ref.anest revisi !!!!!!! 3

Upload: kiky-megasari

Post on 13-Apr-2018

248 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/24/2019 REF.ANEST revisi !!!!!!! 3

    1/54

    BAB I

    PENDAHULUAN

    I.1 Latar Belakang

    Nyeri, menurut International Association for Study of Pain (IASP),adalah

    merupakan pengalaman sensoris subyektif dan emosional yang tidak menyenangkan,

    yang didapat terkait dengan kerusakan jaringan yang nyata, berpotensi rusak, atau

    menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan.Nyeri adalah konsekuensi yang dapat

    diperkirakan dari adanya trauma maupun tindakan pembedahan (Polomano, et al.,

    !!"). Nyeri disepakati oleh American Pain Society sebagai tanda #ital kelima

    atau$the fifth #ital sign%. &al tersebut bertujuan untuk meningkatkan kesadaran

    penanganan nyeri di antara petugas kesehatan professional (Smelt'er are,

    !!").*engan penanganan sesuai kebutuhan terhadap nyeri yang ditunjukkan oleh

    pasien, pasienakan merasa nyaman dan dapat mempercepat penyembuhan (+osdahl

    o-alsky, !!"). *engan demikian, diperlukan suatu pengelolaan nyeri yang

    optimal, salah satunya adalah dengan pemakaian obatobat analgetik dari golongan

    nonsteroidal anti inflammatory drug (NSAI*). (Adiyani. P, !/0)

    NSAI* (Non Steroidal Antiinflammatory *rugs) adalah suatu golongan obatyang memiliki khasiat analgesik (pereda nyeri), antipiretik (penurun panas), dan

    antiinflamasi (anti radang).Istilah $non steroid% digunakan untuk membedakan jenis

    obatobatan ini dengan steroid, yang juga memiliki khasiat serupa.NSAI* bukan

    tergolong obatobatan jenis narkotika.NSAI* memiliki efek perifer dengan

    menghambat kerja en'im siklooksigenase sehingga kon#ersi asam arakidonat menjadi

    prostaglandin terganggu, yang pada akhirnya juga akan menghambat akti#asi

    nosiseptor perifer yang penting pada proses patofisiologi nyeri (1c.2uay, !!3),

    untuk mengkaji nyeri itu sendiri efikasi adalah suatu hal yang perlu dipertimbangkan

    dalam setiap pemberian analgetik pada pengelolaan nyeri pasca bedah. Salah satu

    aspek penilaian efikasi adalah dengan menilai derajat nyeri yang dirasakan oleh

    pasien yang dapat diukur dengan skor 4isual Analogue Scale (4AS).4AS merupakan

    1

  • 7/24/2019 REF.ANEST revisi !!!!!!! 3

    2/54

    penilaian nyeri yang paling banyak digunakan karena mudah dipahami dan cepat

    untuk penggunaannya. (4illanue#a, !!5)

    +S6* Nganjuk yang merupakan salah satu rumah sakit besar di kabupaten

    Nganjuk yang aktif melaksanakan tindakan pembedahan dengan banyak penggunaan

    obatgolongan NSAI* untuk mengatasi nyeri pasca pembedahan, beberapa

    diantaranya adalah etorolac, *eksketoprofen, dan Paracetamol.7leh karena itu kami

    tertarik untuk mengkaji mana yang lebih efektif sebagai analgetik manajemen nyeri

    karena tingginya angka morbiditas pasca bedah dapat menyebabkan bertambahnya

    -aktu penyembuhan, lama tinggal, dan menambah biaya ra-at di rumah sakit,

    Penelitian serupa pernah dilakukan oleh 8anny Pritaningrum (!/!) yang

    membandingka nilai 4AS antara *eksketoprofen dan etorolac, namun penelitian

    yang membandingkan antara etorolac, *eksketoprofen, Paracetamol belum pernah

    dilakulan sebelumnya.

    I. +umusan 1asalah

    1anakah yang lebih efektif antara ketorolac, deksketoprofen, dan paracetamol

    sebagai obat analgetik pilihan yang digunakan di +S6* Nganjuk untuk mengatasi

    nyeri pasca pembedahan9

    I.5 :ujuan

    I.5./ :ujuan 6mum

    1engetahui efektifitas pemberian obat analgetik pilihan di +S6* Nganjuk

    dengan menilai nyeri menggunakan parameter penilaian 4AS.

    2

  • 7/24/2019 REF.ANEST revisi !!!!!!! 3

    3/54

    I.5. :ujuan husus

    /. 1enilai 4isual Analog Scale pada pasien pasca pembedahan dengan

    pemberian Injeksi etorolac.. 1enilai 4isual Analog Scale pada pasien pasca pembedahan dengan

    pemberian Injeksi *eksketoprofen.5. 1enilai 4isual Analog Scale pada pasien pasca pembedahan dengan

    pemberian Infus Paracetamol.0. 1enganalisis perbedaan skor 4AS pasca pembedahan dengan

    pemberian obat analgetik yang berbeda satu dengan yang lain.

    I.0 1anfaat

    I.0./ agi Institusi esehatan

    *iharapkan dengan adanya penelitian ini dapat menjadi sebuah acuan dalam

    pemilihan pemberian analgetik untuk manajemen nyeri pada pasien pasca

    pembedahan.

    I.0. agi Peneliti

    /.1enambah pengetahuan mengenai pentingnya mengatasi nyeri yang timbulsebagai komplikasi tindakan pembedahan.

    . 1engetahui efekti#itas pemberian obat analgetik pada pasien pasca

    pembedahan dengan membandingkan tiga sampel obat.

    I.0.5 agi Pengembangan Ilmu

    &asil penelitian diharapkan dapat menjadi salah satu acuan dalam bidang

    kesehatan khususnya untuk manajemen nyeri dan menjadi referensi untukdigunakan dalam penelitian selanjutnya.

    BAB II

    3

  • 7/24/2019 REF.ANEST revisi !!!!!!! 3

    4/54

    TINJAUAN PUSTAKA

    II.1 FISIOLOGI NYERI

    *efinisi nyeri berdasarkan International Association for the Study of Pain

    (IASP, /;

  • 7/24/2019 REF.ANEST revisi !!!!!!! 3

    5/54

    Gamar II.1. E!ek !"#"$l$g"# %an "k$l$g"# 'ang er())ngan %engan n'er" ak)t ak"at

    ker)#akan *ar"ngan 'ang %"#eakan $le( &r$#e# &eme%a(an ata) tra)ma. +S"natra, -/0

    Nyeri pembedahan sedikitnya mengalami dua perubahan, pertama akibat

    pembedahan itu sendiri yang menyebabkan rangsangan nosiseptif dan yang kedua

    setelah proses pembedahan terjadi respon inflamasi pada daerah sekitar operasi,

    dimana terjadi pelepasan 'at'at kimia (prostaglandin, histamin, serotonin, bradikinin,substansi P dan lekotrein) oleh jaringan yang rusak dan selsel inflamasi. >at'at

    kimia yang dilepaskan inilah yang berperan pada proses transduksi dari nyeri. (Sil#a,

    !/5)

    5

  • 7/24/2019 REF.ANEST revisi !!!!!!! 3

    6/54

    II.- EKANISE NYERI

    Nyeri merupakan suatu bentuk peringatan akan adanya bahaya kerusakan

    jaringan. Pengalaman sensoris pada nyeri akut disebabkan oleh stimulus noksius yang

    diperantarai oleh sistem sensorik nosiseptif.Sistem ini berjalan mulai dari perifer

    melalui medulla spinalis, batang otak, thalamus dan korteks serebri. Apabila telah

    terjadi kerusakan jaringan, maka sistem nosiseptif akan bergeser fungsinya dari

    fungsi protektif menjadi fungsi yang membantu perbaikan jaringan yang rusak.

    (1eliala, !!")

    Nyeri inflamasi merupakan salah satu bentuk untuk mempercepat perbaikan

    kerusakan jaringan. Sensitifitas akan meningkat, sehingga stimulus non noksius atau

    noksius ringan yang mengenai bagian yang meradang akan menyebabkan nyeri.Nyeri inflamasi akan menurunkan derajat kerusakan dan menghilangkan respon

    inflamasi. (1eliala, !!")

