status pasien demam tifoid

Upload: pandu-anggoro

Post on 10-Feb-2018

248 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • 7/22/2019 Status Pasien demam tifoid

    1/36

    1

    BAB 1

    STATUS PASIEN

    ILMU KESEHATAN ANAK

    I. IDENTITASNama Lengkap : An. Zikra Baehaki

    TTL : Jakarta, 26 Mei 2010

    Umur : 3 tahun

    Kelamin : lakilaki.

    Nama Ayah : Bpk Dedi.

    Usia : 37 thn.

    Pendidikan : D3

    Nama Ibu : Ny. Naumi

    Usia : 35 thn.

    Pekerjaan : IRT

    Pendidikan : SMA

    Tanggal Berobat : 31 Juli 2013

    II. ANAMNESIS (Alloanamnesis)KELUHAN UTAMA : Panas tinggi sejak 8 hari SMRS.

    KELUHAN PENYAKIT SEKARANG :

    Os panas tinggi sejak 8 hari MSRS. Panas tinggi timbul secara mendadak, suhu

    mencapai 390c panas bersifat naik turun. Os semakin panas pada sore hari menjelang

    malam. Pada saat panas di malam hari Os di sertai dengan menggigil dan mengigau.

    Panas tidak di sertai dengan kejang. Os pada 6 hari yang lalu sudah dibawa ke dokter

    tetapi tidak ada perubahan. Menurut ibu Os tidak pernah mimisan dan bintikbintik

    merah di kulit. Pada hari pertama demam Os juga mengalami mual dan muntah 1 kali,

    berisi air dan sisa makanan. Ibu Os mengeluh Os belum BAB semenjak 2 hari SMRS.

    BAK seperti biasa. Os kadang kadang batuk dan sedikit sesak pada waktu panas

    tinggi.

  • 7/22/2019 Status Pasien demam tifoid

    2/36

    2

    RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA :

    Di keluarga tidak ada yang sakit seperti ini.

    RIWAYAT PENYAKIT DAHULU :

    Riwayat demam typoid 1 tahun yang lalu.

    RIWAYAT PENGOBATAN :

    6 hari yang lalu sudah berobat ke dokter, meminum obatnya tetapi tidak ada

    perubahan.

    RIWAYAT KEBIASAAN MAKAN :

    Os mendapatkn asi ekslusif. Di berikan makanan pendamping asi pada usia 6 bln.

    Sebelum sakit pasien makan 3 porsi atau lebih, porsi cukup dan bervariasi. Kadang-

    kadang pasien suka jajan makanan dan minuman di luar rumah,seperti burger

    dan chiki-chikian. Namun, saat sakit nafsu makan pasien berkurang.

    RIWAYAT KEHAMILAN :

    Ibu Os ANC rutin ke bidan. Dan tidak ada keluhan atau sakit selama kehamilan .

    RIWAYAT KELAHIRAN :

    Lahir cukup bulan, spontan, langsung menangis.

    RIWAYAT TUMBUH KEMBANG :

    Os tengkurap bolak balik 6 bulan.

    Os merangkak pada usia 9 bulan.

    Os berjalan dan berbicara 12 bulan.

    RIWAYAT IMUNISASI :

    1. Hepatitis 3 kali.2. BCG 1 kali.3. DPT 3 kali.4. Polio 4 kali.5. Campak 1 kali.

    Kesan imunisasi dasar lengkap.

  • 7/22/2019 Status Pasien demam tifoid

    3/36

    3

    III. PEMERIKSAAN FISIKA. KESAN UMUM : Tampak sakit sedanag

    B. KESADARAN : Composmentis

    C. TANDA VITAL1. Teknan Darah : 80/50 mmHg.2. Nadi : 110 kali/menit (tertur/tidak)3. Frekwensi pernafasan : 30 kali/menit (torakal/abdominal)4. Suhu : 37,6 0C

    D. .STATUS GIZI1. Tinggi badan : 96 cm2. Berat badan : 13,5 kg3. Lingkar kepala : 48 cm4. Lingkar lengan atas : 12 cm5. Ukuran UUB : Sudah menutup.

    6. Luas permukaan badan: (BB)/(TB)2 = (13,5)/(0,95)2 = 15

    7. TB/Umur : TB/U= 96/95x100% = 101 %(Tinggi baik)

    8. BB/Umur : BB/U= 13,5/16x100% = 84,3%(Gizi baik)

    9. BB/TB : BB/TB= 13,5/16x100%=84,3%(Gizi kurang)

    Kesimpulan status gizi : Gizi Baik

    E. PEMERIKSAAN KHUSUS1. Kulit : Warna :

    Turgor :

    2. Kelenjar limfe : Tidak / terlihat pembeseran kelenjar getah bening.3. Kepala dan lehar :

  • 7/22/2019 Status Pasien demam tifoid

    4/36

    4

    a. Bentuk : Normocephal.b. Ubunubun besar : Sudah menutup.c. Rambut : Warna hitam pendek, distribusi merata, tidak mudah di cabut.d. Mata : Sklera taidak ikterik (-/-), konjungtiva tidak anemis (-/-), pupil

    bulat isokor.

    e. Telinga :tidak terdapat serumen (-/-), perdrahan (-/-).f. Hidung : deviasi septum (-), sekret (-/-).g. Mulut : bibir kering (+), lidah kotor di bagian tengah dan tepi

    lidah hiperemis.

    h. Gigi : gigi tidak berlubang.i. Phariynx : tidak terdapat tanda peradangan.

    j. Leher : tidak terdapat pembesaran kelenjar getah bening.4. Thorax :

    a. Paruparu :a. Inspeksi : Dada simetris, retraksi (-/-)

    b. Palpasi : Bagian dada yang tertinggal (-/-), vocal fremitus kanandan kiri sama

    c. Perkusi : sonor pada seluruh lapang parud. Auskultasi : vesikuler (+/+), ronki (-/-), wheezing (-/-)

    b. Jantung :a. Inspeksi : Ictus cordis terlihat (-)

    b. Palpasi : Ictus cordis teraba (+)c. Perkusi : Batas jantung setinggi ICS IVd. Auskultasi : Bunyi jantung I dan II murni, gallop (-), murmur (-)

    5. Abdomen :a. Inspeksi : Perut datar, simetris

    b. Palpasi : Nyeri tekan (-), hepatomegali (-), splenomogali (-)c. Perkusi : Timpani pada seluruh kuadran abdomend. Auskultasi : Bising usus (+) normal

    6. Ekstremitas atas :a. Akral hangat

    b. Edema (-/-)c. Paralisis (-/-)d. RCT < 2detik

  • 7/22/2019 Status Pasien demam tifoid

    5/36

    5

    7. Estremitas bawah :a. Akral hangat

    b. Edema (-/-)c. Paralisis (-/-)d. RCT < 2detik

    8. Genitalia : lakilaki tidk terdapat kelainan pada alat genitalia.9. Anus : tidak terdapat kelainan anus dari luar.

    Tungakai Lengan

    Kanan Kiri Kanan Kiri

    Gerakan Aktif Aktif Aktif Aktif

    Tonus Kuat Kuat Kuat Kuat

    Trofi Tdk terdapat

    trofi

    Tdk terdapat

    trofi

    Tdk terdapat

    trofi

    Tdk terdapat

    trofi

    Klonus Tdk terdapat

    klonus

    Tdk terdapat

    klonus

    Tdk terdapat

    klonus

    Tdk terdapat

    klonus

    Refleks fisiologis Baik Baik Baik Baik

    Refleks patologis Negatif Negatif Negatif Negatif

    M. sigh Negatif Negatif Negatif Negatif

    Sensibilitas Positif Positif Positif Positif

    IV. PEMERIKSAAN LABORAATORIUM ( 31 Juli 2013 )Hemoglobin 13,5 gr/% (normal)

    Leukosit 6500 ul (normal)

    Trombosit 347.000 (normal)

    Hematokrit 34%

    LED 25 mm/jam

    Serologi/immunologi

    S. typhi O (+) 1/320

    S. paratyphi AO (-)

  • 7/22/2019 Status Pasien demam tifoid

    6/36

    6

    S. paratyphi BO (-)

    S. paratyphi CO (-)

    S. typhi H (-)

    S. paratyphi AH (-)S. paratyphi BH (-)

    S. paratyphi CH (-)

    V. RESUMESeorang anak laki laki datang ke RS. Pondok Kopi dengan keluhan utama

    demam tinggi timbul sejak 8 hari yang lalu. Demam hilang timbul dan meninggi

    sewaktu sore menjelang malam. Terkadang disertai menggigil dan mengigau pada

    malam hari. Pasien juga merasakan mual dan munta satu kali, muntah berisi air dan

    sisa makanan. Pasien mengeluh belum BAB 2 hari sebelum masuk ke rumah sakit.

