laporan ts.pdf
TRANSCRIPT
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keakuratan peta merupakan hal yang kian dibutuhkan dalam kehidupan kekinian. Salah
satu peta yang berguna bagi perencanaan suatu daerah adalah peta detil situasi dengan skala
yang besar. Untuk membuat peta detil situasi dengan skala dan keakuratan tinggi diperlukan
pengukuran dengan pekerjaan survei terestrial. Pekerjaan survei terestrial yang dilakukan
penulis berada di wilayah desa Jatijejer khususnya pada jalan utama. Jalan utama Jatijejer
memiliki jarak 4,550 km. Adanya jalan utama ini sangat penting untuk menunjang transportasi
dari desa Jatijejer maupun desa-desa sekitarnya untuk mengakses wilayah Pacet dan Trawas
juga wilayah di bawahnya. Karena pentingnya jalan tersebut maka diperlukan adanya peta yang
bisa merepresentasikan keadaan jalan tersebut sehingga bisa menjadi acuan dalam perencanaan
pemeliharaan jalan serta usaha perbaikan dan lain-lain. Hal-hal tersebut diatas yang
menyebabkan penulis melakukan pekerjaan survei terestrial di desa Jatijejer.
Pekerjaan survei terestial merupakan pekerjaan pengukuran yang dilakukan di permukaan
bumi untuk mengambil data ukuran jarak, arah, sudut dan ketinggian yang akan dijadikan dasar
pembuatan peta. Pengukuran sudut yang dilakukan dibagi menjadi dua yakni pengukuran sudut
vertikal dan sudut horizontal. Sudut horizontal merupakan sudut yang digunakan dalam
penentuan sudut arah dan azimuth yang diperlukan dalam pembuatan kerangka kontrol
horizontal. Kerangka kontrol horizontal digunakan untuk membuat dasar pemetaan yang berisi
posisi titik satu terhadap titik yang lain dalam suatu bidang datar secara horizontal. Sementara
itu sudut vertikal digunakan dalam pembuatan kerangka kontrol vertikal. Dalam pekerjaan
pengukuran jalan utama desa Jatijejer ini tentunya tidak terlepas dari kebutuhan peralatan
pengukuran itu sendiri disamping persiapan-persiapan teknis dan non teknis lainnya. Alat ukur
utama dalam pekerjaan pengukuran jalan utama desa Jatijejer adalah Total Station Gowin TKS
202. Pengukuran jalan utama desa Jatijejer ini dilakukan dengan perkiraan panjang jalan 4,550
km.
Hasil dalam pekerjaan survei terestrial yang dilakukan adalah peta detil situasi dari jalan
utama desa Jatijejer serta profil memanjang dan melintang dari jalan utama tersebut. Hasil
tersebut akan dikombinasikan dengan pengukuran GPS, Navigasi serta pekerjaan Toponimi
sehingga akan dihasilkan peta potensi dari desa Jatijejer.
1.2 Tujuan
Tujuan dari pekerjaan survei terestrial pada jalan utama desa Jatijejer adalah sebagai berikut:
1. Untuk mendapatkan koordinat titik detil situasi dan titik poligon pada jalan utama desa
Jatijejer
2. Untuk mendapatkan penampang melintang dan memanjang jalan utama desa Jatijejer
3. Belajar mengorganisir kegiatan survei dan pemetaan.
1.3 Manfaat
Manfaat dari pengukuran jalan utama desa Jatijejer adalah sebagai berikut:
1. Menghasilkan peta detil situasi jalan desa Jatijejer untuk desa Jatijejer sehingga bisa
dimanfaatkan sebagaimana mestinya
2. Mahasiswa menguasai teknik pemetaan jalan utama suatu desa
3. Mahasiswa menguasai cara pengorganisasian kegiatan pemetaan dan dapat bekerja sama
dalam tim serta dapat berkoordinasi dengan tim lain.
-
2
BAB II
MANAJEMEN PEKERJAAN
2.1 Waktu Pelaksanaan dan Volume Pekerjaan
2.1.1 Waktu Pelaksanaan dan Lokasi Pengukuran
Kemah Kerja 2015 ini dilaksanakan pada:
Hari : Minggu s/d Jumat
Tanggal : 18 s/d 23 Januari 2015
Lokasi : Desa Jatijejer, Kecamatan Trawas, Mojokerto
Gambar 2.1 Peta Desa Jatijejer
Adapun rincian waktu pelaksanaan pengukuran maupun saat pengolahan data adalah sebagai
berikut:
Tabel 2.1 Kegiatan Field Camp
Hari : Minggu, 18 Januari 2015
Pukul Kegiatan
06:00-06:30 kumpul di jurusan
06:30-08:30 Persiapan barang-barang dan peralatan
08:30-08.45 Pelepasan dari jurusan untuk mahasiswa 2012
08.45-11.00 Berangkat menuju Trawas
11:00-12.00 Sepatah kata dari jurusan untuk pihak desa
12:01-13:00 Ishoma
13:01-13:30 Persiapan di basecamp
-
3
2.1.2 Volume Pekerjaan
Volume pekerjaan dari Tim TS desa Jatijejer adalah:
Memasang BM dan survei lapangan untuk orientasi pengukuran
Pengukuran jalan utama Desa Jatijejer dengan panjang 4,550 km.
Perhitungan data hasil pengukuran, apakah memenuhi syarat dan masuk toleransi
Pengeplotan pada software AutoCad Land Desktop 2009
Pembuatan laporan pengukuran
Presentasi hasil pekerjaan
2.2 Lingkup Pekerjaan
Lingkup pekerjaan dari Tim TS desa Jatijejer antara lain:
Persiapan dan perencanaan pengukuran, meliputi:
- Pengadaan peta dasar dan peta kerja
- Peralatan dan personil
- Orientasi lapangan
13:31-17:00 Orientasi lapangan
17:00-19:00 Persiapan pribadi dan makan malam
19:01-22:00 Briefing untuk esok hari
22:00-04:00 Tidur
Hari : Senin-Kamis (19-22 Januari 2015)
Pukul Kegiatan
04:00-05:00 Ibadah
05:01-05:30 Olahraga Pagi
05:30-07:00 Mandi, sarapan, persiapan pribadi
07:01-12:00 Pengambilan data di lapangan
12:01-13:00 Ishoma
13:01-16:30 Pengambilan data di lapangan
16:31-17:00 Perjalanan ke basecamp
17:01-17:30 Pengecekan alat-alat survey
17:31-19:30 Ishoma
19:31-21:30 Pengolahan data lapangan
21:30-22:00 Evaluasi hasil hari itu dan breifing untuk hari esok
22:00-04:00 Tidur
Hari : Jumat, 23 Januari 2015
Pukul Kegiatan
04:00-05:00 Ibadah
05.00:-08:00 Mandi, sarapan, persiapan pribadi, bersih-bersih basecamp
08:01-10:00 Ucapan terimakasih jurusan pada warga desa
10:00-11:00 Persiapan berkemas untuk kembali (peralatan)
11:00-13:00 Ibadah
13:00-sampai Perjalanankembalike Surabaya
-
4
Pemasangan Bench Mark (BM) / patok poligon
Pengukuran kerangka control (KKH dan KKV), detil situasi, profil memanjang dan
melintang menggunakan Total Station
Pengolahan data hasil pengukuran detil dengan menggunakan software MicroSurveyCad
2002 dan perhitungan manual untuk kerangka kontrol
Pengeplotan hasil ukuran dengan menggunnakan Auto Cad Land Dekstop 2009
Pembuatan laporan pengukuran
Presentasi hasil dan melakukan koreksi apabila ada kesalahan ataupun perubahan
2.3 Tahap Pelaksanaan Pekerjaan
2.3.1 Diagram Alir Pelaksanaan Pekerjaan
Tahapan pelaksanaan pekerjaan Tim TS desa Jatijejer adalah sebagai berikut:
Gambar 2.2 Diagram Alir Tahapan Pekerjaan Secara Umum
2.3.2 Tahap Pelaksanaan Pengukuran
1. Tahap Pra Pengukuran
Hal-hal yang dilakukan adalah:
a) Administrasi
Administrasi yang dimaksud adalah pembahasan dokumen-dokumen yang berhubungan
dengan pekerjaaan pengukuran pada kemah kerja 2015.
b) Orientasi Medan
Orientasi medan atau orientasi lapangan ini dilakukan agar bisa menentukan langkah-
langkah dan keperluan yang akan dipersiapkan untuk selanjutnya.
c) Persiapan Personil
Kesiapan dari personil dalam pengukuran, mulai dari pemahaman akan pengukuran itu
sendiri, serta menyiapakan diri dari segi fisik, dikarenakan pekerjaan pengukuran di
lapangan akan menguras banyak energi
d) Pengadaan Peta Dasar dan Peta Kerja
Peta dasar dan peta kerja dan dijadikan salah satu acuan untuk perencanaan
pengukuran, sebagai sumber informasi mengenai objek yang diukur.
e) Peminjaman Alat
Sebelum dilakukannya pengukuran, harus menyiapkan surat peminjaman alat dan
menge-list alat-alat yang diperlukan untuk pengukuran.
Pra Pengukuran
Persiapan
Pengumpulan Data
Pengolahan Data
Analisis
Tahap Akhir
-
5
f) Pelatihan alat Total Station
Dikarenakan tidak semua menguasai alat yang akan dipakai, maka perlu dilakukan
pelatihan supaya setiap personil tau menggunakan instrument dan langkah-langkah
yang harus ditempuh selama pengukuran
2. Tahap Persiapan
Tahap persiapan merupakan perencanaan terkait kegiatan pengukuran dan pembuatan Time
Schedule ketika kemah kerja, serta membantu Tim GPS memasang BM dan survey
lapangan untuk orientasi pengukuran (perkiraan jumlah titik bantu yang dipakai) meliputi
pengukuran panjang jalan utama Desa Jatijejer dan memberi tanda pada jalan dengan pilox
setiap 50 m sebagai station dan titik BM sesuai yang direncanakan.
