aplikasi ahp untuk pengambilan keputusan pemilihan supplier bahan baku perusahaan galangan kapal
TRANSCRIPT
-
7/21/2019 Aplikasi AHP Untuk Pengambilan Keputusan Pemilihan Supplier Bahan Baku Perusahaan Galangan Kapal
1/11
Aplikasi metode AHP untuk untuk pengambilan keputusan
pemilihansupplierbahan baku di perusahaan galangan kapal
Ahmad Mughni, ST., MEngMgt
Jurusan Teknik Industri - Universitas Trunojoyo Madura
Bahan baku pada industri manufaktur merupakan salah satu faktor penting dalam
kegiatan produksi. Pada beberapa jenis industri manufaktur, biaya bahan baku bahkan dapat
mencapai 80% dari keseluruhan biaya produksi. Beberapa studi melaporkan bahwa praktek
manajemen pembelian yang baik dapat menekan biaya pengadaan bahan baku ini serta
mengurangi resiko yang dapat menyebabkan biaya tambahan. Salah satu titik kritis dalam
manajemen pembelian bahan baku adalah pemilihan supplier. Pemilihan supplier secara tepat
menjadi lebih lebih relevan lagi jika perusahaan memerlukan bahan baku majemuk serta
tersedia beberapa pilihan supplier. Paper ini bertujuan untuk melaporkan perancangan suatu
sistem pendukung keputusan pemilihansupplierbahan baku bagi perusahaan galangan kapal.Berbagai kriteria pemilihan supplier dari berbagai jurnal didiskusikan secara komprehensif
dan sebuah model kriteria pengambilan keputusan supplier dikembangkan.Dalam penelitian
ini evaluasi kriteria dan sub-kriteria pemilihan supplier menggunakan multi kriteria model
QCDFR+ yaitu Quality, Cost, Delivery, Flexibility, Responsibility, dan Relationship.Model
keputusan dikembangkan secara empirik bersama manajer pembelian dan logistik di sebuah
perusahaan galangan kapaldengan menggunakan kerangkaanalytical hierarchy process
(AHP) untuk mengakomodasi bobot kriteria keputusan yang berbeda.
Kata kunci : pemilihan supplier, decision support system, AHP
Pendahuluan
Pada industri manufaktur,bahan baku merupakan sumber daya utama dalam kegiatan
produksi selain sumber daya manusia sebagai tenaga kerja dan mesin sebagai sumber daya
teknologi. Bahan baku merupakan salah satu komponen biaya yang signifikan bagi
kebanyakan perusahaan manufaktur yang besarnya dapat mencapai 70% dari total biaya
perusahaan (Ghobadian et al. seperti dalam Ghodsypour & OBrien, 1996) atau berkisar
antara 50% sampai dengan 70% dari total biaya produksi (Suprianto &Masruchah,
2000).Oleh karena itu upaya pengurangan biaya dari aspek ini diangap berdampak siginifikan
terhadap profitabilitas perusahaan.Dalam konteks pembelian bahan baku, biaya bukanlah
sekadar biaya dasar dari bahan baku yang bersangkutan akan tetapi merupakan biaya
pembelian secara keseluruhan, meliputi biaya tender, komunikasi pembelian, resiko barang
cacat atau tidak sesuai spesifikasi, resiko keterlambatan dan lain sebagainya.
Memilih pemasok yang salah dapat membebani perusahaan dengan biaya berlebih,
masalah operasional, masalah kualitas, lead time yang panjang serta secara jangka panjang
-
7/21/2019 Aplikasi AHP Untuk Pengambilan Keputusan Pemilihan Supplier Bahan Baku Perusahaan Galangan Kapal
2/11
dapat menurunkan daya saing perusahaan (Onesime et al, 2004).Selain itu, pemilihan
pemasok yang baik dapat menjadi sangat penting dalam pengurangan biaya pembelian
(Godshipor dan OBrien, 1996). Pembelian yang baik adalah pembelian yang memungkinkan
diperolehnya bahan baku yang tepat, pada harga yang tepat, jumlah yang tepat dan waktu
yang dapat dipercaya serta minim resiko. Masih menurut Onesime et al (2004) hal itu
menunjukkan diperlukannya kemampuan pengambilan keputusan pemilihan dan evaluasi
pemasok yang efektif.
