makalah demam thypoid.docx patologi
TRANSCRIPT
-
7/22/2019 Makalah Demam Thypoid.docx Patologi
1/27
Makalah patologi
Makalah pada demam thypoid
Disusun oleh:
1. Kurniawati2. Martha Kristina3. Margaretha4. Muhammad nooryansyah5. Made heriyanto6. Kuswanto7. karno
Kelompok 3
Kelas:1c
AKADEMI KEPERAWATAN ANTARIKSA JAKARTA
TA 2012/2013
-
7/22/2019 Makalah Demam Thypoid.docx Patologi
2/27
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Demam tifoid menjadi masalah kesehatan, yang umumnya terjadi di negarayang sedang berkembang karena akibat kemiskinan, kriminalitas dan kekurangan
air bersih yang dapat diminum. Diagnose dari pelubangan penyakit tipus dapat
sangat berbahaya apabila terjadi selama kehamilan atau pada periode setelah
melahirkan. Kebanyakan penyebaran penyakit demam tifoid ini tertular pada
manusia pada daerah daerah berkembang, ini dikarenakan pelayanan kesehatan
yang belum baik, hygiene personal yang buruk. Salah satu contoh yaitu di Negara
Nigeria, dimana terdapat 467 kasus dari tahun 1996 sampai dengan 2000.
Pada beberapa dekade terakhir demam tifoid sudah jarang terjadi di negara-
negara industri, namun tetap menjadi masalah kesehatan yang serius di sebagian
wilayah dunia, seperti bekas negara Uni Soviet, anak benua India, Asia Tenggara,
Amerika Selatan dan Afrika. Menurut WHO, diperkirakan terjadi 16 juta kasus per
tahun dan 600 ribu diantaranya berakhir dengan kematian. Sekitar 70 % dari
seluruh kasus kematian itu menimpa penderita demam tifoid di Asia.
Demam tifoid merupakan masalah global terutama di negara dengan higiene
buruk. Etiologi utama di Indonesia adalah Salmonella enterika subspesies enterika
serovar Typhi (S.Typhi) dan Salmonella enterika subspesies enterika serovar
Paratyphi A (S. Paratyphi A). CDC Indonesia melaporkan prevalensi demam tifoid
mencapai 358-810/100.000 populasi pada tahun 2007 dengan 64% penyakit
ditemukan pada usia 3-19 tahun, dan angka mortalitas bervariasiantara 3,1
10,4% pada pasien rawat inap.
Dua dekade belakangan ini, dunia digemparkan dengan adanya laporan
Multi Drug Resistant (MDR) strains S.Typhi. strain ini resisten dengan
kloramfenikol, trimetropim-sulfametoksazol, dan ampicillin. Selain itu strain
-
7/22/2019 Makalah Demam Thypoid.docx Patologi
3/27
ressisten asam nalidixat juga menunjakan penurunan pengaruh ciprofloksasin yang
menjadi endemik di India. United State, United Kingdom dan juga beberapa negara
berkembang pada tahun 1997 menunjukan kedaruratan masalah globat akibat
MDR.
Morbiditas di seluruh dunia, setidaknya 17 juta kasus baru dan hingga
600.000 kematian dilaporkan tiap tahunnya. Di negara berkembang, diperkirakan
sekitar 150 kasus/ juta populasi/ tahun di Amerika Latin. Hingga 1.000 kasus/ juta
populasi/ tahun di beberapa negara Asia. Penyakit ini jarang dijumpai di Amerika
Utara, yaitu sekitar 400 kasus dilaporkan tiap tahun di United State, 70% terjadi
pada turis yang berkunjung ke negara endemis. Di United Kingdom, insiden
dilaporkan hanya 1 dalam 100.000 populasi.
Di Indonesia, demam tifoid masih tetap merupakan masalah kesehatan
masyarakat, berbagai upaya yang dilakukan untuk memberantas penyakit ini
tampaknya belum memuaskan. Di seluruh dunia WHO memperkirakan pada tahun
2000 terdapat lebih dari 21,65 juta penderita demam tifoid dan lebih dari 216 ribu
diantaranya meninggal . Di Indonesia selama tahun 2006, demam tifoid dan
demam paratifoid merupakan penyebab morbiditas peringkat 3 setelah diare dan
Demam Berdarah Dengue.
Kejadian demam tifoid meningkat terutama pada musim hujan.Usia
penderita di Indonesia (daerah endemis) antara 3-19 tahun (prevalensi 91% kasus).
Dari presentase tersebut, jelas bahwa anak-anak sangat rentan untuk mengalami
demam tifoid. Demam tifoid sebenarnya dapat menyerang semua golongan umur,
tetapi biasanya menyerang anak usia lebih dari 5 tahun. Itulah sebabnya demam
tifoid merupakan salah satu penyakit yang memerlukan perhatian khusus.
Penularan penyakit ini biasanya dihubungkan dengan faktor kebiasaan makan,
kebiasaan jajan, kebersihan lingkungan, keadaan fisik anak, daya tahan tubuh dan
derajat kekebalan anak.
-
7/22/2019 Makalah Demam Thypoid.docx Patologi
4/27
Perlu penanganan yang tepat dan komprehensif agar dapat memberikan
pelayanan yang tepat terhadap pasien. Tidak hanya dengan pemberian antibiotika,
namun perlu juga asuhan keperawatan yang baik dan benar serta pengaturan diet
yang tepat agar dapat mempercepat proses penyembuhan pasien dengan demam
tifoid.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian demam tifoid?