    Pada pemerksaan fisik : Tanda vital dalam batas normal. Pada pemerksaan

    sistemik di dapatkan pada lidah terlihat kotor dan hiperemis di bagian tepi lidah. Pada

    hasil laboratorium di dapatkan serologi salmonella typi O (+) 1/320.

    VI. DIAGNOSIS KERJADemam Typhoid

    VII. PENATALAKSANAANa. Tirah baring selama 2 minggu

    b. Diet makanan lunak cukup kalori, cukup protein, rendah serat.c. Causal

    Kloramfenikol 13,5 kg x 50 mg/kgBB/hari (dibagi 4 dosis): 4 x 175 mg sehari

    d. Simptomatis Paracetamol 13,5 kg x 10 mg/kgBB/kali: 3 x 135 mg (bila demam)

    e. Metoclopramid 13,5 kg x 0,1 mg/kgBB/kali: 1,35mg (bila mual)

    f. Gliseril Guaiakolat 100 mg x6 (tiap 4 jam)

  • 7/22/2019 Status Pasien demam tifoid

    7/36

    7

    VIII. ANJURAN PEMERIKSAANa. Daraah tepi perifer

    b. Pereiksaan biakan salmonella.c. Kadar igM dan igG (typhidot)

    IX. FOLLOWUPa. Tanggal 1 Agustus 2013

    S : demam (+), mual (+), nyeri perut (+), batuk (+), pilek (-), BAB danBAK dalam batas normal.

    O :Tanda vital :

    Teknan Darah : 80/50 mmHg.

    Nadi: 110 kali/menit (tertur/tidak)

    Frekwensi pernafasan : 30 kali/menit (torakal/abdominal)

    Suhu: 37,6 0C

    Pemeriksaan fisik : Lidah kotor di bagian tengah dan tepi

    lidah hiperemis.

    A : Demam Typhoidb. Tanggal 2 Agustus 2013

    S : demam (+), mual (-), nyeri perut (+), batuk (+), pilek (-), BAB danBAK dalam batas normal.

    O :

    Tanda vital :

    Teknan Darah : 80/45 mmHg.

    Nadi: 98 kali/menit (tertur/tidak)

    Frekwensi pernafasan : 28 kali/menit (torakal/abdominal)

    Suhu: 37,3 0C

    Pemeriksaan fisik : Lidah kotor di bagian tengah dan tepi

    lidah hiperemis.

  • 7/22/2019 Status Pasien demam tifoid

    8/36

    8

    BAB II

    PENDAHULUAN

    Dema tifoid adalah suatu penykit infeksi sistemik bersifat akut

    yangdisebabkan olehsalmonella typh.1 Sampai saat ini tifoid masih menjadi masalah

    kesehatan masyarakat serta keterkaitan erat dengan sanitasi yang buruk terutama di

    negara berkembang. 2

    Pada tahun 1813 Bretoneau melaporkan pertama kali tentang gambaran klinis

    dan kelainan anatomi dari demam tifoid, sedangkan Cornwalls Hewett (1826)

    melaporkan perubahan patologisnya2. Pada tahun 1829 Pierre Louis (Perancis)

    mengeluarkan istilah mengeluarkan istilah typhoid yang berarti seperti

    typhus.1 Baik kata typhoid maupun typhus berasal dari kata Yunani typhos yang

    berarti asap/kabut.1 Terminologi ini di pakai pada penderita yang mengalami demam

    disertai dengan kesadaran yang tergaggu.1 Baru pada tahun 1837 Willam Word

    Gerhard dari Phila Delpia dapat membedakan typoid dengan typhus.1

    Demam tifoid merupakan penyakit endemis di indonesia yang cenderungg

    meningkat pada masyarakat dengan standar hidup dan kebersihan yang rendah.1 96%

    khasus demam tifoid di sebabkan oleh salmonella typh, khaus demam tifoid terjadi

    pada umur 5-19 tahun dan kejadian meningkat setelah umur 5 thun. Penykit demm

    tifoid termsuk penykit menulat yang tercantum dlm UUD nomor 6 tahun 962 tentang

    wabah .3

  • 7/22/2019 Status Pasien demam tifoid

    9/36

    9

    BAB III

    TINJAUAN PUSTAKA

    DEFINISI

    Demam tifoid adalah penyakit infeksi pda usu halus (terutama di daerah

    illeosekal) dengan gejala demam selama 7 hari atau lebih, gangguan saluran

    pencernaan, dengan gangguan kesadaran.2 Penyakit ini ditandai dengan demam

    berkepanjangan, dipotong dengan bakteriamia tanpa keterlibatan struktur endotel atau

    endokardial dan invasi bakteri sekaligus multiplikasi kedalam sel fagosit mononuklear

    dari hati, limpa,kelenjar limfe usus, dan Peyers patch.2

    EPIDIMIOLOGI

    Cara penyebaran tifoid ini sangat berbeda di negara maju dan negara

    berkembang, insiden pada negara maju sangat menurun. Demam tifoid menjadi

    penyakit endemis di Indonesia, dan 98% demam tifoid di sebabkan oleh salmonella

    typhi dan sisanya di sebebkan olehsalmonella partypi. 90% kasus demam typhi pada

    umur 3-19 tahun, kejadian meningkat pada umur 5 tahun.2

    Diperkirakan setiap tahun msih terdapat 35 juta kasus dengan 500.000

    kematian diseluruh dunia. Kebanyakan penyakit ini terjadi pada penduduk yang

    pendapatannya rendah, terutama pada daerh Asia Tenggara, Afrika, dan Amerika

    Latin. Di negara berkembang diperkirkan angka kejadianya 540 per 100.000

    penduduk. Meskipun angka kejadian tifoid turun dengan adanyaa pembaikan senitasi

    pembuangan di berbagai negera berkembang. Di negara maju perkiraan angka

    kejadian demam tifoid lebih rendh yakni 0,2-0,7 kasus per 100.000 penduduk.1

    Angka kejadian demam tifoid di indonesia diiperkiraakan 350-810 per

    100.000 penduduk pertahun, atau kurang lebih sekitar 600.000 1,5 juta kasus setiap

    tahunnya. Diantara penyakit yang tergolong penyakit infeksi usus, demam

    tifoidmenduduki urutan kedua setelah gastroenteritis. Di bagian Ilmu Kesehatan

    Anak RSCM sejak tahun 1992 1996 tercatat 550 kasus demam tifoid yang

    dirawatdengan angka kematian antara 2,635,13%.3

    Penyakit ini tidak tergantung iklim dan musim, penyakit ini sering merebak di

    daerah yang kebersihannya kurang diperhatikan.4

  • 7/22/2019 Status Pasien demam tifoid

    10/36

    10

    ETIOLOGI

    Demam tifoid (termasuk para-tifoid) disebabkan oleh kumansalmonella typhi,

    salmonella paratypi A, salmonella paratypi B, salmonela paratypi C. Padasalmonella

    parathypi gejalanya lebih ringan di bandingkn dengansalmonella typhi. Pada minggu

    pertama saki t, demam ti foid sangat suk ar dibedakan dengan penyaki t

    demam lainnya. Untuk memastikan diagnosis diperlukan pemeriksaan

    biakan kuman untuk konfirmasi.1

    Salmonella typhi termasuk bakteri familli Demam tifoid disebabkan oleh

    Salmonella typhi .Salmonella termasuk family Enterobakteriaceae dari genus

    Salmonella. Kuman berbentuk batang, Gram (-), anaerob fakultatif, bergerak dengan

    rambut getar, tidak berspora, berkapsul, tumbuh baik pada suhu optimal 370C dan

    hidup subur pada media yang mengandung empedu. Kuman ini mati pada pemanasan

    suhu 54,40C selama 1 jam dan 60% selama 15 menit serta tahan terhadap pembekuan

    dalam jangka lama, Salmonella mempunyai karakteristik fermentasi terhadap glukosa

    dan manosa namun tidak terhadap laktosa dan sukrosa.4

    Kuman ini mempunyai sekurang-kurangnya tiga macam antigen,yaitu:

    a. Antigen O (somatic, terdiri dari zat kompleks lipopolisakarida)b. Antigen H (Flagel)c. Antigen Vi (Virulensi)

    Dalam serum penderita terdapat zat anti (agglutinin) terhadap ketiga macam

    antigen tersebut.Etiologi lainnya adalah Salmonella paratyphi A, B, C.4

    PATOFISIOLOGI

    Patogenesis demam tifoid melibatkan 4 proses kompleks mengikuti ingesti

    organisme, yaitu:

    1. Penempelan dan invasi sel sel Mpeyers patch,2. Bakteri bertahan hidup dan bermultiplikasi di makrofag peyers patch,

    nodus limfatikus mesenterikus, dan organ-organ ekstra intestinal sistem

    retikuloendotelial.

