fikosianin_rosita kusumaningastuti_13.70.0108_a2_unika soegijapranata
TRANSCRIPT
-
7/23/2019 Fikosianin_Rosita Kusumaningastuti_13.70.0108_A2_UNIKA Soegijapranata
1/21
Acara IV
FIKOSIANIN: PEWARNA ALAMI
DARI BLUE GREEN
MICROALGAESPIRULINA
LAPORAN RESMI PRAKTIKUMTEKNOLOGI HASIL LAUT
Disusun oleh:
Nama : Rosita Kusumaningastuti
NIM : 13.70.0108
Kelompok A2
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGANFAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATASEMARANG
2015
-
7/23/2019 Fikosianin_Rosita Kusumaningastuti_13.70.0108_A2_UNIKA Soegijapranata
2/21
1
1. MATERI METODE
1.1. Alat dan Bahan
1.1.1.
Alat
Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalahsentrifuge, pengaduk/stirrer, oven, dan
plate stirrer.
1.1.2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah biomassa Spirulina basah atau
kering, aquades, dan dekstrin.
1.2. Metode
Dilarutkan dalam aquades (1 : 10)
Biomassa Spirulina dimasukkan dalam erlenmeyer
-
7/23/2019 Fikosianin_Rosita Kusumaningastuti_13.70.0108_A2_UNIKA Soegijapranata
3/21
2
Diaduk denganstirrer 2 jam
Disentrifugasi 5000 rpm, 10 menit hingga didapat endapan
Supernatan diukur kadar fikosianin pada panjang gelombang 615 nm dan 652 nm
-
7/23/2019 Fikosianin_Rosita Kusumaningastuti_13.70.0108_A2_UNIKA Soegijapranata
4/21
3
Dicampur merata dan dituang ke wadah
Dioven pada suhu 45C hingga kadar air 7%
Didapat adonan kering yang gempal
Ditambah dekstrin dengan supernatan : dekstrin = 1 : 1
-
7/23/2019 Fikosianin_Rosita Kusumaningastuti_13.70.0108_A2_UNIKA Soegijapranata
5/21
4
Dihancurkan dengan penumpuk hingga berbentukpowder
-
7/23/2019 Fikosianin_Rosita Kusumaningastuti_13.70.0108_A2_UNIKA Soegijapranata
6/21
5
2. HASIL PENGAMATAN
Hasil pengamatan Fikosianin dari Mikroalga mengenai OD, Konsentrasi Fikosianin, Yield, dan Warna dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Hasil Pengamatan Fikosianin dari Mikroalga
Keterangan:Warna:+ = biru muda++ = biru+++ = biru tua
Berdasarkan data pada Tabel 1. di atas, didapatkan hasil dengan penggunaan biomassa kering sebanyak 8 gram ditambah dengan
aquades 80 ml maka akan diperoleh total filtrat sebanyak 58 ml untuk semua kelompok. Data mengenai OD615, OD652, Konsentrasi
Fikosianin (KF), Yield, dan warna berbeda-beda untuk semua kelompok. Nilai OD 615yang didapat oleh kelompok A1 A5 tidak
begitu jauh perbedaannya. Nilai terbesar diperoleh oleh kelompok A5 dengan nilai 0,0574 dan nilai terendah diperoleh oleh
kelompok A1 sebanyak 0,0544. Untuk nilai OD652yang didapatkan oleh kelompok A1 A5 juga tidak begitu jauh perbedaannya.
Nilai terbesar diperoleh oleh kelompok A3 sebesar 0,0227 sedangkan nilai terendah diperoleh oleh kelompok A2 yaitu 0,0223.