3. Tahap Pengumpulan Data
Tahap pengumpulan data didapat dengan cara pengukuran menggunakan Total Station tipe
TKS 202 8E0684. Data yang diuku rmeliputi sudut horizontal, sudut vertical, jarak vertical,
jarak miring, serta tinggi alat. (H, V, HD, VD, SD).
4. Pengolahan Data
Serangkaian kegiatan pengolahan data hasil pengukuran dengan menggunakan Microsoft
Excel untuk pengolahan data polygon dan MicroSurvey Cad untuk pengolahan data detil.
5. Analisis
Hasil pengolahan data kemudian dianalisa untuk melihat besarnya kesalahan dan koreksi,
sehingga diketahui apakah hasilnya masuk toleransi atau tidak.
6. TahapAkhir
Setelah data dianalisa dan hasilnya masuk toleransi, maka dibuatlah laporan akhir serta
membuat peta jalan utama desa, yang kemudian nantinya akan dipresentasikan.
2.4 Struktur Tim
Ketua : Mohammad Luay Murtadlo 3512100068
Anggota : Leni Septiningrum 3512100005
: Iva Nurwauziyah 3512100047
: Jainal Rabin Damanik 3512100066
: Hanif Khoirul Latif 3512100082
: Aldino Zakharia 3512100086
2.5 Tugas dan Tanggung Jawab Elemen dan Unit Tim
Tabel 2.2 Tugas Tim
No Nama Job Description
1 Mohammad Luay Murtadlo
(3511 100 068)
- Mengorganisir kerja anggota tim
- Mengevaluasi kinerja tim
- Melakukan pengukuran
- Mengolah data kerangka kontrol dan detil
- Presentasi
2 Leni Septiningrum
(3511 100 005)
- Melakukan pengukuran
- Merekap data pengukuran
- Mengolah data pengukuran kontrol
- Editing laporan
- Presentasi
3 Iva Nurwauziyah
(3511 100 047)
- Melakukan pengukuran
- Membuat sketsa gambar pengukuran
-
6
- Mengolah data kerangka kontrol
- Editing laporan
- Presentasi
4 Jainal Rabin Damanik
(3511 100 066)
- Melakukan pengukuran
- Mengolah data pengukuran kontrol
- Presentasi
5 Hanif Khoirul Latif
(3511 100 082)
- Melakukan pengukuran
- Mengolah data pengukuran kontrol
- Presentasi
6 Aldino Zakaria
(3511 100 086)
- Melakukan pengukuran
- Mengolah data pengukuram detil
- Presentasi
-
7
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Pemetaan Terestris
3.1.1 Pengertian Pemetaan Teresris
Pemetaan Terestris merupakan suatu kegiatan untuk memperoleh gambaran yang
menyeluruh dari bentuk-bentuk di permukaan bumi dengan jalan pengamatan dan pengukuran
serta menggambarkan hasil pengamatan dan pengukuran tersebut ke atas kertas gambar (bidang
datar).
3.1.2 Maksud Pemetaan Terestris
Pemetaan Terestris adalah bagian dari ilmu yang lebih luas yang dinamakan ilmu geodesi.
Pemetaan Terestris mempunyai dua maksud:
1. Maksud ilmiah, yaitu menentukan bentuk permukaan bumi termasuk survei astronomi,
penentuan titik triangulasi, dan gaya berat bumi.
2. Maksud praktis, yaitu membuat peta dari sebagian besar atau sebagian permukaan bumi.
3.2 Pemetaan
Pemetaan merupakan suatu pekerjaan pembuatan gambar keadaan permukaan bumi
melalui pengukuran-pengukuran geodesi pada titik-titik permukaan bumi yang telah ditentukan.
Gambar tersebut dikenal sebagai peta, yaitu gambar permukaan bumi pada suatu bidang datar
dengan skala dan ukuran tertentu. Pemetaan dapat dilakukan dengan dua cara, terestris dan
ekstraterestris. Pemetaan terestris merupakan pemetaan yang dilakukan dengan menggunakan
peralatan yang berpangkal di tanah. Sedangkan pemetaan ekstraterestris tidak berpangkal di
tanah tapi dilakukan dengan menggunakan bantuan wahana (pesawat terbang maupun satelit).
Prinsip dasar pemetaan adalah pengukuran sudut dan jarak untuk menentukan posisi dari
suatu titik. Jika dua sudut dan satu sisi dari sebuah segitiga diketahui, maka semua sudut dan
jarak dari segitiga tersebut dapat ditentukan. Dengan demikian, untuk mendapatkan koordinat
suatu titik dapat dilakukan dengan cara mengukur sudut dan jarak dari titik yang sudah
diketahui koordinatnya. Di dalam pemetaan, titik-titik di permukaan bumi dikelompokkan
menjadi dua kelompok besar yaitu kelompok titik kerangka dasar dan kelompok titik-titik detil
(Soetomo,2002).
3.3 Peta
Peta merupakan gambaran permukaan bumi pada bidang datar dengan skala tertentu
melalui suatu sistem proyeksi. Sebuah peta memuat informasi dan harus komunikatif bagi
pengguna. Peta bisa disajikan dalam berbagai cara yang berbeda, mulai dari peta konvensional
yang tercetak hingga peta digital yang tampil di layar komputer. Istilah peta berasal dari bahasa
Yunani, yaitu mappa yang berarti taplak atau kain penutup meja. Namun, secara umum
pengertian peta adalah lembaran seluruh atau sebagian permukaan bumi pada bidang datar yang
diperkecil dengan menggunakan skala tertentu. Sebuah peta adalah representasi dua dimensi
dari suatu ruang tiga dimensi. Ilmu yang mempelajari pembuatan peta disebut kartografi. Peta
mempunyai skala, yang menentukan seberapa besar objek pada peta dalam keadaan yang
sebenarnya. Dan kumpulan dari beberapa peta disebut atlas.
3.4 Survei Topografi
Survei Topografi merupakan suatu metode untuk menentukan posisi tanda-tanda
(features) buatan manusia maupun alamiah di atas permukaan tanah. Survei topografi juga
digunakan untuk menentukan konfigurasi medan (terrain). Kegunaan survei topografi adalah
-
8
untuk mengumpulkan data yang diperlukan untuk gambar peta topografi. Gambar peta dari
gabungan data akan membentuk suatu peta topografi. Sebuah topografi memperlihatkan
karakter vegetasi dengan memakai tanda-tanda yang sama seperti halnya jarak horizontal
diantara beberapa features dan elevasinya masing-masing di atas datum tertentu.
Objek dari topografi adalah mengenai posisi suatu bagian dan secara umum menunjuk
pada koordinat secara horizonal seperti garis lintang dan garis bujur, dan juga secara vertikal
yaitu ketinggian. Mengidentifikasi jenis lahan juga termasuk bagian dari objek studi ini. Studi
topografi dilakukan dengan berbagai alasan, diantaranya:
1. Perencanaan militer dan eksplorasi geologi
2. Kebutuhan konstruksi sipil
3. Pekerjaan umum
4. Proyek reklamasi membutuhkan studi topografi yang lebih detil
3.5 Pengukuran Jarak
Pengukuran jarak adalah basis seluruh pengukuran tanah. Walaupun sudut-sudut dapat
dibaca seksama dengan peralatan rumit, paling sedikit ada sebuah garis harus diukur
panjangnya untuk melengkapi sudut-sudut dalam penentuan lokasi titik-titik. (Chatarina,2004)
Dalam pengukuran tanah datar jarak antara dua titik berarti jarak horisontal. Jika kedua
titik berbeda elevasinya, jaraknya adalah panjang garis horisontal antara garis unting-unting di
kedua titik itu.
Secara umum jarak dapat dibagi dua yaitu:
1. Jarak Horisontal (Hd), merupakan panjang garis antara dua titik (AB) terlatak pada bidang
proyeksi.
2. Jarak miring (Sd), apabila panjang garis antara dua titik (AB) terletak tidak pada bidang
datar.
Pengukuran jarak dalam pemetaan dapat dilakukan dengan beberapa cara diantaranya
adalah: pengukuran jarak dengan menggunakan pita ukur, dengan cara optis, dengan cara
elektronis (DEM), dengan metode tachimetri (stadia), dll.
3.6 Kerangka Kontrol Horizontal
Kerangka Kontrol Horizontal atau KKH merupakan kerangka dasar pemetaan yang
memperlihatkan posisi titik satu terhadap yang lainnya di atas permukaan bumi pada bidang
datar secara horizontal (Nurjati, 2004).
Kerangka Kontrol Horizontal merupakan posisi dua dimensi dari suatu objek di
permukaan Bumi dan diproyeksikan pada bidang datar. Titik tersebut berupa koordinat pada
bidang datar (X,Y) dalam sistem proyeksi tertentu, dan dalam satu sistem koordinat tertentu.
Sistem koordinat yang dimaksud disini adalah sistem koordinat kartesian bidang datar
(Mansur,2004).
Untuk mendapatkan KKH ada beberapa cara yaitu: poligon, triangulasi, trilaterasi,
triangulaterasi.
