laporan tutorial modul hemiparase

Upload: rachma-tya-anwar

Post on 06-Feb-2018

229 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/21/2019 Laporan Tutorial Modul Hemiparase

    1/11

  • 7/21/2019 Laporan Tutorial Modul Hemiparase

    2/11

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A.Skenario 4

    Seorang laki-laki berusia 38 tahun dibawa ke Puskesmas karena

    mengalami kejang yang diawali pada lengan kanan kemudian berlanjut pada

    tungkai kanan lalu ke seluruh tubuh. Keadaan ini sudah dialami selama 3 bulan

    dan timbul kurang lebih 3 kali dalam sebulan. Penderita juga mengeluh sering

    sakit kepala dan merasa canggung jika berjalan atau memegang sesuatu karenatangan dan kaki kanannya terasa lemah.

    B.Kata kunci

    1. Laki-laki 38 tahun

    2.

    Kejang pada lengan kanan berlanjut pada tungkai kanan dan ke seluruh

    tubuh

    3. Sejak 3 bulan ( 3 kali dalam sebulan)

    4.

    Penderita juga mengeluh sering sakit kepala dan merasa canggung

    5. Tangan dan kaki kanannya terasa lemah

  • 7/21/2019 Laporan Tutorial Modul Hemiparase

    3/11

    BAB II

    PEMBAHASAN

    ABSES SEREBRI

    A. Definisi

    Abses serebri merupakan infeksi intraserebral fokal yang dimulai sebagai

    serebritis yang lokalisatorik dan berkembang menjadi kumpulan pus yang

    dikelilingi oleh kapsul otak disebabkan oleh berbagai macam variasi bakteri,

    fungus dan protozoa.

    B.

    Epidemiologi

    Abses otak dapat terjadi pada berbagai kelompok usia, namun paling

    sering terjadi pada anak berusia 4 sampai 8 tahun. Penyebab abses otak yaitu,

    embolisasi oleh penyakit jantung kongenital dengan pintas atrioventrikuler

    (terutama tetralogi fallot), meningitis, otitis media kronis dan mastoiditis,

    sinusitis, infeksi jaringan lunak pada wajah ataupun scalp, status imunodefisiensi

    dan infeksi pada pintas ventrikuloperitonial.

    C.

    Etiologi

    Sebagian besar abses otak berasal langsung dari penyebaran infeksi telinga

    tengah, sinusitis (paranasal, ethmoidalis, sphenoidalis dan maxillaries).

    Abses otak dapat timbul akibat penyebaran secara hematogen dari infeksi

    paru sistemik (empyema, abses paru, bronkiektas, pneumonia), endokarditis

    bakterial akut dan subakut dan pada penyakit jantung bawaan Tetralogi Fallot

    (abses multiple, lokasi pada substansi putih dan abu dari jaringan otak).Abses otak

    yang penyebarannya secara hematogen, letak absesnya sesuai dengan peredaran

    darah yang didistribusi oleh arteri cerebri media terutama lobus parietalis, atau

    cerebellum dan batang otak.

    Abses dapat juga dijumpai pada penderita penyakit immunologik seperti

    AIDS, penderita penyakit kronis yang mendapat kemoterapi/steroid yang dapat

  • 7/21/2019 Laporan Tutorial Modul Hemiparase

    4/11

    menurunkan sistem kekebalan tubuh.20-37% penyebab abses otak tidak

    diketahui.Penyebab abses yang jarang dijumpai, osteomyelitis tengkorak,

    sellulitis, erysipelas wajah, abses tonsil, pustule kulit, luka tembus pada tengkorak

    kepala, infeksi gigi luka tembak di kepala, septikemia.Berdasarkan sumber infeksi

    dapat ditentukan lokasi timbulnya abses di lobus otak.