Kel BeratBiomassaKering (g)
Jumlah Aquadesyang
ditambahkan (ml)
Total Filtratyang
diperoleh (ml)OD615 OD652
KF(mg/ml)
Yield(mg/ml)
WarnaSebelumdi-oven
Sesudahdi-oven
A1 8 80 58 0,0544 0,0225 0,819 5,938 ++ ++A2 8 80 58 0,0569 0,0223 0,868 6,293 ++ ++A3 8 80 58 0,0568 0,0227 0,862 6,250 ++ ++A4 8 80 58 0,0569 0,0226 0,865 6,271 ++ +A5 8 80 58 0,0574 0,0226 0,874 6,337 ++ ++
-
7/23/2019 Fikosianin_Rosita Kusumaningastuti_13.70.0108_A2_UNIKA Soegijapranata
7/21
6
Konsentrasi Fikosianin (KF) yang tertinggi diperoleh kelompok A5 yaitu sebesar 0,874 mg/ml, sedangkan nilai terendah diperoleh
oleh kelompok A1 yaitu 0,819 mg/ml. Yield pada praktikum ini yang terbesar diperoleh kelompok A5 sebesar 6,337 mg/ml, dan
nilai yang terendah diperoleh oleh kelompok A1 sebesar 5,938 mg/ml. Warna yang dihasilkan sebelum dilakukan pengovenan
untuk semua kelompok sama, yaitu biru, sedangkan setelah dilakukan pengovenan warna yang dihasilkan tetap biru, namun untuk
kelompok A4 justru didapati warnanya berubah menjadi biru muda.
-
7/23/2019 Fikosianin_Rosita Kusumaningastuti_13.70.0108_A2_UNIKA Soegijapranata
8/21
7
3. PEMBAHASAN
Mikroalga merupakan salah satu jenis tumbuhan yang sangat mudah dibudidayakan
dikarenakan dapat beradaptasi dengan mudah pada lingkungan hidupnya. Dapat dikatakanbahwa nilai produktivitasnya cukup tinggi (Borowitzka, 1997). Mikroalga banyak ditemukan
pada laut dan air tawar yaitu kebanyakan alga hijau atau alga biru-hijau. Salah satu contoh
mikroalga adalah Spirulina. Spirulina merupakan salah satu jenis cyanobacteriaatau bakteri
yang mengandung klorofil sehingga dalam perkembangannya dapat membuat makanan
sendiri melalui reaksi fotosintesis. Spirulina atau Arthospiramemiliki banyak jenis bahkan
lebih dari 58 spesies, tetapi hanya terdapat beberapa jenis saja yang dapat digunakan sebagai
sumber makanan dan hanya 2 jenis saja yang banyak terlihat dipasaran yaitu Spirulina
platensisdanSpirulina maxima. Perbedaan keduanya hanya berdasar bentuk dan ukurannya
saja. Spirulina maxima memiliki bentuk yang lebih besar namun bentuknya tidak terlalu
spiral seperti Spirulina platensis(Christwardana et al., 2013).
Spirulina platensis merupakan halobakteri alkafilik yang hidup di daerah tropis dan
subtropis. S. platensismerupakan alga biru-hijau yang cukup besar dibandingkan mikroalga
lainnya, dimana mudah dicerna dan diserap dalam tubuh manusia karena tidak mengandung
selulosa. Spirulina platensis ini mengandung asam nukleat rendah yang terdiri dari protein
55%-70%, lemak 6%-9%, karbohidrat 15%-20%, kaya mineral, vitamin, serat, dan pigmen.
S. platensis ini memiliki protein yang unik yang dikenal sebagai fikobiliprotein (Seo et al.,
2013). Kelebihan dari Spirulina platensis yaitu harganya ekonomis, sangat
mempertimbangkan ekologi, dan memiliki banyak manfaat terutama dari segi nutrisi.
Mikroalga ini sangat cocok digunakan dalam bidang pangan salah satunya sebagai pewarna.
Berasal dari fikobiliproteinnya yang mengandung pigmen warna yang dapat diklasifikasikan
dalam 3 kelompok yaitu fikosianin (C-PC), fikoeritrin (C-PE), dan alofikosianin (C-APC).Fiosianin merupakan pigmen yang paling dominan didalamnya (Antelo et al., 2010).