3.7 Poligon
Poligon adalah serangkaian garis berurutan yang panjang dan arahnya telah ditentukan
dari pengukuran lapangan. Pengukuran poligon merupakan pekerjaan menetapkan stasiun
poligon dan membuat pengukuran yang perlu. Poligon adalah salah satu cara paling dasar dan
paling banyak dilakukan untuk menentukan letak nisbi titik-titik (Nurjati,2004).
Metode poligon adalah suatu cara penentuan posisi horizontal banyak titik dimana titik
satu dan lainnya dihubungkan satu sama lain dengan pengukuran sudut dan jarak sehingga
membentuk rangkaian titik-titik (poligon). Pada penentuan posisi horizontal dengan metode ini,
-
9
posisi titik yang belum diketahui koordinatnya ditetukan dari titik yang sudah diketahui
koordinatnya dengan mengukur semua jarak dan sudut dalam poligon.
Poligon dapat dibedakan berdasarkan dari bentuk dan titik ikatnya. Berdasarkan
bentuknya poligon dapat dibagi menjdi 3 macam, yaitu:
1. Poligon Terbuka
2. Poligon Tertutup
3. Poligon Bercabang
Poligon menurut titik ikatnya, antara lain:
1. Poligon Terikat Sempurna
2. Poligon Terikat Tidak Sempurna
3. Poligon Tidak Terikat/Bebas
3.7.1 Poligon Terbuka
Poligon terbuka adalah suatu poligon yang titik awal dan titik akhirnya merupakan titik
yang berlainan artinya kedua titik itu tidak bertemu pada suatu tempat. (Nurjati, 2004)
Gambar 3.1 Poligon Terbuka (Nurjati, 2004)
3.7.2 Poligon Tertutup
Poligon tertutup adalah suatu polygon yang titik awal dan titik akhirnya bertemu pada
suatu tempat (titik) yang sama. Pada poligon ini, walaupun tanpa ikatan sama sekali koreksi
sudut dan koreksi koordinatnya, tetap dapat dilakukan mengingat titik awal dan titik akhir
berada pada titik yang sama (Nurjati, 2004).
Gambar 3.2. Poligon Tertutup (Purwaamijaya, 2008)
3.7.3 Poligon Bercabang
Poligon ini adalah suatu poligon yang dapat mempunyai simpul satu atau lebih dari titik
simpul, yaitu titik dimana cabang itu terjadi. Cabang ini biasanya terbuka, tetapi bisa juga
cabang ini tetutup pada cabang lain (Nurjati 2004).
-
10
Gambar 3.3. Poligon Bercabang (Purwaamijaya, 2008)
3.7.4 Poligon Terikat Sempurna
Poligon ini dapat terjadi pada poligon tertutup ataupun poligon terbuka. Suatu titik
dikatakan sempurna sebagai titik ikat apabila diketahui koordinat dan jurusannya minimum 2
buah titik ikat dan tingkatnya berada di atas titik yang akan dihasilkan.
Poligon tertutup terikat sempurna yang terikat oleh azimuth dan koordinat.
Poligon terbuka terikat sempurna yang masing-masing ujungnya terikat azimuth dan koordinat (Nurjati, 2004)
3.7.5 Poligon Terikat Tidak Sempurna
Suatu poligon yang terikat tidak sempurna dapat terjadi pada poligon tertutup ataupun
poligon terbuka, dikatakan titik ikat tidak sempurna apabila titik ikat tersebut diketahui
koordinatnya atau hanya sudut jurusannya. Polgon terikat tidak sempurna:
Polygon terbuka yang salah satu ujungnya terikat oleh azimuth saja, sedangkan ujung yang
lain tidak terikat sama sekali.
Poligon terbuka yang salah satu ujungnya terikat oleh koordinat saja, sedangkan ujung
yang lain tidak terikat sama sekali.
Poligon terbuka yang salah satu ujungnya terikat oleh azimuth dan koordinat, sedangkan
ujung yang lain tidak terikatsama sekali.
Poligon terbuka yang kedua ujungnya terikat oleh azimuth, sedangkan koordinat titik-
titiknya adalah koordinat local (Nurjati, 2004)
3.7.6 Poligon Tidak Terikat/Bebas
Poligon tertutup tidak terikat sempurna yang terikat pada koordinat atau azimuth saja.
Poligon tidak terikat/bebas:
Poligon terbuka yang salah satu ujungnya terikat oleh azimuth saja, sedangkan ujung yang
lain tidak terikat sama sekali.
Poligon semacam ini dapat dihitung dari azimuth awal dan yang diketahui dan sudut-sudut
-
11
poligon yang diukur, sedangkan koordinat dari masing-masing titiknya masih lokal.
Poligon terbuka yang salah satu ujungnya terikat oleh koordinat saja, sedangkan ujung yang
lain tidak terikat sama sekali. Poligon semacam ini dapat dihitung dengan cara memisalkan
azimuth awal sehingga masing-masing azimuth sisi poligon dapat dihitung, sedangkan
koordinat masing-masing titik dihitung berdasrkan koordinat yang diketahui. Oleh karena
itu, pada poligon bentuk ini koordinat yang dianggap betul hanyalah pada koordinat titik
yang diketahui (awal) sehingga poligon ini tidak ada orientasinya.
Poligon terbuka yang salah satu ujungnya terikat oleh azimuth dan koordinat, sedangkan
ujung yang lain tidak terikat. Poligon jenis ini dapat dikatakan satu titik terikat secara
sempurna namun belum terkoreksi secara sempurna baik koreksi sudut maupun koreksi
koordinat, tetapi sistim koordinatnya sudah benar.
Poligon terbuka yang salah satu ujungnya terikat oleh azimuth. Pada poligon jenis ini ada
koreksi azimuth, sedangkan koordinat titik-titik poligon adalah koordinat lokal.
Poligon terbuka yang kedua ujungnya terikat oleh koordinat. Jenis polgon ini tidak ada
koreksi sudut tetapi ada koreksi koordinat.
Poligon terbuka yang salah satu ujungnya terikat oleh koordinat, sedangkan ujung yang lain
terikat azimuth. Pada poligon ini tidak ada koreksi sudut dan koreksi koordinat.
Poligon terbuka yang salah satu ujungnya terikat oleh azimuth dan koordina saja, sedangkan
ujung yang lain terikat koordinat. Jenis poligon ini tidak ada koreksi sudut tetapi ada koreksi
koordinat.
Poligon terbuka yang kedua ujungnya terikat oleh azimuth dan koordinat, sedangkan ujung
yang lain tidak terikat azimuth. Poligon ini ada koreksi sudut tetapi tidak ada koreksi
koordinat.
Poligon terbuka yang kedua ujungnya terikat oleh azimuth dan koordinat, sedangkan ujung
yang lain tidak terikat azimuth. Jenis poligon ini ada koreksi sudut tetapi tidak ada koreksi
koordinat (Nurjati, 2004)
3.8 Perhitungan Poligon
Gambar 3.4 Perhitungan Sudut Jurusan (Nurjati, 2004)
Pada gambar di atas, untuk mendapatkan koordinat 1, 2, 3 dan 4 maka diadakan pengukuran
sudut (1, 2, 3, 4) dan pengukuran jarak (dB1, d12, d23, d34, d4C) (Nurjati, 2004).
Prinsip hitungan poligon secara umum dapat diformulasikan dengan persamaan sebagai berikut:
XB = XA+ dAB Sin AB
YB = YA+ dAB Cos AB
-
12
Dimana,
XB = absis yang dicari
YB = ordinat yang dicari
XA = absis yang diketahui
YA = ordinat yangdiketahui
dAB = jarak antara titik yang diketahui dan dicari
AB = azimuth antara titik yang diketahui dan dicari
Langkah langkah perhitungannya adalah sebagai berikut:
3.8.1 Menghitung Jarak
2
AB
2
ABAB )Y(Y)X(Xd
3.8.2 Menghitung Sudut Jurusan
AY
BY
AX
BX
tan arcAB
Untuk rumus di atas digunakan apabila koordinatnya diketahui. Biasanya untuk menentukan
nilai azimuth awal dan akhir berdasarkan titik ikat yang telah diketahui. Dalam perhitungan
azimuth, harus diperhatikan letak kuadrannya (Nurjati, 2004), yaitu:
Tabel 3.1 Kuadran Azimuth
Kuadran Azimuth A
(XA,YA)
B
(XB,YB) Azimuth
I
AY
BY
AX
BX
tan arcAB
+ +
II + -
III - -
IV - +
3.8.3 Syarat Penutup Sudut
Rumus berikut adalah rumus syarat penutup sudut pada poligon tertutup dan terbuka.
(Geodesi-ITB, 2004)
Poligon terbuka
)180(1
nn
i
iAWALAKHIR
Dimana adalah azimuth, adalah sudut dan n adalah bilangan bulat
Poligon tertutup
0 awalakhir
0)1802(1
nn
i
i
Dimana, = azimuth dan n adalah bilangan bulat.
n = (n-2), untuk sudut dalam
n = (n+2), untuk sudut luar
3.8.4 Syarat Absis
Rumus berikut adalah rumus syarat absis pada poligon tertutup dan terbuka. (Geodesi-ITB,
2004).
-
13
Poligon terbuka
ijij
i
ijawalakhir dXX sin1
1
Poligon tertutup
0 awalakhir XX
0sin1
1
ij
ij
i
ijd
3.8.5 Syarat Ordinat
Rumus berikut adalah rumus syarat ordinat pada poligon tertutup dan terbuka. (Geodesi-ITB,
2004)
Poligon Terbuka
ijij
i
ijawalakhir dYY cos1
1
Poligon Tertutup
0 awalakhir YY
0cos1
1
ij
ij
i
ijd
3.8.6 Kesalahan Penutup Sudut
Rumus berikut adalah rumus kesalahan penutup sudut pada poligon tertutup dan terbuka.
