3. penilaian obligasi (fix)

Upload: firman-nugraha

Post on 06-Feb-2018

239 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/21/2019 3. Penilaian Obligasi (Fix)

    1/29

    1

    PENILAIAN OBLIGASI

    DAN BERBAGAI ALTERNATIF PENILAIAN SAHAM

    1. PENILAIAN OBLIGASI

    1.1 PENGERTIAN OBLIGASI

    Obligasi merupakan surat utang jangka menengah-panjang yang dapat

    dipindahtangankan yang berisi janji dari pihak yang menerbitkan untuk membayar

    imbalan berupa bunga pada periode tertentu dan melunasi pokok utang pada waktu yang

    telah ditentukan kepada pihak pembeli obligasi tersebut. (idx.co.id)

    Obligasi (bond) adalah kontrak jangka panjang dimana peminjam dana setuju untuk

    membayar bunga dan pokok pinjaman, pada tanggal tertentu, kepadapemegang obligasi

    tersebut (Brigham dan Houston, 2009).

    Obligasi (bond) adalah surat berharga yang menunjukkan bahwa penerbit obligasi

    meminjam sebuah dana kepada masyarakat dan memiliki kewajiban untuk membayar

    untuk membayar bunga secara berkala, dan kewajiban melunasi pokok utang pada

    waktu yang telah ditentukan kepada pihak pembeli obligasi tersebut ( Darmadji dan

    Fakhruddin, 2006).

    Obligasi merupakan instrumen utang jangka panjang yang digunakan oleh

    kelompok bisnis dan pemerintah untuk mendapatkan sejumlah besar uang, khususnya

    dari berbagai kelompok pemberi pinjaman (Arief Sugiono, 2009).

    1.2 JENIS OBLIGASI

    1.2.1 Dilihat dari penerbitan

    [1] Treasury bond

    diterbitkan oleh pemerintah pusat, bisa departemen keuangan atau bank

    indonesia. tidak memiliki risiko kegagalan.

    http://manajemenkeuangn.blogspot.com/2011/07/pengertian-obligasi.htmlhttp://manajemenkeuangn.blogspot.com/2011/07/pengertian-obligasi.html
  • 7/21/2019 3. Penilaian Obligasi (Fix)

    2/29

    2

    harga obligasi akan menurun jika suku bunga naik.

    [2] Corporate bond

    diterbitkan oleh perusahaan.

    memiliki risiko kegagalan jika penerbit obligasi memiliki masalah.

    risiko kegagalan berbeda-beda pada perusahaan yang berbeda, tergantung

    dari karakteristik penerbit dan jangka waktunya.

    semakin tinggi tingkat risiko kegagalan, semakin tinggi tingkat suku bunga

    yang harus dibayar oleh penerbit.

    [3]Municipal bond

    diterbitkan oleh pemerintah negara bagian dan lokal.

    memiliki risiko kegagalan.

    jika pemegangnya adalah penduduk setempat, dibebaskan dari pajak federal

    dan pajak negara bagian tersebut.

    memiliki suku bunga yang lebih rendah dari obligasi perusahaan, dengan

    risiko yang sama.

    [4]Foreign bond

    diterbitkan oleh pemerintah asing atau perusahaan asing.

    dihadapkan pada risiko kegagalan.

    ada tambahan risiko jika diterbitkan dalam mata uang asing.

    1.2.2 Dilihat dari sistem pembayaran bunga

    [1]Zero coupon bonds: obligasi yang tidak melakukan pembayaran bunga secara

    periodik. Namun, bunga dan pokok dibayarkan sekaligus pada saat jatuh

    tempo.

    [2] Coupon Bonds: obligasi dengan kupon yang dapat diuangkan secara periodik

    sesuai dengan ketentuan penerbitnya.

    [3]Fixed Coupon Bonds: obligasi dengan tingkat kupon bunga yang telah

    ditetapkan sebelum masa penawaran di pasar perdana dan akan dibayarkan

    secara periodik.

    [4]Floating Coupon Bonds: obligasi dengan tingkat kupon bunga yang ditentukan

    sebelum jangka waktu tersebut, berdasarkan suatu acuan (benchmark) tertentu

    seperti average time deposit (ATD) yaitu rata-rata tertimbang tingkat suku

    bunga deposito dari bank pemerintah dan swasta.

  • 7/21/2019 3. Penilaian Obligasi (Fix)

    3/29

    3

    1.2.3 Dilihat dari hak penukaran/opsi

    [1] ConvertibleBonds: obligasi yang memberikan hak kepada pemegang obligasi

    untuk mengkonversikan obligasi tersebut ke dalam sejumlah saham milik

    penerbitnya.

    [2] Exchangeable Bonds: obligasi yang memberikan hak kepada pemegang

    obligasi untuk menukar saham perusahaan ke dalam sejumlah saham

    perusahaan afiliasi milik penerbitnya.

    [3] CallableBonds: obligasi yang memberikan hak kepada emiten untuk membeli

    kembali obligasi pada harga tertentu sepanjang umur obligasi tersebut.

    [4] Putable Bonds: obligasi yang memberikan hak kepada investor yang

    mengharuskan emiten untuk membeli kembali obligasi pada harga tertentu

    sepanjang umur obligasi tersebut.

    1.2.4 Dilihat dari segi jaminan atau kolateralnya

    [1] Secured Bonds: obligasi yang dijamin dengan kekayaan tertentu dari

    penerbitnya atau dengan jaminan lain dari pihak ketiga. Dalam kelompok ini,

    termasuk didalamnya adalah:

    i. Guaranteed Bonds: Obligasi yang pelunasan bunga dan pokoknya dijamin

    denan penangguangan dari pihak ketiga

    ii. Mortgage Bonds: obligasi yang pelunasan bunga dan pokoknya dijamin

    dengan agunan hipotik atas properti atau asset tetap.

    iii. Collateral Trust Bonds: obligasi yang dijamin dengan efek yang dimiliki

    penerbit dalam portofolionya, misalnya saham-saham anak perusahaan yang

    dimilikinya.

    [2] Unsecured Bonds: obligasi yang tidak dijaminkan dengan kekayaan tertentu

    tetapi dijamin dengan kekayaan penerbitnya secara umum.

    1.2.5 Dilihat dari segi nilai nominal

    [1]

    KonvensionalBonds: obligasi yang lazim diperjualbelikan dalam satu nominal,

    Rp 1 miliar per satu lot.

    [2]

    RetailBonds: obligasi yang diperjual belikan dalam satuan nilai nominal yang

    kecil, baik corporate bonds maupun government bonds.

  • 7/21/2019 3. Penilaian Obligasi (Fix)

    4/29

    4

    1.2.6 Dilihat dari segi perhitungan imbal hasil

    [1] KonvensionalBonds: obligasi yang diperhitungan dengan menggunakan sistem

    kupon bunga.

    [2]

    Syariah Bonds: obligasi yang perhitungan imbal hasil dengan menggunakan

    perhitungan bagi hasil. Dalam perhitungan ini dikenal dua macam obligasi

    syariah, yaitu:

    i. Obligasi Syariah Mudharabah merupakan obligasi syariah yang

    menggunakan akad bagi hasil sedemikian sehingga pendapatan yang

    diperoleh investor atas obligasi tersebut diperoleh setelah mengetahui

    pendapatan emiten.

    ii.

    Obligasi Syariah Ijarah merupakan obligasi syariah yang menggunakan

    akad sewa sedemikian sehingga kupon (fee ijarah) bersifat tetap, dan bisa

    diketahui/diperhitungkan sejak awal obligasi diterbitkan.

    1.3 KARAKTERISTIK UTAMA OBLIGASI

    1. nilai nominal(nilai pari), adalah nilai nominal yang ditetapkan atas obligasi.

    2.

    nilai intrinsik, adalah merupakan nilai teoritis dari suatu obligasi. diperoleh

    dari hasil estimasi nilai saat ini (pv) dari semua aliran kas obligasi dimasa yang

    akan datang.

    3. suku bunga kupon, merupakan suku bunga tahunan yang ditetapkan atas

    obligasi.

    4. peringkat obligasi, penilaian atas resiko obligasi yang mungkin terjadi

    kemudian

    5.

    suku bunga mengambang, suku bunga ditentukan selama periode tertentu (6bulan), setelah itu disesuaikan setiap 6 bulan berdasarkan suku bunga pasar.

    6. suku bunga nol, merupakan obligasi yang tidak membayar bunga tahunan.

    7. tanggal jatuh tempo, merupakan umur obligasi dimana nilai nominal obligasi

    harus dibayar.

