja. Studi kasus

    merupakan bagian dari penelitian kualitatif (D. Gall dan P. Gall,

    2003: 439).

    Metode kualitatif dimaksudkan agar dapat diperoleh

    pemahaman dan penafsiran yang relatif mendalam tentangmakna dari fenomena yang ada di lapangan. Menurut Bogdan

    dan Taylor (dalam Moleong, 2000: 3) dinatakan bahwa penelitian

    kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data

    deskriptif berupa kata-kata tertulis atau isan dari orang-orang dan

    perilaku yang dapat diamati.

  • 7/23/2019 Proposal Evaluasi PPM

    28/43

    25

    b. Tempat dan Waktu Evaluasi

    Penelitian evaluaif ini dilaksanakan pada pendidikan non

    formal kelompok keterampilan teknik elektronika Kecamatan

    Bawang Kabupaten Banjarnegara yang beralamat di Jl. Raya

    Mantrianom 75 Bawang, Banjarnegara.

    Waktu evaluasi dilaksanakan mulai dari tanggal 15 Juni

    14 November 2015.

    c. Desain Evaluasi

    Model evaluasi yang digunakan adalah Stakes

    Countenance Evaluation Model, Center for Instructional

    Research and Curriculum Evaluation University of Illinois. Hal ini

    didasarkan pada pertimbangan bahwa model ini berorientasi

    pada pengambilan keputusan (decision oriented) dan teknik

    pengambilan keputusan aktual pada setiap tahap evaluasi atau

    aspek dengan cara melakukan pengkuran pada setiap fokus

    evaluasi serta menekankan pada adanya pelaksanaan dua hal

    pokok, yaitu: deskripsi (description) dan pertimbangan

    (judgements). Model Stake ini juga mengidentifikasi 3 (tiga) tahap

    dari evaluasi program pendidikan dan faktor yang

    mempengaruhinya yaitu:

    1) Antecedents Phase

    Sebelum program diimplementasikan: kondisi/kejadian apa

    yang ada sebelum implementasi program? Apakah

    kondisi/kejadian ini akan mempengaruhi program?

    2) Transactions/Process Phase

    Pelaksanaan program: Apakah yang sebenarnya terjadi

    selama program dilaksanakan? Apakah program yang sedang

    dilaksanakan itu sesuai dengan rencana program?

    3) Output-Outcomes Phase

    Mengetahui akibat emplementasi pada akhir program. Apakah

    program itu dilaksanakan sesuai dengan yang diharapkan?

    Apakah klien menunjukkan perilaku pada level yang tinggi

  • 7/23/2019 Proposal Evaluasi PPM

    29/43

    26

    dibanding dengan pada saat mereka berada sebelum

    program dilaksanakan? (Arikunto dan Jabar, 2008).

    Model evaluasi yang diajukan dalam bentuk diagram yang

    menggambarkan deskripsi dan tahapan sebagai berikut.

    Rational Intens Observation Standard Judgement

    Atecedents

    Transaction

    Outcomes

    Description Matrix Judgement Matrix

    Gambar 1. Evaluasi Model Stake

    Tiga hal yang dituliskan di antara dua diagram

    sebagaimana ditunjukkan gambar 1 menunjukkan obyek atau

    sasaran evaluasi. Dalam mengevaluasi program dengan model

    Stake ini, evaluator harus mampu mengidentifikasi tiga hal, yaitu:

    (1) antecedentsyang diartikan sebagai konteks, (2) transaction

    yang diartikan sebagai proses, dan (3) outcomesyang diartikan

    sebagai hasil. Selanjutnya kedua matriks yang digambarkan

    sebagai deskripsi (description) dan pertimbangan (judgement)

    menunjukkan langkah-langkah yang terjadi selama proses

    evaluasi. Matriks pertama, yaitu deskripsi berkaitan dengan dua

    hal yang menunjukkan posisi sesuatu yang menjadi sasaran

    evaluasi, yaitu apa maksud/tujuan yang diharapkan oleh programdan pengamatan/akibat apa yang sesungguhnya terjadi.

    Selanjutnya evaluator mengikuti matriks kedua yang

    menunjukkan langkah pertimbangan dengan mengacu pada

    standar (Arikunto dan Jabar, 2008: 43).

