ice cream_danang dwi saputra_13.70.0132_a1_unika soegijapranata
DESCRIPTION
ice cream, susu, overrun, flavor, tekstur, rasaTRANSCRIPT
Acara IV
ICE CREAM
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN SUSU
Disusun oleh:
Nama : Damamg Dwi Saputra
NIM : 13.70.0132
Kelompok : A1
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA
SEMARANG
2016
1. PENDAHULUAN
1.1. Topik
Praktikum pembuatan es krim dilakukan pada tanggal 17 – 18 Mei 2016 bertempat di
laboratorium Rekayasa Pangan. Asisten dosen yang membimbing kami selama
percobaan adalah Beatrix Restiani. Pada hari pertama praktikum dimulai pada pukul
15.00 dan selesai pada pukul 17.30 dan dilakukan bersamaan dengan pengamatan susu
pasteurisasi, dan susu fermentasi. Pada praktikum ini digunakan 2 metode yaitu mix 1
(tanpa custard), dan mix 2 (custard).
1.2. Tujuan
Tujuan dilakukan praktikum ini adalah untuk mengetahui cara pembuatan ice cream
dengan bahan dasar yang berbeda (dengan custard dan tanpa custard), dan mengetahui
perbedaan kedua jenis ice cream tersebut berdasarkan karakteruistik fisik
(kenampakan, tekstur, dan overrun) serta karakteristik organoleptik.
1
2. HASIL PENGAMATAN
2.1. Hasil Pengamatan
Hasil pengamatan dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil Pengamatan
Kel. Formula Waktu Flavor Rasa Tekstur Overrun (%)
1 Mix 1 Setelah penyimpanan 4-6 jam +++ Kuat, manis Kasar 57,143Setelah proses pemecahan kristal es +++ Kuat, manis Halus
2 Mix 1 Setelah penyimpanan 4-6 jam +++ Kuat, manis Kasar 48Setelah proses pemecahan kristal es +++ Kuat, manis Halus
3 Mix 2 Setelah penyimpanan 4-6 jam +++ Kuat, manis Halus 68Setelah proses pemecahan kristal es ++++ Kuat, manis Halus
4 Mix 2 Setelah penyimpanan 4-6 jam +++ Tidak kuat, sangat manis Halus -15,385Setelah proses pemecahan kristal es +++ Tidak kuat, sangat manis Halus
5 Mix 2 Setelah penyimpanan 4-6 jam ++ Tidak kuat, sangat manis Kasar -23,077Setelah proses pemecahan kristal es ++ Tidak kuat, tidak manis KasarKeterangan:Rasa : meliputi rasa susu (kuat atau tidak) dan tingkat kemanisan (tidak manis, agak manis, manis, atau sangat manis)Tekstur : ukuran kristal es saat dirasakan (kasar atau halus)FlavorTidak creamy : +Agak creamy : ++Creamy : +++Sangat crieamy : ++++
2
3
Berdasarkan dari hasil pengamatan dapat dilihat bahwa pada kelompok A1, dan A2 dengan perlakuan mix 1 (tanpa custard), dan kelompok
A4 dengan perlakuan mix 2 (custard) memiliki flavor creamy . Sedangkan pada kelompok A3 dengan perlakuan mix 2 (custard)
mengalami perubahan yaitu creamy menjadi sangat creamy. Pada kelompok A5 dengan perlakuan mix 2 (custard) memiliki flavor agak
creamy . Pada kelompok A1, A2, dan A3 tidak mengalami perubahan rasa yaitu kuat, dan manis. Sedangkan pada kelompok A4 tidak
mengalami perubahan rasa yaitu tidak kuat, dan sangat manis. Pada kelompok A5 mengalami perubahan rasa yaitu sangat manis menjadi
tidak manis. Pada kelompok A1, dan A2 mengalami perubahan tekstur yaitu kasar menjadi halus. Sedangkan nilai overrun paling tinggi
pada kelompok A1 yaitu 57,143%. Sedangkan nilai overrun yang paling rendah pada kelompok A5 yaitu -23,077%.