    Infeksi sinus paranasal dapat menyebar secara retrograde thrombophlebitis

    melalui klep vena diploika menuju lobus frontalis atau temporal. Bentuk absesnya

    biasanya tunggal, terletak superficial di otak, dekat dengan sumber

    infeksinya.Sinusitis frontal dapat juga menyebabkan abses di bagian anterior atau

    inferior lobus frontalis.Sinusitis sphenoidalis dapat menyebakan abses pada lobus

    frontalis atau temporalis.Sinusitis maxillaris dapat menyebabkan abses pada lobus

    temporalis.Sinusitis ethmoidalis dapat menyebabkan abses pada lobus

    frontalis.Infeksi pada telinga tengah dapat pula menyebar ke lobus

    temporalis.Infeksi pada mastoid dan kerusakan tengkorak kepala karena kelainan

    bawaan seperti kerusakan tegmentum timpani atau kerusakan tulang temporal oleh

    kolesteatoma dapat menyebar ke dalam serebelum.

    Bakteri penyebabnya antara lain, Streptococcus aureus, streptococci

    (viridians,pneumococci, microaerophilic), bakteri anaerob (bakteri kokus gram

    positif,Bacteroidesspp,Fusobacterium spp, Prevotella spp,Actinomycesspp,

    dan Clostridium spp), basil aerob gram-negatif (enteric rods, Proteus spp,

    Pseudomonas aeruginosa, Citrobacter diversus, danHaemophilus spp). Infeksi

    parasit (Schistosomiasis, Amoeba) dan fungus (Actinomycosis, Candida albicans)

    dapat pula menimbulkan abses, tetapi hal ini jarang terjadi.

    D.

    Patofisiologi

    Abses otak dapat terjadi akibat penyebaran perkontinuitatum dari fokus

    infeksi di sekitar otak maupun secara hematogen dari tempat yang jauh, atau

    secara langsung seperti trauma kepala dan operasi kraniotomi. Abses yang terjadi

    oleh penyebaran hematogen dapat pada setiap bagian otak, tetapi paling sering

    pada pertemuan substansia alba dan grisea; sedangkan yang perkontinuitatum

    biasanya berlokasi pada daerah dekat permukaan otak pada lobus tertentu.

  • 7/21/2019 Laporan Tutorial Modul Hemiparase

    5/11

    Pada tahap awal terjadi reaksi radang yang difus pada jaringan otak

    dengan infiltrasi lekosit disertai udem, perlunakan dan kongesti jaringan otak,

    kadang-kadang disertai bintik perdarahan.Setelah beberapa hari sampai beberapa

    minggu terjadi nekrosis dan pencairan pada pusat lesi sehingga membentuk suatu

    rongga abses.Astroglia, fibroblas dan makrofag mengelilingi jaringan yang

    nekrotikan.Mula-mula abses tidak berbatas tegas tetapi lama kelamaan dengan

    fibrosis yang progresif terbentuk kapsul dengan dinding yang konsentris.Tebal

    kapsul antara beberapa milimeter sampai beberapa sentimeter. Beberapa ahli

    membagi perubahan patologi Abses Otak dalam 4 stadium yaitu :

    1) Stadium serebritis dini (Early Cerebritis)

    Terjadi reaksi radang local dengan infiltrasi polymofonuklear leukosit,

    limfosit dan plasma sel dengan pergeseran aliran darah tepi, yang dimulai pada

    hari pertama dan meningkat pada hari ke 3.Sel-sel radang terdapat pada tunika

    adventisia dari pembuluh darah dan mengelilingi daerah nekrosis

    infeksi.Peradangan perivaskular ini disebut cerebritis. Saat ini terjadi edema di

    sekita otak dan peningkatan efek massa karena pembesaran abses.

    2) Stadium serebritis lanjut (Late Cerebritis)

    Saat ini terjadi perubahan histologis yang sangat berarti.Daerah pusat

    nekrosis membesar oleh karena peningkatan acellular debrisdan pembentukan

    nanah karena pelepasan enzim-enzim dari sel radang.Di tepi pusat nekrosis

    didapati daerah sel radang, makrofag-makrofag besar dan gambaran fibroblast

    yang terpencar. Fibroblast mulai menjadi reticulum yang akan membentuk kapsul

    kolagen. Pada fase ini edema otak menyebar maksimal sehingga lesi menjadi

    sangat besar

    3) Stadium pembentukan kapsul dini (Early Capsule Formation)