(Geodesi-ITB, 2004)
Poligon terbuka
)())180((1
awalakhir
n
i
i nf
f = kesalahan penutup sudut
= sudut
= azimuth
n adalah bilangan bulat.
Poligon tertutup
0 awalakhir
)1802(1
nfn
i
i
f = kesalahan penutup sudut
= sudut
n = (n-2), untuk sudut dalam
n = (n+2), untuk sudut luar
n adalah bilangan bulat
3.8.7 Kesalahan Absis
Rumus berikut adalah rumus kesalahan absis pada poligon tertutup dan terbuka. (Geodesi-ITB,
2004)
Poligon terbuka
ij
ij
i
ijawalakhirx dXXf sin)(1
1
-
14
Poligon tertutup
0 awalakhir XX
ij
ij
i
ijx df sin1
1
3.8.8 Kesalahan Ordinat
Rumus berikut adalah rumus kesalahan ordinat pada poligon tertutup dan terbuka. (Geodesi-
ITB, 2004)
Poligon terbuka
ij
ij
i
ijawalakhiry dYYf cos)(1
1
Poligon tertutup
0 awalakhir YY
ij
ij
i
ijy df cos1
1
3.8.9 Koreksi Penutup Sudut
Koreksi = - Kesalahan
ff '
Koreksi tiap sudut
n
fi
''
Koreksi diberikan pada setiap sudut, yaitu dengan cara distribusi. Pemberian koreksi didasarkan
pada urutan ketentuan sebagai berikut:
sudut mendekati 90
jarak terpendek
membagi rata ke semua sudut.
3.8.10 Koreksi Absis
xx ff '
Rumus berikut adalah rumus koreksi absis pada poligon tertutup dan terbuka. (Geodesi-ITB,
2004). Koreksi absis tiap titik:
xi = '1
1
xij
i
ij
ijf
d
d
3.8.11 Koreksi Ordinat
yy ff '
Rumus berikut adalah rumus koreksi ordinat pada poligon tertutup dan terbuka. (Geodesi-ITB,
2004)
Koreksi ordinat tiap titik
yi = '1
1
yij
i
ij
ijf
d
d
-
15
fy fx
fL A
B
C
D
E
F
A
Gambar 3.6 Kesalahan linear jarak ukur
3.8.12 Selisih Absis dan Ordinat yang Telah Dikoreksi
Xi = 11.1. sin iiiii xd
Yi = 11.1. cos iiiii yd
3.8.13 Hitungan Koordinat Titik
iii XXX 1
iii YYY 1
Gambar 3.5 Koordinat Titik
3.8.14 Toleransi
Salah Linear
Kesalahan Linear Relatif
toleransi jarak linier
Keterangan rumus :
i = sudut titik i
ij = sudut jurusan titik i terhadap j
f = salah penutup sudut
);( AA YXA
1Y
1X);( AA YXA
);(1 11 YX
AI
Y
Utara
d
X
1
1
22 )(
ij
i
ij
yx
LR
d
fff
)( 22 yxL ffF
-
16
'
f = koreksi sudut
fx = kesalahan absis '
xf = koreksi absis
fy = kesalahan ordinat '
yf = koreksi ordinat
dij = jarak antar titik
x = koreksi absis di titik i
y = koreksi ordinat di titik i
X = selisih absis yang terkoreksi
Y = selisih ordinat yang terkoreksi
i = 1,2,3,.....dst (titik)
n = jumlah titik
3.9 Kerangka Kontrol Vertikal
Kerangka kontrol vertikal atau KKV adalah kerangka dasar pemetaan yang
memperlihatkan beda tinggi (perbedaan vertical atau jarak tegak dari suatu bidang referansi
yang telah ditentukan terhadap suatu titik sepanjang garis vertikalnya) suatu titik terhadap
titik lainnya yang telah diketahui ketinggiannya di atas permukaan bumi secara vertical
(Nurjati, 2004).
Beda tinggi adalah perbedaan vertikal atau jarak dari suatu bidang referensi yang telah
ditentukan terhadap suatu titik sepanjang garis vertikalnya. Biasanya muka air laut rata-rata
(MSL) ditentukan sebagai bidang referensinya. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan
alat sipat datar (waterpass). Alat didirikan pada suatu titik yang diarahkan pada dua buah rambu
yang berdiri vertikal. Maka, beda tinggi dapat dicari dengan melakukan pengurangan antara
bacaan muka dan bacaan belakang. Pengukuran Kerangka Kontrol Vertikal bertujuan
menentukan beda tinggi antara titik-titik di atas permukaan bumi. Metode sipat datar digunakan
untuk menentukan ketinggian titik-titik kerangka dasar pemetaan pada pekerjaan rekayasa
(Basuki, 2006).
Gambar 3.7 Bidang Referensi Ketinggian (Basuki, 2006)
3.10 Pengukuran Beda Tinggi dengan Cara Trigonometris
Secara fisik alat ukur Total Station merupakan perpaduan antara alat ukur jarak dan sudut
elektronik yang dilengkapi dengan sistem memori dan mikro komputer untuk melakukan
hitungan-hitungan sederhana. Dengan menggunakan Total Station, maka kesalahan terutama
yang bersumber dari faktor manusia dapat diminimalkan bahkan dihilangkan seperti kesalahan
penafsiran bacaan, pencatatan data, dan kesalahan hitungan. Disamping itu penggunaan alat
-
17
Total Station membutuhkan waktu pengukuran yang lebih cepat dibanding dengan Theodolit
yang pada akhirnya dapat menghemat biaya pengukuran.
Beberapa data ukuran yang bisa diperoleh dengan menggunakan Total Station
diantaranya adalah jarak datar, jarak miring, beda tinggi, bahkan koordinat suatu titik. Beda
tinggi yang diperoleh dengan pengukuran menggunakan Total Station menggunakan prinsip
metode trigonometris yaitu salah satu metode penentuan beda tinggi yang didasarkan pada hasil
ukuran sudut vertikal dan jarak antara dua titik yang akan ditentukan beda tingginya. Prinsip
pengukuran beda tinggi dengan metode trigonometris dapat dilihat pada gambar berikut.
(Basuki, 2006).
Gambar 3.8 Prinsip Pengukuran Beda Tinggi Metode Trigonometris (Basuki, 2006)
Gambar 3.9 Desain Jarak Untuk Pengukuran Dengan Total Station (Basuki, 2006)
Berdasarkan gambar 3.8, maka beda tinggi antara titk A dan B (hAB) dapat diperoleh dengan
persamaan-persamaan berikut :
VD = S sin h = D tan h
HB = HA + hAB = HA + ta + VD tr
Dimana,
HA = tinggi titik A
Ta = tinggi alat
HB = tinggi titik B
tr = tinggi reflektor
hAB = beda tinggi antara titik A dan B
S = jarak miring
h = sudut vertikal (helling)
D = jarak datar
3.11 Detil Situasi
Detil situasi adalah obyek suatu pengukuran pada suatu daerah atau wilayah ukur yang
mencakup penyajian dalam dimensi horizontal maupun vertikalnya secara bersamaan sebagai
wakil gambaran fisik bumi yang diukur (Basuki, 2006).
-
18
3.12 Pengukuran Detil Situasi
Pengukuran situasi adalah kegiatan pengumpulan data permukaan bumi dan segala
sesuatu yang ada di atasnya baik alami maupun buatan manusia (sungai, bangunan, jembatan,
saluran air, sawah dll).
Pemetaan situasi adalah penggambaran unsurunsur yang ada dipermukaan bumi di atas
suatu bidang datar dengan skala tertentu yang disebut peta. Titik-titik detil adalah titiktitik
yang ada di lapangan antara lain yaitu titik pojok bangunan, batasan tanah, titik sepanjang
pinggiran jalan serta titik-titik lain yang letak dan kerapatannya ditentukan untuk
menggambarkan bentuk permukaan tanah. Beberapa metode dalam pengukuran titiktitik detil
yang dapat dilakukan, diantaranya adalah: Metode Tachimetri, Metode Offset dan Metode
Grafis. Data geometris yang diukur dapat dibagi dalam dua macam data, yaitu:
Data planimetris yang dapat dibagi lagi menjadi jarak mendatar dan sudut mendatar
Data tinggi (Umaryono, 1986).
3.13 Metode Tachimetry
Pengukuran cara ini merupakan cara yang paling banyak digunakan dalam praktek,
terutama untuk pemetaan daerah yang luas dan untuk detil-detil yang bentuknya tidak beraturan.
Dengan cara inipun bentuk permukaan tanah dapat dengan mudah dipetakan. Untuk dapat
memetakan dengan cara ini diperlukan alat yang dapat mengukur arah dan sekaligus jarak. Oleh
karena itu, alat ukur utama yang digunakan adalah Total Station dan jalon.
Pada alat-alat tersebut arah-arah garis di lapangan, jarak, sudut tegak, sudut horisontal,
jarak mendatar dan jarak vertikal dapat dikur secara otomatis saat membidik titik, melalui
refleksi prisma yang berada di atas jalon. Tergantung jaraknya, dengan cara ini, titik-titik detil
dapat diukur dari titik kerangka dasar atau dari titik bantu yang diikatkan pada titik kerangka
dasar. Besaran-besaran yang diukurnya adalah: azimuth (magnit), jarak (optis) dan sudut tegak.
Dengan besaran-besaran tersebut posisi mendatar dan ketinggian titik-titik detil dapat dihitung.