Paper ini akan melaporkan sebuah studi kasus perancangansistem keputusan
pemilihan pemasok berbasis pada algoritma AHP untuk sebuah perusahaan pembuat kapal
skala nasional di Bangkalan (PT. ASSI). Algoritma AHP dipilih karena AHP dirasa memiliki
keunggulan lebih dibanding metode lainnya. Pertama-tama akan dilakukan analisis sistem
pemilihan pemasok yang telah digunakan oleh perusahaan sebagai pijakan awal.Jika dirasa
masih kurang memadai, maka akan diadopsi beberapa alternatif kriteria baru yang diperoleh
dari berbagai literature untuk diputuskan bersama pihak manajemen perusahaan. Kriteria-
kriteria tersebut akan digunakan dalam memformulasikan model AHP pemilihan pemasok.
Perbandingan berpasangan dilakukan oleh pakar dari perusahaan yang terdiri dari manajer
pembelian dan logistic serta asisten manajer.Diharapkan dengan penelitian dan
pengembangan model pendukung keputusan ini, perusahaan dapat lebih efektif dalam
memilih pemasok utamanya.
L iteratur e review
Permasalahan pemilihan pemasok merupakan permasalahan yang cukup
kompleks.Menurut Godshipour dan OBrien (1996) pemilihan pemasokpada dasarnya dapat
dikelompokkan menjadi dua jenis; (1) pemilihan pemasok jika tanpa constraint(batasan) dan
(2) pemilihan pemasok dengan batasan.Batasan yang dimaksudkan di sini adalah bisa berupa
batasan dalah hal kapasitas pasokan, kualitas dan lain sebagainya.Dalam pengertian praktis,
permasalahan jenis pertama mengandaikan semua pemasok tidak memiliki batasan dalam
memenuhi semua permintaan dan persyaratan pembeli dalam hal kapasitas, kualitas maupun
waktu pengiriman.Jenis permasalahan yang kedua adalah jika alternatif pemasok yang ada
memiliki keterbatasan dalam hal kapasitas pasokan, kualitas ataupun harga. Dengan kata lain,
perusahaan membeli beberapa jenis bahan baku dari satu pemasok sedangkan beberapa jenis
bahan baku lainnya harus dibeli dari pemasok-pemasok lainnya lagi karena keterbatasan
kapasitas dalam satu atau beberapa kriteria.
-
7/21/2019 Aplikasi AHP Untuk Pengambilan Keputusan Pemilihan Supplier Bahan Baku Perusahaan Galangan Kapal
3/11
Untuk keperluan kemudahan, jenis permasalahan pertama juga bisa disebut sebagai
single sourcingsedangkan permasalahan jenis ke dua disebut multiple sourcing(Ghodsypour
& OBrien, 1996). Kedua jenis permasalahan di atas tentu saja memerlukan pendekatan dan
kerangka pemecahan masalah yang berbeda.Di dalam paper ini, masalah pemilihan pemasok
bahan baku perusahaan galangan kapal untuk lebih mudahnya dikategorikan pada masalah
single sourcing. Meskipun pada kenyataannya, perusahaan galangan kapal memerlukan
puluhan jenis bahan baku dan mungkin ratusan lagi sebagai komponen, spare part atau
asessoris kapal yang dibanngunnya,akan tetapi di dalam paper ini, bahan baku yang dibahas
adalah bahan baku utama yaitu pelat baja.
