resume kelompok 6

Upload: dian-rizqa

Post on 22-Feb-2018

247 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/24/2019 Resume Kelompok 6

    1/14

    KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

    PROGRAM STUDI GEOFISIKA JURUSAN FISIKA

    FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    UNIVERSITAS GADJAH MADA

    RESUME BAB 10: F U ND A M E N TA L S O F P H Y S IC A L V O L C A N O L O G Y

    TIPE ERUPSI, SKALA DAN FREKUENSI

    DISUSUN OLEH:

    CENDRA JANUARI

    DIAN RIZQA

    FARDY SEPTIAWAN

    HESTI VERA

    KESAWA SAPUTRA

    SARASWATI WAHYUNINGTYAS

    WAHYU KUSDYANTONO

    YOGYAKARTA

    SEPTEMBER

    2014

  • 7/24/2019 Resume Kelompok 6

    2/14

    TIPE ERUPSI, SKALA, DAN FREKUENSI

    PENDAHULUAN

    Erupsi gunung api memperlihatkan variasi dari tipe letusan, produk erupsi, skala erupsi, dan

    frekuensi dari erupsi. Setiap erupsi memiliki keunikan tersendiri dan setiap dari erupsi memiliki

    pengaruh yang berbeda santara satu dengan yang lainnya. Buku ini meninjau erupsi dari segi fisika

    bukan hanya dari fenomena khusus dari setiap gunung apinya, walaupun secara mekanisme dasar

    gunung-gunung tersebut memiliki mekanisme yang sama. Dalam chapter ini akan membahas

    mengenai proses secara fisika yang mengontrol erupsi dan produk dari erupsi. Yang merupakan salah

    satu komponen terpenting yaitu komposisi magma. Komposisi kimia mendominasi dan

    mempengaruhi erupsi seperti kekentalan dan kandungan gas yang terdapat di dalam erupsi. Separuh

    dari chapter ini fokus mengenai bagaimana komposisi kimia mempengaruhi karakter erupsi dan

    produk erupsi.

    Erupsi gunung api bervariasi tidak hanya pada karakternya, tetapi pada skala dan frekuensi dari

    aktivitasnya. Observasi dari aktivitas Stromboli, gunung api di Aeolian Island utara dari Sicily, sering

    memiliki keuntungan dari erupsi. Berbeda dengan rarusan ribu tahun lampau dengan gunung api lain,

    seperti Kaldera Yellowstone. Tipe Stromboli menghasilkan jumlah material yang sedikit, sedangkan

    yang memiliki rentan erupsi yang cukup jauh seperti Yellowstone menghasilkan material yang

    jumlahnya lebih besar. Sekitar 600.000 tahun yang lalu Yellowstone memproduksi 1000km kibik dari

    material piroklastik setara dengan 100 juta kali lebih banyak dari tipe Stromboli.

  • 7/24/2019 Resume Kelompok 6

    3/14

    KOMPOSISI KIMIA DAN JENIS AKTIVITAS VULKANIK

    Secara umum jenis aktivitas vulkanik dibedakan menurut jenis letusan dari gunung api itu sendiri.

    Jenis letusan gunung api itu sendiri terbagi menjadi dua yakni efusif atau eksplosif, dan selama meletus

    itu stabil atau tidak. Dalam prakteknya, vulkanologis telah mengembangakan sistem penamaan dari

    letusan tersebut yang mengacu khusus untuk karakter dari setiap letusan dari masing-masing gunung.

    Sebagai contoh letusan gunung api yang berada di Hawaii, dimana letusan gunungnya berupa lava

    yang mengalir dan banyak mengandung basa sehingga viskositasnya tinggi (kental). Sehingga pada

    kasus letussan gunung ini dikenal dengan istilah Letusan Hawaii dan istilah ini digunakan untuk

    letusan gunung-gunung lainnya yang hampir mirip dengan letusan yang ada di Hawaii. Istilah The

    Plinian digunakan untuk salah satu letusan Hawaii yang eksplosif dan berkelanjutan, dimana pada

    letusan itu menghasilkan letusan yang membumbung cukup tinggi dan menghasilkan material jatuhan

    piroklastik. Istilah lain yang digunakan untuk menggambarkan jenis letusan gunung berapi antara lain,

    Strombolian, Vulcanian, SubPlinian, Ultra-Plinian dan Hydromagmatic.

