makalah demam thypoid.docx patologi

Upload: muhamad-nurholis

Post on 09-Feb-2018

249 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/22/2019 Makalah Demam Thypoid.docx Patologi

    1/27

    Makalah patologi

    Makalah pada demam thypoid

    Disusun oleh:

    1. Kurniawati2. Martha Kristina3. Margaretha4. Muhammad nooryansyah5. Made heriyanto6. Kuswanto7. karno

    Kelompok 3

    Kelas:1c

    AKADEMI KEPERAWATAN ANTARIKSA JAKARTA

    TA 2012/2013

  • 7/22/2019 Makalah Demam Thypoid.docx Patologi

    2/27

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Demam tifoid menjadi masalah kesehatan, yang umumnya terjadi di negarayang sedang berkembang karena akibat kemiskinan, kriminalitas dan kekurangan

    air bersih yang dapat diminum. Diagnose dari pelubangan penyakit tipus dapat

    sangat berbahaya apabila terjadi selama kehamilan atau pada periode setelah

    melahirkan. Kebanyakan penyebaran penyakit demam tifoid ini tertular pada

    manusia pada daerah daerah berkembang, ini dikarenakan pelayanan kesehatan

    yang belum baik, hygiene personal yang buruk. Salah satu contoh yaitu di Negara

    Nigeria, dimana terdapat 467 kasus dari tahun 1996 sampai dengan 2000.

    Pada beberapa dekade terakhir demam tifoid sudah jarang terjadi di negara-

    negara industri, namun tetap menjadi masalah kesehatan yang serius di sebagian

    wilayah dunia, seperti bekas negara Uni Soviet, anak benua India, Asia Tenggara,

    Amerika Selatan dan Afrika. Menurut WHO, diperkirakan terjadi 16 juta kasus per

    tahun dan 600 ribu diantaranya berakhir dengan kematian. Sekitar 70 % dari

    seluruh kasus kematian itu menimpa penderita demam tifoid di Asia.

    Demam tifoid merupakan masalah global terutama di negara dengan higiene

    buruk. Etiologi utama di Indonesia adalah Salmonella enterika subspesies enterika

    serovar Typhi (S.Typhi) dan Salmonella enterika subspesies enterika serovar

    Paratyphi A (S. Paratyphi A). CDC Indonesia melaporkan prevalensi demam tifoid

    mencapai 358-810/100.000 populasi pada tahun 2007 dengan 64% penyakit

    ditemukan pada usia 3-19 tahun, dan angka mortalitas bervariasiantara 3,1

    10,4% pada pasien rawat inap.

    Dua dekade belakangan ini, dunia digemparkan dengan adanya laporan

    Multi Drug Resistant (MDR) strains S.Typhi. strain ini resisten dengan

    kloramfenikol, trimetropim-sulfametoksazol, dan ampicillin. Selain itu strain

  • 7/22/2019 Makalah Demam Thypoid.docx Patologi

    3/27

    ressisten asam nalidixat juga menunjakan penurunan pengaruh ciprofloksasin yang

    menjadi endemik di India. United State, United Kingdom dan juga beberapa negara

    berkembang pada tahun 1997 menunjukan kedaruratan masalah globat akibat

    MDR.

    Morbiditas di seluruh dunia, setidaknya 17 juta kasus baru dan hingga

    600.000 kematian dilaporkan tiap tahunnya. Di negara berkembang, diperkirakan

    sekitar 150 kasus/ juta populasi/ tahun di Amerika Latin. Hingga 1.000 kasus/ juta

    populasi/ tahun di beberapa negara Asia. Penyakit ini jarang dijumpai di Amerika

    Utara, yaitu sekitar 400 kasus dilaporkan tiap tahun di United State, 70% terjadi

    pada turis yang berkunjung ke negara endemis. Di United Kingdom, insiden

    dilaporkan hanya 1 dalam 100.000 populasi.

    Di Indonesia, demam tifoid masih tetap merupakan masalah kesehatan

    masyarakat, berbagai upaya yang dilakukan untuk memberantas penyakit ini

    tampaknya belum memuaskan. Di seluruh dunia WHO memperkirakan pada tahun

    2000 terdapat lebih dari 21,65 juta penderita demam tifoid dan lebih dari 216 ribu

    diantaranya meninggal . Di Indonesia selama tahun 2006, demam tifoid dan

    demam paratifoid merupakan penyebab morbiditas peringkat 3 setelah diare dan

    Demam Berdarah Dengue.

    Kejadian demam tifoid meningkat terutama pada musim hujan.Usia

    penderita di Indonesia (daerah endemis) antara 3-19 tahun (prevalensi 91% kasus).

    Dari presentase tersebut, jelas bahwa anak-anak sangat rentan untuk mengalami

    demam tifoid. Demam tifoid sebenarnya dapat menyerang semua golongan umur,

    tetapi biasanya menyerang anak usia lebih dari 5 tahun. Itulah sebabnya demam

    tifoid merupakan salah satu penyakit yang memerlukan perhatian khusus.

    Penularan penyakit ini biasanya dihubungkan dengan faktor kebiasaan makan,

    kebiasaan jajan, kebersihan lingkungan, keadaan fisik anak, daya tahan tubuh dan

    derajat kekebalan anak.

  • 7/22/2019 Makalah Demam Thypoid.docx Patologi

    4/27

    Perlu penanganan yang tepat dan komprehensif agar dapat memberikan

    pelayanan yang tepat terhadap pasien. Tidak hanya dengan pemberian antibiotika,

    namun perlu juga asuhan keperawatan yang baik dan benar serta pengaturan diet

    yang tepat agar dapat mempercepat proses penyembuhan pasien dengan demam

    tifoid.

