laporan ts.pdf

39
  1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keakuratan peta merupakan hal yang kian dibutuhkan dalam kehidupan kekinian. Salah satu peta yang berguna bagi perencanaan suatu daerah adalah peta detil situasi dengan skala yang besar. Untuk membuat peta detil situasi dengan skala dan keakuratan tinggi diperlukan  pengukuran dengan pekerjaan survei terestrial. Pekerjaan survei terestrial yang dilakukan  penulis berada di wilayah desa Jatijejer khususnya pada jalan utama. Jalan utama Jatijejer memiliki jarak ±4,550 km. Adanya jalan utama ini sangat penting untuk menunjang transportasi dari desa Jatijejer maupun desa-desa sekitarnya untuk mengakses wilayah Pacet dan Trawas  juga wilayah di bawahnya. Kare na pentingnya jalan terse but maka diperlukan adanya peta yang  bisa merepresenta sikan keadaan jalan tersebut sehingga bisa menjadi acuan dalam perencanaan  pemelihara an jalan serta usaha perbaikan dan lain-lain. Hal-hal tersebut diatas yang menyeba bkan penulis melakuka n pekerjaan survei terestrial di desa Jatijejer. Pekerjaan survei terestial merupakan pekerjaan pengukuran yang dilakukan di permukaan  bumi untuk mengambil data ukuran jarak, arah, sudut dan ketinggian yang akan dijadikan dasar  pembuatan peta. Pengukuran sudut yang dilakukan dibagi menjadi dua yakni pengukuran sudut vertikal dan sudut horizontal. Sudut horizontal merupakan sudut yang digunakan dalam  penentuan sudut arah dan azimuth yang diperlukan dalam pembuatan kerangka kontrol horizontal. Kerangka kontrol horizontal digunakan untuk membuat dasar pemetaan yang berisi  posisi titi k satu terhadap titik yang lain dalam suatu bidang datar secara horizontal. Sementara itu sudut vertikal digunakan dalam pembuatan kerangka kontrol vertikal. Dalam pekerjaan  pengukuran jalan utama desa Jatijejer ini tentunya tidak terlepas dari kebutuhan peralatan  pengukuran itu sendiri disamping persiapan-persiapan teknis dan non teknis lainnya. Alat ukur utama dalam pekerjaan pengukuran jalan utama desa Jatijejer adalah Total Station Gowin TKS 202. Pengukuran jalan utama desa Jatijejer ini dilakukan dengan perkiraan panjang jalan 4,550 km. Hasil dalam pekerjaan survei terestrial yang dilakukan adalah peta detil situasi dari jalan utama desa Jatijejer serta profil memanjang dan melintang dari jalan utama tersebut. Hasil tersebut akan dikombinasikan dengan pengukuran GPS, Navigasi serta pekerjaan Toponimi sehingga akan dihasilkan peta potensi dari desa Jatijejer. 1.2 Tujuan Tujuan dari pekerjaan survei terestrial pada jalan utama desa Jatijejer adalah sebagai berikut: 1. Untuk mendapatkan koordinat titik detil situasi dan titik poligon pada jalan utama desa Jatijejer  2. Untuk mendapatkan penampang melintang dan memanjang jalan utama desa Jatijejer  3. Belajar mengorganisir kegiatan survei dan pemetaa n. 1.3 Manfaat Manfaat dari pengukuran jalan utama desa Jatijejer adalah sebagai berikut: 1. Menghasilkan peta detil situasi jalan desa Jatijejer untuk desa Jatijejer sehingga bisa dimanfaatkan sebagaimana mestinya 2. Mahasiswa menguasai teknik pemetaan jalan utama suatu desa 3. Mahasiswa menguasai cara pengorganisasian kegiatan pemetaan dan dapat bekerja sama dalam tim serta dapat berkoordinasi dengan tim lain.

Upload: iva-nurwauziyah

Post on 06-Oct-2015

380 views

Category:

Documents


75 download

TRANSCRIPT

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Keakuratan peta merupakan hal yang kian dibutuhkan dalam kehidupan kekinian. Salah

    satu peta yang berguna bagi perencanaan suatu daerah adalah peta detil situasi dengan skala

    yang besar. Untuk membuat peta detil situasi dengan skala dan keakuratan tinggi diperlukan

    pengukuran dengan pekerjaan survei terestrial. Pekerjaan survei terestrial yang dilakukan

    penulis berada di wilayah desa Jatijejer khususnya pada jalan utama. Jalan utama Jatijejer

    memiliki jarak 4,550 km. Adanya jalan utama ini sangat penting untuk menunjang transportasi

    dari desa Jatijejer maupun desa-desa sekitarnya untuk mengakses wilayah Pacet dan Trawas

    juga wilayah di bawahnya. Karena pentingnya jalan tersebut maka diperlukan adanya peta yang

    bisa merepresentasikan keadaan jalan tersebut sehingga bisa menjadi acuan dalam perencanaan

    pemeliharaan jalan serta usaha perbaikan dan lain-lain. Hal-hal tersebut diatas yang

    menyebabkan penulis melakukan pekerjaan survei terestrial di desa Jatijejer.

    Pekerjaan survei terestial merupakan pekerjaan pengukuran yang dilakukan di permukaan

    bumi untuk mengambil data ukuran jarak, arah, sudut dan ketinggian yang akan dijadikan dasar

    pembuatan peta. Pengukuran sudut yang dilakukan dibagi menjadi dua yakni pengukuran sudut

    vertikal dan sudut horizontal. Sudut horizontal merupakan sudut yang digunakan dalam

    penentuan sudut arah dan azimuth yang diperlukan dalam pembuatan kerangka kontrol

    horizontal. Kerangka kontrol horizontal digunakan untuk membuat dasar pemetaan yang berisi

    posisi titik satu terhadap titik yang lain dalam suatu bidang datar secara horizontal. Sementara

    itu sudut vertikal digunakan dalam pembuatan kerangka kontrol vertikal. Dalam pekerjaan

    pengukuran jalan utama desa Jatijejer ini tentunya tidak terlepas dari kebutuhan peralatan

    pengukuran itu sendiri disamping persiapan-persiapan teknis dan non teknis lainnya. Alat ukur

    utama dalam pekerjaan pengukuran jalan utama desa Jatijejer adalah Total Station Gowin TKS

    202. Pengukuran jalan utama desa Jatijejer ini dilakukan dengan perkiraan panjang jalan 4,550

    km.

    Hasil dalam pekerjaan survei terestrial yang dilakukan adalah peta detil situasi dari jalan

    utama desa Jatijejer serta profil memanjang dan melintang dari jalan utama tersebut. Hasil

    tersebut akan dikombinasikan dengan pengukuran GPS, Navigasi serta pekerjaan Toponimi

    sehingga akan dihasilkan peta potensi dari desa Jatijejer.

    1.2 Tujuan

    Tujuan dari pekerjaan survei terestrial pada jalan utama desa Jatijejer adalah sebagai berikut:

    1. Untuk mendapatkan koordinat titik detil situasi dan titik poligon pada jalan utama desa

    Jatijejer

    2. Untuk mendapatkan penampang melintang dan memanjang jalan utama desa Jatijejer

    3. Belajar mengorganisir kegiatan survei dan pemetaan.

    1.3 Manfaat

    Manfaat dari pengukuran jalan utama desa Jatijejer adalah sebagai berikut:

    1. Menghasilkan peta detil situasi jalan desa Jatijejer untuk desa Jatijejer sehingga bisa

    dimanfaatkan sebagaimana mestinya

    2. Mahasiswa menguasai teknik pemetaan jalan utama suatu desa

    3. Mahasiswa menguasai cara pengorganisasian kegiatan pemetaan dan dapat bekerja sama

    dalam tim serta dapat berkoordinasi dengan tim lain.

  • 2

    BAB II

    MANAJEMEN PEKERJAAN

    2.1 Waktu Pelaksanaan dan Volume Pekerjaan

    2.1.1 Waktu Pelaksanaan dan Lokasi Pengukuran

    Kemah Kerja 2015 ini dilaksanakan pada:

    Hari : Minggu s/d Jumat

    Tanggal : 18 s/d 23 Januari 2015

    Lokasi : Desa Jatijejer, Kecamatan Trawas, Mojokerto

    Gambar 2.1 Peta Desa Jatijejer

    Adapun rincian waktu pelaksanaan pengukuran maupun saat pengolahan data adalah sebagai

    berikut:

    Tabel 2.1 Kegiatan Field Camp

    Hari : Minggu, 18 Januari 2015

    Pukul Kegiatan

    06:00-06:30 kumpul di jurusan

    06:30-08:30 Persiapan barang-barang dan peralatan

    08:30-08.45 Pelepasan dari jurusan untuk mahasiswa 2012

    08.45-11.00 Berangkat menuju Trawas

    11:00-12.00 Sepatah kata dari jurusan untuk pihak desa

    12:01-13:00 Ishoma

    13:01-13:30 Persiapan di basecamp

  • 3

    2.1.2 Volume Pekerjaan

    Volume pekerjaan dari Tim TS desa Jatijejer adalah:

    Memasang BM dan survei lapangan untuk orientasi pengukuran

    Pengukuran jalan utama Desa Jatijejer dengan panjang 4,550 km.