2. Apa saja penyebab demam tifoid?
3. Bagaimana gejala dan tanda demam tifoid?
4. Bagaimana patogenesis demam tifoid?
5. Bagaimana maanifestasi klinis dari demam tifoid?
6. Komplikasi apa saja yang terjadi pada penderita demam tifoid?
7. Bagaimana diagnosis yang dilakukan untuk penderita demam tifoid?
8. Bagaimana penanganan atau pencegahan demam tifoid?
9. Bagaimana pengobatan demam tifoid?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian demam tifoid
2. Untuk mengetahui apa saja penyebab dari demam tifoid
3. Untuk mengetahui gejaladan tanda yang terjadi pada demam tifoid
4. Untuk mengetahui patogenesis demam tifoid
5. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari demam tifoid
6. Untuk mengetahui komplikasi yang disebabkan oleh demam tifoid
7. Untuk mengetahuipemeriksaan apa saja yang baik untuk penderita demam
tifoid
8. Untuk mengetahui pencegahan atau penanganan demam tifoid
9. Untuk mengetahui cara pengobatan yang dapat dilakukan pada penderita
demam tifoid
-
7/22/2019 Makalah Demam Thypoid.docx Patologi
5/27
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Demam Tifoid
Demam tifoid (tifus abdominalis) atau lebih populer dengan nama tifus,
merupakan penyakit infeksi akut oleh kuman Salmonela typhi yang menyerang
saluran pencernaan. Penyakit demam tifoid ini masih banyak dijumpai di negara
berkembang seperti di beberapa negara Asia Tenggara dan Afrika, terutama di
daerah yang kebersihan dan kesehatan lingkungannya kurang memadai. Di
Indonesia, demam tifoid merupakan penyakit endemik (penyakit yang terdapat
sepanjang tahun) dan menduduki peringkat kedua setelah diare. Demam tifoid
sebenarnya dapat menyerang semua golongan umur, tetapi biasanya menyerang
anak usia lebih dari 5 tahun. Itulah sebabnya demam tifoid merupakan salah satu
penyakit yang memerlukan perhatian khusus. Penularan penyakit ini biasanya
dihubungkan dengan faktor kebiasaan makan, kebiasaan jajan, kebersihan
lingkungan, keadaan fisik anak, daya tahan tubuh dan derajat kekebalan anak.
2.2 Penyebab Demam Tifoid
Kuman salmonela masuk ke dalam tubuh melalui makanan atau minuman
yang tercemar, baik pada waktu memasak atau pun melalui tangan dan alat masak
yang kurang bersih. Bersama makanan itu, kuman salmonela akan diserap oleh
usus halus dan menyebar ke semua alat tubuh terutama hati dan limpa, sehingga
membengkak dan nyeri. Kuman ini akan meneruskan perjalannya masuk peredaran
darah dan masuk ke dalam kelenjar limfe, terutama di usus halus. Nah, di dalam
dinding usus ini Salmonela membuat luka atau bahasa medisnya tukak berbentuk
lonjong.
Tukak tersebut suatu saat dapat menimbulkan perdarahan atau robekan
sehingga terjadi penyebaran infeksi ke dalam rongga perut. Kalau sudah parah
-
7/22/2019 Makalah Demam Thypoid.docx Patologi
6/27
maka perlu tindakan operasi untuk mengobatinya. Tak jarang hal ini dapat
menimbulkan kematian. Selain itu, kuman salmonela yang masuk ke dalam tubuh
juga mengeluarkan toksin (racun) yang akan menimbulkan gejala demam pada
penderita.
2.3 Gejala dan Tanda Demam Tifoid
Penyakit ini bisa menyerang saat bakteri tersebut masuk melalui makanan
atau minuman, sehingga terjadi infeksi saluran pencernaan yaitu usus halus.
Kemudian mengikuti peredaran darah, bakteri ini mencapai hati dan limpa
sehingga berkembang biak disana yang menyebabkan rasa nyeri saat diraba. Gejala
klinis demam tifoid pada anak dapat bervariasi dari yang ringan hingga yang berat.
Biasanya gejala pada orang dewasa akan lebih ringan dibanding pada anak-anak.
Kuman yang masuk ke dalam tubuh anak, tidak segera menimbulkan gejala.
Biasanya memerlukan masa tunas sekitar 7-14 hari. Masa tunas ini lebih cepat bila
kuman tersebut masuk melalui makanan, dibanding melalui minuman.
Gejala klinik demam tifoid pada anak biasanya memberikan gambaran klinis
yang ringan bahkan dapat tanpa gejala (asimtomatik). Secara garis besar, tanda dan
gejala yang ditimbulkan antara lain :
1. Demam lebih dari seminggu. Siang hari biasanya terlihat segar namun
menjelang malamnya demam tinggi.
2. Lidah kotor. Bagian tengah berwarna putih dan pinggirnya merah. Biasanya
anak akan merasa lidahnya pahit dan cenderung ingin makan yang asam-
asam atau pedas.
3. Mual Berat sampai muntah. Bakteri Salmonella typhi berkembang biak di
hatidan limpa, Akibatnya terjadi pembengkakan dan akhirnya menekan
lambung sehingga terjadi rasa mual. Dikarenakan mual yang berlebihan,
-
7/22/2019 Makalah Demam Thypoid.docx Patologi
7/27
akhirnya makanan tak bisa masuk secara sempurna dan biasanya keluar lagi
lewat mulut.
4. Diare atau Mencret. Sifat bakteri yang menyerang saluran cerna
menyebabkan gangguan penyerapan cairan yang akhirnya terjadi diare,
namun dalam beberapa kasus justru terjadi konstipasi (sulit buang air besar).
5. Lemas, pusing, dan sakit perut. Demam yang tinggi menimbulkan rasa
lemas, pusing. Terjadinya pembengkakan hati dan limpa menimbulkan rasa
sakit di perut.
6. Pingsan, Tak sadarkan diri. Penderita umumnya lebih merasakan nyaman
dengan berbaring tanpa banyak pergerakan, namun dengan kondisi yang
parah seringkali terjadi gangguan kesadaran
2.4 Patogenesis Demam Tifoid
Kuman Salmonella Typi masuk tubuh manusia melalui mulut dengan
makanan dan air yang tercemar. Sebagian kuman dimusnakan oleh asam lambung.
Sebagian lagi masuk ke usus halus dan mencapai jaringan limfoid plaque peyeri di
ileum terminalis yang mengalami hipertrofi. Di tempat ini komplikasi perdarahan
dan perforasi intestinal dapat terjadi. Kuman Salmonella Typi kemudian
menembus ke lamina propia, masuk aliran limfe dan mencapai kelenjar limfe
mesenterial, yang juga mengalami hipertrofi. Setelah melewati kelenjar-kelenjar
limfe ini salmonella typi masuk ke aliran darah melalui duktus thoracicus. Kuman
salmonella typi lain mencapai hati melalui sirkulasi portal dari usus. Salmonella
typi bersarang di plaque peyeri, limpa, hati dan bagian-bagian lain sistemretikuloendotelial.
-
7/22/2019 Makalah Demam Thypoid.docx Patologi
8/27
2.5 Manifestasi Klinis Demam Tifoid
Manifestasi klinis demam tifoid pada anak seringkali tidak khas dan sangat
bervariasi yang sesuai dengan patogenesis demam tifoid. Spektrum klinis demam
tifoid tidak khas dan sangat lebar, dari asimtomatik atau yang ringan berupa panas
disertai diare yang mudah disembuhkan sampai dengan bentuk klinis yang berat
baik berupa gejala sistemik panas tinggi, gejala septik yang lain, ensefalopati atau
timbul komplikasi gastrointestinal berupa perforasi usus atau perdarahan. Hal ini
mempersulit penegakan diagnosis berdasarkan gambaran klinisnya saja.
