34935463 tinjauan pustaka ku 1

Upload: arif-tantri-h

Post on 04-Feb-2018

230 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/21/2019 34935463 Tinjauan Pustaka Ku 1

    1/33

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Penyakit alergi yang kita kenal dalam praktek sehari-hari antara lain ialah,

    reaksi atopi (rhinitis alergika, asthma bronehiale, urticaria, eezema atopik) alergi

    obat, dermatitis kontak, dan serum sickness yang sudah jarang dilihat lagi. Dari

    kepustakaan dikatakan bahwa 30% dari penduduk itu mempunyai kemungkinan

    selama dalam hidupnya untukmenunjukkan suatu reaksi alergi, tapi hanya 10% yang

    membutuhkan pertolongan medik.hinitis alergika adalah penyakit alergi yang paling

    banyakditemukan, lalu disusuloleh asthma bronchiale dan urticaria.

    !eskipun rhinitis alergika kelihatannya tidak seberapa payah,tapi dalam

    praktek kita, banyak sekali yang mendapat cukup gangguan-gangguan hidungnyaantara lain berair terus sehingga memakai lebih dari 10 saputangan sehari, matanya

    berair dan gatal-gatal yang hilang timbul, berbangkis-bangkis yang tak henti-henti,

    terutama dipagi hari atau kalau penderita banyak kena debu. "alau hal ini dibiarkan

    terus, kelak akan timbul berbagai komplikasi yang menyangkut kesulitan-kesulitan

    didaerah hidung

    initis alergi adalah penyakit umum yang paling banyak di derita oleh

    perempuan dan laki-laki yang berusia 30 tahunan. !erupakan in#lamasi mukosa

    saluran hidung dan sinus yang disebabkan alergi terhadap partikel, seperti debu, asap,

    serbuk$tepung sari yang ada di udara. !eskipun bukan penyakit berbahaya yang

    mematikan, rinitis alergi harus dianggap penyakit yang serius karena karena dapat

    mempengaruhi kualitas hidup penderitanya. ak hanya akti&itas sehari-hari yang

    menjadi terganggu, biaya yang akan dikeluarkan untuk mengobatinya pun akan

    semakin mahal apabila penyakit ini tidak segera diatasi karena telah menjadi kronis.

    initis alergi merupakan masalah kesehatan global yang menyerang kira-

    kira 10-'0% penduduk dunia. (ejak pertama kali ditemukan di )nggris pada tahun

    1*1+, pre&alensinya semakin meningkat mencapai sekitar 0% dari populasi umum.

    (ebagian besar penderita ternyata mengalami penurunan kualitas hidup, kualitas

    pendidikan di sekolah dan produkt&itas kerja, akibat dari gejala-gejala yang dialami.

    (elain itu, kebanyakan penderita tidak menyadari penyakit alergi ini, sehingga biaya

    medis yang dikeluarkan untuk berulang kali berobat sangat tinggi. leh karena itu

    1

  • 7/21/2019 34935463 Tinjauan Pustaka Ku 1

    2/33

    sangat penting untuk mengenali gejala dan tanda rinitis alergi, sehingga dapat

    didiagnosis dengan tepat dan ditatalaksana dengan adekuat.

    Diagnosis dari rinitis alergi dapat ditegakkan dengan anamnesis yang cermat,

    pemeriksaan serta beberapa pemeriksaan yang dapat menyingkirkan

    kemungkinan jenis rinitis lainnya. initis alergi ini merupakan salah satu mani#estasi

    dari reaksi hipersensiti#itas tipe 1 /ell omb yang diperantarai oleh )g2 dengan

    mukosa hidung sebagai organ sasaran. /ejala-gejala yang banyak dikeluhkan yaitu

    bersin-bersin, hidung tersumbat, rinore dan gatal pada hidung, yang dapat disertai

    dengan keluhan lain atau juga tidak. Penyakit ini dapat menimbulkan gejala sistemik,

    menurunkan kualitas hidup, mengganggu sekolah dan kegiatan akademis serta

    mengurangi produkti&itas kerja. al ini menyebabkan penatalaksanaan yang baik

    sangat diperlukan bagi penderita rinitis alergi sehingga dapat menjalani hidup dengan

    kualitas yang lebih baik

  • 7/21/2019 34935463 Tinjauan Pustaka Ku 1

    3/33

  • 7/21/2019 34935463 Tinjauan Pustaka Ku 1

    4/33

    . 7lergen kontaktan , yang masuk melalui kontak kulit atau jaringan mukosa,

    misalnya bahan kosmetik atau perhiasan.

    !am"ar #.Alergen.

    Dengan masuknya antigen asing ke dalam tubuh terjadi reaksi yang secara

    garis besar terdiri dari9

    1. espon primer

    erjadi proses eliminasi dan #agositosis antigen 57g6. eaksi ini

    bersi#at non spesi#ik dan dapat berakhir sampai disini. 8ila 7g tidak berhasil

    seluruhnya dihilangkan, reaksi berlanjut menjadi respon sekunder.

    . espon sekunder

    eaksi yang terjadi bersi#at spesi#ik, yang mempunyai tiga

    kemungkinan ialah sistem imunitas seluler atau humoral atau keduanya

    dibangkitkan. 8ila 7g berhasil dieliminasi pada tahap ini, reaksi selesai. 8ila

    7g masih ada, atau memang sudah ada de#ek dari sistem imunologik, maka

    reaksi berlanjut menjadi respon tersier.

    D. Patofisiologi

  • 7/21/2019 34935463 Tinjauan Pustaka Ku 1

    5/33

    $ea%si tipe I ata& anafila%ti%

    eaksi ini terjadi pada waktu alergen atau antigen bereaksi dengan :at anti

    yang spesi#ik, yang dikenal dengan nama reagin. 8erdasarkan penyelidikan

    )();7"7 dan )();7"7, ternyata bahwa akti&itas reagin itu bukan dibawakan

    oleh )g/, )g7, )g! maupun )gD, melainkan oleh satu kelas imunoglobulin yang

    disebut )g2. )munoglobulin ini mempunyai suatu keistimewaan, yaitu dapat melekat

    pada sel baso#il dan$atau mastosit 5

  • 7/21/2019 34935463 Tinjauan Pustaka Ku 1

    6/33

    )g2 di sirkulasi darah akan masuk ke jaringan dan diikat oleh reseptor )g2 di

    permukaan sel mastosit atau baso#il 5sel mediator6 sehingga kedua sel ini menjadi

    akti#. Proses ini disebut sensitisasi yang menghasilkan sel mediator yang

    tersensitisasi. 8ila mukosa yang sudah tersensitisasi terpapar alergen yang sama,

    maka kedua rantai )g2 akan mengikat alergen spesi#ik dan terjadi degranulasi

    5pecahnya dinding sel6 mastosit dan baso#il dengan akibat terlepasnya mediator kimia

    yang sudah terbentuk 5Perormed Mediators6 terutama histamin. (elain histamin juga

    dikeluarkan !e"ly #ormed Mediators antara lain prostaglandin D 5P/D6,

    ?eukotrien D 5? D6, ?eukotrien 5? 6, bradikinin. Platelet Acti$ating

    #actor 5P7>6 dan berbagai sitokin. 5)?3, )?, )?', )?@, /!-(> 5%ranulocyte

    Macrophage Colony &timulating #actor6 dan lain-lain. )nilah yang disebut sebagai

    eaksi 7lergi >ase epat 57>6.

