strategi pengembangan agribisnis kopi

93
STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KOPI DI KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN SUMATERA UTARA SKRIPSI TIUR MARIANI SIHALOHO H34076150 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 

Upload: junius-libra-purba

Post on 20-Feb-2018

246 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/24/2019 Strategi Pengembangan Agribisnis Kopi

    1/93

    STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KOPI

    DI KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

    SUMATERA UTARA

    SKRIPSI

    TIUR MARIANI SIHALOHO

    H34076150

    DEPARTEMEN AGRIBISNIS

    FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR

    BOGOR

    2009

  • 7/24/2019 Strategi Pengembangan Agribisnis Kopi

    2/93

    RINGKASAN

    TIUR MARIANI SIHALOHO. H34076150. 2009. Strategi Pengembangan

    Agribisnis Kopi Di Kabupaten Humbang Hasundutan, Sumatera Utara.Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut

    Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan TINTIN SARIANTI).

    Sektor pertanian masih tetap berperan besar dalam pembangunan ekonomi

    Indonesia, sektor pertanian menjadi sektor unggulan dalam menyusun strategi

    pembangunan nasional. Subsektor perkebunan merupakan bagian dari sektor

    pertanian, subsektor ini mengalami pertumbuhan paling konsisten, baik ditinjau

    dari areal maupun produksi. Salah satu komoditi unggulan perkebunan Indonesia

    adalah kopi. Indonesia merupakan negara kedua eksportir kopi dunia, tetapi pada

    tahun 2007, menurut Direktorat Jenderal Perkebunan, Indonesia juga mengimporkopi dalam jumlah besar. Oleh karena itu strategi pengembangan agribisnis kopi

    perlu ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dan luar negeri.

    Salah satunya dengan mengembangkan kopi dari daerah-daerah Indonesia.

    Tujuan penelitian ini adalah : (1) Mengidentifikasi dan menganalisis

    faktor-faktor internal dan faktor-faktor eksternal yang menentukan pengembangan

    kopi di Kabupaten Humbang Hasundutan, (2) Merumuskan alternatif strategi

    pemerintah daerah dan memilih prioritas strategi yang tepat dalam pengembangan

    agribisnis kopi di Kabupaten Humbang Hasundutan.

    Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Humbang Hasundutan yang

    merupakan salah satu Kabupaten sentra kopi di Sumatera Utara. Waktu

    pengumpulan data dilakukan selama bulan Juni-Juli 2009.

    Data yang digunakan terdiri dari data primer dan sekunder. Jumlah

    responden dalam penelitian sebanyak delapan orang. Pengambilan responden

    usahatani dilakukan dengan sengaja (purposive). Pengolahan dan analisis data

    dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis dalam penelitian meliputi

    analisis internal dan eksternal, dilanjutkan dengan analisis Internal-Eksternal,

    analisis Strengths,Weaknesess, Opportunities, Threats (SWOT) dan Quantiative

    Strategy Planning Matrix(QSPM), untuk merumuskan dan menetapkan prioritas

    strategi bagi pengembangan kopi di Kabupaten Humbang Hasundutan.

    Analisis terhadap faktor internal dalam Pengembangan Agribisnis Kopi di

    Humbang Hasundutan, menunjukkan faktor kekuatan mampu mengatasi faktorkelemahan yang dimiliki kawasan tersebut. Secara umum menunjukkan bahwa

    Pengembangan Agribisnis Kopi dibawah rata-rata dalam kekuatan internalnya

    secara keseluruhan, hal ini ditunjukkan dengan total nilai bobot skor 2,483. Ini

    berarti berarti Pemerintah Daerah/Dinas Pertanian Subdinas Perkebunan dan

    masyarakat/petani secara internal (kekuatan dan kelemahan) belum baik (kuat),

    dalam upaya pengembangan kopi di Humbang Hasundutan.Hasil analisis eksternal menunjukkan Pemerintah Daerah/Dinas Pertanian

    Subdinas Perkebunan dan masyarakat/petani telah merespon dengan baik terhadap

    peluang dan ancaman yang dimiliki, yang berarti bahwa faktor peluang eksternal

    dalam upaya Pengembangan Agribisnis Kopi di Humbang Hasundutan dapat

  • 7/24/2019 Strategi Pengembangan Agribisnis Kopi

    3/93

    mengatasi ancaman yang dihadapinya dan dapat mengambil peluang sebaik

    mungkin

    Hasil pencocokan IE menjelaskan bahwa strategi pengembangan agribisnis

    kopi Kabupaten Humbang Hasundutan adalah pertahanan dan pemeliharaan, yaitu

    terdiri dari strategi penetrasi pasar dan pengembangan produkPenggabungan faktor internal dan eksternal dan analisis Internal-

    Ekasternal dalam matriks Strengths,Weaknesess, Opportunities, Threats(SWOT)

    dalam Pengembangan Agribisnis Kopi Humbang Husundutan, menghasilkan

    beberapa alternatif strategi yaitu sebagai berikut :1) Meningkatkan kualitas

    Sumberdaya manusia melalui pelatihan dan memperluas usahatani kopi yang

    berkualitas dan jaringan pemasaran, 2) Membentuk dan membina lembaga

    penelitian untuk Research & Developmentserta mendukung asosiasi kopi dalam

    pengembangan kopi organik, 3) Menguatkan modal untuk usaha agribisnis dan

    memperluas jaringan pemasaran, 4) Melakukan pembinaan, pengembangan

    pemberdayaan kelembagaaan dan manajemen usahatani, 5) Memperbaiki rantai

    pemasaran kopi melalui lembaga yang terkait, khususnya dalam penetapan hargadasar kopi, 6) Menciptakan kerjasama yang baik dengan pihak investor.

    Hasil Quantiative Strategy Planning Matrix(QSPM), menunjukkan bahwa

    strategi yang menjadi prioritas utama dengan nilai Total Attractiveness Score

    (TAS) sebesar 6,145 adalah strategi Meningkatkan kualitas Sumberdaya

    manusia melalui pelatihan dan memperluas usahatani kopi yang berkualitas dan

    jaringan pemasaran. Kemudian strategi yang memiliki nilai Total Attractiveness

    Score(TAS) terkecil adalah strategi Menciptakan kerjasama yang baik dengan

    pihak investor dengan nilai sebesar 5,311.

    Saran yang diberikan dari hasil penelitian adalah Pemerintah daerah

    melalui institusi terkait, hendaknya meningkatkan kualitas sumberdaya manusiamelalui kelembagaan, membentuk balai penelitian untuk Research &

    Development, khususnya bibit kopi unggul, sehingga petani mudah memperoleh

    bibit. Pemerintah juga hendaknya mendukung dan menjadi fasilitator bagi

    pengembangan asosiasi kopi yang telah ada, karena hal itu dapat meningkatkan

    kesejahteraan petani. Disamping itu pemerintah juga hendaknya membuat

    regulator dalam pemasaran kopi khususnya penetapan harga dasar kopi agar

    pedagang pengumpul dapat terkontrol dalam menetapkan harga kopi.

  • 7/24/2019 Strategi Pengembangan Agribisnis Kopi

    4/93

    STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KOPI

    DI KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

    SUMATERA UTARA

    SKRIPSI

    TIUR MARIANI SIHALOHO

    H34076150

    DEPARTEMEN AGRIBISNIS

    FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR

    BOGOR

    2009

  • 7/24/2019 Strategi Pengembangan Agribisnis Kopi

    5/93

    STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KOPI DI

    KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

    SUMATERA UTARA

    TIUR MARIANI SIHALOHO

    H34076150

    Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk

    Memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

    Departemen Agribisnis

    DEPARTEMEN AGRIBISNIS

    FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR

    BOGOR2009

  • 7/24/2019 Strategi Pengembangan Agribisnis Kopi

    6/93

    Judul Skripsi : Strategi Pengembangan Agribisnis Kopi

    di Kabupaten Humbang Hasundutan Sumatera Utara

    Nama : Tiur Mariani Sihaloho

    NRP : H 34076150

    Disetujui,

    Dosen Pembimbing

    Tintin Sarianti, SP, MM

    NIP. 19750316 200501 2 001

    Diketahui

    Ketua Departemen Agribisnis

    Fakultas Ekonomi dan Manajemen

    Institut Pertanian Bogor

    Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS

    NIP 19580908 198403 1 002

    Tanggal Lulus :

  • 7/24/2019 Strategi Pengembangan Agribisnis Kopi

    7/93

    PERNYATAAN

    Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul Strategi

    Pengembangan Agribisnis Kopi di Kabupaten Humbang Hasundutan Sumatera

    Utara adalah karya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun

    kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip

    dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah

    disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian

    akhir skripsi ini.

    Bogor, September 2009

    Tiur Mariani Sihaloho

    H34076150

  • 7/24/2019 Strategi Pengembangan Agribisnis Kopi

    8/93

    RIWAYAT HIDUP

    Penulis dilahirkan di Tarutung pada tanggal 15 September 1984. Penulis

    merupakan anak ke-enam dari tujuh bersaudara kandung dari pasangan Osner

    Sihaloho dan Magdalena Simarmata.

    Penulis berkesempatan untuk menempuh pendidikan formal di SD Negeri

    4 Tarutung, Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara (1991-1997), Sekolah

    Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Santa Maria Tarutung, Kabupaten Tapanuli

    Utara, Sumatera Utara, (1997-2000) dan Sekolah Menengah Umum (SMU) Santa

    Maria Tarutung, Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara (2000-2003).

    Pada tahun 2003 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui Ujian

    Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI) pada Program Studi Diploma III

    Manajemen Bisnis Perikanan (MBP), Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan dan

    lulus pada tahun 2006. Penulis melanjutkan studi di Program Sarjana Agribisnis,

    Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian

    Bogor sejak tahun 2007 hingga tahun 2009.

  • 7/24/2019 Strategi Pengembangan Agribisnis Kopi

    9/93

    KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus, karena

    atas berkat dan kasih karunia-Nya begitu besar dan luar biasa, sehingga penulis

    dapat menyelesaikan penelitian ini. Skripsi yang disusun oleh penulis berjudul

    Strategi Pengembangan Agribisnis Kopi Di Kabupaten Humbang Hasundutan,

    Sumatera Utara dengan menggunakan alat analisis SWOT dan QSPM.. Penelitian

    ini bertujuan menganalisis faktor-faktor internal dan faktor-faktor eksternal yang

    mempengaruhi strategi pengembangan agribisnis kopi di Kabupaten Humbang

    Hasundutan.

    Skripsi ini masih harus terus diperbaharui dan disempurnakan. Oleh

    karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk

    perbaikan selanjutnya, sehingga penelitian ini dapat berguna buat bangsa dan

    negara, pihak terkait, dan menjadi sebuah kebanggaan bagi Institusi, juga secara

    khusus bagi penulis.

    Bogor, September 2009

    Tiur Mariani Sihaloho

  • 7/24/2019 Strategi Pengembangan Agribisnis Kopi

    10/93

    UCAPAN TERIMA KASIH

    Proses penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan

    berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada :

    1. Tintin Sarianti, SP, MM sebagai dosen pembimbing yang dengan sabar

    memberikan bimbingan, dorongan, saran dan perhatiannya yang sangat berarti

    bagi penulis hingga penyusunan skripsi ini selesai.

    2. M. Firdaus, Phd atas kesediaannya menjadi dosen evaluator dalam kolokium

    proposal penelitian.

    3. Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS selaku dosen penguji utama pada ujian sidang penulis

    yang telah meluangkan waktunya serta memberi kritik dan saran demi perbaikan

    skripsi ini

    4. Dra. Yusalina, MSi atas kesediaannya menjadi dosen penguji departemen pada

    ujian sidang penulis yang telah memberi kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini.

    5. Bapak Libanon Manullang dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

    Humbang Hasundutan yang telah memberikan saran dan masukan terhadap

    penelitian ini.

