kti murbei

35
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit global yang menyebabkan 80 persen kematian di negara maju dan menjadi epidemi di negara berkembang. Menurut data International Diabetes Federation (IDF), pada tahun 2012 prevalensi DM mencapai 8,3 persen dari seluruh populasi manusia di dunia, ini berarti terdapat 371 juta orang penderita diabetes dan jumlahnya meningkat di setiap negara. Hampir 80 persen penderita DM tinggal di negara berkembang. DM telah menyebabkan 4,8 juta kematian dimana 50 persen usianya dibawah 60 tahun. Pada tahun 2010 di wilayah Asia tenggara, penderita diabetes mencapai angka 58,7 juta. Indonesia menduduki peringkat 10 dengan 7,6 juta penderita. World Health Organization (WHO) memperkirakan pada tahun 2030 terdapat 21 juta penderita DM di Indonesia. 1 Diabetes melitus adalah penyakit metabolik yang ditandai dengan kondisi hiperglikemia. Penderita DM yang tidak mengontrol kadar glukosa darahnya dengan baik dapat mengalami komplikasi makrovaskuler dan mikrovaskuler seperti retinopati diabetik,

Upload: dewi-winata

Post on 13-Jul-2016

72 views

Category:

Documents


12 download

DESCRIPTION

a

TRANSCRIPT

Page 1: KTI murbei

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit global yang menyebabkan

80 persen kematian di negara maju dan menjadi epidemi di negara berkembang.

Menurut data International Diabetes Federation (IDF), pada tahun 2012

prevalensi DM mencapai 8,3 persen dari seluruh populasi manusia di dunia, ini

berarti terdapat 371 juta orang penderita diabetes dan jumlahnya meningkat di

setiap negara. Hampir 80 persen penderita DM tinggal di negara berkembang.

DM telah menyebabkan 4,8 juta kematian dimana 50 persen usianya dibawah

60 tahun. Pada tahun 2010 di wilayah Asia tenggara, penderita diabetes

mencapai angka 58,7 juta. Indonesia menduduki peringkat 10 dengan 7,6 juta

penderita. World Health Organization (WHO) memperkirakan pada tahun 2030

terdapat 21 juta penderita DM di Indonesia. 1

Diabetes melitus adalah penyakit metabolik yang ditandai dengan

kondisi hiperglikemia. Penderita DM yang tidak mengontrol kadar glukosa

darahnya dengan baik dapat mengalami komplikasi makrovaskuler dan

mikrovaskuler seperti retinopati diabetik, nefropati dan neuropati. Komplikasi

yang paling sering terjadi adalah retinopati diabetik. Retinopati diabetik ini

menambah 10.000 kasus kebutaan setiap tahun di Amerika. 2 DM dan

komplikasi yang menyertainya akan menurunkan kualitas hidup penderita dan

menjadi penyebab mortalitas DM ini.

Terapi pada penderita DM bertujuan untuk mencegah terjadinya kondisi

hiperglikemia karena pada kondisi ini dapat menimbulkan komplikasi. Banyak

obat sebagai agen hipoglikemik oral (sulfonilurea, biguanida, dll) yang dapat

menjaga kadar glukosa darah agar tetap normal, tetapi saat ini orang mulai

tertarik pada bahan alami sebagai antidiabetik, salah satunya adalah murbei. 3

Berbagai negara di Asia telah menggunakan ekstrak daun dan akar

murbei sejak dahulu sebagai obat alamiah untuk mengatasi DM. Murbei atau

Page 2: KTI murbei

2

Morus alba l berasal dari Cina dan dapat ditemukan di area tropis, subtropis di

Asia, Eropa, Amerika dan Afrika. 4 Murbei mengandung senyawa inhibitor

terhadap enzim glukosidase sehingga dapat menghambat penyerapan glukosa di

usus halus. 5 Kemampuannya meregulasi metabolisme karbohidrat ini dapat

digunakan untuk menurunkan kadar glukosa darah. Dalam makalah ini, penulis

ingin mengetahui lebih lanjut mengenai efektivitas ekstrak murbei dalam

menurunkan kadar glukosa darah penderita diabetes melitus.

1.2. Perumusan masalah

Apakah ekstrak murbei dapat menurunkan glukosa darah post-prandial pada penderita diabetes melitus tipe 2 ?