Berdasarkan FDA di USA, penggunaan pewarna sintetis mulai dilarang karena dapat
menimbulkan kanker bagi konsumen, sehingga digunakan alternatif lain yaitu menggunakan
-
7/23/2019 Fikosianin_Rosita Kusumaningastuti_13.70.0108_A2_UNIKA Soegijapranata
9/21
8
pewarna alami. Pewarna yang sedang banyak diincar adalah warna biru. Mikroalga utama
penghasil warna biru adalah Spirulina platensis yang berasal dari pigmen fikosianinnya
(Martelli et al., 2014). Fikosianin ini memiliki pewarna yang cukup tinggi kadarnya, baik
disimpan pada suhu 4-10oC dan memiliki titik isoelektris yang mendekati 4,65 sehinggamemudahkannya untuk berikatan dengan antibodi tanpa merubah strukturnya (Sivasankari
et al., 2014). Pigmen fikosianin dari Spirulina platensis ini sangat dipengaruhi oleh
lingkungan luar seperti pH, suhu, keberadaan nutrisi, penyinaran, dan kadar garam (Sharma
et al., 2014). Menurut Seo et al. (2013) hal ini dikarenakan struktur subunit polipeptidanya
yang menjadikan fikosianin cukup sensitif. Oleh sebab itu, penggunaan fikosianin sebagai
pewarna juga sedikit minim dikarenakan harus menghindari proses yang menggunakan suhu
tinggi yaitu pemasakan dan sterilisasi. Namun hal ini dapat dikurangi dengan menggunakan
alternatif seperti penggunaan pengawet dan konsentrasi gula rendah serta penggunaan pada
pH yang cukup rendah yaitu 5 (Martelli et al., 2014). Pada dasarnya metode ekstraksi yang
digunakan sangat menentukan seberapa besar fikosianin yang akan didapatkan (Sivasankari
et al., 2014).
Fikosianin merupakan pigmen yang paling dominan pada alga biru-hijau dibandingkan
dengan pigmen lainnya. Dari berat kering alga biru-hijau terdapat fikosianin hingga lebih
dari 20% (Richmond, 1988). Fikosianin sebagai salah satu pigmen mampu menangkap
radiasi sinar matahari yang paling efisien disbanding klorofil dan karotenoid (Hall & Rao,
1999). Menurut Boussiba & Richmond (1980), apabila Spirulina platensisditumbuhkan pada
kondisi nitrogen yang optimal maka kandungan fikosianinnya dapat dipastikan tinggi
dikarenalan fikosianin merupakan bahan yang mampu menyimpan nitrogen. Absorbansi
cahaya maksimum yang dimiliki oleh fikosianin adalah dengan panjang gelombang 546 nm
serta berat molekulnya 134 kDa. Pada ekstrak fikosianin yang segar oleh beberapa jenis alga
biru-hijau mempunyai berat molekul yang lebih besar yaitu 262 kDa, dimana diperkirakankarena adanya fragmen dari fikobilisom. Pigmen fikosianin dapat larut pada pelarut polar
seperti air ( Carra & hEocha, 1976). Berikut merupakan struktur fikosianin yang dapat
dilihat pada Gambar 1.
-
7/23/2019 Fikosianin_Rosita Kusumaningastuti_13.70.0108_A2_UNIKA Soegijapranata
10/21
9
Gambar 1. Struktur Penyusun Fikosianin ( Carra & hEocha, 1976).
3.1. Cara Kerja
Pada praktikum ini, pertama-tama biomassa spirulina sebanyak 8 gram dimasukkan dalam
Erlenmeyer kemudian dilarutkan menggunakan aquades dengan perbandingan spirulina :
aquades yakni 1:10 (8 gram spirulina + 80 ml aquades). Pencampuran aquades dengan
biomassa spirulina ini ditujukan untuk melarutkan agar dapat diproses lebih lanjut, terutama
apabila dilihat tujuannya untuk mengisolasi fikosianin. Menurut Carra & hEocha (1976),
pigmen fikosianin dapat larut pada pelarut polar seperti air. Setelah dilakukan pencampuran
maka dilakukan pengadukan pada larutan menggunakan stirrer dan plate stirrer selama
kurang lebih 2 jam. Stirrer atau yang biasa dikenal dengan magnetic stirrermerupakan alat
yang dapat digunakan untuk mengaduk larutan, dimana biasanya dibutuhkan arus elektrik
dalam penggunaannya dengan menggunakanplate stirrer. Kecepatan mengaduk daristirrer
antara 250-1000rpm (Pudyaatmaka & Meity, 2002). Pengadukan dengan stirrerbertujuan
untuk menghomogenkan larutan serta menjamin bahwa pigmen fikosianin dari Spirulina
dapat terekstrak dengan sempurna (Fardiaz, 1992).