    6. Bapak Kaminton Hutasoit dari Dinas Pertanian Humbang Hasundutan dan

    keluarga yang telah banyak membantu dalam pengumpulan data responden.

    7. Bang Gani, dan seluruh responden yang telah banyak membantu penulis

    selama pengumpulan data dan memberikan informasi yang sangat berguna

    dalam penelitian ini.

    8. Orang tuaku tercinta yang selalu mendoakan, memberi semangat, dan

    mendukung penulis dengan penuh kasih sayang. Semoga ini bisa menjadi

    persembahan yang terbaik.

    9. Saudara-saudaraku terkasih keluarga Kak Nora Sihaloho, Kak Nitrin

    Sihaloho, AMd, Abang Martua Sihaloho, SP. MSi, Kak Masna Sihaloho,

    AMd dan Adikku Paska Sihaloho, AMd serta keluarga besar Sihaloho dan

    Simarmata yang selalu mendoakan, memberi semangat dan nasihat sehingga

    penulis semangat menyelesaikan kuliah dan skripsi ini. God Bless for Us.

    10.Maruli Nainggolan, SS yang telah memberi saran, kasih sayang dan bantuan

    yang tulus serta dukungan yang sangat berarti selama menyelesaikan skripsi

    ini. God Bless U.

  • 7/24/2019 Strategi Pengembangan Agribisnis Kopi

    11/93

    11.Diantama Ginting atas kesediaan sebagai pembahas dalam seminar hasil

    penelitian, sebagai teman berbagi suka dan duka selama kuliah serta pinjaman

    laptopnya untuk penyelesain skripsi ini.

    12.

    Seluruh staf sekretariat Ekstensi AGB yang telah membantu penulis.

    13.Teman-teman Kos Belitung 21, (Opung, Kak Joice Silaen, Hotna Silalahi,

    Juniasti Zalukhu, Rida Murni Purba, Liani Sipayung, Elly Sinambela, Septi,

    Monalisa Sinambela, Bu Juju, Nina), Eska Mentari Pasaribu, Mark Majus

    Rajagukguk, Osin Joden Br. Karo, Nurlela Nababan, KMKE dan rekan-rekan

    AGB yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terimakasih atas bantuannya.

    Bogor, September 2009

    Tiur Mariani Sihaloho

  • 7/24/2019 Strategi Pengembangan Agribisnis Kopi

    12/93

    DAFTAR ISI

    Halaman

    DAFTAR TABEL ..................................................................................... xiv

    DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xv

    DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xvi

    I. PENDAHULUAN ............................................................................... 1

    1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1

    1.2 Perumusan Masalah ........................................................................ 6

    1.3 Tujuan ............................................................................................ 7

    1.4 Manfaat .......................................................................................... 8

    1.5 Ruang Lingkup................................................................................ 8

    II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 9

    2.1 Karakteristik Kopi.......................................................................... 10

    2.2 Budidaya Kopi ............................................................................. 11

    2.3 Aspek Agribisnis .......................................................................... 13

    2.4 Pendukung Bisnis Kopi di Kabupaten Humbang Hasundutan ..... 14

    2.5 Konsep Manajemen Strategi ........................................................ 15

    2.6 Penelitian Terdahulu ..................................................................... 17

    2.6.1 Penelitian Tentang Kopi....................................................... 17

    2.6.2 Penelitian Tentang Strategi................................................... 18

    III. KERANGKA PEMIKIRAN............................................................ 203.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ......................................................... 20

    3.1.1. Konsep Agribisnis............................................................... 20

    3.1.2. Analisis Lingkungan Eksternal dan Internal....................... 21

    3.1.3. Konsep Perumusan Strategi ................................................ 22

    3.1.3.1 Tahap Input ............................................................. 22

    3.1.3.2 Tahap Pencocokan .................................................. 23

    3.1.3.3 Tahap Keputusan .................................................... 25

    3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ................................................. 26

    IV. METODE PENELITIAN................................................................. 29

    4.1 Lokasi dan Waktu .......................................................................... 294.2 Metode Pengambiln Sampel .......................................................... 29

    4.3 Metode Pengumpulan Data............................................................ 30

    4.4 Metode Pengolahan Data ............................................................... 30

    4.5 Tahap Perumusan Strategi ............................................................. 31

    4.6 Defenisi Operasional...................................................................... 38

    V. GAMBARAN UMUM........................................................................ 40

    5.1 Situasi Wilayah ............................................................................... 40

    5.1.1 Letak Geografis dan Topologi .................................... 40

    5.1.2 Penduduk ..................................................................... 41

    5.2 Prasarana dan Sarana ............................................................. 41

  • 7/24/2019 Strategi Pengembangan Agribisnis Kopi

    13/93

    5.2.1 Jalan dan Transportasi ................................................ 41

    5.2.2 Pasar............................................................................. 41

    5.3 Pertanian.......................................................................................... 42

    5.3.1 Kegiatan Pertanian ...................................................... 42

    5.3.2 Kegiatan Pengusahaan Kopi ........................................ 435.3.3 Pemasaran Kopi ........................................................... 44

    5.4 Asosiasi Kopi .................................................................................. 45

    VI. ANALISIS FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL

    STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KOPI

    KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN .................................. 48

    6.1 Faktor Internal................................................................................. 48

    6.1.1 Kekuatan ................................................................................ 48

    6.1.2 Kelemahan.............................................................................. 50

    6.2 Faktor Eksternal .............................................................................. 55

    6.2.1 Peluang ................................................................................. 556.2.2 Ancaman................................................................................ 58

    VII. FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS

    KOPI HUMBANGN HASUNDUTAN ........................................... 61

    7.1 Analisis Metode IFE dan EFE...................................................... 61

    7.1.1 Analisis Matriks IFE .......................................................... 61

    7.1.2 Analisis Matriks EFE.......................................................... 63

    7.2 Analisis Matriks IE dan Analisis SWOT ..................................... 65

    7.2.1 Analisis Matriks IE ............................................................ 65

    7.2.2 Analisis Matriks SWOT...................................................... 667.3 Analisis Matriks QSP................................................................... 71

    7.3.1 Strategi Komprehensif ....................................................... 73

    VIII. KESIMPULAN DAN SARAN....................................................... 75

    8.1 Kesimpulan .................................................................................. 75

    8.2 Saran............................................................................................. 75

    DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 77

    LAMPIRAN............................................................................................... 79

  • 7/24/2019 Strategi Pengembangan Agribisnis Kopi

    14/93

    DAFTAR TABEL

    Nomor Halaman

    1. Volume Eksportir Kopi Negara Terbesar Dunia

    pada April 2007 - Maret 2008......................................................... 3

    2. Volume Ekspor dan Impor Kopi Indonesia

    pada Tahun 2003-2007.................................................................... 3

    3. Luas Areal dan Produksi Kopi Indonesia Tahun 2004 2008 ...... 4

    4. Data Produksi, Luas Lahan dan Produktivitas

    Komoditi Kopi Arabika Sumatera Utara Tahun 2007 .................... 6

    5. Metode dan Hasil dari Penelitian Terdahulu................................... 19

    6. Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal Wilayah......................... 32

    7. Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal Wilayah...................... 32

    8. Matriks Internal Faktor Evaluation ................................................. 34

    9. Matriks Eksternal Faktor Evaluation .............................................. 34

    10.Matriks SWOT..... .......................................................................... 36

    11.

    Matriks QSP (Quantitative Strategy Planning) .............................. 3812.Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Tanaman

    Perkebunan di Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2008 ...... 42

    13.Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Kopi Menurut Kecamatan

    di Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2008 .......................... 43

    14.PDRBdan Laju Pertumbuhan PDRB

    Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2006-2007..................... 59

    15.Matriks IFE Pengembangan Agribisnis Kopi

    Kabupaten Humbang Hasundutan .................................................. 62

    16.Matriks EFE Pengembangan Agribisnis Kopi

    di Kabupaten Humbang Hasundutan .............................................. 64

    17.Matriks SWOT Pengembangan Agribisnis Kopi

    di Kabupaten Humbang Hasundutan .............................................. 67

    18.Alternatif dan Prioritas Strategi Pengembangan Agribisnis

    di Kabupaten Humbang Hasundutan .............................................. 72

  • 7/24/2019 Strategi Pengembangan Agribisnis Kopi

    15/93

    DAFTAR GAMBAR

    Nomor Halaman

    1. Model Proses Manajemen Strategis yang Komprehensif ............... 17

    2. Lingkup Pembangunan Sistem Agribisnis...................................... 21

    3. Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian .................................. 28

    4. Matriks IE (Internal-Eksternal)....................................................... 35

    5. Saluran Pemasaran Kopi Humbang Hasundutan Tahun 2009 ........ 45

    6. Petani APKLO sedang panen kopi Ateng

    di Kecamatan Lintong Nihuta Tahun 2009..................................... 46

    7. Saluran Pemasaran Kopi APKLO

    di Kecamatan Lintong Nihuta Tahun 2009..................................... 47

    8. Perkebunan Kopi Rakyat di Kecamatan

    Lintong Nihuta Tahun 2009............................................................ 49

    9. Petani menggunakan mesin Pulping Manual

    di Kecamatan Lintong Nihuta Tahun 2009..................................... 5110.Petani menggunakan Pulping Penggerak........................................ 51

    11.Bibit Kopi yang dihasilkan di Kecamatan Lintong

    Nihuta Tahun 2009.......................................................................... 54

    12.Matriks IE Kabupaten Humbang Hasundutan ................................ 66

  • 7/24/2019 Strategi Pengembangan Agribisnis Kopi

    16/93

    DAFTAR LAMPIRAN

    Nomor Halaman

    1. Kuisioner Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal .................. 79

    2. Kuisioner Penilaian Daya Tarik Strategi Matriks QSP................... 89

  • 7/24/2019 Strategi Pengembangan Agribisnis Kopi

    17/93

    1

    I PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Indonesia terkenal dengan sebutan Negara Agraris, hal ini dapat

    ditunjukkan dengan besarnya luas lahan yang digunakan untuk pertanian. Dari

    seluruh luas lahan yang ada di Indonesia 74,68 persen digunakan untuk pertanian.1

    Produk Domestik Bruto (PDB) sektor pertanian tahun 2007 sampai dengan 2008

    mengalami pertumbuhan sekitar 4,41 persen. Selain itu berdasarkan data

    kemiskinan tahun 2005-2008, kesejahteraan penduduk perdesaan dan perkotaan

    membaik secara berkelanjutan. Berbagai hasil penelitian, menyimpulkan bahwa

    yang paling besar kontribusinya dalam penurunan jumlah penduduk miskin adalah

    pertumbuhan sektor pertanian. Kontribusi sektor pertanian dalam menurunkan

    jumlah penduduk miskin mencapai 66 persen, dengan rincian 74 persen di

    perdesaan dan 55 persen di perkotaan.2

    Sektor pertanian masih tetap akan berperan besar dalam pembangunan

    ekonomi Indonesia, sektor pertanian menjadi sektor unggulan dalam menyusun

    strategi pembangunan nasional. Sektor pertanian diposisikan sebagai sektor

    andalan perekonomian nasional. Hal ini sejalan dengan prioritas pembangunan

    ekonomi Kabinet Indonesia Bersatu, dimana salah satunya adalah Revitalisasi

    Pertanian dan Perdesaan.3

    Salah satu sub sektor yang memiliki basis sumberdaya alam adalah

    subsektor perkebunan. Subsektor perkebunan merupakan salah satu subsektor

    yang mengalami pertumbuhan paling konsisten, baik ditinjau dari areal maupun

    produksi. Sebagai salah satu subsektor penting dalam sektor pertanian, subsektor

    perkebunan secara tradisional mempunyai kontribusi yang signifikan terhadapperekonomian Indonesia. Sebagai negara berkembang dimana penyediaan

    lapangan kerja merupakan masalah yang mendesak, subsektor perkebunan

    mempunyai kontribusi yang cukup signifikan. Sampai dengan tahun 2003, jumlah

    tenaga kerja yang terserap oleh subsektor perkebunan diperkirakan mencapai

    1Pertanian Humbang Hasundutan dalam hhtp://sumut.bps.go.id/humbang/index2.publikasi.