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan umum

Mengetahui apakah ekstrak murbei dapat menurunkan glukosa darah post-prandial pada penderita diabetes melitus tipe 2

1.3.2. Tujuan khusus

Mengetahui bagaimana ekstrak murbei mempengaruhi perjalanan penyakit diabetes melitus tipe 2

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Bidang akademik

Sebagai sumber informasi tentang manfaat ekstrak murbei untuk penderita diabetes melitus tipe 2

1.4.2. Masyarakat

- Menambah wawasan masyarakat tentang pentingnya mengontrol kadar glukosa darah pada penderita diabetes melitus

- Menambah wawasan masyarakat bahwa herbal dapat digunakan untuk mengontrol kadar glukosa darah selain obat anti diabetes

Page 3: KTI murbei

3

1.4.3. Pengembangan penelitian

Sebagai rekomendasi untuk penelitian selanjutnya dan pembanding dalam penelitian lain

Page 4: KTI murbei

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Diabetes melitus adalah penyakit kronik yang terjadi ketika tubuh tidak

memproduksi insulin dalam jumlah yang cukup atau penggunannya tidak

efektif. Insulin adalah hormon yang diproduksi oleh pankreas yang berfungsi

dalam metabolisme karbohidrat. Insulin memperantarai masuknya glukosa dari

makanan ke dalam sel tubuh dan dikonversi menjadi energi. Penderita DM

tidak dapat menyerap glukosa secara efektif sehingga terdapat glukosa

berlebihan di sirkulasi (hiperglikemia) dan merusak jaringan. Kerusakan yang

ditimbulkan ini menyebabkan komplikasi yang dapat menyebabkan kematian.

Mortalitas akibat komplikasi DM ini telah menjadi penyebab kematian

terbanyak keempat di dunia. 1

2.1. Diabetes Melitus

2.1.1.Definisi dan klasifikasi

Diabetes melitus adalah gangguan metabolik kronik yang

ditandai dengan adanya hiperglikemia. Menurut American Diabetes

Association (ADA), terdapat beberapa jenis diabetes. DM tipe 1

adalah keadaan hiperglikemia akibat defisiensi produksi insulin

karena proses autoimun terhadap sel beta pankreas. DM tipe 2 adalah

keadaan hiperglikemia karena insulin yang dihasilkan oleh tubuh

tidak dapat digunakan secara efektif atau tubuh tidak merespon

sehingga terjadi peningkatan kadar glukosa dalam darah. Diabetes

dapat terjadi karena kelainan genetik, baik dari sel beta pankreas

maupun kerja insulin dan berhubungan dengan berbagai sindrom

karena kelainan genetik. Jenis yang lain adalah gangguan eksokrin

pankreas yang disebabkan oleh pankreatitis, trauma, infeksi dan lain-

Page 5: KTI murbei

5

lain. Diabetes akibat endokrinopati terjadi akibat hormon yang

bekerja antagonis dengan insulin (Growth Hormone, kortisol,

glukagon dan epinefrin) terlalu tinggi kadarnya. Diabetes akibat obat

atau zat kimia terjadi karena toksin yang merusak sel beta pankreas.

Diabetes gestasi yaitu intoleransi glukosa yang timbul ataupun

diketahuinya saat hamil. 1,6,7 Pada artikel ini, penulis akan membahas

lebih jauh mengenai DM tipe 2.

2.2.2.Faktor Risiko

Walaupun etiologinya belum diketahui dengan jelas, terdapat

beberapa keadaan yang diduga menjadi faktor risiko DM tipe 2,

antara lain obesitas, diet, kurang olahraga, bertambahnya usia,

riwayat keluarga, etnik dan nutrisi yang buruk selama kehamilan

mempengaruhi anak. 1

2.1.2.Patofisiologi DM tipe 2

DM tipe 2 merupakan kumpulan kelainan heterogen dengan

karakteristik yang terdiri dari 3 patofisiologi yakni defek pada sekresi

insulin, resistensi insulin perifer, dan peningkatan produksi glukosa

hati. Penyebab defek sekresi insulin belum diketahui dengan jelas,

namun diduga karena defek genetik yang menyebabkan rusaknya sel

beta. Resistensi insulin perifer adalah penurunan kemampuan insulin

untuk bekerja secara efektif di jaringan target, terutama otot, hati dan

adiposa. Kondisi ini menyebabkan penurunan penggunaan glukosa

oleh jaringan-jaringan tersebut. Resistensi insulin di jaringan hati

menyebabkan naiknya produksi glukosa hati karena insulin tidak

dapat menekan proses glukoneogenesis sehingga terjadi

hiperglikemia dan menurunnya cadangan glikogen di hati. Resistensi

Page 6: KTI murbei

6

insulin yang terjadi di adiposa akan menyebabkan lipolisis dan asam

lemak dari adiposit akan disintesis di hepatosit sebagai lipid.

