11. kti asam urat

Upload: huda-n-rakhman

Post on 11-Oct-2015

222 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

asam urat

TRANSCRIPT

BAB I. PENDAHULUAN1.1 Latar BelakangPenyakit ginjal kronik adalah suatu proses patologi dengan etiologi yang beragam, menyebabkan penurunan fungsi ginjal yang progresif, dan pada umumnya berakhir dengan gagal ginjal. Selanjutnya gagal ginjal adalah suatu keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang ireversibel, pada suatu keadaan yang nantinya akan memerlukan terapi pengganti ginjal berupa dialisis atau transplantasi ginjal yang tetap. Uremia adalah sindrom klinik dan laboratorik yang terjadi pada semua organ akibat penurunan fungsi ginjal pada penyakit ginjal kronik (Suwitra, 2009).

Di Amerika Serikat, data tahun 1995-1999 menyatakan insidensi penyakit ginjal kronik diperkirakan 100 kasus perjuta penduduk pertahun, dan angka ini meningkat sekitar 8% setiap tahunnya. Di Malaysia, dengan populasi 18 juta, diperkirakan terdapat 1800 kasus baru gagal ginjal pertahunnya. Di negara-negara berkembang lainnya, isidensi ini diperkirakan 40-60 kasus perjuta penduduk pertahun (Suwitra, 2009).Menurut data yang didapat Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI), saat ini terdapat sekira 300.000 penderita gagal ginjal di Indonesia.Perubahan pola gaya hidup modern menyebabkan manusia secara mengglobal menjalani gaya hidup yang kurang sehat. Salah satunya, dapat dilihat dengan pilihan makanan yang diasup. Hal ini amat disayangkan, pasalnya ginjal akan tetap berfungsi dengan baik bila seseorang menjalani gaya hidup yang sehat (Putri, 2012).Kemudian di Australia dan Inggris sekitar 50 pasien baru per satu juta populasi per tahun yang masuk program dialisis dan transplantasi. Dan di Amerika 160 pasien baru per satu juta per tahun dilaporkan masuk program dialisis dan transplantasi. Adanya perbedaan tersebut mungkin dikarenakan terdapat perbedaan pada tingkat sosial ekonomi dan insidensi penyakit sehingga mempengaruhi jumlah pasien dengan gagal ginjal kronik yang masuk program dialisis (Becker et al., 1992).Pada tahun 2009, angka kematian pada pasien CKD umur 66 tahun atau lebih tua ternyata menurun 40 % sejak tahun 1995, menjadi 147 kematian per 1.000 pasien ditahun 2009. Angka kematian yang disesuaikan mencapai 105 kematian per 1000 pasien pada stadium gagal ginjal kronik 4 5. Secara umum kematian pada CKD akan meningkat seiring dengan komplikasinya. Diantara pasien CKD dengan stadium 4 5 tanpa komplikasi diabetes dan penyakit kardiovaskular, didapatkan 63 kematian pada 1.000 pasien. Ketika didapatkan penyakit diabetes dan penyakit jantung maka angka kematian gagal ginjal kronik meningkat menjadi 145 (Steward et al., 2011).Angka kematian secara konsisten akan meningkat atau naik lebih tinggi pada laki-laki dibanding pada wanita, kemudian pada ras Afrika Amerika dibanding dengan ras kulit putih dan ras lain. Jika dilihat dari ras, maka mortalitas untuk CKD lebih tinggi pada Afrika Amerika. Secara keseluruhan angka mortalitas pasien CKD ras Afrika Amerika adalah 83 per 1.000 pasien. Serta 75 dan 68 pada kulit putih dan ras lain. Pada CKD stadium 4 5 angka kematian ras Afrika Amerika akan meningkan menjadi 113 (Steward et al., 2011).Penyakit gagal ginjal kronik ditandai dengan keadaan fungsi ginjal yang bersifat ireversibel serta secara progresif menjadi end-stage renal disease. Penyakit gagal ginjal kronik merupakan suatu masalah kesehatan yang serius. Data dari Amerika Serikat menunjukan peningkatan isidensi pada usia dewasa dan biasanya berhubungan dengan outcome buruk dan biaya yang mahal (Gulati et al., 2012).

