bab 21410150096

24
7/23/2019 Bab 21410150096 http://slidepdf.com/reader/full/bab-21410150096 1/24 9 BAB II TEORI PENILAIAN DIRI (SELF ASSESSMENT) DAN PENDIDIKAN BERKARAKTER 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Penilaian Diri (  self assessment) a. Pengertian Penilaian Diri (self assessment) Menurut BPPPN Pusat Kurikulum (Depdiknas, 2010: 40) penilain diri merupakan suatu teknik penilaian di mana peserta didik diminta untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan status, proses, dan tingkat pencapaian kompetensi yang dipelajarinya dalam mata pelajaran tertentu didasarkan atas kriteria atau acuan yang telah disiapkan. Adapun menurut Kunandar (2012: 92) penilaian diri merupakan suatu teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya dalam konteks kompetensi sikap, baik sikap spiritual maupun sikap sosial. Sedangkan menurut Sudaryono ( 2012: 92 ) penilaian diri (self assessment) adalah suatu teknik penilaian dimana peserta didik diminta untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan status, proses dan tingkat pencapaian kompetensi yang dipelajarinya dalam mata pelajaran tertentu. Teknik penilaian diri dapat digunakan untuk mengukur kompetensi kognitif, afektif, dan psikomotor. 1. Penilaian kompetensi kognitif di kelas, misalnya : peserta didik diminta untuk menilai penguasaan pengetahuan dan keterampilan berpikirnya sebagai hasil belajar dari suatu mata pelajaran tertentu. Penilaian diri peserta didik didasarkan atas kriteria atau acuan yang telah disiapkan. 2. Penilaian kompetensi afektif, misalnya : peserta didik dapat diminta membuat tulisan yang memuat curahan perasaannya terhadap suatu objek tertentu. Selanjutnya, peserta didik diminta

Upload: firdawenty-meses

Post on 18-Feb-2018

238 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bab 21410150096

7/23/2019 Bab 21410150096

http://slidepdf.com/reader/full/bab-21410150096 1/24

9

BAB II

TEORI PENILAIAN DIRI (SELF ASSESSMENT) DAN PENDIDIKAN

BERKARAKTER

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Penilaian Diri ( self assessment)

a. Pengertian Penilaian Diri (self assessment)

Menurut BPPPN Pusat Kurikulum (Depdiknas, 2010: 40)

penilain diri merupakan suatu teknik penilaian di mana peserta didik 

diminta untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan status,

proses, dan tingkat pencapaian kompetensi yang dipelajarinya dalam

mata pelajaran tertentu didasarkan atas kriteria atau acuan yang telah

disiapkan.

Adapun menurut Kunandar (2012: 92) penilaian diri

merupakan suatu teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik 

untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya dalam

konteks kompetensi sikap, baik sikap spiritual maupun sikap sosial.

Sedangkan menurut Sudaryono ( 2012: 92 ) penilaian diri

(self assessment) adalah suatu teknik penilaian dimana peserta didik 

diminta untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan status, proses

dan tingkat pencapaian kompetensi yang dipelajarinya dalam mata

pelajaran tertentu. Teknik penilaian diri dapat digunakan untuk 

mengukur kompetensi kognitif, afektif, dan psikomotor.

1. Penilaian kompetensi kognitif di kelas, misalnya : peserta didik 

diminta untuk menilai penguasaan pengetahuan dan keterampilan

berpikirnya sebagai hasil belajar dari suatu mata pelajaran

tertentu. Penilaian diri peserta didik didasarkan atas kriteria atau

acuan yang telah disiapkan.

2. Penilaian kompetensi afektif, misalnya : peserta didik dapat

diminta membuat tulisan yang memuat curahan perasaannya

terhadap suatu objek tertentu. Selanjutnya, peserta didik diminta

Page 2: Bab 21410150096

7/23/2019 Bab 21410150096

http://slidepdf.com/reader/full/bab-21410150096 2/24

10

untuk melakukan penilaian berdasarkan kriteria atau acuan yang

telah disiapkan.

3. Berkaitan dengan penilaian kompetensi psikomotorik, peserta

didik dapat diminta untuk menilai kecakapan atau keterampilan

yang telah dikuasainya berdasarkan kriteria atau acuan yang telah

disiapkan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa penilaian diri (self assessment)

merupakan suatu teknik penilaian yang di dalamnya peserta didik 

mengemukakan kelemahan dan kelebihannya dalam pencapaian

kompetensi baik pada ranah kognitif, ranah afektif, maupun pada

ranah psikomotorik dan pada pene;itian kali ini peserta didik 

mengemukakan kelebihan dan kelemahannya tentang karakter

peserta didik dan ini meruoakan kompetensi pada ranah afektif.

b. Macam-macam Penilaian Diri (self assessment)

Ada beberapa jenis penilaian diri(self assessment), diantaranya:

1. Penilaian Langsung dan Spesifik, yaitu penilaian secara langsung,

pada saat atausetelah selesai melakukan tugas, untuk menilai

aspek-aspek kompetensi tertentudari suatu mata pelajaran.

2. Penilaian Tidak Langsung dan Holistik, yaitu penilaian yang

dilakukan dalam kurun waktu yang panjang untuk memberikan

penilaian secara keseluruhan.

3. Penilaian Sosio-Afektif, yaitu penilaian terhadap unsur-unsur

afektif atau emosional (Depdiknas, 2010: 41)

c. Prinsip-Prinsip Dalam Penilaian Diri (self assessment)

Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam penilaian diri

adalah:

1. Aspek-aspek yang mau dinilai oleh peserta didik melalui

penilaian diri harus jelas.

2. Menentukan dan menetapkan cara dan prosedur yang digunakan

dalam penilaian diri, misalnya dengan daftar cek atau dengan

skala.

Page 3: Bab 21410150096

7/23/2019 Bab 21410150096

http://slidepdf.com/reader/full/bab-21410150096 3/24

11

3. Menentukan bagaimana mengolah dan menentukan nilai hasil

penilaian diri oleh peserta didik.