    Model Stake akan dapat memberikan gambaran

    pelaksanaan program secara mendalam dan mendetail. Oleh

    karena itu persepsi orang-orang yang terlibat dalam sistem

  • 7/23/2019 Proposal Evaluasi PPM

    30/43

    27

    pendidikan non formal, seperti: perilaku instruktur pendamping,

    peran pimpinan, peran masyarakat, perilaku peserta pelatihan

    dan situasi pembelajaran dalam pelatihan kelompok

    keterampilan teknik elektronika adalah kenyataan yang harus

    diperhatikan.

    2. Subjek Evaluasi

    Remaja putus sekolah yang merupakan peserta pelatihan

    pendidikan non formal kelompok keterampilan teknik elektronika

    Kecamatan Bawang Kabupaten Banjarnegara.

    3. Pengumpulan Data

    Arikunto dan Jabar (2008: 89) dengan tegas menyatakan

    bahwa evaluasi program adalah penelitian sehingga metode

    pengumpulan data yang digunakan dalam evaluasi program sama

    dengan metode pengumpulan data dalam penelitian. Teknik

    pengumpulan data yang diterapkan untuk memperoleh data yang

    menunjang penelitian evaluatif ini, adalah: angket (kuesioner),wawancara, pengamatan (observasi) dan studi dokumen. Peneliti

    menggunakan angket (kuesioner) untuk mengumpulkan data primer,

    sedangkan wawancara, observasi dan studi dokumen dilakukan

    untuk mengumpulkan data pendukung dan sekaligus melakukan

    triangulasi data.

    4. Analisis dataPenelitian evaluatif umumnya bertujuan untuk memberikan

    rekomendasi kepada pihak penyelenggara program. Rekomendasi

    tersebut tentu saja belandaskan pada data atau informasi yang

    diperoleh dari lapangan, baik yang berasal dari tempat (place), orang

    (person), ataupun dokumen (paper). Informasi dan data selanjutnya

    diberikan perlakuan atau yang lebih dikenal dengan istilah

    pengolahan data. Arikunto dan Jabar (2008: 128) menyatakan

  • 7/23/2019 Proposal Evaluasi PPM

    31/43

    28

    bahwa mengolah data adalah suatu proses mengubah wujud data

    yang diperoleh, biasanya masih termuat di dalam instrumen atau

    catatan-catatan yang dibuat peneliti (evaluator) menjadi sebuah

    sajian data yang dapat disimpulkan dan dimaknai.

    Data yang diperoleh dalam penelitian evaluatif ini

    sebagaimana instrumen penelitian yang digunakan berasal dari

    empat sumber, yaitu: (a) angket (kuesioner) yang disebarkan pada

    nara sumber (remaja putus sekolah peserta pelatihan, pengelola

    pendidikan non formal, dan instruktur pendamping), (b) wawancara

    terhadap ketiga nara sumber, (c) pengamatan (observasi) untuk

    mengetahui data yang berhubungan dengan tempat (place) dan

    perilaku baik remaja putus sekolah peserta pelatihan maupun

    instruktur pendamping, serta (d) dokumen yang merupakan syarat

    administrasi dari suatu program. Selanjutnya, Arikunto dan Jabar

    (2008: 130) menyebutkan variasi sifat dari data mentah yang

    diperoleh dari proses pengumpulan data, yaitu:

    a. Data yang diperoleh dengan menggunakan angket (kuesioner)

    maka data yang diperoleh berupa tanda centang (check list) padapilihan-pilihan, lingkaran-ingkaan pada angka atau huruf/kata

    yang disediakan dalam nstrumen, atau kalimat-kalimat jawaban

    terbuka yang sifatnya kualitatif.

    b. Data yang diperoleh melalui wawancara berwujud data dengan

    centangan, lingkaran, dan kalimat jawaban yang diberikan

    responden yang dicatat oleh peneliti (evaluator) sebagai

    pengumpul data.c. Data yang diperoleh melalui pengamatan (observasi) berwujud

    data kalimat uraian hasil pengmatan yang dicatat oleh peneliti

    (evaluator) sebagai pengumpul data diperkuat dengan data-data

    visual berupa foto maupun video.

    d. Data yang diperoleh melalui studi dokumen berupa angka-angka

    atau simbol-simbol yang menunjuk peringkat kondisi obyek yang

    ditelaah.

  • 7/23/2019 Proposal Evaluasi PPM

    32/43

    29

    Data-data mentah di atas selanjutnya disajikan/diolah untuk

    memudahkan pemaknaan/penafsiran terhadap data itu sendiri

    sehingga proses analisisnya menjadi lebih reliabel dan valid.