Demam merupakan keluhan dan gejala klinis terpenting yang timbul pada
semua penderita demam tifoid. Demam dapat muncul secara tiba-tiba, dalam 1-2hari menjadi parah dengan gejala yang menyerupai septisemia oleh karena
StreptococcusatauPneumococcusdaripada S. typhi. Sifat demam juga muncul saat
sore menjelang malam hari. Menggigil tidak biasa didapatkan pada demam tifoid
tetapi pada penderita yang hidup di daerah endemis malaria, menggigil lebih
mungkin disebabkan oleh malaria. Namun demikian demam tifoid dan malaria
dapat timbul bersamaan pada satu penderita. Sakit kepala hebat yang menyertai
demam tinggi dapat menyerupai gejala meningitis, di sisi lain S. typhijuga dapat
menembus sawar darah otak dan menyebabkan meningitis. Manifestasi gejala
mental kadang mendominasi gambaran klinis, yaitu konfusi, stupor, psikotik atau
koma. Nyeri perut kadang tak dapat dibedakan dengan apendisitis. Pada tahap
lanjut dapat muncul gambaran peritonitis akibat perforasi usus.
Pengamatan selama 6 tahun (1987-1992) di Lab/SMF Ilmu Kesehatan Anak
FK Unair/RSU Dr.Soetomo Surabaya terhadap 434 anak berumur 1-12 tahun
dengan diagnosis demam tifoid atas dasar ditemukannya S.typhidalam darah dan
85% telah mendapatkan terapi antibiotika sebelum masuk rumah sakit serta tanpa
memperhitungkan dimensi waktu sakit penderita, didapatkan keluhan dan gejala
-
7/22/2019 Makalah Demam Thypoid.docx Patologi
9/27
klinis pada penderita sebagai berikut : panas (100%), anoreksia (88%), nyeri perut
(49%), muntah (46%), obstipasi (43%) dan diare (31%). Dari pemeriksaan fisik
didapatkan kesadaran delirium (16%), somnolen (5%) dan sopor (1%) serta lidah
kotor (54%), meteorismus (66%), hepatomegali (67%) dan splenomegali (7%). Hal
ini sesuai dengan penelitian di RS Karantina Jakarta dengan diare (39,47%),
sembelit (15,79%), sakit kepala (76,32%), nyeri perut (60,5%), muntah (26,32%),
mual (42,11%), gangguan kesadaran (34,21%), apatis (31,58%) dan delirium
(2,63%). Sedangkan tanda klinis yang lebih jarang dijumpai adalah disorientasi,
bradikardi relatif, ronki, sangat toksik, kaku kuduk, penurunan pendengaran, stupor
dan kelainan neurologis fokal. Angka kejadian komplikasi adalah kejang (0.3%),
ensefalopati (11%), syok (10%), karditis (0.2%), pneumonia (12%), ileus (3%),
melena (0.7%), ikterus (0.7%).
2.6 Komplikasi Demam Tifoid
Sebagian besar penderita mengalami penyembuhan sempurna, tetapi bisa
terjadi komplikasi, terutama pada penderita yang tidak diobati atau bila
pengobatannya terlambat :
Banyak penderita yang mengalami perdarahan usus; sekitar 2% mengalami
perdarahan hebat. Biasanya perdarahan terjadi pada minggu ketiga.
Perforasi usus terjadi pada 1-2% penderita dan menyebabkan nyeri perut yang
hebat karena isi usus menginfeksi ronga perut (peritonitis).
Pneumonia bisa terjadi pada minggu kedua atau ketiga dan biasanya terjadi
akibat infeksi pneumokokus (meskipun bakteri tifoid juga bisa menyebabkan
pneumonia).
Infeksi kandung kemih dan hati.
-
7/22/2019 Makalah Demam Thypoid.docx Patologi
10/27
Infeksi darah (bakteremia) kadang menyebabkan terjadinya infeksi tulang
(osteomielitis), infeksi katup jantung (endokarditis), infeksi selaput otak
(meningitis), infeksi ginjal (glomerulitis) atau infeksi saluran kemih-kelamin.
2.7 Diagnosis Demam Tifoid
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejala dan hasil pemeriksaan fisik.
Untuk memperkuat diagnosis, dilakukan biakan darah, tinja, air kemih atau
jaringan tubuh lainnya guna menemukan bakteri penyebabnya.
Pemeriksaan laboratorium untuk membantu menegakkan diagnosis demam
tifoid dibagi dalam empat kelompok, yaitu : (1) pemeriksaan darah tepi; (2)
pemeriksaan bakteriologis dengan isolasi dan biakan kuman; (3) uji serologis; dan
(4) pemeriksaan kuman secara molekuler.
1. Pemeriksaan Darah Tepi
Pada penderita demam tifoid bisa didapatkan anemia, jumlah leukosit
normal, bisa menurun atau meningkat, mungkin didapatkan trombositopenia dan
hitung jenis biasanya normal atau sedikit bergeser ke kiri, mungkin didapatkan
aneosinofilia dan limfositosis relatif, terutama pada fase lanjut. Penelitian oleh
beberapa ilmuwan mendapatkan bahwa hitung jumlah dan jenis leukosit serta laju
endap darah tidak mempunyai nilai sensitivitas, spesifisitas dan nilai ramal yang
cukup tinggi untuk dipakai dalam membedakan antara penderita demam tifoid atau
bukan, akan tetapi adanya leukopenia dan limfositosis relatif menjadi dugaan kuat
diagnosis demam tifoid.
Penelitian oleh Darmowandowo (1998) di RSU Dr.Soetomo Surabaya
mendapatkan hasil pemeriksaan darah penderita demam tifoid berupa anemia
(31%), leukositosis (12.5%) dan leukosit normal (65.9%).
-
7/22/2019 Makalah Demam Thypoid.docx Patologi
11/27
2. Identifikasi Kuman Melalui Isolasi atau Biakan
Diagnosis pasti demam tifoid dapat ditegakkan bila ditemukan bakteri S.
typhidalam biakan dari darah, urine, feses, sumsum tulang, cairan duodenum atau
dari rose spots. Berkaitan dengan patogenesis penyakit, maka bakteri akan lebih
mudah ditemukan dalam darah dan sumsum tulang pada awal penyakit, sedangkan
pada stadium berikutnya di dalam urine dan feses.