    Dari masing-masing jenis letusan itu sendiri, secara umum terdapat hubungan antara jenis letusan

    yang terjadi dengan kandungan magma pada gunung tersebut. Misalnya, pada letusan Hawaii dan

    Strombolian kandungan magma yang terkandung pada gunung yang mempunyai jenis letusan

    tersebut adalah magma basaltik. Untuk jenis letusan Vulcanian magma yang terkandung berupa

    basaltik andesit hingga basaltik dasit. Pada letusan jenis Plinian, magma yang terkandung berupa

    andesit yang bersilika tinggi hingga riolit. Sebaliknya, aktivitas dari phreautomagmatic dan efusiv yangtinggi magma dapat berasosiasi dengan setiap komposisi. Hubungan antara kandungan magma masih

    mungkin, misalnya pada letusan Plinian basaltik, jika meletus umumnya akan bersifat volatil.

    Selama letusan terjadi, pada jenis letusan tertentu dapat merubah jenis magma yang terkandung.

    Misalnya, pada letusan gunung yang mengandung magma basaltik, kemungkinan terdapat perubahan

    karakter letusan yakni dari letusan jenis Hawaii menjadi Strombolian, dan pada letusan gunung yang

    berjenis riolitik kemungkinan tradapat perubahan karakter letusan yakni dari letusan Plinian menjadi

    Ignimbrit dan berubah menjadi efusiv. Hal ini perlu diketahui juga meskipun jenis letusan yang

    berbeda dan juga pada komposisi magma yang berbeda, masih terdapat kesamaan antara jenis dan

    perilaku dari komposisi magma tersebut. Perubahan letusan dari jenis Hawaii ke Strombolian,

    mencerminkan perubahan dari aktivitas jenis Plinian menjadi Vulcanian yang dapat dilihat pada

    umumnya pada letusan menengah karena keduanya merupakan cerminan dari aktivitas letusan yang

    stabil menjadi tidak stabil. Hal lain yang memperngaruhi perubahan antara lain karena adanya

    pengurangan volume magma.

    Asosisasi jenis letusan tertentu dengan kandungan magma tertentudapat menunjukkan bahwa

    komposisi kimia yang terkandung mempunyai pengaruh yang kuat pada sifat letusan. Tingkat

  • 7/24/2019 Resume Kelompok 6

    4/14

    viskositas magma dan kandungan gas magma sangat berperan untuk mengendalikan sifat fisik letusan

    yang terjadi. Kadungan gas juga menentukan apakah jenis letusan itu eksplosif atau efusiv, selain itu

    juga dapat menentukan tingkat viskositas dari magma itu sendiri. Dari tingkat viskositas ini juga

    menentukan seberapa cepat magma naik ke atas permukaan.

    Tingkat viskositas magma secara umum dikendalikan oleh berbagai faktor yang saling

    berhubungan, antara lain kandungan silika, temperatur, kristal/butiran yang mengisi serta kandungan

    gelembung gas. Kandungan silika yang tinggi dan suhu rendah membuat magma menjadi lebih kental

    dan mengandung basa.kehadiran kristal pada magma juga dapat mempengaruhi tingkat kekentalan

    magma. Secara umum kristal terbentuk pada saat magma mulai mendingin. Dua kandungan penting

    yang terdapat pada magama yakni H 2O (air) dan CO 2 (karbon dioksida), kelarutan karbon dioksida tidak

    terlalu dipengaruhi oleh kandungan komposisi magma. Namun H 2O cukup berpengaruh dalam

    magma. Jumlah H 2O bisa dikatakan yang paling banyak dilarutkan dalam magma. Kehadiran

    gelembung gas juga memiliki pengaruh pada tingkat viskositas. Tingkat pergerakan fluida diukur

    dengan perubahan dari kecepatan alir fluida dari jarak tertentu. Misalnya pada fluida yang bergerak

    rendah, kehadiran gelembung gas akan memiliki pengaruh dalam meningkatkan viskositas magma.

    Sebaliknya pada fluida yang bergerak cepat, maka akan mengurangi tingkat viskositas magma.

    KOMPOSISI KIMIA DAN ERUPSI EFUSIF

    Conditions of effusive eruptionAda 4 keadaan yang bisa menyebabkan erupsi tipe efusif lterjadi:

    1. Jika kandungan gas saat magma naik ke permukaan sangat kecil. Erupsi ini akan

    mengeluarkan material larutan padat. Pemodelan komputer menganjurkan kandungan gas

    kurang dari 0,02 wt% agar keadaan ini terjadi.