    Penyajian/pengolahan data mentah dilakukan melalui dua tahapan

    (Arikunto dan Jabar, 2008: 129-130), yaitu:

    a. Tabulasi Data

    Tabulasi merupakan proses menyajikan data dalam bentuk tabel.

    Tabulasi merupakan coding sheet yang memudahkan peneliti

    (evaluator) dalam mengolah dan menganalisis data yang

    diperoleh, baik secara manual maupun menggunakan komputer.

    Tabulasi data berisikan variabel-variabel obyek yang akan diteliti

    dan angka-angka sebagai simbolisasi (label) dari kategori

    berdasarkan variabel-variabel yang diteliti. Dalam penelitian

    evaluatif ini, peneliti mentabulasi data yang diperoleh melalui

    kuesioner, dimana kuesioner yang disebar tersebut menekankan

    pada empat aspek, yaitu: konsteks, masukan, proses dan hasil

    yang dijadikan acuan dalam mengevaluasi program bimbingan

    kelompok humanis yang diterapkan pada remaja putus sekolahpeserta pelatihan pendidikan non formal kelompok teknik

    elektronika. Dalam keempat aspek tersebut terdapat beberapa

    komponen/variabel yang diteliti. Komponen/variabel dari masing-

    masing aspek tersebut selanjutnya dirinci lagi menjadi beberapa

    indikator dan untuk memudahkan pemaknaan/penafsiran data

    diberi kategori dan kode/label dalam bentuk nominal maupun

    ordinal terhadap indikator-indikator tersebut.b. Pengolahan/Analisis Data

    Kegiatan menganalisis data merupakan kegiatan lanjutan setelah

    data terkumpul dan ditabulasi. Dari pengolahan data didapatkan

    keterangan/informasi yang bermakna atas sekumpulan angka,

    simbol, atau tanda-tanda yang didapatkan dari lapangan.

    Informasi tersebut akan menggambarkan kondisi yang ingin

    dikeahui tentang program pendidikan non formal yang dievaluasi.

  • 7/23/2019 Proposal Evaluasi PPM

    33/43

    30

    Berdasarkan informasi inilah peneliti (evaluator) akan

    memberikan rekomendasi-rekomendasi kepada para pemegang

    kebijakan yang terkait maupun stakeholder (Arikunto dan Jabar,

    2008: 143).

    5. Pengecekan Keabsahan Data

    Menurut Moleong (2000), kriteria keabsahan data ada empat

    macam, yaitu: (a) kepercayaan (creadibility), (b) keteralihan

    (transferability), (c) kebergantungan (dependibility), dan (d)

    kepastian (comfermability). Dalam penelitian evaluatif ini memakai

    tiga macam kriteria keabsahan data, yaitu:

    a. Kepercayaan (Credibiity)

    Kredibilitas data dimaksudkan untuk membuktikan daya yang

    berhasil dikumpulkan sesuai dengan sebenarnya. Ada beberapa

    teknik untuk mecapai kredibilitas, yaitu: teknik triangulasi,

    sumber, pengecekan anggota, perpanjangan waktu kehadiran

    peneliti di lapangan, diskusi teman sejawat, dan pengecekan

    kecakupan referensi.b. Kebergantungan (Dependibil i ty)

    Kebergantungan data digunakan untuk menjaga kehati-hatian

    akan terjadinya kemungkina kesalahan dalam mengumpulkan

    dan menginterpretasikan data sehingga data dapat

    dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Kesalahan sering

    dilakukan oleh manusia itu sendiri terutama peneliti (evaluator)

    kareean keterbatasan pengelaman, waktu dan pengetahuan.Cara untuk menetapkan bahwa proses penelitian dapat

    dipertanggungjawabkan melalui audit dependibility oleh auditor

    independen, misal: pakar dari perguruan tinggi.

    c. Kepastian (Comfermabi l i ty)

    Kepastian data digunakan untuk menilai hasil penelitian yang

    dilakukan dengan cara mengecek data dan informasi serta

  • 7/23/2019 Proposal Evaluasi PPM

    34/43

    31

    interpretasi hasil penelitian yang didukung oleh materi yang ada

    pada pelacakan audit.