    !am"ar '( $ea%si alergi t)pe I

    istamin akan merangsang reseptor 1 pada ujung sara# &idianus sehingga

    menimbulkan rasa gatal pada hidung dan bersin-bersin. istamin juga akan

    menyebabkan kelenjar mukosa dan sel goblet mengalami hipersekresi dan

    permeabilitas kapiler meningkat sehingga terjadi rinore. /ejala lain adalah hidung

    tersumbat akibat &asodilatasi sinusoid. (elain histamin merangsang ujung sara#

    @

  • 7/21/2019 34935463 Tinjauan Pustaka Ku 1

    7/33

  • 7/21/2019 34935463 Tinjauan Pustaka Ku 1

    8/33

    Ta"el # $ea%si Alergi tipe lam"at dan ,epat

    E.!am"aran Histologi

    (ecara mikroskopik tampak adanya dilatasi pembuluh 5$ascular bad6 dengan

    pembesaran sel goblet dan sel pembentuk mukus. erdapat juga pembesaran ruang

    interseluler dan penebalan membran basal, serta ditemukan in#iltrasi sel-sel eosino#il

    pada jaringan mukosa dan submukosa hidung.

    /ambaran yang ditemukan terdapat pada saat serangan. Diluar keadaan

    serangan, mukosa kembali normal. 7kan tetapi serangan dapat terjadi terus-menerus

    5persisten6 sepanjang tahun, sehingga lama kelamaan terjadi perubahan yang

    ire&ersibel, yaitu terjadi proli#erasi jaringan ikat dan hiperplasia mukosa, sehingga

    tampak mukosa hidung menebal.

    E. Klasifi%asi

    Dahulu rinitis alergi dibedakan dalam macam berdasarkan si#at

    berlangsungnya, yaitu 9

    1. initis alergi musiman 5seasonal, hay #e&er, polinosis6

    Di )ndonesia tidak dikenal rinitis alergi musiman, hanya ada di negara

    yang mempunyai musim. 7lergen penyebabnya spesi#ik, yaitu tepungsari

    5pollen6 dan spora jamur. leh karena itu nama yang tepat adalah polinosis atau

    *

  • 7/21/2019 34935463 Tinjauan Pustaka Ku 1

    9/33

    rino konjungti&itis karena gejala klinik yang tampak ialah gejala pada hidung dan

    mata 5mata merah, gatal disertai lakrimasi6.

    !am"ar -.$initis alergi

    . initis alergi sepanjang tahun 5perenial6

    /ejala pada penyakit ini timbul intermiten atau terus-menerus, tanpa

    &ariasi musim, jadi dapat ditemukan sepanjang tahun.

    Penyebab yang paling sering adalah alergen inhalan, terutama pada orang

    dewasa, dan alergen ingestan. 7lergen inhalan utama adalah alergen dalam rumah

    5indoor6 dan alergen luar rumah 5outdoor6. 7lergen inhalan dalam rumah terdapat

    di kasur kapuk, tutup tempat tidur, selimut, karpet, dapur, tumpukan baju dan

    buku-buku, serta so#a. "omponen alergennya terutama berasal dari serpihan kulit

    dan #eses tungau * Pteronyssinus, * arinae dan+lomia tropicalis, kecoa dan

    bulu binatang peliharaan 5anijng, kucing, burung6. 7lergen inhalan di luar rumah

    berupa polen dan jamur. 7lergen ingestan sering merupakan penyebab pada anak-

    anak biasanya disertai dengan gejala alergi yang lain, seperti urtikaria, gangguan

    pencernaan. /angguan #isiologik pada golongan perenial lebih ringan

    dibandingkan dengan golongan musiman tetapi karena lebih persisten maka

    komplikasinya lebih sering ditemukan.

    /ejala keduanya hampir sama, hanya berbeda dalam si#at berlangsungnya.

    +

  • 7/21/2019 34935463 Tinjauan Pustaka Ku 1

    10/33

    (aat ini digunakan klasi#ikasi rinitis alergi berdasarkan rekomendasi dari

    4 )nitiati&e 7)7 57llergic hinitis and its )mpact on 7sthma6 tahun 000, yaitu

    berdasarkan si#at berlangsungnya dibagi menjadi 9

    1. )ntermiten 5kadang-kadang6 9 bila gejala kurang dari hari$minggu atau

    kurang dari munggu.

    . Persisten$menetap bila gejala lebih dari hari$minggu dan atau lebih dari

    minggu.

    (edangkan untuk tingkat berat ringannya penyakit, rinitis alergi dibagi menjadi 9

    1. ingan bila tidak ditemukan gangguan tidur, gangguan akti&itas harian,

    bersantai, berolahraga, belajar, bekerja, dan hal-hal lain yang mengganggu.

    . (edang atau berat bila terdapat satu atau lebih dari gangguan tersebut diatas.

    . DiagnosisDiagnosis rinitis alergi ditegakkan dengan cara 9

    #. Anamnesis

    7namnesis sangat penting, karena seringkali serangan tidak terjajdi di

    hadapan pemeriksa. /ejala rinitis alergi yang khas ialah terdapatnya serangan bersin

    berulang. (ebetulnya bersin merupakan gejala yang normal, terutama pagi hari atau

    bila terdapat kontak dengan sejumlah besar debu. al ini merupakan mekanisme

    #isiologik, yaitu proses membersihkan sendiri. 8ersin ini merupakan gejala pada

    7> dan kadang-kadang 7>? sebagai akibat dilepaskannya histamin. /ejala lain

    ialah keluar ingus 5rinore6 yang encer dan banyak, hidung tersumbat, hisung dan mata

    gatal, yang kadang-kadang disertai air mata keluar 5lakrimasi6. initis alergi sering

    disertai oleh gejala konjungti&itis alergi. (ering kali gejala yang timbul tidak lengkap,

    terutama pada anak. "adang-kadang keluhan hidung tersumbat merupakan keluhan

    utama atau satu-satunya gejala yang diutarakan oleh pasien.