    2. Jika magma ketika mencapai permukaan kehilangan kandungan gasnya, kandungan gas

    terebut mungkin jatuh di bawah level ketika terjadi fragmentasi. Pelepasan gas mungkin

    terjadi ketika penyimpanan di magma chamber atau melewati dinding saluran yangpermeabel selama magma naik ke permukaan. Pada proses kehilangan gas tersebut bisa jadi

    terjadi kontrol secara kimia secara tidak langsung. Misalnya kandungan gas pada magma

    yang mengontrol kedalaman dimana kejenuhan dan dan larutan padat dapat terjadi.

    3. Letusan bawah laut biasanya memiliki tipe efusif. Tipe ini terjadi bukan karena kandungan

    gas pada magma yang rendah, tetapi karena larutan padat gas dari magma ditekan oleh air.

    Tabel 10.2 memperlihatkan tekanan dari berbagai kedalaman di lautan dan total jumlah

    karbon dioksida atau air agar terjadi ledakan eksplosif.

  • 7/24/2019 Resume Kelompok 6

    5/14

    Tabel 10.2. kalkulasi kandungan air dan karbondiokasida minimal agar terjadi ledakan

    eksplosif pada rentang kedalaman tertentu

    4. Ledakan efusif juga dapat terjadi jika viskositas lebih besar sehingga menghambat terjadinya

    fragmentasi. Hal tersebut bisa terjadi pada erupsi magma yang sangat kental dengan

    komposisi dasit dan riolit. Efusi seperti magma mengahasilkan kubah lava step-sided yang

    mengandung gelembung gas dengan tekanan yang lebih besar dari tekanan atmosfer.

    Permukaan luar dari kubah akan menyebabkan viskositas magma meningkat dan mencegah

    gelembung meledak di permukaan. Namun jika kubah tersebut runtuh maka akan terjadi

    pelepasan tekanan dan akan memicu terjadinya fragmentasi, sehingga menimbulkan aliran

    piroklastik.

    Erupsi dengan tipe efusif bisa terjadi pada beberapa kondisi. Komposisi magma sangat berperan

    dalam menentukan tipe erupsi, tetapi faktor lain seperti sejarah penyimpanan magma dan kondisi

    lingkungan dimana erupsi terjadi juga merupakan hal yang penting.

    Chemical composition and lava flows

    Hasil utama dari ledakan efusif adalah aliran lava. Lava sangat dipengaruhi oleh komposisiledakan lava karena viskositas adalah kontrol utama dari pergerakan aliran.

    KOMPOSISI KIMIA DAN LETUSAN EKSPLOSIF

    Aktivitas eksplosif sementara dan berkelanjutan

    Letusan eksplosif sementara atau berkelanjutan sangat dipengaruhi oleh kecepatan munculnya

    magma. Hal ini terjadi akibat adanya pengaruh komposisi viskositas yang mengontrol kecepatan

    munculnya gelembung gas di dalam magma dan kemampuan fluida yang bergerak untuk bercampur.

    Ada 3 hal penting yang harus diketahui, yaitu:

  • 7/24/2019 Resume Kelompok 6

    6/14

    1. Viskositas magma mempengaruhi kemampuan gelembung untuk bergerak ke atas. Semakin

    besar viskositas magma, semakin lambat munculnya gelembung relatif terhadap magma.

    2. Viskositas magma mempengaruhi kecepatan munculnya magma, viskositas yang lebih besar

    cenderung mengurangi kecepatan munculnya magma.

    3. Kandungan gas dari magma juga mempengaruhi kemungkinan gelembung tercampur.

    Kandungan gas yang lebih besar akan meningkatkan peluang untuk gelembung tercampur.

    Komposisi kimia dan aktivitas eksplosif sementara

    Letusan sementara terjadi ketika kecepatan munculnya magma lambat. Ada 2 tipe letusan

    sementara, yaitu :

    1.

    Strombolian

    Gambar . Letusan Strombolian. Contohnya pada Gunung Vesuvius dan Gunung Raung

    Letusan strombolian biasanya melibatkan magma basaltik. Pada letusan Strombolian, pemisah

    (gap ) antar letusan terlalu singkat untuk memungkinkan banyak magma yag mendingin di bagian atas

    kolom magma dan kulit yang dingin tersebut mengembang keluar dengan mudah sebagai

    gelembung gas yang terakumulasi dibawahnya yang menyebabkan letusan lemah.