    1.2 Rumusan Masalah

    1. Apa pengertian demam tifoid?

    2. Apa saja penyebab demam tifoid?

    3. Bagaimana gejala dan tanda demam tifoid?

    4. Bagaimana patogenesis demam tifoid?

    5. Bagaimana maanifestasi klinis dari demam tifoid?

    6. Komplikasi apa saja yang terjadi pada penderita demam tifoid?

    7. Bagaimana diagnosis yang dilakukan untuk penderita demam tifoid?

    8. Bagaimana penanganan atau pencegahan demam tifoid?

    9. Bagaimana pengobatan demam tifoid?

    1.3 Tujuan Penulisan

    1. Untuk mengetahui pengertian demam tifoid

    2. Untuk mengetahui apa saja penyebab dari demam tifoid

    3. Untuk mengetahui gejaladan tanda yang terjadi pada demam tifoid

    4. Untuk mengetahui patogenesis demam tifoid

    5. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari demam tifoid

    6. Untuk mengetahui komplikasi yang disebabkan oleh demam tifoid

    7. Untuk mengetahuipemeriksaan apa saja yang baik untuk penderita demam

    tifoid

    8. Untuk mengetahui pencegahan atau penanganan demam tifoid

    9. Untuk mengetahui cara pengobatan yang dapat dilakukan pada penderita

    demam tifoid

  • 7/22/2019 Makalah Demam Thypoid.docx Patologi

    5/27

    BAB II

    PEMBAHASAN

    2.1 Pengertian Demam Tifoid

    Demam tifoid (tifus abdominalis) atau lebih populer dengan nama tifus,

    merupakan penyakit infeksi akut oleh kuman Salmonela typhi yang menyerang

    saluran pencernaan. Penyakit demam tifoid ini masih banyak dijumpai di negara

    berkembang seperti di beberapa negara Asia Tenggara dan Afrika, terutama di

    daerah yang kebersihan dan kesehatan lingkungannya kurang memadai. Di

    Indonesia, demam tifoid merupakan penyakit endemik (penyakit yang terdapat

    sepanjang tahun) dan menduduki peringkat kedua setelah diare. Demam tifoid

    sebenarnya dapat menyerang semua golongan umur, tetapi biasanya menyerang

    anak usia lebih dari 5 tahun. Itulah sebabnya demam tifoid merupakan salah satu

    penyakit yang memerlukan perhatian khusus. Penularan penyakit ini biasanya

    dihubungkan dengan faktor kebiasaan makan, kebiasaan jajan, kebersihan

    lingkungan, keadaan fisik anak, daya tahan tubuh dan derajat kekebalan anak.

    2.2 Penyebab Demam Tifoid

    Kuman salmonela masuk ke dalam tubuh melalui makanan atau minuman

    yang tercemar, baik pada waktu memasak atau pun melalui tangan dan alat masak

    yang kurang bersih. Bersama makanan itu, kuman salmonela akan diserap oleh

    usus halus dan menyebar ke semua alat tubuh terutama hati dan limpa, sehingga

    membengkak dan nyeri. Kuman ini akan meneruskan perjalannya masuk peredaran

    darah dan masuk ke dalam kelenjar limfe, terutama di usus halus. Nah, di dalam

    dinding usus ini Salmonela membuat luka atau bahasa medisnya tukak berbentuk

    lonjong.

    Tukak tersebut suatu saat dapat menimbulkan perdarahan atau robekan

    sehingga terjadi penyebaran infeksi ke dalam rongga perut. Kalau sudah parah

  • 7/22/2019 Makalah Demam Thypoid.docx Patologi

    6/27

    maka perlu tindakan operasi untuk mengobatinya. Tak jarang hal ini dapat

    menimbulkan kematian. Selain itu, kuman salmonela yang masuk ke dalam tubuh

    juga mengeluarkan toksin (racun) yang akan menimbulkan gejala demam pada

    penderita.

    2.3 Gejala dan Tanda Demam Tifoid

    Penyakit ini bisa menyerang saat bakteri tersebut masuk melalui makanan

    atau minuman, sehingga terjadi infeksi saluran pencernaan yaitu usus halus.

    Kemudian mengikuti peredaran darah, bakteri ini mencapai hati dan limpa

    sehingga berkembang biak disana yang menyebabkan rasa nyeri saat diraba. Gejala

    klinis demam tifoid pada anak dapat bervariasi dari yang ringan hingga yang berat.

    Biasanya gejala pada orang dewasa akan lebih ringan dibanding pada anak-anak.

    Kuman yang masuk ke dalam tubuh anak, tidak segera menimbulkan gejala.

    Biasanya memerlukan masa tunas sekitar 7-14 hari. Masa tunas ini lebih cepat bila

    kuman tersebut masuk melalui makanan, dibanding melalui minuman.

    Gejala klinik demam tifoid pada anak biasanya memberikan gambaran klinis

    yang ringan bahkan dapat tanpa gejala (asimtomatik). Secara garis besar, tanda dan

    gejala yang ditimbulkan antara lain :

    1. Demam lebih dari seminggu. Siang hari biasanya terlihat segar namun

    menjelang malamnya demam tinggi.

    2. Lidah kotor. Bagian tengah berwarna putih dan pinggirnya merah. Biasanya

    anak akan merasa lidahnya pahit dan cenderung ingin makan yang asam-

    asam atau pedas.

    3. Mual Berat sampai muntah. Bakteri Salmonella typhi berkembang biak di

    hatidan limpa, Akibatnya terjadi pembengkakan dan akhirnya menekan

    lambung sehingga terjadi rasa mual. Dikarenakan mual yang berlebihan,

  • 7/22/2019 Makalah Demam Thypoid.docx Patologi

    7/27

    akhirnya makanan tak bisa masuk secara sempurna dan biasanya keluar lagi

    lewat mulut.

    4. Diare atau Mencret. Sifat bakteri yang menyerang saluran cerna

    menyebabkan gangguan penyerapan cairan yang akhirnya terjadi diare,

    namun dalam beberapa kasus justru terjadi konstipasi (sulit buang air besar).

    5. Lemas, pusing, dan sakit perut. Demam yang tinggi menimbulkan rasa

    lemas, pusing. Terjadinya pembengkakan hati dan limpa menimbulkan rasa

    sakit di perut.

    6. Pingsan, Tak sadarkan diri. Penderita umumnya lebih merasakan nyaman

    dengan berbaring tanpa banyak pergerakan, namun dengan kondisi yang

    parah seringkali terjadi gangguan kesadaran

    2.4 Patogenesis Demam Tifoid

    Kuman Salmonella Typi masuk tubuh manusia melalui mulut dengan

    makanan dan air yang tercemar. Sebagian kuman dimusnakan oleh asam lambung.

    Sebagian lagi masuk ke usus halus dan mencapai jaringan limfoid plaque peyeri di

    ileum terminalis yang mengalami hipertrofi. Di tempat ini komplikasi perdarahan

    dan perforasi intestinal dapat terjadi. Kuman Salmonella Typi kemudian

    menembus ke lamina propia, masuk aliran limfe dan mencapai kelenjar limfe

    mesenterial, yang juga mengalami hipertrofi. Setelah melewati kelenjar-kelenjar

    limfe ini salmonella typi masuk ke aliran darah melalui duktus thoracicus. Kuman

    salmonella typi lain mencapai hati melalui sirkulasi portal dari usus. Salmonella

    typi bersarang di plaque peyeri, limpa, hati dan bagian-bagian lain sistemretikuloendotelial.