    8. provisi penarikan, merupakan provisi dalam kontrak obligasi yang

    memberikan hak kepada penerbit untuk menebus obligasi pada jangka waktu

    tertentu sebelum tanggal jatuh tempo normal. besarnya provisi penarikan

    lebih tinggi dari nilai nominalnya, selisihnya disebut premi penarikan.

  • 7/21/2019 3. Penilaian Obligasi (Fix)

    5/29

    5

    besarnya premi penarikansama dengan bunga satu tahun jika obligasi ditarik

    selama tahun pertama. besarnya premi akan menurun pada tingkat yang

    konstan sebesar int/n setiap tahun sesudahnya.

    9. dana pelunasan, premi dana pelunasan merupakan provisi dalam kontrak

    obligasi yang mengharuskan penerbit untuk menarik sebagian dari obligasi

    setiap tahun.

    10. indenture, perjanjian legal antara perusahaan penerbit obligasi dengan dewan

    wali atau wali obligasi yang mewakili para pemilik atau pembeli obligasi

    11. tingkat penghasilan sekarang, rasio pembayaran tahunan terhadap harga

    obligasi di pasar

    1.4 PENILAIAN RESIKO OBLIGASI

    1. resiko suku bunga, merupakan resiko penurunan obligasi yang disebabkan

    karena penurunan suku bunga. resiko suku bunga berhubungan dengan nilai

    obligasi dalam portofolio.

    2. resiko tingkat reinvestasi, merupakan resiko penurunan suku bunga yang

    akan menyebabkan penurunan pendapatan dari portofolio obligasi. pemegang

    obligasijangka panjang akan menghadapi resiko suku bunga, namun tidak

    menghadapi resiko tingkat investasi. pemegang obli gasi jangkapendekterjadi

    sebaliknya..

    3. resiko kegagalan, adalah resiko yang disebabkan karena kegagalan

    penerbitnya. risiko kegagalan dipengaruhi oleh kekuatan keuangan penerbit

    obligasi maupun jangka waktu kontrak obligasi, terutama apakah jaminan telah

    disediakan untuk menjamin obligasi yang diterbitkannya.

    1.5 ZERO COUPON BOND

    Obligasi tanpa bunga atau lebih dikenal dengan istilah (zero coupon bond)

    adalah obligasi yang tidak memberikan pembayaran bunga. Obligasi ini diperdagangkan

    dengan pemberian potongan harga dari nilai pari. Pemegang obligasi menerima secara

    penuh pokok hutang pada saat jatuh tempo obligasi dengan kata lain penerbit obligasi

    hanya akan membayar pokok obligasi pada saat jatuh tempo.

  • 7/21/2019 3. Penilaian Obligasi (Fix)

    6/29

    6

    Investor yang membeli obligasi zero coupon bond tidak akan mendapatkan

    bunga sama sekali sampai jatuh tempo. Jika obligasi itu diterbitkan untuk masa 10 tahun

    misalnya, maka uang investor akan mengendap di sana selama masa tersebut, kecuali

    jika investor menjualnya kembali ke pasar. Dapat disimak di sini, investor yang

    membeli obligasi tanpa bunga hanya akan menerima uangnya kembali pada saat jatuh

    tempo atau jika ia menjual obligasi itu di pasar. Kembali ke pertanyaan awal, dari mana

    investor dapat keuntungan jika investasi di zero coupon bond? Obligasi jenis ini tetap

    akan memberikan keuntungan bagi bond holders. Hanya saja keuntungannya tidak

    berupa bunga atau kupon obligasi, melainkan berupa cash yang akan dibayarkan di

    kemudian hari. Keuntungan investor bersumber dari selisih harga beli dengan hargajualnya.

    Jadi dapat disimpulkan Zero coupon bond adalah obligasi yang tidak

    memberikan kupon secara periodik, tetapi pada saat dijual diberlakukan harga dibawah

    nominal. Pada saat jatuh tempo pelunasan obligasi dilakukan pada nilai nominalnya.

    Potongan harga atau diskon tergantung pada tingkat yield dan maturity obligasi yang

    ditetapkan oleh bondissuer. Kurs obligasi pada saat dijual merupakan nilai sekarang

    nominal obligasi yang akan diterima, yang dihitung dengan metode present value.

    Kasus 1:

    Zero coupon bond selalu ditawarkan dengan harga diskon yang tinggi. Ketika

    membeli, investor akan membeli dengan harga diskon dan ketika jatuh tempo ia akan

    menerima pembayaran penuh. Gambarannya begini. Perusahaan ABC menerbitkan

    obligasi tanpa bunga sebesar Rp100 miliar dengan masa jatuh tempo 10 tahun.

    Obligasi ini dilepas pada harga 60 persen. Dengan harga penawaran sebesar itu

    berarti investor yang membeli obligasi ABC tadi tidak perlu membayar senilai harga

    nominal 100 persen. Jika investor X misalnya akan membeli sebanyak Rp100 juta

    maka ia hanya membayar sebesar Rp60 juta.

    Meski investor X tadi hanya membayar Rp60 juta, tapi pada saat jatuh tempo

    nanti (10 tahun kemudian) ia akan menerima pokok obligasi sebesar Rp 100 juta.

    Jadi dalam kurun 10 tahun, uang investor X tadi tumbuh sebesar 66,6 persen dari

    Rp60 juta menjadi Rp100 juta. Dari kacamata investor, jelas zero coupon bond

    merupakan instrument investasi jangka panjang yang imbal hasillnya tidak bisa

  • 7/21/2019 3. Penilaian Obligasi (Fix)

    7/29

    7

    dipanen cepat satu tahun atau dua tahun. Jika investor membutuhkan dana tunai,

    jalan satu-satunya hanya menjual obligasi tersebut di pasar.

    Hargazero coupon bondakan naik dari waktu ke waktu mendekati tanggal jatuh

    tempo. Disitulah keuntungan yang bisa dinikmati investor. Sedangkan bagi issuer

    atau penerbit, meskipun nilai obligasi yang ditawarkan mencapai Rp100 miliar, jika

    obligasi tanpa bunga tersebut terjual semua, maka perusahaan ABC hanya akan

    menerika dana tunai sebesar Rp60 miliar saja. Tentu ini belum dipotong biaya-biaya

    dalam rangka penerbitan. Dari sisi issuer, obligasi tanpa bunga memiliki kelebihan

    bahwa perusahaan tidak dipusingkan dengan bunga yang harus dibayar tiga bulan

    sekali sebagaimana obligasi pada umumnya. Perusahaan hanya memikirkan agar saatjatuh tempo 10 tahun mendatang harus ada dana tunai Rp100 miliar untuk membayar

    pokok obligasi tersebut.

    Kasus 2:

    PT Gramatika sedang merencanakan penerbitan obligasi untuk mendanai

    pembelian saham perusahaan lain yang selama ini biasa mendistribusikan produk

    yang dihasilkan oleh PT Gramatika. Untuk proyek investasi ini, PT Gramatika

    membutuhkan dana sebesar Rp50.000.000.000. Dua pilihan yang sedang

    dipertimbangkan adalah: (1) menerbitkan obligasi berjangka waktu 10 tahun, dengan

    bunga 10% yang dibayarkan setiap 6 bulan, atau (2) menerbitkan obligasi tanpa

    bunga dengan jangka waktu 10 tahun.

    Jika tingkat bunga yang sekarang efektif di pasar kredit berkisar antara 10%,

    tentukan nilai nominal obligasi sehingga perusahaan bisa memperoleh dana sebesar

    Rp50.000.000.000 dan buatlah ayat jurnal yang diperlukan untuk mencatat

    penerbitan obligasi jika (a) obligasi berbunga yang diterbitkan dan (b) obligasi tanpa

    bunga yang diterbitkan.

    Solusi

    a)

    Bunga obligasi yang akan diterbitkan sama dengan bunga efektif, yaitu 10%.

    Dalam kondisi seperti ini, pembeli obligasi akan bersedia membayar obligasi

    sebesar nilai nominalnya, sehingga untuk memperoleh dana sebesar

    Rp50.000.000.000 PT Gramatika bisa menetapkan nilai nominal sebesar

    Rp50.000.000.000.