    2. Vulcanian

    Gambar . Letusan Vulcanian. Contohnya pada Gunung Semeru

    Letusan vulcanian biasanya terkait dengan magma intermediet. Pada letusan Vulcanian,

    magma yang berada di bagian atas kolom magma mendingin jauh lebih banyak diantara

    letusan- letusan membentuk cap yang padat ( solid ) sehingga tekanan dibawahnya harus

  • 7/24/2019 Resume Kelompok 6

    7/14

    dibuat jauh lebih besar levelnya sebelum terjadi letusan. Hal ini terjadi akibat adanya

    perbedaan viskositas magma yang keluar.

    Hal di atas menunjukkan hubungan yang kuat antara komposisi dan aktivitas vulkanik, meskipun

    viskositas magma dan pengaruhnya terhadap kecepatan kenaikan gelembung memainkan peranpenting bahkan ketika air tanah terlibat dalam letusan.

    Komposisi kimia dan letusan eksplosif berkelanjutan (sustained)

    Letusan eksplosif yang berkelanjutan terjadi ketika kecepatan munculnya magma cukup besar

    untuk mencegah pemisahan yang signifikan dari gelembung gas magmatik dari magma dimana

    mereka berasal. Ada 2 tipe letusan berkelanjutan, yaitu :

    1.

    HawaiianLetusan Hawaiian menghasilkan clast yang relatif kasar pada kecepatan keluar yang relatif

    rendah, menghasilkan debu letusan rendah dan dominannya menghasilkan aliran lava.

    Letusan ini berhubungan dengan magma basaltik.

    2. Plinian

    Letusan Plinian berhubungan dengan magma intermediet. Memiliki rentang dari subPlinian

    Plinian ultraPlinian. Menghasilkan debu letusan yang lebih tinggi, menghasilkan clast yang

    lebih halus, dan didominasi oleh jatuhnya endapan yang tersebar luas.

    Peran viskositas

    Viskositas magma sangat berhubungan dengan kandungan silikanya. Semakin tinggi kandungan

    silikanya, maka magma semakin viskos dan aliran magma akan semakin lambat. Hal ini disebabkan

    karena molekul-molekul silika terangkai dalam bentuk rantai yang panjang, walaupun belum

    mengalami kristalisasi . Akibatnya, karena lava basaltik mengandung silika yang rendah, maka lava

    basaltik cenderung bersifat encer dan mudah mengalir, sedangkan lava granitik relatif sangat kental

    dan sulit mengalir walaupun pada temperatur tinggi.

    Peningkatan viskositas magma disebabkan oleh exsolution pada air yang menyebabkan tingkat

    regangan ( strain ) cukup tinggi untuk menyebabkan rekahan dari magma yang menghasilkan formasi

    dari clast yang kecil. Hal ini dapat dilihat pada gambar di bawah.

  • 7/24/2019 Resume Kelompok 6

    8/14

    Gambar . Variasi viskositas dari berbagai macam magma dengan kandungan air didalamnya pada suhu

    konstan. Penurunan kandungan air meningkatkan viskositas, khususnya pada magma yang kaya akan

    kandungan silika.

    Peran kandungan gas

    Magma mengandung bermacam gas yang jumlahnya kira-kira 1%- 5% dari berat total, dan

    sebagian besar merupakan uap air.meskipun persentasenya kecil, tetapi jumlah gas yang dikeluarkan

    bisa mencapai ribuan ton per hari. Komposisi gas yang dikeluarkan dalam aktivitas gunung api

    mengandung 70% uap air, 15% karbon dioksida , 5% nitrogen , 5% sulfur dan sisanya terdiri dari klorida,

    hidrogen dan argon .

    Jumlah gas dalam magma mempengaruhi energi yang dilepaskan selama kenaikan yang

    kemungkinan berpengaruh pada semakin meningkatnya percepatan yang terjadi pada fragmentasi

    sebelumnya dan untuk mempengaruhi tingkat regangan yang dialami oleh magma, dengan kandungan

    gas yang lebih tinggi menyebabkan tingkat regangan lebih tinggi dan fragmentasi lebih besar.

    Kandungan gas dari magma juga mempengaruhi kecepatan keluar dari materi pada letusan yang

    berkelanjutan yang dipengaruhi oleh kedalaman dimana fragmentasi terjadi dan total pelepasan

    energi dengan kandungan gas rendah yang mengarah pada kecepatan keluar yang rendah.