    3. Bakteri bertahan hidup di dalam aliran darah.4. Produksi enterotoksin yang meningkatkan kadar cAMP di dalam kripta usus

    dan menyebabkan keluarnya elektrolit dan air ke dalam lumen intestinal.4

  • 7/22/2019 Status Pasien demam tifoid

    11/36

    11

    Sebenarnya tubuh mempunyai mekanisme pertahanan untuk melawan dan

    membunuh kuman yang masuk yaitu dengan adanya:

    1. Mekanisme pertahanan nonspesifik disaluran pencernaan, baik secara kimiawimaupun fisik.

    2. Mekanisme pertahanan spesifik yaitu kekebalan tubuh humoral dan seluler.4Jalur Masuknya Bakteri ke Dalam tubuh

    Kuman Salmonella typhi masuk kedalam tubuh melalui makanan/minuman

    yang tercemar ke dalam tubuh melalui mulut.Setelah kuman sampai di lambung maka

    mula-mula timbul usaha pertahanan non spesifik yang bersifat kimiawi yaitu adanya

    suasana asam oleh asam lambung dan enzim yang dihasilkan.1

    Kurang lebih ada dua faktor yang dapat menentukan apakah kuman dapat

    melewati barrier asam lambung, yaitu:

    1. Jumlah asam lambung yang masuk2. Kondisi asam lambung.1

    Untuk dapat menimbulkan infeksi, diperlukan sekurang-kuraangnya 105109

    yang tertelan melalui makanan dan minuman. Pada saat melewati lambung dengan

    suasana asam (pH < 2) banyak bakteri yang mati. Keadaaan-keadaan seperti

    aklorhidiria, gastrektomi, pengobatan dengan antagonis reseptor histamin H2,

    Inhibitor pompa proton atau antasida dalam jumlah besar, akan mengurangi dosis

    bakteri. Sebagian kuman yang masuk ke lambung akan dimusnahkan oleh asam

    lambung, sebagian lagi masuk ke usus halus yaitu kuman yang memiliki pertahanan

    lokal berupa motilitas dan flora normal usus kuman berusaha menghanyutkan kuman

    dengan usaha pertahanan tubuh nonspesifik yaitu oleh kekuatan peristaltik usus.1

    Bakteri yang masih hidup akan mencapai usus halus. Di usus halus, bakteri

    melekat pada sel sel mukosa dan kemudian menginvasi mukosa dan menembus

    dinding usus, tepatnya di ileum dan yeyunum. Sel-sel M, sel epitel khusus yang

    melapisi peyers patch, merupakan tempat internalisasi Salmonella typhi. Bakteri

    mencapai folikel limfe usus halus, mengikuti aliran ke kelenjer limfe mesenterika

    bahkan ada yang melewati sirkulasi sitemik sampai ke jaringan RES di organ hati dan

    limfe.1

  • 7/22/2019 Status Pasien demam tifoid

    12/36

    12

    Setelah melalui periode waktu tertentu (periode inkubasi), yang lamanya

    ditentukan oleh jumlah dan virulensi kuman serta respon imun pejamu maka

    Salmonella typhi akan keluar dari habitatnya dan melalui duktus torasikus masuk

    kedalam sirkulasi sistemik. Dengan cara ini organisme dapat mencapai organ

    manapun, akan tetapi tempat yang disukai oleh Salmonella typhi adalah hati, limpa,

    sumsum tulang, kandung empedu dan peyer patch dari ileum terminal. Invasi

    kandung empedu dapat terjadi baik secara langsung dari darah atau penyebaran

    retrograd dari empedu. Eksresi organisme di empedu dapat menginvasi ulang dinding

    usus atau dikeluarkan melalui tinja.1

    Manifestasi Klinis

    Gejala klinis demam tifoid pada anak biasannya lebih ringan jika

    dibandingkan dengan orang dewasa. Masa tunas 10 20 hari, yang tersingkat 4 hari

    jika infeksi melalui makanan, bisa sampai 30 hari jika infeksi melalui minuman.1

    Pada minggu pertama sakit, keluhan dan gejala serupa dengan penyakit infeksi

    pada umumnya yaitu:1

    a. Demamb. Nyeri kepalac. Nyeri ototd. Anoreksiae. Mualf. Muntahg. Obstipasih. Perasaan tidak enak diperuti. Batuk-batuk

  • 7/22/2019 Status Pasien demam tifoid

    13/36

    13

    Pada minggu kedua gejala-gejala menjadi lebih jelas, berupa:1

    a. Demamb. Bradikardi relatifc. Lidah yang khas (kotor ditengah dan tepi,ujung merah,lidah tremor)d. Hepatomegalie. Splenomegalif. Meteorismusg. Gangguan mental atau kesadaran

    Dari literatur lain diperjelas lagi bahwa selama masa inkubasi dapat ditemukan

    gejala prodromal yaitu:4

    a. Perasaan tidak enak badanb. Lesuc. Nyeri kepalad. Pusinge. Tidak bersemangat

    Kemudian menyusul gejala klinis yang biasa ditemukan, yaitu :

    Demam

    Pada kasus-kasus yang khas, Demam berlangsung 3 minggu bersifat remiten.

    Selama minggu pertama suhu tubuh berangsur-angsur meningkat setiap hari, biasanya

    menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari.Pada minggu

    kedua penderita terus dalam keadaan demam, dalam minggu ketiga suhu tubuh

    berangsur-angsur turun dan kembali normal kembali pada akhir minggu ketiga.4

  • 7/22/2019 Status Pasien demam tifoid

    14/36

    14

    Gangguan pada saluran pencernaan

    Pada mulut terdapat napas berbau tidak sedap, bibir kering dan pecah-pecah

    (ragaden), lidah ditutupi selaput kotor (coated tongue) ujung dan tepinya kemerahan,

    jarang disertai tremor. Pada abdomen mungkin ditemukan perut kembung

    (meteorismus), hati dan limpa membesar (hepatomegali dan spleenomegali) disertai

    nyeri pada perabaan, biasanya didapatkan konstipasi akan tetapi mungkin juga normal

    bahkan dapat terjadi diare.4

    Gangguan Kesadaran

    Umumnya kesadaran penderita menurun walaupun tidak begitu dalam yaitu

    apatis sampai somnolen, jarang terjadi sopor, koma atau gelisah.Disamping gejala-

    gejala yang biasa ditemukan tersebut mungkin juga dapat ditemukan gejala lain. Pada

    punggung dan anggota gerak dapat ditemukan roseola yaitu (bercak mukopapuler)

    bintik-bintik kemerahan karena emboli basil dalam kapiler kulit. Biasanya ditemukan

    pada minggu pertama demam, ukuran 16 mm ditemukan 40 % - 80 % penderita dan

    berlangsung singkat ( 2 3 hari ). Jika tidak ada komplikasi dalam 2 4 minggu,

    gejala dan tanda klinis menghilang namun malaise dan letargi menetap 1 2 bulan.