Setelah dilakukan pengadukan denganstirrermaka larutan disentrifugasi dengan kecepatan
5000 rpm selama 10 menit hingga diperoleh endapan dan supernatant (cairan yang berisi
fikosianin), lalu supernatant diambil dan diukur volumenya. Sentrifugasi merupakan salah
satu cara pemisahan substansi berdasarkan berat jenis molekulnya. Dengan memberikan gayasentrifugal maka akan dihasilkan substansi dengan berat jenis lebih berat akan berada di
dasar, sedangkan substansi yang lebih ringan akan terletak di atas (Cabe et al., 1990).
Sentrifugasi yang dilakukan ini bertujuan untuk mengendapkan debris sel dan untuk
mengambil pigmen fikosianin yang terlarut pada aquades (Silveira et al., 2007).
-
7/23/2019 Fikosianin_Rosita Kusumaningastuti_13.70.0108_A2_UNIKA Soegijapranata
11/21
10
Supernatant yang diperoleh diambil sebanyak 8 ml setiap kelompok kemudian ditambahkan
dengan dekstrin dengan perbandingan supernatant:dekstrin yaitu 1:1 (8 ml + 8 gram).
Dekstrin yang ditambahkan berfungsi sebagai pencegah rusaknya pigmen fikosianin.
Dekstrin ini akan mengenkapsulasi fikosianin kedalamnya (Suparti, 2000). Didukung denganpernyataan Murtala (1999), dekstrin memiliki fungsi sebagai pelindung bahan pangan yang
aktif seperti pewarna. Penggunaanya mampu mempercepat proses pengeringan serta
mencegah kerusakan pigmen-pigmen karena adanya suhu tinggi dalam pengolahan. Semakin
tinggi konsentrasi dekstrin yang digunakan dalam proses, maka bubuk fikosianin yang
dihasilkan akan semakin lebih pucat atau memudar warnanya (Wiyono, 2007). Dekstrin
dikenal sebagai polisakarida yang dapat diperoleh dari proses hidrolisa pati menjadi gula
dengan adanya perlakuan suhu tinggi serta adanya asam dan enzim. Dekstrin memiliki sifat
mudah larut air, tidak kental, dan cepat terdispersi (Reynold, 1982). Menurut Arief (1987),
dekstrin dapat menjaga stabilitas flavor selama pemanasan dikarenakan struktur molekul
dekstrin berbentuk spiral, sehingga molekul-molekul flavor akan terperangkap di dalam
struktur ini.
Setelah tercampur rata, campuran supernatant dan dekstrin dituangkan ke dalam wadah.
Kemudian dipanaskan dalam oven suhu 50oC hingga kering, kurang lebih hingga kadar
airnya mencapai 7% (hanya dilihat menggunakan spatula apakah sudah kering atau masih
gempal). Setelah dikeringkan maka akan terbentuk adonan kering yang gempal. Adonan
tersebut perlu dihancurkan dengan mengunakan alat penumbuk hingga berbentuk powder.
Pengeringan yang dilakukan merupakan proses pengurangan kadar air hingga konsentrasi
tertentu. Dengan adanya pengeringan maka air bebas yang dapat digunakan oleh bakteri
untuk merusak fikosianin dapat dikurangi (Chandra, 2011).
Sisa supernatant diukur absorbansinya menggunakan spektrofotometri dengan panjanggelombang 615 nm dan 652 nm. Sebelum dilakukan pengukuran perlu diencerkan terlebih
dahulu dengan mengambil 1 ml supernatant dan dimasukkan pada 9 ml aquades hingga
pengenceran 10-2. Panjang gelombang yang digunakan sudah sesuai dengan teori yang
dinyatakan oleh Silviera et al. (2007) bahwa pada analisa fikosianin, dapat dilakukan
-
7/23/2019 Fikosianin_Rosita Kusumaningastuti_13.70.0108_A2_UNIKA Soegijapranata
12/21
11
pengukuran kadar fikosianin menggunakan spektrofotometerpada panjang gelombang 615
nm dan 652 nm. Spektrofotometri menggunakan metode dengan mengukur serapan suatu
sampel sebagai suatu fungsi panjang gelombang. Akan diperoleh nilai absorbansi pada
penggunaan spektrofotometer, dimana nilai absorbansi ini merupakan nilai konstan darisebuah intensitas penyinaran. Pengukuran absorbansi dengan spektrofotometri pada
praktikum ini berguna untuk mengetahui seberapa kelarutan fikosianin pada larutan tersebut
(Achmadi et al., 1992). Terkadang diperlukan pengenceran untuk larutan yang memiliki
warna terlalu pekat. Karena apabila suatu larutan dengan warna yang semakin pekat maka
semakin tinggi nilai absorbansinya sehingga validitas hasil penelitian bisa berkurang
(Satiadarma, 2004).