Untuk lebih jelasnya, perhatikan gambar dibawah ini.
Titik detil 1 dan 2 diukur dari titik kerangka dasar A, besaran yang diukur adalah:
azimuth 1 dan 2, jarak d1 dan d2, serta sudut tegak ke titik-titik detil. Dari besaran-besaran
ukuran tersebut posisi mendatar dan ketinggian titik A telah diketahui. Titik-titik detil 3 dan 4
diukur dari titik bantu H yang diikatkan pada titik kerangka dasar B. Besaran- besaran yang
diukur adalah B, dB, 3, d3, 4, d4 serta sudut-sudut tegaknya. Karena titik H diikatkan ke
titik Kerangka dasar B, maka posisi dan ketinggian H dapat ditentukan. Selanjutnya dari titik
H, posisi mendatar dan ketinggian titik-titik detil dapat ditentukan.
c d b
a
e
f
g
h
i
j m n
k l
K1
K3
K5
K
2
K4
K6
H5
H4 H3 H2 H1
Gambar 3.10 Cara Tachimetri (Umaryono, 1986)
-
19
Mengingat akan banyaknya titik-titik detil yang diukur, serta terbatasnya kemampuan
jarak yang dapat diukur dengan alat-alat tesebut di atas, maka akan diperlukan banyak titik
bantu. Mengingat pula jarak-jarak antara titik kerangka dasar umumnya panjang-panjang, maka
dalam praktek, titik-titik bantu tersebut diukur sambung menyambung sehingga membentuk
suatu poligon, yang disebut poligon kompas. Untuk mengontrol pengukurannya, poligon
kompas perlu dimulai dari titik kerangka dasar dan berakhir pada titik kerangka dasar lagi
(Umaryono, 1986).
3.14 Profil Memanjang dan Melintang
Sipat datar profil bertujuan untuk menentukan bentuk permukaan tanah atau tinggi
rendahnya permukaan tanah sepanjang jalur pengukuran, baik secara memanjang maupun
melintang (Nurjati, 2004).
Pengukuran profil dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran tinggi rendahnya
permukaan tanah sepanjang jalur pengukuran, yaitu dengan mengukur ketinggian dari masing-
masing titik. Hasil pengukuran ini merupakan informasi untuk perencanaan jalan raya, jalan
kereta api, irigasi, jalur pipa dan lain-lain seperti dalam:
1. Menentukan gradient yang cocok untuk pekerjaan konstruksi
2. Menghitung volume pekerjaan
3. Menghitung volume galian dan timbunan yang disiapkan
Pengukuran sipat datar profil dibagi menjadi dua pekerjaan yaitu sipat datar profil
memanjang dan sipat datar profil melintang, sedangkan tahap penggambaran biasanya
dilakukan penggambaran situasi sepanjang jalur pengukuran sipat datar profil memanjang
maupun melintang dengan skala yang berbeda agar kondisi tanah secara vertikal akan lebih
jelas terlihat (Nurjati, 2004).
3.14.1 Profil Memanjang
Gambar 3.11 Pengukuran Sipat Datar Profil Memanjang (Salamani, 2011)
Pelaksanaan pengukuran sipat datar profil memanjang tidak jauh berbeda dengan sipat datar
memanjang, yaitu melalui jalur pengukuran yang nantinya merupakan titik ikat bagi sipat datar
profil melintangnya, sehingga mempunyai ketentuan sebagai berikut:
a. Pengukuran harus dilakukan sepanjang garis tengah (as) jalur pengukuran dan dilakukan
pengukuran pada setiap perubahan yang terdapat pada permukaan tanah
b. Data ukuran jarak dengan pita ukur dan dicek dengan jarak optis (Nurjati, 2004)
-
20
3.14.2 Profil Melintang
Gambar 3.12 Pengukuran Sipat Datar Profil Melintang (Salmani, 2011)
Pelaksanaan pengukuran sipat datar profil melintang dilakukan setelah pengukuran sipat datar
profil memanjang, jarak antar potongan melintang dibuat sama. Sedangkan pengukuran ke arah
samping kiri dan kanan as jalur memanjang, lebarnya dapat ditentukan sesuai perencanaan
dengan pita ukur. Misalnya pada jalan raya, potongan melintang dibuat dari tepi yang satu ke
tepi yang lain. Arah potongan melintang tegak lurus dengan as, kecuali pada titik tikungan
maka potongan diusahakan membagi sudut tersebut sama besar atau bila perlu dibuatkan dua
buah potongan melintang yang masing-masing tegak lurus pada arah datang dan arah belokan
selanjutnya (Nurjati, 2004)
3.15 Total Station
Total Station merupakan teknologi alat yang menggabungkan secara elektornik antara
teknologi theodolite dengan teknologi EDM (Electronic Distance Measurement). EDM
merupakan alat ukur jarak elektronik yang menggunakan gelombang elektromagnetik sinar
infra merah sebagai gelombang pembawa sinyal pengukuran dan dibantu dengan sebuah
reflektor berupa prisma sebagai target (alat pemantul sinar infra merah agar kembali ke EDM)
(Basuki,2006)
3.15.1 Bagian-bagian Total Station
Gambar 3.13 Bagian-bagian Total Station (Basuki, 2006)
-
21
3.15.2 Bagian Total Station dari Depan
Gambar 3.14 Bagian Total Station dari Depan (Basuki, 2006)
3.15.3 Bagian Total Station dari Belakang
Gambar 3.15 Bagian Total Station dari Belakang (Basuki, 2006)
3.15.4 Cara Kerja Total Station
Total station merupakan perangkat elektronik yang dilengkapi piringan horizontal,
piringan vertikal dan komponen pengukur jarak. Dari ketiga data primer ini (sudut horizontal,
sudut vertikal dan jarak) bisa didapatkan nilai koordinat X, Y, Z serta beda tinggi. Data
direkam dalam memory dan selanjutnya bisa ditransfer ke komputer untuk diolah menjadi data
spasial.
3.16 Prosedur Pengukuran KKH, KKV, Detil Situasi, Profil Memanjang dan Melintang serta
Prosedur Penggunaan Total Station
3.16.1 Prosedur Pengukuran KKH
Prosedur pengukuran Kerangka Kontrol Horizontal adalah sebagai berikut:
1. Memasang alat Total Staion pada titik awal dan melakukan centering dan levelling.
2. Ukur tinggi alat dan tinggi reflektor
-
22
3. Posisi teropong biasa arahkan alat pada titik sebelumnya (titik tetap, bila ada), kemudian
tekan 0 set dan kemudian arahkan pada titik selanjutnya alat berdiri, tekan FS/SS, kemudian
catat sudut horizontal, HD (Horizontal Distance), VD (Vertical Distance). Pada saat
menentukan 0 set dan FS, tembak masing-masing titik sebanyak 3 kali untuk membedakan
titik 0 set/FS (Foresight) dengan detil.
4. Kemudian pindahkan alat Total Station ke titik berikutnya, lakukan langkah-langkah seperti
di atas sampai titik terakhir apabila poligon terbuka dan pada titik awal apabila poligon
tertutup (Nurjati, 2004)
3.16.2 Prosedur Pengukuran KKV
Prosedur pengukuran Kerangka Kontrol Vertikal adalah sebagai berikut:
1. Letakkan alat Total Station pada titik awal, lakukan centering dan levelling alat terlebih
dahulu.
2. Ukur tinggi alat dan tinggi reflektor
3. Sama seperti KKH, arahkan 0 set ke titik alat berdiri sebelumnya, kemudian arahkan FS
(Foresight) ke titik alat akan berdiri selanjutnya, kemudian catat VD antar titik
4. Kemudian lakukan langkah yang sama pada titik berikutnya hingga sampai pada titik akhir
poligon (Nurjati, 2004)
3.16.3 Prosedur Pengukuran Detil Situasi
Prosedur pengukuran Detil Situasi yaitu:
1. Dirikan alat di titik yang diinginkan
2. Lakukan centering dan levelling
3. Ukur tinggi alat di atas patok
4. Ukur tinggi Prisma/Jalon/Tribach yang akan digunkan saat foresight dan Backsight
5. Ukur tinggi patok
6. Dirikan Jalon di atas titik relief yang akan dibidik
7. Nyalakan alat, lebih dahulu mencari titik 0 set lalu tembak jalon tepat pada prisma
8. Record data
9. Pindhkan Jalon ke titik lain dan lakukan hal yang sama
10. Pindahkan alat ke tempat lain untuk menembak titik detil/relief lain yang tidak
memungkinkan untuk ditembak pada posisi sebelumnya (Nurjati, 2004)
3.16.4 Prosedur Pengukuran Profil Memanjang dan Melintang
Prosedur Pengukuran Profil Memanjang
1. Tempatkan alat Total Station di atas patok (misal titik A)
2. Lakukan centering dan levelling, sehingga alat tepat di atas titik A
3. Ukur tinggi patok dan tinggi alat di atas patok
4. Bidik centerline jalan setiap section long (misalnya 0+100)
5. Lakukan hal yang sama (1-4) pada setiap relief. Lakukan hal yang sama pada seksi yang
lain (Nurjati, 2004)
Prosedur Pengukuran Profil Melintang
1. Tempatkan alat Total Station di atas titik (misalkan titik A)
2. Lakukan centering dan levelling
3. Ukur tinggi patok dan tinggi alat di atas patok
4. Record hasil tembakan dari titik cross, dengan batasan 15 meter dari kiri dan kanan jalan
5. Lakukan hal yang sama pada titik lainnya sebagai titik relief.
6. Lakukan juga untuk point setiap potongan melintang (Nurjati, 2004)
-
23
3.16.5 Prosedur Penggunaan Total Station
Prosedur penggunaan Total Station yaitu:
1. Tempatkan alat di atas titik yang ditentukan
2. Lakukan centering optis
3. Lakukan levelling (mengatur nivo kotak dan nivo tabung)
4. Atur posisi instrumen di atas patok misalnya titik 2, acuan (Backsight) di titik 1 dan posisi
instrumen selanjutnya (titik poligon) di titik 3
5. Hidupkan instrumen dengan menekan tombol ON
6. Memulai pengukuran masuk ke mode DATA COLLECT
7. Masukkan informasi tempat berdirinya instrumen, tekan tombol [F1] OCC.ST#INPUT
8. Masukkan informasi titik acuan (Backsight) dengan menekan [F2][BACKSIGHT]
9. Memasukkan informasi titik berdiri instrumen selanjutnya (Foresight) atau titik detil (Side
Shot), tekan [F3][FS/SS]
10. Ukur titik Foresight atau Side Shot dengan menekan tombol [F3][MEAS]
3.17 AutoCad
AutoCAD LandDekstop 2009 merupakan suatu program grafik dalam penanganan
gambar-gambar teknik yang berbasis vektor. Selain akurasinya, juga keanekaragaman menu
yang fleksibel.