Hasil biakan yang positif memastikan demam tifoid akan tetapi hasil
negatif tidak menyingkirkan demam tifoid, karena hasilnya tergantung pada
beberapa faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil biakan meliputi (1)
jumlah darah yang diambil; (2) perbandingan volume darah dari media empedu;
dan (3) waktu pengambilan darah.
Volume 10-15 mL dianjurkan untuk anak besar, sedangkan pada anak kecil
dibutuhkan 2-4 mL. Sedangkan volume sumsum tulang yang dibutuhkan untuk
kultur hanya sekitar 0.5-1 mL.Bakteri dalam sumsum tulang ini juga lebih sedikit
dipengaruhi oleh antibiotika daripada bakteri dalam darah. Hal ini dapat
menjelaskan teori bahwa kultur sumsum tulang lebih tinggi hasil positifnya bila
dibandingkan dengan darah walaupun dengan volume sampel yang lebih sedikit
dan sudah mendapatkan terapi antibiotika sebelumnya. Media pembiakan yang
direkomendasikan untuk S.typhi adalah media empedu (gall) dari sapi dimanadikatakan media Gall ini dapat meningkatkanpositivitas hasil karena hanya S.typhidan S. paratyphiyang dapat tumbuh pada media tersebut.
Biakan darah terhadap Salmonella juga tergantung dari saat pengambilan
pada perjalanan penyakit. Beberapa peneliti melaporkan biakan darah positif 40-
80% atau 70-90% dari penderita pada minggu pertama sakit dan positif 10-50%
pada akhir minggu ketiga. Sensitivitasnya akan menurun pada sampel penderita
yang telah mendapatkan antibiotika dan meningkat sesuai dengan volume darah
dan rasio darah dengan media kultur yang dipakai.
-
7/22/2019 Makalah Demam Thypoid.docx Patologi
12/27
Bakteri dalam feses ditemukan meningkat dari minggu pertama (10-15%)
hingga minggu ketiga (75%) dan turun secara perlahan. Biakan urine positif
setelah minggu pertama. Biakan sumsum tulang merupakan metode baku emas
karena mempunyai sensitivitas paling tinggi dengan hasil positif didapat pada 80-
95% kasus dan sering tetap positif selama perjalanan penyakit dan menghilang
pada fase penyembuhan. Metode ini terutama bermanfaat untuk penderita yang
sudah pernah mendapatkan terapi atau dengan kultur darah negatif sebelumnya.
Prosedur terakhir ini sangat invasif sehingga tidak dipakai dalam praktek sehari-
hari. Pada keadaan tertentu dapat dilakukan kultur pada spesimen empedu yang
diambil dari duodenum dan memberikan hasil yang cukup baik akan tetapi tidak
digunakan secara luas karena adanya risiko aspirasi terutama pada anak.
Salah satu penelitian pada anak menunjukkan bahwa sensitivitas kombinasi
kultur darah dan duodenum hampir sama dengan kultur sumsum tulang.
Kegagalan dalam isolasi/biakan dapat disebabkan oleh keterbatasan media yang
digunakan, adanya penggunaan antibiotika, jumlah bakteri yang sangat minimal
dalam darah, volume spesimen yang tidak mencukupi, dan waktu pengambilan
spesimen yang tidak tepat.
Walaupun spesifisitasnya tinggi, pemeriksaan kultur mempunyai sensitivitas
yang rendah dan adanya kendala berupa lamanya waktu yang dibutuhkan (5-7 hari)
serta peralatan yang lebih canggih untuk identifikasi bakteri sehingga tidak praktis
dan tidak tepat untuk dipakai sebagai metode diagnosis baku dalam pelayanan
penderita.
.3. Identifikasi Melalui Uji SerologisUji serologis digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis demam
tifoid dengan mendeteksi antibodi spesifik terhadap komponen antigen S. typhi
maupun mendeteksi antigen itu sendiri. Volume darah yang diperlukan untuk uji
serologis ini adalah 1-3 mL yang diinokulasikan ke dalam tabung tanpa
-
7/22/2019 Makalah Demam Thypoid.docx Patologi
13/27
antikoagulan. Beberapa uji serologis yang dapat digunakan pada demam tifoid ini
meliputi : (1) uji Widal; (2) tes TUBEX; (3) metode enzyme immunoassay (EIA);
(4) metode enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA); dan (5) pemeriksaan
dipstik.
Metode pemeriksaan serologis imunologis ini dikatakan mempunyai nilai
penting dalam proses diagnostik demam tifoid. Akan tetapi masih didapatkan
adanya variasi yang luas dalam sensitivitas dan spesifisitas pada deteksi antigen
spesifik S. typhi oleh karena tergantung pada jenis antigen, jenis spesimen yang
diperiksa, teknik yang dipakai untuk melacak antigen tersebut, jenis antibodi yang
digunakan dalam uji (poliklonal atau monoklonal) dan waktu pengambilanspesimen (stadium dini atau lanjut dalam perjalanan penyakit).
3.1 Uji Widal
Uji Widal merupakan suatu metode serologi baku dan rutin digunakan
sejak tahun 1896. Prinsip uji Widal adalah memeriksa reaksi antara antibodi
aglutinin dalam serum penderita yang telah mengalami pengenceran berbeda-beda
terhadap antigen somatik (O) dan flagela (H) yang ditambahkan dalam jumlah
yang sama sehingga terjadi aglutinasi. Pengenceran tertinggi yang masih
menimbulkan aglutinasi menunjukkan titer antibodi dalam serum.
Teknik aglutinasi ini dapat dilakukan dengan menggunakan uji hapusan
(slide test) atau uji tabung (tube test). Uji hapusan dapat dilakukan secara cepat dan
digunakan dalam prosedur penapisan sedangkan uji tabung membutuhkan teknik
yang lebih rumit tetapi dapat digunakan untuk konfirmasi hasil dari uji hapusan.
Penelitian pada anak oleh Choo dkk (1990) mendapatkan sensitivitas dan
spesifisitas masing-masing sebesar 89% pada titer O atau H >1/40 dengan nilai
prediksi positif sebesar 34.2% dan nilai prediksi negatif sebesar 99.2%.Beberapa
penelitian pada kasus demam tifoid anak dengan hasil biakan positif, ternyata
-
7/22/2019 Makalah Demam Thypoid.docx Patologi
14/27
hanya didapatkan sensitivitas uji Widal sebesar 64-74% dan spesifisitas sebesar
76-83%.