    Perhitungan data hasil pengukuran, apakah memenuhi syarat dan masuk toleransi

    Pengeplotan pada software AutoCad Land Desktop 2009

    Pembuatan laporan pengukuran

    Presentasi hasil pekerjaan

    2.2 Lingkup Pekerjaan

    Lingkup pekerjaan dari Tim TS desa Jatijejer antara lain:

    Persiapan dan perencanaan pengukuran, meliputi:

    - Pengadaan peta dasar dan peta kerja

    - Peralatan dan personil

    - Orientasi lapangan

    13:31-17:00 Orientasi lapangan

    17:00-19:00 Persiapan pribadi dan makan malam

    19:01-22:00 Briefing untuk esok hari

    22:00-04:00 Tidur

    Hari : Senin-Kamis (19-22 Januari 2015)

    Pukul Kegiatan

    04:00-05:00 Ibadah

    05:01-05:30 Olahraga Pagi

    05:30-07:00 Mandi, sarapan, persiapan pribadi

    07:01-12:00 Pengambilan data di lapangan

    12:01-13:00 Ishoma

    13:01-16:30 Pengambilan data di lapangan

    16:31-17:00 Perjalanan ke basecamp

    17:01-17:30 Pengecekan alat-alat survey

    17:31-19:30 Ishoma

    19:31-21:30 Pengolahan data lapangan

    21:30-22:00 Evaluasi hasil hari itu dan breifing untuk hari esok

    22:00-04:00 Tidur

    Hari : Jumat, 23 Januari 2015

    Pukul Kegiatan

    04:00-05:00 Ibadah

    05.00:-08:00 Mandi, sarapan, persiapan pribadi, bersih-bersih basecamp

    08:01-10:00 Ucapan terimakasih jurusan pada warga desa

    10:00-11:00 Persiapan berkemas untuk kembali (peralatan)

    11:00-13:00 Ibadah

    13:00-sampai Perjalanankembalike Surabaya

  • 4

    Pemasangan Bench Mark (BM) / patok poligon

    Pengukuran kerangka control (KKH dan KKV), detil situasi, profil memanjang dan

    melintang menggunakan Total Station

    Pengolahan data hasil pengukuran detil dengan menggunakan software MicroSurveyCad

    2002 dan perhitungan manual untuk kerangka kontrol

    Pengeplotan hasil ukuran dengan menggunnakan Auto Cad Land Dekstop 2009

    Pembuatan laporan pengukuran

    Presentasi hasil dan melakukan koreksi apabila ada kesalahan ataupun perubahan

    2.3 Tahap Pelaksanaan Pekerjaan

    2.3.1 Diagram Alir Pelaksanaan Pekerjaan

    Tahapan pelaksanaan pekerjaan Tim TS desa Jatijejer adalah sebagai berikut:

    Gambar 2.2 Diagram Alir Tahapan Pekerjaan Secara Umum

    2.3.2 Tahap Pelaksanaan Pengukuran

    1. Tahap Pra Pengukuran

    Hal-hal yang dilakukan adalah:

    a) Administrasi

    Administrasi yang dimaksud adalah pembahasan dokumen-dokumen yang berhubungan

    dengan pekerjaaan pengukuran pada kemah kerja 2015.

    b) Orientasi Medan

    Orientasi medan atau orientasi lapangan ini dilakukan agar bisa menentukan langkah-

    langkah dan keperluan yang akan dipersiapkan untuk selanjutnya.

    c) Persiapan Personil

    Kesiapan dari personil dalam pengukuran, mulai dari pemahaman akan pengukuran itu

    sendiri, serta menyiapakan diri dari segi fisik, dikarenakan pekerjaan pengukuran di

    lapangan akan menguras banyak energi

    d) Pengadaan Peta Dasar dan Peta Kerja

    Peta dasar dan peta kerja dan dijadikan salah satu acuan untuk perencanaan

    pengukuran, sebagai sumber informasi mengenai objek yang diukur.

    e) Peminjaman Alat

    Sebelum dilakukannya pengukuran, harus menyiapkan surat peminjaman alat dan

    menge-list alat-alat yang diperlukan untuk pengukuran.

    Pra Pengukuran

    Persiapan

    Pengumpulan Data

    Pengolahan Data

    Analisis

    Tahap Akhir

  • 5

    f) Pelatihan alat Total Station

    Dikarenakan tidak semua menguasai alat yang akan dipakai, maka perlu dilakukan

    pelatihan supaya setiap personil tau menggunakan instrument dan langkah-langkah

    yang harus ditempuh selama pengukuran

    2. Tahap Persiapan

    Tahap persiapan merupakan perencanaan terkait kegiatan pengukuran dan pembuatan Time

    Schedule ketika kemah kerja, serta membantu Tim GPS memasang BM dan survey

    lapangan untuk orientasi pengukuran (perkiraan jumlah titik bantu yang dipakai) meliputi

    pengukuran panjang jalan utama Desa Jatijejer dan memberi tanda pada jalan dengan pilox

    setiap 50 m sebagai station dan titik BM sesuai yang direncanakan.

    3. Tahap Pengumpulan Data

    Tahap pengumpulan data didapat dengan cara pengukuran menggunakan Total Station tipe

    TKS 202 8E0684. Data yang diuku rmeliputi sudut horizontal, sudut vertical, jarak vertical,

    jarak miring, serta tinggi alat. (H, V, HD, VD, SD).

    4. Pengolahan Data

    Serangkaian kegiatan pengolahan data hasil pengukuran dengan menggunakan Microsoft

    Excel untuk pengolahan data polygon dan MicroSurvey Cad untuk pengolahan data detil.

    5. Analisis

    Hasil pengolahan data kemudian dianalisa untuk melihat besarnya kesalahan dan koreksi,

    sehingga diketahui apakah hasilnya masuk toleransi atau tidak.

    6. TahapAkhir

    Setelah data dianalisa dan hasilnya masuk toleransi, maka dibuatlah laporan akhir serta

    membuat peta jalan utama desa, yang kemudian nantinya akan dipresentasikan.

    2.4 Struktur Tim

    Ketua : Mohammad Luay Murtadlo 3512100068

    Anggota : Leni Septiningrum 3512100005

    : Iva Nurwauziyah 3512100047

    : Jainal Rabin Damanik 3512100066

    : Hanif Khoirul Latif 3512100082

    : Aldino Zakharia 3512100086

    2.5 Tugas dan Tanggung Jawab Elemen dan Unit Tim

    Tabel 2.2 Tugas Tim

    No Nama Job Description

    1 Mohammad Luay Murtadlo

    (3511 100 068)

    - Mengorganisir kerja anggota tim

    - Mengevaluasi kinerja tim

    - Melakukan pengukuran

    - Mengolah data kerangka kontrol dan detil

    - Presentasi

    2 Leni Septiningrum

    (3511 100 005)

    - Melakukan pengukuran

    - Merekap data pengukuran

    - Mengolah data pengukuran kontrol

    - Editing laporan

    - Presentasi

    3 Iva Nurwauziyah

    (3511 100 047)

    - Melakukan pengukuran

    - Membuat sketsa gambar pengukuran

  • 6

    - Mengolah data kerangka kontrol

    - Editing laporan

    - Presentasi

    4 Jainal Rabin Damanik

    (3511 100 066)

    - Melakukan pengukuran

    - Mengolah data pengukuran kontrol

    - Presentasi

    5 Hanif Khoirul Latif

    (3511 100 082)

    - Melakukan pengukuran

    - Mengolah data pengukuran kontrol

    - Presentasi

    6 Aldino Zakaria

    (3511 100 086)

    - Melakukan pengukuran

    - Mengolah data pengukuram detil

    - Presentasi

  • 7

    BAB III

    TINJAUAN PUSTAKA

    3.1 Pemetaan Terestris

    3.1.1 Pengertian Pemetaan Teresris

    Pemetaan Terestris merupakan suatu kegiatan untuk memperoleh gambaran yang

    menyeluruh dari bentuk-bentuk di permukaan bumi dengan jalan pengamatan dan pengukuran

    serta menggambarkan hasil pengamatan dan pengukuran tersebut ke atas kertas gambar (bidang

    datar).

    3.1.2 Maksud Pemetaan Terestris

    Pemetaan Terestris adalah bagian dari ilmu yang lebih luas yang dinamakan ilmu geodesi.

    Pemetaan Terestris mempunyai dua maksud:

    1. Maksud ilmiah, yaitu menentukan bentuk permukaan bumi termasuk survei astronomi,

    penentuan titik triangulasi, dan gaya berat bumi.

    2. Maksud praktis, yaitu membuat peta dari sebagian besar atau sebagian permukaan bumi.

    3.2 Pemetaan

    Pemetaan merupakan suatu pekerjaan pembuatan gambar keadaan permukaan bumi

    melalui pengukuran-pengukuran geodesi pada titik-titik permukaan bumi yang telah ditentukan.

    Gambar tersebut dikenal sebagai peta, yaitu gambar permukaan bumi pada suatu bidang datar

    dengan skala dan ukuran tertentu. Pemetaan dapat dilakukan dengan dua cara, terestris dan

    ekstraterestris. Pemetaan terestris merupakan pemetaan yang dilakukan dengan menggunakan

    peralatan yang berpangkal di tanah. Sedangkan pemetaan ekstraterestris tidak berpangkal di

    tanah tapi dilakukan dengan menggunakan bantuan wahana (pesawat terbang maupun satelit).

    Prinsip dasar pemetaan adalah pengukuran sudut dan jarak untuk menentukan posisi dari

    suatu titik. Jika dua sudut dan satu sisi dari sebuah segitiga diketahui, maka semua sudut dan

    jarak dari segitiga tersebut dapat ditentukan. Dengan demikian, untuk mendapatkan koordinat

    suatu titik dapat dilakukan dengan cara mengukur sudut dan jarak dari titik yang sudah

    diketahui koordinatnya. Di dalam pemetaan, titik-titik di permukaan bumi dikelompokkan

    menjadi dua kelompok besar yaitu kelompok titik kerangka dasar dan kelompok titik-titik detil

    (Soetomo,2002).

    3.3 Peta

    Peta merupakan gambaran permukaan bumi pada bidang datar dengan skala tertentu

    melalui suatu sistem proyeksi. Sebuah peta memuat informasi dan harus komunikatif bagi

    pengguna. Peta bisa disajikan dalam berbagai cara yang berbeda, mulai dari peta konvensional

    yang tercetak hingga peta digital yang tampil di layar komputer. Istilah peta berasal dari bahasa

    Yunani, yaitu mappa yang berarti taplak atau kain penutup meja. Namun, secara umum

    pengertian peta adalah lembaran seluruh atau sebagian permukaan bumi pada bidang datar yang

    diperkecil dengan menggunakan skala tertentu. Sebuah peta adalah representasi dua dimensi

    dari suatu ruang tiga dimensi. Ilmu yang mempelajari pembuatan peta disebut kartografi. Peta

    mempunyai skala, yang menentukan seberapa besar objek pada peta dalam keadaan yang

    sebenarnya. Dan kumpulan dari beberapa peta disebut atlas.

    3.4 Survei Topografi

    Survei Topografi merupakan suatu metode untuk menentukan posisi tanda-tanda

    (features) buatan manusia maupun alamiah di atas permukaan tanah. Survei topografi juga

    digunakan untuk menentukan konfigurasi medan (terrain). Kegunaan survei topografi adalah

  • 8

    untuk mengumpulkan data yang diperlukan untuk gambar peta topografi. Gambar peta dari

    gabungan data akan membentuk suatu peta topografi. Sebuah topografi memperlihatkan

    karakter vegetasi dengan memakai tanda-tanda yang sama seperti halnya jarak horizontal

    diantara beberapa features dan elevasinya masing-masing di atas datum tertentu.