4. Membuat kesimpulan hasil penilaian diri yang dilakukan oleh

peserta didik(Kunandar, 2013: 133).

d. Keunggulan dan kelemahan Penilaian Diri (self assessment)

Keunggulan dari penilaian diri (self assessment) adalah:

1) Guru mampu mengenal kelebihan dan kekurangan peserta didik.

2) Peserta didik mampu merefleksikan mata pelajaran yang sudah

diberikan.

3) Pernyataan yang dibuat sesuai dengan keinginan penanya.

4) Memberikan motivasi diri peserta didik dalam hal penilaian

kegiatan peserta didik.

5) Peserta didik lebih aktif dan berpartisipasi dalam proses

pembelajaran.

6) Dapat digunakan untuk acuan menyusun bahan ajar mengetahui

standar inputpeserta didik yang akan kita ajar.

7) Peserta didik dapat mengukur kemampuan dalam mengikuti

pelajaran, peserta didik dapat mengetahui ketuntasan belajarnya.

8) Melatih kemandirian peserta didik.

9) Peserta didik mengetahui bagian yang harus diperbaiki.

10) Peserta didik memahami kemampuan dirinya.

11) Guru memperoleh masukan objektif tentang daya serap peserta

didik.

12) Peserta didik belajar terbuka dengan orang lain.

13) Peserta didik mampu menilai dirinya.

14) Peserta didik dapat mencari materi sendiri.

15) Peserta didik dapat berkomunikasi dengan temannya.

Sedangkan kelemahan dari penilaian diri (self assessment)

adalah :

1) Cenderung subjektif.

2) Data mungkin ada yang pengisiannya tidak jujur.

Page 4: Bab 21410150096

7/23/2019 Bab 21410150096

http://slidepdf.com/reader/full/bab-21410150096 4/24

12

3) Dapat terjadi kemungkinan peserta didik menilai dengan skor

tinggi.

4) Membutuhkan persiapan dan alat ukur yang cermat.

5) Pada saat penilaian dapat terjadi peserta didik melaksanakan

sebaik-baiknya tetapi diluar penilaian ada peserta didik yang

tidak konsisten.

6) Hasilnya kurang akurat.

7) Kurang terbuka.

8) Mungkin peserta didik tidak memahami adanya kemampuan

yang dimiliki.

9) Peserta didik yang kurang aktif biasanya nilainya kurang

(Kunandar, 2013: 130).

2.1.2 Pendidikan Berkarakter

a. Pengertian pendidikan karakter

Dalam Undang-undang RI nomor 20 tahun 2003 tentang sistem

pendidikan nasional (2010: 15) dikelaskan bahwa pendidikan adalah

usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan

negara.

Karakter merupakan titian ilmu pengetahuan dan keterampilan.

Pengetahuan tanpa landasan kepribadian yang benar akan

menyesatkan, dan keterampilan tanpa kesadaran diri akan

menghancurkan. Karakter itu akan membentuk motivasi, yang

dibentuk dengan metode dan proses yang bermartabat. Kertajaya

dalam Ma’mur (2013: 27) mengemukakan bahwa karakter adalah

ciri khas yang dimiliki oleh suatu benda atau individu. Ciri khas

tersebut adalah asli dan mengakar pada kepribadian benda atau

Page 5: Bab 21410150096

7/23/2019 Bab 21410150096

http://slidepdf.com/reader/full/bab-21410150096 5/24

13

individu tersebut, dan merupakan mesin yang mendorong bagaimana

seseorang bertindak, bersikap, berujar, dan merespon sesuatu.

Sedangkan menurut Suyanto dalam Barnawi (2013: 21)

menyatakan bahwa karakter adalah cara berfikir dan berperilaku

yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama,

baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, maupun negara.

Individu yang berkarakter baik adalah individu yang membuat

keputusan dan siap mempertanggungjawabkan tiap akibat dari

keputusan yang ia buat.

Suyadi (2013: 5) menambahkan bahwa karakter merupakan

nilai-nilai universal perilaku manusia yang meliputi seluruh aktivitas

kehidupan, baik yang berhubungan dengan Tuhan, diri sendiri,

sesama manusia, maupun dengan lingkunngan yang terwujud dalam

pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan

norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.

Samani dan Hariyanto menambahkan (2013: 43) karakter

merupakan nilai dasar yang membangun pribadi seseorang,

terbentuk baik karena pengaruh hereditas maupun pengaruh

lingkungan, yang membedakannya dengan orang lain, serta

diwujudkan dalam sikap dan perilakunya dalam kehidupan sehari-

hari.

Dari beberapa pengertian di atas dapat diambil kesimpulan

bahwa karakter adalah ciri khas seseorang yang sudah tertanam pada

dirinya agar dapat berfikir dan bertindak dengan benar sesuai dengan

norma agama, hukum, tata krama, budaya dan adat istiadat.

Pendidikan karakter menurut Megawangi adalah sebuah usaha

untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan

bijak dan mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga

mereka dapat memberikan kontribusi yang positif kepada

lingkungannya. Sedangkan menurut Gaffar pendidikan karakter

adalah sebuah proses transformasi nilai-nilai kehidupan untuk 

Page 6: Bab 21410150096

7/23/2019 Bab 21410150096

http://slidepdf.com/reader/full/bab-21410150096 6/24

14

ditumbuhkembangkan dalam kepribadian seseorang sehingga

menjadi satu dalam perilaku kehidupan orang itu (Kesuma, 2013: 5).

Menurut Anam pendidikan karakter adalah proses internalisasi

budaya ke dalam diri seseorang dan masyarakat sehingga membuat

orang dan masyarakat beradab. Pendidikan bukan merupakan sarana

transfer ilmu pengetahuan saja, melainkan lebih luas lagi, yakni

sebagai sarana pembudayaan dan peyaluran nilai. Anak harus

mendapatkan pendidikan yang menyentuh dimensi dasar

kemanusiaan. Dimensi kemanusiaan itu mencakup sekurang-

kurangnya tiga hal paling mendasar, yaitu: 1) Afektif yang tercermin

pada kualitas keimanan, ketakwaan, akhlak mulia, termasuk budi

pekerti luhur serta kepribadian unggul, dan kompetensi estetis; 2)

Kognitif yang tercermin pada kapasitas pikir dan daya intelektualitas

untuk menggali dan mengembangkan serta menguasai ilmu

pengetahuan dan teknologi; 3) Psikomotorik yang tercermin pada

kemampuan mengembangkan keterampilan teknis, kecakapan

praktis, dan kompetensi kinestetis (Barnawi, 2013 : 24).