  • 7/22/2019 Makalah Demam Thypoid.docx Patologi

    8/27

    2.5 Manifestasi Klinis Demam Tifoid

    Manifestasi klinis demam tifoid pada anak seringkali tidak khas dan sangat

    bervariasi yang sesuai dengan patogenesis demam tifoid. Spektrum klinis demam

    tifoid tidak khas dan sangat lebar, dari asimtomatik atau yang ringan berupa panas

    disertai diare yang mudah disembuhkan sampai dengan bentuk klinis yang berat

    baik berupa gejala sistemik panas tinggi, gejala septik yang lain, ensefalopati atau

    timbul komplikasi gastrointestinal berupa perforasi usus atau perdarahan. Hal ini

    mempersulit penegakan diagnosis berdasarkan gambaran klinisnya saja.

    Demam merupakan keluhan dan gejala klinis terpenting yang timbul pada

    semua penderita demam tifoid. Demam dapat muncul secara tiba-tiba, dalam 1-2hari menjadi parah dengan gejala yang menyerupai septisemia oleh karena

    StreptococcusatauPneumococcusdaripada S. typhi. Sifat demam juga muncul saat

    sore menjelang malam hari. Menggigil tidak biasa didapatkan pada demam tifoid

    tetapi pada penderita yang hidup di daerah endemis malaria, menggigil lebih

    mungkin disebabkan oleh malaria. Namun demikian demam tifoid dan malaria

    dapat timbul bersamaan pada satu penderita. Sakit kepala hebat yang menyertai

    demam tinggi dapat menyerupai gejala meningitis, di sisi lain S. typhijuga dapat

    menembus sawar darah otak dan menyebabkan meningitis. Manifestasi gejala

    mental kadang mendominasi gambaran klinis, yaitu konfusi, stupor, psikotik atau

    koma. Nyeri perut kadang tak dapat dibedakan dengan apendisitis. Pada tahap

    lanjut dapat muncul gambaran peritonitis akibat perforasi usus.

    Pengamatan selama 6 tahun (1987-1992) di Lab/SMF Ilmu Kesehatan Anak

    FK Unair/RSU Dr.Soetomo Surabaya terhadap 434 anak berumur 1-12 tahun

    dengan diagnosis demam tifoid atas dasar ditemukannya S.typhidalam darah dan

    85% telah mendapatkan terapi antibiotika sebelum masuk rumah sakit serta tanpa

    memperhitungkan dimensi waktu sakit penderita, didapatkan keluhan dan gejala

  • 7/22/2019 Makalah Demam Thypoid.docx Patologi

    9/27

    klinis pada penderita sebagai berikut : panas (100%), anoreksia (88%), nyeri perut

    (49%), muntah (46%), obstipasi (43%) dan diare (31%). Dari pemeriksaan fisik

    didapatkan kesadaran delirium (16%), somnolen (5%) dan sopor (1%) serta lidah

    kotor (54%), meteorismus (66%), hepatomegali (67%) dan splenomegali (7%). Hal

    ini sesuai dengan penelitian di RS Karantina Jakarta dengan diare (39,47%),

    sembelit (15,79%), sakit kepala (76,32%), nyeri perut (60,5%), muntah (26,32%),

    mual (42,11%), gangguan kesadaran (34,21%), apatis (31,58%) dan delirium

    (2,63%). Sedangkan tanda klinis yang lebih jarang dijumpai adalah disorientasi,

    bradikardi relatif, ronki, sangat toksik, kaku kuduk, penurunan pendengaran, stupor

    dan kelainan neurologis fokal. Angka kejadian komplikasi adalah kejang (0.3%),

    ensefalopati (11%), syok (10%), karditis (0.2%), pneumonia (12%), ileus (3%),

    melena (0.7%), ikterus (0.7%).

    2.6 Komplikasi Demam Tifoid

    Sebagian besar penderita mengalami penyembuhan sempurna, tetapi bisa

    terjadi komplikasi, terutama pada penderita yang tidak diobati atau bila

    pengobatannya terlambat :

    Banyak penderita yang mengalami perdarahan usus; sekitar 2% mengalami

    perdarahan hebat. Biasanya perdarahan terjadi pada minggu ketiga.

    Perforasi usus terjadi pada 1-2% penderita dan menyebabkan nyeri perut yang

    hebat karena isi usus menginfeksi ronga perut (peritonitis).

    Pneumonia bisa terjadi pada minggu kedua atau ketiga dan biasanya terjadi

    akibat infeksi pneumokokus (meskipun bakteri tifoid juga bisa menyebabkan

    pneumonia).

    Infeksi kandung kemih dan hati.

  • 7/22/2019 Makalah Demam Thypoid.docx Patologi

    10/27

    Infeksi darah (bakteremia) kadang menyebabkan terjadinya infeksi tulang

    (osteomielitis), infeksi katup jantung (endokarditis), infeksi selaput otak

    (meningitis), infeksi ginjal (glomerulitis) atau infeksi saluran kemih-kelamin.

    2.7 Diagnosis Demam Tifoid

    Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejala dan hasil pemeriksaan fisik.

    Untuk memperkuat diagnosis, dilakukan biakan darah, tinja, air kemih atau

    jaringan tubuh lainnya guna menemukan bakteri penyebabnya.

    Pemeriksaan laboratorium untuk membantu menegakkan diagnosis demam

    tifoid dibagi dalam empat kelompok, yaitu : (1) pemeriksaan darah tepi; (2)

    pemeriksaan bakteriologis dengan isolasi dan biakan kuman; (3) uji serologis; dan

    (4) pemeriksaan kuman secara molekuler.

    1. Pemeriksaan Darah Tepi

    Pada penderita demam tifoid bisa didapatkan anemia, jumlah leukosit

    normal, bisa menurun atau meningkat, mungkin didapatkan trombositopenia dan

    hitung jenis biasanya normal atau sedikit bergeser ke kiri, mungkin didapatkan

    aneosinofilia dan limfositosis relatif, terutama pada fase lanjut. Penelitian oleh

    beberapa ilmuwan mendapatkan bahwa hitung jumlah dan jenis leukosit serta laju

    endap darah tidak mempunyai nilai sensitivitas, spesifisitas dan nilai ramal yang

    cukup tinggi untuk dipakai dalam membedakan antara penderita demam tifoid atau

    bukan, akan tetapi adanya leukopenia dan limfositosis relatif menjadi dugaan kuat

    diagnosis demam tifoid.

    Penelitian oleh Darmowandowo (1998) di RSU Dr.Soetomo Surabaya

    mendapatkan hasil pemeriksaan darah penderita demam tifoid berupa anemia

    (31%), leukositosis (12.5%) dan leukosit normal (65.9%).

  • 7/22/2019 Makalah Demam Thypoid.docx Patologi

    11/27

    2. Identifikasi Kuman Melalui Isolasi atau Biakan

    Diagnosis pasti demam tifoid dapat ditegakkan bila ditemukan bakteri S.

    typhidalam biakan dari darah, urine, feses, sumsum tulang, cairan duodenum atau

    dari rose spots. Berkaitan dengan patogenesis penyakit, maka bakteri akan lebih

    mudah ditemukan dalam darah dan sumsum tulang pada awal penyakit, sedangkan

    pada stadium berikutnya di dalam urine dan feses.