    Objek dari topografi adalah mengenai posisi suatu bagian dan secara umum menunjuk

    pada koordinat secara horizonal seperti garis lintang dan garis bujur, dan juga secara vertikal

    yaitu ketinggian. Mengidentifikasi jenis lahan juga termasuk bagian dari objek studi ini. Studi

    topografi dilakukan dengan berbagai alasan, diantaranya:

    1. Perencanaan militer dan eksplorasi geologi

    2. Kebutuhan konstruksi sipil

    3. Pekerjaan umum

    4. Proyek reklamasi membutuhkan studi topografi yang lebih detil

    3.5 Pengukuran Jarak

    Pengukuran jarak adalah basis seluruh pengukuran tanah. Walaupun sudut-sudut dapat

    dibaca seksama dengan peralatan rumit, paling sedikit ada sebuah garis harus diukur

    panjangnya untuk melengkapi sudut-sudut dalam penentuan lokasi titik-titik. (Chatarina,2004)

    Dalam pengukuran tanah datar jarak antara dua titik berarti jarak horisontal. Jika kedua

    titik berbeda elevasinya, jaraknya adalah panjang garis horisontal antara garis unting-unting di

    kedua titik itu.

    Secara umum jarak dapat dibagi dua yaitu:

    1. Jarak Horisontal (Hd), merupakan panjang garis antara dua titik (AB) terlatak pada bidang

    proyeksi.

    2. Jarak miring (Sd), apabila panjang garis antara dua titik (AB) terletak tidak pada bidang

    datar.

    Pengukuran jarak dalam pemetaan dapat dilakukan dengan beberapa cara diantaranya

    adalah: pengukuran jarak dengan menggunakan pita ukur, dengan cara optis, dengan cara

    elektronis (DEM), dengan metode tachimetri (stadia), dll.

    3.6 Kerangka Kontrol Horizontal

    Kerangka Kontrol Horizontal atau KKH merupakan kerangka dasar pemetaan yang

    memperlihatkan posisi titik satu terhadap yang lainnya di atas permukaan bumi pada bidang

    datar secara horizontal (Nurjati, 2004).

    Kerangka Kontrol Horizontal merupakan posisi dua dimensi dari suatu objek di

    permukaan Bumi dan diproyeksikan pada bidang datar. Titik tersebut berupa koordinat pada

    bidang datar (X,Y) dalam sistem proyeksi tertentu, dan dalam satu sistem koordinat tertentu.

    Sistem koordinat yang dimaksud disini adalah sistem koordinat kartesian bidang datar

    (Mansur,2004).

    Untuk mendapatkan KKH ada beberapa cara yaitu: poligon, triangulasi, trilaterasi,

    triangulaterasi.

    3.7 Poligon

    Poligon adalah serangkaian garis berurutan yang panjang dan arahnya telah ditentukan

    dari pengukuran lapangan. Pengukuran poligon merupakan pekerjaan menetapkan stasiun

    poligon dan membuat pengukuran yang perlu. Poligon adalah salah satu cara paling dasar dan

    paling banyak dilakukan untuk menentukan letak nisbi titik-titik (Nurjati,2004).

    Metode poligon adalah suatu cara penentuan posisi horizontal banyak titik dimana titik

    satu dan lainnya dihubungkan satu sama lain dengan pengukuran sudut dan jarak sehingga

    membentuk rangkaian titik-titik (poligon). Pada penentuan posisi horizontal dengan metode ini,

  • 9

    posisi titik yang belum diketahui koordinatnya ditetukan dari titik yang sudah diketahui

    koordinatnya dengan mengukur semua jarak dan sudut dalam poligon.

    Poligon dapat dibedakan berdasarkan dari bentuk dan titik ikatnya. Berdasarkan

    bentuknya poligon dapat dibagi menjdi 3 macam, yaitu:

    1. Poligon Terbuka

    2. Poligon Tertutup

    3. Poligon Bercabang

    Poligon menurut titik ikatnya, antara lain:

    1. Poligon Terikat Sempurna

    2. Poligon Terikat Tidak Sempurna

    3. Poligon Tidak Terikat/Bebas

    3.7.1 Poligon Terbuka

    Poligon terbuka adalah suatu poligon yang titik awal dan titik akhirnya merupakan titik

    yang berlainan artinya kedua titik itu tidak bertemu pada suatu tempat. (Nurjati, 2004)

    Gambar 3.1 Poligon Terbuka (Nurjati, 2004)

    3.7.2 Poligon Tertutup

    Poligon tertutup adalah suatu polygon yang titik awal dan titik akhirnya bertemu pada

    suatu tempat (titik) yang sama. Pada poligon ini, walaupun tanpa ikatan sama sekali koreksi

    sudut dan koreksi koordinatnya, tetap dapat dilakukan mengingat titik awal dan titik akhir

    berada pada titik yang sama (Nurjati, 2004).

    Gambar 3.2. Poligon Tertutup (Purwaamijaya, 2008)

    3.7.3 Poligon Bercabang

    Poligon ini adalah suatu poligon yang dapat mempunyai simpul satu atau lebih dari titik

    simpul, yaitu titik dimana cabang itu terjadi. Cabang ini biasanya terbuka, tetapi bisa juga

    cabang ini tetutup pada cabang lain (Nurjati 2004).

  • 10

    Gambar 3.3. Poligon Bercabang (Purwaamijaya, 2008)

    3.7.4 Poligon Terikat Sempurna

    Poligon ini dapat terjadi pada poligon tertutup ataupun poligon terbuka. Suatu titik

    dikatakan sempurna sebagai titik ikat apabila diketahui koordinat dan jurusannya minimum 2

    buah titik ikat dan tingkatnya berada di atas titik yang akan dihasilkan.

    Poligon tertutup terikat sempurna yang terikat oleh azimuth dan koordinat.

    Poligon terbuka terikat sempurna yang masing-masing ujungnya terikat azimuth dan koordinat (Nurjati, 2004)

    3.7.5 Poligon Terikat Tidak Sempurna

    Suatu poligon yang terikat tidak sempurna dapat terjadi pada poligon tertutup ataupun

    poligon terbuka, dikatakan titik ikat tidak sempurna apabila titik ikat tersebut diketahui

    koordinatnya atau hanya sudut jurusannya. Polgon terikat tidak sempurna:

    Polygon terbuka yang salah satu ujungnya terikat oleh azimuth saja, sedangkan ujung yang

    lain tidak terikat sama sekali.

    Poligon terbuka yang salah satu ujungnya terikat oleh koordinat saja, sedangkan ujung

    yang lain tidak terikat sama sekali.

    Poligon terbuka yang salah satu ujungnya terikat oleh azimuth dan koordinat, sedangkan

    ujung yang lain tidak terikatsama sekali.

    Poligon terbuka yang kedua ujungnya terikat oleh azimuth, sedangkan koordinat titik-

    titiknya adalah koordinat local (Nurjati, 2004)

    3.7.6 Poligon Tidak Terikat/Bebas

    Poligon tertutup tidak terikat sempurna yang terikat pada koordinat atau azimuth saja.

    Poligon tidak terikat/bebas:

    Poligon terbuka yang salah satu ujungnya terikat oleh azimuth saja, sedangkan ujung yang

    lain tidak terikat sama sekali.

    Poligon semacam ini dapat dihitung dari azimuth awal dan yang diketahui dan sudut-sudut

  • 11

    poligon yang diukur, sedangkan koordinat dari masing-masing titiknya masih lokal.

    Poligon terbuka yang salah satu ujungnya terikat oleh koordinat saja, sedangkan ujung yang

    lain tidak terikat sama sekali. Poligon semacam ini dapat dihitung dengan cara memisalkan

    azimuth awal sehingga masing-masing azimuth sisi poligon dapat dihitung, sedangkan

    koordinat masing-masing titik dihitung berdasrkan koordinat yang diketahui. Oleh karena

    itu, pada poligon bentuk ini koordinat yang dianggap betul hanyalah pada koordinat titik

    yang diketahui (awal) sehingga poligon ini tidak ada orientasinya.

    Poligon terbuka yang salah satu ujungnya terikat oleh azimuth dan koordinat, sedangkan

    ujung yang lain tidak terikat. Poligon jenis ini dapat dikatakan satu titik terikat secara

    sempurna namun belum terkoreksi secara sempurna baik koreksi sudut maupun koreksi

    koordinat, tetapi sistim koordinatnya sudah benar.

    Poligon terbuka yang salah satu ujungnya terikat oleh azimuth. Pada poligon jenis ini ada

    koreksi azimuth, sedangkan koordinat titik-titik poligon adalah koordinat lokal.

    Poligon terbuka yang kedua ujungnya terikat oleh koordinat. Jenis polgon ini tidak ada

    koreksi sudut tetapi ada koreksi koordinat.

    Poligon terbuka yang salah satu ujungnya terikat oleh koordinat, sedangkan ujung yang lain

    terikat azimuth. Pada poligon ini tidak ada koreksi sudut dan koreksi koordinat.

    Poligon terbuka yang salah satu ujungnya terikat oleh azimuth dan koordina saja, sedangkan

    ujung yang lain terikat koordinat. Jenis poligon ini tidak ada koreksi sudut tetapi ada koreksi

    koordinat.

    Poligon terbuka yang kedua ujungnya terikat oleh azimuth dan koordinat, sedangkan ujung

    yang lain tidak terikat azimuth. Poligon ini ada koreksi sudut tetapi tidak ada koreksi

    koordinat.

    Poligon terbuka yang kedua ujungnya terikat oleh azimuth dan koordinat, sedangkan ujung

    yang lain tidak terikat azimuth. Jenis poligon ini ada koreksi sudut tetapi tidak ada koreksi

    koordinat (Nurjati, 2004)

    3.8 Perhitungan Poligon

    Gambar 3.4 Perhitungan Sudut Jurusan (Nurjati, 2004)

    Pada gambar di atas, untuk mendapatkan koordinat 1, 2, 3 dan 4 maka diadakan pengukuran

    sudut (1, 2, 3, 4) dan pengukuran jarak (dB1, d12, d23, d34, d4C) (Nurjati, 2004).