    Magma basaltik yang kandungan gasnya cukup besar, memungkinkan gas tersebut untuk keluar

    melalui lubang kepundan gunung api dengan relatif mudah. Keluarnya gas tersebut dapat membawa

    lava yang disemburkan sampai bermeter-meter tingginya. Sedangkan pada magma yang kental,

    keluarnya gas tidak mudah, tetapi gas tersebut akan berkumpul pada kantong-kantong dalam magmayang menyebabkan tekanan meningkat besar sekali. Tekanan yang besar ini akan dikeluarkan dengan

  • 7/24/2019 Resume Kelompok 6

    9/14

    letusan yang hebat dengan membawa material yang setengah padat dan padat melalui lobang kawah

    gunung api. Jadi besarnya gas yang keluar dari magma akan sangat mempengaruhi sifat erupsi gunung

    api.

    RINGKASAN MENGENAI KOMPOSISI YANG MENONTROL KARAKTER ERUPSI

    Komposisi kimia merupakan sesuatu yang penting sebagai penentuan karakter dari erupsi gunung

    api. Magma sederhana memiliki viskositas dan gas yang rendah, sementara magma saat ini memiliki

    viskositas dan gas yang tinggi. Komposisi kimia akan mempengaruhi erupsi gunung api, akan effusive

    atau explosive, hal tersebut lebih berpengaruh daripada sejarah magma dan kondisi celah erupsi.

    Explosive eruption berkaitan dengan kenaikan magma dengan cepat, dan kemampuan gas untuk

    mencapai permukaan. Explosions terjadi ketika gas mampu berpisah dan naik serta melepaskan

    magma. Magma viskositas tinggi dan silica seperti rhyolite mencegah pemisahan gas.

    Dua tipe utama explosion yaitu Strombolia dan Vulcanian dan mereka berkaitan dengan tipe

    magma yang berbeda. Strombolia erupsi dengan magma basalt sedangkan Vulcanian erupsi dengan

    magma intermediet. Pada Strombolia explosion dengan viskositas yang rendah membuat magma

    dapat naik ke permukaan dengan cepat dan waktu pendinginan lavanya pun cepat. Untuk magma yang

    lebih viscous kecepatan kenaikan dari gas lebih lambat dan di bawah plung dan pembekuan lava

    dipermukaannya juga lambat. Ini berarti plung lebih memprioritaskan untuk membuang gas yang

    terpisah dari tekanan gas yang tercipta dari rekahan. Kenaikan lebih keras dan explosions lebih besarpada Vulcanian event.

    MAGNITUDO DAN FREKUENSI ERUPSI VUKANIK

    Magnitudo sejarah erupsi vulkanik

    Volcanologists terus melakukan perekaman terhadap aktivitas vulkanik yang ada di bumi.

    Perekaman dan pengawasan dilakukan dengan mengumpulkan data geofisika, pemetaan geologi dan

    studi remote sensing. Salah satu institusi yang terus melakukan perekaman dan pembelajaran

    mengenai aktivitas vulkanik adalah Smithsonian Institution di Washington, DC dengan langkah Global

    Volcanism Program (http://www.volcano.si.edu/gv/index.htm ).

    Skala dari letusan ataupun erupsi gunungapi diklasifikasikan menggunakan indeks yang

    dinamakan Volcanic Explsivity Index atau yang biasa dikenal sebagai VEI. VEI sendiri adalah metode

    yang digunakan untuk mengklasifikasikan magnitudo dan intensitas dari erupsi vulkanik. Magnitudo

    dari sebuah erupsi didefinisikan sebagai total dari volume atau massa dari material yang ter-erupsi.

    Intensitas sendiri adalah sebuah pengukuran terhadap volume atau massa dari rasio erupsi. VEI

    menampilkan angka tunggal antara 0 sampai dari 8 yang mana angka tersebut memberikan kombinasi

    http://www.volcano.si.edu/gv/index.htmhttp://www.volcano.si.edu/gv/index.htmhttp://www.volcano.si.edu/gv/index.htmhttp://www.volcano.si.edu/gv/index.htm
  • 7/24/2019 Resume Kelompok 6

    10/14

    pengukuran dari magnitudo dan intensitas. Oleh karena itu keduanya diasumsikan sebagai sebuah

    hubungan antara kedua sifat dari sebuah erupsi.