    II.-.1 Sen#"t"#a#" Per"!er

    ?idera atau inflamasi jaringan akan menyebabkan munculnya perubahan

    lingkungan kimia-i pada akhir nosiseptor. Sel yang rusak akan melepaskan

    komponen intraselulernya seperti adenosine trifosfat, ion @, p& menurun, sel

    inflamasi akan menghasilkan sitokin, chemokine dan growth factor. eberapa

    komponen diatas akan langsung merangsang nosiseptor (nociceptor activators) dan

    komponen lainnya akan menyebabkan nosiseptor menjadi lebih hipersensitif terhadap

    rangsangan berikutnya (nociceptor sensitizers).(ushnell, !!3)

    omponen sensitisasi, misalnya prostaglandin akan mereduksi ambang

    akti#asi nosiseptor dan meningkatkan kepekaan ujung saraf dengan cara berikatan

    pada reseptor spesifik di nosiseptor. erbagai komponen yang menyebabkan

    sensitisasi akan muncul secara bersamaan, penghambatan hanya pada salah satu

    substansi kimia tersebut tidak akan menghilangkan sensitisasi perifer. Sensitisasi

    perifer akan menurunkan ambang rangsang dan berperan dalam meningkatkan

    sensitifitas nyeri di tempat cedera atau inflamasi.(ushnell, !!3)

    6

  • 7/24/2019 REF.ANEST revisi !!!!!!! 3

    7/54

    II.-.- Sen#"t"#a#" Sentral

    Sama halnya dengan sistem nosiseptor perifer, maka transmisi nosiseptor di

    sentral juga dapat mengalami sensitisasi.Sensitisasi sentral dan perifer bertanggung

    ja-ab terhadap munculnya hipersensiti#itas nyeri setelah cidera. Sensitisasi sentral

    memfasilitasi dan memperkuat transfer sipnatik dari nosiseptor ke neuron kornu

    dorsalis. Pada a-alnya proses ini dipacu oleh input nosiseptor ke medulla spinalis

    (activity dependent), kemudian terjadi perubahan molekuler neuron (transcription

    dependent). (ushnell, !!3)

    Sensitisasi sentral dan perifer merupakan contoh plastisitas sistem saraf,

    dimana terjadi perubahan fungsi sebagai respon perubahan input (kerusakan

    jaringan). *alam beberapa detik setelah kerusakan jaringan yang hebat akan terjadialiran sensoris yang masif kedalam medulla spinalis, ini akan menyebabkan jaringan

    saraf didalam medulla spinalis menjadi hiperresponsif. +eaksi ini akan menyebabkan

    munculnya rangsangan nyeri akibat stimulus non noksius dan pada daerah yang jauh

    dari jaringan cedera juga akan menjadi lebih sensitif terhadap rangsangan nyeri.

    (ushnell, !!3)

    7

  • 7/24/2019 REF.ANEST revisi !!!!!!! 3

    8/54

    II.2 NOSISEPTOR +RESEPTOR NYERI0

    Gamar II.2 N$#"#e&t$r + Re#e&t$r N'er"0 +S(er3$$%,-1-0

    Nosiseptor adalah reseptor ujung saraf bebas yang ada di kulit, otot, persendian,

    #iseral dan #askular.Nosiseptornosiseptor ini bertanggung ja-ab terhadap kehadiran

    stimulus noksius yang berasal dari kimia, suhu (panas, dingin), atau perubahan

    mekanikal.Pada jaringan normal, nosiseptor tidak aktif sampai adanya stimulus yang

    memiliki energi yang cukup untuk melampaui ambang batas stimulus

    (resting).Nosiseptor mencegah perambatan sinyal acak (skrining fungsi) ke SSPuntuk interpretasi nyeri.(8ri'elle, !!3)

    Saraf nosiseptor bersinap di dorsal horn dari spinal cord dengan lokal

    interneuron dan saraf projeksi yang memba-a informasi nosiseptif ke pusat yang

    lebih tinggi pada batang otak dan thalamus.erbeda dengan reseptor sensorik lainnya,

    8

  • 7/24/2019 REF.ANEST revisi !!!!!!! 3

    9/54

    reseptor nyeri tidak bisa beradaptasi.egagalan reseptor nyeri beradaptasi adalah

    untuk proteksi karena hal tersebut bisa menyebabkan indi#idu untuk tetap a-as pada

    kerusakan jaringan yang berkelanjutan.Setelah kerusakan terjadi, nyeri biasanya

    minimal.1ula datang nyeri pada jaringan karena iskemi akut berhubungan dengan

    kecepatan metabolisme. Sebagai contoh, nyeri terjadi pada saat beraktifitas kerena

    iskemia otot skeletal pada /B sampai ! detik tapi pada iskemia kulit bisa terjadai

    pada ! sampai 5! menit.(1eyer, !!3)

    :ipe nosiseptor spesifik bereaksi pada tipe stimulus yang berbeda.Nosiseptor

    ? tertentu dan nosiseptor Adelta bereaksi hanya pada stimulus panas atau dingin,

    dimana yang lainnya bereaksi pada stimulus yang banyak (kimia, panas,

    dingin).eberapa reseptor Abeta mempunyai akti#itas nociceptor-like. Serat Cseratsensorik mekanoreseptor bisa diikutkan untuk transmisi sinyal yang akan

    menginterpretasi nyeri ketika daerah sekitar terjadi inflamasi dan produkproduknya.

    Allodynia mekanikal (nyeri atau sensasi terbakar karena sentuhan ringan) dihasilkan

    mekanoreseptor Abeta.(1eyer, !!3)

    Nosiseptor #iseral, tidak seperti nosiseptor kutaneus, tidak didesain hanya

    sebagai reseptor nyeri karena organ dalam jarang terpapar pada keadaan yang

    potensial merusak.anyak stimulus yang sifatnya merusak (memotong, membakar,

    kepitan) tidak menghasilkan nyeri bila dilakukan pada struktur #iseralis.Selain itu

    inflamasi, iskemia, regangan mesenterik, dilatasi, atau spasme #iseralis bisa

    menyebabkan spasme berat. Stimulus ini biasanya dihubungkan dengan proses

    patologis, dan nyeri yang dicetuskan untuk mempertahankan fungsi. (1eyer, !!3)

    II.4 PERJALANAN NYERI +NO5I5EPTI6E PATH7AY0

    Perjalanan nyeri termasuk suatu rangkaian proses neurofisiologis kompleks

    yang disebut sebagai nosiseptif (nociception) yang merefleksikan empat proseskomponen yang nyata yaitu transduksi, transmisi, modulasi dan persepsi, dimana

    terjadinya stimuli yang kuat diperifer sampai dirasakannya nyeri di susunan saraf

    pusat (corteD cerebri). (*harmono, !!

  • 7/24/2019 REF.ANEST revisi !!!!!!! 3

    10/54

    Gamar II.4 Pa"n Pat(3a'.+ Da8"% Klemm, --0

    II.4.1 Pr$#e# Tran#%)k#"

    Proses dimana stimulus noksius diubah ke impuls elektrikal pada ujung saraf.

    Suatu stimuli kuat (noxion stimuli) seperti tekanan fisik kimia, suhu dirubah menjadi

    suatu aktifitas listrik yang akan diterima ujungujung saraf perifer (nerve ending) atau

    organorgan tubuh (reseptor meisneri, merkel, corpusculum paccini, golgi ma'oni).

    erusakan jaringan karena trauma baik trauma pembedahan atau trauma lainnya

    menyebabkan sintesa prostaglandin, dimana prostaglandin inilah yang akan

    menyebabkan sensitisasi dari reseptorreseptor nosiseptif dan dikeluarkannya 'at'at

    mediator nyeri seperti histamin, serotonin yang akan menimbulkan sensasi nyeri.

    eadaan ini dikenal sebagai sensitisasi perifer. (*harmono, !!

  • 7/24/2019 REF.ANEST revisi !!!!!!! 3

    11/54

    dimana impuls tersebut mengalami modulasi sebelum diteruskan ke thalamus oleh

    tractus spinothalamicus dan sebagian ke traktus spinoretikularis. :raktus

    spinoretikularis terutama memba-a rangsangan dari organorgan yang lebih dalam

    dan #iseral serta berhubungan dengan nyeri yang lebih difus dan melibatkan

    emosi.Selain itu juga serabutserabut saraf disini mempunyai sinaps interneuron

    dengan sarafsaraf berdiameter besar dan bermielin.Selanjutnya impuls disalurkan ke

    thalamus dan somatosensoris di corteD cerebri dan dirasakan sebagai persepsi nyeri.

    (*harmono, !!