    '. Pemeri%saan isi%

    Pada muka biasanya didapatkan garis Dennie-!organ dan allergic shinner,

    yaitu bayangan gelap di daerah bawah mata karena stasis &ena sekunder akibat

    obstruksi hidung. (elain itu, dapat ditemukan juga allergic crease yaitu berupa garis

    melintang pada dorsum nasi bagian sepertiga bawah. /aris ini timbul akibat hidung

    yang sering digosok-gosok oleh punggung tangan 5allergic salute6. !ulut sering

    terbuka dengan lengkung langit-langit yang tinggi, sehingga akan menyebabkan

    gangguan pertumbuhan gigi geligi 5#acies adenoid6. Dinding posterior #aring tampak

    10

  • 7/21/2019 34935463 Tinjauan Pustaka Ku 1

    11/33

    granuler dan edema 5cobblestone appearance6. ?idah tampak seperti gambaran peta

    5geographic tongue6.

    !am"ar /.gam"aran %linis

    11

  • 7/21/2019 34935463 Tinjauan Pustaka Ku 1

    12/33

    Pada rinoskopi anterior tampak mukosa edema, basah, berwarna pucat atau

    li&id disertai adanya sekret encer yang banyak. 8ila gejala persisten, mukosa in#erior

    tampak hipertro#i. Perlu juga dilihat adanya kelainan septum atau polip hidung yang

    dapat memperberat gejala hidung tersumbat. (elain itu, dapat pula ditemukan

    konjungti&is bilateral atau penyakit yang berhubungan lainnya seperti sinusitis dan

    otitis media.

    !am"ar 0 rhinos%opi anterior

    *. Pemeri%saan pen&n+ang

    a. Pemeriksaan sitologi hidung, walaupun tidak dapat memastikan diagnosis,

    tetap berguna sebagai pemeriksaan pelengkap. Ditemukannya eosino#il dalam

    jumlah banyak menunjukkan kemungkinan alergi inhalan. Cika baso#il 5'

    1

  • 7/21/2019 34935463 Tinjauan Pustaka Ku 1

    13/33

    sel$lap6 mungkin disebabkan alergi makanan, sedangkan jika ditemukan sel

    P! menunjukkan adanya in#eksi bakteri.

    b. itung eosino#il dalam darah tepi dapat normal atau meningkat. Demikian

    pula pemeriksaan )g2 total 5prist-paper radio imunosorbent test6 sering kali

    menunjukkan nilai normal, kecuali bila tanda alergi pada pasien lebih dari satu

    macam penyakit, misalnya selain rinitis alergi juga menderita asma bronkial

    atau urtikaria. Pemeriksaan ini berguna untuk prediksi kemungkinan alergi

    pada bayi atau anak kecil dari suatu keluarga dengan derajat alergi yang tinggi.

    ?ebih bermakna adalah dengan 7( 5.adio 'mmuno &orbent /est6 atau

    2?)(7 5nzyme 0inked 'mmuno &orbent Assay /est6.

    c. Eji kulit alergen penyebab dapat dicari secara in&i&o.7da beberapa cara, yaitu uji intrakutan atau intradermal yang tunggal

    atau berseri 5&kin nd-point /itration$(26, uji cukit 5Prick /est6 dan uji gores

    5&cratch /est6. "edalaman kulit yang dicapai pada kedua uji kulit 5uji cukit

    dan uji gores6, sama. (2 dilakukan untuk elergen inhalan dengan

    menyuntikkan alergen dalam berbagai konsentrasi yang bertingkat

    kepekatannya. "euntungan (2, selain alergen penyebab juga derajat alergi

    serta dosis inisial untuk desensitisasi dapat diketahui.

    13

  • 7/21/2019 34935463 Tinjauan Pustaka Ku 1

    14/33

    Entuk alergi makanan, uji kulit seperti tersebut diatas kurang dapat

    diandalkan. Diagnosis biasanya ditegakkan dengan diet eliminasi dan

    pro&okasi 5FChallenge /estG6.7lergen ingestan secara tuntas lenyap dari tubuh

    dalam waktu lima hari. "arena itu pada hallenge est, makanan yang

    dicurigai diberikan pada pasien setelah berpantang selama ' hari, selanjutnya

    diamati reaksinya. Pada diet eliminasi, jenis makanan setiap kali dihilangkan

    dari menu makanan sampai suatu ketika gejala menghilang dengan

    meniadakan suatu jenis makanan.

    Eji kulit untuk alergi makanan yang akhir-akhir ini banyak dilakukan

    adalahPro$ocati$e #ood /est5)P>6.

    Dengan lengkapnya pemeriksaan ini, selain alergen jenis penyebab,

    juga dapat diketahui besarnya konsentrasi alergen yang dapat menetralkanreaksi akibat alergen tersebut.

    !. Kompli%asi

    "omplikasi rinitis alergi yang paling sering adalah 9

    1. Polip hidung.

    8eberapa peneliti mendapatkan, bahwa alergi hidung merupakan salah

    satu #aktor penyebab terbentuknya polip hidung dan kekambuhan polip

    hidung.

    . titis media yang sering residi#, terutama pada anak-anak.

    3. (inusitis paranasal.

    "edua komplikasi yang terakhir bukanlah sebagai akibat langsung dari rinitis

    alergi, tetapi karena adanya sumbatan hidung, sehingga menghambat drenase.

    H. Penatala%sanaan

    erapi rinitis alergi umumnya berdasarkan tahap-tahap reaksi alergi, yaitu9

    1. ahap terjadinya kontak antara alergen dengan kulit atau mukosa hidung.

    ahapan ini diterapi dengan penghindaran terhadap alergen penyebab.

    . ahap penetrasi alergen ke dalam jaringan subkutan$submukosa menuju )g2

    pada permukaan sel mast atau baso#il. ahapan ini diterapi secara kompetiti#

    dengan imunoterapi.

    3. ahapan ikatan 7g-)g2 di permukaan mastosit$baso#il, sebagai akibat lebih

    lanjut reaksi 7g-)g2 dimana dilepaskan histamin sebagai mediator. ahapan

    ini dinetralisir dengan obat-obatan antihistamin yang secara kompetiti#

    memperebutkan reseptor 1 dengan histamin.

    1

  • 7/21/2019 34935463 Tinjauan Pustaka Ku 1

    15/33

    . ahap mani#estasi klinis dalam organ target, dimana ditandai dengan

    timbulnya gejala. ahapan ini dapat diterapi dengan obat-obatan dekongestan

    sistematik atau lokal.

    (ecara garis besar penatalaksanaan rinitis terdiri dari 3 cara, yaitu9

    menghindari atau eliminasi alergen dengan cara edukasi, #armakoterapi, dan

    imunoterapi, sedangkan tindakan operasi kadang diperlukan untuk mengatasi

    komplikasi seperti sinusitis dan polip hidung.