Dengan software AutoCad LandDekstop 2009 ini pekerjaan-pekerjaan digitasi peta,
merapikan dan memasukkan data menjadi sangat mudah. Pekerjaan-pekerjaan itu antara lain :
1. Membuat tabel data objek.
2. Menentukan dan menghimpun data yang diinginkan.
3. Menampilkan data-data objek.
-
24
AutoCad LandDekstop 2009 juga dapat digunakan untuk mendigitasi selembar peta dan
membuat file digital yang cukup teliti. Dalam mendigitasi peta, selain membuat objek-objek
baru, juga memasukkan data objek.
AutoCad memiliki banyak perintah penggambaran. Adapun perintah-perintah yang sering
digunakan adantara lain :
1. Menggambar garis (Line/Polyline)
2. Menyambung garis secara presisi dengan object snap (Osnap)
3. Menggambar Lingkaran (Circle)
4. Membuat Elips (Ellipse)
5. Membuat garis lengkung/ kurva (Arc)
6. Membuat titik (Point)
7. Mengarsir bidang (Hatch)
8. Menulis teks (Text)
Software ini dapat mendefinisikan sistem koordinat sesuai keperluan, yang hasilnya tetap
dapat dibaca oleh sistem autodesk lain. Sarana penunjang bagi pemakai yaitu di situs Autodesk
LandDekstop 2009 Support. Sistem koordinat tersebut tidak mempunyai satuan (unit) tertentu,
tetapi pengguna dapat menterjemahkan satuannya menurut keperluan masing-masing.
3.18 MicrosurveyCad
MicrosurveyCad adalah Survei Desktop yang lengkap dengan desain program yang
dibuat untuk surveyor, kontraktor dan insinyur.
MicrosurveyCad telah digunakan oleh surveyor di seluruh dunia untuk menyelesaikan
infrastruktur dan desain proyek. MicroSurvey telah membangun perangkat lunak untuk industri
survei selama lebih dari 20 tahun dan dengan semua pengalaman ini, telah tersedia paket Survey
Cad yang terbaik saat ini.
Karena tidak semua orang membutuhkan paket full-fitur, maka terdapat 4 pilihan yang
berbeda. Dasar versi survei yang dimiliki adalah inti alat komputasi dan alat CAD untuk
menyusun rencana. Versi Standar memiliki semua fitur dasar, ditambah dengan mesin CAD
penuh. Versi Premium, yang memiliki segala yang diharapkan dalam paket software survei
termasuk kemampuan desain yang canggih. Kemudian versi yang paling lengkap adalah versi
Ultimate yang memiliki semua fitur yang diaktifkan, termasuk alat-alat pengolahan titik awan.
-
25
BAB IV
METODOLOGI PEKERJAAN
4.1 Alat dan Bahan
4.1.1 Alat
Peralatan yang dipakai oleh tim Total Station desa Jatijejer saat melakukan pengukuran jalan
utama adalah sebagai berikut:
1. Total Station Gowin TKS 202 8E068 1 buah
2. Prisma 3 buah
3. Jalon 2 buah
4. Tribrach 1 buah
5. Statif 2 buah
6. Payung 2 buah
7. Pita ukur 3 meter 1 buah
8. Pita ukur 30 meter 1 buah
9. Palu 1 buah
Peralatan yang dipakai oleh tim Total Station saat melakukan pengolahan data pengukuran
adalah sebagai berikut:
1. Laptop
2. Kalkulator ilmiah
3. MicroSurvey CAD 2002
4. AutoCAD LandDekstop 2009
5. Microsoft Word 2007
6. Microsoft Excel 2007
7. Microsoft Power Point 2007
8. Notepad
4.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan oleh tim Total Station desa Jatijejer selama kegiatan kemah kerja adalah
sebagai berikut:
1. Patok kayu 10 buah
2. Cat semprot 4 kaleng
3. Paku payung 40 buah
4. Form ukur (KKH, KKV) 1 paket
5. Kertas sketsa lapangan 1 paket
6. Peralatan tulis 1 paket
4.2 Spesifikasi Alat
4.2.1 Hardware
Berikut adalah spesifikasi perangkat keras (Hardware) utama yang digunakan oleh tim Total
Station desa Jatijejer selama melaksanakan kegiatan kemah kerja:
1. Total Station Gowin TKS 202 8E068
-
26
Gambar 4.1 Total Station Gowin TKS 202 8E068
Tabel 4.1 Spesifikasi Total Station Gowin TKS 202 8E068
Model Name Gowin TKS-202
Telescope
Objective Lens
Diameter 45mm (EDM: 50mm)
Magnification 30x
Image Erect
Field of View 130
Resolving Power 3.0
Min. Focus Distance 1.3m
Angle
Measurement
Accuracy 2
Method Absolute
Minimum Reading 1/5
Distance Measurement
Distance Range 1 Prism 2,000
3 Prisms 2,700m
Accuracy (+2mm + 2ppm x D**)m.s.e.
Measuring Time
Fine Measurement
Mode 1.2 sec.(Intial 4 sec.)
Coarse Measurement
Mode 0.7 sec.
Tracking Measurement
Mode 0.4 sec.
Atmospheric Correction Range Yes
Prism Constant Correction Range Yes
Software & Memory
On-Board Software Functions Data Collection, Resection, Road, Stakeout, Area
Calculation, Height Measurement, etc.
Internal Memory 24,000 points
Interface RS-232C (Standard)
-
27
Display Display Unit Graphics LCD, 2 Sides
Keyboard 24-Alpha-Numeric Key
Tilt Correction (Automatic Index)
Tilt Sensor Yes
Correction Method Liquid Type
Compensating Range 3
Level Senstivity
Plate Level 30/2mm
Circular Level 10/2mm
Optical Plummet Telescope
Image Erect
Magnification 3x
Focusing Range 0.5 to infinity
Field of View 3 and above
Others
Protection against water and dust*** IP 54 (with BT-L1 Battery)
Operating Temperature -20C~+50C (-4F~+122F)
Dimension 336 (H) x 184 (W) x 172 (L)mm
Weight (with Battery) 4.8Kg
On Board Battery BT-L1 (Lithium-ion)
Battery Charger BC-L1
Maximum Operating Time
Including Distance Measurement 14 Hours
Angle Measurement Only 60 Hours
Output Voltage DC 10V
2. Laptop
a) Acer ASPIRE 4750
b) HP 431
c) HP PAVILIUN DM 4
d) Asus X201E Notebook PC
e) Asus N46
3. Kalkulator Ilmiah
a) Casio fx-570ES
4.2.2 Software
Berikut adalah spesifikasi perangkat lunak (Software) utama yang digunakan oleh tim
Total Station desa Jatijejer selama melaksanakan kegiatan kemah kerja:
1. MicroSurvey CAD 2002
Spesifikasi minimal untuk menjalankan software tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel 4.2 Spesifikasi MicroSurvey Cad 2002
Spesifikasi Keterangan
Processor Dual core 2 GHz atau lebih tinggi x86CPUs
Memori 2 GB
-
28
Sisa Disk 10 GB untuk menginstal software pada partisi disk
tunggal. Tambahan 180 MB dibutuhkan untuk ruang
tukar dan tambahan 100 MB untuk file temporer.
Tampilan Grafis 256 MB atau lebih tinggi, video card (minimal 64 MB)
Sistem Operasi Windows XP. Windows Vista, Windows 7
2. AutoCAD LandDekstop 2009
Spesifikasi minimal untuk menjalankan software tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel 4.3 AutoCad LandDekstop 2009
Spesifikasi Keterangan
Sistem Operasi Windows XP Prefessional, Windows XP Home, Windowsn
2000, Windows NT 4.0 dengan Service Pack 6a atau yang
lebih tinggi
Processor Pentium III atau lebih tinggi, 500 Mhz atau lebih tinggi, 800
Mhz atau lebih tinggi
RAM 256 MB atau lebih tinggi
Video 1024 x 768 VGA dengan True Color atau lebih tinggi
Hard Disk 550 MB Instalasi
Alat Pointer Mouse, trackball dan lain-lain
CD Room Bebas (hanya untuk instalasi program)
Hardware Opsional Open GL-compatible 3D video card, Printer or plotter,
Digitizer, Modem atau akses ke koneksi internet
4.3 Metodologi Pekerjaan
Berikut ini adalah metodologi pekerjaan pengukuran Tim Total Station Desa Jatijejer.