  • 7/21/2019 3. Penilaian Obligasi (Fix)

    8/29

    8

    Ayat jurnal:

    Cash 50.000.000.000

    Bonds Payable 50.000.000.000

    b)

    Jika obligasi yang akan diterbitkan tidak berbunga, sementara bunga kredit

    yang efektif berkisar antara 10%, pembeli obligasi baru akan bersedia

    menyerahkan dananya sebesar Rp50.000.000.000 sekarang, jika 10 tahun

    kemudian dia akan memperoleh pelunasan sebesar:

    Rp50.000.000.000 x 2,5937 = Rp129.685.000.000

    Ayat jurnal:

    Cash 50.000.000.000

    Discount onBondPayable 79.685.000.000

    Bonds Payable 129.685.000.000

    1.6 COUPON BOND: F IXED RATE AND F LOATING RATE

    Pada umumnya bentuk instrumen utang adalah sama dengan bentuk coupon

    bond. Obligasi merupakan sekuritas yang diperdagangkan di bursa yang menunjukkan

    surat tkita hutang dari emiten yang menerbitkan sekuritas tersebut. Obligasi (bond)

    adalah kontrak jangka panjang dimana peminjam dana setuju untuk membayar bunga

    dan pokok pinjaman, pada tanggal tertentu, kepada pemegang obligasi tersebut

    (Brigham dan Houston, 2006).

    1. Obligasi Bunga Tetap (Fixed Rate)

    Obligasi yang menawarkan bunga tetap selama jangka waktu obligasi tersebut

    (di Indonesia biasanya berjangka waktu lima tahun). Bunga yang dibayarkan

    mungkin dilakukan setahun sekali, tetapi bisa juga dilakukan setiap semester (6

    bulan).

    Misal:

    Coupon obligasi 18% per tahun dengan nilai nominal Rp 1.000.000,00 selama 5

    tahun, maka pembeli obligasi akan menerima Rp 180.000,00 per tahun selama 5

    tahun ditambah dengan Rp 1.000.000,00.

  • 7/21/2019 3. Penilaian Obligasi (Fix)

    9/29

    9

    2. Obligasi Dengan Suku Bunga Mengambang (Floating Rate Bond)

    Obligasi dengan suku bunga mengambang biasanya ditawarkan sebesar

    persentase tertentu diatas suku bunga deposito. Mungkin juga dilakukan

    kombinasi dengan suku bunga tetap (fixed rate).

    Misalnya:

    Pada tahun pertama menawarkan suku bunga 19% (tetap), tapi pada tahun

    berikutnya menawarkan suku bunga mengambang (dikaitkan dengan suku bunga

    beberapa bank ditambah dengan presentase tertentu). Sebagai contoh : suku

    bunga mengambang ditawarkan sama dengan rata-rata suku bunga deposito 6

    bulan dari bank-bank umum di tambah 1,75%.

    1.7 CALLABLE BOND (OBLIGASI YANG DAPAT DITEBUS)

    Callable Bond memberikan hak penerbit obligasi untuk menebus obligasi

    sebelum tanggal jatuh tempo. Harga tebus (Call Price) adalah harga yang penerbit mau

    bayarkan untuk menebus obligasi. Umumnya lebih tinggi daripada nilai nominal

    obligasi (biasanyapremium callbesarnya setengah hingga satu tahun bunga).

    Kasus 1:

    Sebagai contoh jika suatu perusahaan menerbitkan callable bond dengan tingkat

    bunga yang tinggi ketika tingkat bunga pasar tinggi, lalu tingkat bunga pasar

    menurun, maka lebih baik bagi perusahaan untuk menarik kembali utang meraka

    yang berbunga tinggi dalam bentuk callable bondtersebut dan menerbitkan sekuritas

    utang baru dengan bunga yang lebih rendah untuk mengurangi beban pembayaran.

    Namun tentu saja keuntungan bagi perusahaan merupakan beban bagi pemilik

    obligasi karena dari sisi pemegang obligasi, mereka harus melepas hak atas tingkat

    bunga yang menarik. Dengan demikian, apabila suatu perusahaan menerbitkan

    obligasi yang dapat ditarik kembali, akan menggunakan harga yang rendah agar

    dapat menarik pembeli obligasi tersebut (Bodie, et al; 2006 : 8-9)

    Contoh : obligasi kupon 8%, 10, harga 92 dapat ditebus dalam tiga tahun pada

    harga 108.

  • 7/21/2019 3. Penilaian Obligasi (Fix)

    10/29

    10

    1.8 BOND RATING

    Dalam investasi, rating merupakan salah satu hal yang sangat penting karena

    menentukan suatu perusahaan / negara bisa mendapatkan pendanaan dari penerbitan

    obligasi atau tidak dan berapa besar kupon atau imbal hasil yang harus dibayarkan

    supaya mau diterima oleh investor. Rating adalah suatu penilaian yang terstrukturisasi

    terhadap kemampuan suatu negara atau perusahaan dalam membayar hutang-hutangnya.

    Karena terstrukturisasi artinya rating suatu perusahaan atau negara dapat dibandingkan

    dengan perusahaan atau negara yang lain sehingga dapat dibedakan siapa yang

    mempunyai kemampuan lebih baik, siapa yang kurang. Rating dikeluarkan oleh

    perusahaan pemeringkat yang mendapat izin resmi dari pemerintah. Di Indonesia,perusahaan yang mendapat izin serta menjadi market leader dalam pemberian

    rating adalah PT. PEFINDO (Pemeringkat Efek Indonesia).

    Suatu rating terdiri dari 2 bagian Rating dan Outlook. Rating adalah kemampuan

    membayar hutang sedangkan Outlook adalah pemeringkatann dari perusahaan

    pemeringkat apakah Rating akan naik, turun atau tetap pada periode penilaian

    berikutnya. Rating sendiri terdiri dari 2 yaitu 3 huruf yang disertai dengan tkita atau

    angka tergantung perusahaan pemeringkat. Sebagai contoh urutan dari yang paling

    tinggi hingga paling rendah secara umum adalah sebagai berikut :

    Investment Grade

    - AAA atau Aaa

    - AA+, AA dan AA- atau Aa1, Aa2 dan Aa3

    - A+, A, dan A- atau A1, A2 dan A3

    - BBB+, BBB dan BBB- atau Baa1, Baa2 dan Baa3

    Non Investment Grade (junk Bond) dengan rating di bawah BBB atau Baa

    - BB+, BB dan BB- atau Ba1, Ba2, dan Ba3

    - B+, B dan B- atau B1, B2 dan B3

    - CCC+, CCC dan CCC- atau Caa1, Caa2, dan Caa3

    - CC+, CC dan CC- atau Ca11, Ca2 dan Ca3

    - C+, C dan C- atau C1, C2 dan C3

    - Default

    Investment Gradeadalah kategori bahwa suatu perusahaan atau negara dianggap

    memiliki kemampuan yang cukup dalam melunasi hutangnya. Sehingga bagi investor

  • 7/21/2019 3. Penilaian Obligasi (Fix)

    11/29

    11

    yang mencari investasi yang aman, umumnya mereka memilih rating Investment Grade.

    Praktek pada perusahaan lebih detail lagi.

    Non Investment Grade adalah kategori bahwa suatu perusahaan atau negara

    dianggap memiliki kemampuan yang meragukan dalam memenuhi kewajibannya.

    Perusahaan yang masuk kategori ini biasanya cenderung sulit memperoleh pendanaan.

    Supaya bisa berhasil umumnya mereka memberikan kupon atau imbal hasil yang tinggi

    sehingga disebut juga denganHigh YieldBond. Investor yang memilih jenis obligasi ini

    biasanya cenderung memiliki sifat spekulatif. Sebab jika ternyata perusahaan

    berkomitmen melunasi seluruh kewajibannya, imbal hasil yang diterima bisa sangat

    tinggi.Pada prinsipnya, semakin rendah rating, berarti semakin tinggi risiko gagal

    bayar dan berarti semakin besar pula imbal hasil (return) yang diharapkan oleh investor.

    Jadi ini menjadi alasan mengapa bunga deposito yang berbasis dollar seperti mata uang

    Singapura (AAA) bisa jauh lebih rendah dibandingkan bunga deposito Indonesia (BB)

    dan orang tetap mau menempatkan dana pada deposito tersebut.

    1.9 RATING DAN IMPLIKASINYA TERHADAP INVESTASI

    Rating dalam hal ini Rating terhadap Negara Indonesia memiliki implikasi yang

    signifikan terhadap investasi di Indonesia. Saat ini rating Indonesia berada pada BB+

    atau 1 tingkat lagi supaya bisa mencapai BBB-. Jika Indonesia berhasilkan

    mendapatkan kenaikan rating tersebut pada tahun 2012 nanti, maka perkiraan kami akan

    ada beberapa dampak positif yang bisa dirasakan seperti:

    Investor luar akan mengganggap negara Indonesia menjadi negara yang layak

    investasi (Investment Grade) dibandingkan negara yang hanya menjadi tujuan spekulasi

    saja Dengan masuknya investasi, maka dana yang masuk tidak melulu hanya dana hot

    money yang bisa keluar setiap saat akan tetapi bisa jadi merupakan dana investasi yang

    sifatnya lebih jangka panjang. Masuknya dana asing diharapkan dapat mendongkrak

    harga saham dan obligasi sehingga pada akhirnya juga meningkatkan tingkat

    pengembalian instrumen reksa dana.