Sedangkan menurut Aqib (2012: 36) pendidikan karakter adalah

suatu sistem penanaman nilai-nilai perilaku (karakter) kepada warga

sekolah yang meliputi pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan

tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai, baik terhadap Tuhan Yang

Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan

sehingga menjadi insan kamil.

Pendidikan karakter adalah proses pemberian tuntutan kepada

peserta didik untuk menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter

dalam dimensi hati, pikir, raga, serta rasa dan karsa. Pendidikan

karakter dapat dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi

pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang bertujuan

mengambangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan

keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik, dan mewujudkan

Page 7: Bab 21410150096

7/23/2019 Bab 21410150096

http://slidepdf.com/reader/full/bab-21410150096 7/24

15

kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati

(Samani dan Hariyanto, 2013: 45)

Dari beberapa pengertian di atas, dapat diambil kesimpulan

bahwa pendidikan karakter adalah suatu proses pembelajaran yang

didalamnya menanamkan nilai-nilai perilaku peserta didik tentang

bagaiman ia berperilaku yang baik dan diterapkan dalam kehidupan

sehari-hari.

b. Tujuan Pendidikan Karakter

Tujuan pendidikan karakter adalah penanaman dalam diri siswa

dan pembaruan tata kehidupan bersama yang lebih menghargai

kebebasan individu. Tujuan jangka panjangnya tidak lain adalah

mendasarkan diri pada tanggapan aktif kontekstual individu ata

impuls natural sosial yang diterimanya, yang pada gilirannya

semakin mempertajam visi hidup yang akan diraih lewat proses

pembentukan diri secara terus menerus (Ma’mur, 2013: 43)

Selain itu, menurut Kesuma ( 2013: 9) bahwa tujuan pendidikan

karakter pada seting sekolah adalah sebagai berikut:

1. Menguatkan dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan yang

dianggap penting dan perlu sehingga menjadi

kepribadian/kepemilikan peserta didik yang khas sebagaimana

nilai-nilai yang dikembangkan,

2. Mengoreksi perilaku peserta didik yang tidak bersesuaian dengan

nilai-nilai yang dikembangkan oleh sekolah,

3. Membangun koneksi yang harmoni dengan keluarga dan

masyarakat dalam memerankan tanngung jawab pendidikan

karakter secara bersama.

Jadi, pada akhirnya terwujud insan yang berilmu dan

berkarakter. Karakter yang diharapkan tidak tercabut dari budaya asli

Indonesia sebagai perwujudan nasionalisme dan sarat muatan agama

(religius) (Barnawi , 2013: 29).

Page 8: Bab 21410150096

7/23/2019 Bab 21410150096

http://slidepdf.com/reader/full/bab-21410150096 8/24

16

c. Nilai-nilai Karakter

Kementrian Pendidikan Nasional (selanjutnya disebut

Kemendiknas) telah merumuskan 18 nilai karakter yang akan

ditanamkan dalam diri peserta didik sebagai upaya membangun

karakter bangsa, 18 nilai karakter tersebut adalah sebagai berikut :

1. Religius, yakni ketaatan dan kepatuhan dalam memahami dan

melaksanakan ajaran agama (aliran kepercayaan) yang dianut,

termasuk dalam hal ini adalah sikap toleran terhadap pelaksanaan

ibadah agama (aliran kepercayaan) lain, seperti hidup rukun dan

berdampingan.

2. Jujur, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan kesatuan

antara pengetahuan, perkataan dan perbuatan (mengetahui yang

benar, mengatakan yang benar dan melakukan yang benar),

sehingga menjadikan orang yang bersangkutan sebagai pribadi

yang dapat dipercaya.

3. Toleransi, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan

penghargaan terhadap perbedaan agama, aliran kepercayaan,

suku, adat, bahasa, ras, etnis, pendapat, dan hal-hal lain yang

berbeda dengan dirinya secara sadar dan terbuka, serta dapat

hidup tenang di tengah perbedaan tersebut.

4. Disiplin, yakni kebiasaan dan tindakan yang konsisten terhadap

segala bentuk peraturan atau tata tertib yang berlaku.

5. Kerja keras, yakni perilaku yang menunjukkan upaya secara

sungguh-sungguh (berjuang hingga titik darah penghabisan)

dalam menyelesaikan berbagai tugas, permasalahan, pekerjaan,

dan lain-lain dengan sebaik-baiknya.

6. Kreatif, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan inovasi

dalam berbagai segi dalam memecahkan masalah, sehingga selalu

menemukan cara-cara baru, bahkan hasil-hasil baru yang lebih

baik dari sebelumnya.

Page 9: Bab 21410150096

7/23/2019 Bab 21410150096

http://slidepdf.com/reader/full/bab-21410150096 9/24

17

7. Mandiri, yakni sikap dan perilaku yang tidak tergantung pada

orang lain dalam menyelesaikan berbagai tugas maupun

persoalan. Namun hal ini bukan berarti tidak boleh kerja sama

secara kolaoratif, melainkan tidak boleh melemparkan tugas dan

tanggung jawab kepada orang lain.

8. Demokratis, yakni sikap dan cara berfikir yang mencerminkan

persamaan hak dan kewajiban sevara adil dan merata antara

dirinya dengan orang lain.

9. Rasa ingin tahu, yakni cara berfikir, sikap dan perilaku yang

mencerminkan penasaran dan keingintahuan terhadap segala hal

yang dilihat, didengar, dan dipelajari secara lebih mendalam.

10. Semangat kebangsaan atau nasionalisme, yakni sikap dan

tindakan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di

atas kepentingan pribadi atau individu dan golongan.