    6. Refleksi

    Berangkat dari kenyataan bahwa tidak seluruh remaja usia

    sekolah dan pemuda di wilayah kecamatan Bawang kabupaten

    Banjarnegara menyelesaikan pendidikan menengah disebabkan

    banyak faktor baik sosial maupun ekonomi. Faktor ekonomi

    merupakan faktor dominan yang menyebabkan remaja siswa

    sekolah harus putus sekolah dan terpaksa bekerja mencari nafkah

    membantu orang tua. Pekerjaan tanpa keterampilan khusus

    memberikan konsekuensi upah minimum yang tidak mampu

    mengangkat taraf hidup dan kesejahteraan sehingga lingkaran

    kemiskinan menjadi tidak terputuskan. Pemberdayaan masyarakat

    merupakan keniscayaan untuk memutus rantai kemiskinan karena

    sesungguhnya mental miskin yang telah tertanam dan terbentuk

    pada remaja putus sekolah. Pendidikan pemberdayaan masyarakat

    melalui jalur pendidikan non formal dengan kelompok keterampilanmerupakan salah satu wahana yang secara teoritis dan praktis

    dipandang efektif.

    Pendidikan non formal yang diselenggarakan pada

    kenyataannya sepi peminat. Banyak alasan mengapa remaja putus

    sekolah enggan berpartisipasi aktif, diantarnya: pendidikan non

    formal hanya menghabiskan waktu yang bagi mereka merupakan

    uang, melelahkan karena harus kembali belajar dan berpikir, danmenganggap pendidikan non formal tidak bermanfaat karena tidak

    menghasilkan uang. Dengan demikian, tantangan utama dalam

    penerapan program pendidikan pemberdayaan masyarakat

    termasuk bimbingan kelompok humanis adalah pola pikir (mind set)

    masyakat yang menganggap kondisi yang ada termasuk kemiskinan

    sebagai takdir yang harus diterima dan dijalani (nrima ing pandum).

  • 7/23/2019 Proposal Evaluasi PPM

    35/43

    32

    Menghadapi tantangan dan kondisi seperti ini pengelola

    pendidikan non formal harus kreatif dan inovatif dalam

    menyelenggarakan pembelajaran dan pelatihan sebagai salah satu

    ikhtiar untuk memberdayakan masyarakat. Salah satu pendekatan

    yang efektif diterapkan adalah program bimbingan kelompok

    humanis. Bimbingan kelompok humanis sebagai pendekatan

    pelatihan yang memperhatikan kerja sama (collborative) dengan

    menyentuh sisi-sisi manusiawi peserta pelatihan yang berasal dari

    remaja putus sekolah yang merupakan salah satu masyarakat yang

    kurang berdaya diharapkan dapat meningkatkan partisipasi aktif

    peserta pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan

    keterampilan untuk menghadapi masa depan yang lebih baik.

    Pendidikan non formal kelompok keterampilan teknik elektronika

    yang menerapkan pendekatan ini dalam program pendidikan

    pemberdayaan masyarakat membutuhkan ketelatenan, kesabaran,

    dan keikhlasan instruktur pendamping untuk senantiasa memotivasi

    dan membangkitkan semangat peserta pelatihan yang lebih sering

    turun naik disebabkan kondisi lingkungan masyarakat yangmempengaruhi mental dan pandangan hidup peserta pelatihan yang

    memandang kekurangberdayaan mereka sebagai takdir yang harus

    diterima.

    Kelemahan yang muncul dalam pelaksanaan program

    bimbingan kelompok humanis adalah bagaimana mengatasi

    permasalahan pola pikir (mind set) dan membangun budaya belajar

    dan bekerja cerdas untuk membangun masa depan yang lebih baik.Di samping itu, untuk efektivitas pelatihan keterampilan termasuk

    teknik elektronika diperlukan sarana dan prasarana yang tidak

    murah, misal peralatan baku untuk pekerjaan service peralatan

    elektronika membutuhkan perangkat kerja tangan (tool set) dan alat

    ukur AVOmeter standar. Kelemahan lain pelaksanaan program

    bimbingan kelompok humanis ini adalah membangun kelompok

    yang solid yang dapat saling bekerja sama dan saling membantu

  • 7/23/2019 Proposal Evaluasi PPM

    36/43

    33

    serta saling mengingatkan dan menguatkan terhadap komitmen

    pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan

    sikap kerja profesional.