    Kadang-kadang ditemukan bradikardi pada anak besar dan mungkin pula ditemukanepistaksis.4

  • 7/22/2019 Status Pasien demam tifoid

    15/36

    15

    Langkah Diagnosis

    Anamnesis

    Keluhan:

    a. Demamb. Nyeri kepala (frontal)c. Kurang enak diperutd. Nyeri tulang, persendian dan otote. Konstipasi, Obstipasif. Mual,Muntah

    Gejala klinik yang pertama timbul disebabkan oleh bakteri yang

    mengakibatkan gejala toksik umum, seperti letargi, sakit kepala, demam dan

    bradikardi. Demam ini khas karena gejala peningkatan suhu setiap hari seperti naik

    tangga sampai dengan suhu 400C atau 410C, yang dikaitkan dengan nyeri kepala,

    malaise dan menggigil. Ciri utama demam tifoid adalah demam menetap yang

    persisten ( 4 sampai 8 minggu pada pasien yang tidak diobati ).1

    Selanjutnya gejala disebabkan oleh gangguan sistem retikuloendotelial,

    misalnya kelainan hematologi, gangguan faal hati dan nyeri perut. Kelompok gejala

    lainnya disebabkan oleh komplikasi seperti ulserasi di usus dengan penyulitnya. Masa

    tunas biasanya 5 sampai 14 hari, tetapi dapat sampai 5 minggu. Pada kasus ringan dan

    sedang, penyakit biasannya berlangsung 4 minggu. Timbulnya berangsur, mulai

    dengan tanda malaise, anoreksia, nyeri kepala, nyeri seluruh badan, letargi dan

    demam.1

    Pada minggu pertama terdapat demam remitten yang berangsur makin tinggi

    dan hampir selalu disertai nyeri kepala. Biasanya terdapat batuk kering dan tidak

    jarang di temukan epistaksis. Hampir selalu ada rasa tidak enak atau nyeri pada perut.

    Konstipasi sering ada, namun diare juga ditemukan.4

    Pada minggu kedua, demam umumnya tetap tinggi (demam kontinu) danpenderita tampak sakit berat. Perut tampak distensi dan terdapat gangguan

  • 7/22/2019 Status Pasien demam tifoid

    16/36

    16

    pencernaan. Diare dapat mulai, kadang disertai perdarahan saluran cerna. Keadaan

    berat ini berlangsung sampai dengan minggu ketiga. Selain letargi, penderita

    mengalami delirium bahkan sampai koma akibat endotoksemia.4

    Pada minggu ketiga tampak gejala fisik lain berupa bradikardi relatif limpa

    membesar lunak. Perbaikan dapat mulai terjadi pada akhir minggu ketiga dengan suhu

    badan menurun dan keadaan umum tampak membaik. Tifus abdominalis dapat

    kambuh satu sampai dua minggu setelah demam hilang.kekambuhan ini dapat ringan

    dapat juga berat, dan mungkin terjadi sampai dua atau tiga kali.4

    Pemeriksaan Fisik

    Pada pemeriksaan fisik ditemukan:4

    a. Demam yang tinggib. Perut distensi disertai dengan nyeri tekan perutc. Bradikardi relatifd. Hepatosplenomegalie. Kelainan makulopapularberupa roseola (rose spot) dengan diameter 2 5 mm

    terdapat pada kulit perut bagian atas dan dada bagian bawah. Rose spot tersebut

    agak meninggi dan dapat menghilang jika ditekan.Kelainan yang berjumlah

    kurang lebih 20 buah ini hanya tampak selama 2 4 hari pada minggu pertama>

    Bintik merah muda juga dapat berubah menjadi perdarahan kecil yang tidak

    mudah menghilang yang sulit dilihat pada pasien berkulit gelap (jarang ditemukan

    pada orang Indonesia)

    f. Jantung membesar dan melunakg. Bila sudah terjadiperforasi maka akan didapatkan tekanan sistolik yang menurun,

    kesadaran menurun, suhu badan meningkat, nyeri perut dan defans muskuler

    akibat rangsangan peritoneum.

    h. Perdarahan usus sering muncul hipovolemik .Kadang ada pengeluaran melena ataudarah segar.

    i. Bila telah adaperitonitis difusa akibat perforasi usus, perut tampak distensi, bisingusus hilang,pekak hati hilangdanperkusi daerah hati menjadi timpani. Selain itu,

    pada colok dubur terasa sfinger yang lemah dan ampulanya kosong. Penderita

    biasannya mengeluh nyeri perut, muntah dan kurva suhu denyut nadimenunjukkan tanda salib maut.

  • 7/22/2019 Status Pasien demam tifoid

    17/36

    17

    j. Pemeriksaan radiologi menunjukkan adanya udara bebas di bawah diafragma,sering disertai gambaran ileus paralitik.4

    Pemeriksaan Laboratorium

    Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik dapat dibuat diagnosis Observasi tifus

    abdominalis. Untuk memastikan diagnosa perlu dilakukan pemeriksaan:

    Pemeriksaan yang berguna untuk menyokong diagnosa

    a. Pemeriksaan darah tepiTerdapat gambaran leukopenia, limfositosis relatif dan aneosinofilia. Pada

    permulaan sakit, mungkin terdapat anemia dan trombositopenia ringan. Pemeriksaandarah tepi ini sederhana, mudah dikerjakan di laboratorium yang sederhana akan

    tetapi sangat berguna untuk membantu diagnosis yang tepat.4

    b. Pemeriksaan sumsum tulangDapat digunakan untuk menyokong diagnosa, pemeriksaan ini tidak termasuk

    pemeriksaan rutin sederhana. Terdapat sumsum tulang berupa hiperaktif RES dengan

    adanya sel makrofag, sedangkan sistem eritropoeisis, granulopoeisis dan

    trombopoiesis berkurang.4

    Pemeriksaan laboratorium untuk membuat diagnosis

    Biakan empedu untuk menemukan Salmonella typhosa dan pemeriksaan widal

    adalah pemeriksaan yang dapat dipakai untuk membuat diagnosis tifus abdominalis

    yang pasti. Kedua pemeriksaan tersebut perlu dilakukan pada waktu masuk dan setiap

    minggu berikutnya.

    a. Biakan EmpeduSalmonella typhosa dapat ditemukan dalam darah penderita biakan dalam

    minggu pertama sakit. Selanjutnya lebih sering ditemukan dalam urin dan feses,

    mungkin akan tetap positif untuk waktu yang lama. Oleh karena itu, pemeriksaan

    yang positif dari contoh darah yang digunakan untuk menegakkan diagnosis,

    sedangkan pemeriksaan negatif dari contoh urin dan feses 2 kali berturut-turut

  • 7/22/2019 Status Pasien demam tifoid

    18/36

    18

    digunakan untuk menentukan bahwa penderita telah benar-benar sembuh dan tidak

    menjadi pembawa kuman (karier).4

    Biakan Darah

    Seringkali positif pada awal penyakit sedangkan biakan urin dan tinja positif

    setelah terjadi septikemia sekunder. Biakan sumsum tulang dan kelenjer limfe atau

    jaringan retikuloendotelial lainnya.sering masih positif setelah darah steril.1

    Biakan darah positif ditemukan pada 70% - 80% penderita pada minggu

    pertama sakit, sedangkan pada akhir minggu ketiga, biakan darah positif hanya pada

    10 penderita. Setelah minggu keempat penyakit sangat jarang kuman ditemukan

    dalam darah. Bila terjadi relaps maka biakan darah akan positif kembali.1

    Pada penelitian mendeteksi DNA kuman Salmonell typhi dalam darah dengan

    teknik hibridisasi asam nukleat dan metode penggandaan DNA dengan polymerase

    chain reaction (PRC). Cara ini dilaporkan dapat mengidentifikasi kuman dalam

    jumlah yang amat sedikit.1

    Identifikasi kuman melalui Uji Serologi

    Pemeriksaan Widal

    Dasar pemeriksaan adalah reaksi aglutinasi yang terjadi bila serum penderita

    dicampur dengan suspensi antigen Salmonella typhosa. Pemeriksaan yang positif

    ialah bila terjadi reaksi aglutinasi.yang bertujuan untuk menentukan adanya antibodi,

    yaitu agglutinin dalam serum pasien yang disangka menderita tifoid. Dengan jalan

    mengencerkan serum, maka kadar zat anti dapat ditentukan yaitu pengenceran

    tertinggi yang dapat menimbulkan reaksi aglutinasi. Untuk membuat diagnosis yang

    diperlukan ialah titer zat anti terhadap antigen O.Titer yang bernilai 1/200 atau lebih

    atau menunjukkan kenaikan yang progresif digunakan untuk membuat diagnosa. Titer

    terhadap antigen H tidak diperlukan untuk diagnosis, karena dapat tetap tinggi setelah

    mendapat imunisasi atau bila penderita telah lama sembuh. Tidak selalu pemeriksaan

    widal positif walaupun penderita sungguh-sungguh menderita tifus abdominalis

    sebagaimana terbukti pada autopsi setelah penderita meninggal dunia.1

  • 7/22/2019 Status Pasien demam tifoid

    19/36

    19

    Sebaliknya titer dapat positif karena keadaan sebagai berikut:

    a. Titer O dan H tinggi karena terdapatnya aglutinin normal, Karenainfeksi basil Coli patogen dalam usus.