11. Cinta tanah air, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan rasa

bangga, setia, peduli dan penghargaan yang tinggi terhadap

bahasa, budaya, ekonomi, politik dan sebagainya, sehingga tidak 

mudah menerima tawaran bangsa lain yang dapat megurikan

bangsa sendiri.

12. Menghargai prestasi, yakni sikap terbuka terhadap prestasi orang

lain dan mengakui kekurangan diri sendiri tanpa mengurangi

semangat berprestasi yang lebih tinggi.

13. Komunikatif, senang bersahabat atau proaktif, yakni sikap dan

tindakan terbuka terhadap orang lain melalui komunikasi yang

santun sehingga tercipta kerja sama secara kolaboratif dengan

baik.

14. Cinta damai, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan

suasana damai, aman, tenang dan nyaman atas kehadiran dirinya

dalam komunitas atau masyarakat tertentu.

15. Gemar membaca , yakni kebiasaan dengan tanpa paksaan untuk 

menyediakan waktu secara khusus guna membaca berbagai

Page 10: Bab 21410150096

7/23/2019 Bab 21410150096

http://slidepdf.com/reader/full/bab-21410150096 10/24

18

informasi, baik buku, jurnal, majalah, koran, dan sebagainya,

sehingga menimbulkan kebijakan bagi dirinya.

16. Peduli lingkungan, yakni sikap dan tindakan yang selalu

berupaya menjaga dan melestarikan lingkungan sekitar.

17. Peduli sosial, yakni sikap dan perbuatan yang mencerminkan

kepedulian terhadap orang lain maupun masyarakat yang

membutuhkannya.

18. Tanggung jawab, yakni sikap dan perilaku seseorang dalam

melaksanakan tugas dan kewajibannya, baik yang berkaitan

dengan diri sendiri, sosial masyarakat, bangsa, negara maupun

agama (Suyadi, 2013: 7-9)

Sedangkan menurut Aqib (2012: 41  – 44) bahwa nilai karakter

bibagi menjadi 5 bagian, yaitu :

1. Hubungannya dengan Tuhan

a). Religius, yaitu pikiran, perkataan, dan tindakan seseorang

yang diupayakan selalu berdasarkan pada nilai-nilai

Ketuhanan dan/atau ajaran agamanya.

2. Hubungannya dengan diri sendiri

a). Jujur, yakni perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan

dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam

perkataan, tindakan, dan pekerjaan, baik terhadap diri sendiri

maupun orang lain.

b). Bertanggung jawab, yakni sikap dan perilaku untuk 

melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagaimana yang

seharusnya dia lakukan, terhadap dirinya sendiri, masyarakat,

lingkungan (alam, sosial, dan budaya), negara dan Tuhan

YME.

c). Bergaya hidup sehat, yakni segala upaya untuk menerapkan

kebiasaan yang baik dalam menciptakan hidup yang sehat

dan menghindarkan kebiasaan buruk yang dapat mengganggu

kesehatan.

Page 11: Bab 21410150096

7/23/2019 Bab 21410150096

http://slidepdf.com/reader/full/bab-21410150096 11/24

19

d). Disiplin, yakni tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan

patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.

e). Kerja keras, yakni perilaku yang menunjukkan upaya

sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan guna

menyelesaikan tugas (belajar/pekerjaan) dengan sebaik-

baiknya.

f). Percaya diri, yakni sikap yakin akan kemampuan diri sendiri

untuk mencapai setiap keinginan dan harapannya.

g). Berjiwa wirausaha, yakni sikap dan perilaku yang mandiri,

pandai atau berbakat mengenali produk baru,

memasarkannya, serta mengatur pemodalan operasinya.

h). Berfikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif yakni berpikir dan

melakukan sesuatu secara kenyataan atau logika untuk 

menghasilkan cara baru dan termutakhir dari apa yang telah

dimiliki.

i). Mandiri, yakni sikap dan perilaku yang tidak mudah

bergantung pada orang lain dalam menyelesaikan

permasalahan.

 j). Ingin tahu, sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk 

mengetahui lebih mendalam dan meluas dari apa yang

dipelajari, dilihat, dan didengarnya.

k). Cinta ilmu, yakni cara berpikir, bersikap dan berbuat yang

menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang

tinggi terhadap pengetahuan.

3. Hubungannya dengan sesama

a). Sadar hak dan kewajiban diri dan orang lain, yakni sikap tahu

dan mengerti serta melaksanakan apa yang menjadi milik/ 

hak diri sendiri dan orang lain serta tugas/kewajiban diri

sendiri serta orang lain.

Page 12: Bab 21410150096

7/23/2019 Bab 21410150096

http://slidepdf.com/reader/full/bab-21410150096 12/24

20

b). Patuh pada aturan-aturan sosial, yakni sikap menurut dan taat

terhadap aturan-aturan berkenaan dengan masyarakat dan

kepentingan umum.

c). Menghargai karya dan prestasi orang lain, yakni sikap dan

tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan

sesuatu yang berguna bagi masyarakat, mengakui dan

menghormati keberhasilan orang lain.

d). Santun, yakni sifat yang halus dan baik hati dari sudut

pandang tat bahasa maupun tata perilakunya ke semua orang.

e). Demokratis, yakni cara berpikir, bersikap dan bertindak yang

menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.

4. Hubungannya dengan lingkungan

a). Peduli sosial dan lingkungan, yakni sikap dan tindakan yang

selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam

disekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk 

memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi juga selalu

ingin memberi bantuan bagi orang lain dan masyarakat yang

membutuhkan.

5. Nilai kebangsaan

a). Nasionalis, yakni cara berpikir, bersikap dan berbuat yang

menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang

tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya,

ekonomi, dan politik bangsanya.

b). Menghargai keberagaman, yakni sikap memberikan

respek/hormat terhadap berbagai macam hal baik yang

berbentuk fisik, sifat, adat, budaya, suku, maupun agama.