    Dengan memperhatikan bahwa pendidikan pemberdayaan

    masyarakat adalah keniscayaan dan salah satu jalannya adalah

    pendidikan non formal maka perlu optimalisasi bimbingan kelompok

    humanis untuk mewujudkan generasi muda yang meningkat

    kualitasnya dari waktu ke waktu dalam hal pengetahuan,

    keterampilan dan sikap. Renacana tindak lanjut yang dapat

    dilaksanakan untuk mengatasi kelemahan dan tantangan yang

    dihadapi, adalah:

    a. Penerapan learning by doing. Strategi pembelajaran dan

    pelatihan dengan belajar melalui kerja, maksudnya adalah

    kelompok bimbingan melaksanakan kegiatan pembelajaran dan

    pelatihan dengan langsung praktik memahami dan menganalisis

    prinsip kerja peralatan elektronika, serta melakukan pengukuran,

    memperbaiki dan menguji langsung pada peralatan elektronika

    yang dipelajari. Dengan strategi pembelajaran seperti ini makapembelajaran lebih menarik dan bermakna sehingga peserta

    pelatihan diharapkan akan lebih antusias dalam belajar.

    b. Kelompok bimbingan adalah kelompok kerja bersama yang di

    samping belajar bersama juga mencari uang bersama,

    maksudnya adalah kelompok bimbingan diupayakan berasal dari

    satu desa atau wilayah yang berdekatan. Kelompok bimbingan

    ini diupayakan memiliki base camp di satu tempat tertentu yangjuga dijadikan sebagai bengkel yang melayani jasa pembuatan

    maupun perbaikan peralatan elektronika. Dengan cara seperti ini

    diharapkan remaja putus sekolah peserta pelatihan di samping

    belajar dan berlatih mengasah pengetahuan, keterampilan dan

    sikap juga langsung praktik usaha mandiri (wiraswasta)

    berkelompok menghasilkan usang.

  • 7/23/2019 Proposal Evaluasi PPM

    37/43

    34

    c. Pengadaan sarana dan prasarana praktik talangan kepada

    peserta pelatihan, maksudnya seluruh remaja peserta pelatihan

    diberikan peralatan standar untuk melaksanakan praktik dan

    membuka usaha service peralatan elektronika, jika

    penyelenggara melmiliki dana maka peralatan diberikan gratis

    namun jika terkendala dana maka peralatan praktik adalah

    investasi yang nantinya secara mencicil dikembalikan oleh

    peserta pelatihan.

    d. Penyelenggaraan even-even sosial dengan menampilkan kinerja

    peserta pelatihan yang telah mahir melalui pameran keterampilan

    atau service gratis sekaligus untuk sosialisasi kepada

    masyarakat.

    e. Membangun jaringan kerja sama dengan stakeholder dan dunia

    usaha/industri baik lokal maupun nasional. Hal ini bertujuan untuk

    memasarkan tamatan peserta pelatihan yang telah memiliki

    kompetensi profesional baik pengetahuan, keterampilan,

    maupun sikap kerja dalam bidang yang telah dipelajari sehingga

    mereka dapat memasuki dunia kerja sebagai tenaga terampil.f. Membangun semangat kewirausahaan peserta pelatihan,

    maksudnya adalah agar ilmu pengetahuan dan keterampilan

    yang telah diperoleh dapat diterapkan dalam kehidupan

    bermasyarakat secara nyata dengan membuka usaha jasa

    service peralatan elektronika sehingga memiliki dampak

    pengembangan berkelanjutan yang diharapkan dapat

    meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan.

    H. PERSONALIA EVALUASI

    Nama Evaluator : AGUS SAEFUDIN, S.Pd.

    Bidang Keahlian : Pembelajaran dan Pendidikan Teknik

    Elektronika serta Manajemen Pendidikan

    dengan konsentrasi Kepengawasan Sekolah

  • 7/23/2019 Proposal Evaluasi PPM

    38/43

    35

    I. JADWAL EVALUASI

    NO. KEGIATAN

    BULAN (2015)

    JUNI(pekan)

    JULI(pekan)

    AGUSTUS(pekan)

    SEPTEMBER(pekan)

    OKTOBER(pekan)

    NOV.(pekan)