Interpretasi dari uji Widal ini harus memperhatikan beberapa faktor antara
lain sensitivitas, spesifisitas, stadium penyakit; faktor penderita seperti status
imunitas dan status gizi yang dapat mempengaruhi pembentukan antibodi;
gambaran imunologis dari masyarakat setempat (daerah endemis atau non-
endemis); faktor antigen; teknik serta reagen yang digunakan.
Kelemahan uji Widal yaitu rendahnya sensitivitas dan spesifisitas serta
sulitnya melakukan interpretasi hasil membatasi penggunaannya dalam
penatalaksanaan penderita demam tifoid akan tetapi hasil uji Widal yang positif
akan memperkuat dugaan pada tersangka penderita demam tifoid (penanda
infeksi). Saat ini walaupun telah digunakan secara luas di seluruh dunia,
manfaatnya masih diperdebatkan dan sulit dijadikan pegangan karena belum ada
kesepakatan akan nilai standar aglutinasi (cut-off point). Untuk mencari standar
titer uji Widal seharusnya ditentukan titer dasar (baseline titer) pada anak sehat di
populasi dimana pada daerah endemis seperti Indonesia akan didapatkan
peningkatan titer antibodi O dan H pada anak-anak sehat. Penelitian oleh
Darmowandowo di RSU Dr.Soetomo Surabaya (1998) mendapatkan hasil uji
Widal dengan titer >1/200 pada 89% penderita.
3.2 Tes TUBEX
Tes TUBEX merupakan tes aglutinasi kompetitif semi kuantitatif yang
sederhana dan cepat (kurang lebih 2 menit) dengan menggunakan partikel yang
berwarna untuk meningkatkan sensitivitas. Spesifisitas ditingkatkan dengan
menggunakan antigen O9 yang benar-benar spesifik yang hanya ditemukan pada
Salmonella serogrup D. Tes ini sangat akurat dalam diagnosis infeksi akut karena
-
7/22/2019 Makalah Demam Thypoid.docx Patologi
15/27
hanya mendeteksi adanya antibodi IgM dan tidak mendeteksi antibodi IgG dalam
waktu beberapa menit.
Walaupun belum banyak penelitian yang menggunakan tes TUBEX ini,
beberapa penelitian pendahuluan menyimpulkan bahwa tes ini mempunyai
sensitivitas dan spesifisitas yang lebih baik daripada uji Widal. Penelitian oleh Lim
dkk (2002) mendapatkan hasil sensitivitas 100% dan spesifisitas 100%. Penelitian
lain mendapatkan sensitivitas sebesar 78% dan spesifisitas sebesar 89%. Tes ini
dapat menjadi pemeriksaan yang ideal, dapat digunakan untuk pemeriksaan secara
rutin karena cepat, mudah dan sederhana, terutama di negara berkembang.
3.3 Metode Enzyme Immunoassay (EIA) DOT
Uji serologi ini didasarkan pada metode untuk melacak antibodi spesifik
IgM dan IgG terhadap antigen OMP 50 kD S. typhi. Deteksi terhadap IgM
menunjukkan fase awal infeksi pada demam tifoid akut sedangkan deteksi terhadap
IgM dan IgG menunjukkan demam tifoid pada fase pertengahan infeksi. Pada
daerah endemis dimana didapatkan tingkat transmisi demam tifoid yang tinggi
akan terjadi peningkatan deteksi IgG spesifik akan tetapi tidak dapat membedakan
antara kasus akut, konvalesen dan reinfeksi. Pada metode Typhidot-M yang
merupakan modifikasi dari metode Typhidottelah dilakukan inaktivasi dari IgG
total sehingga menghilangkan pengikatan kompetitif dan memungkinkan
pengikatan antigen terhadap Ig M spesifik.
Penelitian oleh Purwaningsih dkk (2001) terhadap 207 kasus demam tifoid
bahwa spesifisitas uji ini sebesar 76.74% dengan sensitivitas sebesar 93.16%, nilai
prediksi positif sebesar 85.06% dan nilai prediksi negatif sebesar 91.66%.
Sedangkan penelitian oleh Gopalakhrisnan dkk (2002) pada 144 kasus demam
tifoid mendapatkan sensitivitas uji ini sebesar 98%, spesifisitas sebesar 76.6% dan
-
7/22/2019 Makalah Demam Thypoid.docx Patologi
16/27
efisiensi uji sebesar 84%.Penelitian lain mendapatkan sensitivitas sebesar 79% dan
spesifisitas sebesar 89%.
Uji dot EIA tidak mengadakan reaksi silang dengan salmonellosis non-tifoid
bila dibandingkan dengan Widal. Dengan demikian bila dibandingkan dengan uji
Widal, sensitivitas uji dot EIA lebih tinggi oleh karena kultur positif yang
bermakna tidak selalu diikuti dengan uji Widal positif.Dikatakan bahwa Typhidot-
Mini dapat menggantikan uji Widal bila digunakan bersama dengan kultur untuk
mendapatkan diagnosis demam tifoid akut yang cepat dan akurat.
Beberapa keuntungan metode ini adalah memberikan sensitivitas dan
spesifisitas yang tinggi dengan kecil kemungkinan untuk terjadinya reaksi silang
dengan penyakit demam lain, murah (karena menggunakan antigen dan membran
nitroselulosa sedikit), tidak menggunakan alat yang khusus sehingga dapat
digunakan secara luas di tempat yang hanya mempunyai fasilitas kesehatan
sederhana dan belum tersedia sarana biakan kuman. Keuntungan lain adalah bahwa
antigen pada membran lempengan nitroselulosa yang belum ditandai dan diblok
dapat tetap stabil selama 6 bulan bila disimpan pada suhu 4C dan bila hasil
didapatkan dalam waktu 3 jam setelah penerimaan serum pasien.
3.4 Metode Enzyme-Linked Immunosorbent (ELISA)
Uji Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA) dipakai untuk melacak
antibodi IgG, IgM dan IgA terhadap antigen LPS O9, antibodi IgG terhadap
antigen flagella d (Hd) dan antibodi terhadap antigen Vi S. typhi. Uji ELISA yang
sering dipakai untuk mendeteksi adanya antigen S. typhi dalam spesimen klinis
adalah double antibody sandwich ELISA.