Selain dua pendapat ahli di atas, Suyadi (2013: 194-195)

menambahkan bahwa sesungguhnya strategi pembelajaran afektif 

adalah strategi pembelajaran karakter, akhlak, atau moral. Dengan

demikian ada beberapa karakter yang cocok digunakan pada strategi

pembelajaran afektif diantaranya adalah :

Page 13: Bab 21410150096

7/23/2019 Bab 21410150096

http://slidepdf.com/reader/full/bab-21410150096 13/24

21

1. Religius

2. Kejujuran

3. Tangung Jawab

4. Disiplin

5. Mandiri

Dari beberapa nilai karakter tersebut, peneliti hanya meneliti

beberapa karakter sesuai yang dikemukakan oleh Suyadi yaitu

religius, kejujuran, tanggung jawab, disiplin dan mandiri, dengan

alasan penilaian pada ranah afektif dan terbatasnya waktu penelitian

yang dilakukan oleh peneliti.

2.1.3 Penilaian Diri (Self Assessment) Berbasis Pendidikan Berkarakter

Penilaian diri merupakan suatu teknik penilaian yang di dalamnya

peserta didik mengemukakan kelemahan dan kelebihannya dalam

pencapaian kompetensi baik pada ranah kognitif, afektif, maupun

psikomotorik.

Sedangkan pendidikan berkarakter adalah suatu proses

pembelajaran yang di dalamnya menanamkan nilai-nilai perilaku

peserta didik tentang bagaimana ia berperilaku yang baik dan

diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Dari dua pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa penilaian diri

(self assessment) berbasis pendidikan berkarakter merupakan suatu

teknik penilaian berupa instrumen untuk mengetahui kelebihan dan

kekurangan peserta didik dalam menanamkan nilai-nilai karakter yang

baik meliputi aspek religius, kejujuran, kedisiplinan, tanggung jawab,

dan mandiri. Dengan adanya instrumen penilaian diri (self assessment)

berbasis pendidikan berkarakter ini diharapkan peserta didik dapat

menerapkan nilai-nilai karakter baik dalam pembelajaran matematika

maupun dalam kehidupannya sehari-hari.

Hasil belajar yang didapatkan dari pengembangan penilaian diri

(self assessment) berbasis pendidikan berkarakter ini merupakan tolok 

Page 14: Bab 21410150096

7/23/2019 Bab 21410150096

http://slidepdf.com/reader/full/bab-21410150096 14/24

22

ukur bagi guru untuk megetahui karakter para peserta didiknya

khususnya pada pembelajaran matematika.

Adapun penilaiannya menurut Kunandar (2013: 138) adalah

sebagai berikut :

1. Nilai 91 – 100 berarti amat baik atau SM (Sudah Membudaya)

2. Nilai 71 – 90 berarti baik atau MB (Mulai Berkembang)

3. Nilai 61 – 70 berarti cukup atau MT (Mulai Terlihat)

4. Nilai kurang dari 61 berarti kurang atau BT (Belum Terlihat)

2.1.4 Pengembangan Penilaian Diri (self assessment)Berbasis Pendidikan

Berkarakter

a. Pengertian penelitian dan pengembangan Penilaian Diri

(Self Assessment)berbasis pendidikan berkarakter

Penelitian pada dasarnya adalah suatu kegiatan atau proses

sistematis untuk memecahkan masalah yang dilakukan dengan

menerapkan metode ilmiah (Emzir, 2010: 3). Jenis penelitian

berdasarkan tujuan penelitian yaitu penelitian dan pengembangan.

Metode penelitian dan pengembangan atau dalam bahasa inggrisnya

 Research and Development  adalah metode penelitian yang

digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji

keefektifan produk tersebut (Sugiyono, 2010: 407).

Penelitian dan pengembangan adalah suatu proses atau langkah-

langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau

menyempurnakan produk yang telah ada, yang dapat

dipertanggungjawabkan (Sukmadinata, 2009:164).

Penelitian dan pengembangan merupakan salah satu jenis

penelitian pragmatik yang menawarkan suatu cara untuk menguji

teori dan memvalidasi praktik yang terus menerus dilakukan secara

esensial melalui tradisi yang tidak menantang, dan juga merupakan

suatu cara untuk mendapatkan prosedur-prosedur, teknik-teknik dan

peralatan-peralatan baru, yang didasarkan pada suatu analisis

metodik tentang kasus-kasus spesifik (Emzir, 2010: 164).

Page 15: Bab 21410150096

7/23/2019 Bab 21410150096

http://slidepdf.com/reader/full/bab-21410150096 15/24

23

Jadi dapat disimpulkan bahwa penelitian dan pengembangan

adalah suatu metode yang digunakan untuk menghasilkan suatu

produk yang baru atau pun menyempurnakan produk yang sudah ada

sehingga terdapat inovasi baru dalam suatu penelitian.

Pada penelitian yang akan dikembangkan ini tentang penilaian

diri (self assessment) yang mana produk yang akan dihasilkan adalah

sebuah instrumen penilaian diri (self assessment) berbasis

pendidikan berkarakter yang meliputi aspek religius, kejujuran,

disiplin, tanggung jawab dan mandiri.

b. Pentingnya penelitian dan pengembangan penilaian diri

(self assessment) berbasis pendidikan berkarakter

Dalam bidang pendidikan tujuan utama penelitian dan

pengembangan bukan untuk merumuskan atau menguji teori, tetapi

untuk mengembangkan produk-produk yang efektif untuk digunakan

di sekolah-sekolah. Produk yang dihasilkan oleh penelitian dan

pengembangan mencakup: materi pelatihan guru, materi ajar,

seperangkat tujuan perilaku, materi media, dan sistem-sistem

managemen. Penelitian dan pengembangan secara umum berlaku

secara luas pada istilah-istilah tujuan, personal, dan waktu sebagai

pelengkap. Produk-produk dikembangkan untuk mengetahui

kebutuhan-kebutuhan tertentu dengan spesifikasi yang detail. Ketika

menyelesaikan, produk dites di lapangan dan direvisi sampai suatu

tingkat efektivitas awal tertentu dicapai. Walaupun siklus penelitian

dan pengembangan sesuatu yang mahal, tetapi menghasilkan produk 

berkualitas yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan dalam

bidang pendidikan (Gay, Mils dan Airasian,2009:18 dalam Emzir,

2010: 263).