    1. Pada dasarnya penyakit alergi dapat dicegah dan dibagi menjadi 3 tahap,

    yaitu9 Pencegahan primer untuk mencegah sensitisasi atau proses

    pengenalan dini terhadap alergen. indakan pertama adalah

    mengidenti#ikasi bayi yang mempunyai risiko atopi. Pada ibu hamil

    diberikan diet restriksi 5tanpa susu, ikan laut, dan kacang6 mulai trimester

    3 dan selama menyusui, dan bayi mendapat 7() eksklusi# selama '-@

    bulan. (elain itu kontrol lingkungan dilakukan untuk mencegah pajanan

    terhadap alergen dan polutan.

    . Pencegahan sekunder untuk mencegah mani#estasi klinis alergi pada anak

    berupa asma dan pilek alergi yang sudah tersensitisasi dengan gejala alergi

    tahap awal berupa alergi makanan dan kulit. indakan yang dilakukandengan penghindaran terhadap pajanan alergen inhalan dan makanan yang

    dapat diketahui dengan uji kulit.

    3. Pencegahan tersier untuk mengurangi gejala klinis dan derajat beratnya

    penyakit alergi dengan penghindaran alergen dan pengobatan.

    Penghindaran 7lergen

    Pada pasien dengan gejala menetap akibat paparan alergen dalam rumah

    5seperti tungau, kutu binatang, jamur tembok, kecoa6 pencegahan alergen merupakan

    langkah pertama yang sangat penting dalam penatalaksanaan. Perjalanan dan beratnya

    penyakit berhubungan dengan konsentrasi alergen di lingkungan. 4alaupun konsep

    pengobatan ini sangat rasional namun dalam prakteknya sangat sulit dilakukan. Di

    negara tropis, alergen utama yaitu debu rumah dan serpihan kulit tungau$serangga

    5Dermatophagoides pteronysinus dan #arinae6 yang hidup pada debu rumah, karpet,

    kasur, kapuk, selimut, tumpukan pakaian dan buku lama. Di samping itu terdapat

    partikel alergen lain yang menempel pada debu rumah misalnya kotoran kecoa,

    1'

  • 7/21/2019 34935463 Tinjauan Pustaka Ku 1

    16/33

    serpihan bulu kucing dan anjing yang juga berperan akti#. Camur yang terdapat dalam

    rumah seperti jenis 7spergillus dan Penicillium sering ditemukan pada daerah yang

    lembab seperti kamar mandi, gudang, serta atap yang bocor.

    Pencegahan kontak dengan alergen dapat dilakukan dengan menjaga

    kebersihan rumah, menghindari penggunaan karpet, memperbaiki &entilasi dan

    kelembaban udara. 2dukasi terhadap penderita perlu diberikan secara teratur

    mengenai penyakit, penatalaksanaan, kepatuhan dalam berobat baik secara lisan

    maupun pertanyaan.

    Entuk mengurangi populasi tungau dan paparan terhadap alergen terdapat

    beberapa cara, yaitu9 16 tidak menggunakan karpet, kapuk dan menyingkirkan mainan

    berbulu dari kamar tidur, 6 mencuci selimut, bed co&er, sprei, sarung bantal dan

    guling serta kain gorden pada suhu @0o, 36 melapisi kasur, bantal dan guling dari

    bahan impermeablel$ antitembus tungau, 6 menggunakan perabot yang mudah

    dibersihkan seperti dari kayu,plastik, logam dddan hindari so#a dari kain, '6

    pembersihan yang sering dan teratur dengan penghisap debu atau lap basah, @6 hindari

    binatang peliharaan.

    1@

  • 7/21/2019 34935463 Tinjauan Pustaka Ku 1

    17/33

    Algoritma e1al&asi dan pengo"atan $initis alergi

    arma%oterapi

    Pemberian medikamentosa harus dipertimbangkan secara indi&idual

    berdasarkan gejala dan tipe rinitis yang ada pada pasien. al ini karena pengobatan

    yang berbeda akan memberikan e#ek yang berbeda terhadap tipe rinitis dan gejala

    yang berbeda. Direkomendasikan utnuk memberikan terapi secara langkah demi

    langkah, menekankan penatalaksanaan secara indi&idual berdasarkan derajat

    keparahan gejala, dengan mempertimbangkan e#ekti&itas biaya dan dengan

    pendekatan naik satu langkah atau turun satu langkah.

    Antihistami H#

    7ntihistamin 1 merupakan obat yang sering dipakai untuk rinitis alergi danbekerja secara inhibisi kompetiti# pada reseptor 1. 4alaupun begitu, antihistamin

    1B

  • 7/21/2019 34935463 Tinjauan Pustaka Ku 1

    18/33

    1 ini juga menunjukkan e#ek antiin#lamasi, yaitu dengan berkurangnya ekspresi dari

    adhesi molekul. (ecara umum, antihistamin 1 mengurangi gejala bersin, gatal,

    rinore dan injeksi okuler tetapi memiliki e#ek yang kecil terhadap kongesti hidung.

    "arena sebagian besar antihistamin bekerja cepat dalam 1-3 jam, maka

    penggunaannya secara intermiten sering dipakai dan cukup e#ekti#, sehingga

    merupakan terapi lini pertama untuk rinitis alergi ringan. Entuk penggunaan lama,

    obat ini dapat menimbulkan subsensiti&itas terapeutik.

    Dikenal ada dua generasi obat antihistamin 1, yaitu generasi pertama atau

    klasik dan generasi kedua. /enerasi pertama tersedia secara luas baik secara terpisah

    maupun kombinasi dengan dekongestan. Hang termasuk ke dalam kelompok ini

    adalah di#enhidramin, klor#eniramin, prometasin, siproheptadin serta a:elastin yang

    dapat diberikan secara topikal. 7ntihistamin generasi pertama ini bersi#at lipo#ilik

    sehingga dapat melewati sawar darah otak, dan tidak hanya berikatan dengan reseptor

    histamin 1 saja tetapi juga dengan reseptor dopaminergik, serotinergik dan

    kolinergik. al ini menyebabkan adanya e#ek samping dari obat ini, yaitu e#ek

    terhadap ((P 5seperti sedasi, lelah, pusing, turunnya penampilan6, serta e#ek

    kolinergik seperti mulut dan mata kering, glaukoma, atau retensi urin. 2#ek samping

    ini dapat berimplikasi sebagai penyebab #atal dari kecelakaan lalu lintas, penurunan

    daya kerja dan produkti&itas, berkurangnya konsentrasi belajar anak sehingga

    pemberiannya perlu diperhatikan sesuai dengan status dan pekerjaan pasien.