Karena rata-rata 70% asam urat dieksresikan melalui ginjal maka, keadaan hiperurisemia terjadi ketika ada gangguan fungsi ginjal. Sampai sekarang belum jelas apakah hiperurisemia memainkan peran penting dalam progesifitas perjalanan penyakit gagal ginjal. Meskipun, pada studi klinik menunjukan bahwa nilai serum asam urat berhubungan dekat dengan hipertensi pada pasien dengan hiperurisemia (studi potong lintang), dan juga berhubungan dengan onset kejadian hipertensi (studi longitudinal). Sebagai tambahan, hiperurisemia juga memiliki hubungan dekat dengan gagal ginjal kronik (Ohno, 2011).Banyak penelitian epidemiologi tentang hiperurisemia, tapi tidak semua penelitian epidemiologi tersebut menunjukan kenaikan serum asam urat merupakan faktor risiko dari penyakit jantung. Disisi lain kenaikan serum asam urat memang berhubungan dengan hipertensi, obesitas, dan dislipidemi (resistensi insulin atau sindrom X). Yang mana dari semua penyakit tersebut berhubungan dengan penyakit jantung. Meskipun, secara spesifik peran asam urat dalam hal tersebut belum pasti (Fang et al., 2009).Kematian akibat kardiovaskuler adalah 10 100 kali lipat lebih tinggi pada pasien dengan dialisis dibanding dengan populasi orang pada umumnya. Risiko penyakit kardiovaskuler pada kegagalan ginjal akan meningkat seiring dengan progesifitas penyakit gagal ginjal tersebut. Lebih spesifik lagi, terdapat bukti dimana derajat kerusakan ginjal dari yang ringan sampai sedang berhubungan dengan peningkatan risiko penyakit jantung (Thomas et al., 2008).Rata-rata 50% individu dengan End Stage Renal Disease (ESRD) mengalami kematian yang disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler. Hubungan antara penyakit gagal ginjal kronik dengan kematian akibat kardiovaskuler telah terjadi pada pasien dengan kerusakan fungsi ginjal. Pada kenyataannya, mayoritas pasien dengan CKD stadium 3 4 (GFR 60 mg/dL) (Obrador, 2009).2. Manifestasi Neurologi Ensefalopati uremia umum terjadi pada pasien dengan gagal ginjal akut atau kronik dimana ketika laju filtrasi glomerulus menurun dibawah 10% dari normal. Gambaran ensefalopati ditandai dengan lesu, mudah berdebar, mengantuk di siang hari dan insomnia, rasa gatal, emosi labil, anoreksi, mual, muntah, dan preterminal koma (Garg et al., 2011).2.1.5 Temuan LaboratoriumSerum kreatinin akan meningkat ketika GFR kurang dari 60 ml/menit, dan kemudian akan terus meningkat seiring dengan penurunan GFR. Pada gagal ginjal terminal serum kreatinin biasanya diatas 1,0 mmol/liter. Kemudian peningkatan kadar kreatinin pada anak-anak dan usia lanjut kadarnya kecil, hal ini dikarenakan massa otot pada mereka kecil. Pada anak, dengan serum kreatinin 0,5 mmol/liter akan membutuhkan dialisis. Kenaikan kadar plasma urea mengikuti semakin menurunnya fungsi ginjal. Konsentrasi urea plasma adalah 20-60 mmol/liter saat gagal ginjal terminal (Becker et al., 1992).