Penelitian dan pengembangan merupakan metode penghubung

atau pengutus kesenjangan antara penelitian dasar dengan penelitian

terapan. Sering dihadapi adanya kesenjangan antara hasil-hasil

penelitian dasar yang bersifat teoritis dengan penelitian terapan yang

Page 16: Bab 21410150096

7/23/2019 Bab 21410150096

http://slidepdf.com/reader/full/bab-21410150096 16/24

24

bersifat praktis. Kesenjangan ini dapat dihilangkan atau

disambungkan dengan penelitian dan pengembangan

(Sukmadinata,2009: 166).

Berdasarkan dua pendapat di atas, maka pentingnya penelitian

dan pengembangan penilaian diri (self assessment) berbasis

pendidikan berkarakter adalah untuk melengkapi teknik penilaian

yang sudah ada yaitu penilaian diri (self assessment). Namun dalam

penelitian dan pengembangan instrumen ini ada inovasi yakni berupa

sebuah isntrumen yang meliputi aspek religius, kejujuran, disiplin,

tanggung jawab dan mandiri. Selain itu pengembangan instrumen ini

dianggap penting karena dengan instrumen ini pendidik/guru dapat

mengetahui karakter-karakter yang ada pada peserta didik.

c. Langkah-langkah Menyusun Instrumen Penilaian Diri

(self assessment)berbasis pendidikan berkarakter

Langkah-langkah penyusunan dalam pengembangan instrumen

penilaian diri (self assessment) menurut Kunandar adalah sebagai

berikut:

1. Menentukan kompetensi atau aspek kemampuan yang akan

dinilai,

2. Menentukan kriteria penilaian yang akan digunakan,

3. Merumuskan format penilaian, dapat berupa pedoman penskoran,

daftar tanda cek, atau skala penilaian,

4. Meminta peserta didik untuk melakukan penilaian diri,

5. Peneliti atau guru mengkaji hasil penilaian untuk mendorong

peserta didik supaya senantiasa melakukan penilaian diri secara

secara cermat dan objektif,

6. Penyampaian umpan balik kepada peserta didik berdasarkan hasil

kajian terhadap penilaian diri,

7. Membuat kesimpulan terhadap hasil penilaian dengan

menggunakan penilaian diri berkaitan dengan pencapaian

kompetensi sikap spiritual dan sosial dari peserta didik,

Page 17: Bab 21410150096

7/23/2019 Bab 21410150096

http://slidepdf.com/reader/full/bab-21410150096 17/24

25

8. Melakukan tindak lanjut dengan mengacu pada hasil penilaian

melalui penilaian diri (Kunandar, 2013: 134).

Selain itu Sudaryono (2012: 93) menjelaskan langkah-langkah

penilaian diri (self assessment) yaitu sebagai berikut :

1. Menentukan kompetisi atau aspek kemampuan yang akan dinilai,

2. Menentukan kriteria yang akan digunakan,

3. Merumuskan format penilaian, dapat berupa pedoman

penskoran, daftar tanda cek, atau skala penilaian

4. Meminta peserta didik untuk melakukan penilaian diri,

5. Guru mengkaji sampel hasil penilaian secara acak, untuk 

mendorong peserta didik supaya senantiasa melakukan penilaian

diri secara cermat dan objektif.

2.1.5 Hasil Belajar Matematika

Menurut Witherington (dalam Sukmadinata, 2007: 155) belajar

merupakan perubahan dalam kepribadian yang dimanifestasikan

sebagai pola-pola respon yang baru berbentuk keterampilan, sikap,

kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan. Sedangkan menurut Hamdani

(2011: 21) belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan

dengan serangkaian kegiatan.

Berdasarkan dua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar

adalah perubahan tingkah laku baik berbentuk keterampilan, sikaap,

kebiasaan, pengetahuan maupun kecakapan yang melalui serangkaian

kegiatan dalam setiap jenjang pendidikan.

Akhir dari proses pembelajaran tentunya untuk memperoleh

perubahan dari setiap individu. Perubahan tersebut merupakan hasil

yang didapat dari proses pembelajaran. Menurut Dimyati dan Mujiono

(2002: 250) hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental

yang lebih baik bila dibandingkan saat sebelum belajar. Dalam teori

taksonomi Benjamin S. Bloom, sebagaimana yang dikutip oleh Nashar

Page 18: Bab 21410150096

7/23/2019 Bab 21410150096

http://slidepdf.com/reader/full/bab-21410150096 18/24

26

(2004: 79) hasil belajar dapat dicapai melalui tiga kategori ranah antara

lain adalah ranah kognitif, afektif dan psikomotor.

1. Ranah kognitif, berkaitan dengan hasil belajar intelektual yang

terbagi kedalam enam aspek antara lain aspek pengetahuan,

pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian.

2. Ranah afektif, berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif terdiri

dari lima kemampuan yaitu menerima, menjawab, menilai,

organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai.

3. Ranah psikokotor, meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-

benda dan koordinasi dalam mengamati.

Hasil belajar merupakan manifestasi setelah ia melakukan proses

pembelajaran, hasil belajar merupakan perubahan kearah yang lebih

positif. Berbeda dengan Bloom, Gagne membagi hasil belajar kedalam

lima ranah, yaitu :

1. Keterampilan intelektual, dengan tahapan-tahapan :mengenal objek 

konkrit, mengenal sifat-sifat objek konkrit, memahami konsep yang

terdefinisi (definisi aturan, rumus, hukum, dalil, prinsip),

kemampuan menggunakan aturan(rumus, hukum, dalil, prinsip),

kemampuan memecahkan masalah dengan menggunakan berbagai

aturan.

2. Strategi kognitif seperti kemampuan, memilih dan mengubah cara-

cara memberikan perhatian, belajar, mengingat dan berfikir.

3. Informasi verbal, seperti kemampuan menyimpan nama atau lebel,

fakta, pengetahuan dalam ingatan.

4. Keterampilan motorik, seperti kemampuan melakukan kegiatan-

kegiatan fisik.