Chaicumpa dkk (1992) mendapatkan sensitivitas uji ini sebesar 95% pada sampel
darah, 73% pada sampel feses dan 40% pada sampel sumsum tulang. Pada
penderita yang didapatkan S. typhi pada darahnya, uji ELISA pada sampel urine
-
7/22/2019 Makalah Demam Thypoid.docx Patologi
17/27
didapatkan sensitivitas 65% pada satu kali pemeriksaan dan 95% pada
pemeriksaan serial serta spesifisitas 100%. Penelitian oleh Fadeel dkk (2004)
terhadap sampel urine penderita demam tifoid mendapatkan sensitivitas uji ini
sebesar 100% pada deteksi antigen Vi serta masing-masing 44% pada deteksi
antigen O9 dan antigen Hd. Pemeriksaan terhadap antigen Vi urine ini masih
memerlukan penelitian lebih lanjut akan tetapi tampaknya cukup menjanjikan,
terutama bila dilakukan pada minggu pertama sesudah panas timbul, namun juga
perlu diperhitungkan adanya nilai positif juga pada kasus dengan Brucellosis.
3.5 Pemeriksaan Dipstik
Uji serologis dengan pemeriksaan dipstik dikembangkan di Belanda
dimana dapat mendeteksi antibodi IgM spesifik terhadap antigen LPS S. typhi
dengan menggunakan membran nitroselulosa yang mengandung antigen S. typhi
sebagai pita pendeteksi dan antibodi IgM anti-human immobilized sebagai reagen
kontrol. Pemeriksaan ini menggunakan komponen yang sudah distabilkan, tidak
memerlukan alat yang spesifik dan dapat digunakan di tempat yang tidak
mempunyai fasilitas laboratorium yang lengkap.
Penelitian oleh Gasem dkk (2002) mendapatkan sensitivitas uji ini sebesar
69.8% bila dibandingkan dengan kultur sumsum tulang dan 86.5% bila
dibandingkan dengan kultur darah dengan spesifisitas sebesar 88.9% dan nilai
prediksi positif sebesar 94.6%. Penelitian lain oleh Ismail dkk (2002) terhadap 30
penderita demam tifoid mendapatkan sensitivitas uji ini sebesar 90% dan
spesifisitas sebesar 96%. Penelitian oleh Hatta dkk (2002) mendapatkan rerata
sensitivitas sebesar 65.3% yang makin meningkat pada pemeriksaan serial yang
menunjukkan adanya serokonversi pada penderita demam tifoid. Uji ini terbukti
mudah dilakukan, hasilnya cepat dan dapat diandalkan dan mungkin lebih besar
manfaatnya pada penderita yang menunjukkan gambaran klinis tifoid dengan hasil
-
7/22/2019 Makalah Demam Thypoid.docx Patologi
18/27
kultur negatif atau di tempat dimana penggunaan antibiotika tinggi dan tidak
tersedia perangkat pemeriksaan kultur secara luas.
4. Identifikasi Kuman Secara Molekuler
Metode lain untuk identifikasi bakteri S. typhi yang akurat adalah
mendeteksi DNA (asam nukleat) gen flagellin bakteri S. typhidalam darah dengan
teknik hibridisasi asam nukleat atau amplifikasi DNA dengan cara polymerase
chain reaction(PCR) melalui identifikasi antigen Vi yang spesifik untuk S. typhi.
Penelitian oleh Haque dkk (1999) mendapatkan spesifisitas PCR sebesar
100% dengan sensitivitas yang 10 kali lebih baik daripada penelitian sebelumnya
dimana mampu mendeteksi 1-5 bakteri/mL darah. Penelitian lain oleh Massi dkk
(2003) mendapatkan sensitivitas sebesar 63% bila dibandingkan dengan kultur
darah (13.7%) dan uji Widal (35.6%).
Kendala yang sering dihadapi pada penggunaan metode PCR ini meliputi risiko
kontaminasi yang menyebabkan hasil positif palsu yang terjadi bila prosedur
teknis tidak dilakukan secara cermat, adanya bahan-bahan dalam spesimen yang
bisa menghambat proses PCR (hemoglobin dan heparin dalam spesimen darah
serta bilirubin dan garam empedu dalam spesimen feses), biaya yang cukup tinggi
dan teknis yang relatif rumit. Usaha untuk melacak DNA dari spesimen klinis
masih belum memberikan hasil yang memuaskan sehingga saat ini penggunaannya
masih terbatas dalam laboratorium penelitian.
2.8 Pencegahan Demam Tifoid
Pencegahan adalah segala upaya yang dilakukan agar setiap anggota
masyarakat tidak tertular oleh bakteri Salmonella. Pencegahan dilakukan secara
umum dan khusus/imunisasi. Demam tifoid dapat dicegah dengan kebersihan
-
7/22/2019 Makalah Demam Thypoid.docx Patologi
19/27
pribadi dan kebersihan lingkungan. Beberapa petunjuk untuk mencegah
penyebaran demam tifoid secara umum diantaranya:
1. Cuci tangan.
Cuci tangan dengan teratur meruapakan cara terbaik untuk mengendalikan
demam tifoid atau penyakit infeksi lainnya. Cuci tangan anda dengan air
(diutamakan air mengalir) dan sabun terutama sebelum makan atau
mempersiapkan makanan atau setelah menggunakan toilet. Bawalah
pembersih tangan berbasis alkohol jika tidak tersedia air.
2. Hindari minum air yang tidak dimasak.
Air minum yang terkontaminasi merupakan masalah pada daerah endemik
tifoid. Untuk itu, minumlah air dalam botol atau kaleng. Seka seluruh bagian
luar botol atau kaleng sebelum anda membukanya. Minum tanpa
menambahkan es di dalamnya. Gunakan air minum kemasan untuk menyikat
gigi dan usahakan tidak menelan air di pancuran kamar mandi.
3. Tidak perlu menghindari buah dan sayuran mentah.
Buah dan sayuran mentah mengandung vitamin C yang lebih banyak
daripada yang telah dimasak, namun untuk menyantapnya, perlu
diperhatikan hal-hal sebagai berikut. Untuk menghindari makanan mentah
yang tercemar, cucilah buah dan sayuran tersebut dengan air yang mengalir.
Perhatikan apakah buah dan sayuran tersebut masih segar atau tidak. Buah
dan sayuran mentah yang tidak segar sebaiknya tidak disajikan. Apabila
tidak mungkin mendapatkan air untuk mencuci, pilihlah buah yang dapat
dikupas.
4. Pilih makanan yang masih panas.
Hindari makanan yang telah disimpan lama dan disajikan pada suhu ruang.
