kelompok 5 skenario 3

Upload: sri-wulandari

Post on 11-Feb-2018

285 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

  • 7/23/2019 Kelompok 5 SKENARIO 3

    1/47

    Dentinogenesis Imperfecta

    Tutor : Dr. drg. Rosihan Adhani, Ssos,M.S

  • 7/23/2019 Kelompok 5 SKENARIO 3

    2/47

    Kelompok 5

    M Nur Rizky

    Wenda Fitriati Noor

    Arisa Izzaty

    Sharla Nizmatul L.

    Dita Permatasari

    Cindy Dwintanandi

    Yazid Eriyansyah P.

    Lutfiyah Astarina Safitri

    Deslita Trilianti I.

  • 7/23/2019 Kelompok 5 SKENARIO 3

    3/47

    Gigiku Bentuknya Seperti Lonceng

    Seorang pasien umur 6 tahun bersama ibunya

    datang ke dokter gigi ingin memeriksakan

    giginya yang mudah rapuh. Setelah dokter

    melakukan pemeriksaan klinis intra oral

    didapatkan mahkota gigi berbentuk bulbous dan

    banyak gigi yang mengalami atrisi serta gigi

    berwarna coklat kebiru-biruan.

  • 7/23/2019 Kelompok 5 SKENARIO 3

    4/47

    Problem Tree

    DENTINOGENESIS

    IMPERFECTA

    DEFINISI

    EPIDEMIOLOGI

    ETIOLOGI

    KLASIFIKASI

    PATOGENESIS

    MANIFESTAS

    I KLINISDIAGNOSIS

    DIAGNOSISBANDING

    PENATALAKSANAAN

    KOMPLIKASI

    PENCEGAHAN

    PROGNOSIS

  • 7/23/2019 Kelompok 5 SKENARIO 3

    5/47

    SASARAN BELAJAR

    1. Menjelaskan definisi dentinogenesis imperfecta.2. Menjelaskan klasifikasi dentinogenesis imperfecta.

    3. Menjelaskan etiologi dentinogenesis imperfecta.

    4. Menjelaskan penyebab warna enamel menjadi coklat kebiru-biruansesuai pada skenario.

    5. Menjelaskan epidemiologi dentinogenesis imperfecta.6. Menjelaskan patogenesis dentinogenesis imperfecta.

    7. Menjelaskan manifestasi klinis dentinogenesis imperfecta.

    8. Menjelaskan penegakkan diagnosis dentinogenesis imperfecta.

    9. Menjelaskan diagnosis banding dentinogenesis imperfecta.

    10. Menjelaskan penatalaksanaan dentinogenesis imperfecta.11. Menjelaskan komplikasi dentinogenesis imperfecta.

    12. Menjelaskan prognosis dentinogenesis imperfecta.

    13. Menjelaskan pencegahan dentinogenesis imperfecta.

  • 7/23/2019 Kelompok 5 SKENARIO 3

    6/47

    PENJELASANSASARAN BELAJAR

  • 7/23/2019 Kelompok 5 SKENARIO 3

    7/47

    Diagnosis kasus adalah

    DENTINOGENESIS IMPERFECTA

  • 7/23/2019 Kelompok 5 SKENARIO 3

    8/47

    DEFINISI

    Suatu kelainan genetik yg mempengaruhi

    struktur kolagen dentin selama embriogenesis

    terutama pada tahap diferensiasi jaringan &

    formasi matrix organik.

    (Laskaris, 2000 )

  • 7/23/2019 Kelompok 5 SKENARIO 3

    9/47

    KLASIFIKASI

    Tipe I (Dentinogenesis Imperfecta)Disertai dengan Osteogenesis Imperfecta

    Tipe II (Dentin Opalescent Herediter)Tidak disertai dengan Osteogenesis

    Imperfecta

    Tipe III (Tipe Brandywine)

    (Yendriwati,2003)

  • 7/23/2019 Kelompok 5 SKENARIO 3

    10/47

    ETIOLOGI

    Faktor herediter, diturunkan secara autosomal dominan.