5. Sikap, seperti kemampuan menampilkan perilaku yang mengandung

nilai-nilai.(Nurhayati, 2010: 24 )

Sedangkan menurut Kunandar (2013: 62) hasil belajar adalah

kompetensi atau kemampuan tertentu, baik kognitif, afektif, maupun

psikomotorik yang dicapai atau dikuasai peserta didik setelah mengikuti

Page 19: Bab 21410150096

7/23/2019 Bab 21410150096

http://slidepdf.com/reader/full/bab-21410150096 19/24

27

proses belajar mengajar. Hamalik (dalam Kunandar) menjelaskan

bahwa hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-

pengertian dan sikap-sikap serta kemampuan peserta didik. Lebih lanjut

Sudjana berpendapat bahwa hasil belajar adalah kemampuan-

kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah menerima pengalaman

belajarnya.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar

adalah suatu manifestasi setelah melakukan proses pembelajaran,

dikatakan pula bahwa hasil belajar mampu membentuk pribadi

pebelajar baik dalam cara berfikir maupun dalam perkembangan

mentalnya.

Matematika adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang harus

dipelajari oleh seluruh siswa di setiap jenjang pendidikannya. Menurut

Reys, dkk., yang dikutip oleh Jannah (2011: 25) matematika diartikan

sebagai analisis suatu pola dan hubungannya, suatu jalan atau pola

pikir, suatu seni, suatu bahasa, dan suatu alat. Berdasarkan pendapat di

atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa matematika adalah bahasa

simbolis-simbolis dengan penggunaan bernalar deduktif.

Dari semua pengertian yang telah diuraikan tentang belajar, hasil

belajar, dan matematika, kita dapat manarik kesimpulan bahwa hasil

belajar matematika adalah hasil akhir dari suatu proses yang telah

melakukan perubahan yangmampu membentuk pribadi pebelajar baik 

dalam cara berfikir maupun dalam perkembangan mentalnya dalam

pembelajaran matematika.

2.2 Penelitian yang Relevan

Ada beberapa penelitian yang menjadi sumber bacaan dan sumber

inspirasi penulis dalam melakukan penelitian dan pengembangan instrumen

penilaian diri (self assessment) berbasis pendidikan berkarakter pada

pembelajaran matematika di MTs N Cisaat Sumber ini. Penelitian-penelitian

tersbut merupakan penelitian dan pengembangan instrumen penilaian hasil

Page 20: Bab 21410150096

7/23/2019 Bab 21410150096

http://slidepdf.com/reader/full/bab-21410150096 20/24

28

belajar siswa. Walaupun tidak pada bidang yang sama dengan yang penulis

teliti dan kembangkan, yaitu tentang pengembangan instrumen penilaian diri

(self assessment) berbasis pendidikan berkarakter pada pembelajaran

matematika, namun penulis merasa penelitian tersebut relevan dengan

penelitian dan pengembangan ini. Penelitian-penelitian tersebut adalah :

1. Penelitian yang berjudul “Pengembangan Penilaian Berbasis Kelas Untuk 

mengukur Keterampilan berpikir Kritis Siswa pada Pembelajaran Reaksi

Reduksi dan Oksidasi” yang disusun oleh Fusti Yunita pada tahun 2011.

Metode yang digunakan adalah Research and Development (R & D) yang

terdiri dari tahapan identifikasi silabus, analisis kajian literatuf dan jenis

instrumen, perancangan instrumen, validasi dan revisi instrumen, uji coba

intrumen dan revisi produk.

Perbedaan penelitian di atas dengan penelitian yang akan dilakukan

terletak pada penilaian yang dikembangkannya. Pada penelitian di atas

penilaian yang dikembangkan adalah penilaian berbasis kelas. Sedangkan

pada penelitian yang akan dilakukan yaitu pengembangan instrumen

penilaian diri (self assessment). Selain itu perbedaannya pada

pembelajarannya. Pada penenlitian di atas, pengembangan dilakukan pada

pembelajaran kimia dengan pokok bahasan reaksi reduksi dan oksidasi,

sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan penulis yaitu pada

pembelajaran matematika. Perbedaan lainnya adalah apabila pada

penelitian di atas menggunakan identifikasi silabus, RPP dan perangkat

lainnya, sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti tidak 

ada identifikasi silabus dan RPP melainkan observasi tentang karakter

peserta didik.

Persamaan penelitian di atas dengan penelitian yang akan penulis

lakukan yaitu terletak pada metode yang digunakannya yaitu  Research and 

 Development (R & D).

2. Penelitian yang berjudul “Pengembangan asesmen diri siswa (student 

self assessment) sebagai model penilaian dan pengembangan karakter”

yang disusun oleh Mohammad Imam Farisi pada tahun 2012. Metode

Page 21: Bab 21410150096

7/23/2019 Bab 21410150096

http://slidepdf.com/reader/full/bab-21410150096 21/24

29

yang digunakan adalah  Research and Development (R & D) yang terdiri

dari tahapan identifikasi silabus, analisi kajian literatur dan jenis

instrumen, perancangan instrumen, validasi dan revisi instrumen, uji coba

intrumen dan revisi produk.

Perbedaan antara penelitian yang dilakukan oleh Mohammad Imam

Farisi dengan peneliti adalah apabila dalam penelitian di atas asesmen diri

siswa merupakan model penilaian, sedangkan dalam penelitian yang akan

dilakukan oleh peneliti pengembangan penilaian diri (self assessment)

merupakan salah satu teknik penilaian. Dan juga pada penelitian di atas

cakupannya lebih luas sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan

lebih khusus pada pembelajaran matematika, selain itu pada penelitian

yang akan dilakukan tidak menggunakan analisis silabus. Selain itu

analisis yang dilakukan pada penelitian di atas menggunakan analisis

anatasi bibliografis.

Persamaan penelitian di atas dengan penelitian yang akan dilakukan

oleh peneliti terletak pada pengembangan asesmen diri siswa dan juga

sama-sama mengembangkan karakter siswa.

3. Penelitian yang berjudul “Efektivitas Penilaian Diri dan Teman Sejawat

Untuk Penilaian Formatif dan Sumatif pada Pembelajaran Mata Kuliah

Analisis kompleks” yang di susun oleh Kartono pada tahun 2011.