Turunnya bikarbonat plasma (15-25 mmol/liter), menyebabkan asidosis metabolik dengan kompensasi respiratorik. Penurunan bikarbonat plasma akan menurunkan pH dan meningkatkan anion gap sepeerti: natrium plasma (klorida plasma + bikarbonat) >12 mmol/liter. Konsentrasi plasma natrium biasanya normal, tapi dapat dengan mudah naik atau turun sesuai dengan asupan air atau beban air yang berlebihan. Hiperkalemia merupakan tanda gagal ginjal sangat berat. Kemudian konsentrasi serum fosfat akan naik. Dan konsentrasi serum kalsium akan turun serta semakin turun seiring dengan kenaikan fosfat.Peningkatan PTH terjadi akibat sekunder dari hiperparatiroidisme (Becker et al., 1992).Pemeriksaan ultrasonografi ginjal membantu dalam mendiagnosis penyebab dari gagal ginjal (ginjal polikistik, uropati obstruksi) dan untuk membedakan dari gagal ginjal akut. Ukuran ginjal yang kecil ( 7.0 mg/dL, wanita > 5.7 mg/dL).c. Mempunyai catatan mengenai kejadian penyakit jantung koroner baik dari diagnosis rekam medis, riwayat nyeri dada, dan EKG.

2. Kriteria ekslusia. Pengisian rekam medis tidak lengkap.b. Pasien gagal ginjal karena nefropati diabetikum. Cara menyingkirkan dengan melihat diagnosis diabetes di rekam medis pada pasien gagal ginjal. Di ekslusi karena gagal ginjal bisa disebabkan oleh kondisi diabetes.3.3. Variabel Penelitian

Variabel Penelitian adalah semua hal dalam suatu penelitian yang datanya ingin diperoleh. Pada penelitian ini dilakukan pengukuran terhadap kadar asam urat pada sampel penelitian dengan variabel penelitian:

1. Variabel tergantung:Penyakit jantung koroner.2. Variabel bebasKadar asam urat normal dan tinggi.3.4. Definisi Operasional1. Gagal ginjal kronik

Gagal ginjal kronik adalah penyakit kegagalan ginjal dengan LFG < 60 ml/mnt/1,73 m2 selama lebih dari 3 bulan. Penghitungan GFR dengan menggunakan rumus Kockcroft-Gault. Penyakit kegagalan ginjal ini ditandai dengan karakteristik lemas, pucat, mual, muntah, nafsu makan turun, kulit gatal, kencing sedikit, edema, hipertensi, gangguan kesadaran, sesak napas, dan overload cairan (SPM RSUD Soeroto Ngawi, 2011). Skala yang dipakai merupakan skala numerik. Diagnosis ditegakan oleh dokter spesialis penyakit dalam dan datanya diperoleh dari rekam medis.2. Kadar Asam urat

Berupa angka dengan satuan mg/dL yang tercantum di rekam medis. Pengukuran asam urat dilakukan dengan menggunakan metode enzimatik secara kolorimetri. Dinyatakan kadar asam urat normal jika pria: 3.4 7.0 mg/dL dan wanita: 2,4 5.7 mg/dL. Dinyatakan kadar asam urat tinggi jika pria > 7.0 mg/dL dan wanita > 5.7 mg/dL. Data yang akan diambil berupa kategorikal. Skala yang dipakai merupakan skala numerik.3. Penyakit Jantung Koroner

Penyakit jantung koroner adalah sekelompok penyakit jantung yang ditegakan dengan kriteria anamnesis, perubahan EKG, dan perubahan enzim jantung. Diagnosisnya memenuhi 2 dari 3 kriteria diatas Data yang diambil berupa kategorikal. Skala yang dipakai merupakan skala numerik. Penyakit jantung koroner terbagi menjadi:a. Angina pektoris tidak stabil

Penyakit ini ditandai dengan nyeri dada angina yang terjadi pertama kali, bertambah frekuensinya atau bertambah lama atau bertambah hebat, dan timbul ketika istirahat (SPM RSUD Soeroto Ngawi, 2011). Diagnosis ditegakan oleh dokter spesialis penyakit dalam dan data diperoleh dari rekam medis. Skala yang dipakai merupakan skala numerik.b. Angina pektoris stabil