    DI tipe I ada Osteogenesis imperfecta yangmendasari disebabkan oleh mutasi pada gen COL1A1 dan COL1A 2

    Mutasi gen pembentuk dentin, yaitu DentinSialophosprotein ( DSPP ) menyebabkan DI tipe II danIII

    (Garg,2012 ; Tsai, 2003 ;Yamakoshi,2008)Faktor Predisposisi :

    Defisiensi nutrisi,Vitamin D dan kalsium

    (Garg,2012)

  • 7/23/2019 Kelompok 5 SKENARIO 3

    11/47

    PENYEBAB ENAMEL BERWARNA COKLAT

    KEBIRU-BIRUAN

    Adanya perubahan warna pada dentin terjadi karena didalam tubulus dentin diendapkan berbagai mineral. Dentinyang berubah warna ini menembus email samar-samar.Segera setelah erupsi perubahan warna elemen-elemen jugacepat menjadi aus yang ada hubungannya dengankerusakan email.Dentin yang terbuka berubah menjadiwarna coklat seperti terlihat translusen yang mungkinberhubungan dengan berkurangnya tubuli.

    Di dalam dentin yaitu di dalam tubulus dentin dijumpaipembuluh-pembuluh darah yang keberadaannya telahmempengaruhi diskolorisasi. Dalam kondisi ini terdapatadanya degenerasi sistemik dari odontoblas dan menyatu didalam matriks sehingga menyebabkan oblitersi pulpa.

    (Yendriwati,2004)

  • 7/23/2019 Kelompok 5 SKENARIO 3

    12/47

    EPIDEMIOLOGI

    Terjadi pada 1 dari 8000 kelahiran

    Tidak terpaut jenis kelamin, frekuensi Laki Laki= Perempuan

    Diturunkan secara autosomal dominan, jadi 50%dari keturunannya mengalami DentinogenesisImperfecta

    Insidensi DI tipe 1 kombinasi denganOsteogenesis Imperfecta = 50%

    (Birla, 2012 ; Barron,2008 ; Yendriwati,2004)

  • 7/23/2019 Kelompok 5 SKENARIO 3

    13/47

    PATOGENESIS

    Pada minggu ke-8 atau ke-9 usia kehamilan

    Dentin pertama kali dibentuk pada tahap

    histodiferensiasi ( bell stage )

    Ketika pembentukan struktur dentin

    Akibatnya vesikel matriks yang mengandung

    fosfatidilserin tidak dapat mengikat kalsium

    Defisiensi fosfoprotein dentin yang berperan

    dalam maturasi dentin

    Dentigenesis Imperfecta + manifestasinya

    Kalsifikasi dentin terganggu

    v

    v

    Penurunan kandungan

    mineral, karena

    sedikitnya kristal

    hidroksiapatit (< 70%)

    Peningkatan

    kandungan air (15-

    20%)

    (Gage,2009 ;

    Yendriwati,2004)

  • 7/23/2019 Kelompok 5 SKENARIO 3

    14/47

    MANIFESTASI KLINIS

    Secara Umum

    Mahkota berbentukbulbous (bulat berbentuk lonceng)

    Konstriksi servikal.

    Gigi berwarna abu-abu agak transparan sampai agak

    kecoklatan Dentin mudah pecah, karena strukturnya lemah

    Obliterasi pulpa, terjadi setelah erupsi.

    Adanya serpihan, terjadi karena perbatasan warna antara

    dentinoenamel junction. Maloklusi kelas III

    Unilateral atau bilateral crossbite

    (Mega,2003 ; Tsai, 2003)

  • 7/23/2019 Kelompok 5 SKENARIO 3

    15/47

    MANIFESTASI KLINIS

    BERDASARKAN KLASIFIKASI

    Tipe I (Dentinogenesis Imperfecta)

    Disertai OI

    Mahkota gigi berbentuk bolbous

    AtrisiAkar gigi yang pendek dan tipis dan transparan

    sesudah pencabutan

    Perubahan warna gigi menjadi biru muda sampai

    biru tua atau coklat.Obliterasi pulpa terjadi sebelum dan sesudah erupsi

    (Sipayung,2011 ; Yendriwati,2003)

  • 7/23/2019 Kelompok 5 SKENARIO 3

    16/47

    Tipe II (Dentin OpalescentHerediter)

    Tidak disertai OI

    Hampir sama dengan manifestasi klinis DITipe I.