Model dan metode keputusan
Terkait dengan hal itu terdapat beberapa model dan metodepengambilan keputusan
yang telah dikembangkan oleh para pakar.Huang & Keskar (2007) menunjukkan adanya
perbedaan sudut pandang antara peneliti dari bidang manajemen dan peneliti dari bidang
teknik.Peneliti dari bidang manajemen cenderung melihat permasalahan ini dari segi filosofi
bisnis yang kualitatif sedangkan peneliti dari kelompok teknik melihatnya sebagai
permasalahan optimisasi yang matematis.Metode ataupun kerangka pikir yang digunakan pun
bervariasi baik yang menggunakan metode tunggal maupun kombinasi dari beberapa metode
(Onesime et al, 2004).Menurut Ghodsypour & OBrien (1996), terdapat beberapa metode yang telah
diajukan untuk permasalahansingle sourcingini. Masih dari sumber yang sama, metode yang
terpenting diantaranya adalah : (1) Linear Weighted Point Method(LWPM); (2) Categorical
Method; (3) Cost Ratio Method (CRM); dan (4) Analytical Hierarchy Process (AHP).
Masing masing metode memiliki karakteristik yang berbeda. Berikut ini akan diuraikan
kelebihan dan kelemahan dari masing-masing metode tersebut.
LWPM merupakan metode pemberian skor sederhana pada beberapa kriteria
pemilihan pemasok.Meskipun merupakan metode yang paling banyak digunakan, kekurangan
utama metode ini adalah sangat tergantung tergantung pada penilaian subyektif manusia. Di
sisi lain, categorical methodmerupakan metode prangkingan alternatif dengan cara memberi
tanda (+) jika dianggap memuakan, (0) jika netral dan (-) jika dianggap tidak memuaskan
pada tiap-tiap kriteria yang digunakan, rangking dibuat berdasarkan nilai total yang didapat
dari penjumlahan total tanda yang diperoleh. Kelemahan metode ini terletak pada
ketergantungan total pada pertimbangan manusia dan semua kriteria dianggap memiliki bobot
yang sama. Metode rasio biaya (CRM) merupakan metode yang relatif rumit di mana biaya
-
7/21/2019 Aplikasi AHP Untuk Pengambilan Keputusan Pemilihan Supplier Bahan Baku Perusahaan Galangan Kapal
4/11
dari masing-masing kriteria dihitung sebagai persentase dari total nilai pembelian. Nilai
bersih dari masing-masing vendor dipergunakan sebagai dasar acuan pemilihan pemasok.
Metode ini dianggap memberatkan dan tidak praktis karena memerlukan detail informasi
finansial (Ghodsypour & OBrien, 1996)yang seringnya merupakan informasi rahasia bagi
kebanyakan perusahaan.
Metode single sourcing berikutnya adalah AHP.Metode ini merupakan metode
pengambilan keputusan untuk masalah keputusan umum.Dalam metode ini digunakan
algoritma perbandingan berpasangan untuk mendapatkan bobot kriteria dan kemudian
memberikan nilai untuk masing-masing kriteria untuk masing-masing alternative.Nilai akhir
tiap alternative adalah jumlahan nilai kriteria dikali dengan bobotnya.Dilaporkan, metode ini
memberikan tingkat akurasi yang lebih baik dibandingkan dengan ketiga metode lainnya
(Smith seperti disitir oleh Ghodsypour & OBrien, 1996). Narasimhan dan beberapa penulis
lainnya (seperti disitir dalam Tam & Tummala, 2001) menyatakan bahwa metode ini
memiliki kemampuan untuk menangani kriteria kualitatif maupun kuantitatif secara sama
baiknya. Tam & Tummala (2001) juga menyatakan alasan digunakannya AHP karena
kemampuannya visualisasinya yang tinggi sehingga memudahkan manajemen untuk
memahami struktur keputusan serta menambah atau menguranginya secara
sistematis.Meskipun demikian, beberapa penulis tidak menyukainya karena dianggap kaku
secara matematis (Huang & Keskar, 2007).