Penyakit ini ditandai dengan sakit dada atau ekuivalennya, berlokasi di retroternal atau prekordial kemudian dapat menjalar ke bahu kiri dan lengan kanan atau leher dan punggung, timbul saat melakukan aktifitas atau dicetuskan oleh suatu keadaan dan hilang bila beristirahat atau pencetus ditiadakan, angina dapat ditimbulkan hal-hal yang sama (SPM RSUD Soeroto Ngawi, 2011). Diagnosis ditegakan oleh dokter spesialis penyakit dalam dan data diperoleh dari rekam medis. Skala yang dipakai merupakan skala numerik.c. Infark Miokard Akut

Penyakit ini ditandai dengan nyeri dada khas lamanya 20 menit atau lebih dan terdapat perubahan EKG iskemis (gelombang Q, elevasi segmen ST, depresi gelombang, dan T hiperakut (SPM RSUD Soeroto Ngawi, 2011). Diagnosis ditegakan oleh dokter spesialis penyakit dalam dan data diperoleh dari rekam medis. Skala yang dipakai merupakan skala numerik.3.5. Instrumen Penelitian dan Cara Pengukuran1. Lembar kerja, merupakan tabel yang telah dipersiapkan sedemikian rupa sebelum pelaksanaan penelitian, dengan tujuan agar memudahkan dalam usaha pengelompokkan data saat pengambilan data dilaksanakan.2. Alat tulis, digunakan untuk memasukkan data ke dalam lembar kerja yang telah disiapkan.3.6. Tahap penelitian

3.7. Rencana Analisis DataData yang sudah dilakukan pemeriksaan kemudian diolah menggunakan bantuan komputer dengan bantuan perangkat lunak SPSS dengan metode Chi Square. Analisis dilakukan secara univariat dan bivariat setelah data terkumpul. 3.8. Etika PenelitianPenelitian ini akan dilakukan setelah mendapatkan izin penelitian dari FKUII. Selanjutnya dilakukan pemberitahuan dan penjelasan kepada pihak rumah sakit tentang penelitian yang akan dilakukan serta meminta izin untuk melakukan penelitian.BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Penelitian ini berlangsung bulan Januari - Februari 2013 di RSUD Soeroto Ngawi, dan data diperoleh dari bagian rekam medis di RSUD Soeroto Ngawi. Data yang diperoleh berupa rekam medis pasien gagal ginjal kronik yang memiliki asam urat tinggi sebanyak 44 sampel, dan sebagai kontrol berupa rekam medis pasien yang memiliki asam urat normal sebanyak 44 sampel dengan total 88 sampel kemudian masing-masing dilihat kejadian penyakit jantung koronernya. Rekam medis pasien yang diambil merupakan rekam medis pasien yang dirawat inap dengan rentang waktu antara 1 Januari 2011 sampai 31 Desember 2012.

Rekam medis yang diambil merupakan rekam medis yang masuk dalam kriteria inklusi dan jumlah rekam medis tersebut telah sesuai dengan batasan sampel yang sudah ditentukan dalam besar sampel pada bab tiga. Kemudian data diolah dengan analisis univariat dan analisis bivariat.

Analisis univariat yang dilakukan menggambarkan distribusi dan frekuensi karakteristik pasien dengan asam urat yang meningkat dan asam urat yang normal. Kemudian dilihat distribusi dan frekuensi pasien dengan asam urat yang tinggi dan asam urat yang normal terhadap jenis kelamin, usia, kadar ureum, dan kadar kreatinin.