  • 7/21/2019 3. Penilaian Obligasi (Fix)

    12/29

    12

    1.10 ORI, SUN, OBLIGASI KORPORASI

    1.11.1 Investasi ORI

    Investasi ORI (Obligasi Ritel Indonesia) sebagai sebuah instrumen investasi

    yang diterbitkan pemerintah (dijamin pemerintah) tentunya tingkat keamanan sangat

    tinggi. Boleh jadi investor di pasar perdana berebut untuk membeli instrumen yang zero

    risk tersebut. Apalagi ORI memiliki beberapa karakteristik yang sama dengan deposito.

    Apabila bunga deposito dibayarkan tiap bulan, begitupun kupon ORI juga dibayarkan

    setiap bulannya. Yang lebih menarik lagi bunga deposito tiap bulan belum tentu sebesar

    kupon bunga yang ditawarkan ORI. Dengan instrumen investasi yang rendah risiko,

    permintaan di pasar perdana (ketika pertama kali ditawarkan) cukup tinggi. Bahkansejumlah agen penjual terpaksa meminta tambahan kuota dari pemerintah tiap kali ada

    lelang surat utang negara dan ritel ini.

    ORI sebelumnya sudah terbit selama 5 kali, dan untuk ke-6 kalinya ini,

    pemerintah menawarkan kupon sebesar 9,35%. Kupon ini diberikan dengan persentase

    tetap per tahun. Besaran kupon ini cukup menggiurkan karena di atas suku bunga

    perbankan yang kini di kisaran 6-8 persen saja.

    Menurut keterangan yang dikutip dari situs Ditjen Pengelolaan Utang Depkeu,

    Senin (27/7/2009), kupon ORI sebesar 9,35% tersebut akan dibayarkan setiap bulannya.

    Kupon yang dibayar untuk setiap bulannya adalah Rp 7.792 per unit. Pembayaran

    kupon akan dilakukan pada setiap tanggal 15 tiap bulannya.

    ORI diterbitkan dengan nominal per unit Rp 1 juta. Pemesanan pembelian ORI

    minimal 5 unit atau Rp 5 juta. Sedangkan pemesanan maksimal ORI adalah 3 ribu unit

    atau sekitar Rp 3 miliar.

    Cara menghitung pendapatan investasi ORI

    Sebuah ORI002 dengan bunga yang ditawarkan pemerintah RI sebesar 9,28%

    Menghitung nilai ORI sekarang

    harga pari = 1000.000

    kupon = 9,28%x1000.000 = 92800 dibayar bulanan

    jangka waktu 3 tahun, jika bunga deposito = 7%

    Nilai sekarang: = 92800 /12 [( 1 -1/(1+0,07/12)3.12] +1000000/ (1+0,07/12)3.12

    = 1.064.000

  • 7/21/2019 3. Penilaian Obligasi (Fix)

    13/29

    13

    Obligasi dengan harga yang biasa disebut pari atau par dengan harga patokan

    100, sedangkan obligasi yang ditawarkan dengan harga diskon 2% dinyatakan bernilai

    98% (benefit ini tentunya diluar kupon bunga tetap yang ditawarkan yang biasanya

    diatas bunga deposito).

    Kita dapat melakukan rekap pada contoh perhitungan ORI diatas sbb:

    Harga jual sekarang 1000.000

    Harga perhitungan sekarang 1.064.000

    Harga jual/pasar dinilai lebih rendah, maka sebaiknya beli karena

    menguntungkan

    Selama tingkat bunga bank kecenderungannya turun, maka beli ORI akan jauhlebih menguntungkan dibandingkan menyimpan uang di deposito

    Tanggal pemesanan ORI adalah setiap tanggal 8-23 Maret

    Agen penjual ORI biasanya adalah berupa institusi jasa keuangan yang sudah

    ditunjuk oleh pemerintah RI.

    Contoh: Agen Penjual ORI002: Bank Permata, BCA, Citibank, BII, Valbury

    Asia Sec, Trimegah Sec.

    - Biaya Meterai: 2x 6000 (kecuali Valbury & Trimegah = 0)

    - Biaya penyimpanan:0,005% +PPN (min 2.200 bank Permata; min 30000

    (BII); 0,005% +PPN (Valbury); 0 (BCA, Citibank, Trimegah)

    - Biaya Transfer kupon per bulan semua 0 (Valbury 0 jika via rek BCA,

    Mandiri, Lippo sekota, luar kota 5000; bank lain menyesuaikan)

    -

    Biaya penjualan di pasar sekunder (per bulan): 0,25-0,5% dari nilai transaksi

    untuk Bank Permata; 25 ribu per transaksi (BCA & Citi); 50 ribu utk BII;

    0,5% atau min 30 ribu untuk Valbury; 33 ribu utk Trimegah;

    A. Contoh Menghitung ORI (pada keadaan pasar yang bagus/naik)

    Beli Rp 5 jt di Bank Permata setelah 3 bulan dijual dengan harga 102 (naik)

    Keuntungan:

    bunga 3 bln = 9,28% x 3/12 x Rp 5 jt = 116.000

    capital gain = (102%x Rp 5 jt) - Rp 5 jt = 100.000

    total keuntungan = 216.000

  • 7/21/2019 3. Penilaian Obligasi (Fix)

    14/29

    14

    Pajak

    pajak atas obligasi =20%x116.000 = 23.200

    pajak atas capital gain =20%x100.000 = 20.000total pjk = 43.200

    Biaya-biaya

    meterai 26.000 = 12.000

    penyimpanan &kustodi +PPN= 32.2 = 6.600

    biaya penjualan ORI=0.5%x5jt = 25.000

    total biaya = 43.600

    Keuntungan bersih= 216.000-43.200-43.600 = 129.200

    B.Contoh Menghitung ORI (pada keadaan pasar yang tidak bagus/turun)

    Beli 5jt di Bank Permata setelah 3 bulan dijual dengan harga 98 (turun)

    Keuntungan:

    bunga 3 bln=9,28%x3/12x5jt = 116.000

    capital gain=(98%x5jt)-5jt = -100.000

    total keuntungan = 16.000

    Pajak

    Pajak atas obligasi =20%x116.000 = 23.200

    total pjk = 23.200

    Biaya-biaya

    meterai 26.000 = 12.000

    penyimpanan &kustodi +PPN= 32.200 = 6.600

    biaya penjualan ORI=0.5%x5jt = 25.000

    total biaya = 43.600

    Kerugian bersih= 16.000-23.200-43.600 = -48.600

    1.11.2 Obligasi negara

    Di Indonesia, obligasi negara (government bond) merupakan bagian dari

    Surat Utang Negara yang diterbitkan oleh Pemerintah Republik Indonesia. Surat

    Utang Negara (SUN) adalah surat berharga yang berupa surat pengakuan utang

    dalam mata uang rupiah maupun valuta asing yang dijamin pembayaran bungadan pokoknya oleh Negara Republik Indonesia, sesuai dengan masa berlakunya.

  • 7/21/2019 3. Penilaian Obligasi (Fix)

    15/29

    15

    SUN dan pengelolaannya diatur oleh Undang-undang No. 24 Tahun 2002 tentang

    Surat Utang Negara. Selain itu, berbagai peraturan pelaksanaanya juga telah

    diterbitkan untuk mendukung pengelolaan SUN.

    Secara umum SUN dapat dibedakan ke dalam dua jenis:

    [1]

    Surat perbendaharaan negara (SPN), yaitu SUN berjangka waktu sampai

    dengan 12 bulan dengan pembayaran bunga secara diskonto. Di Amerika

    Serikat, SPN ini dikenal dengan sebutan Treasury Bills (T-Bills).

    [2]

    Obligasi negara (ON), SUN berjangka waktu lebih dari 12 bulan. Di Amerika

    Serikat, obligasi negara ini dikenal dengan sebutan Treasury Bonds (T-Bonds).