    Tipe III (Tipe Brandywine)

    Mahkota cenderung berbentuk bolbous dan

    sudah atrisi sewaktu erupsi.Menunjukkan gigi geligi dengan penampilan

    sepertishell(kulit kerang)

    Terdapat pada 3 kelompok ras yang terisolasi

    di Maryland yang dikenal sebagai populasiBrandywine.

    (Sipayung,2011 ; Yendriwati,2003)

  • 7/23/2019 Kelompok 5 SKENARIO 3

    17/47

  • 7/23/2019 Kelompok 5 SKENARIO 3

    18/47

  • 7/23/2019 Kelompok 5 SKENARIO 3

    19/47

  • 7/23/2019 Kelompok 5 SKENARIO 3

    20/47

    PENEGAKKAN DIAGNOSIS

    Anamnesa.

    Pemeriksaan klinis.

    Pemeriksaan penunjang : radiografi danhistopatologi.

    (Garg, 2012)

    Diagnosis :

  • 7/23/2019 Kelompok 5 SKENARIO 3

    21/47

    Gambaran Radiografi

    DI Tipe I dan II

    Mahkota gigi berbentuk bolbous denganpenyempitan ke arah servical, dengan akar pendekdan tumpul.

    Sementum, membran periodontal dan tulang alveolarterlihat normal.

    Ruang pulpa menyempit menyebabkan obliterasipada ruang pulpa dan saluran akar sebagian atauseluruhnya.

    (Yendriwati,2003)

  • 7/23/2019 Kelompok 5 SKENARIO 3

    22/47

    DI Tipe III

    Mahkota berbentuk bolbous dan sudah aus sewaktu

    erupsi.

    Tidak ditemukan obliterasi pulpa namun

    menunjukkan kamar pulpa yang lebih besar dari

    normal.(Yendriwati,2003)

  • 7/23/2019 Kelompok 5 SKENARIO 3

    23/47

  • 7/23/2019 Kelompok 5 SKENARIO 3

    24/47

  • 7/23/2019 Kelompok 5 SKENARIO 3

    25/47

    Gambaran Histopatologi

    Struktur enamel normal.

    Meningkatnya kandungan air dan berkurangnyakandungan mineral anorganik di dalam dentinmenyebabkan dentin menjadi sangat lunak

    Dentin terlihat abnormal dan sirkumpulpa dentinterlihat daerah yang tidak teratur dan amorphous (tidak

    berbentuk).Matriks organik yang padat.

    Kalsifikasi interglobular.

    Tubulus dentin yang pendek, lebar, diameternya lebih

    besar dari normal, jumlahnya sedikit (semakin ke arahpulpa semakin berkurang), dan biasanya bercabang-cabang (tidak teratur).

    (Bhandari,2008 ; Yendriwati,2003)

  • 7/23/2019 Kelompok 5 SKENARIO 3

    26/47

    (a) Periodic irregular dentinogenesis (b) Dentin detachment

    (c) Dentinogenesis with a globular pattern (d) Interglobular pattern

  • 7/23/2019 Kelompok 5 SKENARIO 3

    27/47

    DIAGNOSIS BANDING Amelogenesis imperfecta.

    Dysplasia dentin.

    DD type II

    Persamaan : mutasi DSPP, klinis seperti DI-II pada gigi sulung

    Perbedaan : diskolorasi minimal, kamar pulpa berbentuk thistle-

    tube dan adanya pulp stones pada gigi permanen

    DD type I

    Persamaan : diskolorasi pada gigi, akar pendek, obliterasi pulpa

    Perbedaan : gigi biasanya normal (baik bentuk dan

    konsistensinya), jaringan pulpa yang tersisa berbentuk bulansabit pada gigi permanen, dan total pulpal obliteration pada

    geligi sulung

    (Barron,2008 ; Lee,2013 ; Salim,2001 ; Sipayung,2011)

  • 7/23/2019 Kelompok 5 SKENARIO 3

    28/47

    Diagnosis Banding Berdasarkan Kemiripan Gejala

    Terbukanya dentin

    Hypocalcified forms of AI enamel terkalsifikasi dengan buruk.