    Diakses pada 21 April 2009.2Strategi dan Pencapaian Swasembada Pangan di Indonesia dalam

    www.deptan.go.id/wap/index.php.Diakses pada 24 April 20093Loc.cit

  • 7/24/2019 Strategi Pengembangan Agribisnis Kopi

    18/93

    2

    sekitar 17 juta jiwa. Jumlah lapangan kerja tersebut belum termasuk yang bekerja

    pada industri hilir perkebunan. Kontribusi dalam penyediaan lapangan kerja

    menjadi nilai tambah sendiri, karena subsektor perkebunan menyediakan lapangan

    kerja di pedesaan dan daerah terpencil. Peran ini bermakna strategis karena

    penyediaan lapangan kerja oleh subsektor berlokasi di pedesaan sehingga mampu

    mengurangi arus urbanisasi.

    Subsektor perkebunan merupakan salah satu subsektor yang mempunyai

    kontribusi penting dalam hal penciptaan nilai tambah yang tercermin dari

    kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto. Dari segi nilai absolut

    berdasarkan harga yang berlaku, PDB perkebunan terus meningkat dari sekitar Rp

    33,7 triliun pada tahun 2000 menjadi sekitar Rp 47,0 triliun pada tahun 2003, atau

    meningkat dengan laju sekitar 11,7 persen per tahun.

    Sejalan dengan pertumbuhan PDB, subsektor perkebunan mempunyai

    peran strategis terhadap pertumbuhan ekonomi. Ketika Indonesia mengalami

    krisis ekonomi yang dimulai tahun 1997, subsektor perkebunan kembali

    menunjukkan peran strategisnya. Pada saat itu, kebanyakan sektor ekonomi

    mengalami kemunduran bahkan kelumpuhan dimana ekonomi Indonesia

    mengalami krisis dengan laju pertumbuhan 13 persen pada tahun 1998. Dalam

    situasi tersebut, subsektor perkebunan kembali menunjukkan kontribusinya

    dengan laju pertumbuhan antara 4-6 persen per tahun.4

    Salah satu komoditas unggulan dalam subsektor perkebunan adalah kopi.

    Kopi merupakan produk yang mempunyai peluang pasar yang baik di dalam

    negeri maupun luar negeri. Sebagian besar produksi kopi di Indonesia merupakan

    komoditas perkebunan yang diekspor ke pasar dunia. Menurut data statistik

    International Coffee Organization(ICO), Indonesia merupakan Negara eksportirke-dua, setelah Brazil (Tabel 1).

    4

    Peran Subsektor Perkebunan Dalam Perekonomian Indonesia dalamhttp://www.kompas.co.id/index.php/Bisnis/news.Diakses pada 29 Mei 2009.

  • 7/24/2019 Strategi Pengembangan Agribisnis Kopi

    19/93

    3

    Tabel 1. Volume Eksportir Kopi Negara Terbesar Dunia pada April 2007-Maret

    2008

    Negara Eksportir Volume Ekspor (Kg)

    Brazil 1.464.625.200Indonesia 255.885.840

    Uganda 170.861.940

    India 150.500.040

    Papua New 58.124.580

    Sumber : Ditjenbun, 2008 (diolah)5

    Sebagai Negara eksportir kopi ke dua, perkebunan kopi Indonesia dapat

    meningkatkan devisa ekonomi. Dari segi sosial, perkebunan kopi juga

    menyediakan lapangan kerja cukup besar, karena pengusahaanya banyakdilakukan oleh rakyat. Indonesia sebagai eksportir kedua, namun Indonesia juga

    mengimpor kopi (Tabel 2).

    Tabel 2. Volume Ekspor dan Impor Kopi Indonesia pada Tahun 2003-2007

    Tahun Ekspor (ton) Impor (ton)

    2003 323.520 4.396

    2004 344.077 5.690

    2005 445.829 3.195

    2006 413.500 6.404

    2007 321.404 49.994

    Sumber : Ditjenbun, 2008 (diolah)6

    Berdasarkan Tabel di atas, terlihat bahwa jumlah ekspor kopi Indonesia

    berfluktuatif, dari tahun 2003 sampai tahun 2006, jumlah ekspor kopi semakin

    meningkat, tetapi pada tahun 2007 jumlah ekspor menurun. Sedangkan jumlah

    impor meningkat drastis pada tahun 2007. Hal ini berarti bahwa produksi kopi

    dalam negeri tidak dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri, sehingga harus

    mengimpor kopi. Produksi kopi Indonesia dapat dilihat pada Tabel 3.

    5http://ditjenbun.deptan.go.id/cigraph/index.php/viewstat/internasional. Diakses pada 11 Agustus

    20096Ibid

  • 7/24/2019 Strategi Pengembangan Agribisnis Kopi

    20/93

    4

    Tabel 3. Luas Areal dan Produksi Kopi Indonesia Tahun 2004-2008

    Tahun Luas Areal (Ha) Total Produksi (ton)

    2004 1.303.943 647.386

    2005 1.255.272 640.3652006 1.308.731 682.158

    2007 1.295.911 676.476

    2008 1.302.892 682.938

    Sumber : Ditjenbun, 2008 (diolah)7

    Berdasarkan Tabel 3, perkembangan produksi kopi Indonesia berfluktuatif

    dari tahun 2004 sampai tahun 2005, produksi kopi menurun, namun pada tahun

    2006 produksi kopi meningkat drastis. Pada tahun 2007 produksi kopi kembali

    turun karena rendahnya harga kopi. Harga kopi kembali meningkat pada tahun

    2008 sehingga mendorong petani untuk memperluas lahan pertanian. Sebagian

    besar hal ini disebabkan bahwa teknik budidaya kopi masih tradisional dan

    berkerakyatan, harga yang berfluktuatif serta biaya produksi yang tinggi.

    Menurut Departemen Pertanian Direktorat Jenderal Perkebunan,

    Sumatera merupakan penyumbang terbesar produksi kopi nasional. Propinsi

    terbesar dicapai oleh Sumatera Selatan, Lampung, Sumatera Utara dan Nangro

    Aceh Darussalam. Dilihat dari sumberdaya alam dan tenaga kerja, Sumatera

    Utara sangat dipertimbangkan dapat memberikan sumbangan terhadap kopi

    nasional.

    Menurut data AEKI (Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia), kopi di Sumatera

    Utara terbukti menjadi salah satu penyumbang devisa. Ekspor kopi Sumatera

    Utara hingga April 2008 telah mencapai 71,68 juta dolar AS dari volume ekspor

    biji dan bubuk kopi sebanyak 21.969 ton. Dari jumlah ini kopi jenis Arabika

    menjadi penyumbang terbesar yakni 65,07 juta dolar AS dari volume eksporsebanyak 19.137 ton.

    8

    Salah satu kopi yang diusahakan petani adalah kopi jenis Arabika. Kopi

    jenis Arabika hanya ditanam sebagian kecil petani, sehingga harga kopi di pasar

    dunia masih tetap tinggi. Kopi Arabika di Indonesia umumnya ditanam petani di

    7Ibid

    8Internasional doyan kopi arabika Sumut dalam http://kompas.co.id/xml/2008/06/08/20021021/

    .Diakses pada 29 Mei 2009

  • 7/24/2019 Strategi Pengembangan Agribisnis Kopi

    21/93

    5

    Toraja Sulawesi Selatan, Bali, Jawa, Sumatera Utara Utara dan Aceh. Petani

    penanam kopi Arabika mendapat penghasilan lebih baik karena produksi dunia

    tidak melimpah seperti kopi Robusta.

    Kabupaten Humbang Hasundutan (Humbahas) merupakan salah satu

    kabupaten yang berada di Provinsi Sumatera Utara. Kabupaten ini dimekarkan

    melalui Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2003. Kabupaten Humbang Hasundutan

    mendapat daerah yang kaya potensi hasil warisan kabupaten induk. Komoditas

    pertanian terbesar kabupaten ini adalah kopi yang merupakan subsektor

    perkebunan. Kopi tersebut merupakan komoditi unggulan Kabupaten Humbang

    Hasundutan yang sangat potensial untuk dikembangkan. Pada tahun 2007,

    Kabupaten Humbang Hasundutan memberi kontribusi sebesar 4.896,01 ton

    dengan produktivitas 0,88 ton per tahun terhadap kopi Sumatera Utara.

    Menurut Ketua APKLO (Asosiasi Petani Kopi Lintong Organik), kopi

    Humbang Hasundutan sudah menembus pasaran dunia sejak tahun 2003.

    Diantaranya ke Tullys Coffe, Wataru dan Junicof di Jepang, Twin UK di Inggris

    dan Greencofee di Belanda. Sesuai data, terakhir kalinya ekspor dilakukan tahun

    2008 lalu dengan jumlah 200 ton. Pada Tahun 2008, luas perkebunan kopi di

    Humbang Hasundutan sebanyak 11.375 Ha, dengan hasil produksi 7.824 ton per

    tahunnya dan lahan kopi organik seluas 350 ha. Perkebunan kopi di Kabupaten

    Humbang Hasundutan terdiri dari 48,45 persen luas lahan pertanian dan

    perkebunan.9

    Oleh karena itu untuk meningkatkan produksi kopi Indonesia perlu

    dilakukan berbagai upaya mengatasi permasalahan yang ada, khususnya di

    Kabupaten Humbang Hasundutan. Permasalahan yang harus diatasi mulai dari

    tahap produksi hingga pemasaran. Pada akhirnya pengembangan kopi diKabupaten Humbang Hasundutan mampu meningkatkan pendapatan petani serta

    membantu program pemerintah dalam usaha meningkatkan pendapatan daerah

    dan Nasional.

    9Pengusaha Kopi Jepang Kunjungi Lintong Ni Huta Humbahas Produksi Kopi 7800 ton/tahun

    dalam http://www.humbanghasundutankab.go.id. Diakses pada 29 Mei 2009.

  • 7/24/2019 Strategi Pengembangan Agribisnis Kopi

    22/93

    6

    1.2 Perumusan Masalah

    Sektor pertanian merupakan potensi utama yang dimiliki oleh Kabupaten

    Humbang Hasundutan. Sektor ini merupakan sektor yang mendominasi

    perekonomian dengan kontribusi sebesar 60,53 persen Tahun 2007 Atas Dasar

    Harga Berlaku PDRB sebesar Rp 1.711.728,32 Juta dan PDRB Atas Dasar Harga

    Konstan 2000 sebesar Rp 854.594,27 Juta.10

    Sumberdaya alam, agroklimat dan

    keadaan alam yang cocok untuk pertanian menjadi pertimbangan dalam

    pengembangan sektor pertanian, khususnya komoditi unggulan daerah.

    Menurut Ketua Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI) Sumatera Utara

    Di Vietnam, petani kopi bisa menghasilkan 1,5 ton perhektar, sementara di

    Sumatera Utara untuk bisa satu ton per hektar pun masih sulit.11 Hal ini dapat

    ditunjukkan pada Tabel 4.