Pada tahap awal dari penyakit DM tipe 2, toleransi glukosa

masih mendekati keadaan normal walaupun sudah terjadi resistensi

insulin karena sel beta pankreas masih melakukan kompensasi

dengan meningkatkan sekresi insulin (hiperinsulinemia). Jika kondisi

resisten insulin dan hiperinsulinemia berlanjut, sel beta pankreas

tidak dapat lagi mengkompensasi. Toleransi glukosa akan terganggu

dan glukosa post-prandial meningkat. Semakin lama sekresi insulin

semakin menurun dan terjadilah keadaan diabetes.7

2.1.3.Diagnosis

Diagnosis diabetes melitus dilakukan dengan cara pemeriksaan

kadar glukosa darah dengan cara enzimatik menggunakan sampel

darah plasma vena.

Tabel 1. Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaringan

dan diagnosis DM

Kriteria Diagnosis Diabetes Melitus

Gejala hiperglikemia dan kadar glukosa darah sewaktu

>=200 mg/dl atau

Kadar glukosa darah puasa >= 126 mg/dl

atau

A1c >=6.5%

atau

Kadar plasma glukosa selama test intoleransi glukosa >=200

mg/dl

Sumber : Fauci, Braunwald, Kasper, Hauser, Longo, Jameson, Loscalzo. Harrison’s Principle of Internal Medicine, 17th ed. McGraw Hill. 2008. 2275-2287.

Page 7: KTI murbei

7

Dalam menegakan diagnosis DM, jika ditemukan adanya hasil di atas

nilai normal, harus dilakukan uji ulang sebelum memberikan diagnosa

definitif, kecuali terdapat gejala klinis yang jelas. Aspek yang diuji bisa

sama atau berbeda dari yang sebelumnya. 6

2.1.4. Patofisiologi komplikasi DM

Gambar 1 Hubungan hiperglikemia dan rusaknya jaringan akibat diabetes melitusSumber : Brownlee M: The Pathobiology of Diabetic Complications : A Unifying Mechanism. DIABETES, Vol. 54, June 2005

Page 8: KTI murbei

8

Hiperglikemia dapat menyebabkan berbagai komplikasi

akibat rusaknya jaringan. Proses ini juga dipengaruhi oleh genetik

tiap individu dan faktor penyakit lain, seperti hipertensi dan

hiperlipidemia. Komplikasi mikrovaskular sangat khas terjadi pada

sel-sel endotel kapiler di retina, sel mesangial di glomerolus, neuron

dan sel Schwann saraf perifer, karena sel-sel tersebut tidak

mempunyai mekanisme untuk menurunkan transpor glukosa ke

dalam sel sehingga kadar glukosa di dalam sel sangat tinggi. Saat

ini terdapat 4 teori mengenai hubungan hiperglikemia dan

komplikasi kronik dari DM.

Gambar 2. Hiperglikemia meningkatkan fluks pada jalur polyol.Sumber : Brownlee M: Biochemistry and molecular cell biology of diabetic complications. Nature 414:813–820, 2001.

Teori pertama adalah meningkatnya aktivitas pada jalur

poliol. Enzim aldose reduktase berfungsi untuk mereduksi aldehid

toksik menjadi alkohol inaktif. Enzim ini juga berperan mereduksi

glukosa menjadi sorbitol jika kadar glukosa di sel tinggi. Sorbitol

Page 9: KTI murbei

9

akan dioksidasi menjadi fruktosa menggunakan NADPH, yang

merupakan kofaktor untuk regenerasi antioksidan intrasel.

Turunnya antioksidan intrasel, meningkatkan kerentanan terhadap

stress oksidatif. 8 Stress oksidatif adalah kerusakan oksidatif akibat

radikal bebas. Radikal bebas adalah spesies reaktif yang

elektronnya tidak berapasangan sehingga berusaha mengoksidasi

molekul lain agar dapat stabil. Reaksi tersebut menghasilkan radikal

bebas baru dan menjadi efek domino, dimana terjadi oksidasi DNA,

protein, lipid dan karbohidrat 8,9

Gambar 3. Peningkatan produksi prekursor AGE.Sumber : Brownlee M: Biochemistry and molecular cell biology of diabetic complications. Nature 414:813–820, 2001.

Teori kedua adalah produksi precursor advanced glycation

end product (AGE) intraseluler. Pada sel endotel, terjadi perubahan

protein intrasel, termasuk protein yang berperan dalam regulasi

Page 10: KTI murbei

10

transkripsi gen. Prekursor AGE ini akan merubah matriks ekstrasel

dan merubah sinyal sehingga terjadi disfungsi sel. Prekursor AGE

juga merubah protein yang ada pada sirkulasi sehingga melekat di

reseptor AGE dan mengaktifkannya, akibatnya terjadi peningkatan

produksi sitokin inflamasi yang menyebabkan patologi vaskular.