3. PEMBAHASAN
Pada praktikum es krim, dilakukan 2 jenis es krim yaitu mix 1 (tanpa custard), dan mix
2 (dengan custard). Menurut Arbuckle (1986) dalam jurnal Resistensi Pelelehan,
Overrun, dan Tingkat Kesukaan Es Krim Vanilla Yang Terbuat Dari Bahan Utama
Kombinasi Krim Susu dan Santan Kelapa (2012), bahwa es krim merupakan prodiuk
pembekuan yang terbuat dari kombinasi susu dengan prosentase lemak susu 10-20%
dan dicampur dengan telur, ditambah dengan bahan penegas cita rasa manis dan
pewarna. Menurut Susilorini dan Sawitri (2006), bahwa es krim merupakan produk
olahan susu yang dibuat dengan prinsip pembentukan rongga udara pada campuran
bahan es krim yang disebut Ice Cream Mix (ICM), sehingga dihasilkan pengembangan
volume es krim dan menjadikan es krim lebih ringan serta memiliki tekstur yang
lembut. Pada es krim mix 1 (tanpa custard), pertama-tama dilakukan pencampuran
bahan (whipping cream, susu, icing sugar, dan essens vanilla) ke dalam wadah.
Kandungan protein pada whey dalam whipped cream berfungsi sebagai bahan padatan
tanpa lemak. Full cream pada pembuatan es krim mengandung bahan padatan. Hal ini
sesuai Kim (2002), bahan padatan ini berfungsi sebagai pengikat air. Tambahan
menurut Berger (1997), Penambahan full cream pada pembuatan es krim bertujuan
sebagai bagian yang mengandung lemak susu, dan akan memberikan aroma susu, dan
mencegah pembentukan Kristal yang terlalu besar. Penambahan gula bertujuan untuk
pemanis. Hal ini sesuai Marshall dan Arbuckle (1996), bahwa penambahan gula adalah
sebagai pemanis yang secara standar digunakan lebih dari 16% dari bobot es krim,
pemanis juga dapat meningkatkan aroma es krim. Menurut Mangsi dkk (2011), dalam
jurnal Overrun, Waktu Leleh dan Kesukaan Es Krim Yogurt Susu Sapi dengan
Persentase Gula yang berbeda (2014), bahwa penggunaan gula pasir kisaran 14-16%,
yang berfungsi pemberi rasa manis dapat mempengaruhi tekstur es krim yang menjadi
lembut. Kemudian diratakan adonan dengan sendok kayu atau solet. Lalu, adonan
dimasukkan ke dalam wadah 1 L, dan diberi tanda pada batas volume adonan dengan
spidol sebelum pengocokan. Kemudian adonan dikocok dengan menggunakan mixer
kecepatan tinggi hingga tercampur rata, lembut, dan mengembang. Pencampuran
dengan menggunakan mixer dengan keceapatan tinggi ini bertujuan untuk mencampur
bahan dan globula lemak. Hal ini sesuai Potter & Hotchkiss (1996), bahwa
pencampuran dengan menggunakan mixer berfungsi untuk mencampur bahan dan
4
5
globula lemak lebih sempurna sehingga terkstur es krim lebih baik dan hasilnya lebih
seragam. Tambahan menurut Berger (1997), bahwa pengocokan akan memberikan
emulsi yang stabil. Setelah dilakukan pengocokan, diberi tanda batas volumenya dengan
menggunakan spidol. Kemudian dimasukkan ke dalam freezer selama 18 jam hingga es
krim membeku secara parsial, dan tekstur menjadi solid. Pembekuan bertujuan untuk
meningkatkan volume es krim. Hal ini sesuai Buckle dkk (1987), bahwa tujuan
pembekuan meningkatkan volume es krim selama pembekuan yang menyatukan
gelembung udara yang halus dalam proses pembuihan. Pembekuan dan pembuihan
dapat dilaksanakan pada suhu -10oC. Tambahan dari Susrini (2003), bahwa pembekuan
mempengaruhi tekstur es yang terbentuk sehingga tekstur es krim menjadi halus,
semakin cepat pembekuan semakin kecil Kristal es yang tebentuk sehingga tekstur es
krim menjadi halus. Setelah penyimpanan selama 18 jam di freezer, diambil es krim nya
kembali, lalu dikocok kembali dengan menggunakan mixer untuk mendispersi Kristal es
yang terbentuk. Tujuan dari pengocokan berulang-ulang untuk mendapatkan tekstur es
krim yang lembut. Hal ini sesuai Chandan (2007), bahwa homogensasi berulang-ulang
akan mengurangi globula lemak, dan dapat memperkecil ukuran kristal pada es krim.