    Tabel 4. Data Produksi, Luas Lahan dan Produktivitas Komoditi Kopi Arabika

    Sumatera Utara Tahun 2007

    No Nama DaerahProduksi

    (ton)

    Luas Lahan

    menghasilkan ( ha)

    Produktivitas

    per ton/ha

    1 Kabupaten Asahan - -

    2 Kabupaten Dairi 9.437,80 6.904,00 1,363 Kabupaten Deliserdang 653,51 653,20 1,00

    4 Kabupaten Humbang Hasundutan 4.896,01 5.542,00 0,88

    5 Kabupaten Karo 7.207,35 4.771,00 1,51

    6 Kabupaten Labuhanbatu - - -

    7 Kabupaten Langkat - - -

    8 Kabupaten Mandailingnatal 324,55 460,47 0,70

    9 Kabupaten Nias - - -

    10 Kabupaten Nias Selatan - - -

    11 Kabupaten Pakpakbharat 672,80 578,00 1,16

    12 Kabupaten Serdang Bedagai - - -

    13 Kabupaten Simalungun 5.817,82 3.889,07 1,4914 Kabupaten Tapanuli Selatan - - -

    15 Kabupaten Tapanuli Tengah - - -

    16 Kabupaten Tapanuli Utara 9.057,07 8.554,25 1,05

    17 Kabupaten Tobasamosir 1.928,36 1.607,26 1,19

    18 Kabupaten Samosir 2.227,30 2.058,32 0.37

    Total 42.222,57 35.017,57 1,20

    Sumber : Data Statistik Perkebunan Sumatera Utara, 2009 (diolah).

    10

    Op.cit11Op.cit

  • 7/24/2019 Strategi Pengembangan Agribisnis Kopi

    23/93

    7

    Pada tahun 2007, produktivitas Kabupaten Humbang Hasundutan hanya

    mampu memproduksi 0,88 ton per hektar. Demikian juga pada tahun 2006,

    produksi hanya 6.226,38 ton dengan luas panen 7.547,50 Ha. Dari tahun 2006

    sampai tahun 2007, produktivitasnya hanya meningkat dari 0,82 per hektar

    menjadi 0,88 per hektar. Produktivitas kopi Humbang Hasundutan belum

    mencapai 1 ton per hektar.(Tabel 4)

    Ditinjau dari sumberdaya alam, agroklimat dan keadaan alam yang cocok

    untuk pertanian kopi serta peluang kopi di pasar lokal maupun internasional,

    Kabupaten Humbang Hasundutan sudah semestinya mampu meningkatkan

    produktivitasnya. Untuk pengembangannya perlu diketahui persoalan apa yang

    sedang dihadapi serta upaya apa yang akan dilakukan dalam menghadapi

    persoalan tersebut.

    Penyebab rendahnya produktivitas petani kopi Arabika di Humbang

    Hasundutan antara lain karena keterbatasa modal. Petani kopi belum terlalu

    menjaga kualitas tanamannya. Jika harga turun, petani tidak peduli dengan

    kualitas dan hasil panenannya, sementara harga naik, produksinya justru turun.

    Kegiatan pertanian kopi di Kabupaten ini masih terbatas dengan pengetahuan dan

    pengalaman sendiri oleh petani. Petani kurang berorientasi pada pasca panen dan

    pengolahan, sehingga tidak mampu memberi nilai tambah pertanian, tidak

    memperhatikan pasar. Adapun bentuk pengolahan hasil pertanian yang telah

    dilaksanakan oleh sebagian masyarakat adalah industri kopi dan dilakukan dalam

    skala usaha kecil. Persoalan lainnya adalah harga kopi yang murah dan biaya

    produksi yang tinggi juga merupakan permasalahan utama yang dihadapi para

    petani, sehingga sulit bagi petani untuk mengembangkan kegiatan usahataninya.

    Disamping itu masih rendahnya investasi terhadap pengembangan kopi.Dari segi sarana dan prasarana kendala yang dihadapi oleh pemerintah dan

    masyarakat adalah tidak ada balai penelitian untuk komoditi kopi. Sumberdaya

    manusia yang masih minim dan rendah dalam bidang pemasaran dan pengolahan

    hasil pertanian juga menjadi kendala yang dapat menghambat pengembangan

    produksi kopi di Kabupaten Humbang Hasundutan.

  • 7/24/2019 Strategi Pengembangan Agribisnis Kopi

    24/93

    8

    Permasalahan tersebut akan menghambat pengembangan kopi di

    Kabupaten Humbang Hasundutan. Untuk itu diperlukan strategi untuk

    pengembangan kopi di Kabupaten Humbang Hasundutan.

    Adapun masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

    1. Bagaimana faktor-faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor-faktor

    eksternal (peluang dan ancaman) agribisnis kopi di Kabupaten Humbang

    Hasundutan?

    2. Bagaimana formulasi dan prioritas strategi pemerintah daerah dalam

    pengembangan agribisnis kopi di Kabupaten Humbang Hasundutan?

    1.3 Tujuan

    Penelitian ini bertujuan untuk :

    1. Menganalisis faktor-faktor internal dan faktor-faktor eksternal yang

    mempengaruhi strategi pengembangan agribisnis kopi di Kabupaten Humbang

    Hasundutan.

    2. Merumuskan alternatif strategi pemerintah daerah dan memilih prioritas

    strategi dalam pengembangan agribisnis kopi di Kabupaten Humbang

    Hasundutan.

    1.4 Manfaat

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan bahan

    pertimbangan bagi berbagai pihak yang berkepentingan, antara lain :

    1. Bahan pertimbangan Pemerintah Daerah Kabupaten Humbang Hasundutan

    dalam mengambil kebijakan strategis yang berkaitan dengan perencanaan

    pengembangan agribisnis kopi di Kabupaten Humbang Hasundutan.2. Melatih kemampuan penulis untuk menganalisis permasalahan pengembangan

    agribisnis kopi di Kabupaten Humbang Hasundutan.

    3. Sebagai bahan informasi dan buat rujukan untuk penelitian selanjutnya serta

    pihak lainnya seperti investor.

  • 7/24/2019 Strategi Pengembangan Agribisnis Kopi

    25/93

    9

    1.5 Ruang Lingkup

    Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Humbang Hasundutan di Sumatera

    Utara. Penelitian ini difokuskan pada analisis agribisnis kopi pada tiga kecamatan

    yang terpilih, seperti yang akan dijelaskan pada metode penelitian selanjutnya,

    serta bagaimana alternatif strategi dalam Pengembangan Agribisnis Kopi di

    Kabupaten Humbang Hasundutan.

  • 7/24/2019 Strategi Pengembangan Agribisnis Kopi

    26/93

    10

    II TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Karakteristik Kopi

    Kopi (Coffea spp), adalah spesies tanaman berbentuk pohon yang

    termasuk dalam famili Rubiaceae dan genus Coffea. Tanaman ini tumbuhnya

    tegak, bercabang dan bila dibiarkan tumbuh dapat mencapai 12 m. Daunnya bulat

    telur dengan ujung agak meruncing, daun tumbuh berhadapan pada batang,

    cabang dan ranting-rantingnya. Kopi mempunyai sistem percabangan yang agak

    berbeda dengan tanaman lain.

    Kopi dapat tumbuh dalam berbagai kondisi lingkungan, tetapi untuk

    mencapai hasil yang optimal memerlukan persyaratan tertentu. Zona terbaik

    pertumbuhan kopi adalah antara 200LU dan 20

    0LS. Indonesia yang terletak pada

    zona 50 LU dan 10

    0 LS secara potensial merupakan daerah kopi yang baik.

    Sebagian besar daerah kopi di Indonesia terletak antara 0-100LS yaitu Sumatera

    Selatan, Lampung, Bali, Sulawesi Selatan dan sebagian kecil antara 0-50LU yaitu

    Aceh dan Sumatera Utara. Unsur iklim yang banyak berpengaruh terhadap

    budidaya kopi adalah elavasi (tinggi tempat), temperature dan tipe curah hujan.

    Tanaman kopi menuntut persyaratan tanah yang berpori, sehingga

    memungkinkan air mengalir ke dalam tanah secara bebas. Tanaman kopi tidak

    cocok untuk ditanam ditanah liat yang terlalu lekat karena menahan terlalu banyak

    air, sebaliknya tidak pula cocok untuk ditanam di daerah yang berpasir karena

    terlalu berpori (porous). Penanaman kopi dilakukan pada tanah dengan kedalaman

    1,8m karena pohon kopi mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan dan

    memperluas sistem perakaran. Tanah yang dalam akan memberi bahan-bahan

    makanan (nutrient yang diperlukan dengan cukup). Tanaman kopi akan tumbuhdengan baik pada tanah yang agak asam dengan derajat keasaman pH 6. Jenis

    tanahnya bervariasi, mulai dari tanah basalt, granite atau crystalline. Derajat

    kemiringan lereng yang cocok antara 25-300.

    Tanaman kopi merupakan tanaman tahunan yang mempunyai perakaran

    yang dangkal, secara alami tanaman kopi memiliki akar tunggang sehingga tidak

    mudah rebah. Bibit tanaman kopi berasal dari bibit stek, cangkokan, bibit okulasi.

    Tanaman kopi umumnya mulai berbunga setelah berumur kurang lebih dua tahun.

  • 7/24/2019 Strategi Pengembangan Agribisnis Kopi

    27/93

    11

    Bunga keluar dari ketiak daun yang terletak pada batang utama dan cabang

    reproduksi tetapi bunga yang keluar dari kedua tempat tersebut biasanya tidak

    berkembang menjadi buah, jumlahnya terbatas dan hanya dihasilkan oleh

    tanaman-tanaman yang masih sangat muda. Bunga yang jumlahnya banyak akan

    keluar dari ketiak daun yang terletak pada cabang primer. Bunga ini berasal dari

    kuncup-kuncup sekunder reproduktif yang berubah fungsinya menjadi kuncup

    bunga. Kuncup bunga kemudian berkembang menjadi bunga secara serempak

    dan bergerombol.

    2.2 Budidaya Kopi

    Untuk mendapatkan hasil kopi yang optimal dalam pembudidayaan kopi

    diperlukan persyaratan dan teknik-teknik tertentu. Dalam hal ini ada dua jenis

    budidaya kopi yang akan dibahas yaitu budidaya kopi Arabika dan kopi Robusta

    yaitu sebagai berikut :

    1. Kopi Arabika

    Penanaman kopi Arabika memiliki syarat tumbuh ketinggian 700-2000m

    dpl, dengan garis lintang 20o

    LS sampai 20o LU. Untuk curah hujan 1.500 s/d

    2.500 mm/thn, kedalaman tanah efektif lebih dari 100 cm, kemiringan tanah

    kurang dari 45 % dan pH 5,5-6,5.

    Iklim sangat berpengaruh terhadap produktivitas tanaman kopi. Pengaruh

    iklim mulai nampak sejak cabang-cabang primer menjelang berbunga. Pada saat

    bunga membuka sampai dengan berlangsung penyerbukan pertumbuhan buah

    muda sampai tua dan masak menjelang kemarau pada umumnya cuaca mulai

    terang, udara tidak berawan, berarti penyinaran matahari akan lebih banyak maka

    suhu akan meningkat. Banyak atau lamanya penyinaran merupakan stimulan bagibesar kecilnya persiapan pembungaan. Semakin banyaknya penyinaran maka

    persiapan pembentukan bunga akan semakin cepat.

    Untuk penanaman kopi diperlukan beberapa persiapan diantaranya bahan

    tanaman dan persipan areal. Persiapan bahan tanam meliputi penyediaan benih,

    penyemaian benih dan persemaian lapangan.

  • 7/24/2019 Strategi Pengembangan Agribisnis Kopi

    28/93

    12

    a. Persemaian

    Untuk mendapatkan bahan tanaman diperlukan benih dan entres untuk

    sambungan dan stek. Benih yang akan digunakan untuk batang bawah harus

    dipilih dari buah kopi yang baik dan masak dari bahan yang dikehendaki untuk

    mendapatkan biji untuk benih kulit dan daging buah dipisahkan dan lendir

    dibersihkan dengan abu. Setelah itu benih diangin-anginkan selama kurang lebih

    dua sampai tiga hari. Benih yang tersedia kemudian disemaikan pada media yang

    telah disiapkan.