Gambar 4. Konsekuensi timbul akibat hiperglikemia yang mengaktifkan PKC.Sumber : Brownlee M: Biochemistry and molecular cell biology of diabetic complications. Nature 414:813–820, 2001.

Teori ketiga menjelaskan bahwa hiperglikemia di sel

meningkatkan sintesis molekul diasilgliserol dan mengaktivasi

kofaktor untuk protein kinase C. PKC (protein kinase C) yang aktif

akan menyebabkan efek buruk, seperti pada gambar 4, misalnya

terjadi penurunan produksi nitrit oksida dan peningkatan produksi

endotelin sebagai vasokonstriktor dan menyebabkan aliran darah

yang abnormal dan terjadinya oklusi vaskuler.

Page 11: KTI murbei

11

Gambar 5. Hiperglikemia meningkatkan aktivitas pada jalur heksosamin.Sumber : Brownlee M: Biochemistry and molecular cell biology of diabetic complications. Nature 414:813–820, 2001.

Teori keempat menjelaskan mengenai peningkatan aktivitas pada

jalur heksosamin. Ketika kadar glukosa intrasel tinggi, akan terjadi

glikolisis. Pada proses glikolisis, glukosa diubah menjadi glukosa-6-fosfat

kemudian fruktosa-6-fosfat. Sebagian dari fruktosa-6-fosfat tersebut akan

masuk ke jalur Glucose: fructose-6-phosphate amidotransferase (GFAT)

dan menghasilkan UDP N-asetil glukosamin dan mengakibatkan

perubahan genetik.

2.1.5.Komplikasi DM

Komplikasi mikrovaskular yang paling sering terjadi adalah

retinopati diabetik. Akumulasi sorbitol menyebabkan pembentukan

mikroaneurisma, penebalan membran basal dan hilangnya sel perisit.

Komplikasi lain yang dapat terjadi adalah neuropati diabetik. Menurut

American diabetes association (ADA) neuropati diabetik adalah adalnya

gejala dan/atau tanda disfungsi saraf perifer pada penderita diabetes

Page 12: KTI murbei

12

setelah eksklusi penyebab lain. Patofisiologi yang tepat belum diketahui

tapi diduga karena akumulasi polyol, AGEs dan stres oksidatif yang

merusak saraf perifer. 10

2.2. Morus alba L.

Gambar 6. Morus albaSumber : www.esacademic.com

Kingdom: Plantae

Divisio : Spermatophyta

Sub Divisio : Angiospermae

Classis : Dicotyledoneae

Ordo : Urticalis

Famili : Moraceae

Genus : Morus

Species : Morus sp.

Morus alba L. atau yang disebut murbei berasal dari bagian tengah

dan utara Cina, serta Korea. Tumbuhan ini banyak ditemukan karena

telah dikembang biakan di banyak negara di Asia terutama India dan

Afganistan, Eropa dan Amerika. Tumbuhan ini dapat tumbuh pada variasi

temperatur hangat sampai iklim subtropik, antara 6-28 0 C hingga -290C.

Page 13: KTI murbei

13

Tumbuhan ini tumbuh pada jenis tanah yang beragam, namun paling baik

pada tanah yang well-drained .

Hampir semua bagian dari tanaman ini dapat digunakan. Buahnya

dapat dimakan langsung, dibekukan, dikeringkan ataupun diawetkan.

Daunnya dapat dimakan sebagai sayur atau lalap. Nutrisi yang terkandung

pada buah murbei antara lain asam lemak linoleat, palmitat dan oleat.

Buah murbei juga mengandung vit B dan C serta mengandung

makronutrien ( K,Ca,Mg,Na) dan mikronutrien (Fe, Zn, Ni).