    Perbedaan : kamar pulpa dan saluran akar biasanya tidak terobliterasi.

    Diskolorasi intrinsik

    Congenital erythropoietic porphyria kesalahan metabolisme

    porphyrin dalam kandungan anemia hemolitik, photosensitivity, kulit

    melepuh dan menumpuknya pigmen merah-kecoklatan pada tulang dan

    gigi.

    Perbedaan : diskolorasi biasanya ditemukan pada leher gigi dan

    hipoplasi enamel terjadi pada sepertiga mahkota gigi

    Diskolorasi dari tetrasiklin

    Dari gambaran radiografinya

    Regional odontodysplasia etiologi tidak diketahui. Secara radiografi,akar pendek, apikal terbuka lebar dan saluran pulpa yang lebar serta sering

    mengalami infeksi.

    (Garg,2012)

  • 7/23/2019 Kelompok 5 SKENARIO 3

    29/47

    Kegoyahan gigi sehingga terjadi early tooth loss

    Hypophosphatasia kegoyahan karena hipoplasi dan aplasi

    dari sementum

    Immunological deficiencies e.g. severe congenital

    neutropenia (Kostmann's disease), cyclic neutropenia,

    Chediak-Hegashi syndrome, neutropenias, histiocytosis X,

    Papillon-Lefevre syndrome and leucocyte adhesion

    deficiency syndrome defek imunologik sehingga pasiensangat rentan terhadap kerusakan jar. Periodontal

    Dari gambaran klinis + radiografi

    Vitamin D-dependent rickets enamel coklat kekuningan,

    penyakit periodontal kronik, kamar pulpa besar dan akar pendek.

    Vitamin D-resistant rickets atrisi dan terbukanya dentin

    yang abnormal pada gigi sulung serta terjadinya abses pada gigi

    tanpa karies baik sulung ataupun permanen.

    (Garg,2012)

  • 7/23/2019 Kelompok 5 SKENARIO 3

    30/47

  • 7/23/2019 Kelompok 5 SKENARIO 3

    31/47

    PENATALAKSANAAN

    Pasien anak erupsi gigi permanen baik danpertumbuhan tulang facial serta TMJ yang normal

    Stainless steel crowns mencegah atrisi padagigi sulung posterior + permanen muda posterior menjaga dimensi oklusal vertikal. Prosedur ini

    harus dilakukan segera setelah gigi erupsi. Untuk gigi sulung anterior dan permanen muda

    anterior celluloid crowns; permanent molarsdapat diberikan full cast crowns; metalloceramic

    restorations direkomendasikan untuk premolars;dan gigi permanen anterior harus direstorasidengan memperhatikan daya estetiknya.

    (Barron,2008 ; Subramaniam,2008 ; Tsai,2003)

  • 7/23/2019 Kelompok 5 SKENARIO 3

    32/47

    Saat gigi permanen erupsi dimonitordengan baik untuk mengetahui kecepatanausnya gigi, intervensi dilakukan bila perlu

    Harus dilakukan preparasi gigi seminimalmungkin hingga anak tumbuh dewasa

    Pada gigi dengan akar yang tipis dan pendek

    serta konstriksi servikal biasanya tidakdianjurkan untuk crowns

    (Barron,2008 ; Subramaniam,2008 ; Tsai,2003)

  • 7/23/2019 Kelompok 5 SKENARIO 3

    33/47

    Shafer et al menekankan bahwa restorasi tidak mungkinpermanen kekerasan dentin yang semakin berkurang

    Apabila terjadi fraktur pada tingkat gingival atau di bawahgusi exondotia

    Edentulous area

    Removable partial dentures Over-dentures bila anak dikonsultasikan terlambat, gigi

    telah mengalami atrisi sampai gingiva

    Orthodontic treatment pertimbangan spesialis

    Dental implants dipertimbangkan ketika pertumbuhan

    selesai pada umur sekitar 18 th pre implan, periksakeadaan maksila

    (Barron,2008 ; Subramaniam,2008 ; Tsai,2003)