  • 7/24/2019 REF.ANEST revisi !!!!!!! 3

    12/54

    terjadi. Sedangkan analgetik opioid bekerja di sentral dengan cara menempati

    reseptor di kornu dorsalis medulla spinalis sehingga terjadi penghambatan pelepasan

    transmitter dan perangsangan ke saraf spinal tidak terjadi. (Arici, !!;)

    Prostaglandin merupakan hasil bentukan dari asam arakhidonat yang

    mengalami metabolisme melalui siklooksigenase. Prostaglandin yang lepas ini akan

    menimbulkan gangguan dan berperan dalam proses inflamasi, edema, rasa nyeri lokal

    dan kemerahan (eritema lokal). Selain itu juga prostaglandin meningkatkan kepekaan

    ujungujung saraf terhadap suatu rangsangan nyeri (nosiseptif). (Arici, !!;)

    n'im siklooksigenase (?7F) adalah suatu en'im yang mengkatalisis sintesis

    prostaglandin dari asam arakhidonat.7bat AINS memblok aksi dari en'im ?7F yang

    menurunkan produksi mediator prostaglandin, dimana hal ini menghasilkan keduaefek yakni baik yang positif (analgesia, antiinflamasi) maupun yang negatif (ulkus

    lambung, penurunan perfusi renal dan perdarahan).Aktifitas ?7F dihubungkan

    dengan dua isoen'im, yaitu ubiquitously dan constitutive yang diekspresikan sebagai

    ?7F/ dan yang diinduksikan inflamasi ?7F.?7F/ terutama terdapat pada

    mukosa lambung, parenkim ginjal dan platelet. n'im ini penting dalam proses

    homeostatik seperti agregasi platelet, keutuhan mukosa gastrointestinal dan fungsi

    ginjal. Sebaliknya, ?7F bersifat inducible dan diekspresikan terutama pada tempat

    trauma (otak dan ginjal) dan menimbulkan inflamasi, demam, nyeri dan

    kardiogenesis.+egulasi ?7F yang transien di medulla spinalis dalam merespon

    inflamasi pembedahan mungkin penting dalam sensitisasi sentral. (Arici, !!;)

    II.: KLASIFIKASI NYERI

    ejadian nyeri memiliki sifat yang unik pada setiap indi#idual bahkan jika

    cedera fisik tersebut identik pada indi#idual lainnya. Adanya takut, marah,

    kecemasan, depresi dan kelelahan akan mempengaruhi bagaimana nyeri itu dirasakan.Subjektifitas nyeri membuat sulitnya mengkategorikan nyeri dan mengerti

    mekanisme nyeri itu sendiri.Salah satu pendekatan yang dapat dilakukan untuk

    mengklasifikasi nyeri adalah berdasarkan durasi (akut, kronik), patofisiologi

    12

  • 7/24/2019 REF.ANEST revisi !!!!!!! 3

    13/54

    (nosiseptif, nyeri neuropatik) dan etiologi (paska pembedahan, kanker). (ushnell,

    !!3)

    II.:.1 N'er" Ak)t %an Kr$n"k

    Nyeri akut dihubungkan dengan kerusakan jaringan dan durasi yang terbatas

    setelah nosiseptor kembali ke ambang batas resting stimulus istirahat.Nyeri akut ini

    dialami segera setelah pembedahan sampai tujuh hari. (8ields, !!3)

    . Sedangkan nyeri kronik bisa dikategorikan sebagai malignan atau

    nonmalignan yang dialami pasien paling tidak / C 3 bulan.Nyeri kronik malignan

    biasanya disertai kelainan patologis dan indikasi sebagai penyakit yang life-limiting

    disease seperti kanker, end-stage organ dysfunction, atau infeksi &I4.Nyeri kronikkemungkinan mempunyai baik elemen nosiseptif dan neuropatik. Nyeri kronik

    nonmalignan (nyeri punggung, migrain, artritis, diabetik neuropati) sering tidak

    disertai kelainan patologis yang terdeteksi dan perubahan neuroplastik yang terjadi

    pada lokasi sekitar (dorsal horn pada spinal cord) akan membuat pengobatan menjadi

    lebih sulit. (8ields, !!3)

    Pasien dengan nyeri akut atau kronis bisa memperlihatkan tanda dan gejala

    sistem saraf otonom (takikardi, tekanan darah yang meningkat, diaforesis, nafas

    cepat) pada saat nyeri muncul.Guarding biasa dijumpai pada nyeri kronis yang

    menunjukkan allodinia. 1eskipun begitu, muncul ataupun hilangnya tanda dan gejala

    otonom tidak menunjukkan ada atau tidaknya nyeri. (8ields, !!3)

    II.:.- N$#"#e&t"! %an N'er" Ne)r$&at"k

    Nyeri organik bisa dibagi menjadi nosiseptif dan nyeri neuropatik.Nyeri

    nosiseptif adalah nyeri inflamasi yang dihasilkan oleh rangsangan kimia, mekanik

    dan suhu yang menyebabkan aktifasi maupun sensitisasi pada nosiseptor perifer

    (saraf yang bertanggung ja-ab terhadap rangsang nyeri).Nyeri nosiseptif biasanya

    memberikan respon terhadap analgesik opioid atau non opioid. (8ri'elle, !!3)

    13

  • 7/24/2019 REF.ANEST revisi !!!!!!! 3

    14/54

    Nyeri neuropatik merupakan nyeri yang ditimbulkan akibat kerusakan neural

    pada saraf perifer maupun pada sistem saraf pusat yang meliputi jalur saraf aferen

    sentral dan perifer, biasanya digambarkan dengan rasa terbakar dan menusuk.Pasien

    yang mengalami nyeri neuropatik sering memberi respon yang kurang baik terhadap

    analgesik opioid. (8ri'elle, !!3)

    II.:.2 N'er" 6"#eral %an N'er" S$mat"k

    II.:.2.1 N'er" 6"#eral

    Nyeri #iseral biasanya menjalar dan mengarah ke daerah permukaan tubuh

    jauh dari tempat nyeri namun berasal dari dermatom yang sama dengan asal nyeri.

    Sering kali, nyeri #iseral terjadi seperti kontraksi ritmis otot polos.Nyeri #iseralseperti keram sering bersamaan dengan gastroenteritis, penyakit kantung empedu,

    obstruksi ureteral, menstruasi, dan distensi uterus pada tahap pertama persalinan.

    (ielefeld, !!3)

    Nyeri #iseral, seperti nyeri somatik dalam, mencetuskan refleks kontraksi

    otototot lurik sekitar, yang membuat dinding perut tegang ketika proses inflamasi

    terjadi pada peritoneum. Nyeri #iseral karena in#asi malignan dari organ lunak dan

    keras sering digambarkan dengan nyeri difus, menggrogoti, atau keram jika organ

    lunak terkena dan nyeri tajam bila organ padat terkena. (ielefeld, !!3)

    Penyebab nyeri #iseral termasuk iskemia, peregangan ligamen, spasme otot

    polos, distensi struktur lunak seperti kantung empedu, saluran empedu, atau

    ureter.*istensi pada organ lunak terjadi nyeri karena peregangan jaringan dan

    mungkin iskemia karena kompresi pembuluh darah sehingga menyebabkan distensi

    berlebih dari jaringan. (ielefeld, !!3)

    +angsang nyeri yang berasal dari sebagian besar abdomen dan toraks

    menjalar melalui serat aferen yang berjalan bersamaan dengan sistem saraf simpatis,dimana rangsang dari esofagus, trakea dan faring melalui aferen #agus dan

    glossopharyngeal, impuls dari struktur yang lebih dalam pada pel#is dihantar melalui

    ner#us parasimpatis di sakral. Impuls nyeri dari jantung menjalar dari sistem saraf

    simpatis ke bagian tengah ganglia cer#ical, ganglion stellate, dan bagian pertama dari

    14

  • 7/24/2019 REF.ANEST revisi !!!!!!! 3

    15/54

    empat dan lima ganglion thorasik dari sistem simpatis. Impuls ini masuk ke spinal

    cord melalui ner#us torak ke , 5, 0 dan B.Penyebab impuls nyeri yang berasal dari

    jantung hampir semua berasal dari iskemia miokard.Parenkim otak, hati, dan al#eoli

    paru adalah tanpa reseptor.Adapun, bronkus dan pleura parietal sangat sensitif pada

    nyeri. (ielefeld, !!3)

    II.:.2.- N'er" S$mat"k

    Nyeri somatik digambarkan dengan nyeri yang tajam, menusuk, mudah

    dilokalisasi dan rasa terbakar yang biasanya berasal dari kulit, jaringan subkutan,

    membran mukosa, otot skeletal, tendon, tulang dan peritoneum. Nyeri insisi bedah,

    tahap kedua persalinan, atau iritasi peritoneal adalah nyeri somatik.Penyakit yangmenyebar pada dinding parietal, yang menyebabkan rasa nyeri menusuk disampaikan

    oleh ner#us spinalis.Pada bagian ini dinding parietal menyerupai kulit dimana

    dipersarafi secara luas oleh ner#us spinalis. Adapun, insisi pada peritoneum parietal

    sangatlah nyeri, dimana insisi pada peritoneum #iseralis tidak nyeri sama sekali.

    erbeda dengan nyeri #iseral, nyeri parietal biasanya terlokalisasi langsung pada

    daerah yang rusak. (1eyer, !!3)

    1unculnya jalur nyeri #iseral dan parietal menghasilkan lokalisasi dari nyeri

    dari #iseral pada daerah permukaan tubuh pada -aktu yang sama. Sebagai contoh,

    rangsang nyeri berasal dari apendiks yang inflamasi melalui serat C serat nyeri pada

    sistem saraf simpatis ke rantai simpatis lalu ke spinal cord pada :/! ke ://.Nyeri ini

    menjalar ke daerah umbilikus dan nyeri menusuk dan kram sebagai

    karakternya.Sebagai tambahan, rangsangan nyeri berasal dari peritoneum parietal

    dimana inflamasi apendiks menyentuh dinding abdomen, rangsangan ini mele-ati

    ner#us spinalis masuk ke spinal cord pada G/ sampai G.Nyeri menusuk berlokasi

    langsung pada permukaan peritoneal yang teriritasi di kuadran kanan ba-ah.(1eyer,!!3)