    Frekuensi erupsi vulkanik

    Tiap individu gunungapi cenderung memiliki pola aktivitasnya sendiri, dengan beberapa

    gunungapi mengalami frekuensi erupsi yang lebih banyak dibandingkan yang lainnya. Interval antara

    letusan umumnya puluhan menit di Stromboli tetapi ribuan hingga ratusan ribu tahun untuk erupsi

    gunungapi besar rhyolite yang cenderung memiliki magma bersifat asam seperti halnya Mt. St. Helens

    dan Gunung Tambora. Namun, ada kecenderungan, untuk satu gunungapi dan untuk gunungapi

    secara keseluruhan, untuk erupsi bermagnitudo kecil seringkali terjadi dibandingkan erupsi dengan

    magnitudo besar yang sangat langka terjadi. Inilah sebabnya mengapa besarnya letusan alami selama

    sejarah manusia jauh lebih kecil dari skala letusan yang ditemukan dalam catatan geologi.

    Dapur magma dan besarnya erupsi gunungapi

    Kantung magma atau dapur magma adalah ruang bawah tanah besar berisi batuan mencair yang

    berada di bawah permukaan kerak bumi. Batuan mencair di kamar magma berada pada tekanan yang

    besar, dan mendapat waktu yang cukup dan tekanan dapat mematahkan bebatuan di sekitarnya

    membuat jalan keluar untuk magma . Jika dapat menemukan jalan keluar ke permukaan, hasilnya

    adalah letusan gunung berapi. Kamar magma sulit untuk

    dideteksi.

    Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Vulcanian_Eruption-

    numbers.svg

    https://id.wikipedia.org/wiki/Magmahttps://id.wikipedia.org/wiki/Magmahttps://id.wikipedia.org/wiki/Magmahttps://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Vulcanian_Eruption-%20%20numbers.svghttps://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Vulcanian_Eruption-%20%20numbers.svghttps://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Vulcanian_Eruption-%20%20numbers.svghttps://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Vulcanian_Eruption-%20%20numbers.svghttps://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Vulcanian_Eruption-%20%20numbers.svghttps://id.wikipedia.org/wiki/Magma
  • 7/24/2019 Resume Kelompok 6

    11/14

    Besar kecilnya volume dalam dapur magma dapat menentukan seberapa besarnya letusan.

    Material pada magma juga dapat mempengaruhi besarnya letusan karena berpengaruh pada ruang

    penyimpanan di dalam magma.

    ERUPSI ELASTIK DAN INELASTIK

    Gambar di atas menunjukan, misalnya, bagian dari tilt record pada gunungapi Kilauea untuk

    bagian pada 1983 dan 1984. Tiltmeter pada puncak dari gunungapi secara terus menerus mengukur

    kemiringan dari permukaan tanah. Ketika kantung magma berada di bawah, punck mengalami

    pengembangan, tanah yang berada di atasnya mengalami kenaikan dan pemekaran sebagai respon.

    Ketika erupsi ataupun intrusi memindahkan magma dari kantung magma, deflasi atau penurunan

    terjadi dan arah kemiringan berkebalikan. Gambar 10.9 menunjukan rentetan kejadian dari inflasi dan

    deflasi yang mana terdapat pada puncak gunungapi selama 1983 dan 1984. Tilt record menunjukan

    pola siklus dari inflasi dan deflasi kantung magma yang diprediksi oleh simple elastic model kantung

    magma yang baru saja dijelaskan.

    Tipe gunungapi yang elastis adalah tipe gunungapi yang memiliki siklus inflasi dan deflasi.

    Deformasinya dipengaruhi oleh dinding kantung magma yang mempengaruhi tekanan ke atas

    gunungapi. Pasokan magma dari dalam bumi mempengaruhi kemiringan gunungapi dan juga kejadian

    inflasi kantung magma. Kandungan magma dari dalam bumi menghasilkan tipe erupsi gunungapi yang

    berbeda pula.

    Tidak semua sistem gunungapi, bagaimanapun, tidak memiliki kelakuan yang sama seperti halnya

    penjelasan di atas (inflasi-deflasi). Di banyak kejadian erupsi, pola sederhana tersebut secara signifikan

    mengalami perubahan dikarenakan sifat ketidakelastisan. Sifat ketidakelastisan ini menyebabkan

    tidak terjadinya siklus inflasi dan deflasi (irreversible) . Deformasi biasanya menghasilkan suatu

    runtuhan tubuh vulkanik yang membentuk suatu kaldera. Seperti pada letusan St. Helens. Pola

    ketidakelastisan ini bermula dari kantung magma yang terisi oleh magma dari dalam bumi. Kantung

  • 7/24/2019 Resume Kelompok 6

    12/14

    magma terus mengalami pengembangan hingga batas elastisnya yang nantinya akan menyebabkan

    letusan yang besar. Letusan yang besar ini menyebabkan bagian puncak gunungapi terlontar dan

    mengalami pengamblasan yang hanya menyisakan lubang besar yang menganga yang disebut kaldera.