    Tanah persemaian harus dipacul kira-kira 30 cm dan bersih dari sisa-sisa

    akar dan batu-batu lain. Pada bagian atas bedengan diberi lapisan apsir tebal kira-

    kira 5 cm. Bedengan harus diberi naungan dan setiap hari harus disiram dengan

    air yang cukup tetapi tidak tergenang. Setelah benih berusia tiga bulan harus

    dipindahkan kepersemaian lapangan.

    b. Penanaman

    Persiapan lahan dilakukan pembersihan dari semak, membongkar tunggul

    atau akar pohon yang ada. Kumpulkan seluruh bagian semak yang ada, kemudian

    diberakan dan dilakukan pengajiran. Jarak tanam berbentuk segi emapt 2,5 x 2,5

    m, pagar 1,5 x 2,5 m, untuk tumpangsari 2 x 4 m. Untuk lubang tanamnya dibuat

    tiga bulan sebelum tanam dengan ukuran 50 x 50 x 50 cm dantanah galian

    dicampur dengan pupuk kandang ke dalam lubang setelah 2-4 minggu. Bibit kopi

    harus berumur 4-5 bulan, tinggi minimal 20 cm, jumlah minimal tiga pasang.

    Selain itu juga perlu ditanam pohon pelindung yang hendaknya sudah

    ditanam 1-2 tahun. Biasanya jenis pohonnya seperti lamtoro, dadap dan sengon.

    Pohon pelindung selain untuk melindungi tanaman kopi itu berguna sebagai

    memperpanjang umur produksi, menghindari penyakit, mengurangi biayapenyiangan, dapat menurunkan suhu air dan tanah pada musim panas. Penanaman

    kopi Arabika dapat dilakukan pada awal musim penghujan diharapkan agar tidak

    banyak tanah yang terlepas dari akar dan leher akar bibit ditanam rata dengan

    permukaan tanah.

    c. Pemeliharaan

    Penyulaman dilakukan pada bibit yang sudah mati untuk menjamin jumlah

    tegakan tanaman. Penyiangan dilakukan empat kali sebulan pada tanaman muda

  • 7/24/2019 Strategi Pengembangan Agribisnis Kopi

    29/93

  • 7/24/2019 Strategi Pengembangan Agribisnis Kopi

    30/93

    14

    air yang cukup tetapi tidak tergenang. Setelah benih berusia tiga bulan harus

    dipindahkan kepersemaian lapangan.

    b. Penanaman

    Penanaman dilakukan pada musim hujan. Untuk itu tiga sampai enam

    bulan sebelumnya harus dibuat dengan ukuran 0,4 x 0,4 x 0,4 m. Pembuatan

    lubang dan luasnya tergantung pada struktur tanah. Makin berat struktur tanah

    makin lama lubang harus dibuat, makin besar dan luas. Setelah itu baru dilakukan

    penanaman serta diberi serasah.

    Untuk memperoleh produksi yang optimal jarak kopi perlu diperhatikan.

    Jarak tanam harus dipilih sesuai dengan jenis kopi, kesuburan tanah dan tipe

    iklim. Untuk tanah lebih subur atau yang mempunyai iklim lebih basah

    diperlukan jarak tanam lebih lebar dari pada tanah yang kurang subur atau

    mempunyai iklim kering.

    c. Pemeliharaan Tanaman

    Pemeliharaan tanaman merupakan kegiatan yang terus menerus dilakukan

    agar diperoleh hasil yang optimal. Kegiatan pemeliharaan meliputi :

    1. Pemeliharaan Tanah atau Lahan

    Pemeliharaan tanah dimaksudkan untuk menjaga agar media tanam kopi

    tetap dalam kondisi baik. Disini yang perlu diperhatikan adalah pertumbuhan

    gulma yang dapat menyaingi pengambilan makanan. Untuk itu pemberian serasah

    perlu dilakukan untuk mencegah pertumbuhan gulma. Serasah dapat diperoleh

    baik dari rembesan pohon pelindung atau dari hasil siangan.

    2. Pemeliharan Tanaman Pokok

    Pemeliharaan dapat berupa pemangkasan dan penyulaman. Tujuan

    pemangkasan adalah untuk mengatur pertumbuhan vegetatif ke arah pertumbuhangeneratif yang lebih produktif. Terdapat tiga macam pemangkasan yaitu

    pemangkasan bentuk, pemangkasan produksi serta pemangkasan rejuvinasi.

    Pemangkasan bentuk bertujuan untuk membentuk kerangka tanaman yang kuat

    dan seimbang. Sedangkan pemangkasan produksi bertujuan mempertahankan

    keseimbangan kerangka tanaman yang telah diperoleh melalui pemangkasan

    bentuk. Sementara itu, pemangkasan rejuvinasi bertujuan untuk peremajaan

    batang. Dilihat dari jumlah batang terdapat dua sistem dalam pemangkasan yaitu

  • 7/24/2019 Strategi Pengembangan Agribisnis Kopi

    31/93

    15

    pemangkasan berbatang ganda dan pemangkasan berbatang tunggal.

    Pemangkasan berbatang ganda dilakukan biasanya diperkebunan rakyat

    sedangkan pemangkasan berbatang tunggal dilakukan di perkebunan besar.

    Sistem pemangkasan batang dipengaruhi oleh kondisi ekologis dan jenis kopi

    yang ditanam. Sistem berbatang tunggal lebih sesuai untuk jenis kopi yang banyak

    membentuk cabang-cabang sekunder. Oleh karena itu bila peremajaan batang

    kurang diperhatikan produksi cepat menurun karena pohon menjadi berbentuk

    payung.

    Sistem berbatang ganda lebih diarahkan pada peremajaan batang. Oleh

    karena itu lebih sesuai bagi daerah yang basah dan letaknya rendah dimana

    pertumbuhan batang baru berjalan lebih cepat. Peremajaan tidak hanya mengganti

    tanaman yang rusak atau tua dengan tanaman yang baru, tetapi juga perlu

    pergantian varietas atau klon yang unggul serta perbaikan kultur teknis.

    Rejuvinasi sebaiknya dilakukan pada akhir suatu panen besar, pada waktu akhir

    musim kemarau. Rejuvinasi dilakukan secara :

    a. Total, yaitu mengganti seluruh pohon kopi dari suatu area

    b. Selektif, yaitu rejuvinasi selektif yang dipilih pada pohon-pohon yang jelas

    sudah tua atau rusak dan produksinya rendah

    c. Sistematis, yaitu peremajaan bertahap untuk diremajakan seluruhnya

    3. Pemupukan

    Pupuk diperlukan karena adanya pengambilan hara oleh tanaman dan

    persediaan dalam tanah. Kopi mengambil hara dalam tanah untuk pertumbuhan

    vegetatif serta untuk pertumbuhan buah. Tujuan pemupukan adalah :

    a. Memperbaiki kondisi tanaman, tanaman yang dipupuk secara optimal dan

    teratur akan memiliki daya tahan lebih besar, sehingga tidak mudahdipengaruhi oleh keadaan yang ekstrim.

    b. Peningkatan produksi dan mutu, walaupun pada tahun pertama

    pemupukan lebih banyak berpengaruh terhadap pertumbuhan vegetatif,

    tetapi pemupukan ini juga meningkatkan mutu yaitu besarya biji kopi dan

    rendemen lebih tinggi

    c. Stabilisasi produksi, tanaman kopi bersifat biannual bearing(panen raya

    setiap empat tahun sekali). Oleh karena itu untuk menjaga agar produksi

  • 7/24/2019 Strategi Pengembangan Agribisnis Kopi

    32/93

    16

    tidak turun terlalu banyak maka perlu pemupukan yang teratur dosis dan

    jenis pupuk harus disesuaikan sebab pemberian pupuk yang salah tidak

    hanya tidak efektif tetapi juga menurunkan produksi.

    d. Demikian pula dengan waktu pemupukan yang harus sesuai dengan

    kebutuhan tanaman dan iklim. Dosis dan waktu pemupukan baiknya

    dilakukan pada awal musim dan akhir musim hujan

    4. Hama dan Penyakit

    Terdapat banyak sekali hama dan penyakit yang dapat menyerang kopi

    diantaranya :

    1. Serangan bubuk buah akan mengakibatkan gugurnya buah muda,

    menurunkan mutu akibat biji berlubang dan penyusustan berat.

    Pemberantasan terhadap hama ini dilakukan dengan pemusnahan sumber

    infeksi (petik bubuk, lelesan) dan pemutusan siklus hidup.

    2. Bubuk cabang, yang menyerang cabang dan wiwilan yang masih muda

    dan mengakibatkan cabang kering atau patah. Untuk mengatasi serangan

    hama bubuk cabang, maka yang harus dilakukan adalah memperbaiki

    kondisi tanaman kopi, menghambat pertumbuhan cendawan,

    memusnahkan cabang-cabang yang terserang.

    3. Kulit putih, akibat dari serangan ini mengakibatkan tanaman kopi menjadi

    kerdil dan buah mudah gugur. Untuk mengatasinya maka dilakukan

    pemberantasan semut, membabat tanaman yang disenangi kutu,

    memusnahkan tanaman pelindung yang terserang dan menyemprot obat-

    obatan.

    4. Cendawan akar coklat dan akar hitam, tanaman yang terserang daunnya

    akan layu kuning dan kering. Untuk menghindari serangan lebih luas makatanaman yang terserang didongkel dan dimusnahkan, kemudian diisolasi

    dengan pembuatan parit.

    d. Panen dan Pasca Panen

    Kopi berbuah tidak serentak maka panennya juga tidak dapat dilakukan

    sekali saja. Untuk itu pemetikan haruslah dipilih yang lazim disebut petik merah,

    yaitu pemetikan buah yang masak berwarna merah dipetik satu demi satu dari tiap

  • 7/24/2019 Strategi Pengembangan Agribisnis Kopi

    33/93

    17

    dongkolan. Ada tiga tahap pemetikan kopi untuk menhasilkan mutu yang tinggi

    yaitu :

    1. Petik pendahuluan, yaitu pemetikan pada buah-buah yang terserang bubuk

    buah, biasanya dilakukan pada buah kopi yang berwarna kuning sebelum usia

    delapan bulan.

    2. Panen raya yakni pemetikan buah yang sebenarnya, pemetikan sistem petik

    merah dapat berjalan antara empat sampai lima bulan dengan giliran sepuluh

    sampai 14 hari.

    3. Rajutan, yaitu pemetikan terakhir tanpa dipili, petik ini dilakukan bila sisa

    kopi dipohon masih berkisar 10 persen.

    Setelah kopi dipetik perlu dilakukan penggilingan dua tahap kemudian

    penjemuran kira-kira 36 jam (Tjokrowinoto, 2002).

    2.3 Penelitian Terdahulu

    2.3.1 Penelitian tentang Kopi

    Hasil penelitian yang dilakukan Sartika (2007) mengenai analisis

    pendapatan usahatani dan pemasaran kopi arabika dan robusta adalah penerimaan

    rata-rata usahatani kopi Arabika adalah Rp 18.477.000 per tahun dengan R/C

    Rasio 1,94, sedangkan penerimaan kopi Robusta Rp 5.228.500 per tahun dengan

    R/C Rasio 1,22. Besar margin pemasaran pada kedua saluran pemasaran produk

    adalah sama.

    Penelitian yang dilakukan oleh Purwoko (2006) mengenai nilai tambah

    dan strategi pemasaran kopi bubuk arabika kelompok tani. Strategi yang dapat

    ditetapkan adalah membuka peluang investasi kepada pihak lain, memperluas

    jaringan pasar, memperbaiki mutu dan tampilan produk olahan kopi,mengikutsertakan anggota kelompok tani dalam program pemerintah

    pengembangan usaha dan pelatihan.

    2.3.2 Penelitian tentang Strategi

    Penelitian yang dilakukan Syahrudin (2008) mengenai strategi

    pengembangan agroindustri minuman jeruk nipis peras di Kabupaten Kuningan,

    Jawa Barat. Strategi yang dapat ditetapkan adalah : (1) meningkatkan

  • 7/24/2019 Strategi Pengembangan Agribisnis Kopi

    34/93

    18

    kualitas dan kontiniutas bahan baku, (2) meningkatkan pangsa pasar melalui

    promosi, (3) meningkatkan kerjasama dengan berbagai pihak yang terkait, (4)

    mengembangkan teknologi tepat guna, (5) meningkatkan kualitas sumberdaya

    manusia.