    15

  • 7/24/2019 REF.ANEST revisi !!!!!!! 3

    16/54

    II.; PENILAIAN NYERI

    Penilaian nyeri merupakan elemen yang penting untuk menentukan terapi

    nyeri paska pembedahan yang efektif.Skala penilaian nyeri dan keterangan pasien

    digunakan untuk menilai derajat nyeri.Intensitas nyeri harus dinilai sedini mungkin

    selama pasien dapat berkomunikasi dan menunjukkan ekspresi nyeri yang

    dirasakan.Ada beberapa skala penilaian nyeri pada pasien sekarang ini= (:abolt, !!3)

    1. ong-!aker "aces #ain $ating %cale

    Skala dengan enam gambar -ajah dengan ekspresi yang berbeda, dimulai darisenyuman sampai menangis karena kesakitan.Skala ini berguna pada pasien dengan

    gangguan komunikasi, seperti anakanak, orang tua, pasien yang kebingungan atau

    pada pasien yang tidak mengerti dengan bahasa lokal setempat.

    Gamar II.;.1 7$ng Baker Fa

  • 7/24/2019 REF.ANEST revisi !!!!!!! 3

    17/54

    &. 'erbal $ating %cale ('$%)

    Pasien ditanyakan tentang derajat nyeri yang dirasakan berdasarkan skala

    lima poin H tidak nyeri, ringan, sedang, berat dan sangat berat.

    Gamar II.;=-. 6eral Rat"ng S

  • 7/24/2019 REF.ANEST revisi !!!!!!! 3

    18/54

    Gamar II.;=2. N)mer"

  • 7/24/2019 REF.ANEST revisi !!!!!!! 3

    19/54

    Gamar II.;=4. 6"#)al Anal$g)e S

  • 7/24/2019 REF.ANEST revisi !!!!!!! 3

    20/54

    Pemilihan teknik analgesia secara umum berdasarkan tiga hal yaitu pasien,

    prosedur dan pelaksanaannya.Ada empat grup utama dari obatobatan analgetik yang

    digunakan untuk penanganan nyeri paska pembedahan.(Sil#a, !/5)

    Tael II.>=1. Oat !armak$l$g"# )nt)k &enanganan n'er". +Sant$#$, -40

    Tael II.>=-.P"l"(an tera&" )nt)k &enanganan n'er" er%a#arkan *en"#$&era#". +Sant$#$, -40

    20

  • 7/24/2019 REF.ANEST revisi !!!!!!! 3

    21/54

    Pedoman terapi pemberian analgesia untuk penanganan nyeri paska

    pembedahan berdasarkan intensitas nyeri yang dirasakan penderita yang

    direkomendasikan oleh &7 dan 8SA.*imana terapi analgesia yang diberikan

    pada intensitas nyeri yang lebih rendah, dapat digunakan sebagai tambahan analgesia

    pada tingkat nyeri yang lebih tinggi.(Sil#a, !/5)

    II.>.1.1 Analge#"a )lt"m$%al

    Analgesia multimodal menggunakan dua atau lebih obat analgetik yang

    memiliki mekanisme kerja yang berbeda untuk mencapai efek analgetik yang

    maksimal tanpa dijumpainya peningkatan efek samping dibandingkan dengan

    peningkatan dosis pada satu obat saja. *imana analgesi multimodal melakukan

    inter#ensi nyeri secara berkelanjutan pada ketiga proses perjalanan nyeri, yakni=

    (1eliala, !!")

    /. Penekanan pada proses tranduksi dengan menggunakan AINS

    21

  • 7/24/2019 REF.ANEST revisi !!!!!!! 3

    22/54

    . Penekanan pada proses transmisi dengan anestetik lokal (regional)

    5. Peningkatan proses modulasi dengan opioid

    Analgesia multimodal merupakan suatu pilihan yang dimungkinkan dengan

    penggunaan parasetamol dan AINS sebagai kombinasi dengan opioid atau anestesi

    lokal untuk menurunkan tingkat intensitas nyeri pada pasienpasien yang mengalami

    nyeri paska pembedahan ditingkat sedang sampai berat.Analgesia multimodal selain

    harus diberikan secepatnya (early analgesia), juga harus disertai dengan inforced

    mobili'ation (early ambulation) disertai dengan pemberian nutrisi nutrisi oral

    secepatnya (early alimentation).(1eliala, !!")

    II.>.1.- Analge#"a Preem&t"!Analgesia preemptif artinya mengobati nyeri sebelum terjadi, terutama

    ditujukan pada pasien sebelum dilakukan tindakan operasi (preoperasi).Pemberian

    analgesia sebelum onset dari rangsangan melukai untuk mencegah sensistisasi sentral

    dan membatasi pengalaman nyeri selanjutnya.Analgesia preemptif mencegah kaskade

    neural a-al yang dapat memba-a keuntungan jangka panjang dengan menghilangkan

    hipersensitifitas yang ditimbulkan oleh rangsangan luka. *engan cara demikian

    keluhan nyeri paska bedah akan sangat menurun dibandingkan dengan keluhan nyeri

    paska pembedahan tanpa memakai cara analgesia preemptif. isa diberikan obat

    tunggal, misalnya opioid, ketorolak, maupun dikombinasikan dengan opioid atau

    AINS lainnya, dilakukan ! C 5! menit sebelum tindakan operasi. (1eliala, !!")

    II.>.1.2 P5A +Pat"ent 5$ntr$l Analge#"a0

    Pasien dikontrol nyerinya dengan memberikan obat analgesik itu sendiri

    dengan memakai alat (pump), dosis diberikan sesuai dengan tingkatan nyeri yang

    dirasakan. P?A bisa diberikan dengan carantravenous #atient ontrol ,nalgesia(I4P?A) atau #atient ontrol /pidural ,nalgesia (P?A), namun dengan cara ini

    memerlukan biaya yang mahal baik peralatan maupun tindakannya.(1eliala, !!")

    22

  • 7/24/2019 REF.ANEST revisi !!!!!!! 3

    23/54

    II.8.1.4 NSAID (Non Steroidal Anti-Infammatory Dr!"#

    7bat antiinflamasi (anti radang) non steroid, atau yang lebih dikenal dengan

    sebutan NSAI* (Non Steroidal Antiinflammatory *rugs) adalah suatu golongan

    obat yang memiliki khasiat analgesik (pereda nyeri), antipiretik (penurun panas), dan

    antiinflamasi (anti radang).Istilah $non steroid% digunakan untuk membedakan jenis

    obatobatan ini dengan steroid, yang juga memiliki khasiat serupa.NSAI* bukan

    tergolong obatobatan jenis narkotika. (1c.2uay, !!3)

    1ekanisme kerja NSAI* didasarkan atas penghambatan isoen'im ?7F/

    (cyclooDygenase/) dan ?7F (cyclooDygenase).n'im cyclooDygenase ini

    berperan dalam memacu pembentukan prostaglandin dan tromboksandari arachidonic acid. Prostaglandin merupakan molekul pemba-a pesan pada proses

    inflamasi (radang). (1c.2uay, !!3)

    NSAI* dibagi lagi menjadi beberapa golongan, yaitu golongan

    salisilat (diantaranya aspirinKasam asetilsalisilat, metil salisilat, magnesium salisilat,

    salisil salisilat, dan salisilamid), golongan asam arilalkanoat (diantaranya diklofenak,

    indometasin, proglumetasin, dan oksametasin), golongan profenKasam

    arilpropionat (diantaranya ibuprofen, alminoprofen, fenbufen, indoprofen, naproDen,dan ketorolac), golongan asam fenamatKasam Narilantranilat (diantaranya asam

    mefenamat, asam flufenamat, dan asam tolfenamat), golongan turunan

    pira'olidin(diantaranya fenilbuta'on, ampiron, metami'ol, dan fena'on), golongan

    oksikam (diantaranya piroksikam, dan meloksikam), golongan penghambat ?7F

    (celecoDib, lumiracoDib), golongan sulfonanilida (nimesulide), serta golongan

    lain (licofelone dan asam lemak omega 5). (1c.2uay, !!3)

    Penggunaan NSAI* yaitu untuk penanganan kondisi akut dan kronis dimanaterdapat kehadiran rasa nyeri dan radang.alaupun demikian berbagai penelitian

    sedang dilakukan untuk mengetahui kemungkinan obatobatan ini dapat digunakan

    untuk penanganan penyakit lainnya seperti colorectal cancer, dan penyakit

    kardio#askular. (1c.2uay, !!3)