    b. Pada Neonatus, zat anti tersebut diperoleh dari ibunya melalui talipusat

    c. Terdapat infeksi silang dengan ricketsia.d. Akibat imunisasi secara alamiah karena masuknya kuman peroral atau

    pada keadaan infeksi subklinis.2

    Antibodi (aglutinin) yang spesifik terhadap salmonella typhi akan positif

    dalam serum pada:

    a. Pasien demam tifoidb. Orang yang pernah tertular Salmonella.c. Orang yang pernah di vaksinasi terhadap demam tifoid.4

    Akibat infeksi oleh Salmonella typhi, maka didalam tubuh pasien membuat

    antibodi (aglutinin), yaitu:

    Aglutinin O

    Aglutinin O adalah antibody yang dibuat karena rangsangan dari antigen O

    yang berasal dari tubuh kuman.4

    Aglutinin H

    Aglutinin H adalah antibodi yang dibuat karena rangsangan dari antigen H

    yang berasal dari flagella kuman.4

    Aglutinin Vi

    Aglutinin Vi adalah antibody yang dibuat karena rangsangan dari antigen Vi

    yang berasal dari simpai kuman.4

    Dari ketiga aglutinin diatas, hanya aglutinin O dan aglutinin H yang

    ditentukan titernya untuk menegakkan diagnosis

    Faktor-faktor yang mempengaruhi uji Widal, yaitu:

  • 7/22/2019 Status Pasien demam tifoid

    20/36

    20

    Faktor-faktor yang berhubungan dengan pasien

    1. Keadaan umum pasien2. Saat pemeriksaan selama perjalanan penyakit3. Pengobatan dini dengan antibiotik4. Penyakit-penyakit tertentu5. Obat-obat imunosupresif atau kortikosteroid6. Infeksi klinis atau subklinis oleh Salmonella sebelumnya.1

    Faktor-faktor yang berhubungan dengan teknis

    a. Aglutinasi silangb. Konsentrasi suspensi antigenc. Strain Salmonella yang digunakan untuk suspensi antigen.1Interpretasi uji Widal, yaitu:

    1. Makin tinggi titernya, maka makin besar kemungkinan pasien menderitademam tifoid

    2. Tidak ada konsensus mengenai tingginya titer uji Widal yang mempunyai nilaidiagnostik pasti untuk demam tifoid

    3. Uji Widal positif atau negatif dengan titer rendah tidak menyingkirkandiagnosis demam tifoid.

    4. Uji Widal positif dapat disebabkan oleh septicemia karena Salmonella lain.5. Uji Widal bukan pemeriksaan laboratorium untuk menentukan kesembuhan

    pasien, karena pada seseorang yang telah sembuh dari demam tifoid, aglutinin

    akan tetap berada dalam darah untuk waktu yang lama.

    6. Uji Widal tidak dapat menentukan spesies Salmonella sebagai penyebabdemam tifoid, karena beberapa spesies Salmonella dapat mengandung antigen

    O dan H yang sama, sehingga dapat menimbulkan reaksi aglutinasi yang sama

    pula.

  • 7/22/2019 Status Pasien demam tifoid

    21/36

    21

    Tubex TF

    Tes Tubex merupakan tes aglutinasi kompetitif semi kuantitatif yang

    sederhana dan cepat (kurang lebih 2 menit) dengan menggunakan partikel yang

    berwarna untuk meningkatkan sensitivitas. Spesifisitas ditingkatkan dengan

    menggunakan antigen O yang benar-benar spesifik yang hanya ditemukan pada

    Salmonella serogrup D. Tes ini sangat akurat dalam diagnosis infeksi akut karena

    hanya mendeteksi adanya antibodi IgM dan tidak mendeteksi antibodi IgG dalam

    waktu beberapa menit.4

    Walaupun belum banyak penelitian yang menggunakan tes TUBEX ini,

    beberapa penelitian pendahuluan menyimpulkan bahwa tes ini mempunyai sensitivitas

    dan spesifisitas yang lebih baik daripada uji Widal.

    Penelitian oleh Lim dkk (2002)

    mendapatkan hasil sensitivitas 100% dan spesifisitas 100%. Penelitian lain

    mendapatkan sensitivitas sebesar 78% dan spesifisitas sebesar 89%.9 Tes ini dapat

    menjadi pemeriksaan yang ideal, dapat digunakan untuk pemeriksaan secara rutin

    karena cepat, mudah dan sederhana, terutama di negara berkembang.

    Interpretasi tes Tubex TF:

    Scoring 2 : (-)

    Scoring 3 : (Borderline, ulangi pemeriksaan 35 hari kemudian)Scoring 45 : (+) Lemah

    Scoring 610 : (+) Kuat, indikasi mutlak4

    Metode enzyme immunoassay (EIA)

    Uji serologi ini didasarkan pada metode untuk melacak antibodi spesifik IgM

    dan IgG terhadap antigen OMP 50 kD S. typhi. Deteksi terhadap IgM menunjukkan

    fase awal infeksi pada demam tifoid akut sedangkan deteksi terhadap IgM dan IgG

    menunjukkan demam tifoid pada fase pertengahan infeksi. Pada daerah endemis

    dimana didapatkan tingkat transmisi demam tifoid yang tinggi akan terjadi

    peningkatan deteksi IgG spesifik akan tetapi tidak dapat membedakan antara kasus

    akut, konvalesen dan reinfeksi. Pada metode Typhidot-M yang merupakan modifikasi

    dari metode Typhidot telah dilakukan inaktivasi dari IgG total sehingga

    menghilangkan pengikatan kompetitif dan memungkinkan pengikatan antigen

    terhadap Ig M spesifik.4

  • 7/22/2019 Status Pasien demam tifoid

    22/36

    22

    Penelitian oleh Purwaningsih dkk (2001) terhadap 207 kasus demam tifoid

    bahwa spesifisitas uji ini sebesar 76.74% dengan sensitivitas sebesar 93.16%, nilai

    prediksi positif sebesar 85.06% dan nilai prediksi negatif sebesar 91.66%. Sedangkan

    penelitian oleh Gopalakhrisnan dkk (2002) pada 144 kasus demam tifoid

    mendapatkan sensitivitas uji ini sebesar 98%, spesifisitas sebesar 76.6% dan efisiensi

    uji sebesar 84%.Penelitian lain mendapatkan sensitivitas sebesar 79% dan spesifisitas

    sebesar 89%.4

    Uji dot EIA tidak mengadakan reaksi silang dengan salmonellosis non tifoid

    bila dibandingkan dengan Widal. Dengan demikian bila dibandingkan dengan uji

    Widal, sensitivitas uji dot EIA lebih tinggi oleh karena kultur positif yang bermakna

    tidak selalu diikuti dengan uji Widal positif.2,8 Dikatakan bahwa Typhidot-Mini dapat

    menggantikan uji Widal bila digunakan bersama dengan kultur untuk mendapatkan

    diagnosis demam tifoid akut yang cepat dan akurat.4

    Beberapa keuntungan metode ini adalah memberikan sensitivitas dan

    spesifisitas yang tinggi dengan kecil kemungkinan untuk terjadinya reaksi silang

    dengan penyakit demam lain, murah (karena menggunakan antigen dan membran

    nitroselulosa sedikit), tidak menggunakan alat yang khusus sehingga dapat digunakan

    secara luas di tempat yang hanya mempunyai fasilitas kesehatan sederhana dan belum

    tersedia sarana biakan kuman. Keuntungan lain adalah bahwa antigen pada membran

    lempengan nitroselulosa yang belum ditandai dan diblok dapat tetap stabil selama 6

    bulan bila disimpan pada suhu 4C dan bila hasil didapatkan dalam waktu 3 jam

    setelah penerimaan serum pasien.

    Metode enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA)

    Uji Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA) dipakai untuk melacak

    antibodi IgG, IgM dan IgA terhadap antigen LPS O9, antibodi IgG terhadap antigen

    flagella d (Hd) dan antibodi terhadap antigen Vi S. typhi. Uji ELISA yang sering

    dipakai untuk mendeteksi adanya antigen S. typhi dalam spesimen klinis adalah

    double antibody sandwich ELISA. Chaicumpa dkk (1992) mendapatkan sensitivitas

    uji ini sebesar 95% pada sampel darah, 73% pada sampel feses dan 40% pada sampel

    sumsum tulang. Pada penderita yang didapatkan S. typhi pada darahnya, uji ELISA

    pada sampel urine didapatkan sensitivitas 65% pada satu kali pemeriksaan dan 95%

    pada pemeriksaan serial serta spesifisitas 100%.