    Prinsip hitungan poligon secara umum dapat diformulasikan dengan persamaan sebagai berikut:

    XB = XA+ dAB Sin AB

    YB = YA+ dAB Cos AB

  • 12

    Dimana,

    XB = absis yang dicari

    YB = ordinat yang dicari

    XA = absis yang diketahui

    YA = ordinat yangdiketahui

    dAB = jarak antara titik yang diketahui dan dicari

    AB = azimuth antara titik yang diketahui dan dicari

    Langkah langkah perhitungannya adalah sebagai berikut:

    3.8.1 Menghitung Jarak

    2

    AB

    2

    ABAB )Y(Y)X(Xd

    3.8.2 Menghitung Sudut Jurusan

    AY

    BY

    AX

    BX

    tan arcAB

    Untuk rumus di atas digunakan apabila koordinatnya diketahui. Biasanya untuk menentukan

    nilai azimuth awal dan akhir berdasarkan titik ikat yang telah diketahui. Dalam perhitungan

    azimuth, harus diperhatikan letak kuadrannya (Nurjati, 2004), yaitu:

    Tabel 3.1 Kuadran Azimuth

    Kuadran Azimuth A

    (XA,YA)

    B

    (XB,YB) Azimuth

    I

    AY

    BY

    AX

    BX

    tan arcAB

    + +

    II + -

    III - -

    IV - +

    3.8.3 Syarat Penutup Sudut

    Rumus berikut adalah rumus syarat penutup sudut pada poligon tertutup dan terbuka.

    (Geodesi-ITB, 2004)

    Poligon terbuka

    )180(1

    nn

    i

    iAWALAKHIR

    Dimana adalah azimuth, adalah sudut dan n adalah bilangan bulat

    Poligon tertutup

    0 awalakhir

    0)1802(1

    nn

    i

    i

    Dimana, = azimuth dan n adalah bilangan bulat.

    n = (n-2), untuk sudut dalam

    n = (n+2), untuk sudut luar

    3.8.4 Syarat Absis

    Rumus berikut adalah rumus syarat absis pada poligon tertutup dan terbuka. (Geodesi-ITB,

    2004).

  • 13

    Poligon terbuka

    ijij

    i

    ijawalakhir dXX sin1

    1

    Poligon tertutup

    0 awalakhir XX

    0sin1

    1

    ij

    ij

    i

    ijd

    3.8.5 Syarat Ordinat

    Rumus berikut adalah rumus syarat ordinat pada poligon tertutup dan terbuka. (Geodesi-ITB,

    2004)

    Poligon Terbuka

    ijij

    i

    ijawalakhir dYY cos1

    1

    Poligon Tertutup

    0 awalakhir YY

    0cos1

    1

    ij

    ij

    i

    ijd

    3.8.6 Kesalahan Penutup Sudut

    Rumus berikut adalah rumus kesalahan penutup sudut pada poligon tertutup dan terbuka.

    (Geodesi-ITB, 2004)

    Poligon terbuka

    )())180((1

    awalakhir

    n

    i

    i nf

    f = kesalahan penutup sudut

    = sudut

    = azimuth

    n adalah bilangan bulat.

    Poligon tertutup

    0 awalakhir

    )1802(1

    nfn

    i

    i

    f = kesalahan penutup sudut

    = sudut

    n = (n-2), untuk sudut dalam

    n = (n+2), untuk sudut luar

    n adalah bilangan bulat

    3.8.7 Kesalahan Absis

    Rumus berikut adalah rumus kesalahan absis pada poligon tertutup dan terbuka. (Geodesi-ITB,

    2004)

    Poligon terbuka

    ij

    ij

    i

    ijawalakhirx dXXf sin)(1

    1

  • 14

    Poligon tertutup

    0 awalakhir XX

    ij

    ij

    i

    ijx df sin1

    1

    3.8.8 Kesalahan Ordinat

    Rumus berikut adalah rumus kesalahan ordinat pada poligon tertutup dan terbuka. (Geodesi-

    ITB, 2004)

    Poligon terbuka

    ij

    ij

    i

    ijawalakhiry dYYf cos)(1

    1

    Poligon tertutup

    0 awalakhir YY

    ij

    ij

    i

    ijy df cos1

    1

    3.8.9 Koreksi Penutup Sudut

    Koreksi = - Kesalahan

    ff '

    Koreksi tiap sudut

    n

    fi

    ''

    Koreksi diberikan pada setiap sudut, yaitu dengan cara distribusi. Pemberian koreksi didasarkan

    pada urutan ketentuan sebagai berikut:

    sudut mendekati 90

    jarak terpendek

    membagi rata ke semua sudut.

    3.8.10 Koreksi Absis

    xx ff '

    Rumus berikut adalah rumus koreksi absis pada poligon tertutup dan terbuka. (Geodesi-ITB,

    2004). Koreksi absis tiap titik:

    xi = '1

    1

    xij

    i

    ij

    ijf

    d

    d

    3.8.11 Koreksi Ordinat

    yy ff '

    Rumus berikut adalah rumus koreksi ordinat pada poligon tertutup dan terbuka. (Geodesi-ITB,

    2004)

    Koreksi ordinat tiap titik

    yi = '1

    1

    yij

    i

    ij

    ijf

    d

    d

  • 15

    fy fx

    fL A

    B

    C

    D

    E

    F

    A

    Gambar 3.6 Kesalahan linear jarak ukur

    3.8.12 Selisih Absis dan Ordinat yang Telah Dikoreksi

    Xi = 11.1. sin iiiii xd

    Yi = 11.1. cos iiiii yd

    3.8.13 Hitungan Koordinat Titik

    iii XXX 1

    iii YYY 1

    Gambar 3.5 Koordinat Titik

    3.8.14 Toleransi

    Salah Linear

    Kesalahan Linear Relatif

    toleransi jarak linier

    Keterangan rumus :

    i = sudut titik i

    ij = sudut jurusan titik i terhadap j

    f = salah penutup sudut

    );( AA YXA

    1Y

    1X);( AA YXA

    );(1 11 YX

    AI

    Y

    Utara

    d

    X

    1

    1

    22 )(

    ij

    i

    ij

    yx

    LR

    d

    fff

    )( 22 yxL ffF

  • 16

    '

    f = koreksi sudut

    fx = kesalahan absis '

    xf = koreksi absis

    fy = kesalahan ordinat '

    yf = koreksi ordinat

    dij = jarak antar titik

    x = koreksi absis di titik i

    y = koreksi ordinat di titik i

    X = selisih absis yang terkoreksi

    Y = selisih ordinat yang terkoreksi

    i = 1,2,3,.....dst (titik)

    n = jumlah titik

    3.9 Kerangka Kontrol Vertikal

    Kerangka kontrol vertikal atau KKV adalah kerangka dasar pemetaan yang

    memperlihatkan beda tinggi (perbedaan vertical atau jarak tegak dari suatu bidang referansi

    yang telah ditentukan terhadap suatu titik sepanjang garis vertikalnya) suatu titik terhadap

    titik lainnya yang telah diketahui ketinggiannya di atas permukaan bumi secara vertical

    (Nurjati, 2004).

    Beda tinggi adalah perbedaan vertikal atau jarak dari suatu bidang referensi yang telah

    ditentukan terhadap suatu titik sepanjang garis vertikalnya. Biasanya muka air laut rata-rata

    (MSL) ditentukan sebagai bidang referensinya. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan

    alat sipat datar (waterpass). Alat didirikan pada suatu titik yang diarahkan pada dua buah rambu

    yang berdiri vertikal. Maka, beda tinggi dapat dicari dengan melakukan pengurangan antara

    bacaan muka dan bacaan belakang. Pengukuran Kerangka Kontrol Vertikal bertujuan

    menentukan beda tinggi antara titik-titik di atas permukaan bumi. Metode sipat datar digunakan

    untuk menentukan ketinggian titik-titik kerangka dasar pemetaan pada pekerjaan rekayasa

    (Basuki, 2006).

    Gambar 3.7 Bidang Referensi Ketinggian (Basuki, 2006)

    3.10 Pengukuran Beda Tinggi dengan Cara Trigonometris

    Secara fisik alat ukur Total Station merupakan perpaduan antara alat ukur jarak dan sudut

    elektronik yang dilengkapi dengan sistem memori dan mikro komputer untuk melakukan

    hitungan-hitungan sederhana. Dengan menggunakan Total Station, maka kesalahan terutama

    yang bersumber dari faktor manusia dapat diminimalkan bahkan dihilangkan seperti kesalahan

    penafsiran bacaan, pencatatan data, dan kesalahan hitungan. Disamping itu penggunaan alat

  • 17

    Total Station membutuhkan waktu pengukuran yang lebih cepat dibanding dengan Theodolit

    yang pada akhirnya dapat menghemat biaya pengukuran.

    Beberapa data ukuran yang bisa diperoleh dengan menggunakan Total Station

    diantaranya adalah jarak datar, jarak miring, beda tinggi, bahkan koordinat suatu titik. Beda

    tinggi yang diperoleh dengan pengukuran menggunakan Total Station menggunakan prinsip

    metode trigonometris yaitu salah satu metode penentuan beda tinggi yang didasarkan pada hasil

    ukuran sudut vertikal dan jarak antara dua titik yang akan ditentukan beda tingginya. Prinsip

    pengukuran beda tinggi dengan metode trigonometris dapat dilihat pada gambar berikut.

    (Basuki, 2006).

    Gambar 3.8 Prinsip Pengukuran Beda Tinggi Metode Trigonometris (Basuki, 2006)

    Gambar 3.9 Desain Jarak Untuk Pengukuran Dengan Total Station (Basuki, 2006)

    Berdasarkan gambar 3.8, maka beda tinggi antara titk A dan B (hAB) dapat diperoleh dengan

    persamaan-persamaan berikut :

    VD = S sin h = D tan h

    HB = HA + hAB = HA + ta + VD tr

    Dimana,

    HA = tinggi titik A

    Ta = tinggi alat

    HB = tinggi titik B

    tr = tinggi reflektor

    hAB = beda tinggi antara titik A dan B

    S = jarak miring

    h = sudut vertikal (helling)

    D = jarak datar

    3.11 Detil Situasi

    Detil situasi adalah obyek suatu pengukuran pada suatu daerah atau wilayah ukur yang

    mencakup penyajian dalam dimensi horizontal maupun vertikalnya secara bersamaan sebagai

    wakil gambaran fisik bumi yang diukur (Basuki, 2006).

  • 18

    3.12 Pengukuran Detil Situasi

    Pengukuran situasi adalah kegiatan pengumpulan data permukaan bumi dan segala

    sesuatu yang ada di atasnya baik alami maupun buatan manusia (sungai, bangunan, jembatan,

    saluran air, sawah dll).