    Penelitian yang dilakukan Parluhutan (2006) di Kebun Raya Bogor,

    mengenai strategi formulasi strategi pengembangan usaha. Strategi yang dapat

    diperoleh dalam penelitian tersebut adalah mengoptimalkan dan meningkatkan

    pemeliharaan peralatan yang ada, melakukan R&D dan standarisasi produk,

    mempertahankan dan meningkatkan mutu produk dengan cara pengawasan.

    Penelitian yang dilakukan oleh Karo-Karo (2006) di Kabupaten Karo,

    mengenai strategi pengembangan kawasan agropolitan. Menetapkan beberapa

    strategi yang dapat diperoleh dalam penelitian tersebut. Strategi tersebut adalah

    pengembangan kawasan agropolitan disesuaikan dengan kondisi karakteristik dan

    peluang yang dimiliki oleh kawasan, pengembangan dan pemberdayaan

    kelembagaan agribisnis, meningkatkan peran serta masyarakat, khususnya pelaku

    agribisnis dalam menunjang kegiatan kawasan agropolitan, pengembangan sarana

    dan prasarana sosial ekonomi guna menunjang kegiatan pertanian.

    Penelitian yang dilakukan oleh Tambunan (2005) di PT Bina Usaha Flora

    Cipanas, Cianjur mengenai strategi pengembangan usaha tanaman hias

    menetapkan beberapa prioritas strategi yaitu menjalin kerjasama dengan

    pelanggan tetap potensial, floris, dinas taman kota, pengelola lapangan golf,

    developer real estateuntuk meraih wilayah Cipanas-Cianjur, mengoptimalkan dan

    mengaktifkan kegiatan personal selling, memberikan potongan harga,

    menigkatkan pelayanan dan melakukan open house.

    Penelitian yang dilakukan oleh Wijaya (2004) mengenai strategi bersaingminuman sari buah sirsak. Berdasarkan analisis dengan menggunakan analisis

    deskriptif, matriks IFE, EFE, IE, SWOT, dan QSPM maka strategi bersaing

    adalah memanfaatkan kemajuan teknologi pengemasan, memperluas jaringan

    distribusi, menjaga dan meningkatkan kualitas produksi, meningkatkan modal

    kerja dalam membiayai promosi, memaksimalkan kapasitas produksi dan

    meningkatkan diferensiasi produk.

  • 7/24/2019 Strategi Pengembangan Agribisnis Kopi

    35/93

    19

    Dari penelitian yang dilakukan oleh beberapa penelitian tersebut dapat

    ditarik kesimpulan bahwa penelitian yang akan dilakukan mengenai Strategi

    Pengembangan Agribisnis Kopi di Kabupaten Humbang Hasundutan memiliki

    persamaan dan perbedaan dengan penelitian terdahulu. Pada umumnya alat analis

    penelitian sama namun komoditi serta lokasi berbeda, demikian juga alat analis

    berbeda namun komoditi sama (Tabel 5)

    Tabel 5. Metode dan Hasil dari Penelitian Terdahulu

    No Nama Peneliti

    dan Tahun Peneliti

    Judul Alat

    Analisis

    1 Rizal Syahrudin (2008) Analis strategi pengembanganagroindustri minuman jeruk

    nipis peras di Kabupaten

    Kuningan Jawa Barat

    AHP

    2 Ika Sartika Saragih

    (2007)

    Analisis pendapatan usahatani

    dan pemasaran kopi arabika dan

    kopi robusta (Studi kasus di

    Desa Tambun Raya Kabupaten

    Simalungun Sumatera Utara)

    Analisis

    Pendapatan,R/C

    rasio, Efisiensi

    Margin Pemasaran,

    farmers share

    3 Yodhy Purwoko Jati

    (2006)

    Analis nilai tambah dan strategi

    pemasaran kopi bubuk arabika

    kelompok tani Manunggal IV

    Kecamatan Jambu Semarang

    Matriks IFE, EFE,

    IE, SWOT, dan

    QSPM

    4 Eli Parluhutan (2006) Formulasi Strategi

    pengembangan usaha anggrek

    spesies di unit Koleksi Anggrek

    Kebun Raya Bogor

    Matriks IFE, EFE,

    IE, SWOT, dan

    QSPM

    5 Feryanto W Karo-Karo Strategi Pengembangan

    Kabupaten Karo sebagai

    Kawasan Agropolitan

    LQ, SWOT dan

    QSPM

    6 Asril Tambunan (2005) Strategi pengembangan usaha

    tanaman hias pada PT Bina

    Usaha Flora (BUF) di Cipanas-

    Cianjur

    Matriks IFE, EFE,

    IE, SWOT, dan

    QSPM

    7 Dedi Wijaya Okta

    (2004)

    Analisis Formulasi strategi

    bersaing minuman sari buah

    sirsak pada PT Minuman SAP

    dalam menghadapi persaingan

    industri minuman ringan

    Analisis Deskriptif,

    Matriks IFE, EFE,

    IE, SWOT, dan

    QSPM

  • 7/24/2019 Strategi Pengembangan Agribisnis Kopi

    36/93

    20

    III KERANGKA PEMIKIRAN

    3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

    3.1.1 Konsep Agribisnis

    Secara harfiah agribisnis adalah kegiatan bertani yang sudah dipandang

    sebagai kegiatan bisnis, tidak lagi hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhan

    hidup sendiri. Menurut Davis dan Goldberg dalam Syahyuti (2006), agribisnis

    adalah rangkaian semua kegiatan mulai dari pabrik dan distribusi alat-alat maupun

    bahan untuk pertanian, kegiatan produksi pertanian, pengolahan, penyimpanan,

    serta distribusi komoditas pertanian dan barang-barang yang dihasilkannya.

    Sistem agribisnis terdiri dari lima subsistem, yaitu: (1) agribisnis hulu (up-stream

    agribusiness) berupa ragam kegiatan industri dan perdagangan sarana produksi

    pertanian, (2) pertanian primer atau disebut subsistem budidaya (on-farm

    agribusiness), (3) agribisnis hilir (down-stream agribusiness) atau subsistem

    pengolahan, ada kalanya disebut dengan agroindustri, (4) subsistem

    perdagangan atau tata niaga hasil, dan (5) subsistem jasa pendukung berupa

    kegiatan penelitian, penyediaan kredit, sistem transportasi, pendidikan dan

    penyuluhan, serta kebijakan makro.

    Paradigma agribisnis berdiri di atas lima premis dasar, yaitu bahwa usaha

    pertanian haruslahprofit oriented; pertanian hanyalah satu komponen rantai dalam

    sistem komoditi sehingga kinerjanya ditentukan oleh kinerja sistem komoditi

    secara keseluruhan; pendekatan sistem agribisnis adalah formulasi kebijakan

    sektor pertanian yang logis, dan harus dianggap sebagai sistem ilmiah yang

    positif, bukan ideologis dan normatif; sistem agribisnis secara intrinsik netral

    terhadap semua skala usaha dan pendekatan sistem agribisnis khususnya ditujukanuntuk negara sedang berkembang.

    Strategi pembangunan pertanian dengan menerapkan konsep agribisnis,

    sesungguhnya terdiri dari 3 tahap perkembangan yang semestinya terjadi secara

    berurutan yaitu :

    1. Agribisnis berbasis sumberdaya yang digerakkan oleh kelimpahan sumber

    daya sebagai faktor produksi (faktor-driven), dan berbentuk ekstensifikasi

    agribisnis dengan dominasi komoditas primer.

  • 7/24/2019 Strategi Pengembangan Agribisnis Kopi

    37/93

    21

    2. Agribisnis berbasis investasi (investment-driven) melalui percepatan industri

    pengolahan dan industri hulu serta peningkatan sumberdaya manusia.

    3. Agribisnis berbasis inovasi (inovation-driven), dengan kemajuan teknologi.

    Pada tahap ini, komoditas yang diproduksi adalah hasil dari penerapan ilmu

    pengetahuan yang tinggi dan tenaga kerja terdidik, memiliki nilai tambah yang

    besar, dan tujuan pasar yang luas.

    Secara singkat lingkup model pembangunan atau paradigma agribisnis

    dapat digambarkan sebagai berikut :

    Gambar 1. Lingkup Pembangunan Sistem AgribisnisSumber: Pembangunan Sistem dan Usaha Agribisnis

    (60 Tahun Bungaran Saragih, 2005)

    3.1.2 Konsep Perumusan Strategi

    Strategi berasal dari bahasa Yunani yaitu strategos dan strategus yang

    berarti seni perang. Suatu strategi mempunyai dasar-dasar atau skema untuk

    mencapai sasaran yang dituju. Menurut Hamel dan Prahalad (1995): Strategi

    merupakan tindakan yang bersifat incremental (senantiasa meningkatkan) dan

    terus menerus dan dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang

    Subsistem

    Agribisnis

    Hulu Industri

    perbenihan/

    Pembibitan

    tananaman

    Industri

    agrokimia

    Industri

    agro

    otomotif

    Subsistem

    Pemasaran

    Distribusi Promosi

    Informasi

    pasar

    Kebijakan

    perdagangan

    Struktur pasar

    Subsistem

    Pengolahan

    Industrimakanan

    Industri

    minuman

    Industri rokok

    Industri barang

    serat alam

    Industri

    biofarma

    Industri

    agrowisata dan

    estetika

    Subsistem

    Usahatani

    Usahatanaman

    pangan dan

    hortikultura

    Usaha

    perkebunan

    Usaha

    peternakan

    Subsistem Jasa dan Penunjang Perkreditan dan asuransi

    Penelitian dan pengembangan

    Pendidikan dan penyuluhan

    Transportasi dan pergudangan

  • 7/24/2019 Strategi Pengembangan Agribisnis Kopi

    38/93

    22

    diharapkan oleh para pelanggan di masa depan. Dengan demikian perencanaan

    strategi hampir selalu dimulai dari apa yang dapat terjadi, bukan dimulai dari

    apa yang terjadi. Terjadinya kecepatan inovasi pasar baru dan perubahan pola

    konsumen memerlukan kompetensi inti (core competencies). Perusahaan perlu

    mencari kompetensi inti di dalam bisnis yang dilakukan.

    Defenisi strategi yang dikemukakan oleh Chandrel (1962:13)

    menyebutkan bahwa Strategi adalah tujuan jangka panjang dari suatu

    perusahaan, serta pendayagunaan dan alokasi semua sumber daya yang penting

    untuk mencapai tujuan tersebut. Menurut Umar (2008), strategi merupakan

    tindakan yang bersifat (incremental) senantiasa meningkat dan terus menerus,

    serta dilakukan berdasarkan sudut pandangan tentang apa yang diharapkan oleh

    para pelanggan di masa yang akan datang.

    Menurut David (2006) strategi adalah alat untuk mencapai tujuan jangka

    panjang. Manajemen strategis didefenisikan sebagai seni dan pengetahuan untuk

    merumuskan, mengimplementasikan, dan mengevaluasi keputusan lintas

    fungsional yang membuat organisasi mampu mencapai obyektivitasnya.

    Sedangkan proses manajemen strategi adalah suatu pendekatan secara obyektif,

    logis, dan sistematis dalam penetapan keputusan utama dalam suatu organisasi.

    Proses manajemen strategis terdiri dari tiga tahap berturut-turut, perumusan

    strategi, implementasi strategi, dan evaluasi strategi.

    Perencanaan strategi adalah: (a) mengukur dan memanfaatkan kesempatan

    (peluang) sehingga mampu mencapai keberhasilan, (b) membantu meringankan

    beban pengambil keputusan dalam tugasnya menyusun dan mengimplementasikan

    manajemen strategi, (c) agar lebih terkordinasi aktivitas-aktivitas yang dilakukan

    (d) sebagai landasan untuk memonitor perubahan yang terjadi, sehingga dapatsegera dilakukan penyesuaian, dan (e) sebagai cermin atau bahan evaluasi,

    sehingga bisa menjadi penyempurnaan perencanaan strategis yang akan datang.