    Pusat nekrosis mulai mengecil, makrofag menelan acellular debris dan

    fibroblast meningkat dalam pembentukan kapsul.Lapisan fibroblast membentuk

    anyaman reticulum mengelilingi pusat nekrosis.Di daerah ventrikel, pembentukan

    dinding sangat lambat oleh karena kurangnya vaskularisasi di daerah substansi

    putih dibandingkan substansi abu.Pembentukan kapsul yang terlambat di

    permukaan tengah memungkinkan abses membesar ke dalam substansi putih.Bila

  • 7/21/2019 Laporan Tutorial Modul Hemiparase

    6/11

    abses cukup besar, dapat robek ke dalam ventrikel lateralis.Pada pembentukan

    kapsul, terlihat daerah anyaman reticulum yang tersebar membentuk kapsul

    kolagen, reaksi astrosit di sekitar otak mulai meningkat.

    4) Stadium pembentukan kapsul lanjut (Late Capsule Formation)

    Pada stadium ini, terjadi perkembangan lengkap abses dengan gambaran

    histologis sebagai berikut:

    Bentuk pusat nekrosis diisi oleh acellular debris dan sel-sel radang.

    Daerah tepi dari sel radang, makrofag, dan fibroblast.

    Kapsul kolagen yang tebal.

    Lapisan neurovaskular sehubungan dengan serebritis yang berlanjut.

    Reaksi astrosit, gliosis, dan edema otak di luar kapsul.

    Abses dalam kapsul substansia alba dapat makin membesar dan meluas ke

    arah ventrikel sehingga bila terjadi ruptur, dapat menimbulkan meningitis.

    Infeksi jaringan fasial, selulitis orbita, sinusitis etmoidalis, amputasi

    meningoensefalokel nasal dan abses apikal dental dapat menyebabkan AO yang

    berlokasi pada lobus frontalis.Otitis media, mastoiditis terutama menyebabkan

    AO lobus temporalis dan serebelum, sedang abses lobus parietalis biasanya terjadi

    secara hematogen.

    E. Manifestasi Klinis

    Pada stadium awal gambaran klinik AO tidak khas, terdapat gejala-gejala

    infeksi seperti demam, malaise, anoreksi dan gejalagejala peninggian tekanan

    intrakranial berupa muntah, sakit kepala dan kejang. Dengan semakin besarnya

    abses otak gejala menjadi khas berupa trias abses otak yang terdiri dari gejala

    infeksi(demam, leukositosis), peninggian tekanan intracranial(sakit kepala,

    muntah proyektil, papil edema) dan gejala neurologik fokal(kejang, paresis,

    ataksia, afaksia)

    Abses pada lobus frontalis biasanya tenang dan bila ada gejala-gejala

    neurologik seperti hemikonvulsi, hemiparesis, hemianopsia homonim disertai

  • 7/21/2019 Laporan Tutorial Modul Hemiparase

    7/11

    kesadaran yang menurun menunjukkan prognosis yang kurang baik karena

    biasanya terjadi herniasi dan perforasi ke dalam kavum ventrikel.

    Abses lobus temporalis selain menyebabkan gangguan pendengaran dan

    mengecap didapatkan disfasi, defek penglihatan kwadran alas kontralateral dan

    hemianopsi komplit.Gangguan motorik terutama wajah dan anggota gerak atas

    dapat terjadi bila perluasan abses ke dalam lobus frontalis relatif asimptomatik,

    berlokasi terutama di daerah anterior sehingga gejala fokal adalah gejala

    sensorimotorik. Abses serebelum biasanya berlokasi pada satu hemisfer dan

    menyebabkan gangguan koordinasi seperti ataksia, tremor, dismetri dan

    nistagmus.Abses batang otak jarang sekali terjadi, biasanya berasal hematogen

    dan berakibat fatal.

    F.

    Diagnosis

    Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, gambaran klinik,

    pemeriksaan laboratorium disertai pemeriksaan penunjang lainnya.

    Pada pemeriksaan neurologis dapat dimulai dengan mengevaluasi status

    mental, derajat kesadaran, fungsi saraf kranialis, refleks fisiologis, refleks

    patologis, dan juga tanda rangsang meningeal untuk memastikan keterlibatan

    meningen.