    23

  • 7/24/2019 REF.ANEST revisi !!!!!!! 3

    24/54

    Secara umum, NSAI* diindikasikan untuk mera-at gejala penyakit

    berikut= rheumatoid arthritis, osteoarthritis, encok akut, nyeri haid, migrain dan sakit

    kepala, nyeri setelah operasi, nyeri ringan hingga sedang pada luka jaringan,

    demam, ileus, dan renal colic. (1c.2uay, !!3)

    Sebagian besar NSAI* adalah asam lemah, dengan pa 5B, diserap baik

    pada lambung dan usus halus.NSAI* juga terikat dengan baik pada protein plasma

    (lebih dari ;BL), pada umumnya dengan albumin.&al ini menyebabkan #olume

    distribusinya bergantung pada #olume plasma. NSAI* termetabolisme di hati oleh

    proses oksidasi dan konjugasi sehingga menjadi 'at metabolit yang tidak aktif, dan

    dikeluarkan melalui urin atau cairan empedu. (1c.2uay, !!3)

    NSAI* merupakan golongan obat yang relatif aman, namun ada macam

    efek samping utama yang ditimbulkannya, yaitu efek samping pada saluran

    pencernaan (mual, muntah, diare, pendarahan lambung, dan dispepsia) serta efek

    samping pada ginjal (penahanan garam dan cairan, dan hipertensi). fek samping ini

    tergantung pada dosis yang digunakan.7bat ini tidak disarankan untuk digunakan

    oleh -anita hamil, terutama pada trimester ketiga. Namun parasetamol dianggap

    aman digunakan oleh -anita hamil, namun harus diminum sesuai aturan karena dosis

    tinggi dapat menyebabkan keracunan hati (1c.2uay, !!3)

    II.>.1.9 Para#etam$l

    Parasetamol banyak digunakan sebagai obat analgetik dan antipiretik, dimana

    kombinasi parasetamol dengan opioid dapat digunakan untuk penanganan nyeri berat

    paska pembedahan dan terapi paliatif pada pasienpasien penderita kanker.7nset

    analgesia dari parasetamol " menit setelah pemberian intra#ena, efek puncak tercapai

    dalam 5! C 0B menit dan durasi analgesia 0 C 3 jam serta -aktu pemberian intra#ena

    C /B menit.Parasetamol termasuk dalam kelas $aniline analgesics% dan termasuk

    dalam golongan obat antiinflamasi non steroid (masih ada perbedaan

    pendapat).Parasetamol memiliki efek anti inflamasi yang sedikit dibandingkan

    dengan obat AINS lainnya. Akan tetapi parasetamol bekerja dengan mekanisme yang

    24

  • 7/24/2019 REF.ANEST revisi !!!!!!! 3

    25/54

    sama dengan obat AINS lainnya (menghambat sintesa prostaglandin). Parasetamol

    juga lebih baik ditoleransi dibandingkan aspirin dan obat AINS lainnya pada pasien

    pasien dengan sekresi asam lambung yang berlebihan atau pasien dengan masa

    perdarahan yang memanjang. (6nal, !/!)

    *osis pada orang de-asa sebesar B!! C /!!! mg, dengan dosis maksimum

    direkomendasi 0!!! mg perhari.Pada dosis ini parasetamol aman digunakan untuk

    anakanak dan orang de-asa.(Euna-an, !!

  • 7/24/2019 REF.ANEST revisi !!!!!!! 3

    26/54

    NhydroDylation serta ES& konjugasi /BL, dengan obat dan metabolitnya

    diekskresikan melalui ginjal. (?akan, !!")

    Pada dosis yang direkomendasikan, parasetamol tidak mengiritasi lambung,

    tidak mempengaruhi koagulasi darah atau fungsi ginjal.Parasetamol dipercaya aman

    digunakan pada -anita hamil (tidak mempengaruhi penutupan ductus arteriosus),

    tidak seperti efek yang ditimbulkan oleh penggunaan obat AINS.:idak seperti aspirin,

    parasetamol tidak berhubungan dengan resiko penyebab sindroma +eye pada anak

    anak dengan penyakit #irus.(?akan, !!")

    II.>.1.: Ket$r$lak

    etorolak atau ketorolak trometamin merupakan obat golongan anti inflamasinon steroid, yang masuk kedalam golongan deri#ate heterocyclic acetic acid dimana

    secara struktur kimia berhubungan dengan indometasin.etorolak menunjukkan efek

    analgesia yang poten tetapi hanya memiliki aktifitas anti inflamasi yang sedang bila

    diberikan secara intramuskular atau intra#ena.etorolak dapat dipakai sebagai

    analgesia paska pembedahan sebagai obat tunggal maupun kombinasi dengan opioid,

    dimana ketorolak mempotensiasi aksi nosiseptif dari opioid.(at'ung, !!0)

    1ekanisme kerja utama dari ketorolak adalah menghambat sistesa

    prostaglandin dengan berperan sebagai penghambat kompetitif dari en'im

    siklooksigenase (?7F) dan menghasilkan efek analgesia.Seperti AINS pada

    umumnya, ketorolak merupakan penghambat ?7F non selektif. fek analgesianya

    !! C "!! kali lebih poten dibandingkan dengan pemberian aspirin, indometasin,

    naproksen dan fenil buta'on pada beberapa percobaan di he-an.

    Satusatunya efek samping dari penggunaan parasetamol adalah resiko terjadi

    hepatotoksik dan gangguan gastrointestinal pada penggunaan dosis tinggi, yaitu

    diatas !.!!! mg perhari. (at'ung, !!0)Sedangkan efek anti inflamasinya kurang dibandingkan efek analgesianya,

    dimana efek anti inflamasinya hampir sama dengan indometasin. Setelah injeksi

    intramuskular dan intra#ena, onset analgesia tercapai dalam -aktu /! menit dengan

    efek puncak 5! C 3! menit dan durasi analgesia 3 C " jam dengan -aktu pemberian

    26

  • 7/24/2019 REF.ANEST revisi !!!!!!! 3

    27/54

    intra#ena J /B detik. ioa#ailibilitas dari ketorolak /!!L dengan semua jalur

    pemberian baik intra#ena maupun intramuskular.1etabolisme berkonjugasi dengan

    asam glukoronik dan para hidroksilasi di hati. 7bat dan hasil metabolitnya akan

    diekskresikan melalui ginjal ;!L dan bilier sekitar /!L. (Setyono, !!;)

    fek samping dari ketorolak bisa bermacammacam, yaitu= (Euna-an, !!

  • 7/24/2019 REF.ANEST revisi !!!!!!! 3

    28/54

    *ispnu, asma, edema paru, rhinitis dan batuk

    ". 6rogenital

    Eagal ginjal akut dan poliuri.

    II.>.1.;Dek#ket$&r$!en

    *eksketoprofen trometamol merupakan garam tromethamine dari S(@)(5

    ben'oylpheyl) propionic acid.*eksketoprofen dikembangkan dari molekul

    ketoprofen. etoprofen merupakan senya-a stereo isomer yaitu senya-a yang

    memiliki molekul isomer yang saling berbeda putaran optiknya, yaitu S(@)

    enantiomer (deDtro) dan +() enantiomer (le#o). edua isomer ini terdapat dalam

    jumlah campuran /=/ dalam molekul induk ketoprofen.(:uncer, !/!)*alam penelitian farmakokinetik terhadap molekul ketoprofen, terbukti

    bah-a efekti#itas yang timbul dari ketoprofen dihasilkan dari enansiomer S(@)

    enansiomer (deDtro) sedangkan enansiomer satunya +()enansiomer (Ge#o) tidak

    memiliki efek klinis. *ari penelitian ini maka disintesis suatu molekul baru

    deksketoprofen yang merupakan isomer S(@)enansiomer (deDtro) dengan membuang

    komponen +()enantiomer (le#o) ."/! *eksketoprofen trometamol B! mg setara

    dengan tramadol /!! mg dan petidin /!! mg. (:uncer, !/!)