    Tujuan pemerintah menerbitkan SUN adalah untuk: (1) membiayai defisitAPBN, (2) menutup kekurangan kas jangka pendek, dan (3) mengelola

    portofolio utang negara. Atas penerbitan SUN, pemerintah berkewajiban untuk

    membayar bunga dan pokok pinjaman dengan dana yang disediakan dalam

    APBN.

    Sedangkan investor perlu mengetahui beberapa hal penting berikut mengenai

    obligasi negara:

    [1]

    Obligasi negara harus mencerminkan investasi bebas risiko.

    [2] Obligasi negara digunakan sebagai benchmark.

    [3] Obligasi negara dapat digunakan sebagai alat dalam menata ekonomi.

    [4] Obligasi negara diharapkan dapat memudahkan pricing dan evaluasi obligasi,

    baik di pasar primer maupun sekunder.

    [5] Obligasi negara dapat menjadi alat manajemen risiko.

    1.11.3 Penerbitan dan Perdagangan Obligasi Negara

    Obligasi negara dapat diterbitkan dengan kupon atau tanpa kupon.

    Obligasi negara dengan kupon mempunyai jadwal pembayaran kupon secara

    perodik setiap tiga bulan atau enam bulan sekali. Sedangkan obligasi negara

    tanpa kupon tidak memiliki jadwal pembayaran kupon dan dijual pada harga

    diskon serta akan membayar pokok pinjaman pada saat jatuh tempo. Obligasi

    negara dengan kupon dapat dibedakan menjadi:

  • 7/21/2019 3. Penilaian Obligasi (Fix)

    16/29

    16

    [1] Obligasi negara berbunga tetap, yaitu obligasi negara seri FR (Fixed rate).

    Kupon obligasi ini telah ditetapkan ketika diterbitkan. Contohnya adalah

    obligasi negara Tahun 2005 Seri FR0028 dengan tingkat kupon 10%.

    [2] Obligasi berbunga mengambang, yaitu obligasi negara seri VR (Variable

    rate). Tingkat kupon mengambang ini ditentukan berdasarkan acuan tertentu

    seperti tingkat bunga sertifikat Bank Indonesia (SBI). Contohnya adalah

    Obligasi Pemerintah Mei 1999 Seri VR0011 yang pada bulan Juli 2006

    mempunyai tingkat kupon 12,158116%.

    1.11.4

    Obligasi KorporasiObligasi Korporasi Merupakan pilihan obligasi berupa surat utang yang

    diterbitkan oleh korporasi Indonesia baik BUMN maupun korporasi lainnya.

    Untuk menjaga risiko yang terkendali pilihan obligasi korporasi ini kami batasi

    dengan penetapan rating minimal. Obligasi Korporasi memiliki risiko kegagalan

    berbeda-beda pada perusahaan yang berbeda, tergantung dari karakteristik

    penerbit dan jangka waktunya. Semakin tinggi tingkat risiko kegagalan, semakin

    tinggi tingkat suku bunga yang harus dibayar oleh penerbit.

    Terdapat tiga elemen penting dalam penilaian obligasi yaitu:

    Jumlah dan waktu dari arus kas yang akan diterima investor

    Tanggal jatuh tempo obligasi

    Tingkat pengembalian yang diinginkan investor

    1.12 Yield Obligasi

    Ada dua istilah yang sama-sama menunjukkan pendapatan yang bisa diperoleh dari

    suatu obligasi, yaituyield dan kupon obligasi. Perbedaannya adalah sebagai berikut :

    - Bunga obligasi merupakan pendapatan yang akan diterima investor obligasi,

    dalam jumlah tetap dan diterima hingga waktu jatuh tempo.

    - Yield obligasi merupakan ukuran return yang akan diterima investor obligasi

    yang cenderung bersifat tidak tetap, tergantung tingkat return yang disyaratkan

    investor.

  • 7/21/2019 3. Penilaian Obligasi (Fix)

    17/29

    17

    Ada beberapa ukuran yield obligasi yang dipergunakan oleh investor yaitu:

    a. Nominal Yield

    Tingkat bunga yang diberikan obligasi dan besarnya sama dengan bunga

    kupon. Jika suatu obligasi memberikan bunga kupon sebesar 18% maka

    obligasi tersebut dinyatakan memiliki nominal yield sebesar 18%.

    b.Current yield

    Adalah rasio tingkat bunga obligasi terhadap harga pasar dari obligasi

    tersebut. Kegunaannya adalah untuk mengukur tingkat kupon. Current yield

    dapat dipergunakan dengan rumus:

    CY = C1/PM

    Dimana:

    CY = Current yieldObligasi

    Ci = pembayaran kupon pertahun untuk obligasi i

    Current yieldbiasanya dilaporkan secara harian di media masa. Current yield

    memberikan gambaran perbandingan kupon obligasi dengan harga pasar

    obligasi. Meskipun demikian tidak bisa dianggap sebagai return

    sesungguhnya dari obligasi karena tidak dapat menggambarkan perbedaan

    antara harga obligasi pada saat dibeli dan harga obligasi pada saat dijual.

    Contoh:

    Jika obligasi PT XYZ memberikan kupon kepada pemegangnya sebesar 17%

    per tahun sedangkan harga obligasi tersebut adalah 98% untuk nilai nominal

    Rp 1.000.000.000, maka:

    Current yield=Rp 170.000.000

    =17.34%Rp 980.000.000

    c. Yield to Maturity (YTM)

    Tingkat bunga ini merupakan internal rate of return (IRR) yang diperoleh

    oleh pemodal dengan memiliki obligasi sampai dengan jatuh tempo.

    Kegunaannya YTM adalah Mengukur tingkat return yang diharapkan jika

    obligasi disimpan sampai waktu jatuh temponya. Cara menghitung YTM :

  • 7/21/2019 3. Penilaian Obligasi (Fix)

    18/29

    18

    atau

    Dimana:

    P = harga obligasi pada saat ini (t=0)

    N = jumlah tahun sampai dengan jatuh tempo obligasi

    Ci = pembayaran kupon untuk obligasi i setiap tahunnya

    YTM =yield to maturity

    Pp = nilai par dari obligasi

    Contoh :

    Sebuah obligasi yang tidak callable akan jatuh tempo 10 tahun lagi, nilai

    parnya Rp1000 dan tingkat kuponnya adalah 18%. Diasumsikan obligasi

    tersebut

    saat ini dijual dengan harga di bawah par yaitu Rp 917,69. Denganmenggunakan persamaan kesatu nilai YTM adalah:

    -917,69 = 90 (PV of an Annuity, 10% untuk 20 periode) + 1000 (PV Factor,

    10% untuk 20 periode)

    -917,69 = 90 (8,514) + 1000 (0,149)

    -

    917,69 = 917,69

    -Dengan demikian YTM adalah sebesar (10% x 2) = 20%

    Jika dengan rumus kedua adalah sebagai berikut :

    d.Yield to Call (YTC)

    Adalah yield yang diperoleh pada obligasi yang bisa dibeli kembali (callable)

    sebelum jatuh tempo. Kegunaan YTC adalah Mengukur tingkat return yang

    diharapkan jika obligasi dilunasi (call) sebelum jatuh tempo. Berikut rumus

    untuk menghitung yield obligasi belum jatuh tempo:

    atau

    Dimana:

    P = harga pasar obligasi saat ini

    YTC = Yield to Call

    Ci = pendapatan kupon per tahun

    C = periode sampai dengan saat obligasi dilunasiPC = Call price obligasi

  • 7/21/2019 3. Penilaian Obligasi (Fix)

    19/29

    19

    Contoh :

    Sebuah obligasi yang callable jatuh tempo 20 tahun lagi dengan kupon

    sebesar 18%. Nilai par obligasi tersebut adalah Rp 1000 dan saat ini dijual

    pada harga Rp 1419,5. Kemungkinan obligasi tersebut akan dilunasi oleh

    emiten 5 tahun lagi dengan call price sebesar Rp 1180.

    -1419,5 = 90 (PV of Annuity, 5% untuk 10 periode) + 1180 (PV Factor, 5%untuk 10 periode)

    -1419,5 = 90 (7,722) + 1180 (0,64)

    -1419,5 = 1419,5

    -

    Dengan demikian YTM adalah sebesar (5% x 2) = 10%

    - Jka dengan rumus kedua maka :

    -

    e. Realized (horizon) yield atau yield yang terealisasi

    adalah tingkat return yang diharapkan investor dari sebuah obligasi, jika

    obligasi tersebut dijual kembali oleh investor sebelum jatuh temponya.