    7ntihistamin generasi kedua berukuran lebih besar dan lebih bersi#at lipo#obik

    daripada generasi pertama, sehingga tidak melewati sawar darah otak. /enerasi kedua

    ini berikatan secara spesi#ik dengan reseptor histamin 1 dan memiliki a#initas yang

    kecil terhadap reseptor lain. (ehingga generasi kedua ini memiliki e#ek samping

    sedasi yang lebih sedikit atau tidak ada, tidak mengganggu penampilan dan tidak

    memiliki e#ek antikolinergik. Hang termasuk kelompok ini yaitu loratadin, astemisol,

    a:elastin, ter#inadin dan cetirisin. er#enadin dan astemisol diketahui dapat

    menyebabkan perpanjangan repolarisasi jantung sehingga memperpanjang inter&al

    I pada 2"/, dan bila dikombinasikan dengan obat lain yang dimetabolisme di hati

    melalui en:im sitoktrom P'0 5seperti antibiotik makrolid, antijamur golongan a:ol6

    keduanya dapat menyebabkan torsades de pointes serta aritmia &entrikel. al ini

    menjadikan kedua obat ini tidak lagi direkomendasikan.

    7khir-akhir ini sedang dikembangkan antihistamin generasi ketiga yang

    memiliki keuntungan lebih besar dibandingkan generasi kedua, termasuk tidak ada

    1*

  • 7/21/2019 34935463 Tinjauan Pustaka Ku 1

    19/33

    e#ek kardiotoksis. (alah satu contohnya yaitu #eJo#enadine yang merupakan metabolit

    ter#enadin.

    erdapat juga sediaan antihistamin intranasal, yaitu a:elastin dan le&ocabastin.

    "edua jenis obat ini secara e#ekti# dan spesi#ik bekerja sebagai antagonis reseptor 1

    untuk mengatasi gejala bersin dan gatal pada hidung dan mata. 8ila digunakan kali

    sehari dapat mencegah timbulnya gejala.

    Ta"el.' 2a,am Antihistamin

    De%ongestan

    (ejumlah preparat agonis adrenergik dipakai sebagai dekongestan oral, seperti

    pseudoe#edrin, #enilpropanolamin dan #enile#rin. bat ini secara primer dapat

    mengurangi sumbatan hidung dan sedikit mengatasi rinore, tetapi tidak memiliki e#ek

    dalam mengurangi bersin, gatal ataupun gejala okular. 2#ek samping yang

    ditimbulkan berupa e#ek ((P seperti insomnia, cemas, iritabilitas, sakit kepala, atau

    berupa e#ek kardio&askuler seperti palpitasi, takikardi. /olongan obat ini juga dapat

    meningkatkan tekanan darah, tekanan intraokuler dan menyebabkan obstruksi saluran

    kemih. al ini menjadikan pemberiannya harus hati-hati pada pasien usia lanjut dan

    tidak diberikan pada pasien dengan penyakit jantung iskemik, glaukoma dan obstruksi

    kemih.

    1+

  • 7/21/2019 34935463 Tinjauan Pustaka Ku 1

    20/33

    Dekongestan topikal seperti oJymeta:olin, #enile#rin, Jlometa:olin, na#a:olin,

    dapat mengurangi gejala hidung tersumbat. amun penggunaannya harus dibatasi 3-'

    hari untuk menghindari terjadinya rebound nasal congestion 5rinitis medikamentosa6.

    Pemberian dekongestan topikal pada rinitis alergi berat selama beberapa hari pertama

    dapat membantu kemajuan terapi.

    Ta"el * o"at de%ongestan topi,al dan d&rasin)a.

    Kom"inasi antihistamin3de%ongestan

    "ombinasi antihistamin dengan dekongestan banyak digunakan. "ombinasi

    loratadine atau #eJo#enadin dengan pseudoe#edrine banyak tersedia dan memberikan

    e#ek yang lebih baik dibandingkan pemberian antihistamin secara tersendiri.

    Korti%osteroid

    Preparat kortikosteroid topikal memiliki e#ek melalui mekanisme multipel,

    yaitu &asokontriksi dan mengurangi edema, menekan produksi sitokin dan

    menghambat in#luks sel radang. Preparat ini merupakan terapi yang paling e#ekti#

    pada rinitis alergi terutama derajat berat. Hang termasuk pada golongan kortikosteroid

    topikal ini yaitu budesonid, beklometason, #lunisolid, #lutikason, mometaso #uroat dan

    triamnicolon asetonid.

    idak didapatkan e#ek samping sistemik yang signi#ikan pada dewasa, tetapi

    pada anak dilaporkan terdapat hambatan pertumbuhan pada pemakaian

    0

  • 7/21/2019 34935463 Tinjauan Pustaka Ku 1

    21/33

    beclomethasone intranasal. 2#ek samping lokal yang timbul berupa kering dan iritasi

    pada mukosa hidung serta epistaksis ringan. Dalam pemakaiannya, harus

    diberitahukan kepada pasien agar dalam menyemprotkan obat tidak mengarah ke

    septum karena dapat terjadi erosi mukosa yang akhirnya menimbulkan per#orasi

    septum.

    "ortikosteroid oral digunakan pada kasus tertentu dengan gejala hidung

    yangsangat berat. ontoh obat yang digunakan yaitu prednison atau metiprednisolon.

    Ipratropi&m Bromida

    )pratropium bromida intranasal dalam bentuk larutan 0,03% merupakan suatu

    agen antikolinergik yang cukup e#ekti# dalammengurangi sekresi hidung, tetapi tidak

    signi#ikan terhadap gejala hidung yang lain. Pemberian preparat ini sangatt membantu

    bila rinore tidak dapat dikurangi dengan kortikosteroid topikal dan$atau antihistamin.

    (elain itu, dapat pula diberikan pada pasien yang mengalami rinore akut dengan sebab

    yang jelas sebagai pro#ilaksis. 2#ek samping yang sering timbul yaitu iritasi hidung,

    timbulnya krusta dan epistaksis ringan.

    Sodi&m Kromogli%at

    (ediaan sodium kromoglikat intranasal sudah tersebar penggunaannya dalam

    terapi rinitis alergi. 8iasanya kurang e#ekti# bila dibandingkan dengan antihistamin

    atau kortikosteroid. Pemberian optimal -@ kali sehari. )dealnya, obat ini diberikan

    sebelum gejala mayor timbul karena cara kerjanya sebagai stabilisator sel mast. Cika

    diberikan kali sehari, obat ini sama e#ekti# dengan antihistamin dalam mengurangi

    bersin, rinore dan gatal pada hidung. (elain itu, dapat juga digunakan sebagai

    pro#ilaksis akut sebelum terpapar dengan alergen yang sudah diketahui.

    Le&%otriene 2odifier

    /olongan obat ini merupakan antagonis reseptor leukotrien. Pengaruhnya

    terhadap gejala rinitis yaitu dengan dihambatnya produksi leukotrien dapat

    mengurangi gejala, terutama sumbatan hidung, karena diduga leukotrien berperan

    dalam menyebabkan sumbatan hidung pada rinitis alergi. 7kan tetapi, obat ini bukan

    merupakan pilihan utama untuk rinitis.