Tidak Tidak
Ya Ya
Start
Orientasi Lapangan
Perencanaan Pengukuran
Pengukuran Lapangan
Detil Situasi Kerangka Kontrol
Pengolahan Data di
Microsurvey Cad
Pembuatan Peta
Pengolahan Data di
Microsoft Excel
Memenuhi
Toleransi
Sesuai sketsa
Koordinat
Pra Kemah Kerja
Kemah Kerja
Pemasangan BM
-
29
Gambar 4.2 Diagram Alir Pekerjaan
Penjelasan diagram alir tersebut adalah:
1. Orientasi Lapangan
Proses ini merupakan kegiatan survei pendahuluan yang hasilnya digunakan untuk
menentukan alat dan apa saja yang harus dibawa selama kemah kerja. Selain itu hasil
kegiatan orientasi lapangan digunakan pula dalam pembuatan rencana pengukuran.
2. Perencanaan Pengukuran
Kegiatan perencanaan pengukuran dilakukan untuk merencanakan keberlangsungan
pengukuran selama kegiatan kemah kerja. Selain itu kegiatan perencanaan pengukuran ini
juga mencakup perencanaan peletakan patok poligon dan pemasangan STA.
3. Pemasangan BM
Pemasangan BM yang juga disebut sebagai titik ikat berguna sebagai referensi koordinat
dari detil situasi baik itu berupa STA ataupun detil situasi yang lain yang nantinya akan
diukur pada pelaksanaan pengukuran. Koordinat patok poligon sendiri memiliki referensi
pada patok jaring kontrol geodesi yang dipasang oleh tim GPS.
4. Pengukuran
Pengukuran lapangan dilakukan pada saat kemah kerja sesuai dengan jadwal yang telah
ditetapkan. Pengukuran ini meliputi:
a) Pengukuran poligon jalan utama: Kerangka Kontrol Horizontal dan Kerangka Kontrol
Vertikal
b) Profil memanjang dan melintang
c) Pengukuran datil situasi jalan utama
5. Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan pasca pengukuran. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui
hasil pengukuran. Apabila terdapat kesalahan pengukuran, pengukuran bisa diulangi.
Pengolahan data tersebut meliputi:
a) Pengukuran poligon utama diolah menggunakan software Microsoft Excel
Pembuatan Laporan
Presentasi
Selesai
Pasca Kemah Kerja
Revisi
Laporan Peta
Tidak
Ya
-
30
b) Pengukuran profil memanjang dan melintang diolah menggunakan software
Microsurvey CAD 2002 dan diplot menggunakan software AutoCad LandDekstop
2009
c) Pengukuran detil situasi diolah menggunakan software Microsurvey CAD 2002 dan
diplot menggunakan software AutoCad LandDekstop 2009
6. Penyempurnaan Pengolahan Data
Proses penyempurnaan pengolahan data dilakukan untuk menyempurnakan pengolahan
data lapangan sehingga diperoleh koreksi baik itu koreksi dalam kerangka kontrol
horizontal maupun pada kerangka kontrol vertikal. Hasil dari penyempurnaan pengolahan
data tersebut adalah koordinat X, Y dan Z.
7. Pembuatan Peta
Pembuatan peta pada kemah kerja meliputi peta jalan utama, peta long section dan peta
cross section.
8. Pembuatan Laporan dan Presentasi
Pembuatan laporan dilakukan pasca kemah kerja dengan ketentuan format yag sudah
ditentukan. Setelah pembuatan laporan, dilakukan presentasi akhir.
4.4. Jadwal Pekerjaan
Jadwal pekerjaan Tim Total Station Desa Jatijejer yaitu:
Tabel 4.4 Timeline Pekerjaan
No. Kegiatan Alat dan Bahan
Desember
(Minggu Ke-)
Januari
(Minggu Ke-)
Februari
(Minggu Ke-)
2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
1
Tahap Perencanaan
Perencanaan alat dan bahan
yang diperlukan
Perencanaan persebaran titik
polygon utama dan polygon
cabang
Perencanaan metode yang
digunakan
2 Tahap Orientasi Lapangan
3
Tahap Persiapan
Pembuatan time schedule
Pembagian tugas tiap
personil tim
Peminjaman alat-alat
Pengukuran
Total Station TKS
202
Pembelian bahan untuk
patok dan pembuatan
Palu, cetok,
gergaji, parang,
Semen, kayu,
paku paying
4
Tahap Pelaksanaan
Pemasangan patok
Patok cor,patok
kayu, patok
pakupayung
-
31
Pengukuran Poligon utama Total Station TKS
202
5
Tahap Pengolahan Data
Mendownload data hasil
pengamatan
Software Micro
Survey Cad 2002,
Laptop
Pengolahan data
Ms Excel,
Software Micro
Survey Cad 2002,
dan AutoCad
Land Dekstop
2009, Laptop
6
Tahap Pembuatan
Laporan
Membuat laporan dan peta
Ms Word,
Autocad Land
Desktop 2009,
Laptop
Membuat slide untuk
presentasi Ms Power Point
7 Tahap Presentasi Laptop dan
Proyektor
8 Tahap Revisi Laporan,
Peta dan Poster
Autocad Land
Desktop 2009,
Laptop
9 Tahap Pengumpulan
Laporan, Peta dan Poster
4.5 Pelaksana Pekerjaan
Pelaksana pengukuran pada kemah kerja 2015 yang tergabung dalam kelompok TS desa
Jatijejer adalah sebagai berikut :
1. Leni Septiningrum (35 12 100 005)
2. Iva Nurwauziyah (35 12 100 047)
3. Jainal Rabidin Damanik (35 12 100 066)
4. Mohammad Luay Murtadlo (35 12 100 068)
5. Hanif Khoirul Latif (35 12 100 082)
6. Aldino Zakaria (35 12 100 086)
M. Luay Murtadlo
Ketua Tim TS
Leni Anggota
Iva Anggota
Jainal Anggota
Hanif Anggota
Aldino Anggota
-
32
BAB V
PELAKSANAAN PEKERJAAN
5.1 Pengambilan Data Pekerjaan
Pengambilan data pekerjaan dilakukan dengan alat Total Station merk GOWIN jenis TKS
202. Data yang diukur berupa sudut horizontal, sudut vertikal, jarak horizontal, jarak vertikal,
jarak miring dan tinggi alat. Pengambilan data pekerjaan berupa data kerangka kontrol,
dilakukan dengan manual atau dicatat pada form ppengukuran serta direkam pada Total Station.
Dan untuk pengukuran detil dilakukan dengan cara digita atau direkam pada Total Station.
5.2 Pengolahan Data Pekerjaan (Processing Data)
Seluruh rekaman data pengukuran adalah dalam bentuk digital. Oleh karena itu, untuk
pengolahan data menggunakan software MicroSurvey Cad 2002. Pada perhitungan data, data
dari Total Station di download, dan langsung di transfer ke Microsoft Excel untuk kemudian
diolah dengan menggunakan perhitungan sistem Bowditch. Proses pengambilan data hingga
pengolahan data diilustrasikan pada gambar 5.1
Gambar 5.1 Pengolahan Data Menggunakan Proses Digital
Kemudian hasil dari perhitungan tersebut, ditransfer (plot) ke dalam AutoCad Land
Desktop 2009, maka diperoleh hasil gambar sesuai dengan hasil pengukuran yang kemudian
dicetak dengan skala 1:5000 pada kertas A0.
5.3 Hasil Pengolahan Data Pekerjaan
Hasil pengolahan data pekerjaan meliputi koordinat titik Kerangka Kontrol Horizontal,
elevasi titik Kerangka Kontrol Vertikal koordinat titik detil situasi.
5.3.1 Kerangka Kontrol Horizontal
Pengukuran dan pengolahan data untuk kerangka dasar Horizontal yang telah dilakukan
oleh tim Total Station, hasil perhitungannya terlampir.
Pengukuran dan perhitungan menggunakan 4 titik kontrol yang didapatkan dari
pengukuran GPS (Tabel 5.1). Jadi, poligon yang digunakan adalah poligon terbuka terikat
sempurna.
Tabel 5.1 Koordinat Titik Kontrol
JJ-01 JJ-02 BM JJ JJ-03
Easting 672081,229 672108,729 673750,575 673759,212
Northing 9160302,032 9160233,234 9156207,199 9156218,498
Elevasi 288,212 292,36 523,424 526,883
-
33
Toleransi Pengukuran
Adapun toleransi pengukuran sudut yang diperbolehkan adalah 5n, dengan n adalah
jumlah titik poligon sebanyak 40 titik, maka:
Toleransi = 5n
= 538
= 30,82207001
Jadi, didapatkan toleransi 30,82207001
Kesalahan Penutup Sudut
Untuk mendapatkan kesalahan penutup sudut, maka harus dicari dulu azimuth awal dan
azimuth akhirnya.