    Disamping itu, yield yang terealisasi dapat juga digunakan untuk

    mengestimasi tingkat return yang dapat diperoleh investor dengan

    menggunakan strategi perdagangan tertentu. Kegunaan RY adalah Mengukur

    tingkat return yang diharapkan untuk obligasi yang akan dijual sebelum jatuh

    tempo. Yield ini dihitung dengan menggunakan asumsi tingkat reinvestasi dan

    harga jual obligasi.Perhitungan yang harus dilakukan dalam menentukan yield horizon ini

    memerlukan beberapa estimasi yang sebelumnya tidak digunakan pada

    ukuran yield lainnya. Estimasi yang harus dilakukan investor antara lain

    adalah estimasi harga jual obligasi pada akhir periode investasi yang

    diharapkan dan estimasi pada tingkat reinvestasi untuk pendapatan kupon

    yang diperoleh. Untuk menghitung yield yang terealisasi dapat digunakan

    rumus:

  • 7/21/2019 3. Penilaian Obligasi (Fix)

    20/29

    20

    atau

    Dimana :

    P = harga pasar obligasi saat ini

    RY = yield yang terealisasi

    Ci = pendapatan kupon per tahun

    t = periode investasi obligasi

    Pf = harga jual obligasi dimasa yang akan datang

    H = periode investasi obligasi (dalam tahun)

    Contoh :

    Sebuah obligasi, nominal Rp1000, umur 20 tahun dan kupon 16%, dijual pada

    harga Rp750.- Investor mengestimasi bahwa dalam dua tahun mendatang suku bunga

    yang berlaku akan turun, sehingga diperkirakan harga obligasi akan naik.

    - Estimasi harga obligasi pada dua tahun mendatang pada saat suku bunga

    turun adalah Rp 900 .

    2.BERBAGAI ALTERNATIF PENILAIAN SAHAM

    2.1 CASH FLOW APPROACH

    Pendekatan ini didasarkan pada argumen bahwa nilai dari suatu perusahaan

    tergantung dari prospek perusahaan tersebut di masa datang dan prospek ini merupakan

    kemampuan perusahaan untuk menghasilkan aliran kas di masa depan, maka nilai

    perusahaan dapat ditentukan dengan mendiskontokan nilai arus kas di masa depanmenjadi nilai sekarang.

    Discounted Cash Flowatau biasa disingkat DCF adalah salah satu metode untuk

    menghitung prospek pertumbuhan suatu instrumen investasi dalam beberapa waktu ke

    depan. Konsep DCF ini didasarkan pada pemikiran bahwa jika kita menginvestasikan

    sejumlah dana, maka dana tersebut akan tumbuh sebesar sekian persen atau mungkin

    sekian kali lipat setelah beberapa waktu tertentu. Disebut discounted cash flow atau

    arus kas yang terdiskon, karena cara menghitungnya adalah dengan mengestimasi arus

  • 7/21/2019 3. Penilaian Obligasi (Fix)

    21/29

    21

    dana dimasa mendatang untuk kemudian di-cut dan menghasilkan nilai dana tersebut

    pada masa kini.

    Biasanya, seorang investor ingin mengetahui bahwa jika dia menginvestasikan

    sejumlah dana pada satu instrumen investasi tertentu, maka setelah kurun waktu tertentu

    (misalnya setahun), dana tersebut akan tumbuh menjadi berapa. Untuk menghitungnya,

    maka digunakanlah DCF. Berikut ini adalah contohnya :

    Misalnya kita memiliki dana sebesar Rp100 juta yang akan kita investasikan

    pada suatu usaha, dimana toko tersebut berdasarkan historisnya mampu

    mencetak pertumbuhan modal (yang dihasilkan dari peningkatan saldo laba)sebesar 50% per tahun. Dengan asumsi di tahun berikutnya toko tersebut akan

    kembali mencetak pertumbuhan 50%, maka dana kita akan tumbuh 50%

    menjadi 1.5 kali lipat dalam setahun, alias Rp150 juta. Bagaimana kalau setelah

    tiga tahun? Maka kenaikan sebesar 1.5 kali lipat per tahun tadi dipangkatkan tiga

    (1.5 x 1.5 x 1.5 = 3.37), kemudian dikali dana awal yaitu Rp100 juta, sehingga

    hasilnya adalah Rp337 juta.

    Dengan demikian, jika kita menempatkan modal sebesar Rp100 juta pada

    sebuah toko yang menawarkan prospek pertumbuhan sebesar 50% per tahun,

    maka setelah tiga tahun, modal kita akan tumbuh menjadi Rp337 juta, atau 3.37

    kali lipat.

    Pada perkembangannya, ada juga investor yang ingin mengetahui bahwa jika dia

    mengharapkan dana sebesar Rp500 juta dalam tiga tahun, maka dia harus setor

    modal berapa ke toko tadi. Kalau begitu maka perhitungannya tinggal dibalik

    saja, yaitu: Rp500 juta dibagi 3.37, dan hasilnya adalah Rp148 juta. Maka si

    investor tersebut harus menyetor modal Rp148 juta, agar dananya tumbuh

    menjadi Rp500 juta dalam tiga tahun.

    Konsep DCF inilah yang menyebabkan valuasi saham-saham di seluruh bursa

    saham di dunia, termasuk BEI, menjadi mahal, dimana PBV 2 kali untuk sebuah

    perusahaan yang kinerjanya bagus dan prospeknya cerah, sudah dianggap cukup murah.

    Padahal kalau memakai perhitungan kasar, PBV 2 kali itu artinya kita harus membeli

    saham pada harga senilai dua kali lipat dari nilai riil perusahaannya. Simpelnya, kita

  • 7/21/2019 3. Penilaian Obligasi (Fix)

    22/29

    22

    harus membayar Rp200 juta untuk memperoleh barang senilai tak lebih dari Rp100

    juta.

    Untungnya, barang yang dimaksud disini yaitu modal bersih (equity)

    perusahaan, nilainya akan terus meningkat di masa mendatang, sesuai dengan

    pertumbuhan saldo labanya. Dan mengingat pertumbuhan perusahaan bersifat

    eksponensial (2 x 2 x 2 dan seterusnya) dan bukannya kumulatif (2 + 2 + 2 dan

    seterusnya), maka meskipun kita membelinya pada harga dua kali lipat, tapi dalam

    beberapa tahun berikutnya nilai barang tersebut mungkin akan sudah lebih besar dari

    modal yang kita keluarkan.

    Misalnya, PT Antah Berantah mencatat modal bersih 100 milyar. Kita lalu

    membeli 0.1% sahamnya senilai Rp200 juta (PBV-nya dua kali). Mengingat perusahaan

    mencatat pertumbuhan modal rata-rata 30% per tahun, maka terdapat peluang bahwa

    perusahaan akan mencatat modal Rp100 milyar + 30% = Rp130 milyar di tahun depan.

    Dan di tahun berikutnya lagi, laba bersih tersebut akan naik lagi menjadi Rp130 milyar

    + 30% = Rp169 milyar, dan seterusnya. Dengan asumsi bahwa pertumbuhan laba bersih

    sebesar 30% per tahun tersebut dicapai secara konsisten, maka dalam lima tahun, PT

    Antah Berantah akan memiliki modal sebesar Rp371 milyar. Alhasil dengan modal

    Rp200 juta, kita akan memperoleh barang senilai Rp370 milyar (Rp371 milyar dikali

    0.1%) dalam lima tahun, alias kenaikannya mencapai hampir dua kali lipat. Dan

    kenaikan tersebut akan tercermin pada kenaikan harga saham yang kita pegang. Selain

    itu, ingat bahwa PBV saham yang kita pegang akan tetap berada di level 2 kali,

    sehingga kalau ada orang yang mau membeli saham yang kita pegang, maka dia harus

    membayar Rp740 juta, bukan lagi Rp200 juta seperti ketika kita membelinya lima tahun

    sebelumnya.

    Jadi disini, kita bisa katakan bahwa saham PT Antah Berantah memang layak

    dihargai pada harga dua kali lipat (PBVnya dua kali) dari nilainya saat ini, karena

    ternyata dalam lima tahun berikutnya, modal perusahaan mampu berkembang dari

    Rp100 milyar menjadi Rp371 milyar, atau sudah lebih besar dari modal yang

    dikeluarkan si investor ketika membeli sahamnya (Rp370 juta berbanding Rp200 juta).