    1

  • 7/21/2019 34935463 Tinjauan Pustaka Ku 1

    22/33

    Im&noterapi

    )munoterapi alergen sangat e#ekti# dalam mengendalikan gejala rinitis alergi

    yang berat. Penelitian-penelitian pada dekade terakhir ini mengemukakan bahwa

    imunoterapi alergen menyebabkan toleransi terhadap lim#osit alergen spesi#ik

    dengan adanya penurunan pengeluaran mediator dan in#lamasi jaringan. Pemberian

    imunoterapi dipertimbangkan pada pasien-pasien yang 516 tidak responsi# terhadap

    kombinasi pengendalian lingkungan dan medikasi, 56 mengalami e#ek samping

    medikasi yang cukup berat, 536 mengalami gejala sepanjang tahun yang memerlukan

    terapi setiap hari, atau 56 menginginkan pengendalian jangka panjang terhadap gejala

    alergi.

    7)7

    merekomendasikan penggunaan obat-obatan pada rinitis sebagai berikut9

    K

    initis intermiten, gejala ringan9 1- antihistamin

    oral

    K

    initis intermitent, gejala sedang-berat9 intranasal kortikosteroid. Cika dibutuhkan

    setelah pengobatan 1 minggu dapat diberikan -1 antihistamin oral dan atau

    kortikosteroid oral jangka pendek 5short course6

    K

    initis persisten, gejala ringan9 -1 antihistamin oral atau dosis rendahkortikosteroid

    intranasal.

    K

    initis persisten, gejala sedang-berat9 "ortikosteroid intranasal. Cika gejala berat

    tambahkan 1-aantihistamin oral dan atau kortikosteroid oral short-course.

    8eberapa pakar mengingatkan bahwa dalam memilih sediaan kortikosteroid intranasal

    perlu diperhatikan selain e#ekti#itasnya juga bioa&ailabilitasnya. 8ioa&ailabilitas yang

    rendah seharusnya merupakan pilihan utama tetapi yang juga harus menjadi

    pertimbangan adalah masalah harga 5cost6.

    (ecara garis besar dalam menentukan jenis kortikosteroid intranasal perlu

    diprtimbangkan e#ekti#itas, bioa&ailabilitas, e#ek samping, dan #aktor harga. (elain hal

    di atas, 7)7 merekomendasikan bila terdapat gejala pada mata 5keterlibatan pada

  • 7/21/2019 34935463 Tinjauan Pustaka Ku 1

    23/33

    mata6 maka dapat dianjurkan pemberian -1 bloker oral$intraokuler, atau kromolin

    intraokuler

    3

  • 7/21/2019 34935463 Tinjauan Pustaka Ku 1

    24/33

    4peratif

    indakan konkotomi 5pemotongan konka in#erior6 perlu dipikirkan bila konka

    in#erior hipertro#i berat dan tidak berhasil dikecilkan dengan cara kauterisasi memakai

    7g3 '% atau triklor asetat.

    Pengg&naan arma%oterapi pada Kelompo% Tertent&

    Ana%

    "arena beberapa kortikosteroid nasal dilaporkan menghambat pertumbuhan,

    anak yang menerima terapi obat ini harus dimonitor pertumbuhannya.

    4rang T&a

    7lergi bukan penyebab rinitis menetap yang biasa pada orang tua di atas @'

    tahun. 8iasanya, rinitis pada orang tua disebabkan oleh hiperreakti&itas kolinergik

    yang berhubungan dengan hidung berair, dimana timbul setelah mengunyah, juga oleh

    hiperreakti&itas adrenergik-a berupa kongesti yang berhubungan dengan obatantihipertensi, atau sinusitis.

    Pemberian antihistamin non sedati# dan kortikosteroid intranasal lebih

    direkomendasikan pada orang tua jika dipilih golongan ini sebagai terapi rinitis alergi,

    karena pada orang tua terjadi peningkatan respon terhadap e#ek ((P dan

    antikolinergik dari antihistamin. Pemberian dekongestan oral harus dengan hati-hati

    karena adanya e#ek obat tersebut terhadap ((P, jantung dan #ungsi kandung kemih.

  • 7/21/2019 34935463 Tinjauan Pustaka Ku 1

    25/33

    5anita Hamil

    initis alergi dapat bertambah parah selama kehamilan. Entuk gejala rinore,

    bersin atau gatal pada hidung, dapat diberikan sodium kromoglikat intranasal sebagai

    terapi lini pertama karena merupakan golongan yang paling aman. Cika tidak e#ekti#,

    dapat diberikan antihistamin oral seperti klor#eniramin atau tripelennamin. Cika

    sumbatan hidung menetap, dapat diberikan kortikosteroid intanasal yang sama aman

    dan e#ekti#nya. Dekongestan oral sebaiknya dihindari pada trimester pertama karena

    risiko terjadi gastroski:is pada anak.

    I. Prognosis

    Prognosis dari rinitis alergi ber&ariasi. Penyakit kadang-kadang dapat

    membaik dengan tiba-tiba, tetapi bisa juga resisten terhadap pengobatan yang

    diberikan.

    BAB III

    PEN6AJIAN KASUS

    #.ANA2NESIS

    Identitas

    ama 9 7n.

    '

  • 7/21/2019 34935463 Tinjauan Pustaka Ku 1

    26/33

    Cenis "elamin 9 Perempuan

    Emur 9 1 ahun

    7lamat 9 jl. Darul >alah no.@

    Pekerjaan 9 !ahasiswa

    omor ! 9 -

    anggal !asuk ( 9 3 !aret 00+

    7namnesis dilakukan pada tanggal ' april pukul 10.30 4)8

    Kel&han Utama

    (ering pilek dan telinga sering mendenging

    $i7a)at Pen)a%it Se%arang

    Pasien datang ke umah (akit dengan keluhan sering pilek sejak kurang lebih

    1 bulan yang lalu. Pilek berupa cairan berwarna kehijauan dan berbau. 8eberapa hari

    yang lalu pasien juga mengeluh demam tapi sekarang demam sudah sembuh. 8atuk,

    sakit kepala, sakit tenggorokan, telinga berdengung, dan sering bersin disangkal oleh

    pasien dan ibu pasien yang mengantar. ernyata kurang lebih minggu yang lalu,

    pasien sudah datang berobat ke dokter spesialis anak dan oleh dokter spesialis anak

    diberi 3 macam obat, yaitu puyer, parasetamol, dan &itamin. ?alu 1 minggu lebih

    hari kemudian atau sekitar 3 hari yang lalu, pilek pasien agak berkurang.