    Hasil biakan yang positif memastikan demam tifoid akan tetapi hasil

    negatif tidak menyingkirkan demam tifoid, karena hasilnya tergantung pada

    beberapa faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil biakan meliputi (1)

    jumlah darah yang diambil; (2) perbandingan volume darah dari media empedu;

    dan (3) waktu pengambilan darah.

    Volume 10-15 mL dianjurkan untuk anak besar, sedangkan pada anak kecil

    dibutuhkan 2-4 mL. Sedangkan volume sumsum tulang yang dibutuhkan untuk

    kultur hanya sekitar 0.5-1 mL.Bakteri dalam sumsum tulang ini juga lebih sedikit

    dipengaruhi oleh antibiotika daripada bakteri dalam darah. Hal ini dapat

    menjelaskan teori bahwa kultur sumsum tulang lebih tinggi hasil positifnya bila

    dibandingkan dengan darah walaupun dengan volume sampel yang lebih sedikit

    dan sudah mendapatkan terapi antibiotika sebelumnya. Media pembiakan yang

    direkomendasikan untuk S.typhi adalah media empedu (gall) dari sapi dimanadikatakan media Gall ini dapat meningkatkanpositivitas hasil karena hanya S.typhidan S. paratyphiyang dapat tumbuh pada media tersebut.

    Biakan darah terhadap Salmonella juga tergantung dari saat pengambilan

    pada perjalanan penyakit. Beberapa peneliti melaporkan biakan darah positif 40-

    80% atau 70-90% dari penderita pada minggu pertama sakit dan positif 10-50%

    pada akhir minggu ketiga. Sensitivitasnya akan menurun pada sampel penderita

    yang telah mendapatkan antibiotika dan meningkat sesuai dengan volume darah

    dan rasio darah dengan media kultur yang dipakai.

  • 7/22/2019 Makalah Demam Thypoid.docx Patologi

    12/27

    Bakteri dalam feses ditemukan meningkat dari minggu pertama (10-15%)

    hingga minggu ketiga (75%) dan turun secara perlahan. Biakan urine positif

    setelah minggu pertama. Biakan sumsum tulang merupakan metode baku emas

    karena mempunyai sensitivitas paling tinggi dengan hasil positif didapat pada 80-

    95% kasus dan sering tetap positif selama perjalanan penyakit dan menghilang

    pada fase penyembuhan. Metode ini terutama bermanfaat untuk penderita yang

    sudah pernah mendapatkan terapi atau dengan kultur darah negatif sebelumnya.

    Prosedur terakhir ini sangat invasif sehingga tidak dipakai dalam praktek sehari-

    hari. Pada keadaan tertentu dapat dilakukan kultur pada spesimen empedu yang

    diambil dari duodenum dan memberikan hasil yang cukup baik akan tetapi tidak

    digunakan secara luas karena adanya risiko aspirasi terutama pada anak.

    Salah satu penelitian pada anak menunjukkan bahwa sensitivitas kombinasi

    kultur darah dan duodenum hampir sama dengan kultur sumsum tulang.

    Kegagalan dalam isolasi/biakan dapat disebabkan oleh keterbatasan media yang

    digunakan, adanya penggunaan antibiotika, jumlah bakteri yang sangat minimal

    dalam darah, volume spesimen yang tidak mencukupi, dan waktu pengambilan

    spesimen yang tidak tepat.

    Walaupun spesifisitasnya tinggi, pemeriksaan kultur mempunyai sensitivitas

    yang rendah dan adanya kendala berupa lamanya waktu yang dibutuhkan (5-7 hari)

    serta peralatan yang lebih canggih untuk identifikasi bakteri sehingga tidak praktis

    dan tidak tepat untuk dipakai sebagai metode diagnosis baku dalam pelayanan

    penderita.

    .3. Identifikasi Melalui Uji SerologisUji serologis digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis demam

    tifoid dengan mendeteksi antibodi spesifik terhadap komponen antigen S. typhi

    maupun mendeteksi antigen itu sendiri. Volume darah yang diperlukan untuk uji

    serologis ini adalah 1-3 mL yang diinokulasikan ke dalam tabung tanpa

  • 7/22/2019 Makalah Demam Thypoid.docx Patologi

    13/27

    antikoagulan. Beberapa uji serologis yang dapat digunakan pada demam tifoid ini

    meliputi : (1) uji Widal; (2) tes TUBEX; (3) metode enzyme immunoassay (EIA);

    (4) metode enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA); dan (5) pemeriksaan

    dipstik.

    Metode pemeriksaan serologis imunologis ini dikatakan mempunyai nilai

    penting dalam proses diagnostik demam tifoid. Akan tetapi masih didapatkan

    adanya variasi yang luas dalam sensitivitas dan spesifisitas pada deteksi antigen

    spesifik S. typhi oleh karena tergantung pada jenis antigen, jenis spesimen yang

    diperiksa, teknik yang dipakai untuk melacak antigen tersebut, jenis antibodi yang

    digunakan dalam uji (poliklonal atau monoklonal) dan waktu pengambilanspesimen (stadium dini atau lanjut dalam perjalanan penyakit).

    3.1 Uji Widal

    Uji Widal merupakan suatu metode serologi baku dan rutin digunakan

    sejak tahun 1896. Prinsip uji Widal adalah memeriksa reaksi antara antibodi

    aglutinin dalam serum penderita yang telah mengalami pengenceran berbeda-beda

    terhadap antigen somatik (O) dan flagela (H) yang ditambahkan dalam jumlah

    yang sama sehingga terjadi aglutinasi. Pengenceran tertinggi yang masih

    menimbulkan aglutinasi menunjukkan titer antibodi dalam serum.

    Teknik aglutinasi ini dapat dilakukan dengan menggunakan uji hapusan

    (slide test) atau uji tabung (tube test). Uji hapusan dapat dilakukan secara cepat dan

    digunakan dalam prosedur penapisan sedangkan uji tabung membutuhkan teknik

    yang lebih rumit tetapi dapat digunakan untuk konfirmasi hasil dari uji hapusan.

    Penelitian pada anak oleh Choo dkk (1990) mendapatkan sensitivitas dan

    spesifisitas masing-masing sebesar 89% pada titer O atau H >1/40 dengan nilai

    prediksi positif sebesar 34.2% dan nilai prediksi negatif sebesar 99.2%.Beberapa

    penelitian pada kasus demam tifoid anak dengan hasil biakan positif, ternyata

  • 7/22/2019 Makalah Demam Thypoid.docx Patologi

    14/27

    hanya didapatkan sensitivitas uji Widal sebesar 64-74% dan spesifisitas sebesar

    76-83%.