  • 7/21/2019 3. Penilaian Obligasi (Fix)

    23/29

    23

    Pada prakteknya, di BEI terdapat cukup banyak perusahaan yang mampu

    mencatat pertumbuhan modal dengan lebih cepat, bisa mencapai 50% atau bahkan

    100% per tahun. Belum lagi jika perusahaan tersebut meng-akselerasi pertumbuhannya

    dengan aksi korporasi tertentu, misalnya akuisisi. Alhasil, dana kita bisa berkembang

    lebih cepat, dan kita mungkin tidak perlu menunggu sampai lima tahun untuk melihat

    harga saham kita naik dua kali lipat. Faktanya, di BEI sendiri terdapat cukup banyak

    saham yang harganya naik dua hingga tiga kali lipat hanya dalam setahun, dimana

    kenaikan tersebut memang selaras dengan kenaikan modalnya, sehingga PBV-nya pun

    tidak ikut naik melainkan tetap. Inilah saham-saham yang secara fundamental sangat

    layak untuk dikoleksi, apalagi jika PBV-nya wajar (dikisaran 2 atau maksimal 3 kali).

    Dari uraian diatas, maka kita bisa menyimpulkan bahwa DCF akan dapat

    dihitung jika kita bisa memperkirakan berapa persen kira-kira pertumbuhan modal

    perusahaan dimasa yang akan datang. Mengingat pertumbuhan modal (yang wajar)

    sepenuhnya ditopang oleh penambahan saldo laba, maka kita harus menghitung jumlah

    saldo laba yang ditambahkan tersebut. Dan karena saldo laba itu sendiri berasal dari

    perolehan laba bersih dikurangi dividen yang dibagikan kepada investor, maka kita

    harus mengetahui berapa laba bersih dan pertumbuhannya, dan berapa dividen yang

    dibayarkan setiap tahunnya. Karena pertumbuhan laba bersih juga dipengaruhi oleh

    pertumbuhan modal, maka kita harus mengetahui pertumbuhan modal.

    Dalam aplikasinya, DCF jauh lebih rumit lagi ketimbang contoh diatas. Selain

    DCF diskrit seperti yang dicontohkan diatas, ada juga DCF berkelanjutan, DCF yang

    menggunakan pendekatan FTE, APV, hingga WACC. Sekali lagi mengingat bahwa

    perhitungan DCF ini memerlukan banyak asumsi yang harus dipenuhi agar hasilnya

    akurat, maka secanggih apapun rumus DCF yang dipakai, hasilnya tetap akan menjadi

    percuma kalau asumsi-asumsi tersebut tidak terpenuhi.

    2.2 PER (Price Earning Ratio)

    Pendekatan price earning ratio ini merupakan pendekatan yang cukup populer

    dipakai di kalangan analisis saham dan praktisi saham. Menurut Manurung (2004:26),

    secara teknis PER adalah hasil bagi antara harga saham dan laba bersih per saham.

  • 7/21/2019 3. Penilaian Obligasi (Fix)

    24/29

    24

    Harga saham di pasar merupakan harga yang berlaku, sedangkan laba bersih merupakan

    laba bersih per saham proyeksi tahun berjalan.

    Selanjutnya Manurung (2004:27) mengemukakan: PER dipergunakan oleh

    berbagai pihak atau investor untuk membeli saham. Investor akan membeli suatu saham

    perusahaan dengan PER yang kecil, karena PER yang kecil menggambarkan laba bersih

    per saham yang cukup tinggi dan harga yang rendah.

    Sementara itu Subekti (2004) menjelaskan mengenai PER sebagai berikut. Misal

    bunga tabungan dan deposito adalah 20% dan 25%, meski tidak persis sama, untuk

    perbandingan dapat dikatakan PER tabungan adalah 100/20 = 5x, dan untuk deposito

    adalah 100/25 4x. Misalkan saham PT. A Tbk dengan PER 11,76x bila dinyatakandalam persentase menjadi 100/11,76 = 8,5%. Dan misalkan saham PT. B Tbk dengan

    PER 1,46x bila dinyatakan dalam persentase menjadi 100/1,46 = 68%.

    Keterangan Tabungan Deposito PT. A Tbk PT. B Tbk

    PER 5,00x 4,00x 11,76x 1,46x

    Persentase 20% 25% 8,5% 68%

    Dari Tabel diatas dapat diambil kesimpulan bahwa semakin rendah PER suatu

    saham adalah semakin baik atau murah harganya, karena memberi hasil yang lebih

    tinggi. Jadi harga saham PT. A Tbk Rp.250 misalnya, belum tentu lebih murah di

    banding PT. B Tbk yang Rp.725 per lembar, bila dipertimbangkan PER-nya.

    Menurut Halim (2005) : PER dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

    PER =P0

    Atau PER =(1 - RR)

    EPS1 (i - g)

    dimana:

    P0 = harga saham yang layak dibeli

    EPS1 = Laba per sahamLPS (earning per share) tahun mendatang

    RR = bagian dari laba yang ditahan dalam perusahaan (Retention Ratio)

    i = tingkat pengembalian yang diminta

    g = pertumbuhan dividen

    EPS =Laba bersih setelah pajak

    Jumlah lembar saham

    Dalam pendekatan PER, investor akan menghitung berapa kali nilai laba yang

    tercermin dalam harga suatu saham. PER juga mencerminkan berapa rupiahkah yangharus dibayarkan investor saham untuk memperoleh satu rupiah laba perusahaan.

  • 7/21/2019 3. Penilaian Obligasi (Fix)

    25/29

    25

    Misalkan harga per lembar saham suatu perusahaan Rp 2.000,00 sedangkan earning

    (laba) per lembar saham Rp 100,00. Maka PER dapat dihitung sebagai berikut :

    PER = Harga pasar saham per lembar / Earning per lembar saham

    = Rp 2.000,00 : Rp 100,00

    = 20 kali

    2.3 PEG (Price Earning Growth)

    PEG (Price Earning Growth) adalah PER dibagi pertumbuhan EPS (Earning per

    Share atau laba bersih per saham) dalam setahun. Saham yang bagus adalah yang

    memiliki PEG Ratio di bawah 1. PEG ini turut memproyeksikan perolehan laba bersihperusahaan di masa depan, dengan kata lain PEG ikut memperhitungkan prospek dari

    sahamnya. Jadi bisa dikatakan bahwa PEG ini adalah pengembangan dari PER.

    Contoh penggunaannya sebagai berikut :

    Pada kuartal III 2011, Astra Agro Lestari (AALI) mencatat EPS Rp1,181 per

    saham. Karena EPS tersebut adalah untuk periode 9 bulan, maka setelah

    disetahunkan hasilnya adalah 1,181 x 4 / 3 = 1,575. Sementara harga saham

    AALI di market adalah 22,600, sehingga maka PER-nya = 22,600 / 1,575 = 14.3

    kali.

    Terus, pertumbuhan laba AALI pada kuartal III 2011 adalah 51.2% dibanding

    periode yang sama tahun 2010. Sehingga PEG AALI adalah 14.3 / 51.2 = 0.28

    point. Sama seperti PER, semakin kecil PEG maka semakin murah sahamnya.

    Karena PEG ini akan menjelaskan saham mana yang lebih murah, jika kebetulan

    ada dua saham yang memiliki PER yang sama. Contohnya, tadi kan PER-nya

    AALI 14.3 kali. Katakanlah ada saham lain disektor yang sama, sebut saja

    saham A, dimana PER-nya juga sama yaitu 14.3 kali, tapi pertumbuhan labanya

    cuma 30% (tidak sampai 51.2% seperti AALI). Maka PEG saham A tersebut

    adalah 14.3 / 30 = 0.48 point, atau lebih besar dari PEG-nya AALI tadi, dengan

    kata lain lebih mahal.

    Sebenarnya, tanpa menghitung PEG-nya sekalipun kita akan langsung tahu

    bahwa AALI lebih murah dibanding saham A, kalau kita melihat bahwa

    pertumbuhan laba bersih A lebih rendah dari AALI. Namun PEG ini bisa

  • 7/21/2019 3. Penilaian Obligasi (Fix)

    26/29

    26

    dipakai jika kita akan membandingkan dua saham dengan PER berbeda.

    Misalnya, saham A mencatat PER 10 kali, sementara saham B mencatat PER 15

    kali. Maka secara sederhana tampak bahwa saham A lebih murah dari saham B

    bukan? Tapi mari kita cek sekali lagi. Ternyata, pertumbuhan laba A hanya

    20%, sehingga PEG-nya 10 / 20 = 0.50 point. Sementara pertumbuhan laba B

    mencapai 50%, sehingga PEG-nya 15 / 50 = 0.30 point, alias lebih kecil, dan itu

    berarti saham B lebih murah dari saham A.