    Dokter spesialis anak menganjurkan pasien agar datang berobat juga ke dokter

    sehingga pasien datang ke dokter spesialis . "eluhan yang dirasakan,

    menurut pasien kadang-kadang mengganggu akti&itas sehari-hari pasien.

    $i7a)at Pen)a%it Dah&l&

    Pasien sering mengalami keluhan seperti ini sebelumnya.

    iwayat asma disangkal.

    $i7a)at Pen)a%it Kel&arga

    Di keluarga tidak ada yang mengalami keluhan serupa.

    '.PE2E$IKSAAN ISIK

    Dilakukan pada tanggal 3 !aret 00+ pukul 0*.30 4)8

    "eadaan umum 9 baik

    @

  • 7/21/2019 34935463 Tinjauan Pustaka Ku 1

    27/33

    Stat&s Lo%alis

    Telinga

    )nspeksi, Palpasi 9

    )nspeksi, Palpasi 9

    Telinga %anan Telinga %iri

    7urikula 2dema 5-6, hiperemis 5-6,

    massa 5-6.

    2dema 5-6, hiperemis 5-6,

    massa 5-6.

    etroaurikula 2dema 5-6, hiperemis 5-6,

    massa 5-6

    2dema 5-6, hiperemis 5-6,

    massa 5-6

    Palpasi yeri pergerakan aurikula 5-6,

    nyeri tekan tragus 5-6.

    yeri pergerakan aurikula 5-6,

    nyeri tekan tragus 5-6.

    toskopi 9

    Telinga %anan Telinga %iri

    !72 2dema 5-6, hiperemis 5-6,

    serumen 5L6, #urunkel 5-6.

    2dema 5-6, hiperemis 5-6,

    serumen 5L6, #urunkel 5-6.

    !embran

    timpani

    )ntak, berwarna putih, re#leks

    cahaya 5-6.

    )ntak, berwarna putih, re#leks

    cahaya 5-6.

    Hid&ng dan Sin&s Paranasal

    )nspeksi, Palpasi 9

    - De&iasi tulang hidung 5-6, bengkak daerah hidung dan sinus paranasal 5-6

    - "repitasi tulang hidung 5-6, nyeri tekan hidung dan sinus paranasal 5-6

    inoskopi 7nterior 9

    $inos%opi anterior a1&m nasi de8tra a1&m nasi sinistra

    !ukosa hidung 2dema 5L6, berwarna pucat.

    (ekret 5-6.

    2dema 5L6, berwarna

    pucat. (ekret 5-6.

    (eptum De&iasi 5-6, dislokasi 5-6. De&iasi 5-6, dislokasi 5-6.

    "onka in#erior !embesar 5hipertro#i6.

    8erwarna pucat.

    !embesar 5hipertro#i6.

    8erwarna pucat.

    !eatus in#erior dan

    media

    (ekret 5-6, polip 5-6. (ekret 5-6, polip 5-6.

    B

  • 7/21/2019 34935463 Tinjauan Pustaka Ku 1

    28/33

    inoskopi Posterior 9 tidak dilakukan pemeriksaan.

    Tenggoro%an

    )nspeksi, Palpasi 9

    - !ukosa 9 hiperemis 5-6, edema 5-6

    - onsil 9 1-1

    - Pembesaran kelenjar lim#e 9 5-6

    ?aringoskopi )ndirek 9 tidak dilakukan pemeriksaan.

    *. PE2E$IKSAAN PENUNJAN! 6AN! DIUSULKAN

    Pemeriksaan radiologi 9 #oto ontgen sinus paranasalis 54aters6

    ?aboratorium 9 )g2 total serum, hitung eosino#il hapus darah tepi.

    -.DIA!N4SIS

    Diagnosis kerja 9 initis 7lergi

    Diagnosis banding 9 initis &asomotor

    (inusitis

    /.TATALAKSANA

    Non 2edi%amentosa 9

    !enghindari kontak dengan alergen penyebabnya dan eliminasi.

    !enghindari makanan yang dapat merangsang kambuhnya penyakit

    utin 8erolahraga

    2edi%amentosa 9

    - 7ntihistamin9 interhistin J sehari dengan dosis '0 mg

    - "ortikosteroid oral 9 budesonid

    - 7ntibiotik 9 ampisilin, amoksisilin

    - "ontrol ulang.

    *

  • 7/21/2019 34935463 Tinjauan Pustaka Ku 1

    29/33

    0.P$4!N4SIS

    7d &itam 9 bonam

    7d #unctionam 9 dubia ad bonam

    7d sanactionam 9 malam

    BAB I:

    PE2BAHASAN

    Pasien datang ke umah (akit dengan keluhan sering pilek sejak kurang lebih

    1 bulan yang lalu. Pilek berupa cairan berwarna kehijauan dan berbau. 8eberapa hari

    yang lalu pasien juga mengeluh demam tapi sekarang demam sudah sembuh. 8atuk,

    sakit kepala, sakit tenggorokan, telinga berdengung, dan sering bersin disangkal oleh

    pasien dan ibu pasien yang mengantar. ernyata kurang lebih minggu yang lalu,

    pasien sudah datang berobat ke dokter spesialis anak dan oleh dokter spesialis anak

    diberi 3 macam obat, yaitu puyer, parasetamol, dan &itamin. ?alu 1 minggu lebih

    hari kemudian atau sekitar 3 hari yang lalu, pilek pasien agak berkurang.

    +

  • 7/21/2019 34935463 Tinjauan Pustaka Ku 1

    30/33

    Dari pemeriksaan rinoskopi anterior didapatkan konka hidung kanan dan kiri

    edem serta berwarna pucat. Pada pemeriksaan telinga ditemukan serumen tapi tidak

    ditemukan kelainan baik pada telinga kanan ataupun telinga kiri. Pada pemeriksaan

    tenggorokan juga tidak ditemukan kelainan.

    8erdasarkan anamnesis dimana keluhan yang paling dirasakan oleh pasien

    adalah pilek yang berulang sejak 1 bulan yang lalu disertai dengan keluarnya cairan

    kental berwarna hijau. (erta dari hasil pemeriksaan rhinoskopi anterior didapatkan

    mukosa hidung kanan dan kiri yang edema dan berwarna pucat, maka diagnosis kerja

    yang diambil pada pasien ini adalah Finitis 7lergiG, dengan diagnosis banding rinitis

    &asomotor dan sinusitis.

    initis &asomotor diambil sebagai diagnosis banding pada pasien ini

    didasarkan pada anamnesis didapatkan adanya keluhan hidung tersumbat dan keluar

    cairan dari hidung 5rinorea6 serta sering kambuh bila cuaca dingin. Entuk

    menyingkirkan diagnosis rinitis &asomotor dari pemeriksaan rinoskopi anterior

    didapatkan mukosa hidung kiri yang edema dan berwarna pucat serta konka in#erior

    pada hidung kiri tampak membesar 5hipertro#i6 dan berwarna pucat. (edangkan pada

    rinitis &asomotor karakteristiknya konka berwarna merah gelap atau merah tua dan

    permukaan konka dapat licin atau berbenjol 5tidak rata6. Entuk lebih memastikan

    dapat dilakukan pemeriksaan penunjang tes alergi yang biasanya hasilnya negati# dan

    juga pemeriksaan jumlah eosino#il di dalam sekret hidung yang biasanya jumlahnya

    sedikit pada rinitis &asomotor.