    Pemetaan situasi adalah penggambaran unsurunsur yang ada dipermukaan bumi di atas

    suatu bidang datar dengan skala tertentu yang disebut peta. Titik-titik detil adalah titiktitik

    yang ada di lapangan antara lain yaitu titik pojok bangunan, batasan tanah, titik sepanjang

    pinggiran jalan serta titik-titik lain yang letak dan kerapatannya ditentukan untuk

    menggambarkan bentuk permukaan tanah. Beberapa metode dalam pengukuran titiktitik detil

    yang dapat dilakukan, diantaranya adalah: Metode Tachimetri, Metode Offset dan Metode

    Grafis. Data geometris yang diukur dapat dibagi dalam dua macam data, yaitu:

    Data planimetris yang dapat dibagi lagi menjadi jarak mendatar dan sudut mendatar

    Data tinggi (Umaryono, 1986).

    3.13 Metode Tachimetry

    Pengukuran cara ini merupakan cara yang paling banyak digunakan dalam praktek,

    terutama untuk pemetaan daerah yang luas dan untuk detil-detil yang bentuknya tidak beraturan.

    Dengan cara inipun bentuk permukaan tanah dapat dengan mudah dipetakan. Untuk dapat

    memetakan dengan cara ini diperlukan alat yang dapat mengukur arah dan sekaligus jarak. Oleh

    karena itu, alat ukur utama yang digunakan adalah Total Station dan jalon.

    Pada alat-alat tersebut arah-arah garis di lapangan, jarak, sudut tegak, sudut horisontal,

    jarak mendatar dan jarak vertikal dapat dikur secara otomatis saat membidik titik, melalui

    refleksi prisma yang berada di atas jalon. Tergantung jaraknya, dengan cara ini, titik-titik detil

    dapat diukur dari titik kerangka dasar atau dari titik bantu yang diikatkan pada titik kerangka

    dasar. Besaran-besaran yang diukurnya adalah: azimuth (magnit), jarak (optis) dan sudut tegak.

    Dengan besaran-besaran tersebut posisi mendatar dan ketinggian titik-titik detil dapat dihitung.

    Untuk lebih jelasnya, perhatikan gambar dibawah ini.

    Titik detil 1 dan 2 diukur dari titik kerangka dasar A, besaran yang diukur adalah:

    azimuth 1 dan 2, jarak d1 dan d2, serta sudut tegak ke titik-titik detil. Dari besaran-besaran

    ukuran tersebut posisi mendatar dan ketinggian titik A telah diketahui. Titik-titik detil 3 dan 4

    diukur dari titik bantu H yang diikatkan pada titik kerangka dasar B. Besaran- besaran yang

    diukur adalah B, dB, 3, d3, 4, d4 serta sudut-sudut tegaknya. Karena titik H diikatkan ke

    titik Kerangka dasar B, maka posisi dan ketinggian H dapat ditentukan. Selanjutnya dari titik

    H, posisi mendatar dan ketinggian titik-titik detil dapat ditentukan.

    c d b

    a

    e

    f

    g

    h

    i

    j m n

    k l

    K1

    K3

    K5

    K

    2

    K4

    K6

    H5

    H4 H3 H2 H1

    Gambar 3.10 Cara Tachimetri (Umaryono, 1986)

  • 19

    Mengingat akan banyaknya titik-titik detil yang diukur, serta terbatasnya kemampuan

    jarak yang dapat diukur dengan alat-alat tesebut di atas, maka akan diperlukan banyak titik

    bantu. Mengingat pula jarak-jarak antara titik kerangka dasar umumnya panjang-panjang, maka

    dalam praktek, titik-titik bantu tersebut diukur sambung menyambung sehingga membentuk

    suatu poligon, yang disebut poligon kompas. Untuk mengontrol pengukurannya, poligon

    kompas perlu dimulai dari titik kerangka dasar dan berakhir pada titik kerangka dasar lagi

    (Umaryono, 1986).

    3.14 Profil Memanjang dan Melintang

    Sipat datar profil bertujuan untuk menentukan bentuk permukaan tanah atau tinggi

    rendahnya permukaan tanah sepanjang jalur pengukuran, baik secara memanjang maupun

    melintang (Nurjati, 2004).

    Pengukuran profil dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran tinggi rendahnya

    permukaan tanah sepanjang jalur pengukuran, yaitu dengan mengukur ketinggian dari masing-

    masing titik. Hasil pengukuran ini merupakan informasi untuk perencanaan jalan raya, jalan

    kereta api, irigasi, jalur pipa dan lain-lain seperti dalam:

    1. Menentukan gradient yang cocok untuk pekerjaan konstruksi

    2. Menghitung volume pekerjaan

    3. Menghitung volume galian dan timbunan yang disiapkan

    Pengukuran sipat datar profil dibagi menjadi dua pekerjaan yaitu sipat datar profil

    memanjang dan sipat datar profil melintang, sedangkan tahap penggambaran biasanya

    dilakukan penggambaran situasi sepanjang jalur pengukuran sipat datar profil memanjang

    maupun melintang dengan skala yang berbeda agar kondisi tanah secara vertikal akan lebih

    jelas terlihat (Nurjati, 2004).

    3.14.1 Profil Memanjang

    Gambar 3.11 Pengukuran Sipat Datar Profil Memanjang (Salamani, 2011)

    Pelaksanaan pengukuran sipat datar profil memanjang tidak jauh berbeda dengan sipat datar

    memanjang, yaitu melalui jalur pengukuran yang nantinya merupakan titik ikat bagi sipat datar

    profil melintangnya, sehingga mempunyai ketentuan sebagai berikut:

    a. Pengukuran harus dilakukan sepanjang garis tengah (as) jalur pengukuran dan dilakukan

    pengukuran pada setiap perubahan yang terdapat pada permukaan tanah

    b. Data ukuran jarak dengan pita ukur dan dicek dengan jarak optis (Nurjati, 2004)

  • 20

    3.14.2 Profil Melintang

    Gambar 3.12 Pengukuran Sipat Datar Profil Melintang (Salmani, 2011)

    Pelaksanaan pengukuran sipat datar profil melintang dilakukan setelah pengukuran sipat datar

    profil memanjang, jarak antar potongan melintang dibuat sama. Sedangkan pengukuran ke arah

    samping kiri dan kanan as jalur memanjang, lebarnya dapat ditentukan sesuai perencanaan

    dengan pita ukur. Misalnya pada jalan raya, potongan melintang dibuat dari tepi yang satu ke

    tepi yang lain. Arah potongan melintang tegak lurus dengan as, kecuali pada titik tikungan

    maka potongan diusahakan membagi sudut tersebut sama besar atau bila perlu dibuatkan dua

    buah potongan melintang yang masing-masing tegak lurus pada arah datang dan arah belokan

    selanjutnya (Nurjati, 2004)

    3.15 Total Station

    Total Station merupakan teknologi alat yang menggabungkan secara elektornik antara

    teknologi theodolite dengan teknologi EDM (Electronic Distance Measurement). EDM

    merupakan alat ukur jarak elektronik yang menggunakan gelombang elektromagnetik sinar

    infra merah sebagai gelombang pembawa sinyal pengukuran dan dibantu dengan sebuah

    reflektor berupa prisma sebagai target (alat pemantul sinar infra merah agar kembali ke EDM)

    (Basuki,2006)

    3.15.1 Bagian-bagian Total Station

    Gambar 3.13 Bagian-bagian Total Station (Basuki, 2006)

  • 21

    3.15.2 Bagian Total Station dari Depan

    Gambar 3.14 Bagian Total Station dari Depan (Basuki, 2006)

    3.15.3 Bagian Total Station dari Belakang

    Gambar 3.15 Bagian Total Station dari Belakang (Basuki, 2006)

    3.15.4 Cara Kerja Total Station

    Total station merupakan perangkat elektronik yang dilengkapi piringan horizontal,

    piringan vertikal dan komponen pengukur jarak. Dari ketiga data primer ini (sudut horizontal,

    sudut vertikal dan jarak) bisa didapatkan nilai koordinat X, Y, Z serta beda tinggi. Data

    direkam dalam memory dan selanjutnya bisa ditransfer ke komputer untuk diolah menjadi data

    spasial.

    3.16 Prosedur Pengukuran KKH, KKV, Detil Situasi, Profil Memanjang dan Melintang serta

    Prosedur Penggunaan Total Station

    3.16.1 Prosedur Pengukuran KKH

    Prosedur pengukuran Kerangka Kontrol Horizontal adalah sebagai berikut:

    1. Memasang alat Total Staion pada titik awal dan melakukan centering dan levelling.

    2. Ukur tinggi alat dan tinggi reflektor

  • 22

    3. Posisi teropong biasa arahkan alat pada titik sebelumnya (titik tetap, bila ada), kemudian

    tekan 0 set dan kemudian arahkan pada titik selanjutnya alat berdiri, tekan FS/SS, kemudian

    catat sudut horizontal, HD (Horizontal Distance), VD (Vertical Distance). Pada saat

    menentukan 0 set dan FS, tembak masing-masing titik sebanyak 3 kali untuk membedakan

    titik 0 set/FS (Foresight) dengan detil.

    4. Kemudian pindahkan alat Total Station ke titik berikutnya, lakukan langkah-langkah seperti

    di atas sampai titik terakhir apabila poligon terbuka dan pada titik awal apabila poligon

    tertutup (Nurjati, 2004)

    3.16.2 Prosedur Pengukuran KKV

    Prosedur pengukuran Kerangka Kontrol Vertikal adalah sebagai berikut:

    1. Letakkan alat Total Station pada titik awal, lakukan centering dan levelling alat terlebih

    dahulu.