  • 7/23/2019 Kelompok 5 SKENARIO 3

    34/47

    Anak-anak biasanya beradaptasi dengan baikmenggunakan overdentures follow up teratur dan

    perbaikan dimensi dentures dilakukan seiringpertumbuhan anak

    Bila terjadi abses pulp therapy tidak berhasilexondosi

    Pada anak yang lebih muda dengan treatment yanglebih rumit di mana kooperasinya terbatas general

    aenasthesia Obliterasi kamar pulpa dan saluran akar dengan abses

    menjadikan terapi endodontik sulit bahkan tidakmungkin dilakukan

    Bila terapi konvensional bukan suatu pilihan makakuretase periapikal serta retrograde root filling dapatmenjadi alternatif namun tidak direkomendasikan untukgigi dengan akar pendek

    (Barron,2008 ; Subramaniam,2008 ; Tsai,2003)

  • 7/23/2019 Kelompok 5 SKENARIO 3

    35/47

    INSTRUKSI

    Regular dental checkups

    Oral hygiene instruction

    Dietary advice and appropriate use of fluoride is

    essential Meskipun begitu, early diagnosis dan regular

    dental care tidak dapat mencegah prematuretooth-loss karena pendeknya akar atau tidak adasama sekali atau terjadinya abses spontan padabeberapa tipe

    (Barron,2008 ; Subramaniam,2008 ; Tsai,2003)

  • 7/23/2019 Kelompok 5 SKENARIO 3

    36/47

    Intraoral view. (a) Frontal view of the occlusion. (b) Occlusal view of the upper arch.(c) Occlusal view of the lower arch after placement of space maintainers. (d) Enameldisintegration on the right upper canine (a lateral view)

  • 7/23/2019 Kelompok 5 SKENARIO 3

    37/47

    The patient received a face mask to stimulate the maxillary growth(DI type I)

  • 7/23/2019 Kelompok 5 SKENARIO 3

    38/47

  • 7/23/2019 Kelompok 5 SKENARIO 3

    39/47

  • 7/23/2019 Kelompok 5 SKENARIO 3

    40/47

    KOMPLIKASI

    Atrisi dentin terbuka gigi sensitif

    gangguan fungsi pengunyahan dan bicara.

    Berkurangnya tinggi gigitan oklusi yang

    abnormal gangguan pada TMJ.

    (Koch,2001)

  • 7/23/2019 Kelompok 5 SKENARIO 3

    41/47

    PROGNOSIS

    Tergantung diagnosis dan cepat tanggapnya

    serta kualitas dari perawatan yang diberikan

    Bila diagnosis tepat dan perawatan dilakukan

    secara efisien dan efektif estetik yang baik

    serta fungsional dapat didapatkan sekaligus

    mengurangi defisit nutrisional dan stress

    psychosocial

    (Barron,2008)

  • 7/23/2019 Kelompok 5 SKENARIO 3

    42/47

    PENCEGAHAN

    Dilakukannya pemeriksaan pra nikah. Memberikan asupan nutrisi yang cukup, vitamin D dan

    kalsium.

    PENCEGAHAN UNTUK KOMPLIKASI LEBIH LANJUT

    Kontrol OH

    Menjaga OH

    Memberikan topikal aplikasi Diagnosa dini untuk mengurangi kerusakan gigi (abses)

    (Barron,2008)

  • 7/23/2019 Kelompok 5 SKENARIO 3

    43/47

    KESIMPULAN

    Diagnosis kasus adalah DENTINOGENESISIMPERFECTA, yaitu Suatu kelainan genetik ygmempengaruhi struktur kolagen dentin selamaembriogenesis terutama pada tahap diferensiasi

    jaringan & formasi matrix organik.

    Klasifikasi dentinogenesis imperfecta ada 3, yaitu tipeI, tipe II dan tipe III.

    Etiologi dentinogenesis imperfecta adalah faktorherediter dan mutasi gen.