3.2. Hasil Pengamatan
Berdasarkan praktikum ini diperoleh hasil pengamatan yang beragam. Nilai OD615 yang
didapat oleh kelompok A1-A5 tidak begitu jauh perbedaannya, berkisar pada angka 0,05.
Nilai terbesar diperoleh oleh kelompok A5 dengan nilai 0,0574, dilanjutkan dengan
kelompok A2 dan A4 yaitu 0,0569, lalu kelompok A3 dengan nilai 0,0568, dan nilai terendah
diperoleh oleh kelompok A1 sebanyak 0,0544. Untuk nilai OD652 yang didapatkan oleh
kelompok A1-A5 juga tidak begitu jauh perbedaannya hanya berkisar 0,022. Nilai terbesar
diperoleh oleh kelompok A3 sebesar 0,0227, dilanjutkan oleh kelompok A4 dan A5 sebesar
0,0226, kemudian kelompok A1 dengan nilai 0,0225, dan nilai terendah diperoleh oleh
kelompok A2 yaitu 0,0223. Nilai OD (optical density) menurut Fox (1991), sangat
dipengaruhi oleh konsentrasi dan kejernihan dari larutan. Semakin keruh suatu larutan maka
bahwa nilai OD yang didapat akan semakin tinggi. Kekeruhan dapat diartikan sebagai
banyaknya konsentrasi yang terlarut. Namun pada praktikum ini nilai yang didapatkan antar
kelompok tidak berbeda jauh sehingga tingkat kekeruhan maupun konsentrasi larutan tidak
begitu berbeda antara satu kelompok dengan kelompok lain. Dengan panjang gelombangyang digunakan yaitu 615 nm dan 652 nm sudah sesuai dengan pernyataan Hadi, (1986)
bahwa untuk mengukur warna komplementer biru hijau dapat digunakan panjang gelombang
610 nm-750 nm. Hal ini juga turut menunjukkan bahwa praktikum sudah sesuai untuk
mengisolasi fikosianin dari spirulina. Dapat ditunjukkan dari rentang nilai absorbansi
-
7/23/2019 Fikosianin_Rosita Kusumaningastuti_13.70.0108_A2_UNIKA Soegijapranata
13/21
12
tersebut, bahwa warna biru-hijau dari c-fikosianin yang terdeteksi oleh spektrofotometer.
Didukung dengan pernyataan Prabuthas et al. (2011) bahwa c-fikosianin adalah jenis
fikosianin yang banyak terdapat pada Spirulina.
Konsentrasi fikosianin (KF) danyieldfikosianin dipengaruhi langsung oleh nilai dari optical
density. Menurut Antelo et al. (2010), besarnya nilai KF dapat dihitung dengan rumus:
Konsentrasi fikosianin (mg/ml) =OD 0,474 (OD)
5,3
Oleh sebab itu, didapatkan nilai KF dan yieldyang beragam berdasar nilai OD. Besarnya
nilai OD615 dan OD652 yang didapatkan akan berbanding lurus dengan perolehan KF danyield
fikosianin, begitu pula semakin tinggi konsentrasi fikosianin yang dihasilkan maka yield
yang dihasilkan juga semakin tinggi pula, dan begitu juga sebaliknya. (Antelo et al., 2010).