    2. Ukur tinggi alat dan tinggi reflektor

    3. Sama seperti KKH, arahkan 0 set ke titik alat berdiri sebelumnya, kemudian arahkan FS

    (Foresight) ke titik alat akan berdiri selanjutnya, kemudian catat VD antar titik

    4. Kemudian lakukan langkah yang sama pada titik berikutnya hingga sampai pada titik akhir

    poligon (Nurjati, 2004)

    3.16.3 Prosedur Pengukuran Detil Situasi

    Prosedur pengukuran Detil Situasi yaitu:

    1. Dirikan alat di titik yang diinginkan

    2. Lakukan centering dan levelling

    3. Ukur tinggi alat di atas patok

    4. Ukur tinggi Prisma/Jalon/Tribach yang akan digunkan saat foresight dan Backsight

    5. Ukur tinggi patok

    6. Dirikan Jalon di atas titik relief yang akan dibidik

    7. Nyalakan alat, lebih dahulu mencari titik 0 set lalu tembak jalon tepat pada prisma

    8. Record data

    9. Pindhkan Jalon ke titik lain dan lakukan hal yang sama

    10. Pindahkan alat ke tempat lain untuk menembak titik detil/relief lain yang tidak

    memungkinkan untuk ditembak pada posisi sebelumnya (Nurjati, 2004)

    3.16.4 Prosedur Pengukuran Profil Memanjang dan Melintang

    Prosedur Pengukuran Profil Memanjang

    1. Tempatkan alat Total Station di atas patok (misal titik A)

    2. Lakukan centering dan levelling, sehingga alat tepat di atas titik A

    3. Ukur tinggi patok dan tinggi alat di atas patok

    4. Bidik centerline jalan setiap section long (misalnya 0+100)

    5. Lakukan hal yang sama (1-4) pada setiap relief. Lakukan hal yang sama pada seksi yang

    lain (Nurjati, 2004)

    Prosedur Pengukuran Profil Melintang

    1. Tempatkan alat Total Station di atas titik (misalkan titik A)

    2. Lakukan centering dan levelling

    3. Ukur tinggi patok dan tinggi alat di atas patok

    4. Record hasil tembakan dari titik cross, dengan batasan 15 meter dari kiri dan kanan jalan

    5. Lakukan hal yang sama pada titik lainnya sebagai titik relief.

    6. Lakukan juga untuk point setiap potongan melintang (Nurjati, 2004)

  • 23

    3.16.5 Prosedur Penggunaan Total Station

    Prosedur penggunaan Total Station yaitu:

    1. Tempatkan alat di atas titik yang ditentukan

    2. Lakukan centering optis

    3. Lakukan levelling (mengatur nivo kotak dan nivo tabung)

    4. Atur posisi instrumen di atas patok misalnya titik 2, acuan (Backsight) di titik 1 dan posisi

    instrumen selanjutnya (titik poligon) di titik 3

    5. Hidupkan instrumen dengan menekan tombol ON

    6. Memulai pengukuran masuk ke mode DATA COLLECT

    7. Masukkan informasi tempat berdirinya instrumen, tekan tombol [F1] OCC.ST#INPUT

    8. Masukkan informasi titik acuan (Backsight) dengan menekan [F2][BACKSIGHT]

    9. Memasukkan informasi titik berdiri instrumen selanjutnya (Foresight) atau titik detil (Side

    Shot), tekan [F3][FS/SS]

    10. Ukur titik Foresight atau Side Shot dengan menekan tombol [F3][MEAS]

    3.17 AutoCad

    AutoCAD LandDekstop 2009 merupakan suatu program grafik dalam penanganan

    gambar-gambar teknik yang berbasis vektor. Selain akurasinya, juga keanekaragaman menu

    yang fleksibel.

    Dengan software AutoCad LandDekstop 2009 ini pekerjaan-pekerjaan digitasi peta,

    merapikan dan memasukkan data menjadi sangat mudah. Pekerjaan-pekerjaan itu antara lain :

    1. Membuat tabel data objek.

    2. Menentukan dan menghimpun data yang diinginkan.

    3. Menampilkan data-data objek.

  • 24

    AutoCad LandDekstop 2009 juga dapat digunakan untuk mendigitasi selembar peta dan

    membuat file digital yang cukup teliti. Dalam mendigitasi peta, selain membuat objek-objek

    baru, juga memasukkan data objek.

    AutoCad memiliki banyak perintah penggambaran. Adapun perintah-perintah yang sering

    digunakan adantara lain :

    1. Menggambar garis (Line/Polyline)

    2. Menyambung garis secara presisi dengan object snap (Osnap)

    3. Menggambar Lingkaran (Circle)

    4. Membuat Elips (Ellipse)

    5. Membuat garis lengkung/ kurva (Arc)

    6. Membuat titik (Point)

    7. Mengarsir bidang (Hatch)

    8. Menulis teks (Text)

    Software ini dapat mendefinisikan sistem koordinat sesuai keperluan, yang hasilnya tetap

    dapat dibaca oleh sistem autodesk lain. Sarana penunjang bagi pemakai yaitu di situs Autodesk

    LandDekstop 2009 Support. Sistem koordinat tersebut tidak mempunyai satuan (unit) tertentu,

    tetapi pengguna dapat menterjemahkan satuannya menurut keperluan masing-masing.

    3.18 MicrosurveyCad

    MicrosurveyCad adalah Survei Desktop yang lengkap dengan desain program yang

    dibuat untuk surveyor, kontraktor dan insinyur.

    MicrosurveyCad telah digunakan oleh surveyor di seluruh dunia untuk menyelesaikan

    infrastruktur dan desain proyek. MicroSurvey telah membangun perangkat lunak untuk industri

    survei selama lebih dari 20 tahun dan dengan semua pengalaman ini, telah tersedia paket Survey

    Cad yang terbaik saat ini.

    Karena tidak semua orang membutuhkan paket full-fitur, maka terdapat 4 pilihan yang

    berbeda. Dasar versi survei yang dimiliki adalah inti alat komputasi dan alat CAD untuk

    menyusun rencana. Versi Standar memiliki semua fitur dasar, ditambah dengan mesin CAD

    penuh. Versi Premium, yang memiliki segala yang diharapkan dalam paket software survei

    termasuk kemampuan desain yang canggih. Kemudian versi yang paling lengkap adalah versi

    Ultimate yang memiliki semua fitur yang diaktifkan, termasuk alat-alat pengolahan titik awan.

  • 25

    BAB IV

    METODOLOGI PEKERJAAN

    4.1 Alat dan Bahan

    4.1.1 Alat

    Peralatan yang dipakai oleh tim Total Station desa Jatijejer saat melakukan pengukuran jalan

    utama adalah sebagai berikut:

    1. Total Station Gowin TKS 202 8E068 1 buah

    2. Prisma 3 buah

    3. Jalon 2 buah

    4. Tribrach 1 buah

    5. Statif 2 buah

    6. Payung 2 buah

    7. Pita ukur 3 meter 1 buah

    8. Pita ukur 30 meter 1 buah

    9. Palu 1 buah

    Peralatan yang dipakai oleh tim Total Station saat melakukan pengolahan data pengukuran

    adalah sebagai berikut:

    1. Laptop

    2. Kalkulator ilmiah

    3. MicroSurvey CAD 2002

    4. AutoCAD LandDekstop 2009

    5. Microsoft Word 2007

    6. Microsoft Excel 2007

    7. Microsoft Power Point 2007

    8. Notepad

    4.1.2 Bahan

    Bahan yang digunakan oleh tim Total Station desa Jatijejer selama kegiatan kemah kerja adalah

    sebagai berikut:

    1. Patok kayu 10 buah

    2. Cat semprot 4 kaleng

    3. Paku payung 40 buah

    4. Form ukur (KKH, KKV) 1 paket

    5. Kertas sketsa lapangan 1 paket

    6. Peralatan tulis 1 paket

    4.2 Spesifikasi Alat

    4.2.1 Hardware

    Berikut adalah spesifikasi perangkat keras (Hardware) utama yang digunakan oleh tim Total

    Station desa Jatijejer selama melaksanakan kegiatan kemah kerja:

    1. Total Station Gowin TKS 202 8E068

  • 26

    Gambar 4.1 Total Station Gowin TKS 202 8E068

    Tabel 4.1 Spesifikasi Total Station Gowin TKS 202 8E068

    Model Name Gowin TKS-202

    Telescope

    Objective Lens

    Diameter 45mm (EDM: 50mm)

    Magnification 30x

    Image Erect

    Field of View 130

    Resolving Power 3.0

    Min. Focus Distance 1.3m

    Angle

    Measurement

    Accuracy 2

    Method Absolute

    Minimum Reading 1/5

    Distance Measurement

    Distance Range 1 Prism 2,000

    3 Prisms 2,700m

    Accuracy (+2mm + 2ppm x D**)m.s.e.

    Measuring Time

    Fine Measurement

    Mode 1.2 sec.(Intial 4 sec.)

    Coarse Measurement

    Mode 0.7 sec.

    Tracking Measurement

    Mode 0.4 sec.

    Atmospheric Correction Range Yes

    Prism Constant Correction Range Yes

    Software & Memory

    On-Board Software Functions Data Collection, Resection, Road, Stakeout, Area

    Calculation, Height Measurement, etc.

    Internal Memory 24,000 points

    Interface RS-232C (Standard)

  • 27

    Display Display Unit Graphics LCD, 2 Sides

    Keyboard 24-Alpha-Numeric Key

    Tilt Correction (Automatic Index)

    Tilt Sensor Yes

    Correction Method Liquid Type

    Compensating Range 3

    Level Senstivity

    Plate Level 30/2mm

    Circular Level 10/2mm

    Optical Plummet Telescope

    Image Erect

    Magnification 3x

    Focusing Range 0.5 to infinity

    Field of View 3 and above

    Others

    Protection against water and dust*** IP 54 (with BT-L1 Battery)

    Operating Temperature -20C~+50C (-4F~+122F)

    Dimension 336 (H) x 184 (W) x 172 (L)mm

    Weight (with Battery) 4.8Kg

    On Board Battery BT-L1 (Lithium-ion)

    Battery Charger BC-L1

    Maximum Operating Time

    Including Distance Measurement 14 Hours

    Angle Measurement Only 60 Hours

    Output Voltage DC 10V

    2. Laptop

    a) Acer ASPIRE 4750

    b) HP 431

    c) HP PAVILIUN DM 4

    d) Asus X201E Notebook PC

    e) Asus N46

    3. Kalkulator Ilmiah

    a) Casio fx-570ES

    4.2.2 Software

    Berikut adalah spesifikasi perangkat lunak (Software) utama yang digunakan oleh tim

    Total Station desa Jatijejer selama melaksanakan kegiatan kemah kerja:

    1. MicroSurvey CAD 2002

    Spesifikasi minimal untuk menjalankan software tersebut adalah sebagai berikut:

    Tabel 4.2 Spesifikasi MicroSurvey Cad 2002

    Spesifikasi Keterangan

    Processor Dual core 2 GHz atau lebih tinggi x86CPUs

    Memori 2 GB

  • 28

    Sisa Disk 10 GB untuk menginstal software pada partisi disk

    tunggal. Tambahan 180 MB dibutuhkan untuk ruang

    tukar dan tambahan 100 MB untuk file temporer.