    ERUPSI LAINNYA DENGAN MAGNITUDO LUAR BIASA

    Large ignimbrite-forming eruptions

    Ignimbrit adalah batuan yang merupakan endapan dari aliran piroklastik, ataupun dari partikel

    suspensi yang sangat panas, dan gas, yang mengalir cepat dari puncak gunuung api karena

    dikendalikan oleh massa jenisnya yang lebih besar daripada atmosfer di sekitarnya.

    Tipe letusan ini merupakan letusan terbesar yang berhubungan dengan proses pembentukan

    kaldera. Letusan terbesar memiliki skala minimal sekitar 10 km 3. Skala letusan ini dikontrol oleh ukuran

    dapur magmanya, dimana dapur magma yang lebih besar memiliki lebih banyak volume magma pada

    saat meletus.

    Mengapa letusan ini dapat membentuk Ignimbrite?

    Umumnya, letusan ini diawali dengan aktivitas Plinian yang berlanjut dengan proses Inelastic yang

    seiring dengan Erupsi pembentukan Ignimbrite, sebagian besar volume material letusan terbentuk

    dalam fase ini. Pada tipe letusan Plinian, dapat terjadi proses pembentukan Ignimbrite jika kandungan

    gas pada magma turun, atau jika flux massa meningkat secara signifikan selama letusan. Pada kasusini, magma tidak selalu memiliki kandungan gas yang tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa proses

    exsolution gas dari magma terus berlanjut melampaui critical point dimana tekanan tinggi dalam dapur

    magma dilepaskan.

    Kandungan gas yang menurun secara signifikan akan menyebabkan turunnya tekanan sehingga

    kubah akan runtuh dan membentuk kaldera. Rekahan yang terjadi akan berkembang sesuai dengan

    orientasi dan lokasinya sehingga bila rekahan melebar, maka material yang keluar dari gunung api

    akan semakin banyak. Semakin banyak material yang dikeluarkan dari magma chamber maka semakin

    turun tekanannya dan erupsi mulai reda, serta akan mulai terjadi pembentukan ignimbrit dari

    material-material yang dikeluarkan saat terjadi erupsi tersebut. Pembentukan ignimbrit sendiri terjadi

    pada very high mass flux .

    Istilah " super-volcano " menggambarkan gunungapi dengan reservoir magma bervolume besar

    dan meletus dengan tipe ini, tapi pada dasarnya tidak ada yang membedakan antara mekanisme

    letusannya.

  • 7/24/2019 Resume Kelompok 6

    13/14

    Flood basalt eruptions

    Merupakan letusan yang terjadi ketika magma secara langsung muncul dari dasar litosfer tanpa

    adanya penyimpanan magma di kerak terlebuh dahulu. Volume magma yang besar yang dihasilkan di

    dalam kepala plume diakumulasi di dasar litosfer yang kemudian terjadi letusan secara langsung

    menuju permukaan melalui sistem dike.

    Terdapat opini berbeda tentang mekanisme letusan:

    a. Letusan terjadi pada tingkat letusan yang sangat tinggi tetapi berlangsung tidak lebih dari

    hitungan hari.

    b. Letusan mungkin terjadi pada tingkat yang jauh lebih lambat selama periode tahun untuk

    beberapa dekade.

    Letusan dipengaruhi oleh ukuran dari area penyimpanan magma di dasar litosfer. Letusan akan

    dipengaruhi oleh berapa lama magma bisa terus dipasok melalui sistem dike dari zona sumber mantel,

    ketika pasokan berhenti maka terjadi pembekuan pada dike yang menyebabkan berhentinya letusan.