    3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2

    1. Studi Literatur

    2. Penyusunan Proposal

    3. Penyusunan Instrumen

    4. Seminar Proposal

    5. Observasi Data

    6. Pengumpulan Data

    7. Analisis Data

    8. Pengecekan Keabsahan Data

    9. Penyusunan Laporan

    10. Seminar Hasil Evaluasi

  • 7/23/2019 Proposal Evaluasi PPM

    39/43

    36

    J. BIAYA

    No Uraian Jumlah

    1 Studi Literatur Rp. 250.000,-2 Alat Tulis Kantor Rp. 250.000,-

    3 Penyusunan Proposal Rp. 100.000,-

    4 Penggandaan Proposal Rp. 500.000,-

    5 Seminar Proposal Rp. 500.000,-

    6 Observasi Data Rp. 500.000,-

    7 Pengumpulan Data Rp. 500.000,-

    8 Analisa Data Rp. 150.000,-

    9 Transportasi Proses Penelitian Rp. 500.000,-

    10 Penyusunan Hasil Penelitian Rp. 100.000,-

    11 Penggandaan Hasil Penelitian Rp. 500.000,-

    12 Seminar Hasil Penelitian Rp. 500.000,-

    Honor Konsultan Rp 2.000.000,-

    Honor Peneliti Rp 1.000.000,-

    TOTAL Rp. 7.350.000,-

    K. DAFTAR PUSTAKA

    Arikunto, Suharsimi dan Jabar, Abdul. 2008. Evaluasi ProgramPendidikan: Pedoman teoritis Praktis bagi Mahasiswa danPraktisi Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

    Brinkerhoff, Robert O. 1986. Program EValuation: A Practitioners Guidefor Trainers and Educationer, fourth edition. Boston: KeluwerNijboff, Publishing.

    Bryant dan White. 1987. Manajemen Pembangunan Untuk NegaraBerkembang. Cetakan Pertama. Alih Bahasa Rusyanto L.Simatupang. Jakarta: LP3ES.

    Baharudin dan Wahyuni, Esa Nur. 2007. Teori Belajar danPembelajaran.Yogyakarta: Ar-Ruz Media.

    Denzin, Norman K. Yvonna S. Lincoln. 2000. Handbook of QualitativeResearch, 2nd edition. London: Sage Publication, Inc,International Educational and Professional Publisher.

    Djaali, Puji., Mulyono, dan Ramly. 2000. Pengukuran dalam BidangPendidikan. Jakarta: PPs UNJ.

    Heru Sukoco,Dwi. 1991. Profesi Pekerjaan sosisal dan ProsesPertolongnnya. Bandung: Koperasi mahasiswa STKSBandung

    Issac, Stephen and William B Michael. 1982. Handbook in Research andEvaluation. 2nd edition, San Diego: California, Edits Publisher.

    Kufman, Roger and Susan, Thomas. 1980. Evaluation without Fear.London.

  • 7/23/2019 Proposal Evaluasi PPM

    40/43

    37

    Marzuki, Saleh. 2012. Pendidikan Non Formal: Dimensi dalamKeaksaraan Fungsional, Pelatihan, dan Andragogi. Bandung:Remaja Rosdakarya.

    Moleong, Lexy J. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PTRemaja Rosdakarya.

    Onny S. Prijono dan A.M.W Pranarka. 1996. Pemberdayaan(Empowerment): Konsep, Kebijakan dan Implementasi. Jakarta:CSIS.

    Pitana, I Gede. 2006. Pengantar Ilmu Pariwisata. Yogyakarta : C.V AndiOffset.

    Priyato. 1982. Dasar-dasar Bimbingan Konseling. Jakarta: Depdikbud.Ridwan. 2004. Penanganan Efektif Bimbingan dan Konseling di

    Sekolah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.Sanders, James R. 1994. The Program Evaluation Standards. 2nd

    edition, California: Sage Publication Inc.

    Sedanayasa, Gede. Dkk. 2010. Dasar-dasar Bimbingan Konseling.Singaraja: Jurusan Bimbingan Konseling Fakultas IlmuPendidikan Undiksha.

    Stevick. 1991. Humanism in Language Teaching. New York: OxfordUniversity Press.

    Supriyadi, Ende. 2011. Pendidikan dengan Pendekatan Humanistik.Makalah. Cianjur: tanpa penerbit.

    T. Sumarnonugroho. 1987. Sistem Intervensi Kesejahteraan Sosial.Yogyakarta: PT. Hanindita.

    Tohirin. 2007. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah.Jakarta: Rajawali Press.

