3. isi (bab i-bab v)

Upload: radenz-dwiyanz-syahreza

Post on 27-Feb-2018

247 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/25/2019 3. Isi (Bab I-bab v)

    1/78

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. LATAR BELAKANG MASALAH

    Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang kaya akan kebudayaan.

    Hampir setiap daerah di seluruh Indonesia memiliki adat, bahasa dan

    kebiasaan masing-masing, beberapa di antaranya sangat terkenal di kancah

    nasional maupun internasional. Hal ini menjadi daya tarik tersendiri bagi

    warga negara lain untuk berkunjung ke Indonesia. Bahkan tidak sedikit dari

    mereka yang akhirnya bermigrasi dan menetap di Indonesia.

    Warga negara lain yang masuk ke Indonesia membawa unsur-unsur

    kebudayaan mereka sehingga menimbulkan terjadinya proses difusi.

    Salah satu bentuk difusi adalah penyebaran unsus-unsur kebudayaan dari

    satu tempat ke tempat lain di muka bumi yang dibawa oleh kelompok-

    kelompok yang bermigrasi (Koentjaraningrat, 2009: 244).

    Proses inilah yang juga sedang terjadi di Indonesia. Namun, difusi bukan

    menjadi salah satu penyebab terjadinya akulturasi budaya di Indonesia,

    melainkan juga disebabkan oleh pengaruh media. Media seakan telah

    membuat warga Indonesia tidak perlu ke luar negeri untuk menjadi bagian dari

    suatu negara. Kapan dan di mana saja manusia bisa berkunjung ke negara lain

    melalui jendela media. Ketika mereka telah terbiasa melakukan hal tersebut

    maka secara perlahan mereka dapat saja mengikuti kebudayaan yang sering

    mereka tengok, seperti bahasa dan penampilan.

  • 7/25/2019 3. Isi (Bab I-bab v)

    2/78

    2

    Kebudayaan merupakan keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil

    karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik dari

    manusia dengan belajar (Koentjaraningrat, 2009:180).

    Pengertian di atas menjelaskan bahwa kebudayaan merupakan hasil

    karya manusia yang diciptakan melalui proses belajar. Jadi kebudayaan tidak

    tercipta begitu saja melainkan sengaja diciptakan oleh manusia. Oleh karena

    itu, meskipun banyak pengaruh yang masuk ke Indonesia dan berdampak

    terhadap kebudayaannya, namun kebudayaan yang telah ada tidak akan hilang

    begitu saja. Akan tetapi, kebudayaan tersebut dapat berubah dan mengalami

    akulturasi dengan kebudayaan lain. Itulah sebabnya kebudayaan dianggap

    sebagai sesuatu yang dinamis.

    Kebudayaan di mana-mana adalah hasil dari percampuran (hibridisasi)

    dan kompleksitas permainan di antara fenomena global dan lokal (Judith

    Schlehe, 2006: 4).

    Salah satu kebudayaan di Indonesia yang masih bertahan hingga saat ini

    adalah tradisi peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Meskipun dari tahun

    ke tahun tradisi ini telah mengalami sedikit pergeseran seiring dengan

    perkembangan zaman, namun tradisi ini tetap dirayakan rutin tiap tahunnya

    oleh sebagian besar umat muslim di tanah air.

    Salah satu bukti betapa pentingnya perayaan maulid ini adalah dengan

    menjadikan tanggal lahir Nabi Muhammad ini sebagai salah satu hari besar

    dan tentu saja merupakan hari libur dalam kalender nasional di beberapa

    negara yang penduduknya mayoritas Muslim, termasuk Indonesia.

  • 7/25/2019 3. Isi (Bab I-bab v)

    3/78

    3

    Tradisi maulid mulai diperkenalkan pada tahun 909-117 M oleh seorang

    penguasa Dinasti Fatimiyah. Sejak kemunculannya, tradisi maulid sudah

    banyak menimbulkan kontroversi di kalangan ulama dan juga pemuka agama.

    Pada saat itu maulid masih dalam taraf ujicoba. Banyak yang menilai bahwa

    tradisi ini tidak lebih dari sebuah kegiatan pemborosan dan menyimpang dari

    ajaran Rasulullah SAW. Sebagian berpendapat bahwa tradisi maulid tidak

    diperintahkan dalam al-Quran dan tidak pula dicontohkan oleh Rasulullah.

    Sumber lain menyebutkan bahwa perayaan Maulid Nabi pertama kali

    dilakukan oleh Abu Said al-Qakburi, seorang gubernur Irbil, di Irak pada masa

    pemerintahan Sultan Salahuddin Al-Ayyubi (1138-1193). Pada awalnya

    bertujuan untuk membangkitkan kecintaan kepada Nabi Muhammad SAW,

    serta meningkatkan semangat juang kaum muslimin saat itu, yang sedang

    terlibat dalam Perang Salib melawan pasukan Kristen Eropa dalam upaya

    memperebutkan kota Yerussalem dan sekitarnya.

    Di Indonesia, perdebatan mengenai peringatan maulid juga berlangsung

    cukup sengit di era sebelum tahun 1970-an. Walaupun perdebatan serupa

    sekarang resonansinya sudah tidak nyaring lagi, namun perdebatan tersebut

    sesekali muncul dalam saat-saat tertentu dan tentu dalam skala yang sangat

    kecil dan materi yang berbeda. Dari kalangan pesantren pernah mencoba

    meluruskan tradisi ini dengan mengarahkannya ke tradisi membaca tiga kitab

    maulid, yaitu al-Barzanji, al-Diba'i, dan al-Burdah. Namun tetap saja tradisi

    ini dianggap suatu perbuatan tercela oleh mereka yang menolak peringatan

    maulid.