Analisis bivariat dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara asam urat dengan penyakit jantung koroner pada populasi gagal ginjal kronik sebagaimana seperti yang telah dihipotesiskan oleh peneliti. Uji untuk analisis bivariat menggunakan software analisis statistik SPSS 16 dengan metode Chi-square test, yang dikhususkan untuk uji dengan menggunakan tabel 2x2.Tabel 4. Distribusi dan Presentase Karakteristik Pasien

Asam urat normalAsam urat tinggi

JumlahPersen (%)JumlahPersen (%)

Jenis kelamin

Laki-laki 2965.90 %3170.45 %

Perempuan 1534.09 %1329.54 %

Usia

< 30 tahun24.54 %12.27 %

30 tahun4295.45 %4397.72 %

Kreatinin

Normal 49.09 %00 %

Tinggi 4090.90 %44100 %

Ureum

Normal 818.18 %24.54

Tinggi3681.81 %4295.45 %

Penyakit jantung koroner

Ya1227.27 %3784.09 %

Tidak 3272.72 %715.90 %

GFR (mL/mnt/1.73 m2)

< 604193.18 %4295.45 %

6036.81 %24.54 %

Dari tabel 4 didapatkan pasien dengan jenis kelamin laki-laki lebih banyak memiliki kadar asam urat tinggi yaitu sebanyak 31 orang dibanding dengan jenis kelamin perempuan yaitu 13 orang. Dari karakterisktik usia dari tabel 3 didapatkan pasien dengan usia 30 tahun dengan asam urat tinggi dan asam urat normal sebanyak 43 orang dibanding dengan usia < 30 tahun yaitu 1 orang baik dengan asam urat normal dan asam urat tinggi.

Mayoritas pasien dengan kreatinin tinggi memiliki kadar asam urat yang tinggi juga yaitu ada 44 pasien dan pasien dengan kreatinin normal dan memiliki kadar asam urat normal yaitu 40 orang walaupun perbedaan jumlahnya tidak signifikan. Kemudian pasien dengan ureum tinggi juga mayoritas mempunyai kadar asam urat tinggi yaitu sebanyak 42 orang.

Pada tabel 4 untuk nilai GFR < 60 mL/mnt/1.73 m2 pada pasien dengan kadar asam urat normal sebanyak 41 (93.18 %) serta pada pasien dengan kadar asam urat tinggi sebanyak 42 (95.45 %). Kemudian untuk GFR 60 mL/mnt/1.73 m2 pada pasien dengan kadar asam urat normal sebanyak 3 (6.81 %) dan pada pasien dengan kadar asam urat tinggi sebanyak 2 (4.45 %).

Pada tabel 6 didapatkan kadar asam urat terendah ialah 2.5 mg/dL untuk kadar asam urat tertinggi adalah 19.5 mg/dL. Sedangkan rata-rata total asam urat ialah 7.93 mg/dL, rata-rata kadar asam urat normal 5.08 mg/dL, dan rata-rata kadar asam urat tinggi adalah 10.78 mg/dL.Analisis bivariat dari penelitian ini adalah mendeskripsikan hubungan antara kadar asam urat dengan kejadian penyakit jantung koroner. Berikut ini tabel yang menggambarkan analisis bivariat dari hal tersebut.Tabel 5. Hubungan kadar asam urat dengan penyakit jantung koroner

Kadar Asam Urat

TinggiNormalTotalP

N%N%

PJKYa3784.091227.27490.000

Tidak715.903272.7239

Total440.5440.588

Berdasarkan tabel 5 di atas yang menunjukkan karakteristik kejadian penyakit jantung koroner dengan kadar asam urat normal dan kadar asam urat tinggi. Pada Pasien dengan asam urat tinggi dan menunjukkan penyakit jantung koroner (PJK) sebanyak 37 orang (84.09%), sedangkan yang asam urat tinggi dan tidak menunjukan PJK ada 7 orang (15.90%). Sedangkan pada kontrol pasien dengan asam urat normal dan menunjukan PJK ada 12 orang pasien (27,27%) dan pasien yang asam urat normal dan tidak menunjukan PJK ada 32 orang (72.72%).