Hal ini sudah sesuai dengan hasil pengamatan yang didapatkan. Konsentrasi Fikosianin (KF)
yang tertinggi diperoleh kelompok A5 yaitu sebesar 0,874 mg/ml, kemudian kelompok A2
mendapatkan nilai konsentrasi fikosianin sebesar 0,868 mg/ml, dilanjutkan kelompok A4
kemudian A3 secara berurutan yaitu 0,865 mg/ml dan 0,862 mg/ml, sedangkan nilai terendah
diperoleh oleh kelompok A1 yaitu 0,819 mg/ml. Yield pada praktikum ini yang terbesar
diperoleh kelompok A5 sebesar 6,337 mg/ml, selanjutnya kelompok A2 sebesar 6,293
mg/ml, dilanjutkan kelompok A4 sebesar 6,271 mg/ml dan kelompok A3 sebesar 6,250
mg/ml, serta nilai terendah diperoleh oleh kelompok A1 sebesar 5,938 mg/ml. Menurut Fox
(1991), semakin besar konsentrasi fikosianin yang didapatkan, maka yield yang didapatkan
akan semakin besar. Walaupun dengan perlakuan yang sama namun hasil yang didapatkan
dapat berbeda-beda, berkaitan dengan kemungkinan konsentrasi yang terdapat pada sampel.
Namun perbedaan yang didapat pada praktikum ini tidak terlalu signifikan sehingga tidak
dapat disimpulkan perbedaan nilai konsentrasi pada masing larutan.
Warna yang dihasilkan sebelum dilakukan pengovenan untuk semua kelompok A1-A5 sama,
yaitu biru, sedangkan setelah dilakukan pengovenan warna yang dihasilkan tetap biru untuk
kelompok A1-A3 dan A5, namun untuk kelompok A4 justru didapati warnanya berubah
menjadi biru muda. Hal ini sudah sesuai dengan pernyataan Suparti (2000) bahwa dekstrin
-
7/23/2019 Fikosianin_Rosita Kusumaningastuti_13.70.0108_A2_UNIKA Soegijapranata
14/21
13
yang ditambahkan dapat berfungsi untuk pencegahan rusaknya pigmen fikosianin karena
fikosianin akan dienkapsulasi kedalamnya. Namun masih terjadi ketidak sesuaian pada
kelompok A4, hal ini dapat terjadi dikarenakan kemungkinan terjadi kesalahan dalam
penimbangan dekstrin yang terlalu banyak sedangkan supernatant lebih sedikit. Sesuai teoriWiyono, (2007) bahwa semakin tinggi konsentrasi dekstrin yang digunakan, maka bubuk
fikosianin yang dihasilkan akan semakin lebih pucat atau memudar warnanya. Selain itu juga
dapat disebabkan dekstrin yang kurang merata saat dicampurkan dengan supernatant
sehingga timbul warna yang lebih muda.
-
7/23/2019 Fikosianin_Rosita Kusumaningastuti_13.70.0108_A2_UNIKA Soegijapranata
15/21
14
4. KESIMPULAN
Spirulina platensis memiliki pigmen berwarna biru yang disebut fikosianin.
Fikosianin didapatkan dengan cara mengekstrak Spirulina platensis.
Fikosianin dapat diisolasi dari biomassa mikroalga spirulina dengan melarutkannya pada
aquades.
Pigmen fikosianin dari Spirulina platensisini sangat dipengaruhi oleh lingkungan luar
seperti pH, suhu, keberadaan nutrisi, penyinaran, dan kadar garam.
Penggunaan aquades bertujuan untuk melarutkan biomassa Spirulina terutama
kandungan fikosianinnya karena sifatnya yang larut dalam air.
Stirrer berfungsi untuk menghomogenkan larutan dan agar pigmen fikosianin dalamSpirulina dapat terekstrak dengan sempurna.
Sentrifugasi ditujukan untuk memisahkan berdasarkan berat jenis menggunakan gaya
sentrifugal sehingga didapatkan padatan dan cairan.
Panjang gelombang 615 nm dan 652 nm sesuai digunakan untuk mengukur warna
komplementer hijau kebiruan dari c-fikosianin.
Penambahan dekstrin bertujuan untuk mencegah kerusakan pigmen fikosianin.
Pengeringan ditujukan untuk mengurangi kadar air pada bahan hingga konsentrasitertentu.
Absorbansi dengan spektrofotometri berguna untuk mengetahui seberapa kelarutan
fikosianin pada larutan tersebut.