    Penelitian oleh Fadeel dkk (2004)

    terhadap sampel urine penderita demam tifoid mendapatkan sensitivitas uji ini sebesar

  • 7/22/2019 Status Pasien demam tifoid

    23/36

    23

    100% pada deteksi antigen Vi serta masing-masing 44% pada deteksi antigen O9 dan

    antigen Hd. Pemeriksaan terhadap antigen Vi urine ini masih memerlukan penelitian

    lebih lanjut akan tetapi tampaknya cukup menjanjikan, terutama bila dilakukan pada

    minggu pertama sesudah panas timbul, namun juga perlu diperhitungkan adanya nilai

    positif juga pada kasus dengan Brucellosis.2

    Pemeriksaan dipstik.

    Uji serologis dengan pemeriksaan dipstik dikembangkan di Belanda dimana

    dapat mendeteksi antibodi IgM spesifik terhadap antigen LPS S. typhi dengan

    menggunakan membran nitroselulosa yang mengandung antigen S. typhi sebagai pita

    pendeteksi dan antibodi IgM anti-human immobilized sebagai reagen kontrol.

    Pemeriksaan ini menggunakan komponen yang sudah distabilkan, tidak memerlukan

    alat yang spesifik dan dapat digunakan di tempat yang tidak mempunyai fasilitas

    laboratorium yang lengkap.1

    Penelitian oleh Gasem dkk (2002) mendapatkan sensitivitas uji ini sebesar

    69.8% bila dibandingkan dengan kultur sumsum tulang dan 86.5% bila dibandingkan

    dengan kultur darah dengan spesifisitas sebesar 88.9% dan nilai prediksi positif

    sebesar 94.6%. Penelitian lain oleh Ismail dkk (2002) terhadap 30 penderita demam

    tifoid mendapatkan sensitivitas uji ini sebesar 90% dan spesifisitas sebesar 96%.

    Penelitian oleh Hatta dkk (2002) mendapatkan rerata sensitivitas sebesar 65.3% yang

    makin meningkat pada pemeriksaan serial yang menunjukkan adanya serokonversi

    pada penderita demam tifoid Uji ini terbukti mudah dilakukan, hasilnya cepat dan

    dapat diandalkan dan mungkin lebih besar manfaatnya pada penderita yang

    menunjukkan gambaran klinis tifoid dengan hasil kultur negatif atau di tempat dimana

    penggunaan antibiotika tinggi dan tidak tersedia perangkat pemeriksaan kultur secara

    luas. 4

    Diagnosis Pasti

    Bila ditemukan kuman Salmonella typhi dari darah, urin, tinja, dan sumsum

    tulang belakang, cairan duodenum, atau rose spots. Berkaitan dengan pathogenesis

    maka kuman lebih mudah ditemukan dalam darah dan sumsum tulang diawal

    penyakit, Sedangkan pada stadium berikutnya didalam urin dan tinja. Hasil biakan

    positif memastikan demam tifoid, namun hasil yang negatif tidak menyingkirkan

    demam tifoid, karena hasilnya bergantung pada beberapa faktor, seperti:

  • 7/22/2019 Status Pasien demam tifoid

    24/36

    24

    1. Jumlah darah yang diambil2. Perbandingan volume darah dan media empedu3. Waktu pengambilan darah

    Menurut Watson jumlah rata-rata kuman 7,6 per ml darah, walaupun penderita

    dalam keadaan bakterimia, sehingga untuk biakan diperlukan 5 10 ml darah. Untuk

    menetralisir efek bakterisidal oleh antibodi atau komplemen yang dapat menghambat

    pertumbuhan kuman, maka darah harus diencerkan 5 - 10 kali, waktu pengambilan

    darah yang paling baik ialah saat demam tinggi atau sebelum pemakaian antibiotik.

    Karena setelah pemberian antibiotik kuman sudah sukar ditemukan dalam darah.4

    Penyulit (Komplikasi)

    Relaps, febris timbul kembali setelah 10 hari afebris atau setelah 3 minggu

    diberikan terapi kloramfenikol. Relaps kronik jarang terjadi tetapi dapat ditemukan

    setelah beberapa bulan, terutama dengan penderita yang mendapat terapi tidak

    adekuat (Manson-Bahr), limfa yang tetap teraba adalah gejala penting dari impending

    relaps. Insidensi 10% - 20%.4

    Patogenesa :

    Penderita diserang oleh banyak strain tetapi hanya satu strain yang

    bermanifestasi, sedang strain yang lainnya bersembunyi, waktu relaps disebabkan

    oleh kuman yang tersembunyi.4

    Chloramfenikol menghambat atau memperlambat pembentukkan antibodi,

    sehingga memudahkan relaps tapi justru relaps pada titer antibodi yang tinggi hal ini

    dibuktikan dengan titer widal, yaitu penularan bukan oleh karena kekebalan.

    Salmonella typhi istirahat dalam sel dan baru aktif pada saat sel tubuh tersebut mati.

    Perdarahan usus, biasanya timbul pada hari ke 14 - ke 21 dari perjalanan

    penyakit. Dapat berupa perdarahan yang minimal sampai perdarahan tersembunyi

    yang masif. Yang ditandai dengan :Penurunan suhu mendadak.4

  • 7/22/2019 Status Pasien demam tifoid

    25/36

    25

    Tanda-tanda shock.

    Tensi turun mendadak sampai dibawah normal. Nadi cepat dan kecil. Sianosis. Tachypnoe. Kulit dingin dan lembab. Perdarahan per ani yang tidak selalu tampak.4Perforasi usus, biasanya muncul pada akhir minggu ke III, umumnya

    terjadi di daerah sekitar 60cm dari bagian akhir ileum. Dengan gejala yang kita

    dapatkan adalah:

    KU buruk. Reaksi tubuh dan mental menjadi lambat. Tiba-tiba menjadi gelisah dan mengeluh nyeri perut. Muntah-muntah. Suhu tiba-tiba turun. Pernafasan cepat dan hanya menggunakan otot-otot intercostal. Dinding perut tegang, defence musculare, terutama di perut sebelah

    kanan (pada lokasi ileum).

    Pekak hati menghilang. Perkusi menjadi tympani. Bising usus menurun sampai hilang.4

    Foto RO BNO : tampak udara bebas dalam rongga perut terutama dibawah

    diafragma. Preperitoneal fat hilang karena terdapat oedem dan pengumpulan exudat.Miokarditis, keluhan klinis terjadi pada minggu ke II sampai minggu ke III, berupa :

    Takikardia. Nadi kecil dan lemah. Bunyi jantung redup. Gallop rhythm. Tekanan darah turun atau peningkatan tekanan vena tanpa ada gejala

    dekompresi lain. 4

    http://c/Documents%20and%20Settings/interne2/definisi_shock.htmhttp://c/Documents%20and%20Settings/interne2/definisi_shock.htm
  • 7/22/2019 Status Pasien demam tifoid

    26/36

    26

    Cholecystitis

    Thypoid toxic, secara klinis terjadi perubahan mental yang terdiri dari

    disorientasi, kebingungan, delirium > 5 hari, yang dapat diikuti dengan/tanpa

    munculnya gejala neurologis : afasia, ataxia, perubahan refleks, konvulsi dan lain-

    lainnya. Thypoid toxic dapat dibagi menjadi : 4

    Meningocerebral

    Demam > 6 hari dan menjadi delirium, setengah sadar atau tidak sadar. Selalu ada kaku kuduk. Tanda kernig dapat positif atau negatif. Refleks tendo menjadi meninggi terutama APR. Liquor cerebro spinal normal. Prognosa: dapat sembuh sempurna.4

    Encephalitis diffus

    Demam tinggi diikuti penurunan kesadaran. Refleks tendo dapat positif atau menurun, refleks dinding perut negatif. Rangsang meningen negatif. Setelah berlangsung lebih dari 1 minggu akan sembuh sempurna.4

    Encephalitis akut

    Tiba-tiba hiperpireksia. Tidak sadar dan kejang umum 24 jam setelah onset. Bisa timbul kejang ulang. Prognosa : buruk.4

    Meningitis akut

    Liquor cerebro spinal : jernih dengan pleositosis ringan. Electro encephalograph : gambaran encephalopati. Bisa terjadi karena dikaitkan dengan sistem imunologis atau kekebalan

    seseorang.