    Interpretasi dari uji Widal ini harus memperhatikan beberapa faktor antara

    lain sensitivitas, spesifisitas, stadium penyakit; faktor penderita seperti status

    imunitas dan status gizi yang dapat mempengaruhi pembentukan antibodi;

    gambaran imunologis dari masyarakat setempat (daerah endemis atau non-

    endemis); faktor antigen; teknik serta reagen yang digunakan.

    Kelemahan uji Widal yaitu rendahnya sensitivitas dan spesifisitas serta

    sulitnya melakukan interpretasi hasil membatasi penggunaannya dalam

    penatalaksanaan penderita demam tifoid akan tetapi hasil uji Widal yang positif

    akan memperkuat dugaan pada tersangka penderita demam tifoid (penanda

    infeksi). Saat ini walaupun telah digunakan secara luas di seluruh dunia,

    manfaatnya masih diperdebatkan dan sulit dijadikan pegangan karena belum ada

    kesepakatan akan nilai standar aglutinasi (cut-off point). Untuk mencari standar

    titer uji Widal seharusnya ditentukan titer dasar (baseline titer) pada anak sehat di

    populasi dimana pada daerah endemis seperti Indonesia akan didapatkan

    peningkatan titer antibodi O dan H pada anak-anak sehat. Penelitian oleh

    Darmowandowo di RSU Dr.Soetomo Surabaya (1998) mendapatkan hasil uji

    Widal dengan titer >1/200 pada 89% penderita.

    3.2 Tes TUBEX

    Tes TUBEX merupakan tes aglutinasi kompetitif semi kuantitatif yang

    sederhana dan cepat (kurang lebih 2 menit) dengan menggunakan partikel yang

    berwarna untuk meningkatkan sensitivitas. Spesifisitas ditingkatkan dengan

    menggunakan antigen O9 yang benar-benar spesifik yang hanya ditemukan pada

    Salmonella serogrup D. Tes ini sangat akurat dalam diagnosis infeksi akut karena

  • 7/22/2019 Makalah Demam Thypoid.docx Patologi

    15/27

    hanya mendeteksi adanya antibodi IgM dan tidak mendeteksi antibodi IgG dalam

    waktu beberapa menit.

    Walaupun belum banyak penelitian yang menggunakan tes TUBEX ini,

    beberapa penelitian pendahuluan menyimpulkan bahwa tes ini mempunyai

    sensitivitas dan spesifisitas yang lebih baik daripada uji Widal. Penelitian oleh Lim

    dkk (2002) mendapatkan hasil sensitivitas 100% dan spesifisitas 100%. Penelitian

    lain mendapatkan sensitivitas sebesar 78% dan spesifisitas sebesar 89%. Tes ini

    dapat menjadi pemeriksaan yang ideal, dapat digunakan untuk pemeriksaan secara

    rutin karena cepat, mudah dan sederhana, terutama di negara berkembang.

    3.3 Metode Enzyme Immunoassay (EIA) DOT

    Uji serologi ini didasarkan pada metode untuk melacak antibodi spesifik

    IgM dan IgG terhadap antigen OMP 50 kD S. typhi. Deteksi terhadap IgM

    menunjukkan fase awal infeksi pada demam tifoid akut sedangkan deteksi terhadap

    IgM dan IgG menunjukkan demam tifoid pada fase pertengahan infeksi. Pada

    daerah endemis dimana didapatkan tingkat transmisi demam tifoid yang tinggi

    akan terjadi peningkatan deteksi IgG spesifik akan tetapi tidak dapat membedakan

    antara kasus akut, konvalesen dan reinfeksi. Pada metode Typhidot-M yang

    merupakan modifikasi dari metode Typhidottelah dilakukan inaktivasi dari IgG

    total sehingga menghilangkan pengikatan kompetitif dan memungkinkan

    pengikatan antigen terhadap Ig M spesifik.

    Penelitian oleh Purwaningsih dkk (2001) terhadap 207 kasus demam tifoid

    bahwa spesifisitas uji ini sebesar 76.74% dengan sensitivitas sebesar 93.16%, nilai

    prediksi positif sebesar 85.06% dan nilai prediksi negatif sebesar 91.66%.

    Sedangkan penelitian oleh Gopalakhrisnan dkk (2002) pada 144 kasus demam

    tifoid mendapatkan sensitivitas uji ini sebesar 98%, spesifisitas sebesar 76.6% dan

  • 7/22/2019 Makalah Demam Thypoid.docx Patologi

    16/27

    efisiensi uji sebesar 84%.Penelitian lain mendapatkan sensitivitas sebesar 79% dan

    spesifisitas sebesar 89%.

    Uji dot EIA tidak mengadakan reaksi silang dengan salmonellosis non-tifoid

    bila dibandingkan dengan Widal. Dengan demikian bila dibandingkan dengan uji

    Widal, sensitivitas uji dot EIA lebih tinggi oleh karena kultur positif yang

    bermakna tidak selalu diikuti dengan uji Widal positif.Dikatakan bahwa Typhidot-

    Mini dapat menggantikan uji Widal bila digunakan bersama dengan kultur untuk

    mendapatkan diagnosis demam tifoid akut yang cepat dan akurat.

    Beberapa keuntungan metode ini adalah memberikan sensitivitas dan

    spesifisitas yang tinggi dengan kecil kemungkinan untuk terjadinya reaksi silang

    dengan penyakit demam lain, murah (karena menggunakan antigen dan membran

    nitroselulosa sedikit), tidak menggunakan alat yang khusus sehingga dapat

    digunakan secara luas di tempat yang hanya mempunyai fasilitas kesehatan

    sederhana dan belum tersedia sarana biakan kuman. Keuntungan lain adalah bahwa

    antigen pada membran lempengan nitroselulosa yang belum ditandai dan diblok

    dapat tetap stabil selama 6 bulan bila disimpan pada suhu 4C dan bila hasil

    didapatkan dalam waktu 3 jam setelah penerimaan serum pasien.

    3.4 Metode Enzyme-Linked Immunosorbent (ELISA)

    Uji Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA) dipakai untuk melacak

    antibodi IgG, IgM dan IgA terhadap antigen LPS O9, antibodi IgG terhadap

    antigen flagella d (Hd) dan antibodi terhadap antigen Vi S. typhi. Uji ELISA yang

    sering dipakai untuk mendeteksi adanya antigen S. typhi dalam spesimen klinis

    adalah double antibody sandwich ELISA.