  • 7/23/2019 Proposal Evaluasi PPM

    41/43

    LAMPIRAN

  • 7/23/2019 Proposal Evaluasi PPM

    42/43

    CURRICULUM VITAE

    A. IDENTITAS DIRI

    1. N a m a Lengkap : AGUS SAEFUDIN, S.Pd.

    2. NIP : 19751018 200903 1 002

    3. Pangkat/ Golongan : Penata / III C

    4. Pendidikan

    Terakhir

    : Pend. Teknik Elektronika (S-1)

    Manajemen Pendidikan

    Konsentrasi Kepengawasan

    Sekolah (S-2 dalam proses)

    5. Bidang Keahlian : Pendidikan dan Pembelajaran

    Teknik Elektronika

    Kepengawasan Sekolah

    6. Unit Kerja : SMK Negeri 2 Bawang Kab. Banjarnegara

    7. Alamat Kantor : Jln. Raya Mantrianom 75 Bawang Banjarnegara

    4. No. Telpon / Fax : 0286 597070

    5. HP / email : 081575273625 / [email protected]

    B. Riwayat Pendidikan

    TahunJenjang

    PendidikanNama Institusi Jurusan

    1982 s/d 1988 SD SD Negeri Pekiringan 1 ---

    1988 s/d 1991 SMP SMP Negeri 1 Adiwerna ---

    1991 s/d 1994 STM STM Negeri Tegal Elektronika

    1994 s/d 2001 S-1 Universitas Negeri Yogyakarta Pend. Teknik

    Elektronika

    C. Pengalaman Kerja

    Tahun Nama Instansi Jabatan

    2001 s/d 2009 SMK Maarif NU 1 Sumpiuh Guru + Waka. Kurikulum

    2009 s/d

    sekarang

    SMK Negeri 2 Bawang Guru + Wakasek 1. Kurikulum

    dan Ketenagaan

  • 7/23/2019 Proposal Evaluasi PPM

    43/43

    D. Pelatihan dan Kursus

    E. Karya Tulis Ilmiah

    1. Integrasi Ilmu Pengetahuan Teknologi dengan Iman dan Takwa (iptek-imtak)dalam Pembelajaran Teknik Audio untuk Menanamkan Khalifatullah danAbdullah pada siswa SMK Maarif NU 1 Sumpiuh. 2007. Karya Tulis Ilmiahpada LKTI Integrasi Iptek-Imtak Kementerian Pendidikan nasional.

    2. P-BUAL (Proyek Buat dan Jual): Upaya Nyata Menciptakan WirausahawanMuda dari SMK Negeri 2 Bawang Kabupaten Banjarnegara. 2014. Best PacticeGuru dalam Pembelajaran di Sekolah. Karya Tulis untuk Lomba Best PracticeGuru yang diselenggarakan DitP2TK Dikmen Kemdikbud.

    Saya yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa data yang saya

    isikan di atas adalah benar.

    Bawang, 27 Juni 2015

    AGUS SAEFUDIN, S.Pd.

    NIP. 19751018 200903 1 002

    1. Pelatihan Kepala Sekolah dan Wakil Kepala Sekolah Sekolah Menengah Kejuruan.

    Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta, tanggal 23 27 November

    2005;

    2. Training Kompetensi dan Sertifikasi bagi Guru SMK Mata Diklat Produktif Teknik

    Audio Video. Badan Koordinasi Sertifikasi Profesi Jawa Tengah, tanggal 24 27

    Maret 2006;

    3. Pelatihan Kompetensi dan Uji Sertifikasi Program Keahlian Teknik Elektronika. Balai

    Pengembangan Pendidikan Kejuruan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah,

    tanggal 1924 April 2010;

    4. Pendidikan dan Pelatihan Rangkaian Elektronika P-Spice. Pusat Pengembangan

    dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (P4TK) Bidang Mesin dan

    Teknik Industri Cimahi, tanggal 04 Oktober02 Nopember 2010;

    5. Pelatihan dan Uji Kompetensi Teknik Elektronika. Balai Pengembangan Pendidikan

    Kejuruan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah, tanggal 0712 Maret 2011;

    6. Pelatihan ICT untuk Guru. Ikatan Guru Indonesia Jawa Tengah, tanggal 27 Maret

    2011;

    7. Bimbingan Teknis Model-model Pembelajaran SMK. Kementerian Pendidikan dan

    Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah. Direktorat Pendidik dan

    Tenaga Kependidikan Pendidikan Menengah. Jakarta, tanggal 24 27 Oktoober

    2013.