Kriteria keputusan
Berbagai perbedaan di atas juga berimplikasi pada beragamnya kriteria pemilihan
pemasok yang digunakan baik dalam jumlah maupun dalam aspeknya.Kriteria-kriteria
tersebut dapat berupa kriteria yang kualitatif maupun kuantitatif.Perusahaan biasanya
memiliki beberapa kriteria dalam memilih pemasoknya.Sehingga secara alamiah,
permasalahan pemilihan pemasok merupakan permasalahan dengan kriteria jamak (Huang &
Keskar, 2007; Ghodsypour & OBrien, 1996).Jumlah kriteria yang digunakan dalam
pemilihan pemasok dalam beberapa literatur di table 1 mendukung pernyataan tersebut.
Tabel 1. Publikasi dan jumlah kriteria model
Nama Peneliti & Tahun publikasi Jumlah kriteria
Roa &Kiser (1980) 60
Ellram (1990) 18
Stamm & Golhar (1993) 13
Dickson (1966) 23
(Huang & Keskar, 2007: p. 512)
-
7/21/2019 Aplikasi AHP Untuk Pengambilan Keputusan Pemilihan Supplier Bahan Baku Perusahaan Galangan Kapal
5/11
Literatur-literatur di atas menggunakan beberapa macam kriteria dalam pemilihan
supplier. Kriteria yang digunakan oleh Mauidzoh & Zabidi (2007) untuk perusahaan
manufaktur secara umum menggunakan lima kelompok kriteria yaitu quality, cost, delivery,
flexibility, responsivenessyang kemudian disebut dengan model QCDFR. Peneliti lain seperti
Raharjo (2007) di sektor konstruksi bangunan, Huang & Kesker (2006) industri manufaktur
komputer maupun Choi & Hartay (1996) di otomotif serta Tum & Tummala (2001) di bidang
sistem komunikasi juga mengajukan kriteria yang berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa
masing-masing industri memiliki profil pertimbangan yang berbeda dalam memilih pemasok
yang menguntungkannya.
Permasalahan menjadi lebih kompleks karena beberapa kriteria yang umum
merupakan kriteria yang berlawanan (Weber et al seperti disitir dalam Huang & Keskar,
2007).Hal ini juga diutarakan oleh Ghodsypour & OBrien (1996) bahwa model-model yang
kemudian dikembangkan sedikit banyak mengandung jenis trade-offtertentu di antara kriteria
yang digunakan.Sebagai contoh adalah kriteria kualitas dan kriteria biaya di mana perusahaan
selalu menghendaki kualitas setinggi-tingginya dengan biaya yang serendah-rendahnya.
Trade-off semacam ini akan berbeda titik tekannya pada industri yang berbeda pula.
Beberapa industri akan memilih lebih mengedepankan pertimbangan biaya sedangkan
industri yang lain akan lebih mengedepankan faktor kualitas.
Pengembangan model keputusan pemasok
Karena keterbatasan akses literatur yang dimiliki, tidak diperoleh contoh satupun
untuk perusahaan manufaktur perkapalan. Oleh karena itu kriteria dikembangkan melalui
kriteria dan sub kriteria yang secara konsisten digunakan di dalam beragam literatur. Selain
itu dipertimbangkan juga kriteria pemilihan pemasok yang selama ini digunakan di
perusahaan tempat studi kasus dilakukan yakni : harga dan jaminan kualitas produk. Dari
proses ini diusulkan daftar kriteria pemilihan pemasok yang terdiri dari 16 kriteria dan dapatdikelompokkan ke dalam model QCDFR. Selain itu diusulkan satu lagi kelompok kriteria
relationship yang terdiri dari 3 kriteria tambahan hasil adopsi dari penelitian Choi &
Hartley (1996) karena dianggap relevan dan penting. Model baru tersebut untuk selanjutnya
akan disebut sebagai model QCDFR+. Seluruh kriteria usulan dibahas dan dikaji bersama
dengan manajer pembelian dan dua orang wakil manajer dan telah mendapat
persetujuan.Beberapa definisi operasional dari kriteria juga dibahas dan disesuaikan dengan
keadaan perusahaan.Penjelasan singkat tentang masing-masing kelompok kriteria tersebut
dapat di lihat pada tabel 2.berikut:
-
7/21/2019 Aplikasi AHP Untuk Pengambilan Keputusan Pemilihan Supplier Bahan Baku Perusahaan Galangan Kapal
6/11
Tabel 2.Kriteria yang dipilih.