    Chaicumpa dkk (1992) mendapatkan sensitivitas uji ini sebesar 95% pada sampel

    darah, 73% pada sampel feses dan 40% pada sampel sumsum tulang. Pada

    penderita yang didapatkan S. typhi pada darahnya, uji ELISA pada sampel urine

  • 7/22/2019 Makalah Demam Thypoid.docx Patologi

    17/27

    didapatkan sensitivitas 65% pada satu kali pemeriksaan dan 95% pada

    pemeriksaan serial serta spesifisitas 100%. Penelitian oleh Fadeel dkk (2004)

    terhadap sampel urine penderita demam tifoid mendapatkan sensitivitas uji ini

    sebesar 100% pada deteksi antigen Vi serta masing-masing 44% pada deteksi

    antigen O9 dan antigen Hd. Pemeriksaan terhadap antigen Vi urine ini masih

    memerlukan penelitian lebih lanjut akan tetapi tampaknya cukup menjanjikan,

    terutama bila dilakukan pada minggu pertama sesudah panas timbul, namun juga

    perlu diperhitungkan adanya nilai positif juga pada kasus dengan Brucellosis.

    3.5 Pemeriksaan Dipstik

    Uji serologis dengan pemeriksaan dipstik dikembangkan di Belanda

    dimana dapat mendeteksi antibodi IgM spesifik terhadap antigen LPS S. typhi

    dengan menggunakan membran nitroselulosa yang mengandung antigen S. typhi

    sebagai pita pendeteksi dan antibodi IgM anti-human immobilized sebagai reagen

    kontrol. Pemeriksaan ini menggunakan komponen yang sudah distabilkan, tidak

    memerlukan alat yang spesifik dan dapat digunakan di tempat yang tidak

    mempunyai fasilitas laboratorium yang lengkap.

    Penelitian oleh Gasem dkk (2002) mendapatkan sensitivitas uji ini sebesar

    69.8% bila dibandingkan dengan kultur sumsum tulang dan 86.5% bila

    dibandingkan dengan kultur darah dengan spesifisitas sebesar 88.9% dan nilai

    prediksi positif sebesar 94.6%. Penelitian lain oleh Ismail dkk (2002) terhadap 30

    penderita demam tifoid mendapatkan sensitivitas uji ini sebesar 90% dan

    spesifisitas sebesar 96%. Penelitian oleh Hatta dkk (2002) mendapatkan rerata

    sensitivitas sebesar 65.3% yang makin meningkat pada pemeriksaan serial yang

    menunjukkan adanya serokonversi pada penderita demam tifoid. Uji ini terbukti

    mudah dilakukan, hasilnya cepat dan dapat diandalkan dan mungkin lebih besar

    manfaatnya pada penderita yang menunjukkan gambaran klinis tifoid dengan hasil

  • 7/22/2019 Makalah Demam Thypoid.docx Patologi

    18/27

    kultur negatif atau di tempat dimana penggunaan antibiotika tinggi dan tidak

    tersedia perangkat pemeriksaan kultur secara luas.

    4. Identifikasi Kuman Secara Molekuler

    Metode lain untuk identifikasi bakteri S. typhi yang akurat adalah

    mendeteksi DNA (asam nukleat) gen flagellin bakteri S. typhidalam darah dengan

    teknik hibridisasi asam nukleat atau amplifikasi DNA dengan cara polymerase

    chain reaction(PCR) melalui identifikasi antigen Vi yang spesifik untuk S. typhi.

    Penelitian oleh Haque dkk (1999) mendapatkan spesifisitas PCR sebesar

    100% dengan sensitivitas yang 10 kali lebih baik daripada penelitian sebelumnya

    dimana mampu mendeteksi 1-5 bakteri/mL darah. Penelitian lain oleh Massi dkk

    (2003) mendapatkan sensitivitas sebesar 63% bila dibandingkan dengan kultur

    darah (13.7%) dan uji Widal (35.6%).

    Kendala yang sering dihadapi pada penggunaan metode PCR ini meliputi risiko

    kontaminasi yang menyebabkan hasil positif palsu yang terjadi bila prosedur

    teknis tidak dilakukan secara cermat, adanya bahan-bahan dalam spesimen yang

    bisa menghambat proses PCR (hemoglobin dan heparin dalam spesimen darah

    serta bilirubin dan garam empedu dalam spesimen feses), biaya yang cukup tinggi

    dan teknis yang relatif rumit. Usaha untuk melacak DNA dari spesimen klinis

    masih belum memberikan hasil yang memuaskan sehingga saat ini penggunaannya

    masih terbatas dalam laboratorium penelitian.

    2.8 Pencegahan Demam Tifoid

    Pencegahan adalah segala upaya yang dilakukan agar setiap anggota

    masyarakat tidak tertular oleh bakteri Salmonella. Pencegahan dilakukan secara

    umum dan khusus/imunisasi. Demam tifoid dapat dicegah dengan kebersihan

  • 7/22/2019 Makalah Demam Thypoid.docx Patologi

    19/27

    pribadi dan kebersihan lingkungan. Beberapa petunjuk untuk mencegah

    penyebaran demam tifoid secara umum diantaranya:

    1. Cuci tangan.

    Cuci tangan dengan teratur meruapakan cara terbaik untuk mengendalikan

    demam tifoid atau penyakit infeksi lainnya. Cuci tangan anda dengan air

    (diutamakan air mengalir) dan sabun terutama sebelum makan atau

    mempersiapkan makanan atau setelah menggunakan toilet. Bawalah

    pembersih tangan berbasis alkohol jika tidak tersedia air.

    2. Hindari minum air yang tidak dimasak.

    Air minum yang terkontaminasi merupakan masalah pada daerah endemik

    tifoid. Untuk itu, minumlah air dalam botol atau kaleng. Seka seluruh bagian

    luar botol atau kaleng sebelum anda membukanya. Minum tanpa

    menambahkan es di dalamnya. Gunakan air minum kemasan untuk menyikat

    gigi dan usahakan tidak menelan air di pancuran kamar mandi.

    3. Tidak perlu menghindari buah dan sayuran mentah.

    Buah dan sayuran mentah mengandung vitamin C yang lebih banyak

    daripada yang telah dimasak, namun untuk menyantapnya, perlu

    diperhatikan hal-hal sebagai berikut. Untuk menghindari makanan mentah

    yang tercemar, cucilah buah dan sayuran tersebut dengan air yang mengalir.

    Perhatikan apakah buah dan sayuran tersebut masih segar atau tidak. Buah

    dan sayuran mentah yang tidak segar sebaiknya tidak disajikan. Apabila

    tidak mungkin mendapatkan air untuk mencuci, pilihlah buah yang dapat

    dikupas.

    4. Pilih makanan yang masih panas.

    Hindari makanan yang telah disimpan lama dan disajikan pada suhu ruang.