Ukuran es krim sangat mempengaruhi tekstur es krim. Disimpan lagi es krim ke dalam
freezer selama satu jam, dan diulangi pengocokan hingga 3 kali supaya es krim menjadi
lembut.
Sedangkan pada perlakuan mix 2 (dengan custard), pertama-tama whipping cream
dikocok dalam wadah yang diatasnya terdapat es batu hingga mengembang. Jangan
terlalu lama dalam proses pengocokan supaya krim tidak berubah menjadi butter
(adonan 1). Tujuan pengadukan pada suhu rendah untuk pembekuan adonan hingga
udara teperangkap. Hal ini sesuai Marshall dan Arbuckle (2002), bahwa tujuan dari
pengadukan pada suhu rendah adalah untuk pembekuan adonan sehingga udara
tepreangkap dan tidak dapat lepas. Kemudian adonan 1 tetap ditempatkan diatas es batu,
dan ditutup dengan plastic cling, dan disimpan di dalam chiller. Pada wadah yang lain,
castor sugar, kuning telur, dan essens vanilla dicampurkan. Penambahan telur sebagai
emulsifier bertujuan untuk penstabil. Hal ini sesuai Potter & Hotchkiss (1996), bahwa
pada penambahan kuning telur sebagai emulsifier bertujuan untuk penstabil. Hal ini
dikarenakan pada kuning telur mengandung lesitin yang akan membantu penyebaran
6
globula lemak selama pengocokan dan mencegah terjadinya penggumpalan. Bahan
pengemulsi dapat meningkatkan pemebentukan busa untuk mendapatkan overrun yang
diinginkan yaitu kisaran 70-100%. Hal ini sesuai dengan Marshall dan Buckle (2000),
bahwa penstabil dalam pembuatan es krim memiliki fungsi untu mempertahankan
stabilitas emulsi memperbaiki tekstur, mencegah pembentukan kristal es yang besar,
keseragaman produk, menurunkan kecepatan leleh, dan memperbaiki sifat produk
tersebut. Tambahan menurut Gaman & Sherrington (1994), bahwa penambahan
emulsifier bertujuan untuk menginteraksikan protein dan lemak, sehingga dapat
membantu pembentukan tekstur yang halus dan stabil. Menurut Syahputra (2008) dalam
jurnal Pembuatan Es Krim Jagung Manis Kajian Jenis Zat Penstabil¸ Konsentrasi Non
Dairy Cream Serta Aspek Kelayakan Finansial (2013), bahwa zat penstabil memiliki
peranan sebagai penstabil dalam proses pencampuran bahan baku es krim, menstabilkan
molekul udara dalam adonan es krim, dengan demikian air tidak akan mengkristal, dan
lemak tidak akan mengeras. Penambahan sugar castor bertujuan untuk meningkatkan
rasa yang lebih manis. Hal ini sesuai Buckle dkk (1987), bahwa pada gula castor
memiliki faktor pemanis 100% sehingga dapat menghasilkan rasa yang lebih manis.