    Pemeriksaan motorik sendiri melibatkan penilaian dari integritas sistem

    musculoskeletal dan kemungkinan terdapatnya gerakan abnormal dari anggota

    gerak, ataupun kelumpuhan yang sifatnya bilateral atau tunggal.

    Pada pemeriksaan laboratorium, terutama pemeriksaan darah perifer yaitu

    pemeriksaan lekosit dan laju endap darah; didapatkan peninggian lekosit dan laju

    endap darah.Pemeriksaan cairan serebrospinal pada umumnya memperlihatkan

    gambaran yang normal. Bisa didapatkan kadar protein yang sedikit meninggi dan

    sedikit pleositosis, glukosa dalam batas normal atau sedikit berkurang, kecuali

    bila terjadi perforasi dalam ruangan ventrikel.

    Foto polos kepala memperlihatkan tanda peninggian tekanan intrakranial,

    dapat pula menunjukkan adanya fokus infeksi ekstraserebral; tetapi dengan

    pemeriksaan ini tidak dapat diidentifikasi adanya abses.Pemeriksaan EEG

  • 7/21/2019 Laporan Tutorial Modul Hemiparase

    8/11

    terutama penting untuk mengetahui lokalisasi abses dalam hemisfer.EEG

    memperlihatkan perlambatan fokal yaitu gelombang lambat delta dengan

    frekuensi 13 siklus/detik pada lokasi abses. Pnemoensefalografi penting terutama

    untuk diagnostik abses serebelum.Dengan arteriografi dapat diketahui lokasi abses

    di hemisfer.Saat ini, pemeriksaan angiografi mulai ditinggalkan setelah digunakan

    pemeriksaan yang relatif noninvasif seperti CT scan.Dan scanning otak

    menggunakan radioisotop tehnetium dapat diketahui lokasi abses; daerah abses

    memperlihatkan bayangan yang hipodens daripada daerah otak yang normal dan

    biasanya dikelilingi oleh lapisan hiperderns.CT scan selain mengetahui lokasi

    abses juga dapat membedakan suatu serebritis dengan abses.Magnetic Resonance

    Imagingsaat ini banyak digunakan, selain memberikan diagnosis yang lebih cepat

    juga lebih akurat.

    G. Penatalaksanaan

    Terapi definitif untuk abses melibatkan :

    1. Penatalaksanaan terhadap efek massa (abses dan edema) yang dapat

    mengancam jiwa

    2. Terapi antibiotik dan test sensitifitas dari kultur material abses

    3. Terapi bedah saraf (aspirasi atau eksisi)

    4. Pengobatan terhadap infeksi primer

    5. Pencegahan kejang

    6. Neurorehabilitasi

    Penatalaksanaan awal dari abses otak meliputi diagnosis yang tepat dan

    pemilihan antibiotik didasarkan pada pathogenesis dan organisme yang

    memungkinkan terjadinya abses.Ketika etiologinya tidak diketahui, dapat

    digunakan kombinasi dari sefalosporin generasi ketiga dan metronidazole.Jika

    terdapat riwayat cedera kepala dan pembedahan kepala, maka dapat digunakan

    kombinasi dari napciline atau vancomycine dengan sephalosforin generasi ketiga

    dan juga metronidazole. Antibiotik terpilih dapat digunakan ketika hasil kultur

    dan tes sentivitas telah tersedia.

    Tabel Dosis dan Cara Pemberian Antibiotik pada Abses Otak

  • 7/21/2019 Laporan Tutorial Modul Hemiparase

    9/11

    Drug Dose Frekwensi dan rute

    Cefotaxime (Claforan) 50-100mg/KgBBt/Hari

    2-3 kali per hari,

    IV

    Ceftriaxone (Rocephin)

    50-100 mg/KgBBt/Hari

    2-3 kali per hari,

    IV

    Metronidazole (Flagyl)

    35-50 mg/KgBB/Hari

    3 kali per hari,

    IVNafcillin (Unipen, Nafcil)

    2 grams

    setiap 4 jam,

    IV

    Vancomycin

    15 mg/KgBB/Hari

    setiap 12 jam,

    IV

    Terapi optimal dalam mengatasi abses serebri adalah kombinasi antara

    antimikrobial dan tindakan bedah. Pada studi terakhir, terapi eksisi dan drainase

    abses melalui kraniotomi merupakan prosedur pilihan. Tetapi pada center-center

    tertentu lebih dipilih penggunaan stereotaktik aspirasi atau MR-guided aspiration

    and biopsy. Tindakan aspirasi biasa dilakukan pada abses multipel, abses batang

    otak dan pada lesi yang lebih luas digunakan eksisi.