Menghitung azimuth awal
=
=
=
= -0,399720922
= -210 47 15,45
= -210 47 15,45 + 1800
= 1580 12 44,5
Menghitung azimuth akhir
=
=
=
= 0,764403929
= 370 23 39,98
Maka, kesalahan penutup sudutnya
)())180((1
awalakhir
n
i
i nf
= 6719,248 (38*180) - (370 23 39,98 - 1580 12 44,5)
= 6719,2475 6840 (-120,8179)
= -120,7525 (-120,8179)
= 0,06543803758834
= 00 3 55,58
-
34
Koreksi Sudut
Agar jumlah ukuran sudut memenuhi syarat sudut maka setiap sudut ukuran harus dikoreksi
sebesar:
ff
'
= -00 3 55,58
n
fi
''
= -00 3 55,58/38
= 00 0 6,2
= (tidak memenuhi toleransi penutup sudut)
Kesalahan Absis
Berdasarkan data pengukuran dan perhitungan, maka kesalahan absis yang diperoleh
adalah:
ij
ij
i
ijawalakhirx dXXf sin)(1
1
= (673759,212 672081,229) 1741,442721
= -63,45972 m
Kesalahan Ordinat
Dan untuk kesalahan ordinat yang didapat adalah:
ij
ij
i
ijawalakhiry dYYf cos)(1
1
= (9156218,498 9160302,032) (-4047,784394)
= -35,750 m.
Kesalahan Linier
=
= 0,015969
Jadi, 0,015969 >
(tidak memenuhi toleransi)
Hasil Perhitungan Koordinat
Tabel 5.2 Koordinat X, Y Kerangka Poligon Utama
Patok Koordinat
X (m) Y(m)
JJ01 672081.229 9160302.032
JJ02 672107.7581 9160232.54
J01 672160.7611 9160118.209
J02 672164.9411 9159970.893
J03 672149.1374 9159817.924
J04 672165.972 9159664.326
5000
122
dfyfx
-
35
J05 672168.5659 9159535.333
J06 672192.5901 9159389.214
J07 672196.6436 9159252.077
J08 672216.3141 9159110.837
J09 672219.8331 9158999.563
J10 672262.8025 9158847.304
J11 672314.1675 9158762.566
J12 672360.8963 9158643.968
J13 672403.7743 9158558.745
J14 672420.4335 9158454.434
J15 672506.7542 9158290.266
J16 672590.4619 9158159.594
J17 672654.4624 9158022.803
J18 672714.6895 9157919.787
J19 672758.8316 9157807.761
J20 672821.0707 9157691.347
J21 672902.1675 9157606.208
SG01 672929.6908 9157538.808
SG02 672988.4223 9157437.498
J22 672997.8797 9157383.275
J23 673020.444 9157318.021
J24 673041.7768 9157193.063
J25 673070.5339 9157103.19
J26 673147.9799 9156990.768
J27 673243.7381 9156887.087
J28 673272.3814 9156846.86
J29 673372.8601 9156775.065
J30 673457.2527 9156686.909
J31 673537.1895 9156606.165
J32 673588.4835 9156513.233
J33 673683.0445 9156423.183
J34 673736.1781 9156314.449
BMJJ 673750.8863 9156207.486
JJ03 673759.212 9156218.498
5.3.2 Kerangka Kontrol Vertikal
Pengolahan data untuk Kerangka Kontrol Vertikal dilakukan oleh kelompok Total
Station, hasil perhitungannya terlampir. Metode yang digunakan adalah metode trigonometri
dengan menggunakan Total Station.
Tabel 5.3 Titik Tinggi Kerangka Kontrol Vertikal
Patok Elevasi (m)
JJ01 282,212
JJ02 292,810
J01 300,716
J02 308,747
J03 314,712
-
36
J04 318,645
J05 324,871
J06 333,918
J07 340,573
J08 348,367
J09 354,420
J10 361,742
J11 363,345
J12 367,055
J13 376,117
J14 379,416
J15 383,096
J16 396,543
J17 404,703
J18 409,820
J19 414,798
J20 418,797
J21 427,572
SG01 429,095
SG02 433,685
J22 438,187
J23 442,937
J24 450,913
J25 455,661
J26 466,056
J27 474,596
J28 474,651
J29 479,200
J30 494,116
J31 498,653
J32 500,002
J33 506,673
J34 521,467
BMJJ 526,353
JJ03 526,800
5.3.3 Pengukuran Detil
Pengukuran detil dilakukan dengan menggunakan alat Total Station. Olahan data
pengukuran detil dilakukan dengan menggunakan software MicroSurvey Cad 2002. Detil yang
diukur adalah landmark, bahu jalan dan selokan. Hasil dari pengukuran ini berupa peta yang
berada pada lampiran.
5.4 Hasil dan Analisa Pengolahan Data Pekerjaan
5.4.1 Kerangka Kontrol Horizontal
Kerangka ini merupakan kerangka yang dijadikan sebagai pengikat titik detil. Kesalahan
Penutup Sudut fb= -00355,58, tidak memenuhi toleransi pengukuran dan dari data kesalahan
linear adalah 0,015969 m, tidak memenuhi toleransi. Faktor-faktor yang mempengaruhi
kesalahan:
-
37
1. Perambatan kesalahan dalam pengukuran KKH
2. Daerah pengukuran yang banyak dilewati kendaraaan besar, sehingga nivo sering berubah
posisi.
3. Faktor kesalahan manusia dalam pembacaan data pengukuran
4. Jarak antar titik yang tidak seragam
Untuk kesalahan absis dan ordinat juga sangat besar yaitu fx = 63,45972 m dan fy = -
35,750 m, artinya tidak memenuhi toleransi, karena seharusnya fx dan fy bernilai nol atau
mendekati nol. Faktor-faktor yang menyebabkannya antara lain:
1. Sudut pada poligon sebagian besar adalah 1800
2. Alat yang belum dikalibrasi, akhirnya mengakibatkan bacaan sudut biasa dan luar biasa
selisihnya besar yaitu 25
3. Faktor lalu lintas yang ramai sehingga menyebabkan kondisi center alat terganggu
5.4.2 Kerangka Kontrol Vertikal
Koreksi yang didapat Kerangka Kontrol Vertikal adalah 3,30824 m, toleransinya adalah
12 = 25,565703272 mm. Jadi, tidak masuk toleransi. Faktor-faktor yang
menyebabkannya adalah:
1. Kurang akuratnya tinggi referensi yang didapat dari pengukuran GPS, karena pengukuran
GPS hanya dilakukan 30 menit
2. Kesalahan dalam membaca tinggi alat dan tinggi prisma
5.4.3 Pengukuran Detil
Pengukuran detil situasi posisi beberapa titik melenceng dengan citra. Hal ini bisa
dikarenakan:
1. Kesalahan personal, salah membaca data pengukuran, salah mencatat, serta salah
menghitung.
2. Kesalahan alat, seperti tinggi jalon yang berubah, refraksi cahaya.
3. Perambatan kesalahan dalam pengukuran KKH.
-
38
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Hal-hal yang dapat disimpulkan dalam laporan kemah kerja ini adalah:
1. Pengukuran jalan utama desa Jatijejer kecamatan Trawas ini dilakukan dengan panjang
jalan 4,550 km dan menggunakan poligon terbuka terikat sempurna dengan 4 titik ikat yaitu
JJ01, JJ02, BMJJ, dan JJ03.
2. Titik detil yang diambil adalah bahu jalan, landmark, dan selokan.
3. Long section dan cross section memiliki 90 STA dari seluruh total jalan.
4. Kesalahan penutup sudut kerangka kontrol horizontal yang dihasilkan adalah -00355,58,
sedangkan toleransinya 5n = 538 = 30,82207001, sehingga tidak masuk toleransi.
5. Kesalahan linier relatif poligon adalah 0,015969, sedangkan toleransi kesalahannya 0,0002,
sehingga tidak memenuhi toleransi.
6. Toleransi pengukuran kerangka kontrol vertikal adalah 25,65703272 mm. Adapun
kesalahan dari pengukuran kerangka kontrol vertikal adalah 3,30824 m, sehingga tidak
memenuhi toleransi.
7. Pengukuran dilaksanakan tepat empat hari sesuai dengan perencanaan yang dilakukan.
6.2 Saran
Saran-saran yang dapat diberikan dari pelaksanaan kemah kerja ini adalah sebagai berikut:
1. Melakukan briefing sebelum terjun kelapangan untuk melakukan pengukuran.
2. Pastikan bahwa tinggi jalon diukur dengan roll meter sebelum melakukan pengukuran.
3. Jarak antar titik kerangka dasar diusahakan sama, agar sudut yang dibentuk juga seragam
dan kesalahan penutup sudutnya menjadi kecil.
4. Hindari nilai sudut dalam atau sudut luar yang mendekati 1800, agar tidak terjadi kesalahan
dalam penentuan nilai sudut dalam atau sudut luar.
5. Pastikan membawa patok cadangan saat pengukuran, untuk menanggulangi patok yang
hilang saat pengukuran
-
39
DAFTAR PUSTAKA
Basuki, S. 2006. Ilmu ukur Tanah. Gajah Mada University Press.
Mira. 1988. Poligon. Bandung: Teknik Geodesi-FTSP-ITB
Muda, Iskandar. 2008. Teknik Survei dan Pemetaan Jilid II.Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional
Nurjati, Chatarina. 2004. Ilmu Ukur Tanah. Surabaya: Program Studi Teknik Geodesi ITS
Pratomo,Guruh.2005. Diklat Teknis Pengukuran dan Pemetaan Kota. Surabaya: Institut Teknologi
Sepuluh Nopember
Purwaamjaya, Iskandar Muda. 2008. Teknik Survey dan Pemetaan. Jakarta: Direktorat Pembinaan
Sekolah Menengah Kejuruan
Salmani. 2011. Pengukuran Sipat Datar Memanjang. Dalam
https://salmanisaleh.files.wordpress.com/2011/03/9-5-teorisipatdatar.pdf (diakses tanggal 5
Februari 2015)
Umaryono, P. 1986. Ilmu Ukur Tanah Seri C, Pemetaan Topografi. Jurusan Teknik Geodesi-FTSP-
ITB