  • 7/22/2019 Status Pasien demam tifoid

    27/36

    27

    Dapat dikaitkan pula dengan kepribadian seseorang, orang yang gampanghisteris, akan lebih gampang jatuh ke dalam toxic typhoid.

    Pasien dalam keadaan delirium / bicara ngaco / berteriak-teriak danmengalami agitasi.

    Terdapat gerakan-gerakan seperti menarik-narik seprei.4Hepatitis typhosa, Pneumotyphoid, Pankreatitis typhosa

    Carrier typhosa, setelah 6 bulan diperiksa 3 x berturut-turut selang 1 bulan

    masih tetap positif (pada pemeriksaan faeces yang dibiakkan).1

    Diagnosis Banding

    Bila terdapat demam lebih dari satu minggu sedangkan penyakit yang dapat

    menerangkan demam itu belum jelas, perlulah dipertimbangkan pula penyakit selain

    tifus abdominalis, yaitu penyakit sebagai berikut:

    Paratifoid A,B,C Influenza Malaria Tuberkulosis Dengue

    Salmoneilosis Pneumonia lobaris. 4

    Penatalaksanaan

    Terapi secara umum (Non medikamentosa)

    Perawatan :

    Bed rest total sampai dengan bebas demam 1 minggu tetapi sebaiknya sampai

    akhir minggu ke III oleh karena bahaya perdarahan dan perforasi.1

    Tuj uannya untuk:

    Mempercepat penyembuhan. Mencegah perforasi usus.

  • 7/22/2019 Status Pasien demam tifoid

    28/36

    28

    Karena banyak gerak akan menyebabkan gerakan peristaltik meningkat,dengan peningkatan peristaltik maka akan terjadi peningkatan dari aktifitas

    pembuluh darah, hal ini akan meningkatkan kadar toksin yang masuk ke

    dalam darah, dapat menyebabkan peningatan dari suhu tubuh.

    Mobilisasi berangsur-angsur dilakukan setelah pasien 3 hari bebas demam.1Dietetik :

    Harus cukup kalori, protein, cairan dan elektrolit. Mudah dicerna dan halus. Kebutuhan 2500 kkal, 100 gr protein, 2 - 3 liter cairan.

    Typhoid diet I : Bubur susu/cair tidak diberikan pada pasien yang demam

    tanpa komplikasi.Typhoid diet II : Bubur saring.Typhoid diet III : Bubur biasa.

    Typhoid diet IV : Nasi tim.4

    Prinsip pengelolaan dietetik pada typhoid padat dini, rendah serat/rendahselulosa.

    Typoid diet biasanya dimulai dari TD II, setelah 3 hari bebas demam menjadiTD III, sampai 3 hari kemudian dapat diganti kembali menjadi TD IV.

    Harus diberikan rendah serat karena pada typoid abdominalis ada luka diileum terminale bila banyak selulosa maka akan menyebabkan peningkatan

    kerja usus, hal ini menyebabkan luka makin hebat.

    Medika mentosa:

    Antibiotik Drug of Choice adalah Chloramfenicol dengan dosis 4 x 500 mg/hari

    selama 7 hari afebris atau sampai 1 minggu bebas demam.

    Kontra indikasi :

    Tidak boleh diberikan pada wanita hamil trisemester 3. Grey baby syndrome. Partus premature. Kematian intrauterine (IUFD).

  • 7/22/2019 Status Pasien demam tifoid

    29/36

    29

    Jangan berikan pada pasien yang leukositnya kurang dari 2000. Pengobatan dianggap gagal (chloramfenicol resisten) bila dalam 10 hari

    pemberian pasien tetap demam, gunakan antibiotik yang lain.

    Cotrimoxazole, dengan dosis 400 mg 2 x 2 tablet/hari sampai 7 hariafebris.RSHS2 x 3 tablet.

    Waktu yang diperlukan untuk penurunan suhu sama denganchloramfenicol.

    Tidak terjadi krisis toksik. Gejala lebih cepat hilang. Dapat digunakan untuk pasien yang toksik dan delirium. Lebih unggul dalam mencegah relaps. Efek samping yang perlu diperhatikan adalah trombositopenia, untuk

    menghindarkannya kita berikan asam folic.

    Amphicillin, dosis 3 - 4 x (0.5 - 1 gram)/hari selama 15 hari (RSHS) Digunakan untuk tifoid abdominalis ringan dan untuk karier.

    Amoxicilin, dosis 4 x 1 gr(untuk ukuran kecil) - 6 gr (untuk ukuranbesar)/hari.Untuk kasus karier 6 gr/hari selama 6 minggu

    Golongan Quinolon.

    Ciprofloksasin, dosis 2 x 750 mg sampai 4 minggu, untuk menanggulangikarier, karena pasien dapat menularkan secara fecal - oral (typhoid mary).

    Tidak boleh diberikan pada pasien dengan usia kurang dari 15 tahun,karena bisa menyebabkan penutupan epifise tulang lebih cepat.

    Keuntungan dari Quinolon:

  • 7/22/2019 Status Pasien demam tifoid

    30/36

    30

    Waktu yang diperlukan untuk terapi lebih pendek.

    Bersifat bakterisida. Hati-hati akan terjadi reaksi harxheimer reaction yang merupakan reaksi

    yang hebat dari pemberian awal dari antibiotic pada perderita typhoid, oleh

    karena dilepaskannya secara mendadak dalam jumlah besar, antigen dari

    kuman typhoid.(reaksi seperti anafilaktik syok, dimana pasien dapat jatuh

    kedalam keadaan komatous).4

    Simptomatik:

    Analgetik antipiretik (DOC : parasetamol) angan menggunakan asam salisilat, karena bisa menyebabkan

    hiperhidrosis.

    Jangan pada penderita hepatitis. Dapat merangsang mukosa usus. Efek anti piretik dapat berlebihan. Menghambat efek dari chloramfenicol. Laxantia dan enema, untuk memudahkan buang air besar. Hati-hati perdarahan dan perforasi. Muntah-muntah.4

    Prochlorperazine (Stemetil) dengan dosis 3 x 5mg atau 3 x 10 mg.

    1. Prometazine (Phenergan) dengan dosis 3 x 25 mg2. Diare3. Diphenoxylate hydrochloride (Lomotil, Reasec) 4 x 2 tab4. Meteorismus5. Intake diganti dengan parenteral6. Gunakan stomach tube dan aspirasi tiap jam. 1

    Supportif

    Kortikosteroid Hanya dianjurkan untuk penderita dengan toksemia berat dan hiperpireksi

    berat.

  • 7/22/2019 Status Pasien demam tifoid

    31/36

    31

    Tidak boleh dipergunakan secara rutin. Harus dihindarkan dalam minggu ke III karena bila ada perdarahan kita

    tidak tahu dari penyakit atau dari kortikosteroid.

    Memperpendek deman dan gejala cepat hilang. Menghambat pembentukkan immunitas sehingga mudah untuk relaps.

    Dosis:

    Hari ke I : - Hidrokortison 200 mg im- Prednison 3 x 15 mg Hari ke II : Prednison 3 x 10 mg Hari ke III : Prednison 3 x 5 mg

    Hari ke IV : Prednison 3 x 5 mg Hari ke V : Prednison 1 x 5 mg. Roborantia Vitamin B dan vitamin C. Terapi untuk karier yang gagal pengobatan dengan medikamentosa kita

    lakukan cholecystectomy.4

    Perforasi usus. Cito operasi Persiapan :

    Puasakan pasien. Infus dengan Ringer Lactat. Berikan Antibiotika dosis tinggi. Gunakangastric suction untuk kompresi.

  • 7/22/2019 Status Pasien demam tifoid

    32/36

    32

    PROGNOSIS

    Mortalitas 20% - 50%, dimana hal ini dipengaruhi oleh:Umur. Keadaan umum sebelum pembedahan. Diagnosa yang lambat (>24 jam).

    Terdapat sepsis intraperitoneal. Perforasi ulang atau penyulit lainnya.

    Toxic typhoid

    Pasang maag slang (NGT) dan akan digunakan untuk pemberian nutrisi : Untuk keadaan yang berat sekali gunakan TD I. Untuk keadaan yang tidak berat kita gunakan TD II yang telah diblender dahulu. Pasang infus, untuk pemberian kemicetin 3 - 4 x 1 gr/hari secara IV, bila sudah

    membaik berikan peroral dengna dosis 4 x 2 tablet selama 2 minggu.

    Kortikosteroid Berikan kalmethasone yang dilarutkan dalam NaCl 0,9% atau dextran 5% atau Ringer

    Lactat.