Tanaman murbei mengandung berbagai phytochemical pada akar,

ranting, daun maupun buah sehingga mempunyai aktivitas antioksidan,

antikanker, antiviral, antibakteri dan antihiperglikemi. Aktivitas

antihiperglikemi ini paling tinggi pada ekstrak daun. Pada ekstrak daun

ditemukan senyawa 1-deoxynojirimycin (DNJ) yang dapat menurunkan

aktivitas sukrase, maltase, isomaltase, trehalase dan laktase. 11

Selain itu tanaman murbei juga mengandung beberapa senyawa aktif

yang dapat bekerja sebagai antioksidan yaitu polifenol, karotenoid dan

vitamin A, C, E dan quercetin. 12, 13

Pembuatan ekstrak murbei dimulai dengan pengkukusan, kemudian

dikeringkan dengan udara panas. Daun yang telah kering dihancurkan dan

dilarutkan dengan etanol dan air, kemudian difiltrasi dan dikonsentrasikan

sehingga menjadi bubuk. Dengan teknik ini, didapatkan 7000 mg DNJ

murbei dari 100 g daun yang telah dikeringkan.14

2.3. Pengaruh ekstrak murbei terhadap diabetes melitus

Ekstrak murbei mengandung alkaloid yang strukturnya menyerupai

monosakarida atau disebut azasugar. Pada azasugar, unsur O pada cincin

glukosa diisi oleh nitrogen. Azasugar pertama yang ditemukan adalah

antibiotik nojirimicin pada streptomyces. 14 Hingga kini lebih dari 100 jenis

azasugar telah ditemukan pada tanaman dan mikroorganisme. DNJ atau 5-

amino-1,5-dideoxy-D-glucopyranose atau D-glucose analog disintesis dari

Page 14: KTI murbei

14

reduksi nojirimicin. 15 Daun murbei mengandung berbagai azasugar seperti

DNJ, fagomine, N-methyl-DNJ, dan 2-O-R-D-galactopyranosyl-DNJ. DNJ

adalah alkaloid dominan dengan jumlah 50% dari seluruh azasugar pada

murbei. 16 Azasugar merupakan alfa glukosidase inhibitor karena

bentuknya yang menyerupai glukosa dapat mengikat reseptor glukosidase

sehingga maltosa dan sukrosa dari karbohidrat tidak dapat masuk ke brush

border usus halus. 17 DNJ mempunyai sifat glukosidase inhibitor paling

poten dari semua azasugar alami. 18

Gambar 7. Efek DNJ terhadap pencernaan karbohidrat di brush border Sumber : Toshiyuki Kimura :Development of Mulberry Leaf Extract for Suppressing Postprandial Blood Glucose Elevation, Hypoglycemia - Causes and Occurrences hal 28, 2011

Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa konsumsi ekstrak

murbei dapat menurunkan kadar hiperglikemia. Dari jurnal Diabetes

Care, dilakukan penelitian dengan pemberian ekstrak murbei pada orang

sehat dan penderita diabetes. Kadar glukosa darah orang sehat yang

menerima ekstrak murbei adalah 15±18 mg/dL sedangkan penerima

plasebo adalah 22±33 mg/dL, sedangkan kadar glukosa darah penderita

Diabetes melitus tipe 2 yang menerima ekstrak murbei adalah 42±28

Page 15: KTI murbei

15

mg/dL sedangkan penerima plasebo adalah 54±46 mg/dL. Dari hasil

tersebut terlihat penurunan kadar glukosa darah yang signifikan.19

Ekstrak murbei mengandung senyawa antioksidan flavonoid yang

dapat menurunkan kadar stress oksidatif. Menurut penelitian dari

Thailand, pemberian ekstrak murbei terhadap tikus diabetik memberikan

perbaikan pada morfologi sel beta pankreas. Sel beta tampak lebih normal

setelah pemberian ekstrak murbei selama 12 hari. 20

Pengaruh ekstrak murbei terhadap DM yaitu pada perbaikan

morfologi sel beta pankreas dan penurunan kadar glukosa darah.

Page 16: KTI murbei

16

BAB 3

RINGKASAN MASALAH

Prevalensi DM makin meningkat di negara maju maupun berkembang.

Perubahan pola hidup yang semakin parktis menyebabkan kurangnya gerak

sehingga terjadi obesitas, yang termasuk faktor resiko dari DM. DM merupakan

penyakit kronik dimana terjadi resistensi insulin, hiperinsulinemia, dan

peningkatan produksi glukosa hati yang berujung pada keadaan hiperglikemia.

Keadaan ini akan merusak berbagai jaringan tubuh dan akan menyebabkan

komplikasi pada jaringan tersebut. Komplikasi yang dapat terjadi antara lain

nefropati, retinopati diabetik. Komplikasi ini menurunkan kualitas hidup

penderita DM.

Ekstrak murbei dipercaya dapat menurunkan kadar glukosa darah. Saat

ini, telah banyak penelitian yang dilakukan yang menyatakan bahwa ekstrak

murbei dapat berperan positif dalam penyakit DM dan komplikasi yang

ditimbulkannya. Dalam makalah ini penulis akan membahas mengenai manfaat

ekstrak murbei terhadap DM dan komplikasinya.

Page 17: KTI murbei

17

BAB 4

Penggunaan murbei sebagai terapi DM telah dilakukan sejak dahulu.

Saat ini studi mengenai efektivitas murbei terhadap kadar glukosa darah mulai

banyak dilakukan dan murbei telah menjadi salah satu alternatif terapi untuk

penderita DM.