Semakin keruh suatu larutan maka bahwa nilai OD yang didapat akan semakin tinggi.
Besarnya nilai OD615 dan OD652 yang didapatkan akan berbanding lurus dengan
perolehan KF danyieldfikosianin.
Semakin besar konsentrasi fikosianin yang didapatkan, makayield yang didapatkan akan
semakin besar.
Warna fikosianin sebelum dan setelah pengovenan tidak berubah dikarenakan dekstrin
dapat berfungsi untuk mencegah rusaknya pigmen fikosianin karena fikosianin akan
dienkapsulasi kedalamnya.
-
7/23/2019 Fikosianin_Rosita Kusumaningastuti_13.70.0108_A2_UNIKA Soegijapranata
16/21
15
Terjadi perubahan warna fikosianin dapat terjadi karena kurang merata pencampuran atau
dekstrin yang ditambahkan terlalu banyak.
Semarang, 22 September 2015Praktikan, Asisten Dosen:
-
Deanna Suntoro- Ferdyanto Juwono
Rosita Kusumaningastuti13.70.0108
-
7/23/2019 Fikosianin_Rosita Kusumaningastuti_13.70.0108_A2_UNIKA Soegijapranata
17/21
16
5. DAFTAR PUSTAKA
Achmadi S. S., Jayadi, Tri-Panji. (2002). Produksi pigmen oleh Spirulina platensis yang
ditumbuhkan pada media limbah lateks pekat. Jurnal Hayati. 9 (3): 80-84.
Antelo, Francine. S., Andria Anschau, Jorge A. V. C. and Susanna J. Kalil. (2010).Extraction and Purification of C-phycocyanin from Spirulina platensis inConventional and Integrated Two-Phase Systems. J. Braz. Chem. Soc., Vol. 21 (5):921-926.
Arief, M. (1987).Ilmu Meracik Obat Berdasar Teori dan Praktek.Universitas GajahmadaPress. Yogyakarta.
Borowitzka, M. A. (1997). Microalgae for Aquaculture, Opportunities and Constraints.Journal of Application Phychology Vol 9: 393-401.
Boussiba S & Richmond A. (1980). c-Phycocianin as a storage protein in the blue-green algaSpirulina plantesis. Archives of Microbiology 125, 143-147.
Cabe, W.L., J.C. Smith, & P. Harriot. (1990). Operasi Teknik Kimia Edisi Keempat Jilid II.Erlangga. Jakarta.
Chandra, Budi Atrika. (2011). Karakteristik Pigmen Fikosianin dari Spirulina fusiformisyang Dikeringkan dan Diamobilisasi. Departemen Teknologi Hasil Perairan, FakultasPerikanan dan Ilmu Kelautan, IPB. Bogor.
Christwardana, M., M. M. A. Nur, dan Hadiyanto. (2013). Spirulina platensis: Potensinyasebagai Bahan Pangan Fungsional. Jurnal Aplikasi Teknologi Vol. 2 (1): 1-4.
Fardiaz, S. (1992).Mikrobiologi Pangan I. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Fox, P. F. (1991). Food Enzymologi Vol 1. Elsevier Applied Sciences. London.
Hadi, S. (1986).Analisa Kuantitatif. Gramedia. Jakarta.
Hall D. O. & Rao K. K. (1999). Photosynthesis Six edition. Cambridge: CambridgeUniversity Press.
-
7/23/2019 Fikosianin_Rosita Kusumaningastuti_13.70.0108_A2_UNIKA Soegijapranata
18/21
17
Martellia, G., Claudia Folli, Livia Visai, Maria Dagliae, and Davide Ferrari. (2014). Thermalstability improvement of blue colorant C-Phycocyanin from Spirulina platensisforfood industry applications. Elsevier: Process Biochemistry 49: 154159.
Murtala, S. S. (1999). Pengaruh Kombinasi Jenis Dan Konsentrasi Bahan Pengisi TerhadapKualitas Bubuk Sari Buah Markisa Siul (Passiflora edulis F. Edulis). UniversitasBrawijaya. Malang.