    Tampilan Grafis 256 MB atau lebih tinggi, video card (minimal 64 MB)

    Sistem Operasi Windows XP. Windows Vista, Windows 7

    2. AutoCAD LandDekstop 2009

    Spesifikasi minimal untuk menjalankan software tersebut adalah sebagai berikut:

    Tabel 4.3 AutoCad LandDekstop 2009

    Spesifikasi Keterangan

    Sistem Operasi Windows XP Prefessional, Windows XP Home, Windowsn

    2000, Windows NT 4.0 dengan Service Pack 6a atau yang

    lebih tinggi

    Processor Pentium III atau lebih tinggi, 500 Mhz atau lebih tinggi, 800

    Mhz atau lebih tinggi

    RAM 256 MB atau lebih tinggi

    Video 1024 x 768 VGA dengan True Color atau lebih tinggi

    Hard Disk 550 MB Instalasi

    Alat Pointer Mouse, trackball dan lain-lain

    CD Room Bebas (hanya untuk instalasi program)

    Hardware Opsional Open GL-compatible 3D video card, Printer or plotter,

    Digitizer, Modem atau akses ke koneksi internet

    4.3 Metodologi Pekerjaan

    Berikut ini adalah metodologi pekerjaan pengukuran Tim Total Station Desa Jatijejer.

    Tidak Tidak

    Ya Ya

    Start

    Orientasi Lapangan

    Perencanaan Pengukuran

    Pengukuran Lapangan

    Detil Situasi Kerangka Kontrol

    Pengolahan Data di

    Microsurvey Cad

    Pembuatan Peta

    Pengolahan Data di

    Microsoft Excel

    Memenuhi

    Toleransi

    Sesuai sketsa

    Koordinat

    Pra Kemah Kerja

    Kemah Kerja

    Pemasangan BM

  • 29

    Gambar 4.2 Diagram Alir Pekerjaan

    Penjelasan diagram alir tersebut adalah:

    1. Orientasi Lapangan

    Proses ini merupakan kegiatan survei pendahuluan yang hasilnya digunakan untuk

    menentukan alat dan apa saja yang harus dibawa selama kemah kerja. Selain itu hasil

    kegiatan orientasi lapangan digunakan pula dalam pembuatan rencana pengukuran.

    2. Perencanaan Pengukuran

    Kegiatan perencanaan pengukuran dilakukan untuk merencanakan keberlangsungan

    pengukuran selama kegiatan kemah kerja. Selain itu kegiatan perencanaan pengukuran ini

    juga mencakup perencanaan peletakan patok poligon dan pemasangan STA.

    3. Pemasangan BM

    Pemasangan BM yang juga disebut sebagai titik ikat berguna sebagai referensi koordinat

    dari detil situasi baik itu berupa STA ataupun detil situasi yang lain yang nantinya akan

    diukur pada pelaksanaan pengukuran. Koordinat patok poligon sendiri memiliki referensi

    pada patok jaring kontrol geodesi yang dipasang oleh tim GPS.

    4. Pengukuran

    Pengukuran lapangan dilakukan pada saat kemah kerja sesuai dengan jadwal yang telah

    ditetapkan. Pengukuran ini meliputi:

    a) Pengukuran poligon jalan utama: Kerangka Kontrol Horizontal dan Kerangka Kontrol

    Vertikal

    b) Profil memanjang dan melintang

    c) Pengukuran datil situasi jalan utama

    5. Pengolahan Data

    Pengolahan data dilakukan pasca pengukuran. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui

    hasil pengukuran. Apabila terdapat kesalahan pengukuran, pengukuran bisa diulangi.

    Pengolahan data tersebut meliputi:

    a) Pengukuran poligon utama diolah menggunakan software Microsoft Excel

    Pembuatan Laporan

    Presentasi

    Selesai

    Pasca Kemah Kerja

    Revisi

    Laporan Peta

    Tidak

    Ya

  • 30

    b) Pengukuran profil memanjang dan melintang diolah menggunakan software

    Microsurvey CAD 2002 dan diplot menggunakan software AutoCad LandDekstop

    2009

    c) Pengukuran detil situasi diolah menggunakan software Microsurvey CAD 2002 dan

    diplot menggunakan software AutoCad LandDekstop 2009

    6. Penyempurnaan Pengolahan Data

    Proses penyempurnaan pengolahan data dilakukan untuk menyempurnakan pengolahan

    data lapangan sehingga diperoleh koreksi baik itu koreksi dalam kerangka kontrol

    horizontal maupun pada kerangka kontrol vertikal. Hasil dari penyempurnaan pengolahan

    data tersebut adalah koordinat X, Y dan Z.

    7. Pembuatan Peta

    Pembuatan peta pada kemah kerja meliputi peta jalan utama, peta long section dan peta

    cross section.

    8. Pembuatan Laporan dan Presentasi

    Pembuatan laporan dilakukan pasca kemah kerja dengan ketentuan format yag sudah

    ditentukan. Setelah pembuatan laporan, dilakukan presentasi akhir.

    4.4. Jadwal Pekerjaan

    Jadwal pekerjaan Tim Total Station Desa Jatijejer yaitu:

    Tabel 4.4 Timeline Pekerjaan

    No. Kegiatan Alat dan Bahan

    Desember

    (Minggu Ke-)

    Januari

    (Minggu Ke-)

    Februari

    (Minggu Ke-)

    2 3 4 1 2 3 4 1 2 3

    1

    Tahap Perencanaan

    Perencanaan alat dan bahan

    yang diperlukan

    Perencanaan persebaran titik

    polygon utama dan polygon

    cabang

    Perencanaan metode yang

    digunakan

    2 Tahap Orientasi Lapangan

    3

    Tahap Persiapan

    Pembuatan time schedule

    Pembagian tugas tiap

    personil tim

    Peminjaman alat-alat

    Pengukuran

    Total Station TKS

    202

    Pembelian bahan untuk

    patok dan pembuatan

    Palu, cetok,

    gergaji, parang,

    Semen, kayu,

    paku paying

    4

    Tahap Pelaksanaan

    Pemasangan patok

    Patok cor,patok

    kayu, patok

    pakupayung

  • 31

    Pengukuran Poligon utama Total Station TKS

    202

    5

    Tahap Pengolahan Data

    Mendownload data hasil

    pengamatan

    Software Micro

    Survey Cad 2002,

    Laptop

    Pengolahan data

    Ms Excel,

    Software Micro

    Survey Cad 2002,

    dan AutoCad

    Land Dekstop

    2009, Laptop

    6

    Tahap Pembuatan

    Laporan

    Membuat laporan dan peta

    Ms Word,

    Autocad Land

    Desktop 2009,

    Laptop

    Membuat slide untuk

    presentasi Ms Power Point

    7 Tahap Presentasi Laptop dan

    Proyektor

    8 Tahap Revisi Laporan,

    Peta dan Poster

    Autocad Land

    Desktop 2009,

    Laptop

    9 Tahap Pengumpulan

    Laporan, Peta dan Poster

    4.5 Pelaksana Pekerjaan

    Pelaksana pengukuran pada kemah kerja 2015 yang tergabung dalam kelompok TS desa

    Jatijejer adalah sebagai berikut :

    1. Leni Septiningrum (35 12 100 005)

    2. Iva Nurwauziyah (35 12 100 047)

    3. Jainal Rabidin Damanik (35 12 100 066)

    4. Mohammad Luay Murtadlo (35 12 100 068)

    5. Hanif Khoirul Latif (35 12 100 082)

    6. Aldino Zakaria (35 12 100 086)

    M. Luay Murtadlo

    Ketua Tim TS

    Leni Anggota

    Iva Anggota

    Jainal Anggota

    Hanif Anggota

    Aldino Anggota

  • 32

    BAB V

    PELAKSANAAN PEKERJAAN

    5.1 Pengambilan Data Pekerjaan

    Pengambilan data pekerjaan dilakukan dengan alat Total Station merk GOWIN jenis TKS

    202. Data yang diukur berupa sudut horizontal, sudut vertikal, jarak horizontal, jarak vertikal,

    jarak miring dan tinggi alat. Pengambilan data pekerjaan berupa data kerangka kontrol,

    dilakukan dengan manual atau dicatat pada form ppengukuran serta direkam pada Total Station.

    Dan untuk pengukuran detil dilakukan dengan cara digita atau direkam pada Total Station.

    5.2 Pengolahan Data Pekerjaan (Processing Data)

    Seluruh rekaman data pengukuran adalah dalam bentuk digital. Oleh karena itu, untuk

    pengolahan data menggunakan software MicroSurvey Cad 2002. Pada perhitungan data, data

    dari Total Station di download, dan langsung di transfer ke Microsoft Excel untuk kemudian

    diolah dengan menggunakan perhitungan sistem Bowditch. Proses pengambilan data hingga

    pengolahan data diilustrasikan pada gambar 5.1

    Gambar 5.1 Pengolahan Data Menggunakan Proses Digital

    Kemudian hasil dari perhitungan tersebut, ditransfer (plot) ke dalam AutoCad Land

    Desktop 2009, maka diperoleh hasil gambar sesuai dengan hasil pengukuran yang kemudian

    dicetak dengan skala 1:5000 pada kertas A0.

    5.3 Hasil Pengolahan Data Pekerjaan

    Hasil pengolahan data pekerjaan meliputi koordinat titik Kerangka Kontrol Horizontal,

    elevasi titik Kerangka Kontrol Vertikal koordinat titik detil situasi.

    5.3.1 Kerangka Kontrol Horizontal

    Pengukuran dan pengolahan data untuk kerangka dasar Horizontal yang telah dilakukan

    oleh tim Total Station, hasil perhitungannya terlampir.

    Pengukuran dan perhitungan menggunakan 4 titik kontrol yang didapatkan dari

    pengukuran GPS (Tabel 5.1). Jadi, poligon yang digunakan adalah poligon terbuka terikat

    sempurna.

    Tabel 5.1 Koordinat Titik Kontrol

    JJ-01 JJ-02 BM JJ JJ-03

    Easting 672081,229 672108,729 673750,575 673759,212

    Northing 9160302,032 9160233,234 9156207,199 9156218,498

    Elevasi 288,212 292,36 523,424 526,883

  • 33

    Toleransi Pengukuran

    Adapun toleransi pengukuran sudut yang diperbolehkan adalah 5n, dengan n adalah

    jumlah titik poligon sebanyak 40 titik, maka:

    Toleransi = 5n

    = 538

    = 30,82207001

    Jadi, didapatkan toleransi 30,82207001

    Kesalahan Penutup Sudut

    Untuk mendapatkan kesalahan penutup sudut, maka harus dicari dulu azimuth awal dan

    azimuth akhirnya.

