bab iii 2.0
TRANSCRIPT
-
7/25/2019 BAB III 2.0
1/8
BAB III
PEMBAHASAN
Prolapsus uteri merupakan suatu keadaan pergeseran letak uterus ke bawah sehingga
serviks atau seluruh uterus berada di dalam orificium vagina, atau keluar hingga melewati
vagina. Turunnya uterus melalui dasar panggul atau hiatus genitalis disebabkan karena
kelemahan otot-otot, fascia, dan ligamentum-ligamentum yang menyokongnya.1-3
Diagnosis prolaps uteri biasanya dapat ditegakan hanya dengan anamnesis dan
pemeriksaan fisik. Dari anamnesis biasanya didapatkan pasien mengeluh rasa berat atau rasa
tertekan pada pelvis, ada benolan yang kadang-kadang keluar dari vagina, nyeri pada pelvis,
abdomen, atau pinggang, dan nyeri saat berhubungan seksual.1-3
Pada saat dilakukan pemeriksaan genikologi, penderita berada dalam posisi ongkok
disuruh mengean !melakukan maneuver valsava" dan ditentukan dengan pemeriksaan dengan
ari, apakah portio uteri pada posisi normal atau portio telah sampai introitus vagina, atau apakah
serviks uteri sudah keluar dari vagina, lalu diukur seberapa auh uterus telah keluar dari vagina.
#elanutnya dengan penderita berbaring dalam posisi litotomi, lalu ditentukan panangnya
serviks uteri. #erviks uteri yang lebih panang dari ukuran normal dinamakan elongasio kolli.
Pemeriksaan fisik uga harus dapat menyingkirkan adanya kondisi serius yang mungkin
berhubungan dengan prolaps uteri, seperti infeksi, obstruksi saluran kemih, dan perdarahan. $ika
terdapat obstruksi saluran kemih, terdapat nyeri suprapubik atau kandung kemih timpani. $ika
terdapat infeksi, dapat ditemukan dischargeserviks purulen.
#ecara umum pemeriksaan penunang untuk mendiagnosis pasien prolaps tidaklah perlu
untuk dilakukan. Dengan melakukan anamnesis dan pemeriksaan ginekologi diagnosis sudahdapat ditegakkan. Pemeriksaan urinalisis dan ultrasonografi biasanya dilakukan pada pasien yang
memiliki keluhan pada kandung kemih. Pemeriksaan radiografi dengan menggunakan kontras
dan %&' digunakan untuk mengetahui lokasi kelemahan dari otot-otot dasar panggul dilakukan
pada pasien yang akan menalani melakukan terapi operatif atau dalam hal penelitian.
9
-
7/25/2019 BAB III 2.0
2/8
Deraat prolaps uteri biasanya ditentukan berdasarkan seberapa auhnya penurunan letak
uterus. Di &umah #akit Dr. (ipto %angunkusumo)*+ ' pembagian prolapsus uteri sebagai
berikut
a. Prolapsus deraat ', bila serviks uteri belum melewati introitus vagina tetapi uterus terletak dibawah kedudukan normal,
b. Prolapsus uteri deraat '', bila serviks sudah melewati introitus vagina,
c. Prolapsus uteri deraat ''', bila seluruh uterus sudah melewati introitus vagina
#elain itu dikenal uga klasifikasi prolapsus uteri menurut /aden-0alker, Pembagiannya
adalah
a. #tage 2 Tidak ada prolaps
b. #tage ' ung prolaps turun sampai setengah dari introitus
c. #tage '' ung prolaps turun sampai introitus
d. #tage ''' ung prolaps sampai setengahnya diluar vagina
e. #tage ' ung prolaps sampai lebih dari setengahnya ada di luar vagina.
4ambar 1. Pemeriksaan ginekologi pada pasien
10
-
7/25/2019 BAB III 2.0
3/8
Pada kasus ini pasien seorang perempuan berusia 56 tahun datang ke rumah sakit dengan
keluhan adanya benolan yang keluar dari vagina seak tiga tahun sebelum pasien datang ke
rumah sakit. 7walnya benolan terasa kecil namun perlahan terasa membesar. /enolan tersebut
keluar pada saat pasien batuk atau mengean, dan masuk kembali dengan sendirinya ketika
pasien berbaring. &iwayat perdarahan dari alan lahir disangkal. Pasien uga merasa tidak
nyaman saat beralan akibat gesekan benolan tersebut dengan celananya Dari pemeriksaan
ginekologi ditemukan tampak porsio keluar dari introitus vagina 8 1cm, dengan portio tampak
licin dan konsistensi kenyal, saat dipalpasi porsio dirasakan kenyal dan tidak terdapat neri
tekanan. Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik yang dilakukan, pasien didiagnosis dengan
prolaps uterigrade''.