    Madi potensi analgesi deksketoprofen trometamol sama dengan dua kali petidin

    dan tramadol. 8armakokinetik deksketoprofen 8ormula imia ?/3 &/075 erat

    1olekul B0,5 gKmol ioa#ailabilitas ;; L 1etabolisme &epatik liminasi halflife

    /,< jam, de-asa muda. (:uncer, !/!)

    kskresi Einjal +ute pemberian 7ral Intramuskuler Intra#ena Studi

    farmakokinetik yang dilakukan dengan menggunakan deksketoprofen trometamol

    pada he-an, menunjukkan kisaran absorbsi yang tinggi untuk obat ini setelah

    pemberian peroral atau I1.kskresi terutama melalui urin, sebagai glukorokonjugasiobat yang tidak terurai. *itekankan juga bah-a tidak ada in#ersi dari enansiomer

    S(@) ke + (). Setelah pemberian I1 pada manusia ? maD dapat dicapai dalam -aktu

    ! menit ( berkisar antara /!0B menit). Pada dosis tunggal B sampai B! mg

    menunjukkan A6? yang proporsional setelah pemberian secara I1 atau I4.Pada studi

    28

  • 7/24/2019 REF.ANEST revisi !!!!!!! 3

    29/54

    farmakokinetik dosis ganda diketahui bah-a tidak ada perbedaan ?maD dan A6?

    antara dosis tunggal dan dosis ganda setelah pemberian terakhir.&al ini menunjukkan

    bah-a tidak ada akumulasi obat. 1emiliki ikatan protein plasma yang tinggi (;!L)

    dengan obat lain, dengan nilai #olume distribusi ratarata diba-ah !,B lKkg. aktu

    paruh distribusi mendekati !,5B dan -aktu paruh eliminasi berkisar antara /,< jam .

    jalur eliminasi utama untuk deksketoprofen adalah konjugasi glukoronida diikuti

    dengan ekskresi melalui ginjal. (*ame, !!

  • 7/24/2019 REF.ANEST revisi !!!!!!! 3

    30/54

    Ada beberapa metode metode nonfarmakologi yang digunakan untuk

    membantu penanganan nyeri paska pembedahan, seperti menggunakan terapi fisik

    (dingin, panas) yang dapat mengurangi spasme otot, akupunktur untuk nyeri kronik

    (gangguan muskuloskletal, nyeri kepala), terapi psikologis (musik, hipnosis, terapi

    kognitif, terapi tingkah laku) dan rangsangan elektrik pada sistem saraf (:NS,

    Spinal ?ord Stimulation, Intracerebral Stimulation). (*onny, !!;)

    II./ S)ara

  • 7/24/2019 REF.ANEST revisi !!!!!!! 3

    31/54

    antikoagulan psikis

    :ekanan intrakranial meninggi edah lama

    8asilitas resusitasi minim Penyakit jantung

    urang pengalaman Nyeri punggung kronis

    II./.> Beera&a ane#tet"k l$kal 'ang #er"ng %"g)nakan

    /. Gidokainonsentrasi efektif minimal !,BL, penggunaan infiltrasi mula kerja /! menit

    dan relaksasi otot cukup baik. Gama kerja sekkitar //,B jam tergantung

    konsentrasi larutan. Garutan standar / atau /,BL untuk blok perifer. !,BL

    !,BL ditambah adrenalin !!.!!! untuk infiltrasi, !,BL untuk blok sensorik

    tanpa blok motorik, /,!L untuk blok motorik dan sensorik, ,!L untuk blok

    motorik pasien berotot, 0,!L atau /!L untuk topikal semprot faringlaring

    (pump spray), B,!L unutk jeli yang dioleskan pada pipa trakea, B,!L lidokain

    dicampur B,!L prilokain untuk topikal kulit, B,!L hiperbarik untuk analgesia

    intratekal (subarakhnoid). (1angku, !/!). upi#akain

    onsentrasi efektif minimal !,/BL, mula kerja lebih lambat dibanding

    lidokain tetapi lama kerja sampai " jam. Setelah suntikan kaudal epidural, atau

    infiltrasi, kadar plasma puncak dicapai dalam 0B menit, kemudian menurun

    perlahanlahan dalam 5" jam. 6ntuk anestesia spinal !,BL #olum antara 0

    ml iso atau hiperbarik. 6ntuk blok sensorik epidural !,5

  • 7/24/2019 REF.ANEST revisi !!!!!!! 3

    32/54

    $a"ien %&era"i

    Ana"te"i den!an SA'

    $a"ien &a"a 'eda)

    $em*erian o*at anal!etiNyeri

    nilaian "+ala nyeri den!an ,i"al Analo! Sale

    1.In. etorola 30 m! / I,/ 8 am

    2. In.$araetamol 1000 m! / I,

    3.In. De+eto&roen 50 m! / I,

    Infama"i

    er!an!!nya &ro"e" &enyem*)an l+a

    Nyeri yan! tida+ diata"i

    BAB III

    KERANGKA KONSEP

    32

  • 7/24/2019 REF.ANEST revisi !!!!!!! 3

    33/54

    eterangan =

    /. ang diteliti. ang tidak diteliti5. ang mempengaruhi0. Perlakuan ksperimental

    2.1 Pen*ela#an Kerangka K$n#e&

    Pada tindakan pembedahan biasanya dilakukan tindakan

    anastesi.:indakan anestesi diberikan untuk memblokir sementara sensasi rasa

    sehingga memungkinkan pasien menjalani operasi dan prosedur kesehatan

    lainnya tanpa rasa sakit.

    Pada pembedahan fraktur ekstremitas inferior biasanya digunakan anastesi

    dengan menggunakan metode Subarachnoid lock yaitu teknik anestesi regional

    dengan cara penyuntikan obat anestesi local ke dalam ruang subarahnoid dengan

    tujuan untuk mendapatkan analgesi setinggi dermatom tertentu dan relaksasi otot

    rangka. 1etode ini dianggap paling baik karena sehubungan dengan gangguan

    metabolisme dan ekskresi dari obatobatan. :eknik ini baik sekali bagi penderita

    penderita yang mempunyai kelainan paruparu, diabetes mellitus, penyakit hati

    yang difus dan kegagalan fungsi ginjal,

    etika efek dari pemberian anastesi mulai hilang biasanya pasien akan

    merasakan nyeri akibat penyayatan pada kulit yang merangsang saraf untuk

    menghantarkan sinyal rasa nyeri ke otak. Seiring tubuh yang mulai sembuh, rasa

    nyeri seharusnya berkurang dan akhirnya hilang sama sekali.

    6ntuk menilai skala nyeri pada pasien pasca bedah dapat dinilai dengan

    menggunakan metode 4isual Analogue Scale (4AS) yang merupakan alat

    pengukuran intensitas nyeri yang dianggap paling efisien yang telah banyak

    digunakan dalam berbagi penelitian. :etapi jika nyeri tidak diatasi dengan tepat

    33

  • 7/24/2019 REF.ANEST revisi !!!!!!! 3

    34/54

    maka dapat menyebabkan inflamasi yang menetap dan mengganggu proses

    penyembuhan luka.

    7leh karena itu digunakan obat NSAI* (*on %teroidal ,nti-inflammatory

    0rugs) suatu golongan obat yang memiliki khasiat analgesik (pereda nyeri),

    antipiretik (penurun panas), dan antiinflamasi (anti radang) untuk mencegah

    terganggunya proses penyembuhan luka, dimana mekanisme kerja NSAI*

    didasarkan atas penghambatan isoen'im ?7F/ (cyclooxygenase-1) dan ?7F

    (cyclooxygenase-&). n'im cyclooxygenaseini berperan dalam memacu

    pembentukan prostaglandin dan tromboksan dari arachidonic acid. Prostaglandin

    merupakan molekul pemba-a pesan pada proses inflamasi (radang).

    34

  • 7/24/2019 REF.ANEST revisi !!!!!!! 3

    35/54

    BAB I6

    ETODE PENELITIAN

    I6.1 Ran

  • 7/24/2019 REF.ANEST revisi !!!!!!! 3

    36/54

    Penelitian dilaksanakan pada tanggal /" mei !/B C /0 juni !/B

    dengan tempat obser#asi di ruang ougen#ille, Puspa Indah, ijaya usuma,

    Sedudo +S6* Nganjuk.

    I6.4 Kr"ter"a Inkl)#" %an Ek#l)#"

    riteria Inklusi

    /. 6sia de-asa /3 "! tahun

    . Pasien dengan fraktur ekstremita ba-ah tanpa multiple fracture

    5. Gokasi pembedahan pada regio femur K cruris (tibiafibula)

    0. Pasien dengan status rencana pembedahan elektif

    riteria ksklusi

    /. Pasien yang batal mengikuti operasi

    . Pasien yang tidak kooperatif saat dilakukan penelitian

    5. 7bat yang masuk tidak sesuai dengan yang prosedur diinstruksikan

    peneliti

    I6.9 6ar"ael Penel"t"an %an De!"n"#" O&era#"$nal

    lasifikasi 7perasional 4ariabel

    a. 4ariabel independen =

    Injeksi etorolac Injeksi *eDketoprofen Injeksi Paracetamol

    b. 4ariabel dependen = Skala Nyeri (4AS)

    I6.: De!"n"#" O&era#"$nal

    36

  • 7/24/2019 REF.ANEST revisi !!!!!!! 3

    37/54

    I6.:.1 Oat ? $atan 'ang %"g)nakan

    a. Injeksi etorolac 5! mg K / ml

    7bat injeksi yang dikemas dalam bentuk ampul, tiap ampul (/ ml)mengandung ketorolac tromethamine 5! mg. Injeksi bolus intra#ena diberikan

    dalam -aktu minimal /B detik tanpa pengenceran dalam spuit 5 cc. *iberikan

    setiap " jam dalam penelitian ini. *alam pemberian injeksi ini dibantu oleh

    pera-at ruangan yang sedang bertugas.

    b. Injeksi *eksketoprofen B! mgK ml

    7bat Injeksi yang dikemas dalam bentuk ampul, tiap ampul (ml) dalam /

    ml mengandung deDketoprofen trometamol Bmg. Pemberian dengan cara bolus

    intra#ena tanpa pengenceran dalam spuit 5 cc. *iberikan setiap " jam dalam

    penelitian ini. *alam pemberian injeksi ini dibantu oleh pera-at ruangan yang

    sedang bertugas.

    c. Infus Paracetamol /!!!mgK /!!ml

    entuk kemasan adalah larutan infus di dalam #ial /!! mG.?ara pemberian

    langsung disambungkan dengan infus set. Infus diberikan secara intra#ena dengan

    dihubungkan menggunakan #enflon K abokat. *iberikan setiap " jam dalam

    penelitian ini. *alam pemberian injeksi ini dibantu oleh pera-at ruangan yang

    sedang bertugas.