Dikocok hingga adonan mengembang dan warnanya agak menjadi keputihan. Single
cream dipanaskan di dalam panci hingga mendidih, kecilkan api, dan dicampurkan
adonan telur sambil diaduk dengan sendok kayu secara berlahan (adonan 2/adonan
custard). Adonan 2 dipanaskan hingga mengental (cukup kental untuk melapisi
permukaan sendok kayu). Diperhatikan proses pemanasannya, jangan sampai
overcooked, supaya tekstur custard tidak rusak. Kemudian custard dituangkan ke dalam
wadah dan dibiarkan custard mendingin di suhu ruang. Kemudian dimasukkan custard
ke dalam chiller selama kurang lebih 1 jam. Setelah cukup dingin, adonan 1 dan 2
dicampurkan, dan diaduk dengan menggunakan sendok kayu hingga rata. Dimasukkan
adonan ke dalam wadah plastik 1 L, dan diberi tanda batas volume pada adonan
sebelum pengocokan. Adonan kemudian dikocok menggunakan mixer dengan
kecepatan yang tinggi hingga bercampur rata, lembut, dan mengembang. Dimasukkan
adonan ke dalam wadah plastic 1 L dan diberi tanda volumenya setelah pengocokan.
Kemudian dimasukkan ke dalam freezer dalam kondisi 18 jam hingga es krim membeku
parsial, dan tekstur menjadi solid. setelah penyimpanan selama 18 jam di freezer, es
krim diambil kembali dan dikocok lagi dengan menggunakan mixer untuk mendispersi
7
Kristal es yang terbentuk. Disimpan es krim didalam freezer selama 1 jam, dan diulangi
proses pengocokan hingga 3 kali supaya tekstur es krim menjadi lembut. Menurut
Douglas (2000) dalam jurnal Kualitas Es Krim dengan Kombinasi Wortel dan Tomat
(2014), bahwa tekstur lembut es krim dapat juga diperoleh proses pembekuan cepat
yang akan menghasilkan kristal es berukuran kecil dan halus serta tekstur menjadi
lembut.
Pada pembuatan es krim mix 1, dan mix 2 memiliki perbedaan flavor. Pada kelompok
(A1, dan A2) dengan perlakuan mix 1 (tanpa custard), dan kelompok (A3, dan A4)
dengan perlakuan mix 2 (custard) memiliki hasil yang tidak signifikansi yaitu creamy.
Sedangkan pada kelompok A5 mix 2 (custard), memiliki hasil agak creamy. Hal ini
dikarenakan penambahan custard yang dapat memberikan perbedaan flavor. Hal ini
sesuai Gaman & Sherrington (1994), bahwa penambahan telur dapat berfungsi sebagai
emulsifier pada es krim sehingga dapat meningkatkan penyebaran lemak. Pada
pembuatan mix 1 dan mix 2 memiliki rasa yang berbeda, dapat dilihat bahwa pada
kelompok A1, A2 dengan perlakuan mix 1 (tanpa custard), dan pada kelompok A3
dengan perlakuan mix 2 (custard) memiliki rasa yang kuat dan manis. Sedangkan pada
kelompok A4, A5 dengan perlakuan mix 2 (custard) memilki rasa yang tidak kuat, dan
sangat manis. Hal ini dikarenakan penggunaan gula yang berbeda yaitu gula icing dan
gula castor. Hal ini sesuai dengan. Buckle et al. (1987) gula castor memiliki faktor
pemanis 100% sehingga dapat menghasilkan rasa yang lebih manis. Pada krlompok A1,
A2 dengan perlakuan mix 1 (tanpa custard) memiiki tekstur dari kasar menjadi halus.