    Jadi manajemen strategi penting untuk memperoleh keunggulan bersaing dan

    memiliki produk yang sesuai dengan keinginan konsumen dengan dukungan yang

    optimal dari sumberdaya yang ada. Konsep proses manajemen dapat dilihat pada

    Gambar 2.

  • 7/24/2019 Strategi Pengembangan Agribisnis Kopi

    39/93

    23

    Gambar 2. Model Proses Manajemen Strategis yang KomprehensifSumber : David (2006)

    Proses manajemen strategi terdiri dari tiga tahap, yaitu perumusan

    (formulasi) strategi, implementasi strategi dan evaluasi strategi. Tahap perumusan

    strategi meliputi pengembangan pernyataan misi, penetapan tujuan jangka

    panjang, dan pengembangan evaluasi serta seleksi atau pemilihan strategi. Tahap

    pelaksanaan strategi meliputi penetapan kebijakan dan tujuan tahunan serta

    alokasi sumberdaya. Pada tahap evaluasi strategi dilakukan pengukuran dan

    evaluasi kinerja pelaksanaan strategi.

    3.1.3 Analisis Lingkungan Eksternal dan Internal

    Analisis lingkungan internal adalah lebih pada analisis internal perusahaan

    dalam rangka menilai atau mengindentifikasi kekuatan dan kelemahan dari tiap-

    tiap divisi (Rangkuti, 2000). Analisa lingkungan internal perusahaan merupakan

    proses untuk menentukan dimana perusahaan atau pemerintah daerah mempunyai

    kemampuan yang efektif sehingga perusahaan dapat memanfaatkan peluang

    secara efektif dan dapat menangani ancaman di dalam lingkungan.

    Melakukan

    audit

    internal

    Melaksanakan

    strategi

    Menciptakan

    tujuan jangka

    panjang

    Membuat,

    Mengevalusi,

    dan memilih

    strategi

    Mengukur

    dan

    mengevaluasi

    kinerja

    Membuat

    pernyataan

    visi dan

    misi

    Melakukan

    auditeksternal

    Perumusan Pelaksanaan Evaluasi

  • 7/24/2019 Strategi Pengembangan Agribisnis Kopi

    40/93

    24

    David (2006), menyebutkan sosial-faktor lingkungan yang akan dianalisa

    berhubungan dengan kegiatan fungsional perusahaan diantaranya adalah bidang

    manajemen, sumberdaya manusia, keuangan, produksi, pemasaran, dan

    oragnisasi. Analisis lingkungan internal ini pada akhirnya akan mengidentifikasi

    kelemahan dan kekuatan yang dimiliki perusahaan.

    Sedangkan sosial lingkungan eksternal yang dianalisa adalah terdiri dari

    lingkungan makro dan mikro. Lingkungan makro adalah lingkungan yang secara

    tidak langsung mempengaruhi keputusan dalam jangka panjang. Lingkungan ini

    terdiri dari sosial ekonomi, sosial budaya, dan teknologi. Sedangkan lingkungan

    mikro adalah kegiatan perusahaan yang secara langsung mempengaruhi kegiatan

    perusahaan itu sendiri. Lingkungan mikro terdiri dari pesaing, kreditur, pemasok,

    dan pelanggan.

    Analisa lingkungan eksternal untuk mengidentifikasi peluang dan ancaman

    yang sedang dihadapi perusahaan. Peluang merupakan kondisi yang

    menguntungkan bagi perusahaan, sedangkan ancaman adalah keadaan yang tidak

    menguntungkan bagi perusahaan.

    3.1.4 Analisis SWOT (Strengths,Weaknesess, Opportunities, Threats)

    Analisis SWOT adalah perangkat umum yang didesain dan digunakan

    sebagi langkah awal dalam proses pembuatan keputusan dan sebagai perencanaan

    strategis. Menurut Rangkuti (2000), analisis SWOT adalah indentifikasi berbagai

    faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini

    didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan

    peluang (Oppurtunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan

    kelemahan, (Weaknesess)dan ancaman (Threats). Proses pengambilan keputusan

    strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi, dan

    kebijakan perusahaan. Dengan demikian perencanaan strategis (strategic planner)

    harus menganalisis faktor-faktor strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan,

    peluang dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini.

    Menurut David (2006) faktor-faktor kunci eksternal dan internal

    merupakan pembentuk matriks SWOT yang menghasilkan empat tipe strategi,

    yaitu a) Strategi SO yakni strategi yang menggunakan kekuatan internal untuk

  • 7/24/2019 Strategi Pengembangan Agribisnis Kopi

    41/93

    25

    memanfaatkan peluang eksternal, b) strategi WO yakni mengatasi kelemahan

    internal dengan memanfaatkan keunggulan peluang eksternal, c) strategi ST yaitu

    strategi yang menggunakan kekuatan internal untuk menghindari pengaruh dari

    ancaman eksternal, serta d) strategi WT adalah strategi bertahan dengan

    meminimalkan kelemahan dan mengantisipasi ancaman lingkungan.

    Data dan informasi internal perusahaan dapat digali dari fungsional

    perusahaan, misalnya dari aspek manajemen, keuangan, SDM, pemasaran, sistem

    informasi dan produksi. Data eksternal dikumpulkan untuk menganalisis hal-hal

    yang menyangkut persoalan ekonomi, sosial, budaya, demografi, lingkungan

    politik, pemerintahan, hukum, teknologi, persaingan di pasar industri di mana

    perusahaan berada.

    3.1.5 Analisis QSPM (Quantiative Strategy Planning Matrix)

    QSPM (Quantiative Strategy Planning Matrix) adalah alat yang

    direkomendasikan bagi para ahli strategi untuk melakukan evaluasi pilihan

    strategi alternatif secara objektif, berdasarkan key success factors internal-

    eksternal yang telah diidentifikasikan sebelumnya. Tujuan QSPM adalah untuk

    menetapkan kemenarikan relatif (relative attractiveness) dari strategi-strategi

    yang bervariasi yang telah dipilih, untuk menentukan strategi mana yang dianggap

    paling baik untuk diimplementasikan.

    David (2006), menyebutkan bahwa dalam merancang dan memperoleh

    daftar prioritas strategi, hanya ada satu teknik analisis yan dirancang untuk

    menetapkan daya tarik relatif dari tindakan alternatif yang dijalankan. Teknik

    tersebut adalah Matriks QSP yang merupakan tahap ketiga dalam kerangka

    analisis perumusan strategi. Teknik tersebut secara objektif menunjukkan strategialternatif yang paling baik. QSPM menggunakan masukan dari analisis tahap

    pertama dan hasil-hasil pencocokan dari analisis tahap kedua (matriks SWOT).

    QSPM menentukan daya tarik relatif dari berbagai strategi yang

    didasarkan sampai seberapa jauh faktor-faktor keberhasilan kritis eksternal dan

    internal kunci dimanfaatkan atau ditingkatkan. Daya tarik relatif dari masing-

    masing strategi dihitung dengan menentukan dampak kumulatif dari masing-

    masing strategi faktor keberhasilan kritis eksternal dan internal. Setiap jumlah

  • 7/24/2019 Strategi Pengembangan Agribisnis Kopi

    42/93

    26

    rangkaian strategi alternatif dapat diikutkan dalam QSPM, dan setiap jumlah

    strategi dapat menyusun suatu rangkaian strategi tertentu. Tetapi hanya strategi-

    strategi dari satu rangkaian tertentu yang dinilai relatif terhadap satu sama lain.

    Menurut David (2006), QSPM memiliki sifat positif yang dapat

    ditonjolkan dalam menyusun sebuah prioritas strategi, yakni rangkaian strategi ini

    dapat diperiksa secara berurutan atau bersama. Tidak ada batasan untuk jumlah

    strategi yang dapat dievaluasi jumlah rangkaian strategi yang dapat diperiksa

    dengan menggunakan QSPM. Selain memiliki kelebihan, QSPM juga memiliki

    kelemahan dalam pelaksanaanya. Kelemahan dari QSPM, yakni proses ini selalu

    memerlukan penilaian intuitif dan asumsi yang diperhitungkan. Namun demikian,

    dalam memberi peringkat dan nilai daya tarik mengharuskan keputusan subjektif,

    tetapi prosesnya harus menggunakan informasi objektif.

    3.2 Kerangka Pemikiran Operasional

    Pemerintah Provinsi Sumatera Utara tahun ini berencana memperluas areal

    perkebunannya hingga 146 ribu hektar lagi dari luas yang sudah ada dewasa ini

    sekitar 1,8 juta hektar dengan 23 komoditi. Perluasan 146 ribu hektar itu

    diprogramkan untuk tanaman unggulan Sumatera Utara yakni kopi, kakao, karet

    dan kelapa. Direncanakan, perluasan itu dilakukan di 21 kabupaten dari 32

    kota/kabupaten yang ada di Sumatera Utara dewasa ini. Kebijakan itu dilakukan

    berkaitan dengan program Gubernur Sumatera Utara yang antara lain

    menginginkan rakyat tidak lapar dan punya masa depan. Dinas Perkebunan tahun

    ini menyediakan 700 ribu bibit untuk empat komoditi itu dimana bibit tersebut

    bisa untuk kebutuhan di lahan seluas 1.400 hektar. Bantuan benih sebanyak 700

    ribu untuk kakao, karet, kopi dan kelapa pada tahun ini naik cukup besardibandingkan alokasi tahun lalu yang masih hanya 400 ribu benih. Adapun

    pembagian benih itu disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing daerah.1

    Kopi merupakan salah satu komoditas yang sangat potensial di Kabupaten

    Humbang Hasundutan. Namun produktivitas kopi di Humbang Hasundutan belum

    optimal, hal ini terlihat bahwa produktivitas kopi Humbang Hasundutan hanya

    0,88 ton per hektar pada tahun 2007. Dalam pengembangan kopi di Humbang

    1

    Areal Perkebunan Sumut Diperluas 146 Ribu Hektare dalam http://hariansib.com/2009/02/.Diakses 29 Mei 2009

  • 7/24/2019 Strategi Pengembangan Agribisnis Kopi

    43/93

    27

    Hasundutan, petani kesulitan dalam memperoleh benih unggul dan memasarkan

    produknya, sehingga petani tidak memperhatikan kualitas produk. Apabila harga

    kopi turun, petani tidak peduli dengan kualitas dan hasil panenannya, ketika harga

    naik, produksinya malah turun. Disamping itu biaya produksi yang cenderung

    makin mahal menjadi faktor penghambat pengembangan kopi di Humbang

    Hasundutan, khususnya dalam memberantas hama penyakit.

    Sementara menurut data AEKI Sumatera Utara April 2008 Kopi di

    Sumatera Utara terbukti menjadi salah satu penyumbang devisa. Ekspor kopi

    Sumatera Utara hingga April 2008 telah mencapai 71,68 juta dolar AS dari

    volume ekspor biji dan bubuk kopi sebanyak 21.969 ton. Dari jumlah ini kopi

    jenis arabika menjadi penyumbang terbesar yakni 65,07 juta dolar AS dari volume

    ekspor sebanyak 19.137 ton. Ini menunjukkan bahwa kopi Humbang Hasundutan

    hanya mampu menyumbang 0,88 ton per hektar terhadap total ekspor kopi

    Sumatera Utara yang mencapai hingga 71,68 juta dollar AS.

    Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian yang berkaitan dengan strategi

    pengembangan kopi di Kabupaten Humbang Hasundutan. Hal ini dilakukan untuk

    mengetahui apakah faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan kopi di

    Kabupaten Humbang Hasundutan dan strategi utama apa yang dapat

    mengembangkan produktivitas kopi Kabupaten Humbang Hasundutan. Di lain

    pihak dengan adanya dukungan pemerintah untuk memperluas areal perkebunan

    dan bantuan benih, maka penelitian strategi pengembangan kopi ini perlu

    dilakukan.