Yang terbaik adalah makanan yang masih panas. Walaupun tidak ada
-
7/22/2019 Makalah Demam Thypoid.docx Patologi
20/27
jaminan makanan yang disajikan di restoran itu aman, hindari membeli
makanan dari penjual di jalanan yang lebih mungkin terkontaminasi.
Pusat control penyakit dan pencegahan telah menidentifikasi imunisasi
menjadi a genda penting bagi Negara berkembang yang menjadi tempat
berkembangsalmonellathypi. Vaksin ini berlandaskan identifikasi gen bakteri dan
mekanisme imunologi dari daya tahan ke penyakit. Penggunaan vaksin ini
merupakan pencegahan khusus yang dilakukan oleh negara Indonesia, untuk
menanggulangi terjadinya demam tifoid pada anak, sehingga anak menjadi
memiliki kekebalakn tubuh yang baik, meskipun kadang dirasakan efek
sampingnya. Namun hal ini sangat lah baik untuk dilakukan guna meningkatkan
kesehatan masyarakat di Indonesia terutama pada anak-anak. Vaksin ini sering
dilakukan pada anak-anak dengan rentang waktu tertentu serta komposisi tertentu
sesuai dengan usia pada anak tersebut.
Ada tiga macam vaksin untuk melawan tifoid ini, yaitu:
No. Tipe
Vaksin
Komposisi Dosis Keberhasilan
(%)
Efek
Samping
1. parenteral
vaksin sel
tak aktif
Tersusun atas
zat asan karbol
panas sel
vaksin yang
tidak aktif
60-67% Reaksi
local
yang
berat
2. Parenteral
Capsular
poly
accharide
Natibodi
virulensi
berupa butir
polysaccharide
Sekali
suntikan
25 mcg
(0,5 ml)
63-72% -sakit
pada
daerah
tusukan
-
7/22/2019 Makalah Demam Thypoid.docx Patologi
21/27
vaccine Vi
[ViCPs]
- demam
(3%)
-tidak
enak
badan
-muntah
3. Vaksin
hidup yang
diperlemah
(Ty21avaksin)
S.thypihidup
yang
diperlemah
3-4
kapsul
60-90% -sakit
pada
abdome
n- mual
-
muntah
- diare
- ruam
Pencegahan yang dilakukan pada pasien demam tifoid atau baru saja sembuh
dari demam tifoid, berikut beberapa tips agar anda tidak menginfeksi orang lain:
1. Sering cuci tangan anda.
Ini adalah cara penting yang dapat anda lakukan untuk menghindari penyebaran
infeksi ke orang lain. Gunakan air (diutamakan air mengalir) dan sabun, kemudian
gosoklah tangan selama minimal 30 detik, terutama sebelum makan dan setelah
menggunakan toilet.
2. Bersihkan alat rumah tangga secara teratur.
Bersihkan toilet, pegangan pintu, telepon, dan keran air setidaknya sekali sehari.
-
7/22/2019 Makalah Demam Thypoid.docx Patologi
22/27
3. Hindari memegang makanan.
Hindari menyiapkan makanan untuk orang lain sampai dokter berkata bahwa anda
tidak menularkan lagi. Jika anda bekerja di industri makanan atau fasilitas
kesehatan, anda tidak boleh kembali bekerja sampai hasil tes memperlihatkan anda
tidak lagi menyebarkan bakteri Salmonella.
4. Gunakan barang pribadi yang terpisah.
Sediakan handuk, seprai, dan peralatan lainnya untuk anda sendiri dan cuci dengan
menggunakan air dan sabun.
2.9 Pengobatan Demam Tifoid
Tujuan dari perawatan dan pengobatan terhadap penderita penyakit tifoid
atau types adalah untuk menghentikan invasi kuman, mencegah terjadinya
komplikasi, memperpendek perjalanan penyakit, serta mencegah agar tak kambuh
lagi. Pengobatan yang dilakukan untuk penyakit tyfus ini dengan jalan mengisolasi
penderita dan melakukan desinfeksi pakaian, faeces dan urine untuk mencegah
penularan. Selama tiga hari pasien harus berbaring di tempat tidur hingga panas
turun, kemudian baru boleh duduk, berdiri dan berjalan.
Untuk mengurangi gejala yang timbul seperti demam dan rasa pusing, Anda
dapat memberikan obat paracetamol. Sedangkan pada anak yang mengalami
demam tifoid maka pilihan antibiotika yang baik adalah kloramfenikol selama 10
hari. Sebaiknya konsultasikan dengan dokter untuk menentukan obat yang baik
untuk mengatasi demam tifoid. Selain dengan obat-obatan juga ada caratradisionaluntuk menyembuhkan penyakit typus yaitu dengan menggunakan tanaman obat
yang bisa kita jumpai di lingkungan kita.
1. penyembuhan penyakit typus dengan sambiloto (andrographis paniculata)
http://tipskesehatan.web.id/waspadai-batu-ginjal-dengan-warna-urine-pekathttp://tipskesehatan.web.id/waspadai-batu-ginjal-dengan-warna-urine-pekathttp://tipskesehatan.web.id/obat-jerawat-tradisionalhttp://tipskesehatan.web.id/obat-jerawat-tradisionalhttp://tipskesehatan.web.id/obat-jerawat-tradisionalhttp://tipskesehatan.web.id/obat-jerawat-tradisionalhttp://tipskesehatan.web.id/obat-jerawat-tradisionalhttp://tipskesehatan.web.id/obat-jerawat-tradisionalhttp://tipskesehatan.web.id/obat-jerawat-tradisionalhttp://tipskesehatan.web.id/waspadai-batu-ginjal-dengan-warna-urine-pekat -
7/22/2019 Makalah Demam Thypoid.docx Patologi
23/27
Fungsi dari tanaman ini adalah untuk menurunkan panas atau demam, fungsi lain
untuk antiracun dan antibengkak. Cukup efektif untuk meningkatkan kekebalan
tubuh, serta mengatasi infeksi dan merangsang phagocytosis. Bagian dari tanaman
ini dapat diolah menjadi obat berbentuk kapsul. Untuk penggunaannya : 1 jam
sebelum makan 3 x 1 kapsul (pagi, siang, sore).
2. Penyembuhan penyakit typus dengan bidara upas (merremia mammosa)
Tanaman ini digunakan untuk mengurangi rasa sakit (analgesic), menetralkan
racun dan sebagai anti radang. Olah bagian dari tanaman ini dalam bentuk kapsul.
Pemakainnya sendiri : 3 x 1 kapsul/hari.