Nama kelompokkriteria
Kriteria dan landasan literaturnya
Quality (Q) Kualitas atau mutu bahan baku, (Mauidzoh & Zabidi, 2007) Kapasitas produksi (Tam & Tummala, 2001)
Penyesuaian kualitas (Choi & Hartley, 1996)
Q1Q2
Q3
Cost (C)
Harga bahan baku (Mauidzoh & Zabidi, 2007) Potongan harga (Huang & Keskar, 2007)
Cara dan syarat pembayaran (Raharjo, 2007) Jaminan harga (Huang & Keskar, 2007)
C1C2
C3C4
Delivery (D) Ketepatan waktu pengiriman (Choi & Hartley, 1996)
Kecepatan pengiriman (Raharjo, 2007)
Tenggang waktu pengiriman (Raharjo, 2007)
D1
D2
D3
Flexibility (F)
Perubahan waktu pengiriman (Mauidzoh & Zabidi, 2007)
Perubahan jumlah produk (Choi & Hartley, 1996) Perubahan kapasitas produksi (Mauidzoh & Zabidi, 2007)
F1
F2F3
Responsiveness (R) Informasi produk (bahan baku), (Raharjo, 2007)
Kecepatan pengembalian produk (Huang & Keskar, 2007) Penanganan komplen (Mauidzoh & Zabidi, 2007)
R1
R2R3
Relationship (+) Kemudahan komunikasi (Choi & Hartley, 1996)
Hubungan jangka panjang (Choi & Hartley, 1996) Kedekatan hubungan (Choi & Hartley, 1996)
[+]1
[+]2[+]3
Di dalam model AHP, kelompok kriteria dan sub kriteria kemudian disusun di dalam
hierarki. Hal ini akan sangat membantu visualisasi kriteria keputusan menjadi level-level dan
kelompok kriteria. Hierarki kriteria di atas dapat dilihat dalam di dalam gambar 1.berikut ini.
Gambar 1. Model AHP pemilihan pemasok galangan kapal
Tahap selanjutnya adalah perhitungan bobot relatif masing-masing kriteria dan sub
kritera di setiap level hierarki. Model AHP mensyaratkan bahwa bobot masing-masing
kriteria tidaklah sama terhadap fungsi keputusan yang akan dirancang. Perhitungan nilai
bobot relatif masing-masing kriteria merupakan bagian yang inheren di dalam metodologi
AHP yang dilakukan dengan teknik perbandingan berpasangan. Dengan teknik ini, setiap
kriteria maupun subkriteria di dalam sebuah level dan kelompok yang sama akan
dibandingkan satu sama dengan skala 1-9.Nilai dan definisi operasional dari seluruh nilai
pengukuran tersebut dapat dijelaskan di tabel 3 berikut.
Supplier 1 Supplier 2 Supplier 3 Supplier ... Supplier N
Level 1 = Goal
Level 2 = Kriteria
Level 3 = Sub kriteria
Rating scale
Alternatif pemasok
Seleksi pemasok
Q
Q1
Q2
Q3
C
C1
C2
C3
C4
D
D1
D2
D3
F
F1
F2
F3
R
R1
R2
R3
+
+1
+2
+3
-
7/21/2019 Aplikasi AHP Untuk Pengambilan Keputusan Pemilihan Supplier Bahan Baku Perusahaan Galangan Kapal
7/11
Tabel 3 Arti skala perbandingan berpasangan
Verbal judgment of preference Numerical rate
Equal importance
Weak importance of one over another
Essential or strong importance
Demonstrated importanceAbsolute importance
1
3
5
79
Intermediate value between two adjacent judgment 2, 4, 6, 8
Responden untuk perbandingan berpasangan hanya orang yang dianggap paling
berkompeten terhadap pembelian bahan baku baja di perusahaan yakni manajer logistik,
manajer pembelian dan asisten manajer logistik. Secara ideal, model AHP memerlukan hanya
satu nilai perbandingan berpasangan saja untuk seluruh kriteria.Hal ini bisa didapat dengan
cara FGD, atau dengan teknik delphi untuk mendapatkan konsensus dari semua pakar (Tam
& Tummala, 2001).Namun karena beberapa keterbatasan, hal tersebut tidak dapat dilakukan
sehingga nilai perbandingan berpasangan diperoleh dengan rata-rata geometrik dari ketiga
preferensi responden.