Perbedaan penelitian di atas dengan penelitian yang akan dilakukan

yaitu pada penelitian di atas ada 2 teknik penilaian yaitu penilaian diri dan

teman sejawat. Sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan hanya ada

satu teknik penilian yaitu penilaian diri (self assessment). Selain itu

perbedaan lainnya adalah pada penelitian di atas yang diteliti yaitu

efektivitas dari penilaia diri dan teman sejawat. Sedangkan pada penelitian

yang akan dilakukan adalah pengembangan instrumen penilaian diri (self 

assessment).

Persamaan penelitian di atas dengan penelitian yang akan dilakukan

yaitu sama-sama tentang penilaian diri. Pada penenlitian yang akan

Page 22: Bab 21410150096

7/23/2019 Bab 21410150096

http://slidepdf.com/reader/full/bab-21410150096 22/24

30

dilakukan oleh peneliti pun tentang pengembangan instrumen penilaian

diri (self assessment).

Dari ketiga penelitian yang berupa skripsi di atas merupakan

penelitian yang berbeda dengan penelitian yang akan dilakukan oleh

peneliti. Adapun jika peneliti mengutip dari salah satu penelitian di atas

telah dicantumkan sesuai ketentuan atau pedoman karya tulis ilmiah.

2.3 Kerangka Berfikir

Seorang guru memang sudah seharusnya memberikan penilaian kepada

para peserta didiknya sebagai bentuk angka dari hasil belajar yang selama ini

diikuti. Penilaian seorang guru kepada peserta didiknya dapat dilakukan

dengan banyak cara. Penilaian diri (self assessment) merupakan salah satu

teknik penilaian yang dapat dilakukan oleh guru. Pada penilaian diri (self 

assessment) berbasis pendidikan berkarakter siswa diminta untuk dapat

menilai dirinya sendiri mengenai religius, kedisiplinan, kejujuran, tanggung

 jawab dan mandiri pada pembelajaran matematika.

Pendidikan berkarakter merupakan modal dasar siswa untuk memiliki

budi pekerti yang baik. Pendidikan berbasis karakter dapat menanamkan sifat

yang memang seharusnya dimiliki setiap siswa sebagai bekal di kemudian

hari. Pendidikan karakter mempunyai manfaat yang sangat besar bagi peserta

didik.Peserta didik yang telah memiliki modal dasar tentunya tidak akan

terpengaruh dengan perubahan jaman yang terus berganti, karena telah

memiliki modal atau pondasi yang kuat.

Proses pembelajaran matematika yang berbasis pendidikan berkarakter

sangat membantu untuk dapat menanamkan nilai karakter pada peserta didik.

Dengan adanya proses pembelajaran matematika yang berbasis pendidikan

berkarakter maka diperlukan adanya teknik untuk dapat menilai dan

mengukur karakter pserta didik.

Instrumen penilaian diri (self assessment) berbasis pendidikan

berkarakter dapat digunakan untuk menilai kemampuan siswa untuk menilai

karakter siswa. Pengembangan instrumen penilaian diri (self assessment)

Page 23: Bab 21410150096

7/23/2019 Bab 21410150096

http://slidepdf.com/reader/full/bab-21410150096 23/24

31

berbasis pendidikan berkarakter ini dilakukan agar peserta didik dapat menilai

kemampuan dirinya sendiri dan mengalami perubahan dalam belajar seperti

adanya rasa ingin tahu untuk dapat lebih memahami pembelajaran, khususnya

pelajaran matemematika. Selain itu, diharapkan juga peserta didik dapat

memiliki karakter-karakter lainnya yang sudah seharusnya ada pada diri

peserta didik. Dengan memiliki karakter yang baik diharapkan juga

mendapatkan hasil belajar yang baik.

Akhir-akhir ini peserta didik sudah banyak mengalami perubahan.

Contoh kecilnya, dalam diri peserta didik kurang adanya kejujuran dalam

menyelesaiakan soal, peserta didik tidak percaya dengan kemampuan yang

dimilikinya yang akhirnya dia lebih mengandalkan orang lain daripada

dirinya sendiri. Jika pada diri peserta didik telah tertanam karakter yang baik 

mungkin hal ini tidak akan terjadi pada diri peserta didik.

Selain itu, pengembangan instrumen penilaian diri (self assessment)

diharapkan dapat membantu guru dalam memberikan penilaian dan

mengetahui karakter para peserta didiknya. Karena sesungguhnya seorang

guru bukan hanya memberkan materi kepada peserta didiknya namun juga

mendidik para peserta didiknya agar menjadi lebih baik.

Pengembangan instrumen penilaian diri (self assessment) berbasis

pendidikan berkarakter pada pembelajaran matematika di MTs N Cisaat

Sumber dilakukan untuk dapat menilai diri para peserta didik dalam

mengetahui kelebihan dan kelemahan terhadap karakter yang ada di dalam

instrumen penilaian diri (self assessment) yaitu rasa ingin tahu, kedisiplinan

dan kejujuran pada pembelajaran matematika. Pembelajaran matematika yang

biasanya hanya menilai ranah kognitif saja, namun kali ini dengan adanya

pengembangan instrumen penilaian diri (self assessment) berbasis pendidikan

berkarakter pada pembelajaran dapat menilai ranah afektifnya juga.

Dengan adanya pengembangan instrument penilaian diri (self 

assessment) diharapkan dapat membantu guru dalam penilaian berbasis kelas

yang bertujuan untuk mengoptimalisasikan proses pembelajaran dan hasil

Page 24: Bab 21410150096

7/23/2019 Bab 21410150096

http://slidepdf.com/reader/full/bab-21410150096 24/24

32

belajar siswa. Selain itu juga diharapkan menimbulkan karakter-karakter

siswa yang baik.

Gambar 2.1

Skema kerangka pemikiran penelitian pengembangan

Karakter-karakter pada peserta didik 

yaitu religius, jujur, disiplin,

tanggung jawab dan mandiri

Hasil belajar peseta didik 

pada ranah afektif 

Pembelajaran

Berkarakter

Pengembangan instrumen penilaian diri

(self assessment) berbasis pendidikan

berkarakter pada pembelajaran matematika.

Ranah Afektif