    Entuk memudahkan dalam membedaan rinitis alergi dan rinitis &asomotor,

    dapat dilihat pada tabel di bawah ini 9

    30

  • 7/21/2019 34935463 Tinjauan Pustaka Ku 1

    31/33

    Diagnosis banding sinusitis diambil pada pasien ini didasarkan pada

    anamnesis dimana adanya keluhan pilek berulang disertai cairan kental yang berbau

    dan ditambah dengan data bahwa sinusitis merupakan komplikasi rinitis alergi yang

    paling sering. Entuk memastikan dugaan ke arah tersebut perlu dilakukan suatu

    pemeriksaan lanjutan. Entuk itu usulan pemeriksaan selanjutnya yang perlu dilakukan

    adalah pemeriksaan radiologi #oto rontgen posisi 4aters.

    7lergi terhadap partikel yang pada indi&idu umum, tidak membahayakan dan

    tidak menimbulkan respon imun tetapi pada penderita alergi, kontak dengan partikel

    tersebut 5yang disebut allergen6 menyebabkan sistem imun tersensitisasi. eaksi yangterjadi menghasilkan antibody terhadap allergen dan mengakibatkan pelepasan :at

    yang disebut histamine 5dan beberapa jenis lain6 ke dalam darah. ;at tersebut

    menimbulkan reaksi gatal, pembengkakan jaringan yang berkaitan, sekresi selaput

    lendir seperti air, dan kemerahan serta gejala lainnya bergantung kepada indi&idu

    yang alergi.

    Pada rinitis alergi didasari oleh suatu proses alergi yang diawali oleh adanya

    proses sensitisasi terhadap alergen sebelumnya. !elalui inhalasi, partikel alergen akan

    tertumpuk di mukosa hidung yang kemudian berdi#usi pada jaringan hidung. al ini

    menyebabkan sel 7ntigen Presenting ell 57P6 akan menangkap alergen yang

    menempel tersebut. "emudian antigen tersebut akan bergabung dengan ?7 kelas ))

    membentuk suatu kompleks molekul ! 5!ajor istocompability ompleJ6 kelas

    )). "ompleks molekul ini akan dipresentasikan terhadap sel helper 5h 06. h 0 ini

    akan diakti#kan oleh sitokin yang dilepaskan oleh 7P menjadi h1 dan h. h

    akan menghasilkan berbagai sitokin seperti )?3, )?, )?', )?+, )?10, )?13 dan

    lainnya. )? dan )?13 dapat diikat reseptornya di permukaan sel lim#osit 8, sehingga

    sel 8 menjadi akti# dan memproduksi )g2. )g2 yang bersirkulasi dalam darah ini akan

    terikat dengan sel mast dan baso#il yang mana kedua sel ini merupakan sel mediator.

    7danya )g2 yang terikat ini menyebabkan terakti#asinya kedua sel tersebut.

    (elanjutnya, apabila indi&idu dengan atopi yang sudah tersensitisasi jika

    terpapar dengan alergen yang sama akan terjadi degranulasi sel mast atau baso#il. al

    ini menyebabkan terjadinya reaksi alergi yang terdiri atas dua #ase, yaitu #ase cepat

    dan #ase lambat.

    31

  • 7/21/2019 34935463 Tinjauan Pustaka Ku 1

    32/33

    ujuan pengobatan adalah mengurangi gejala dan mencegah komplikasi.

    Pengobatan yang utama adalah menghindari atau meminimalkan kontak dengan

    allergen.

    8eberapa hal yang dapat dilakukan antara lain bagi penderita alergi terhadap serbuk

    sari dari luar rumah dapat menutup jendela rumah dan menggunakan air condition

    atau mengurangi kegiatan di luar rumah pada musim tertentu.

    Penatalaksanaan pada pasien ini dibagi menjadi macam yaitu terapi non

    medikamentosa dan terapi medikamentosa. Pada terapi non medikamentosa pasien

    diupayakan untuk hindari memencet hidung dengan keras pada saat mengeluarkan

    ingus, karena ini bisa mengakibatkan perdarahan di hidung. !eminimalisasi $

    mengurangi kontak dengan alergen yang diduga penyebab, misalnya dengan

    menggunakan masker dan rutin berolahraga, misalnya jalan cepat selama 30 menit 53-

    J seminggu6.erapi medikamentosa yang diberikan pada pasien ini adalah

    kortikosteroid topikal 9 budesonid, J sehari dengan dosis 100 mikrogram selama

    minggu, interhistin kali sehari dosis '0 mg, serta antibiotik 5ampisilin atau

    amoksisilin 3 kali sehari6.

    Prognosis pada pasien ini adalah ad &itam 9 bonam, ad #unctionam 9 dubia ad

    bonam, ad sanactionam 9 malam. 7d sanactionam malam dikarenakan hal ini sangat

    tergantung sekali terhadap imunitas dan kepatuhan penderita dalam menghindari

    alergen.

    DATA$ PUSTAKA

    8udi, 7..initis Alergi. Dalam ermin Dunia "edokteran o. +0. 00.

    igler, P7. Penyakit idung dalam+oies +uku Ajar Penyakit /H/. 2disi @. 2ditor 9

    /eorge ?. 7dams, ?awrence, . 8oies, Peter 7. igler. 7lih 8ahasa 9 aroline

    4ijaya. Cakarta. 2/. 1++B

    !angunkusumo, 2. i#ki, . inorea, )n#eksi idung dan (inus dalam +uku Ajar

    'lmu

    1esehatan /elinga, Hidung, /enggorok, 1epala 2 0eher. 2disi '. 2ditor9 2#iaty

    7rsyad (oepardi urbaiti )skandar. Cakarta. 8alai Penerbit >"E). 00@.

    3

  • 7/21/2019 34935463 Tinjauan Pustaka Ku 1

    33/33

    i:ar, uti. .hinitis Alergi. 7&ailable #rom 9 http://www.pd-persi.com/alergic-

    rhinitis.pd#

    http9$$hennykartika.wordpress.com diunduh pada tanggal 10 #ebruari 00+.

    http://www.pd-persi.com/alergic-http://www.pd-persi.com/alergic-