3. Menyembuhkan penyakit Typus dengan Rumput Mutiara
Tanaman ini sangat berguna untuk menghilangkan rasa panas dan anti radang,
selain itu juga sangat bermanfaat untuk mengaktifkan peredaran darah. Olah juga
bagian tanaman ini menjadi kapsul. Cara pemakaiannya: 3 x 1 kapsul/hari.
4. Menyembuhkan penyakit Typus dengan Temulawak
Sifat dari tanaman ini adalah bakteriostatik dan bermanfaat untuk meningkatkan
kekebalan tubuh serta antiflasma atau pembengkakan. Olah bagian tanaman ini
dalam bentuk kapsul. Cara pemakaiannya: 3 x 1 kapsul/hari.
Obat-obatan yang dipakai untuk penyakit demam tifoid adalah :
1. Antibiotik
Demam tifoid disebabkan oleh infeksi bakteri Salmonella typhi, sehingga
memerlukan antibiotik. Antibiotik lini pertama adalah chloramphenicol,
amoxicillin, atau cotrimoxazole. Antibiotik lini kedua adalah golongan
fluoroquinolone (ofloxacin, ciprofloxacin) atau golongan cephalosporine
(ceftriaxone, cefixime, atau cefotaxime). Lama pemberian antibiotik adalah 7-14
hari. Tirah baring selama demam sampai dengan 2 minggu normal kembali.
Dengan antibiotik yang tepat, lebih dari 99% penderita dapat disembuhkan.
Antibiotik yang banyak digunakan adalah kloramfenikol 100mg/kg/hari dibagi
-
7/22/2019 Makalah Demam Thypoid.docx Patologi
24/27
dalam 4 dosis selama 10 hari. Dosis maksimal kloramfenikol 2g/hari.
Kloramfenikol tidak bias diberikan bila jumlah leukosit < 2000 ul. Bila pasien
alergi, dapat diberikan golongan penisilin atau kotrimoksazol.
2. Penurun panas
Penurun panas yang sering diberikan adalah paracetamol.
3. Kortikosteroid
Kortikosteroid dapat diberikan pada demam tifoid berat.
4. Diet lunak rendah serat, dan makan makanan bergizi Penderita penyakit
demam Tifoid selama menjalani perawatan haruslah mengikuti petunjuk diet yang
dianjurkan oleh dokter untuk di konsumsi, antara lain :
a. Makanan yang cukup cairan, kalori, vitamin & protein.
b. Tidak mengandung banyak serat.
c. Tidak merangsang dan tidak menimbulkan banyak gas.
d. Makanan lunak diberikan selama istirahat.
Untuk kembali ke makanan "normal", lakukan secara bertahap bersamaandengan mobilisasi. Misalnya hari pertama dan kedua makanan lunak, hari ke-3
makanan biasa, dan seterusnya.
5. Pemberian cairan yang cukup untuk mencegah dehidrasi
Kadang makanan diberikan melalui infus sampai penderita dapat mencerna
makanan. Jika terjadi perforasi usus, diberikan antibiotik berspektrum luas (karena
berbagai jenis bakteri akan masuk ke dalam rongga perut) dan mungkin perludilakukan pembedahan untuk memperbaiki atau mengangkat bagian usus yang
mengalami perforasi.
-
7/22/2019 Makalah Demam Thypoid.docx Patologi
25/27
-
7/22/2019 Makalah Demam Thypoid.docx Patologi
26/27
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Demam tifoid adalah suatu infeksi akut pada usus kecil yang disebabkan
oleh bakteri Salmonella typhi. Di Indonesia penderita demam tifoid cukup banyak
diperkirakan 800/100.000 penduduk per tahun, tersebar dimana-mana, dan
ditemukan hamper sepanjang tahun.
Demam tifoid dapat ditemukan pada semua umur, tetapi yang paling sering
pada anak besar, umur 5-9 tahun. Dengan keadaan seperti ini, adalah penting
melakukan pengenalan dini demam tifoid, yaitu adanya 3 komponen utama :
Demam yang berkepanjangan (lebih dari 7 hari), Gangguan susunan saraf pusat /
kesadaran.
3.2 Saran
Dari uraian makalah yang telah disajikan maka kami dapat memberikan
saran untuk selalu menjaga kebersih lingkungan , makanan yang dikonsumsi harus
higiene dan perlunya penyuluhan kepada masyarakat tentang demam tifoid.
-
7/22/2019 Makalah Demam Thypoid.docx Patologi
27/27
DAFTAR PUSTAKA
http://www.infopenyakit.com/2008/08/penyakit-demam-tifoid.html
http://www.pediatrik.com/isi03.php?page=html&hkategori=pdt&direktori=pdt&fil
epdf=0&pdf=&html=07110-fkxu277.htm
http://www.infofisioterapi.com/penyakit-tifus-pada-anak.html#more-3671
http://www.arisclinic.com/2011/04/demam-tifoid-gejala-diagnosis-pengo
http://www.infopenyakit.com/2008/08/penyakit-demam-tifoid.htmlhttp://www.infopenyakit.com/2008/08/penyakit-demam-tifoid.htmlhttp://www.pediatrik.com/isi03.php?page=html&hkategori=pdt&direktori=pdt&filepdf=0&pdf=&html=07110-fkxu277.htmhttp://www.pediatrik.com/isi03.php?page=html&hkategori=pdt&direktori=pdt&filepdf=0&pdf=&html=07110-fkxu277.htmhttp://www.pediatrik.com/isi03.php?page=html&hkategori=pdt&direktori=pdt&filepdf=0&pdf=&html=07110-fkxu277.htmhttp://www.infofisioterapi.com/penyakit-tifus-pada-anak.html#more-3671http://www.infofisioterapi.com/penyakit-tifus-pada-anak.html#more-3671http://www.arisclinic.com/2011/04/demam-tifoid-gejala-diagnosis-pengobatan/http://www.arisclinic.com/2011/04/demam-tifoid-gejala-diagnosis-pengobatan/http://www.arisclinic.com/2011/04/demam-tifoid-gejala-diagnosis-pengobatan/http://www.infofisioterapi.com/penyakit-tifus-pada-anak.html#more-3671http://www.pediatrik.com/isi03.php?page=html&hkategori=pdt&direktori=pdt&filepdf=0&pdf=&html=07110-fkxu277.htmhttp://www.pediatrik.com/isi03.php?page=html&hkategori=pdt&direktori=pdt&filepdf=0&pdf=&html=07110-fkxu277.htmhttp://www.infopenyakit.com/2008/08/penyakit-demam-tifoid.html