Jumlah judgmentperbandingan yang harus dilakukan untuk setiap kelompok kriteria
adalah sesuai dengan persamaan n(n-1)/2. Sehingga untuk kasus ini dengan 6 kriteria (butuh
15judgment) di level 2; dan total 21 judgmentuntuk seluruh sub kriteria (masing-masing 3
judgmentuntuk sub kriteria kriteria di bawah Q, D, F, R, dan + dan 6 judgmentuntuk sub-
kriteria di bawah C. Nilai perbandingan berpasangan kemudian disusun di dalam matriks n xn; dengan n adalah jumlah kriteria/sub kriteria yang diperbandingkan.
Sesuai dengan Saati (1990) sebagai aturan dan notasi dasar metodologi AHP dapat
disarikan sebagai berikut.Secara umum, jika {C1,C2, , Cn} adalah himpunan kriteria/sub
kriteria atau himpunan alternatif dimana nilai-nilai perbandingan berpasangan diberikan
dalam matriks A yang diilustrasikan dalam gambar 2 berikut :
Di mana :
- aii= 1 , i
- jika aij= x maka aji= 1/x , x 0
- jika Cidinyatakan sama penting terhadap Cj, maka aij= aji = 1
Gambar 2. Matriks perbandingan berpasangan
Dari matriks tersebut kemudian dapat dilakukan normalisasi dan dihitung nilai bobot
relatif dari masing-masing kriteria sesuai dengan persamaan(1).Sebagai langkah lanjut, perlu
juga diperiksa konsistensi judgmentperbandingan berpasangan yang dilakukan sebelumnya.
Dengan menggunakan eigen value(max) dari tiap-yiap matriks perbandingan berpasangan
-
7/21/2019 Aplikasi AHP Untuk Pengambilan Keputusan Pemilihan Supplier Bahan Baku Perusahaan Galangan Kapal
8/11
tiap kelompok kriteria. Konsistensi index (CI) dapat dihitung berdasarkan persamaan (2)
sedangkan (max) dapat dihitung sesuai dengan persamaan (3). Jika CI bernilai 0 maka berarti
keputusan penilaian tersebut bersifat konsisten sempurna imana max sama dengan jumlah
kriteria yang diperbandingkan yaitu n. Semakin tinggi nilai CI semakin tinggi pula tingkatketidak-konsistenan dari keputusan perbandingan yang telah dilakukan.
..... (1) .... (2)
.... (3) .... (4)
Selain mempertimbangkan indeks konsistensi berdasarkan nilai eigen dari matriks
perbandingan berpasangan, metodologi AHP juga mengenal rasio konsistensi (CR) yang
dapat dihitung dengan persamaan (4). Nilai ini selain mempertimbangkan indek konsistensi
(CI) juga memperhatikan indeks random (RI) yang merupakan fungsi jumlah kriteria yang
dibandingkan (n).Jika nilai CR < 0.1 maka perbandingan berpasangan yang dilakukan
dianggap telah cukup konsisten.Nilai RI ditentukan berdasarkan tabel 4 berikut ini.