Menurut jurnal dari Diabetes care, pada sebuah percobaan yang

melibatkan 20

orang yang

dibagi menjadi

2 kelompok

dengan

kelompok

pertama terdiri

dari 10 orang

sehat dan

kelompok

kedua terdiri

dari 10 orang

yang

Page 18: KTI murbei

18

menderita diabetes melitus tipe 2 tanpa komplikasi dan menerima obat

hipoglikemik oral dimana Hba1c 7,1±0,9 % ( normal <6,2%). Subjek secara

acak diberi ekstrak murbei 1 gram + 75 gram sukrosa pada 500 ml air hangat,

ataupun plasebo. Hasilnya tampak pada grafik 1.

Grafik 1. Perubahan kadar glukosa pada 10 orang sehat (A) dan 10 orang penderita DM tipe 2 (B) setelah konsumsi 75g sukrosa dengan 1g ekstrak murbei ( ) atau placebo ( )Sumber : Mudra M,Ercan-Fang N, Zhong L, Fume J,Levitt M : Influence of Mulberry leaf extract on the blood gluoces and breath hydrogen response to ingestion of 75 g sucrose by type 2 diabetic and control subject. Diabetes care 2007; vol 30, number 5

Ekstrak murbei menurunkan kadar glukosa darah secara signifikan

dengan hasil sebagai berikut : pada orang sehat yang menerima ekstrak murbei

adalah 15±18 mg/dL sedangkan penerima plasebo adalah 22±33 mg/dL

sedangkan pada penderita DM tipe 2 yang menerima ekstrak murbei adalah

42±28 mg/dL sedangkan penerima plasebo adalah 54±46 mg/dL.

Setelah 120 menit, glukosa darah penerima plasebo menunjukan

penurunan yang lebih mencolok dibandingkan dengan penerima ekstrak

murbei. Pada penerima ekstrak murbei perbedaan kadar glukosa darah dari

puncak ke titik terendah lebih kecil. 19

Page 19: KTI murbei

19

Grafik 2. Efek supresi ekstrak murbei terhadap kadar glukosa darah dan insulin pada orang sehatSumber : Nakamura M, Nakamura S, Oku T. Suppressive response of confections containing the extractive from leaves of Morus Alba on postprandial blood glucose and insulin in healthy human subjects. Nutrition & Metabolism 2009: 6:29

Dari jurnal Nutrition & Metabolism, dilakukan percobaan pada 10 orang

wanita sehat yang diberi 30 gram sukrosa sebagai kontrol, 30 gram sukrosa

dengan ekstrak murbei 1,2 gram atau 3,0 gram. Dalam 100 gram ekstrak

murbei terkandung 0,77 gram DNJ. Pada grafik 2 terlihat glukosa darah 30

menit setelah konsumsi sukrosa adalah 50,3 mg/dl. Konsumsi 30 gram sukrosa

dan 3 gram ekstrak murbei, menyebabkan kenaikan glukosa darah hanya

sebanyak 8,9 mg/dl dan dengan kadar 1,2 gram ekstrak murbei kenaikan tidak

sebesar kontrol, namun juga tidak serendah pada kadar 3 gram. Respon insulin

juga serupa dengan glukosa darah, pemberian 1,2 gram atau 3 gram ekstrak

murbei menyebabkan kenaikan kadar insulin yang sangat rendah.20

Page 20: KTI murbei

20

Grafik 3. Efek jeli berisi ekstrak murbei terhadap kadar glukosa darah dan insulin postprandial penderita DM tipe 2 pengguna sulfonylurea ataupun bukan.Sumber : Nakamura S, Hashiguchi M, Yamaguchi Y, Oku T. Hypoglycemic Effects of Morus alba Leaf Extract on Postprandial Glucose and Insulin Levels in Patients with Type 2 Diabetes Treated with Sulfonylurea Hypoglycemic Agents. J Diabetes Metab 2011, 2:158

Pada percobaan lain dari jurnal Diabetes Metabolism, 10 penderita DM

tipe 2 dan 10 orang sehat sebagai kontrol diberi jeli yang mengandung ekstrak

murbei dan jeli plasebo. Jeli mengandung 30 gram gula dan 3,3 gram ekstrak

murbei. Pada grafik 3, terlihat jeli dengan ekstrak murbei secara signifikan

menekan kenaikan glukosa darah post-prandial dan insulin pada pasien

pengguna sulfonylurea maupun bukan..