    I6.:.- 6AS +6"#)al Anal$g S

  • 7/24/2019 REF.ANEST revisi !!!!!!! 3

    38/54

    Penilaian 4AS I (pertama) dilakukan pada jam ke " pasca pembedahan

    dimana pengaruh anastesi spinal sudah mulai menghilang, dan penilaian 4AS

    II (kedua) dilakukan pada jam ke 0 dimana nyeri pasca pembedahan perlahan

    mulai menghilang.Pada penelitian ini kami menggunakan skala 4AS yang

    telah di modifikasi agar memudahkan pemeriksaan bilamana terjadi kesulitandalam pemahaman bahasa atau penjelasan.

    I6.:.2 Pemag"an kel$m&$k Perlak)an

    Pembagian kelompok perlakuan dibagi berdasarkan periode -aktu

    1inggu I = Injeksi etorolac 5! mg K / ml

    1inggu II = Injeksi *eksketoprofen B! mg K ml

    1inggu III = Infus Paracetamol /!!!mg K /!! ml

    1inggu I4 = menyesuaikan dengan sampel yang belum terpenuhi

    38

  • 7/24/2019 REF.ANEST revisi !!!!!!! 3

    39/54

    I6.:.4 Pr$#e%)r &emer"an $at

    7bat yang sudah ditentukan akan diberikan kepada pasien sesuaidengan ketentuan yang dibuat dalam penelitian ini, obat sudah diberikan

    sejak a-al pasien datang di 6nit Ea-at *arurat +S6* Nganjuk, hingga di

    ruang ra-at inap serta sebagai terapi pasca pembedahan.

    Pemberian obat dibantu oleh tenaga paramedis yang sedang bertugas di

    6E*, di ruangan, , serta di 7. +uang ra-at inap yang ada di +S6*

    Nganjuk dijaga oleh pera-at selama 0 jam dengan pembagian jad-al jaga

    per " jam.

    I6.; Pr$#e%)r Penel"t"an

    39

    1enentukan Po ulasi

    riteria inklusi

    1enentukan Sam el

    Pasien asca bedah

    Perlakuan

    Pengambilan data a-al

    Penilaian 4AS I

    In. etorola 30 m!/ I,/ 8 am2. In.$araetamol

    riteria eksklusi

    In. De+eto&roen 50m! / I, / 8 am

    In.$araetamol 1000m! / I, / 8 am3.In. De+eto&roen 50

    Pengambilan data akhir

    Penilaian 4AS II

  • 7/24/2019 REF.ANEST revisi !!!!!!! 3

    40/54

    BAB 6

    HASIL PENELITIAN

    6.1 Ha#"l Data Penel"t"an

    6.1.1 P$&)la#" %an Sam&el

    erdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi yang ditentukan oleh peneliti,

    didapatkan populasi sebanyak 5/ orang, dengan sampel sebanyak /B orang

    selama 0 minggu pertanggal /" mei !/B C /0 juni !/B dengan tempat

    obser#asi di ruang ougen#ille, Puspa Indah, ijaya usuma,dan Sedudo.

    Tael 6.1.1 = 1 J)mla( #am&el ter(a%a& &$&)la#"

    40

    :abulasi data

    Analisa data

    &asil Penelitian&asil Penelitian

    Populasi Sampel

    5/ /B

  • 7/24/2019 REF.ANEST revisi !!!!!!! 3

    41/54

    erdasarkan tabel diatas dapat diketahui bah-a jumlah sampel yangdigunakan dalam penelitian ini sebanyak /B orang (0"L) dari jumlah populasi

    yang berjumlah 5/orang, dengan sampel a-al /3 dan di ekslusi karena tidak

    sesuai kriteria.

    *ari penelitian diperoleh data primer berupa hasil obser#asi kondisi

    pasien pasca bedah dengan perlakuan pemberian obat selama 0 jam dapat

    dilihat pada tabel diba-ah ini =

    a. Injeksi *eksketoprofen B! mg K ml C I4 K " jam

    Tael 6.1.1 = - Ha#"l 6"#)al Anal$g S

  • 7/24/2019 REF.ANEST revisi !!!!!!! 3

    42/54

    Nama4AS I

    " jam

    4AS II

    0 jam

    :ingkat

    Skala Nyeri

    :n.St (0< th) 3 0Ny. Gk (0" th) < 5 0

    :n.s (50 th) B 5

    :n.*k (5! th) 3 0

    :n.1s (03 th) " 0 0

    c. Infus Paracetamol /!!!mgK /!!ml C I4 K " jam

    Tael 6.1.1 = 2 Ha#"l 6"#)al Anal$g S

  • 7/24/2019 REF.ANEST revisi !!!!!!! 3

    43/54

    &asil penghitungan jumlah sampel yang dilakukan oleh peneliti didapatkan

    presentase penurunan skala nyeri pada pemberian Injeksi etorolac sebanyak B;,0L,

    pemberian injeksi *eksketoprofen sebanyak 5

  • 7/24/2019 REF.ANEST revisi !!!!!!! 3

    44/54

    0

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    7

    8

    9

    10

    4AS I 4AS II

    D"agram 6.1.1 =1 Pen)r)nan n"la" 6"#)al Anal$g S

  • 7/24/2019 REF.ANEST revisi !!!!!!! 3

    45/54

    In-e+"i .etorola( In-e+"i De+"+eto&roen In" $ara(etamol0

    2

    4

    6

    8

    10

    12

    14

    16

    18

    20

    Pre#enta#e &en)r)nan 6AS &a#

  • 7/24/2019 REF.ANEST revisi !!!!!!! 3

    46/54

    BAB 6I

    PEBAHASAN

    &asil penelitian yang dilakukan sejak tanggal /" mei !/B C /0 juni !/B

    didapatkan penurunan skala nyeri terbanyak dengan penilaian 4AS adalah dengan

    pemberian Injeksi etorolac sebanyak B;,0L, pemberian injeksi *eksketoprofen

    sebanyak 5

  • 7/24/2019 REF.ANEST revisi !!!!!!! 3

    47/54

    saluran cerna menjadi lebih minimal sehingga kadar maksimal dari obat ini juga akan

    lebih cepat bekerja dibanding etorolac. 1ekanisme penghambatan ?7F/ dan

    ?7F pada 0exketoprofen akan menurunkan efek samping berupa pemanjangan

    -aktu perdarahan, dimana pada etorolac efek samping tersebut masih ada

    dikarenakanetorolac hanya menghambat ?7F/ dan ?7F yang tidak dihambat

    menyebabkan terhambatnya agregasi trombosit, #asodilatasi pembuluh darah, dan

    anti proliferatif pembuluh darah sehingga -aktu perdarahakan akan jauh lebih lama

    dibandingkan pemggunaan0exketoprofen. &al ini sesuai dengan penelitian yang juga

    dilakukan oleh+atri Sulistyo-ati (!!;)dan ristika ?atur Setyono (!!;) dengan

    penelitian yang serupa, sehingga rasa nyeri pada pasien pasca pembedahan dengan

    menggunakan etorolac menjadi lebih lama dibandingkan *eksketoprofen akibat-aktu perdarahan yang memanjang.

    Sementara itu pada penelitian yang dilakukan oleh l#in esimci (!/!)

    mengenai $Perbandingan Penggunaan *eksketoprofen dengan Parasetamol pasca

    pembedahan dengan analgetik penyelamat 1orfin%, didapatkan hasil bah-a dengan

    penggunaan *eksketoprofen memiliki hasil yang signifikan menurunkan penggunaan

    obat golongan opioid sebagai pengelolaan nyeri yang tidak teratasi, hal ini didukung

    oleh penelitian yang dilakukan oleh >ippel et al (!!3) yang melakukan penelitian

    serupa, yang mendapatkan manfaat analgesik dan penurunan morfin dengan

    penggunaan *eDketoprofen B! mg intra#ena, pada saat/ jam sebelum operasi dan

    jam setelah operasi pada pasien histerektomi abdominal.