Tabel 4. Random indekx (RI)n 3 4 5 6 7 8 9 10
RI 0,58 0,90 1,12 1,24 1,32 1,41 1,45 1,49
Hasil dan pembahasan
Dari keseluruhan perhitungan diperoleh bobot relatif untuk seluruh kriteria adalah
berturut-turut Q (0,2), C (0,175), D (0,147), F (0,173), R (0,170) dan [+] (0,135). Rasio
konsistensi (CR) untuk matriks perbandingan berpasangan ini adalah 0,085 yang berarti
perbandingan yang dilakukan cukup konsisten. Hasil selengkapnya perhitungan bobot relatif
maupun rasio konsistensi (CR) untuk semua kriteria / kelompok sub kriteria ditampilkan
dalam tabel 5 dan 6 berikut ini.
Tabel 5. Hasil lengkap perhitungan bobot kriteria
Perbandingan n/ RI max /CI / CR Kriteria Bobot
Kriteria n = 6
RI = 1.240
max= 6.53
CI = 0.105
CR = 0.085
Q 0.200
C 0.175
D 0.147
F 0.173
R 0.170
[+] 0.135
Tabel 6.Hasil lengkap perhitungan bobot sub-kriteria
-
7/21/2019 Aplikasi AHP Untuk Pengambilan Keputusan Pemilihan Supplier Bahan Baku Perusahaan Galangan Kapal
9/11
Kriteria n/ RI max /CI / CR sub-kriteria Bobot lokal (wi) Bobot global
Q
(0.200)
n = 3
RI =0.580
max= 3.061
CI =0.030
CR =0.052
Q1 0.474 0.095
Q2 0.316 0.063
Q3 0.210 0.042
C(0.175) n = 4RI =0.900
max
= 4.118
CI =0.039
CR =0.044
C1 0.320 0.056
C2 0.252 0.044C3 0.163 0.029
C4 0.265 0.046
D
(0.147)
n = 3
RI =0.580
max= 3.048
CI =0.024
CR =0.041
D1 0.502 0.074
D2 0.298 0.044
D3 0.199 0.029
F
(0.173)
n = 3
RI =0.580
max= 3.038
CI =0.019
CR =0.033
F1 0.472 0.082
F2 0.333 0.058
F3 0.195 0.034
R
(0.170)n = 3
RI =0.580
max= 3.024
CI =0.012
CR =0.021
R1 0.602 0.102
R2 0.195 0.033
R3 0.203 0.035
[+]
(0.135)
n = 3
RI =0.580
max= 3.004
CI =0.002
CR =0.004
[+]1 0.311 0.042
[+]2 0.244 0.033
[+]3 0.445 0.060
Selain nilai bobot relatif masing-masing kriteria / sub kriteria sebagaimana ditampil-
kan di atas, dibuat sebuah scoring system(sistem penilaian) yang nantinya digunakan untuk
memberikan penilaian terhadap pemasok. Sistem penilaian ini diadopsi dari skala lima poin
yang dikembangkan oleh Libelatore (seperti digunakan dalam Tam & Tummala, 2001) yaitu
:outstanding (O), good (G), average (A), fair (F) dan poor (P). Dengan memanfaatkan
metodologi AHP pula, maka diperoleh nilai dari masing-masing skala tersebut secara
berturut-turut adalah :0.513, 0.261, 0.129, 0.063 and 0.034.Untuk setiap kriteria kemudian
dibuatkan definisi operasional masing-masing nilai ini (definisi silahkan lihat lampiran).