    Yang terbaik adalah makanan yang masih panas. Walaupun tidak ada

  • 7/22/2019 Makalah Demam Thypoid.docx Patologi

    20/27

    jaminan makanan yang disajikan di restoran itu aman, hindari membeli

    makanan dari penjual di jalanan yang lebih mungkin terkontaminasi.

    Pusat control penyakit dan pencegahan telah menidentifikasi imunisasi

    menjadi a genda penting bagi Negara berkembang yang menjadi tempat

    berkembangsalmonellathypi. Vaksin ini berlandaskan identifikasi gen bakteri dan

    mekanisme imunologi dari daya tahan ke penyakit. Penggunaan vaksin ini

    merupakan pencegahan khusus yang dilakukan oleh negara Indonesia, untuk

    menanggulangi terjadinya demam tifoid pada anak, sehingga anak menjadi

    memiliki kekebalakn tubuh yang baik, meskipun kadang dirasakan efek

    sampingnya. Namun hal ini sangat lah baik untuk dilakukan guna meningkatkan

    kesehatan masyarakat di Indonesia terutama pada anak-anak. Vaksin ini sering

    dilakukan pada anak-anak dengan rentang waktu tertentu serta komposisi tertentu

    sesuai dengan usia pada anak tersebut.

    Ada tiga macam vaksin untuk melawan tifoid ini, yaitu:

    No. Tipe

    Vaksin

    Komposisi Dosis Keberhasilan

    (%)

    Efek

    Samping

    1. parenteral

    vaksin sel

    tak aktif

    Tersusun atas

    zat asan karbol

    panas sel

    vaksin yang

    tidak aktif

    60-67% Reaksi

    local

    yang

    berat

    2. Parenteral

    Capsular

    poly

    accharide

    Natibodi

    virulensi

    berupa butir

    polysaccharide

    Sekali

    suntikan

    25 mcg

    (0,5 ml)

    63-72% -sakit

    pada

    daerah

    tusukan

  • 7/22/2019 Makalah Demam Thypoid.docx Patologi

    21/27

    vaccine Vi

    [ViCPs]

    - demam

    (3%)

    -tidak

    enak

    badan

    -muntah

    3. Vaksin

    hidup yang

    diperlemah

    (Ty21avaksin)

    S.thypihidup

    yang

    diperlemah

    3-4

    kapsul

    60-90% -sakit

    pada

    abdome

    n- mual

    -

    muntah

    - diare

    - ruam

    Pencegahan yang dilakukan pada pasien demam tifoid atau baru saja sembuh

    dari demam tifoid, berikut beberapa tips agar anda tidak menginfeksi orang lain:

    1. Sering cuci tangan anda.

    Ini adalah cara penting yang dapat anda lakukan untuk menghindari penyebaran

    infeksi ke orang lain. Gunakan air (diutamakan air mengalir) dan sabun, kemudian

    gosoklah tangan selama minimal 30 detik, terutama sebelum makan dan setelah

    menggunakan toilet.

    2. Bersihkan alat rumah tangga secara teratur.

    Bersihkan toilet, pegangan pintu, telepon, dan keran air setidaknya sekali sehari.

  • 7/22/2019 Makalah Demam Thypoid.docx Patologi

    22/27

    3. Hindari memegang makanan.

    Hindari menyiapkan makanan untuk orang lain sampai dokter berkata bahwa anda

    tidak menularkan lagi. Jika anda bekerja di industri makanan atau fasilitas

    kesehatan, anda tidak boleh kembali bekerja sampai hasil tes memperlihatkan anda

    tidak lagi menyebarkan bakteri Salmonella.

    4. Gunakan barang pribadi yang terpisah.

    Sediakan handuk, seprai, dan peralatan lainnya untuk anda sendiri dan cuci dengan

    menggunakan air dan sabun.

    2.9 Pengobatan Demam Tifoid

    Tujuan dari perawatan dan pengobatan terhadap penderita penyakit tifoid

    atau types adalah untuk menghentikan invasi kuman, mencegah terjadinya

    komplikasi, memperpendek perjalanan penyakit, serta mencegah agar tak kambuh

    lagi. Pengobatan yang dilakukan untuk penyakit tyfus ini dengan jalan mengisolasi

    penderita dan melakukan desinfeksi pakaian, faeces dan urine untuk mencegah

    penularan. Selama tiga hari pasien harus berbaring di tempat tidur hingga panas

    turun, kemudian baru boleh duduk, berdiri dan berjalan.

    Untuk mengurangi gejala yang timbul seperti demam dan rasa pusing, Anda

    dapat memberikan obat paracetamol. Sedangkan pada anak yang mengalami

    demam tifoid maka pilihan antibiotika yang baik adalah kloramfenikol selama 10

    hari. Sebaiknya konsultasikan dengan dokter untuk menentukan obat yang baik

    untuk mengatasi demam tifoid. Selain dengan obat-obatan juga ada caratradisionaluntuk menyembuhkan penyakit typus yaitu dengan menggunakan tanaman obat

    yang bisa kita jumpai di lingkungan kita.

    1. penyembuhan penyakit typus dengan sambiloto (andrographis paniculata)

    http://tipskesehatan.web.id/waspadai-batu-ginjal-dengan-warna-urine-pekathttp://tipskesehatan.web.id/waspadai-batu-ginjal-dengan-warna-urine-pekathttp://tipskesehatan.web.id/obat-jerawat-tradisionalhttp://tipskesehatan.web.id/obat-jerawat-tradisionalhttp://tipskesehatan.web.id/obat-jerawat-tradisionalhttp://tipskesehatan.web.id/obat-jerawat-tradisionalhttp://tipskesehatan.web.id/obat-jerawat-tradisionalhttp://tipskesehatan.web.id/obat-jerawat-tradisionalhttp://tipskesehatan.web.id/obat-jerawat-tradisionalhttp://tipskesehatan.web.id/waspadai-batu-ginjal-dengan-warna-urine-pekat
  • 7/22/2019 Makalah Demam Thypoid.docx Patologi

    23/27

    Fungsi dari tanaman ini adalah untuk menurunkan panas atau demam, fungsi lain

    untuk antiracun dan antibengkak. Cukup efektif untuk meningkatkan kekebalan

    tubuh, serta mengatasi infeksi dan merangsang phagocytosis. Bagian dari tanaman

    ini dapat diolah menjadi obat berbentuk kapsul. Untuk penggunaannya : 1 jam

    sebelum makan 3 x 1 kapsul (pagi, siang, sore).

    2. Penyembuhan penyakit typus dengan bidara upas (merremia mammosa)

    Tanaman ini digunakan untuk mengurangi rasa sakit (analgesic), menetralkan

    racun dan sebagai anti radang. Olah bagian dari tanaman ini dalam bentuk kapsul.

    Pemakainnya sendiri : 3 x 1 kapsul/hari.