    Maka bisa kita simpulkan bahwa, kalau dari sisi perolehan earning (laba bersih)

    perusahaan, saham A lebih murah dari saham B. Namun jika kita ikut

    mempertimbangkan pertumbuhan dari earning tersebut, maka saham B lebih

    murah dari saham A.

    Beberapa investor dan analis mengatakan bahwa PEG ini lebih powerfull

    dibanding PER ataupun PBV. Anggapan tersebut tidak keliru, karena dengan

    memperhitungan growth atau pertumbuhan dari earning, maka PEG ini turut

    memproyeksikan perolehan laba bersih perusahaan di masa depan, alias ikut

    memperhitungkan prospek dari sahamnya. Simpelnya, jika sebuah perusahaan mampumencatat kenaikan laba bersih sebesar 50% dalam setahun terakhir, maka terdapat

    ekspektasi bahwa perusahaan tersebut akan mampu mencetak laba bersih sebesar kira-

    kira 50% juga di masa depan, sehingga sahamnya tentu lebih bagus dibanding

    perusahaan sejenis, yang hanya mampu mencatat kenaikan laba bersih yang lebih kecil,

    katakanlah hanya 20%.

    Sementara PER, perhitungannya terbatas pada perolehan laba pada saat itu saja,

    dan tidak ikut memproyeksikan bagaimana kira-kira perolehan laba bersih perusahaan

    di masa depan. Jadi bisa dikatakan bahwa PER ini agak bias, karena perhitungannya

    tidak sedetail PEG. Apakah ternyata PEG ini memang lebih akurat dalam menghitung

    harga wajar sebuah saham, dibanding PER? Atau tetap saja, PEG ini hanyalah

    pengembangan dari PER, sehingga PER tetap harus didahulukan?

    Tidak ada jawaban yang pasti untuk pertanyaan diatas, dimana kalau kita

    menanyakan pertanyaan tersebut ke dua orang yang berbeda, maka jawabannya bisa

  • 7/21/2019 3. Penilaian Obligasi (Fix)

    27/29

    27

    berbeda pula. Tapi PER tetap harus didahulukan sebelum PEG. Berikut penjelasan

    sederhananya :

    Ketika sebuah perusahaan mencatat pertumbuhan laba bersih yang besar,

    katakanlah sampai 100% atau dua kali lipat, maka itu sama sekali tidak menjadi

    jaminan bahwa perusahaan tersebut akan kembali mencatat kenaikan laba bersih

    100% di tahun depan. Akan ada banyak sekali faktor yang mempengaruhi hal

    tersebut, mulai dari kondisi pasar, kondisi ekonomi, kegiatan ekspansi

    perusahaan, pertumbuhan sektor usaha dimana perusahaan menjalankan

    usahanya disitu, dan lain-lain. Intinya, terlalu 'mudah' kalau kita hanya

    berpatokan pada pertumbuhan laba bersih sebuah perusahaan di satu periode,

    untuk kemudian berharap bahwa perusahaan akan kembali mencatat

    pertumbuhan yang sama besarnya di periode berikutnya. Sementara PEG ini, dia

    hanya memperhitungkan pertumbuhan laba bersih, untuk memprediksi berapa

    kira-kira pertumbuhan laba perusahaan di masa depan.

    Jika demikian, apakah PER justru malah dianggap lebih jelek? karena PER sama

    sekali tidak memberikan 'petunujk' apapun tentang prospek pertumbuhan perusahaandimasa depan? Memang, tapi bila kita pakai ukuran yang lainnya lagi jika akan menilai

    prospek dari sebuah saham, bukan pakai PER ini. Sementara PEG ini cenderung terlalu

    menyederhanakan perhitungan dari harga sebuah saham, dimana valuasi saham dihitung

    dalam satu 'wadah' yang juga memperhitungkan prospek peningkatan kinerja

    perusahaan dimasa depan. PEG ini akan sangat berguna untuk memberi semacam

    justifikasi (pembenaran) bagi saham-saham tertentu yang meskipun PER-nya tinggi,

    namun harga saham tersebut ternyata tetap dianggap murah atau masih wajar.

    Jka Akan menghitung PEG sebaiknya gunakan rata-rata pertumbuhan laba

    dalam lima tahun terakhir untuk PEG yang lebih akurat. Yahoo Finance juga

    menggunakan rata-rata dari pertumbuhan dalam lima tahun untuk menghitung PEG

    sebuah saham. Sebab sekali lagi, pertumbuhan laba bersih dalam jangka panjang lebih

    mencerminkan konsistensi dari peningkatan kinerja sebuah perusahaan, dibanding

    pertumbuhan laba bersih dalam satu tahun saja. Sementara seperti sudah dibahas diatas,

    konsistensi lebih penting daripada besarnya persentase kenaikan laba. Kalau sebuah

    perusahaan mampu mencatat pertumbuhan yang konsisten dan juga pesat, maka

  • 7/21/2019 3. Penilaian Obligasi (Fix)

    28/29

    28

    tentunya itu lebih bagus lagi. Tapi jika diharuskan untuk memilih diantara keduanya,

    maka konsistensi tentu lebih penting.

    Hanya memang kalau kita bukanlah investor untuk jangka yang benar-benar

    panjang, maka kita bisa menggunakan pertumbuhan laba dalam setahun terakhir, untuk

    menghitung PEG sebuah saham. Sebab biasanya kenaikan sebuah saham juga

    memanfaatkan momentum dari melejitnya kinerja perusahaan yang bersangkutan.

    2.4 PBV (Price to Book Value)

    Menurut Tryfino (2009:9) Price to Book Value (PBV) adalah perhitungan atau

    perbandingan antara market value dengan book value suatu saham. Rasio ini berfungsi

    untuk melengkapi analisis book value. Jika pada analisis book value, investor hanya

    mengetahui kapasitas per lembar dari nilai saham, pada rasio PBV investor dapat

    mengetahui langsung sudah berapa kali market value suatu saham dihargai dari book

    value-nya. Sihombing (2008:95) berpendapat bahwa Price to Boook Value (PBV)

    merupakan suatu nilai yang dapat digunakan untuk membandingkan apakah sebuah

    saham lebih mahal atau lebih murah dibandingkan dengan saham lainnya. Untuk

    membandingkannya, kedua perusahaan harus dari satu kelompok usaha yang memiliki

    sifat bisnis yang sama. Sawir (2000:22) berpendapat bahwa Rasio Price to Book Value

    menggambarkan nilai pasar keuangan terhadap manajemen dan organisasi dari

    perusahaan yang sedang berjalan ( going concern). Suatu perusahaan yang berjalan baik

    dengan staf manajemen yang kuat dan organisasi yang berfungsi kurangnya sama

    dengan nilai buku aktiva fisiknya.

    PBV ini pada dasarnya hampir dengan PER. Perbedaannya, PER berfokus pada

    laba bersih yang dihasilkan perusahaan, sedangkan PBV fokus pada nilai ekuitas

    perusahaan. Konsep penggunaannya pun sama dengan PER yaitu semakin tinggi nilai

    PBV, maka semakin mahal harga sahamnya. Rumus PBV adalah sebagai berikut:

    PBV = Harga pasar saham per lembar / Nilai buku modal saham per lembar

    Misalkan nilai buku modal saham per lembar suatu perusahaan Rp 1.000,00 dan harga

    saham per lembar adalah Rp 2.500,00. Maka PBV dapat dihitung sebagai berikut :

    PBV = Harga pasar saham per lembar / Nilai buku modal saham per lembar

    = Rp 2.500 : Rp 1.000,00= 2,5

  • 7/21/2019 3. Penilaian Obligasi (Fix)

    29/29

    2.5 RESIDUAL INCOME

    Residual income mengukur kinerja operasi perusahaan (net operating profit after

    tax/NOPAT) dikurangi dengan beban atas semua hutang dan modal yang

    diinvestasikan: RI = NOPAT(k * Capital), dimana k adalah biaya modal perusahaan

    (weighted average cost of capital) dan capital adalah aktiva yang diinvestasikan dalam

    aktivitas operasi yang berkelanjutan (going concern).

    Residual income yang positif menunjukkan kelebihan laba dari yang dibutuhkan oleh

    kreditur dan pemilik modal, yang berarti merupakan wealth bagi residual claimants,

    yaitu pemegang saham. Sebaliknya, residual income yang negatif berarti penurunan

    wealth pemegang sahamResidual income diukur dengan satuan rupiah perlembar saham.

    Laba operasi = Rp. xxx

    Biaya modal (%) X aktiva operasional = Rp. xxx

    Pendapatan residu = Rp.xxx