    Penelitian mengenai strategi pengembangan kopi dilakukan dengan

    mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal yang berkaitan dengan kopi

    Kabupaten Humbang Hasundutan. Untuk mengetahui alternatif strategipengembangan kopi, maka identifikasi faktor internal dan eksternal dianalisis

    dengan analisis SWOT.

    Dari alternatif yang sudah didapat, selanjutnya dilakukan analisis dan

    evaluasi strategi sebelum tahap penetapan rencana strategi, setelah evaluasi

    dilakukan maka dilanjutkan dengan tahap terakhir menetapkan rencana strategis

    pengembangan kopi Kabupaten Humbang Hasundutan, penetapan prioritas

    strategi ini menggunakan analisis QSPM untuk menentukan prioritas strategi yang

  • 7/24/2019 Strategi Pengembangan Agribisnis Kopi

    44/93

    28

    akan dijalankan berdasarkan potensi sumberdaya wilayah yang didukung oleh

    hasil analisis lingkungan internal dan eksternal serta mengusulkan strategi

    komprehensif sehingga yang diusulkan akan sesuai dengan kondisi Kabupaten

    Humbang Hasundutan, untuk lebih ringkasnya gambaran mengenai penelitian

    dapat dilihat pada Gambar 3.

    Gambar 3. Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian

    Permasalahan Agribisnis Kopi

    Kabupaten Humbang Hasundutan

    Faktor-Faktor Keragaan Sumberdaya :

    Sumberdaya alam dan lingkungan Sumberdaya manusia

    Sumberdaya sosial dan kelembagaan

    Sumberdaya buatan

    Analisis Faktor faktor

    Internal dan Eksternal

    Analisis SWOT

    Strategi Pengembangan

    Agribisnis Kopi

    Humbang Hasundutan

    Matriks QSP :

    Tahap Penetapan Prioritas Strategi

  • 7/24/2019 Strategi Pengembangan Agribisnis Kopi

    45/93

    29

    IV METODE PENELITIAN

    4.1 Lokasi dan Waktu

    Penelitian dilakukan di Kabupaten Humbang Hasundutan Sumatera Utara.

    Pemilihan daerah penelitian ini dilakukan dengan sengaja (purposive) dengan

    beberapa pertimbangan. Pertimbangan pertama, Kabupaten Humbang Hasundutan

    adalah salah satu kabupaten penghasil kopi di Sumatera Utara.

    Pertimbangan kedua, Kabupaten Humbang Hasundutan mempunyai

    potensi sumberdaya alam khususnya lahan pertanian yang subur, sumberdaya

    manusia yang memiliki semangat, kerja keras dan budaya bertani yang turun-

    temurun. Proses pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan pada bulan Juni-

    Juli 2009.

    4.2 Metode Pengambilan Sampel

    Metode pengambilan sampel dilakukan dengan secara sengaja (purposive)

    yang terdiri dari :

    1. Kepala Bidang Perkebunan Dinas Pertanian Kabupaten Humbang

    Hasundutan, dengan pertimbangan lebih mengetahui dalam perkembangan

    kopi dan sebagai penyusun dan menetapkan kebijakan yang berkaitan dengan

    pengembangan kopi,

    2. Kepala Bappeda (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah) Kabupaten

    Humbang Hasundutan, karena secara umum mempunyai hak dalam menyusun

    dan merencanakan pembangunan Kabupaten Humbang Hasundutan, dan

    khususnya arahan kebijakan yang berkaitan dengan pengembangan kopi,

    3. Ketua Asosiasi Petani Kopi Lintong Organik, dengan alasan sebagai satu-satunya Asosiasi pengembangan kopi Humbang Hasundutan,

    4. Ketua Kelompok Tani Kopi di tiap kecamatan yang terpilih, dengan alasan

    Ketua lebih mengetahui permasalahan dalam pengembangan kopi Humbang

    Hasundutan dan lebih dekat dengan petani kopi.

    5. Pedagang pengumpul dan Pengusaha industri kopi yang ada di Kabupaten

    Humbang Hasundutan, dengan alasan sebagai subsistem hilir agribisnis kopi.

  • 7/24/2019 Strategi Pengembangan Agribisnis Kopi

    46/93

    30

    4.3 Metode Pengumpulan Data

    Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data

    sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dan pengisian kuisioner oleh

    responden, serta pengamatan langsung.

    Data sekunder yang dikumpulkan yaitu data sumberdaya fisik lahan, data

    produktivitas sumberdaya alam, data sumberdaya buatan, data sumberdaya

    manusia dan data PDRB sektor pertanian yang terkait dengan penelitian. Data

    tersebut diperoleh dari instansi seperti Dinas Pertanian Humbang Hasundutan,

    Kantor Bappeda Humbang Hasundutan, Dinas Perkebunan Sumatera Utara, BPS

    Humbang Hasundutan dan dinas-dinas terkait dalam pengembangan kopi di

    Humbang Hasundutan.

    4.4 Metode Pengolahan Data

    Pengolahan data dilakukan selama dan setelah pengumpulan data dilapang

    (data primer). Data yang diolah berasal dari data primer dan sekunder, pengolahan

    data dilakukan dengan bantuan programMicrosoft Exceldan kalkulator.

    Penelitian ini dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Analisis data

    yang dilakukan meliputi tahap pemasukan data, transfer data, editing data,

    pengolahan data dan interpretasi data. Analisis dalam penelitian meliputi analisis

    internal dan eksternal, dilanjutkan dengan analisis SWOT dan QSPM, untuk

    merumuskan dan menetapkan prioritas strategi bagi pengembangan kopi di

    Kabupaten Humbang Hasundutan.

    4.5 Tahap Perumusan Strategi

    Perumusan strategi pengembangan kopi Kabupaten Humbang Hasundutandilakukan melalui tiga tahap, yaitu tahap masukan (input stage), tahap

    pencocokan (matching stage) dan tahap pengambilan keputusan (decision stage).

    Tahap masukan adalah menyimpulkan informasi dasar yang diperlukan untuk

    merumuskan strategi dengan menggunakan matriks IFE (Internal Faktor

    Evaluation) dan EFE (External Faktor Evaluation). Informasi dasar ini diperoleh

    dari data primer dan data sekunder. Tahap pencocokan merupakan tahapan yang

  • 7/24/2019 Strategi Pengembangan Agribisnis Kopi

    47/93

    31

    merumuskan strategi, tahap kedua ini menggunakan matriks SWOT. Dilanjutkan

    tahap ketiga yaitu tahap pengambilan keputusan yang menggunakan matriks QSP.

    4.5.1 Analisis Matriks IFE (Internal Faktor Evaluation) dan EFE (External

    Faktor Evaluation)

    Matriks IFE ditujukan mengidentifikasi faktor lingkungan internal dan

    mengukur sejauh mana kekuatan dan kelemahan yang dimiliki daerah, sedangkan

    matriks EFE ditujukan untuk mengidentifikasi faktor lingkungan eksternal dan

    mengukur sejauh mana peluang dan ancaman yang dihadapi daerah.

    Tahap-tahap yang dilakukan untuk mengidentifikasi faktor-faktor kunci

    dalam matriks IFE dan EFE adalah sebagai berikut :

    a. Identifikasi Faktor-Faktor Internal dan Eksternal Wilayah

    Langkah awal yang dilakukan adalah mengidentifikasi faktor internal,

    yaitu mendaftar semua kekuatan dan kelemahan yang dimiliki daerah. Daftarkan

    kekuatan terlebih dahulu, baru kemudian kelemahan wilayah. Identifikasikan

    faktor eksternal wilayah dengan melakukan pendaftaran semua peluang dan

    ancaman wilayah. Daftarkan peluang terlebih dahulu, baru kemudian ancaman

    wilayah. Daftar harus spesifik dengan menggunakan presentase, rasio atau angka

    perbandingan. Hasil kedua identifikasi faktor-faktor di atas menjadi faktor

    penentu eksternal dan internal yang selanjutnya akan diberi bobot.

    b. Penentuan Bobot Variabel

    Pemberian bobot setiap faktor dengan skala mulai dai 0,0 (tidak penting)

    sampai 1,0 (paling penting). Pemberian bobot ini berdasarkan pengaruh faktor-

    faktor tersebut terhadap posisi strategis wilayah dalam suatu daerah tertentu.

    Jumlah bobot yang diberikan harus sama dengan satu.Penentuan bobot akan dilakukan dengan cara mengajukan identifikasi

    faktor strategis internal dan eksternal tersebut kepada responden dengan

    menggunakan metode paired comparison. Metode ini digunakan untuk

    memberikan penilaian terhadap bobot setiap faktor penentu internal. Setiap

    variabel digunakan skala 1, 2, dan 3 untuk menentukan bobot.

  • 7/24/2019 Strategi Pengembangan Agribisnis Kopi

    48/93

    32

    Skala yang digunakan untuk menentukan bobot adalah :

    1 = Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal

    2 = Jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal

    3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal

    Bentuk penilaian pembobotan dapat dilihat pada Tabel 6 dan 7. Cara

    membaca perbandingan dimulai dari variabel baris (indikator vertikal)

    dibandingkan dengan variabel kolom (indikator horizontal) dan harus konsisten.

    Tabel 6. Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal Wilayah

    Faktor Strategis Internal A B C D .. Total

    A XiB

    C

    D

    Total =

    n

    i

    Xi1

    Tabel 7. Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal Wilayah

    Faktor Strategis Eksternal A B C D .. Total

    A Xi

    B

    C

    D

    Total =

    n

    i

    Xi1

    Menurut Kinnear dalam Karo-Karo (2006), bobot setiap variabel diperoleh

    dengan menentukan nilai setiap variabel terhadap jumlah nilai keseluruhan

    variabel dengan menggunakan rumus :

    =

    =n

    i

    Xi

    Xii

    1

    Dimana,

    i = Bobot variable ke-i n = jumlah data

    Xi= Nilai variabel x ke-i i = 1, 2, 3,...., n

  • 7/24/2019 Strategi Pengembangan Agribisnis Kopi

    49/93

    33

    c. Penentuan Rating

    Penentuan rating oleh stakeholdersdilakukan terhadap variabel-variabel.

    Dalam mengukur masing-masing variabel terhadap kondisi wilayah digunakan

    skala 1, 2, 3, dan 4 terhadap masing-masing faktor strategis. Matriks IFE dan

    EFE dapat dilihat pada Tabel 8 dan 9.

    Menurut David (2006) skala nilai rating untuk matriks IFE (kekuatan dan

    kelemahan) adalah :

    1 = Kelemahan utama/mayor 3 = Kekuatan kecil/minor

    2 = Kelemahan kecil/minor 4 = Kekuatan besar/mayor

    Sedangkan untuk matriks EFE (peluang dan ancaman), skala nilai rating yang

    digunakan adalah :

    1 = Tidak berpengaruh 3 = Kuat pengaruhnya

    2 = Kurang kuat pengaruhnya 4 = Sangat kuat pengaruhnya

    Penentuan rating yang dilakukan oleh masing-masing responden,

    selanjutnya akan disatukan dalam matriks gabungan IFE dan EFE. Untuk

    perolehan nilai rating pada matriks gabungan dilakukan dengan menggunakan

    metode rata-rata dan setiap hasil yang memiliki nilai desimal akan dibulatkan.

    Adapun ketentuan pembulatan dalam matriks gabungan ini adalah, jika pecahan

    desimal berada pada kisaran dibawah 0,5 (0,5) dibulatkan

    keatas. Pembulatan ini tentunya tidak akan mempengaruhi hasil perhitungan

    secara signifikan (David, 2006).

    Selanjutnya dilakukan penjumlahan dari pembobotan yang dikalikan

    dengan rating pada tiap faktor untuk memperoleh skor pembobotan. Jumlah skor

    pembobotan berkisar ant