    3. Menyembuhkan penyakit Typus dengan Rumput Mutiara

    Tanaman ini sangat berguna untuk menghilangkan rasa panas dan anti radang,

    selain itu juga sangat bermanfaat untuk mengaktifkan peredaran darah. Olah juga

    bagian tanaman ini menjadi kapsul. Cara pemakaiannya: 3 x 1 kapsul/hari.

    4. Menyembuhkan penyakit Typus dengan Temulawak

    Sifat dari tanaman ini adalah bakteriostatik dan bermanfaat untuk meningkatkan

    kekebalan tubuh serta antiflasma atau pembengkakan. Olah bagian tanaman ini

    dalam bentuk kapsul. Cara pemakaiannya: 3 x 1 kapsul/hari.

    Obat-obatan yang dipakai untuk penyakit demam tifoid adalah :

    1. Antibiotik

    Demam tifoid disebabkan oleh infeksi bakteri Salmonella typhi, sehingga

    memerlukan antibiotik. Antibiotik lini pertama adalah chloramphenicol,

    amoxicillin, atau cotrimoxazole. Antibiotik lini kedua adalah golongan

    fluoroquinolone (ofloxacin, ciprofloxacin) atau golongan cephalosporine

    (ceftriaxone, cefixime, atau cefotaxime). Lama pemberian antibiotik adalah 7-14

    hari. Tirah baring selama demam sampai dengan 2 minggu normal kembali.

    Dengan antibiotik yang tepat, lebih dari 99% penderita dapat disembuhkan.

    Antibiotik yang banyak digunakan adalah kloramfenikol 100mg/kg/hari dibagi

  • 7/22/2019 Makalah Demam Thypoid.docx Patologi

    24/27

    dalam 4 dosis selama 10 hari. Dosis maksimal kloramfenikol 2g/hari.

    Kloramfenikol tidak bias diberikan bila jumlah leukosit < 2000 ul. Bila pasien

    alergi, dapat diberikan golongan penisilin atau kotrimoksazol.

    2. Penurun panas

    Penurun panas yang sering diberikan adalah paracetamol.

    3. Kortikosteroid

    Kortikosteroid dapat diberikan pada demam tifoid berat.

    4. Diet lunak rendah serat, dan makan makanan bergizi Penderita penyakit

    demam Tifoid selama menjalani perawatan haruslah mengikuti petunjuk diet yang

    dianjurkan oleh dokter untuk di konsumsi, antara lain :

    a. Makanan yang cukup cairan, kalori, vitamin & protein.

    b. Tidak mengandung banyak serat.

    c. Tidak merangsang dan tidak menimbulkan banyak gas.

    d. Makanan lunak diberikan selama istirahat.

    Untuk kembali ke makanan "normal", lakukan secara bertahap bersamaandengan mobilisasi. Misalnya hari pertama dan kedua makanan lunak, hari ke-3

    makanan biasa, dan seterusnya.

    5. Pemberian cairan yang cukup untuk mencegah dehidrasi

    Kadang makanan diberikan melalui infus sampai penderita dapat mencerna

    makanan. Jika terjadi perforasi usus, diberikan antibiotik berspektrum luas (karena

    berbagai jenis bakteri akan masuk ke dalam rongga perut) dan mungkin perludilakukan pembedahan untuk memperbaiki atau mengangkat bagian usus yang

    mengalami perforasi.

  • 7/22/2019 Makalah Demam Thypoid.docx Patologi

    25/27

  • 7/22/2019 Makalah Demam Thypoid.docx Patologi

    26/27

    BAB III

    PENUTUP

    3.1 Kesimpulan

    Demam tifoid adalah suatu infeksi akut pada usus kecil yang disebabkan

    oleh bakteri Salmonella typhi. Di Indonesia penderita demam tifoid cukup banyak

    diperkirakan 800/100.000 penduduk per tahun, tersebar dimana-mana, dan

    ditemukan hamper sepanjang tahun.

    Demam tifoid dapat ditemukan pada semua umur, tetapi yang paling sering

    pada anak besar, umur 5-9 tahun. Dengan keadaan seperti ini, adalah penting

    melakukan pengenalan dini demam tifoid, yaitu adanya 3 komponen utama :

    Demam yang berkepanjangan (lebih dari 7 hari), Gangguan susunan saraf pusat /

    kesadaran.

    3.2 Saran

    Dari uraian makalah yang telah disajikan maka kami dapat memberikan

    saran untuk selalu menjaga kebersih lingkungan , makanan yang dikonsumsi harus

    higiene dan perlunya penyuluhan kepada masyarakat tentang demam tifoid.

  • 7/22/2019 Makalah Demam Thypoid.docx Patologi

    27/27

    DAFTAR PUSTAKA

    http://www.infopenyakit.com/2008/08/penyakit-demam-tifoid.html

    http://www.pediatrik.com/isi03.php?page=html&hkategori=pdt&direktori=pdt&fil

    epdf=0&pdf=&html=07110-fkxu277.htm

    http://www.infofisioterapi.com/penyakit-tifus-pada-anak.html#more-3671

    http://www.arisclinic.com/2011/04/demam-tifoid-gejala-diagnosis-pengo

    http://www.infopenyakit.com/2008/08/penyakit-demam-tifoid.htmlhttp://www.infopenyakit.com/2008/08/penyakit-demam-tifoid.htmlhttp://www.pediatrik.com/isi03.php?page=html&hkategori=pdt&direktori=pdt&filepdf=0&pdf=&html=07110-fkxu277.htmhttp://www.pediatrik.com/isi03.php?page=html&hkategori=pdt&direktori=pdt&filepdf=0&pdf=&html=07110-fkxu277.htmhttp://www.pediatrik.com/isi03.php?page=html&hkategori=pdt&direktori=pdt&filepdf=0&pdf=&html=07110-fkxu277.htmhttp://www.infofisioterapi.com/penyakit-tifus-pada-anak.html#more-3671http://www.infofisioterapi.com/penyakit-tifus-pada-anak.html#more-3671http://www.arisclinic.com/2011/04/demam-tifoid-gejala-diagnosis-pengobatan/http://www.arisclinic.com/2011/04/demam-tifoid-gejala-diagnosis-pengobatan/http://www.arisclinic.com/2011/04/demam-tifoid-gejala-diagnosis-pengobatan/http://www.infofisioterapi.com/penyakit-tifus-pada-anak.html#more-3671http://www.pediatrik.com/isi03.php?page=html&hkategori=pdt&direktori=pdt&filepdf=0&pdf=&html=07110-fkxu277.htmhttp://www.pediatrik.com/isi03.php?page=html&hkategori=pdt&direktori=pdt&filepdf=0&pdf=&html=07110-fkxu277.htmhttp://www.infopenyakit.com/2008/08/penyakit-demam-tifoid.html