Sedangkan pada kelompok A3, A4 dengan perlakuan mix 2 (custard) memilki tekstur
halus menjadi halus. Hal ini terjadi karena penambahan custard dapat mempengaruhi
tekstur. Hal ini sesuai Gaman & Sherrington (1994), penambahan telur dapat membantu
pembentukan tekstur yang halus, dan stabil. Selain itu lemak pada kuning telur akan
menambahkan tekstur yang lembut pada es krim. Hal ini sesuai Yavus dkk (2012),
kandungan lemak dan gula pada es krim akan memberikan tekstur creamy dan melty
Sedangkan pada kelompok A5 dengan perlakuan mix 2 (custard) memiliki tekstur yang
kasar sebelum dan setelah. Hal ini dikarenakan saat pengocokan/homogenisasi yang
kurang. Hal ini sesuai Chandan (2007), bahwa tekstur yang berubah terjadi karena
fungsi homogenisasi untuk mengurangi globula lemak, dan dapat memperkecil ukuran
8
kristal pada es krim. Berdasarkan dari hasil pengamatan overrun, dapat dilihat bahwa
pada kelompokA1 dengan perlakuan mix 1 (tanpa custard) memiliki hasil 57,143%. Hal
ini dikarenakan pada proses pembuatan es krim akan terjadi pengembangan sebelum,
dan sesudah. Hal ini sesuai Sulistyowati (2000), bahwa overrun pada pembuatan es
krim merupakan pengembangan volume, yaitu kenaikan es krim antara sebelum, dan
sesudah pembekuan. Tambahan dari Bennion & Hughess (1975), bahwa batas overrun
pada es krim adalah 70-100%. Jika es krim memilkiki overrun 100% berarti memiliki
volume udara yang sama dengan volume pencampuran setelah beku. Sedangkan pada
kelompok A3, A4, dan A5 dengan perlakuan mix 2 (custard) memiliki hasil 68%, -
15,385, dan -23,077. Hal ini dikarenakan proses pengocokan yang tidak stabil. Hal ini
sesuai dengan Potter & Hotchkiss (1996), bahwa kualitas pengocokan dan stabilitas
buih dari telur sangat penting peranannya dalam kualitas produk. tambahan dari Buckle
dkk (1987), bahwa hasil minus pada overrun disebabkan karena banyak adonan yang
menempel pada mixer ataupun tertinggal wadah stainless steel sehingga dapat
mengurangi berat saat penimbangan akhir. Menurut Carke (2004), nilai overrun
dipengaruhi oleh proses homogenisasi, yang dapat mengubah partikel udara besar
menjadi gelembung kecil. Tambahan dari Faridah (2005), bahwa penambahan gula
merupakan faktor yang mempengaruhi overrun, apabila penggunaan gula dalam jumlah
yang besar akan meningkatkan padatan dalam adonan yang mengakibatkan overrun
menurun.
Perbedaan susu sebelum pemecahan kristal, dan sesudah kristal adalah kualitas dari
akhir dari es krim. Karena saat proses pemecahan kristal es, akan memberikan tekstur
yang lebih lembut dibandingkan sebelumnya. Hal ini sesuai Kilara dan Chandan (2007),
bahwa faktor dari keseluruhan kualitas es krim adalah kualitas bahan baku, proses,
pencampuran, proses pengolahan menjadi adonan, teknik pembekuan, dan kondisi
penyimpanan es krim.
4. KESIMPULAN
Es krim merupakan produk olahan susu dengan prinsip pembentukan rongga udara
pada campuran bahan es krim.
Full cream pada pembuatan es krim mengandung bahan padatan yang bertujuan
untuk pengikat air.
Penambahan gula bertujuan untuk pemberi rasa manis pada es krim.
Penambahan kuning telur sebagai emulsifier bertujuan untuk penstabil, karena
mengandung lesitin yang akan membantu penyebaran globula lemak selama
pengocokan.
Pembekuan pada es krim bertujuan untuk meningkatkan volume es krim selama
pembekuan yang menyatukan gelembunh udara yang halus dalam proses
pembuihan, dan akan mempengaruhi tekstur.
Gula castor lebih memiliki tingkat kemanisan yang lebih tinggi dibanding gula
pasir.
Homogenisasi berulang-ulang bertujuan untuk mengurangi globula lemak, dan
dapat memperkecil ukuran kristal pada es krim.
Pengadukan pada suhu rendah bertujuan untuk pembekuan adonan sehingga udara
terperangkap.
Overrun merupakan pengembangan volume yaitu kenaikan es krim antara sebelum,
dan sesudah pembekuan.
Overrun dipengaruhi oleh proses homogenisasi.