    Opini yang paling kuat menyebutkan Erupsi yang menggambarkan erupsi flood basalt adalah

    erupsi tipe hawaian. Erupsi yang terjadi ini mengeluarkan magma dalam jangka waktu yang cukup

    lama tanpa berhenti, namun keluar secara lambat dalam kurun waktu tahunan bahkan sampai sepuluh

    tahunan. Erupsi ini berlangsung lama karena sistem dike menyalurkan magma dari mantel ke

    permukaan sehingga magma keluar dengan konstan /tetap tanpa berhenti ( inactive ).

    KESIMPULAN

    Sifat dari volcanic system :

    a. Terdapat hubungan antara Magnitude dan frekuensi dari aktivitas gunung api. Erupsi yang

    kecil dapat diprediksikan (secara teratur), sedangkan erupsi yang besar tidak dapat

    diprediksi dan terjadi lebih jarang.

    b. Volume magma yang keluar saat erupsi berhubungan dengan ukuran magma chamber.Semakin besar ukuran magma chamber makan semakin besar erupsinya.

    c. Erupsi terbesar dalam catatan geologi terdiri dari dua jenis yang berbeda: Large

    ignimbrite-forming eruptions dan Flood basalt eruptions .

    Magma chamber yang akan mengalami erupsi akan menggembung dengan isinya berupa magma.

    Apabila tekanannya melebihi critical point (menunjukkan kekuatan dinding chamber ), maka akan

    terjadi erupsi atau intrusi. Semakin besar chamber maka semakin banyak magma yang diperlukan

    untuk melampaui batas critical point tersebut sehingga terjadi erupsi. Hubungan antara ukuran

  • 7/24/2019 Resume Kelompok 6

    14/14

    magma chamber dengan frekuensi kejadian erupsi adalah berbanding terbalik, semakin besar ukuran

    magma chamber maka frekuensi kejadian erupsi semakin kecil. Volume magma yang masuk mengisi

    magma chamber akan kurang lebih sama dengan volume magma yang keluar saat terjadinya erupsi,

    sehingga chamber yang besar akan menghasilkan erupsi yang besar pula.

    Erupsi yang paling besar hanya ada 2 tipe, karena erupsi menggambarkan kondisi tertentu, seperti

    contohnya banyaknya material magnetik yang keluar saat erupsi terjadi.

    Erupsi pembentukan ignimbrit terjadi secara inelastik bersamaan dengan pembentukan kaldera.

    Kadang kala erupsi yang terjadi dapat menghasilkan lebih banyak material magma yang dikeluarkan

    daripada ada proses elastik. Erupsi ini dapat terjadi jika ada kandungan gas pada magma chamber ,

    sehingga banyaknya gas dan magma yang bercampur akan menyebabkan tekanan yang lebih besar

    dan terjadilah erupsi. Jika campuran magma dan gas telah banyak keluar, tekanan akan menurun danerupsi semakin lama akan mulai berhenti. Saat terjadi erupsi terjadi runtuhan dan terbentuklah

    kaldera sehingga erupsi menyebabkan magma yang keluar semakin banyak dan terjadi pembentukan

    ignimbrit dalam volume yang besar.

    Erupsi flood basalt berhubungan dengan penyimpangan dengan mantle plume pada litosfer.

    Magma yang keluar saat erupsi flood basalt berasal langsung dari mantel dan tidak melalui sistem

    penyimpanan di kerak bumi. Erupsi yang terjadi dapat terjadi dalam jangka waktu yang pendek dengan

    material yang dikeluarkan langsung dalam jumlah yang besar, atau dapat terjadi dalam kurun waktuyang lama (bisa setahun atau sebulan) dengan volume yang dikeluarkan sedikit demi sedikit. Magma

    yang keluar dibatasi oleh seberapa lama magma dapat keluar melalui sistem dike yang menjadi jalan

    bagi magma untuk keluar dari litosfer. Jika magma dari litosfer tidak mampu lagi naik ke permukaan

    maka sistem dike tersebut akan tertutup akibat pendinginan magma dan erupsi flood basalt baru akan

    terjadi lagi jika sistem dike terbentuk kembali.

    Referensi:

    http://geografi-geografi.blogspot.co.id/2012/02/aktivitas-magma-gunung-api.html

    Parfitt, Elisabeth and Wilson, Lionel. 2008. Fundamentals of Physical Volcanology .

    http://geografi-geografi.blogspot.co.id/2012/02/aktivitas-magma-gunung-api.htmlhttp://geografi-geografi.blogspot.co.id/2012/02/aktivitas-magma-gunung-api.htmlhttp://geografi-geografi.blogspot.co.id/2012/02/aktivitas-magma-gunung-api.html