    Pembedahan secara eksisi pada abses otak jarang digunakan, karena

    prosedur ini dihubungkan dengan tingginya angka morbiditas jika dibandingkan

    dengan teknik aspirasi. Indikasi pembedahan adalah ketika abses berdiameter

    lebih dari 2,5 cm, adanya gas di dalam abses, lesi yang multiokuler, dan lesi yng

    terletak di fosa posterior, atau jamur yang berhubungan dengan proses infeksi,

    seperti mastoiditis, sinusitis, dan abses periorbita, dapat pula dilakukan

    pembedahan drainase. Terapi kombinasi antibiotik bergantung pada organisme

    dan respon terhadap penatalaksanaan awal.Tetapi, efek yang nyata terlihat 4-6

    minggu.

  • 7/21/2019 Laporan Tutorial Modul Hemiparase

    10/11

    Penggunaan antikonvulsan dipengaruhi juga oleh lokasi abses dan

    posisinya terhadap korteks. Oleh karena itu kapan antikonvulsan dihentikan

    tergantung dari kasus per kasus (ditetapkan berdasarkan durasi bebas kejang, ada

    tidaknya abnormalitas pemeriksaan neurologis, EEG dan neuroimaging).

    H. Prognosis

    Angka kematian yang dihubungkan dengan abses otak secara signifikan

    berkurang, dengan perkiraan 5-10% didahului CT-Scan atau MRI dan antibiotic

    yang tepat, serta manajemen pembedahan merupakan faktor yang berhubungan

    dengan tingginya angka kematian, dan waktu yang mempengaruhi lesi, abses

    mutipel, kesadaran koma dan minimnya fasilitas CT-Scan. Angka harapan yang

    terjadi paling tidak 50% dari penderita, termasuk hemiparesis, kejang,

    hidrosefalus, abnormalitas nervus kranialis dan masalah-masalah pembelajaran

    lainnya.

    Prognosis dari abses otak ini tergantung dari:

    1) Cepatnya diagnosis ditegakkan

    2) Derajat perubahan patologis

    3) Soliter atau multipel

    4) Penanganan yang adekuat.

  • 7/21/2019 Laporan Tutorial Modul Hemiparase

    11/11

    DAFTAR PUSTAKA

    1.

    Sudewi, AA Raka, dkk. Abses Serebri. Infeksi pada system saraf

    PERDOSSI. Hal 21-27. Surabaya: Pusat Penerbitan dan Percetakan Unair.

    2011.

    2.

    Misbach, H Jusuf, dkk. Serebritis dan Abses Otak. Buku Pedoman SPM dan

    SPO Neurologi PERDOSSI. hal 27-29. Jakarta: 2006.

    3. Mardjono, Mahar, dkk. Abses Serebri. Neurologi Klinis Dasar.hal 320-321.

    Jakarta: Dian Rakyat. 2008.

    4.

    Hakim, Adril Arsyad.Abses Otak. Dep Bedah FK USU/ SMF Bedah Saraf

    RSUP H Adam Malik Medan. Majalah Kedokteran Nusantara Volume 38 No.

    4. Sumatera Utara: Desember 2005.

    http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/15591/1/mkn-des2005-

    %20(9).pdf

    http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/15591/1/mkn-des2005-%20(9).pdfhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/15591/1/mkn-des2005-%20(9).pdfhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/15591/1/mkn-des2005-%20(9).pdfhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/15591/1/mkn-des2005-%20(9).pdfhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/15591/1/mkn-des2005-%20(9).pdf