Semarang, 25 Mei 2016 Mengetahui,
Danang Dwi Saputra13.70.0132 Beatrix Restiani
9
5. DAFTAR PUSTAKA
Arbuckle, W. S. 1986. Ice Cream. The AVI Publishing Co. inc., London. Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan Vol. 1 No. , 2012.
Berger, K. G. (1997). Ice cream. Pages 413–490 in Food Emulsions. 3rd ed. S. E. Friberg and K.Larsson, ed. Marcel Dekker, Inc., New York
Buckle, K. A et al . (1987) . Ilmu Pangan . Universitas Indonesia Press . Jakarta.Douglas, G. 2000. Structure of Ice Cream. http://www.foodsci.uoguelph.ca/ dairyedu/
icstructure. Diakses 25 Mei 2016
Gaman, P. M. & Sherrington, K. B. (1994). Pengantar Ilmu Pangan, Nutrisi, dan Mikrobiologi. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Kilara, A, and R. C. Chandan. (2007). Ice Cream and Frozen Desserts. Handbook of Food Products Manufacturing. USA. 593 - 632.
Kim, J. (2002). Separation of Whey Protein by Anion Exchange Membrane. Korean Jurnal Chem Eng ; Vol 20(3). 538-41.
Mangsi, A. S., A. H. Soomro, M. H. Baloch, M. Khaskheli, A. H. Nizamani and G.B. Khaskheli. 2011. Production and Evaluation of Yoghurt Ice Cream. Pakistan Journal of Nutrition 10: 955 - 958.
Marshall, R. T., and W. S. Arbuckle. (1996). Pages 59, 151–185, 263–267, 319 in Ice Cream. 5th ed. International Thomson Publ., New York.
Potter, N. N & J. H Hotchkiss. (1996). Food Science. 5th Edition. CBS Publishers and Distributors . New Delhi.
Susilorini, T.E dan M. E. Sawitri. 2006. Produk Olahan Susu. Penebar Swadaya. Jakarta. Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem Vol. 2 No. 3, Oktober 2014, 188-197.
Susrini. (2003). Pengantar Teknologi Pengolahan Susu. Fakultas Peternakan UB. Malang
Syahputra, E., 2008. Pengaruh Jenis Zat Penstabil dan Konsntrasi Mentega yang Digunakan Terhadap Karakteristik dan Mutu Es Krim Jagung. Skripsi. Universitas Sumatra Utara. Sumut. Jurnal Reka Agroindustri Media Teknologi dan manajemen Agroindustri Vol. I No. 1 Tahun 2013.
10
6. LAMPIRAN
6.1. Perhitungan
Rumus:
Volume=p× l× t
Overrun=(volume setelah pengocokan−volume sebelum pengocokan)volumesebelum pengocokan
× 100 %
Kelompok 1
Volume sebelum pengocokan=18 ×11,5× 3,5=724,5 cm3
Volume setelah pengocokan=18 ×11,5× 3,5=1138,5cm3
Overrun=(1138,5−724,5)
724,4× 100 %=57,143 %
Kelompok 2
Volume sebelum pengocokan=24,5 ×11,5× 2,5=704,375 cm3
Volume setelah pengocokan=24,5 ×11,5× 3,7=1042,475 cm3
Overrun=(1042,475−704,375)704,375
×100 %=48 %
Kelompok 3
Volume sebelum pengocokan=25,5 ×16 ×2,5=1020 cm3
Volume setelah pengocokan=25,5 ×16× 4,2=1713,6 cm3
Overrun=(1713,6−1020)1020
× 100 %=68 %
Kelompok 4
Volume sebelum pengocokan=25 ×12 ×3,9=1170cm3
Volume setelah pengocokan=25×12 ×3,3=990 cm3
Overrun=(990−1170)
1170×100 %=−15,385 %
11
12
Kelompok 5
Volume sebelum pengocokan=16 ×10,5 ×6,5=1092 cm3
Volume setelah pengocokan=16 ×10,5 ×5=840 cm3
Overrun=(1092−840)1092
×100 %=−23,077 %
6.2. Laporan Sementara
6.3. Abstrak Jurnal