    Menghitung azimuth awal

    =

    =

    =

    = -0,399720922

    = -210 47 15,45

    = -210 47 15,45 + 1800

    = 1580 12 44,5

    Menghitung azimuth akhir

    =

    =

    =

    = 0,764403929

    = 370 23 39,98

    Maka, kesalahan penutup sudutnya

    )())180((1

    awalakhir

    n

    i

    i nf

    = 6719,248 (38*180) - (370 23 39,98 - 1580 12 44,5)

    = 6719,2475 6840 (-120,8179)

    = -120,7525 (-120,8179)

    = 0,06543803758834

    = 00 3 55,58

  • 34

    Koreksi Sudut

    Agar jumlah ukuran sudut memenuhi syarat sudut maka setiap sudut ukuran harus dikoreksi

    sebesar:

    ff

    '

    = -00 3 55,58

    n

    fi

    ''

    = -00 3 55,58/38

    = 00 0 6,2

    = (tidak memenuhi toleransi penutup sudut)

    Kesalahan Absis

    Berdasarkan data pengukuran dan perhitungan, maka kesalahan absis yang diperoleh

    adalah:

    ij

    ij

    i

    ijawalakhirx dXXf sin)(1

    1

    = (673759,212 672081,229) 1741,442721

    = -63,45972 m

    Kesalahan Ordinat

    Dan untuk kesalahan ordinat yang didapat adalah:

    ij

    ij

    i

    ijawalakhiry dYYf cos)(1

    1

    = (9156218,498 9160302,032) (-4047,784394)

    = -35,750 m.

    Kesalahan Linier

    =

    = 0,015969

    Jadi, 0,015969 >

    (tidak memenuhi toleransi)

    Hasil Perhitungan Koordinat

    Tabel 5.2 Koordinat X, Y Kerangka Poligon Utama

    Patok Koordinat

    X (m) Y(m)

    JJ01 672081.229 9160302.032

    JJ02 672107.7581 9160232.54

    J01 672160.7611 9160118.209

    J02 672164.9411 9159970.893

    J03 672149.1374 9159817.924

    J04 672165.972 9159664.326

    5000

    122

    dfyfx

  • 35

    J05 672168.5659 9159535.333

    J06 672192.5901 9159389.214

    J07 672196.6436 9159252.077

    J08 672216.3141 9159110.837

    J09 672219.8331 9158999.563

    J10 672262.8025 9158847.304

    J11 672314.1675 9158762.566

    J12 672360.8963 9158643.968

    J13 672403.7743 9158558.745

    J14 672420.4335 9158454.434

    J15 672506.7542 9158290.266

    J16 672590.4619 9158159.594

    J17 672654.4624 9158022.803

    J18 672714.6895 9157919.787

    J19 672758.8316 9157807.761

    J20 672821.0707 9157691.347

    J21 672902.1675 9157606.208

    SG01 672929.6908 9157538.808

    SG02 672988.4223 9157437.498

    J22 672997.8797 9157383.275

    J23 673020.444 9157318.021

    J24 673041.7768 9157193.063

    J25 673070.5339 9157103.19

    J26 673147.9799 9156990.768

    J27 673243.7381 9156887.087

    J28 673272.3814 9156846.86

    J29 673372.8601 9156775.065

    J30 673457.2527 9156686.909

    J31 673537.1895 9156606.165

    J32 673588.4835 9156513.233

    J33 673683.0445 9156423.183

    J34 673736.1781 9156314.449

    BMJJ 673750.8863 9156207.486

    JJ03 673759.212 9156218.498

    5.3.2 Kerangka Kontrol Vertikal

    Pengolahan data untuk Kerangka Kontrol Vertikal dilakukan oleh kelompok Total

    Station, hasil perhitungannya terlampir. Metode yang digunakan adalah metode trigonometri

    dengan menggunakan Total Station.

    Tabel 5.3 Titik Tinggi Kerangka Kontrol Vertikal

    Patok Elevasi (m)

    JJ01 282,212

    JJ02 292,810

    J01 300,716

    J02 308,747

    J03 314,712

  • 36

    J04 318,645

    J05 324,871

    J06 333,918

    J07 340,573

    J08 348,367

    J09 354,420

    J10 361,742

    J11 363,345

    J12 367,055

    J13 376,117

    J14 379,416

    J15 383,096

    J16 396,543

    J17 404,703

    J18 409,820

    J19 414,798

    J20 418,797

    J21 427,572

    SG01 429,095

    SG02 433,685

    J22 438,187

    J23 442,937

    J24 450,913

    J25 455,661

    J26 466,056

    J27 474,596

    J28 474,651

    J29 479,200

    J30 494,116

    J31 498,653

    J32 500,002

    J33 506,673

    J34 521,467

    BMJJ 526,353

    JJ03 526,800

    5.3.3 Pengukuran Detil

    Pengukuran detil dilakukan dengan menggunakan alat Total Station. Olahan data

    pengukuran detil dilakukan dengan menggunakan software MicroSurvey Cad 2002. Detil yang

    diukur adalah landmark, bahu jalan dan selokan. Hasil dari pengukuran ini berupa peta yang

    berada pada lampiran.

    5.4 Hasil dan Analisa Pengolahan Data Pekerjaan

    5.4.1 Kerangka Kontrol Horizontal

    Kerangka ini merupakan kerangka yang dijadikan sebagai pengikat titik detil. Kesalahan

    Penutup Sudut fb= -00355,58, tidak memenuhi toleransi pengukuran dan dari data kesalahan

    linear adalah 0,015969 m, tidak memenuhi toleransi. Faktor-faktor yang mempengaruhi

    kesalahan:

  • 37

    1. Perambatan kesalahan dalam pengukuran KKH

    2. Daerah pengukuran yang banyak dilewati kendaraaan besar, sehingga nivo sering berubah

    posisi.

    3. Faktor kesalahan manusia dalam pembacaan data pengukuran

    4. Jarak antar titik yang tidak seragam

    Untuk kesalahan absis dan ordinat juga sangat besar yaitu fx = 63,45972 m dan fy = -

    35,750 m, artinya tidak memenuhi toleransi, karena seharusnya fx dan fy bernilai nol atau

    mendekati nol. Faktor-faktor yang menyebabkannya antara lain:

    1. Sudut pada poligon sebagian besar adalah 1800

    2. Alat yang belum dikalibrasi, akhirnya mengakibatkan bacaan sudut biasa dan luar biasa

    selisihnya besar yaitu 25

    3. Faktor lalu lintas yang ramai sehingga menyebabkan kondisi center alat terganggu

    5.4.2 Kerangka Kontrol Vertikal

    Koreksi yang didapat Kerangka Kontrol Vertikal adalah 3,30824 m, toleransinya adalah

    12 = 25,565703272 mm. Jadi, tidak masuk toleransi. Faktor-faktor yang

    menyebabkannya adalah:

    1. Kurang akuratnya tinggi referensi yang didapat dari pengukuran GPS, karena pengukuran

    GPS hanya dilakukan 30 menit

    2. Kesalahan dalam membaca tinggi alat dan tinggi prisma

    5.4.3 Pengukuran Detil

    Pengukuran detil situasi posisi beberapa titik melenceng dengan citra. Hal ini bisa

    dikarenakan:

    1. Kesalahan personal, salah membaca data pengukuran, salah mencatat, serta salah

    menghitung.

    2. Kesalahan alat, seperti tinggi jalon yang berubah, refraksi cahaya.

    3. Perambatan kesalahan dalam pengukuran KKH.

  • 38

    BAB VI

    PENUTUP

    6.1 Kesimpulan

    Hal-hal yang dapat disimpulkan dalam laporan kemah kerja ini adalah:

    1. Pengukuran jalan utama desa Jatijejer kecamatan Trawas ini dilakukan dengan panjang

    jalan 4,550 km dan menggunakan poligon terbuka terikat sempurna dengan 4 titik ikat yaitu

    JJ01, JJ02, BMJJ, dan JJ03.

    2. Titik detil yang diambil adalah bahu jalan, landmark, dan selokan.

    3. Long section dan cross section memiliki 90 STA dari seluruh total jalan.

    4. Kesalahan penutup sudut kerangka kontrol horizontal yang dihasilkan adalah -00355,58,

    sedangkan toleransinya 5n = 538 = 30,82207001, sehingga tidak masuk toleransi.

    5. Kesalahan linier relatif poligon adalah 0,015969, sedangkan toleransi kesalahannya 0,0002,

    sehingga tidak memenuhi toleransi.

    6. Toleransi pengukuran kerangka kontrol vertikal adalah 25,65703272 mm. Adapun

    kesalahan dari pengukuran kerangka kontrol vertikal adalah 3,30824 m, sehingga tidak

    memenuhi toleransi.

    7. Pengukuran dilaksanakan tepat empat hari sesuai dengan perencanaan yang dilakukan.

    6.2 Saran

    Saran-saran yang dapat diberikan dari pelaksanaan kemah kerja ini adalah sebagai berikut:

    1. Melakukan briefing sebelum terjun kelapangan untuk melakukan pengukuran.

    2. Pastikan bahwa tinggi jalon diukur dengan roll meter sebelum melakukan pengukuran.

    3. Jarak antar titik kerangka dasar diusahakan sama, agar sudut yang dibentuk juga seragam

    dan kesalahan penutup sudutnya menjadi kecil.

    4. Hindari nilai sudut dalam atau sudut luar yang mendekati 1800, agar tidak terjadi kesalahan

    dalam penentuan nilai sudut dalam atau sudut luar.

    5. Pastikan membawa patok cadangan saat pengukuran, untuk menanggulangi patok yang

    hilang saat pengukuran

  • 39

    DAFTAR PUSTAKA

    Basuki, S. 2006. Ilmu ukur Tanah. Gajah Mada University Press.

    Mira. 1988. Poligon. Bandung: Teknik Geodesi-FTSP-ITB

    Muda, Iskandar. 2008. Teknik Survei dan Pemetaan Jilid II.Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional

    Nurjati, Chatarina. 2004. Ilmu Ukur Tanah. Surabaya: Program Studi Teknik Geodesi ITS

    Pratomo,Guruh.2005. Diklat Teknis Pengukuran dan Pemetaan Kota. Surabaya: Institut Teknologi

    Sepuluh Nopember

    Purwaamjaya, Iskandar Muda. 2008. Teknik Survey dan Pemetaan. Jakarta: Direktorat Pembinaan

    Sekolah Menengah Kejuruan

    Salmani. 2011. Pengukuran Sipat Datar Memanjang. Dalam

    https://salmanisaleh.files.wordpress.com/2011/03/9-5-teorisipatdatar.pdf (diakses tanggal 5

    Februari 2015)

    Umaryono, P. 1986. Ilmu Ukur Tanah Seri C, Pemetaan Topografi. Jurusan Teknik Geodesi-FTSP-

    ITB