    1 mg kalmethasone dilarutkan dalam 2 cc larutan. 8 jam pertama berikan 3 mg/kgBB secara IV. 30 ml diberikan dalam infus pada 6 - 8 jam kedua dan selanjutnya diberikan 1

    mg/kgBB diberikan 6 x (1 ampul kalmethasone = 4 ml) dalam waktu 2 hari.

    Jangan diberikan pada akhir minggu ke II atau ke III karena bisa merangsang gastermenambah bahaya terjadinya perforasi.

    Minggu ke I boleh diberikan karena kalau ada melena pada minggu ke I pasti olehkortikosteroid, sedangkan pada minggu ke II atau ke III, kita tidak tahu penyebab dari

    melena karena bisa dari perforasi atau karena obat.

    Bila ada septik shock berikan dopamin 2 ampul (1 amp = 200 mg) larutkan dalamdextrose 5% dengan kecepatan 8 tetes permenit sampai shock teratasi ganti dengan

    Dextran saja 10 tetes per menit.

    Prognosa, sangat bervariasi, dapat menjadi jelek dan angka kematian tinggi bilaterdapat gangguan SSP.4

  • 7/22/2019 Status Pasien demam tifoid

    33/36

    33

    Keberhasilan Terapi

    Pengobatan terhadap demam tifoid akan berhasil baik bila penegakan

    diagnosis dilakukan dengan tepat. Pengobatan demam tifoid adalah gabungan antara

    pemberian antibiotik yang sesuai, perawatan penunjang termasuk pemantauan,

    pemberian cairan serta pengenalan dini terhadap komplikasi.4

    Terapi tifoid toksik:

    Penderita diawasi intensif Diberikan antibiotik parenteral kombinasi dua macam antibiotic Diberikan kortikosteroid seperti deksametason bolus 3 mg/kgBB IV selama 30

    menit, dilanjutkan pemberian 6 jam kemudian 1-3 mg/kgBB selanjutnya setiap 6

    jam selama 2 hari.4

    Resistensi Antibiotik

    Masalah resistensi obat ganda terhadap Salmonella typhi telah dilaporkan 50-

    70% kasus demam tifoid Apabila Salmonella typhi telah resisten terhadap dua atau

    lebih antibiotic yang dipergunakan untuk pengobatan demam tifoid secara

    konvensional yaitu ampisilin, Kloramfenikol, kotrimoksazol. Adanya resistensiterhadap Salmonella typhi maka diperlukan antibiotik yang poten. Pada kasus demam

    tifoid yang tidak tampak perbaikan setelah pengobatan maka sefiksim merupakan

    pilihan pertama.4

    Prognosis

    Prognosis pasien demam tifoid tergantung ketepatan terapi, usia, keadaan

    kesehatan sebelumnya, dan ada tidaknya komplikasi. Di Negara maju, dengan terapi

    antibiotic yang adekuat, angka mortalitas < 1%. Di Negara berkembang, angka

    mortalitasnya > 10%, biasannya karena keterlambatan diagnosis, perawatan, dan

    pengobatan. Munculnya komplikasi, seperti perforasi gastrointestinal atau perdarahan

    hebat, meningitis, endokarditis, dan pneumonia, mengakibatkan morbiditas dan

    mortalitas yang tinggi.4

    Relaps dapat timbul beberapa kali. Individu yang mengeluarkan S.ser.typhi

    3 bulan setelah infeksi umumnya menjadi karier kronis. Risiko menjadi karier padaanak-anak rendak dan meningkat sesuai usia. Karier kronik terjadi pada 1-5% dari

  • 7/22/2019 Status Pasien demam tifoid

    34/36

    34

    seluruh pasien demam tifoid. Insidens penyakit traktus biliaris lebih tinggi pada karier

    kronis dibandingkan dengan populasi umum.Walaupun karier urin kronis juga dapat

    terjadi, hal ini jarang dan dijumpai terutama pada individu dengan skistosomiasis.4

    Pencegahan

    Secara umum, untuk memperkecil kemungkinan tercemar Salmonella typhi,

    maka setiap individu harus memperhatikan kualitas makanan dan minuman yang

    mereka konsumsi. Salmonella typhi didalam air mati apabila dipanasi setinggi 570 C

    untuk beberapa menit atau dengan proses iodinasi/klorinasi.1

    Untuk makanan, pemanasan sampai suhu 570C beberapa menit dan secara

    merata juga dapat mematikan kuman Salmonella typhi. Penurunan endemisitas suatu

    Negara/daerah tergantung pada baik buruknya pengadaan sarana air dan pengaturan

    pembuangan sampah serta tingkat kesadaran individu terhadap hygiene pribadi.

    Imunisasi aktif dapat membantu menekan angka kejadian demam tifoid.1

    Vaksin Demam Tifoid

    Saat sekarang dikenal tiga macam vaksin untuk penyakit demam tifoid, yaitu

    yang berisi:

    Kuman yang dimatikan Kuman hidup Komponen Vi dari Salmonella typhiVaksin yang berisi kuman Salmonell typhi, Salmonella paratyphi A,

    Salmonella paratyphi B yang dimatikan (TAB vaccine) telah puluhan tahun

    digunakan dengan cara pemberian suntikan subkutan; namun vaksin ini hanya

    memberikan daya kekebalan yang terbatas, disamping efek samping lokal pada

    tempat suntikan yang cukup sering. Vaksin yang berisi kuman Salmonella typhi hidup

    yang dilemahkan (Ty-21a) diberikan peroral tiga kali dengan interval pemberian

    selang sehari, member daya perlindungan 6 tahun. Vaksi Ty-21a diberikan pada anak

    berumur diatas 2 tahun. Pada penelitian dilapangan didapat hasil efikasi proteksi yang

    berbanding terbalik dengan derajat transmisi penyakit. Vaksin yang berisi komponen

    Vi dari Salmonella typhi diberikan secara suntikan intramuskular memberikan

    perlindungan 60-70% selama 3 tahun.

  • 7/22/2019 Status Pasien demam tifoid

    35/36

    35

    BAB III

    PENUTUP

    1 Kesimpulan

    Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut disebabkan oleh kuman gram

    negatifSalmonella typhi. Manifestasi klinik pada anak umumnya bersifat lebih ringan

    dan lebih bervariasi. Demam adalah gejala yang paling konstan di antara semua

    penampakan klinis.

    Dalam minggu pertama, keluhan dan gejala menyerupai penyakit infeksi akut

    pada umumnya seperti demam, sakit kepala, mual, muntah, nafsu makan menurun,sakit perut, diare atau sulit buang air beberapa hari, sedangkan pemeriksaan fisik

    hanya didapatkan suhu tubuh meningkat dan menetap. Suhu meningkat terutama sore

    dan malam hari.

    Setelah minggu ke dua maka gejala menjadi lebih jelas demam yang tinggi

    terus menerus, nafas berbau tak sedap, kulit kering, rambut kering, bibir kering pecah-

    pecah /terkupas, lidah ditutupi selaput putih kotor, ujung dan tepinya kemerahan dan

    tremor, pembesaran hati dan limpa dan timbul rasa nyeri bila diraba, perut kembung.

    Anak nampak sakit berat, disertai gangguan kesadaran dari yang ringan letak tidur

    pasif, acuh tak acuh (apatis) sampai berat (delirium, koma).

    2 Saran

    Agar laporan ini berguna bagi penulis dan pembaca. Laporan ini sebaiknya

    jangan dibaca saja. Tapi, disarankan untuk membaca, menelaah dan

    mengaplikasikannya ke pasien. Sehingga tugas ini tidak sia-sia dikerjakan begitu aja.

  • 7/22/2019 Status Pasien demam tifoid

    36/36

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Soedarmo SSP, Garna H, Hadinegoro SRS. Buku ajar ilmu kesehatan anakinfeksidan penyakit tropis., ed 3. Jakarta : Ikatan Dokter Anak Indonesia,2012: h.338-52

    2. Soedarmo SSP, Garna H, Hadinegoro SRS. Buku ajar ilmu kesehatan anakinfeksidan penyakit tropis., ed 1. Jakarta : Ikatan Dokter Anak Indonesia,2008: h.367-75

    3. Pusponegoro HD, dkk. Standar pelayanan medis kesehatan anak, ed 1. Jakarta:Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2004: h.91-4

    4. Kliegman RM, Behrman RE, Jenson HB, Stanton BF. Nelson textbookof pediatrics, 18 Th ed. Philadelphia, 2007: p.1186-1190.