Grafik 4. Efek jeli berisi ekstrak murbei terhadap kadar glukosa darah dan insulin postprandial penderita DM Tipe 2Sumber : Nakamura S, Hashiguchi M, Yamaguchi Y, Oku T. Hypoglycemic Effects of Morus alba Leaf Extract on Postprandial Glucose and Insulin Levels in Patients with Type 2 Diabetes Treated with Sulfonylurea Hypoglycemic Agents. J Diabetes Metab 2011, 2:158

Page 21: KTI murbei

21

Dari percobaan yang sama, pada grafik 4 terlihat kenaikan glukosa

darah dan insulin post-prandial pada penderita DM tipe 2 setelah pemberian

jeli. Rata-rata glukosa darah puasa adalah 125±21 mg/dl dan setelah

mengkonsumsi jeli, glukosa darah penerima jeli yang mengandung ekstrak

murbei adalah 148±29 mg/dl dibandingkan penerima plasebo 209±28 mg/dl

pada 30 menit pertama.

Grafik 5. Efek supresi jeli dengan kandungan ekstrak murbei terhadap kadar glukosa darah dan insulin pada subjek sehat.Sumber : Nakamura S, Hashiguchi M, Yamaguchi Y, Oku T. Hypoglycemic Effects of Morus alba Leaf Extract on Postprandial Glucose and Insulin Levels in Patients with Type 2 Diabetes Treated with Sulfonylurea Hypoglycemic Agents. J Diabetes Metab 2011, 2:158

Grafik 5 memperlihatkan glukosa darah dan insulin postprandial pada

orang sehat. Kadar glukosa darah yang diukur 30 menit setelah pemberian jeli

dengan ekstrak murbei adalah 97 mg/dl dibandingan plasebo 125 mg/dL. 21

Dari penelitian-penelitian diatas, terbukti bahwa kadar glukosa darah

dan insulin post-prandial pada orang sehat dan penderita DM tipe 2 disupresi

secara signifikan dengan konsumsi ekstrak murbei. Kadar glukosa darah yang

terkontrol sangat penting bagi penderita DM tipe 2 agar tidak semakin parah.

Kadar insulin juga ditekan oleh ekstrak murbei, namun bervariasi antar

individu karena adanya efek sulfonilurea. Menurunnya kadar insulin dapat

melindungi sel beta agar tidak semakin rusak. Ekstrak murbei bekerja dengan

menginhibisi disakaridase, terutama sukrase. Ektrak murbei juga diduga dapat

memperbaiki morfologi sel beta pankreas pada penderita DM. 22

Page 22: KTI murbei

22

Efek samping yang dapat timbul berupa gejala gastrointestinal. Efek

samping terjadi karena pemecahan sukrosa dihambat, sehingga masuk ke usus

besar dan difermentasi oleh mikroba.21

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit global yang menyebabkan

epidemi di banyak negara. Indonesia menduduki urutan ke-10 sebagai negara

dengan jumlah penderita DM terbanyak. DM tidak membunuh penderita secara

langsung, melainkan melalui komplikasi yang dapat ditimbulkannya seperti

retinopati, neuropati dan nefropati. Komplikasi ini akan menurunkan kualitas

hidup penderita dan menjadi penyebab mortalitas.

Timbulnya komplikasi dapat dihambat dengan mencegah terjadinya

kondisi hiperglikemia, salah satunya dengan konsumsi ekstrak murbei. Ekstrak

murbei mengandung alkaloid yang strukturnya menyerupai monosakarida atau

disebut azasugar. Azasugar merupakan alfa glukosidase inhibitor karena

bentuknya yang menyerupai glukosa sehingga dapat mengikat reseptor

glukosidase. Terikatnya reseptor glukosidase menyebabkan maltosa dan

sukrosa dari karbohidrat tidak dapat masuk ke brush border usus halus

sehingga dapat menurunkan kadar glukosa darah post-prandial. Ekstrak murbei

mengandung senyawa antioksidan flavonoid yang dapat menurunkan kadar

stress oksidatif dan diduga dapat memberikan perbaikan pada morfologi sel

beta pankreas. Fungsi yang dapat menurunkan kadar glukosa darah post-

prandial dan memperbaiki morfologi sel beta pankreas membuat keadaan

Page 23: KTI murbei

23

hiperglikemia dapat dicegah sehingga tidak menyebabkan perubahan

metabolisme seluler dan makromolekul.

5.2 Saran

Konsumsi ekstrak murbei untuk menurunkan kadar glukosa darah post-

prandial telah banyak diteliti dan diuji pada manusia dan hasilnya positif,

sedangkan perbaikan morfologi sel beta pankreas belum dapat dibuktikan

dengan pasti karena hanya diuji pada subjek lain yaitu tikus. Tentunya hasil

yang didapatkan pada tikus mungkin akan berbeda dibandingkan pada manusia.