Penelitian hubungan kadar asam urat dengan kejadian penyakit jantung koroner pada populasi gagal ginjal kronik ini diuji dengan menggunakan Chi-square test. Untuk memenuhi penggunaan tes tersebut diperlukan syarat yaitu tidak ada sel yang mempunyai nilai expexted kurang dari 5, dan pada penelitian ini 0 sel atau tidak ada sel yang mempunyia nilai expected kurang dari 5, maka sudah memenuhi syarat sehingga bisa diuji dengan menggunakan Chi-square test.Tabel 6. Profil asam uratProfil asam uratmg/dL

Maksimal19.5

Minimal2.5

Mean

Total asam urat7.93

Asam urat normal5.08

Asam urat tinggi 10.78

Interpretasi dari hasil uji Chi-square test ini menunjukkan nilai p adalah 0,000 yang berarti menunjukkan p < 0,05. Sehingga kesimpulannya terdapat hubungan secara statistik antara kadar asam urat tinggi dengan kejadian penyakit jantung koroner pada pasien gagal ginjal kronik.Nilai ratio prevalence dari hubungan kadar asam urat dengan penyakit jantung koroner pada pasien gagal ginjal kronik adalah 4,21 (95% CI = 2,111 - 8,385). Jika ratio prevalence > 1 maka merupakan faktor risiko, jika = 1 maka bukan sebagai faktor risiko, sedangkan jika < 1 maka sebagai faktor protektif. Karena nilai ratio prevalence 4,21 dan itu berarti > 1 maka kadar asam urat tinggi merupakan faktor risiko terhadap penyakit jantung koroner pada pasien gagal ginjal kronik. Jika nilai lower limit dari 95% CI mencakup 1, maka hubungan yang ditemukan bermakna. Pada penelitian ini nilai 95% CI = 2,111 sampai 8,385, berarti terdapat hubungan bermakna. Maka kesimpulan dari semuanya bahwa kadar asam urat tinggi menjadi faktor risiko yang bermakna terhadap tingginya kejadian penyakit jantung koroner pada pasien gagal ginjal kronik.4.2. PembahasanTotal 88 pasien diantaranya yang memiliki kadar asam urat normal dan kadar asam urat tinggi pada populasi gagal ginjal kronik, dan berjenis kelamin laki-laki 60 orang (68,18%) dan berjenis kelamin perempuan 28 orang (31,81%). Pada penelitian ini ditemukan pasien yang memiliki kadar asam urat yang normal dan tinggi pada populasi gagal ginjal kronik adalah berjenis kelamin laki laki. Pada penelitian Jungers et al (1996) didapatkan hasil bahwa jenis kelamin laki-laki memiliki risiko dua kali lebih tinggi menderita gagal ginjal kronik dibanding dengan perempuan.Pada penelitian ini pasien yang memiliki asam urat yang tinggi lebih banyak berumur > 30 tahun yaitu 43 orang (97,72%) sedangkan yang berumur < 30 tahun hanya 1 orang (2,27%). Umur batas diambil 30 tahun karena menurut Balogun et al., (2006) penurunan fungsi ginjal mulai pada usia 30 tahun.Sumiasihni (2006), menyebutkan bahwa penderita gagal ginjal kronik akan memiliki kenaikan ureum dan kreatinin hal ini diakibatkan karena gagal ginjal kronik ditandai oleh penurunan laju filtrasi glomerulus, sehingga kadar ureum dan kreatinin darah meningkat, kenaikan kadar urea dan kreatinin darah dan meningkatnya proses penyaringan oleh nefron yang mengalami hipertrofi, menyebabkan muatan solut yang sampai ke masing-masing tubulun yang masih berfungsi akan menjadi lebih besar dibanding dengan normal. Pada penelitian ini didapatkan pasien gagal ginjal kronik dengan ureum normal dan asam urat normal hanya sebanyak 8 orang (18.18 %), sedangkan yang ureum normal dan asam urat tinggi didapatkan hasil 36 orang (81.81 %). Kemudian pasien kreatinin tinggi dan asam urat normal sebanyak 44 pasien (100%), sedangkan kretinin normal dan