Pada dasarnya prolaps uteri disebabkan oleh kelemahan pelvic flooryang terdiri dari otot-
otot, fascia endopelvik, dan ligamentum-ligamentum yang menyokong organ-organ genitalia.
9ang menadi faktor risiko teradinya prolaps uteri adalah multiparitas, persalinan pervaginam,
usia tua, dan keadaan-keadaan yang menyebabkan peningkatan tekanan intraabdomen, seperti
obesitas, sembelit kronis, batuk kronis, dan kebiasaan beraktivitas mengangkat benda berat.
Partus yang berulang kali dan persalinan pervaginam adalah yang paling sering dikutip sebagai
faktor risiko untuk menyebabkan atau memperburuk prolaps uteri. Dalam studi P:##T, ada 122-
persen peningkatan risiko prolaps untuk setiap dekade kehidupan. Pada wanita berusia 2 sampai
6; tahun, keadian prolaps organ pelvis berlipat ganda dengan setiap dekade. #eperti risiko
prolaps organ pelvis lainnya, penuaan adalah proses yang kompleks. Peningkatan insiden
mungkin akibat dari penuaan fisiologis dan proses degeneratif serta hipoestrogenisme. *aktor
risiko yang terdapat pada pasien ini, yaitu multiparitas, usia lanut, dan ada riwayat kebiasaan
mengangkat benda berat.,3,apier. Pessarium ini
terdiri atas suatu gagang !stem" dengan dengan uung atas suatu mangkok !cup" dengan
beberapa lobang dan diuung bawah terdapat < tali. %angkok ditempatkan di bawah serviks
dan tali-tali dihubungkan dengan sabuk pinggang untuk memberikan sokongan pada
pessarium. #ebagai pedoman untuk mencari ukuran yang cocok maka diukur dengan ari
berupa arak antara fornik vagina dengan pinggir atas introitus vagina, kemudian ukuran
tersebut dikurangi dengan 1 cm untuk mendapatkan diameter dari pessarium yang akan
digunakan. Pessarium diberi ?at pelicin dan dimasukkan miring sedikit ke dalam vagina.#etelah bagian atas masuk ke dalam vagina maka bagian tersebut ditempatkan ke forniks
vagina posterior.,3
Pemasangan pessarium biasa dilakukan pada penderita yang sedang hamil, untuk sementra
menghilangkan geala yang ada sambil menunggu waktu operasi, atau pada penderita yang
12
-
7/25/2019 BAB III 2.0
5/8
menolak untuk dilakukan tindakan operatif. +ontraindikasi terhadap pemakaian pesarium
ialah adanya radang pelvis akut atau subakut serta adanya keganasan. ,3
Tindakan operasi dilakukan pada penderita yang menginginkan penanganan definitif, sudah
menopause, dan tidak memerlukan organ reproduksi lagi. /erbagai macam penatalaksanaan
operatif pada pasien-pasien dengan prolaps uteri, yaitu ,3
a" entrofiksasi
Pada wanita yang masih tergolong muda dan masih ingin menginginkan anak lagi, maka
dilakukan tindakan operasi untuk membuat uterus ventrofiksasi dengan cara memendekkan
ligamentum rotundum atau mengikatkan ligamentum rotundum ke dinding perut.,3
b" :perasi %anchester
Pada tindakan operasi ini biasanya dilakukan amputasi serviks uteri dan dilakukan
penahitan ligamentum kardinale yang telah dipotong di muka serviks lalu dilakukan pula
kolporafi anterior dan kolpoperineoplastik.7mputasi serviks dilakukan untuk memendekkan
servik yang memanang !elongasio kolli". Tindakan ini dapat menyebabkan infertilitas, abortus,
partus prematurus dan distosia servikalis pada saat persalinan berlangsung. /agian yang paling
penting pada tindakan operasi ini adalah penahitan ligamentum kardinale di depan serviks
karena dengan tindakan ini ligamentum kardinale diperpendek sehingga uterus akan terletak
dalam posisi anteversiofleksi dan turunnya uterus dapat dicegah.,3
c" @isterektomi pervaginam
:perasi ini tepat untuk dilakukan pada prolapsus uteri dalam tingkatan yang lebih lanut
dan pada wanita yang telah menopause.#etelah uterus diangkat, puncak vagina digantungkan
pada ligamentum rotundum kanan dan kiri, bagian atas pada ligamentum infundebulopelvikum,
kemudian tindakan operasi dilanutkan dengan melakukan kolporafi anterior dan
kolpoperineorafi untuk mencegah teradinya prolapsus vagina dikemudian hari.,3
d" +olpoklesis
Pada waktu obat-obat serta pemberian anestesi dan perawatan pra dan pasca tindakan
operasi belum baik untuk perempuan tua yang seksual tidak aktif lagi dapat dilakukan operasi
sederhana dengan menahitkan dinding vagina depan dengan dinding bagian belakang, sehingga
lumen vagina tertutup dan uterus terletak di atas vagina. 7kan tetapi tindakan operasi enis ini
13
-
7/25/2019 BAB III 2.0
6/8
tidak akan memperbaiki sistokel atau rektokel sehingga akan dapat menimbulkan inkotinensia
urin. :bstipasi serta keluhan pada prolapsus uteri lainnya uga tidak akan hilang pada tindakan
ini.,3
e" Purandare
Purandare adalah operasi yang dituukan bagi nulipara yang mengalami prolaps uteri.