Penelitian ini perlu dikembangkan dengan menggunakan subjek manusia untuk

mendapatkan hasil dan bukti yang lebih baik

DAFTAR PUSTAKA

1. International Diabetes Federation. The Global Burden. [Online]. 2011 [cited 2012 march 20]; Available from: URL:http://www.idf.org/diabetesatlas/5e/the-global-burden

2. Fowler M. Microvascular and macrovascular complications of diabetes. Clin Diabetes. 2008 ;26(2).77-82

3. Laddha G.P, Bavaskar S.R, Mahale V, Baile S. Anti-diabetic effect of morus alba on rabbit as animal model. IRJP . 2012;3(4):334-6

4. Koidzumi G. Taxonomical discussion on Morus plants. Japan: Bull Imp Sericult Exp Stat; 1917.

5. Junge B, Matzke M, Stoltefuss J. Chemistry and structure-activity relationships of glucosidase inhibitors. In Handbook of Experimental Pharmacology. New york :Springer-Verlag; 1996.1:411–82)

6. American Diabetes Association. Diagnosis and classification of diabetes melitus. [Online}. 2012 [cited 2012 march 25]; Available from : URL: http://care.diabetesjournals.org/content/27/suppl_1/s5.extract

7. Fauci A, Braunwald E, Kasper D, Hauser S, Longo D, Jameson J, et al. Harrison’s Principle of Internal Medicine. New York: McGraw Hill; 2008.

8. Machlin L, Bendich A. Free radical tissue damage : protective role of antioxidant nutrients. FASEB J.1987;1:441-5

Page 24: KTI murbei

24

9. Uddin S, Ahmad S. Dietary antioxidant protection against oxidative stress. Biochem educ. 1995; 23:2-7

10. Brownlee M. The Pathophysiology of diabetic complications : a Unifying Mechanism. Diabetes. 2005; 54:1615-25

11. Lim T. Edible Medicinal And Non Medicinal Plants. London: Springer ;2012

12. Andallu B, Vinay A.V, Varadacharyulu N. Lipid abnormalities in streptozotocin-diabetes: Amelioration by Morusindica L. cvSuguna leaves. Int J Diabetes Dev Ctries. 2009; 29(3):123-8.

13. Katsube T, Imawaka N, Kawano Y, Yamazaki Y, Shiwaku K, Yamane Y. Antioxidant flavonol glycosides in mulberry (Morus alba L.) leaves isolated based on LDL antioxidant activity. Food Chemistry. 2006;97(1):25–31.14. Inoue S, Tsuruoka T, Niida T. The structure of nojirimycin, a

piperidinose sugar antibiotic. J Antibiot. 1966;19(6):288-92.15. Inoue S, Tsuruoka T, Ito T, Niida T. Structure and synthesis of nojirimycin.

Tetrahedron. 1968;24(5):2125-44.16. Asano N, Yamashita T, Yasuda K, Ikeda K, Kizu H, Kameda Y, et al.

Polyhydroxylated alkaloids isolated from mulberry trees (Morus alba L.) and silkworms (Bombyx mori L.). J Agric Food Chem. 2001; 49(9):4208-13.

17. Junge B, Matzke M, Stltefuss J. Chemistry and structure activity relationships of glucosidase inhibitors. New York:Springer-Verlag;1996.

18. Toshiyuki K. Hypoglycemia - Causes and Occurrences: Development of mulberry Leaf Extract for Suppressing Postprandial Blood Glucose Elevation. Jepang: Intech;2011.19.Mudra M, Ercan-Fang N, Zhong L, Fume J, Levitt M. Influence of

mulberry leaf extract on the blood gluoces and breath hydrogen response to

ingestion of 75 g sucrose by type 2 diabetic and control subject. Diabetes

care. 2007;30(5):1272-4.

20. Nakamura M, Nakamura S, Oku T. Suppressive response of confections

containing the extractive from leaves of Morus alba on postprandial

blood glucose and insulin in healthy human subjects. J Nutr Metab.

2009; 6(29).

21. Nakamura S, Hashiguchi M, Yamaguchi Y, Oku T. Hypoglycemic

effects of Morus alba leaf extract on postprandial glucose and insulin

Page 25: KTI murbei

25

levels in patients with type 2 diabetes treated with sulfonylurea

hypoglycemic agents. J Diabetes Metab 2011; 2(9):158-62.

22. Saenthaweesuk S, Thuppia A, Rabintossaporn P, Ingkaninan K, Sireeratawong S. The study of hypoglycemic effects of the Morus alba L. leave extract and histology of the pancreatic islet cells in diabetic and normal rats. TIJSAT. 2009 ;9(2):148-55.