asam urat tinggi sebanyak 0 pasien (0%).Menurut Kumar et al., (2003) gagal ginjal juga bisa disebabkan oleh nefropati diabetikum. Karena diabetes menimbulkan lesi glomerulus yaitu penebalan membran kapiler, glomerulosklerosis difus, dan glomerulosklerosis nodular. Perubahan penebalan membran kapiler ini dapat terjadi beberapa tahun onset diabetes, kadang tanpa disetai perubahan pada fungsi ginjal. Kemudian glomerulosklerosis difus dijumpai pada hampir setiap pasien yang mengidap diabetes lebih dari 10 tahun. Oleh karena itu, pada penelitian ini peneliti tidak mengambil data pasien GGK yang diakibatkan diabetes karena bisa menimbulkan bias.Dari pasien yang kadar asam urat tinggi dan mempunyai penyakit jantung koroner didapatkan hasil 84 pasien (84,09%), kemudian pasien dengan kadar asam urat normal dan mempunyai penyakit jantung koroner didapatkan hasil 12 pasien (27,27%). Pada penelitian Niskanen et al., (2006) menyebutkan bahwa serum asam urat menjadi prediktor yang kuat terhadap kejadian kematian dan kesakitan akibat penyakit jantung. Kemudian pada penelitian Fang et al (2009) juga menyebutkan bahwa serum asam urat memiliki hubungan yang positif dengan penyakit jantung baik pada laki-laki dan perempuan.Menurut Suwitra (2009), untuk kriteria gagal ginjal kronik yaitu GFR kurang dari 60 ml/menit/1,73 m2 selama 3 bulan, dengan atau tanpa kerusakan ginjal. Dari hasil penelitian didapatkan pasien dengan GFR < 60 ml/menit/1,73 m2 pada kadar asam urat normal sebanyak 41 (93.18 %) serta pada pasien dengan kadar asam urat tinggi sebanyak 42 (95.45 %). Kemudian untuk yang GFR 60 60 ml/menit/1,73 m2 pada pasien dengan kadar asam urat normal sebanyak 3 (6.81 %) dan pada pasien dengan kadar asam urat tinggi sebanyak 2 (4.45 %), hal ini kemungkinan disebabkan oleh beberapa kelemahan penghitungan GFR dengan menggunakan kreatinin seperti nilai kreatinin dipengaruhi dari massa otot, ketika massa otot rendah maka GFR akan lebih tinggi dari aslinya.Menurut penelitian yang dilakukan Deveci et al., (2010), hasil utama yang didapatkan dari penelitiannya bahwa kadar serum asam urat lebih tinggi pada pasien dengan penyakit arteri koroner. Kemudian pasien dengan bukti nyata gangguan arteri koroner ternyata juga memiliki kadar serum asam urat yang tinggi. Hal ini disebabkan oleh karena pada fase awal proses aterosklerosis asam urat beraksi atau bekerja sebagai antioksidan . Namun ketika asam urat meningkat diatas 6 mg/dl (wanita) dan diatas 7.0 mg/dl (laki-laki), maka fungsi asam urat disini bukan lagi sebagai antioksidan, namun fungsinya malah menjadi pro-oksidan. Hal inilah yang menjadikan mengapa kadar asam urat yang tinggi menjadi faktor risiko kejadian penyakit jantung koroner.Kelemahan pada penelitian ini dijumpai dari sampel yang yang tidak mewakili populasi dari keseluruhan jumlah penderita CKD di RSUD Soeroto Ngawi. Data penelitian ini diambil dari data sekunder rekam medis sehingga tidak bisa meneliti lebih dalam. Kemudian jenis penelitian merupakan kategorikal. Cofounding factor dalam penelitian ini adalah kadar kolesterol dan trigliserid yang tinggi karena merupakan faktor risiko kejadian penyakit jantung koroner. Bias dalam penelitian ini kemungkinan peneliti terdapat kesalahan dalam menginterpretasikan rekam medis.BAB V. SIMPULAN DAN SARAN5.1. Simpulan

Terdapat hubungan antara kadar asam urat dengan kejadian penyakit jantung koroner pada populasi gagal ginjal kronik ( p