9ang mempunyai dinding abdomen yang baik. Pada operasi ini, uterus digantungkan dari
ligamentum latum ke fascia muskulus rektus abdominis menggunakan pita mersilene. :perasi
efektif selama dinding abdomen masih kuat. +etika dinding abdomen tidak kuat, prolaps uterus
dapat teradi kembali.,3
Pada pasien ini dilakukan tindakan secara konservatif, yaitu pemasangan pessarium.
'ndikasi untuk pemasangan pessarium ini karena pasien ini didiagnosis dengan prolaps uteri
grade '' dan pasien uga menolak untuk dilakukan tindakan operatif.
4ambar . Pemasangan pesarium pada pasien
14
-
7/25/2019 BAB III 2.0
7/8
#etelah dilakukan pemasangan pessarium, pasien diberi anuran untuk tidak lagi
mengedan saat buang air besar, tidak lagi mengangkat benda-benda berat, menurunkan berat
badan, dan kontrol ke poli ginekologi setiap bulannya untuk dilakukan pembersihan dan
pensterilan ulang pessarium. Pessarium dapat dipakai selama beberapa tahun, asalkan penderita
diawasi dan diperiksa secara teratur.Pemeriksaan ulang sebaiknya dilakukan -3 bulan
sekali.agina diperiksa secara inspekulo untuk menentukan ada tidaknya perlukaan, pessarium
lalu dibersihkan dan disterilkan lalu kemudian dipasang kembali.,3
Pada pasien ini tidak teradi komplikasi dari prolaps uteri. +omplikasi yang biasa menyertai
prolaps uteri adalah
a. +eratinisasi mukosa vagina dan porsio uteri, prosidensia uteri disertai dengan keluarnya
dinding vagina !inversio", karena itu mukosa vagina dan serviks uteri menadi tebal serta
berkerut dan berwarna keputih-putihan.
b. Dekubitus, ika serviks uteri terus ke luar dari vagina maka uungnya bergeser dengan paha
pada pakaian dalam, sehingga hal ini dapat menyebabkan luka dan radang yang lambat laun
dapat menadi ulkus yang disebut ulkus dekubitus. Dalam keadaan demikian perlu dipikirkan
kemungkinan suatu keganasan, lebih-lebih pada penderita yang berusia lanut. Pemeriksaan
sitologi biopsi perlu dilakuakan untuk mendapatkan kepastian akan adanya proses keganasan
tersebut.
c. 4angguan miksi dan stress inkontinensia, pada sistokel berat, miksi kadang-kadang terhalang
sehingga kandung kencing tidak dapat dikosongkan sepenuhnya. Turunnya uterus bisa uga
menyempitkan ureter sehingga bisa menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis. 7danya
sistokel dapat pula mengubah bentuk sudut antara kandung kencing dan uretra sehingga
dapat menyebabkan stress inkontinensia.
d. 'nfeksi saluran kemih, adanya retensi urin mudah menimbulkan infeksi. #istitis yang teradi
dapat meluas ke atas dan dapat menyebabkan pielitis dan pielonefritis yang akhirnya keadaan
tersebut dapat menyebabkan gagal ginal.
e. +emandulan, karena serviks uteri turun sampai dekat pada introitus vagina atau sama sekali
ke luar dari vagina sehingga tidak akan mudah teradi kehamilan.
15
-
7/25/2019 BAB III 2.0
8/8
f. +esulitan pada waktu persalinan, ika wanita dengan prolapsus uteri hamil maka pada waktu
persalinan dapat menimbulkan kesulitan dikala pembukaaan sehingga kemauan persalinan
adi terhalang.
g. @emoroid, varises yang terkumpul dalam rektokel akan memudahkan teradinya obstipasi
sehingga lambat laun akan menimbulkan hemoroid.
Prognosis pada pasien ini dubia ad malam. /ila prolaps uteri tidak ditatalaksana, maka secara
bertahap akan memberat. Prognosis akan baik pada pasien usia muda, dalam kondisi kesehatan
optimal !tidak disertai penyakit lainnya", dan 'ndeks %asa Tubuh !'%T" dalam batas normal.
Prognosis buruk pada pasien usia tua, kondisi kesehatan buruk, mempunyai gangguan sistem
respirasi !asma, PP:+", serta '%T diatas batas normal.
16