    Sedangkan pada penggunaan Parasetamol dengan mekanisme kerja dua aksi

    inhibitor di pusat cyclooDygenases dan interaksi dengan sistem serotonergik, ternyata

    tidak terbukti dapat menurunkan penggunaan obat golongan opioid, hasil penelitian

    serupa juga diungkapkan oleh +emy et al (!!B)melaporkan bah-a parasetamol

    yangdiberikan / g setiap 3 jam memiliki opioidsparing efek kurang dari /!L dalam0 jam.

    *alam literatur saat ini, kami menemukan bah-a / g parasetamol telah

    diberikan terlebih dahulu pada operasi lumbal. *alam salah satu studi ini,

    parasetamol / g I4 diberikan sebagai analgesik tambahan untuk P?A morfin pada

    47

  • 7/24/2019 REF.ANEST revisi !!!!!!! 3

    48/54

    periode pasca operasi dan memberikan hasil yang efektif analgesia setara dengan

    metami'ol /g. arubaru ini, baik Erundman et al (!!3) dan :oygar et al (!!")

    gagal untuk menunjukkan efek analgesik menguntungkan preempti#edari pemberian

    parasetamol / g I4. *alam studi lain yang dilakukan oleh ?akan et al (!!") yang

    menge#aluasi khasiat analgesik dan efek opioidsparing parasetamol dilaporkan

    bah-a parasetamol / gr I4 diberikan pada akhir operasi dan pada 3 jaminter#al lebih

    dari 0 jam, tidak menurunkan penggunaan obat golongan 7pioid, tetapi tetap terjadi

    peningkatan kualitas nyeri pada periode pasca operasi dini.

    #aluasi dari hasil keseluruhan yang diperoleh dalam penelitian kami, kami

    tidak bisa menemukan efek yang menguntungkan dengan penggunaan Parasetamol

    sebelum operasi.Namun, Seymour dkk (/;;3) mendapati hasil Parasetamol adalahobat NSAI* yang paling ramah dan aman terhadap tubuh, dan memiliki onset

    antipiretik yang cepat dan bisa digunakan sebagai penanganan nyeri yang disertai

    dengan demam.Sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh +atri Sulistyo-ati

    (!!;), juga memperoleh hasil etorolac memiliki resiko tinggi dalam meningkatkan

    sekresi asam lambung.

    *ari hasil penelitian yang kami lakukan kelompok etorolac memiliki nilai

    4AS terkecil dibandingkan dengan kelompok *eksketoprofen dan kelompok

    Paracetamol dalam penilaian 4AS 0 jam, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh

    8anny Pritaningrum (!/!) didapatkan hasil yang signifikan dalam 0" jam kelompok

    *eksketoprofen menjadi salah satu obat yang efektif digunakan dalam mengelola

    nyeri. *i lain pihak, penggunaan Parasetamol memiliki hasil yang sama dengan

    penelitian C penelitian sebelumnya yang tidak mendapatkan hasil yang diharapkan

    dalam pengelolaan nyeri pada pasien pasca pembedahan.

    Nilai skala 4AS pada pemberian obat analgetik pasca pembedahan,

    didapatkan hasil bah-a pemberian Injeksi etorolac dapat menurunkan hingga rata Crata sebanyak B tingkat dari nilai 4AS I dengan pemberian secara intra#ena dosis

    5!mg K / ml K " jam, sedangkan pada pemberian injeksi *eksketoprofen dapat

    menurunkan sebanyak 5 tingkat dari 4AS I dengan pemberian secara intra#ena dosis

    B! mg K ml K " jam, sedangkan infus Paracetamol hanya menurunkan sebanyak

    48

  • 7/24/2019 REF.ANEST revisi !!!!!!! 3

    49/54

    tingkat dari 4AS I dengan pemberian secara intra#ena dosis /!!!mg K /!! ml K." jam.

    Penurunan nilai skala nyeri dalam 0 jam dengan penilaian 4AS rata rata pada

    pemberian etorolac berada pada skala ,3, pada kelompok *eksketoprofen pada

    skala B, dan pada Paracetamol pada skala

  • 7/24/2019 REF.ANEST revisi !!!!!!! 3

    50/54

    KESIPULAN SARAN

    6II.1 KESIPULAN

    Pemberian injeksi etorolac 5! mg K/ml secara intra#ena lebih unggul daripadainjeksi *eksketoprofen dan injeksi Paracetamol. &al ini dibuktikan dengan adanya

    penurunan pada 4AS / ketorolac yang menurun sebanyak B tingkat dibanding

    dengan penggunaan deksketoprofen sebanyak 5 tingkat dan paracetamol yang hanya

    sekitar tingkat saja. Pada hasil akhir penilaian 4AS (O4AS) ketorolac juga lebih

    unggul daripada deksketoprofen dan paracetamol karena didapatkan penurunan skala

    nyeri terbanyak dengan penilaian B;,0L, sedangkan pemberian injeksi

    *eksketoprofen sebanyak 5

  • 7/24/2019 REF.ANEST revisi !!!!!!! 3

    51/54

    Arici S, Eurbet A, :rker E, a#aQcaoRlu , Sahin S. Preempti#e analgesic effects

    ofintra#enous paracetamol in total abdominal

    hysterectomy. Agri. !!;H/=B0C3/

    Adiyani P. *e#ina, !/0. Pengaruh *eksketoprofen dengan etorolac terhadapadar ortisol Plasma pada :ikus istar yang mengalami insisi.Semarang

    =8akultas edokteran 6ni#ersitas *iponegoro.ielefeld , Eebhart E8. 4isceral Pain= asic 1ecanisms. *alam= Shorten E, ?arr

    *,&armon *, Puig 11, ro-ne M, eds. Postoperati#e Pain 1anagement=An

    #idenceased Euide to Practice. Philadelpia= Saunders lse#ier, !!3.ushnell 1?, Apkarian A4. +epresentation of Pain in the rain. *alam= 1c1ahon

    S, olt'enberg 1, eds. all and 1el'acks :eDtbook of Pain, Bth ed.

    Gondon= lse#ier ?huchill Gi#ingstone. !!3?akan :, Inan N, ?ulhaoglu S, akkal , aQar &. Intra#enous paracetamol impro#es

    the Tuality of postoperati#e analgesia but does not decrease narcotic

    reTuirements. M Neurosurg Anesthesiol. !!"H!=/3;C

  • 7/24/2019 REF.ANEST revisi !!!!!!! 3

    52/54

    Euna-an, gan sulistia.8armakologi dan terapi edisi B.*epartemen 8armakologi

    dan:erapeutik 86I.!!

    *eksketoprofen pada Pasien Pasca edah, Semarang = 8akultas edokteran

    6ni#ersitas *iponegoro+odrXgue' 1M, ArbYs +1, Amaro S+. *eDketoprofen trometamol= ?linical e#idence

    supporting its role as a painkiller. Dpert +e# Neurother. !!"H"=/3BC0!.Santoso S7, *e-oto &+. Analgesik 7pioid dan Antagonis. In = Eanis-arna SE,

    Setiabudy +, Suyatna 8*, Pur-antyatuti, Nafrialdi, eds. 8armakologi dan

    :erapi. Bth ed. Makarta= 86IH !!0. p./!;

    52

  • 7/24/2019 REF.ANEST revisi !!!!!!! 3

    53/54

    Sulistyo-ati +, !!;. Perbedaan Pengaruh Pemberian etorolac dan *eksketoprofen

    sebagai Analgesia Pasca edah terhadap Agregasi :rombosit.Semarang =

    8akultas edokteran 6ni#ersitas *iponegoro.

    Setyono ?., !!;. Pengaruh etorolac Intra#ena dan *eksketoprofen Intra#enasebagai Analgesia Pasca edah :erhadap aktu Perdarahan.Semarang =

    8akultas edokteran 6ni#ersitas *iponegoro.Sil#a GA da, +e'ende ME, Sou'a 1I:, +oba''i 1G, *alri + de, 8aleiros SA. et al.

    Pain in patients undergoing orthopedic surgery. M Nurs. !/5 Vcited !/0

    Manuary 0WH

  • 7/24/2019 REF.ANEST revisi !!!!!!! 3

    54/54

    ?atur, kristika. PNEA+6& :7+7GA IN:+A4NA *AN

    *S:7P+78N IN:+A4NA SAEAI ANAGESIA

    PAS?A*A& :+&A*AP A:6 P+*A+A&AN. 8A6G:AS

    *7:+AN 6NI4+SI:AS *IP7NE7+7 S1A+ANE. !!;Erundmann, &, AiresdeSousa, 1, oyce, M, :iemersma, . !!3. mergence and

    resurgence of meticillinresistant Staphylococcus aureus as a publichealth

    threat, Gancet.53" = "