    Epidemiologi dentinogenesis imperfecta adalah tidakterpaut jenis kelamin, frekuensi Laki Laki =Perempuan

  • 7/23/2019 Kelompok 5 SKENARIO 3

    44/47

    Manifestasi klinis dari dentinogenesis imperfectaadalah mahkota berbentuk bulbous, atrisi, dan

    perubahan warna gigi menjadi biru muda sampai birutua atau coklat.

    Penegakkan diagnosis dentinogenesis imperfectadidapatkan dari anamnesa, pemeriksaan klinis, dan

    pemeriksaan penunjang (radiografi dan histologi).

    Diagnosis banding dentinogenesis imperfecta adalah

    amelogenesis imperfecta dan dyplasia dentin. Penatalaksaan dapat diberikan dengan over denture,

    stainless steel crown, dll.

  • 7/23/2019 Kelompok 5 SKENARIO 3

    45/47

    Instruksi untuk pasien sesudah penatalaksanaan yaitumenyuruh menjaga OH dan kontrol rutin ke dokter gigi

    Komplikasi dentinogenesis imperfecta yaitu gigisensitif dan oklusi yang abnormal

    Prognosis dari kasus yaitu tergantung diagnosis dancepat tanggapnya serta kualitas dari perawatan yangdiberikan

    Pencegahan yang dapat diilakukannya pemeriksaanpra nikah dan memberikan asupan nutrisi yang cukup,vitamin D dan kalsium untuk ibu hamil.

  • 7/23/2019 Kelompok 5 SKENARIO 3

    46/47

    DAFTAR PUSTAKA Barron et al. Hereditary dentine disorders: dentinogenesis imperfecta and dentine

    dysplasia. Orphanet Journal of Rare Diseases 2008, 3:31

    Bhandari S, Pannu K. Dentinogenesis imperfecta: A review and case report of a

    family over four generations. Indian J Dent Res 2008;19:357-61

    Birla,Mina. Abbas, FM et al. Dentinogenesis Imperfecta Associated with

    Osteogenesis Imperfecta. Case Report : Dental Research Journal. Vol.4(4). 2012. P.

    489-494. Gage JP, Symons AL, Romaniuk Ket al.Hereditary Opalescent Dentine : Variation

    in Expression. Journal Dental Child. 2009. P. 134-139.

    Garg, Shushant K, Bansal Sanjay et al. Dentinogenesis Imperfecta- Aetiology and

    Prosthodontic Management. Indian Journal of Dental Sciences. Vol. 4(1).2012. P.

    75-78.

    Koch, G. Poulsen S. Pediatric Dentistry A Clinical Approach. Copenhagen.

    Munkskaard. 2001 )

    Laskaris G. Color Atlas of Orla Diseases in Children and Adolescents.

    NewYork:Thieme. 2000.

    Lee et al. A DSPP Mutation Causing Dentinogenesis Imperfecta and

    Characterization of the Mutational Effect. BioMed Research International 2013:1-7

  • 7/23/2019 Kelompok 5 SKENARIO 3

    47/47

    Mega, Sandra. Dentinogenesis Imperfecta. Skripsi. FKG USU. Medan. Indonesia.

    2003. Hal. 135.

    Salim, D. Perubahan-perubahan pada Dentinogenesis. Skripsi. FKG USU. Medan.

    Indonesia. 2001. hal 37.

    Sipayung, ANM. Gambaran Radiografi dari Dentin Dysplasia. Skripsi. FKG USU.

    Medan. Indonesia. 2011. Subramaniam P, Mathew S, Sugnani S N. Dentinogenesis imperfecta: A case report.

    J Indian Soc Pedod Prev Dent 2008;26:85-7

    Tsai et al. Dentinogenesis Imperfecta Associated with Osteogenesis Imperfecta:

    Report of Two Cases. Chang Gung Med J2003;26:138-43

    Yamakoshi, Yasuo. Dentin Sialophophoprotein (DSPP) and Dentin. J Oral Biosci.2008 January 1; 50(1): 3344

    Yendriwati. Dentinogenesis Imperfekta. Skripsi. FKG USU. Medan. Indonesia.

    2004. Hal. 1-7.