Carra P, hEocha C.(1976). Algal Biliproteins and Phycobilins. Goodwin TW, editor.1976. Chemistry and Biochemistry of Plant Pigments. London: Academic press inc.Hal 328-371.
Prabuthas, P et al. (2011). Standardization of Rapid and Economical Method forNeutraceuticals Extraction from Algae. Journal of Stored Products and Postharvest
Research. India.
Pudyaatmaka, A. Hadyana & Meity Taqdir Qodratillah. (2002). Kamus Kimia cetakan II.Balai Pustaka. Jakarta.
Reynolds, J.E.F. (1982).Martindale The Extra Pharmacopolia,Edition Twenty Eigth. ThePharmacentical Press. London.
Richmond A. (1988). Spirulina di dalam Borowitzka MA dan Borowitzka LJ, editor.Micro-algae biotechnology. Cambridge: Cambridge University Press.
Satiadarma, K. (2004).Azas Pengembangan Prosedur Analisis. Airlangga University Press.Surabaya.
Seo, Yong Chang, Woo Seok Choi, Jong Ho Park, Jin Oh Park, Kyung-Hwan Jung, andHyeon Yong Lee. (2013). Stable Isolation of Phycocyanin from Spirulina platensisAssociated with High-Pressure Extraction Process. Int. J. Mol. Sci. 14: 1778-1787.
Sharma, G., Manoj Kumar, Mohammad Irfan Ali, and Nakuleshwar Dut Jasuja. (2014).
Effect of Carbon Content, Salinity and pH on Spirulina platensis for Phycocyanin,Allophycocyanin and Phycoerythrin Accumulation. J Microb Biochem Technol 6 (4):202-204.
Silveira ST, Burkert JFM, Costa JAV, Burkert CAV, Kalil SJ. (2007). Optimization ofphycocyanin extraction from Spirulina platensis using factorial design. BioresourceTechnology 98: 16291634.
-
7/23/2019 Fikosianin_Rosita Kusumaningastuti_13.70.0108_A2_UNIKA Soegijapranata
19/21
18
Sivasankari, S., Naganandhini, and David Ravindran. (2014). Comparison of DifferentExtraction methods for Phycocyanin Extraction and Yield from Spirulina platensis.Int. J. Curr. Microbiol. App. Sci 3(8): 904-909.
Suparti, W. (2000). Pembuatan Pewarna Bubuk dari Ekstrak Angkak: Pengaruh Suhu,Tekanan dan Konsentrasi Dekstrin. Universitas Brawijaya. Malang.
Wiyono, R. (2007). Studi Pembuatan Serbuk Effervescent Temulawak (Curcumaxanthorrhiza Roxb) Kajian Suhu Pengering, Konsentrasi Dekstrin, Konsentrasi AsamSitrat dan Na-Bikarbonat.
-
7/23/2019 Fikosianin_Rosita Kusumaningastuti_13.70.0108_A2_UNIKA Soegijapranata
20/21
19
6. LAMPIRAN
6.1. Perhitungan
Rumus:KF(mg/ml) =
,()
5,3
1
Yield (mg/g) = ( )
( )
Kelompok A1
KF(mg/ml) =
,5 ,(,225)
5,3
1
1= 0,819mg/ml
Yield (mg/g) =,819 58
8
= 5,938 mg/g
Kelompok A2
KF(mg/ml) =
,569 ,(,223)
5,3
1
1= 0,868mg/ml
Yield (mg/g) =,868 58
8
= 6,293 mg/g
Kelompok A3
KF(mg/ml) =
,568 ,(,22)
5,3 1
1= 0,862mg/ml
Yield (mg/g) =,862 58
8
= 6,250 mg/g
-
7/23/2019 Fikosianin_Rosita Kusumaningastuti_13.70.0108_A2_UNIKA Soegijapranata
21/21
20
Kelompok A4
KF(mg/ml) =,569 ,(,226)
5,3
1
1
= 0,865mg/ml
Yield (mg/g) =,865 58
8
= 6,271 mg/g
Kelompok A5
KF(mg/ml) =,5 ,(,226)
5,3
1
1
= 0,874mg/ml
Yield (mg/g) =,8 58
8
= 6,337 mg/g
6.2. Laporan Sementara
6.3. Diagram Alir
6.4. Abstrak Jurnal