Sistem keputusan ini kemudian diujicobakan terhadap tujuh pemasok PT. ASSI yang
biasanya menjadi peserta tender pembelian bahan baku yakni SLP, CNM, ABS, PT, BMA,
SM dan SJ. Hasil uji coba menunjukkan bahwa nilai pemasok yang terbesar adalah pada
pemasok ke empat yaitu PT dengan nilai 0,235, diikuti dengan SM dengan nilai 0,218, SJdengan nilai 0,213, ABS dengan nilai 0,213, CNM dengan nilai 0,211, SLP dengan nilai
0,205, dan yang terakhir adalah BMA dengan nilai 0,186. Perhitungan nilai pemasok
selengkapnya ini dapat dilihat pada tabel 7. Para manajer juga merasa bahwa sistem ini
sangat membantu mereka untuk membuat keputusan pemilihan pemasok bahan baku utama
mereka secara lebih sistematis dan logis. Para manajer yang terlibat di dalam studi
menyatakan bahwa sistem ini jauh lebih baik daripada model lama yang hanya berlandaskan
pada kriteria harga dan kualitas saja.Tabel 7. Perhitungan nilai pemasok PT. ASSI
-
7/21/2019 Aplikasi AHP Untuk Pengambilan Keputusan Pemilihan Supplier Bahan Baku Perusahaan Galangan Kapal
10/11
Kesimpulan dan saran
Dari keseluruhan pembahasan diketahui bahwa PT. ASSI sangat memerlukan sistem
pengambilan keputusan pemilihan pemasok yang sistematis, mudah dan logis untuk
mendapatkan manfaat sebesar-besarnya dari kegiatan pembelian bahan bakunya. Sistem
pengambilan keputusan hasil rancangan, mampu memberikan panduan dan kerangka penilai-
an pemasok secara lebih baik daripada sistem lama yang biasa mereka gunakan. Sistem yang
terdiri dari 6 kriteria (Q, C, D, F, R & [+]) dan memiliki total 19 sub-kriteria ini dianggap
cukup komprehensif dan mampu menyeimbangkan keperluan jangka pendek (harga, kualitas
dll) maupun jangka panjang (relationship dll) dari hubungan dengan pemasok. Bobot masing-
masing kriteria dan sub-kriteria serta sistem penilaian yang digunakan dianggap cukup
mewakili tingkat kepentingan masing-masing dalam pengambilan keputusan.Agar model ini
dapat lebih bermanfaat dan dipercaya, diperllukan uji sensitivitas dari masing-masing kriteria
maupun sub-kritetia yang ada.
Daftar Pustaka
Choi, T. Y. & Hartley, J. L. (1996).An exploration of supplier selection practices across the
supply chain.Journal of Operations Management.14 : 333-343.
Ghodsypour, S.H.& OBrien, C.,(1996). A decision support system for supplier selection
using an integrated analytic hierarchy process and linear
programming.International Journal Production Economics. 56-57 : 199-212.
Huang, S. H.& Keskar, H.,(2007).Comprehensive and configurable metrics for supplier
selection.International Journal Production Economics.110 : 510-523.
Mauidzoh, U.& Zabidi, Y. (2000).Perancangan Sistem Penilaian Dan Seleksi Supplier
Menggunakan Multi Kriteria.
-
7/21/2019 Aplikasi AHP Untuk Pengambilan Keputusan Pemilihan Supplier Bahan Baku Perusahaan Galangan Kapal
11/11
Onesime, O. C. T., Xiaofei, X. & Dechen, Z. (2004).A decicion support system for supplier
selection process.International Journal of Information Technology & Decision
Making. 3 (3) : 453-470.
Raharjo, F.(2007).Kajian faktor yang dipertimbangkan kontraktor dalam memilih pemasok
material.(Tesis) Teknik sipilUniversitas Atma Jaya Yogyakarta.
Riyanto, A.& Made, I.A, N. (2008).Penentuan prioritas untuk pemilihan komponengravel
pump menggunakan analytic hierarchy process, Proceeding Seminar Nasional
Aplikasi Teknologi Informasi. Yogyakarta.
Saati, T. L. (1990). The Analytical Hierarchy Process. Pittsburgh, P.A.: RWS Publications.
Suprianto, A.& Masruchah, I. (2000).Manajemen purchasing: Strategi pengadaan dan
pengelolaan material untuk perusahaan manufacturing. Jakarta,Indonesia:PT
Elex Media Komputindo.
Tam, M. C.Y & Tummala, R. V.M. (2001).An application of the AHP in vendor selection of
a telecommunications system.Omega: The Iinternational Journal of Management
Science.29 (2001) : 171-182.
Lampiran
Contoh scoring system masing-masing sub kriteria