  • 7/25/2019 3. Isi (Bab I-bab v)

    4/78

    4

    Meskipun tradisi ini mendapat kecaman dari beberapa pihak, namun

    entah bagaimana caranya tradisi ini seakan telah menjadi ritual wajib tiap

    tahunnya.

    Bentuk perayaan maulid di tanah air berbeda-beda di tiap daerah. Di

    Banten, ribuan orang mendatangi kompleks Masjid Agung Banten yang

    terletak 10 Km ke arah utara dari pusat Kota Serang. Mereka berziarah ke

    makam para sultan, antara lain Sultan Hasanuddin, secara bergiliran. Sebagian

    di antaranya berendam di kolam masjid itu, konon katanya, untuk mendapat

    berkah. Ada di antara mereka yang sengaja mengambil air kolam tersebut

    untuk dibawa pulang sebagai obat.

    Di Cirebon lain lagi, pada tanggal 11-12 Rabiul Awal banyak orang

    Islam datang ke makam Sunan Gunung Jati, salah seorang dari wali sanga,

    penyebar agama Islam di kawasan Jawa Barat dan Banten. Biasanya di

    Keraton Kasepuhan diselenggarakan upacara Panjang Jimat, yakni

    memandikan pusaka-pusaka keraton peninggalan Sunan Gunung Jati. Banyak

    orang berebut untuk memperoleh air bekas cucian tersebut, karena dipercaya

    akan membawa keberuntungan.

    Di daerah Jogjakarta tradisi muludan (Maulid) dilakukan dengan

    kegiatan tradisi budaya Sekatenan. Sekaten merupakan upacara pendahuluan

    dari peringatan hari kelahiran Nabi Besar Muhammad SAW. Kata Sekaten

    secara turun temurun merupakan bentuk transformasi kalimat Syahadat.

    Syahadat yang banyak diucapkan sebagai Syahadatain ini kemudian menyatu

    dengan bahasa lokal khususnya kultur dan sastra Jawa sehingga menjadi

  • 7/25/2019 3. Isi (Bab I-bab v)

    5/78

    5

    Syakatain dan pada akhirnya bertransformasi menjadi istilah Sekaten hingga

    sekarang. Sekaten diselenggarakan pada tanggal 5 hingga tanggal 12 dari

    bulan mulud atau bulan ke tiga dari penanggalan Jawa. Tradisi Sekatenan

    biasanya dilakukan di Keraton Jogjakarta dan Keraton Surakarta.

    Cikoang adalah salah satu daerah di Kabupaten Takalar, Sulawesi

    Selatan yang juga masih melaksanakan peringatan maulid dengan nilai-nilai

    budaya yang masih cukup kental. Perayaan maulidnya dikenal dengan nama

    Maudu Lompoa. Sama halnya seperti perayaan-perayaan maulid yang lain,

    Maudu Lompoa juga mendapat banyak kecaman dari berbagai pihak,

    khususnya kalangan ulama. Namun hingga saat ini Maudu Lompoa tetap bisa

    berlangsung setiap tahunnya dengan tetap mempertahankan budaya yang

    diwariskan nenek moyang mereka.

    Maudu Lompoa jika diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia, maka

    artinya adalah Maulid Besar atau Maulid yang Besar. Sesuai dengan namanya,

    upacara adat ini memang dilaksanakan secara besar-besaran dan digelar di luar

    ruangan (outdoor), tepatnya di sungai. Acara ini khas dengan perahu, layar

    berwarna-warni, serta makanan yang melimpah ruah di dalam perahu tersebut.

    Hal inilah yang membuat kalangan-kalangan tertentu mempertanyakan

    manfaat dari upacara ini, apalagi yang mengatasnamakan Nabi Muhammad

    SAW dan dilakukan dengan cara yang sangat mewah dan terkesan boros.

    Masyarakat Cikoang, seakan tidak peduli dengan intervensi-intervensi

    tersebut dan tetap melaksanakan tradisi ini. Mereka bahkan pernah

  • 7/25/2019 3. Isi (Bab I-bab v)

    6/78

    6

    melaksanakannya secara sembunyi-sembunyi demi kelancaran ritual mereka

    tanpa adanya intervensi dari luar.

    Hal menarik lain dari tradisi maulid di Cikoang ini adalah tradisi

    mudiknya yang menyerupai tradisi mudik lebaran. Warga Cikoang yang

    berada di luar daerah, baik karena menikah dengan orang luar ataupun karena

    sedang dalam perantauan akan menyempatkan datang pada hari besar itu.

    Tidak peduli berapa jauh jarak yang harus ditempuh dan berapa banyak uang

    yang harus mereka keluarkan.

    Ada juga masyarakat yang meskipun bukan merupakan warga Cikoang

    tetap datang untuk menghadiri ritual maulid ini. Mereka datang bukan hanya

    sebagai pengunjung wisata tetapi juga ikut dalam ritualnya. Mereka bahkan

    menyewa rumah warga selama berada di sana.

    Tentunya ada pesan yang ingin disampaikan oleh sang pendiri kepada

    seluruh generasi penerusnya, yang dalam hal ini dikomunikasikan melalui

    sebuah ritual yang dinamakan Maudu Lompoa. Di samping itu, melalui data

    yang penulis peroleh dari warga setempat ataupun pelaksana Maudu Lompoa,

    pengunjung acara ini selalu meningkat dari tahun ke tahun, baik oleh turis

    domestik maupun turis mancanegara.

    Hal inilah yang membuat penulis penasaran dan ingin mengetahui apa

    makna di balik ritual Maudu Lompoa sehingga masyarakat Cikoang begitu

    tekun melaksanakannya. Oleh karena itu penulis merasa perlu mengakajinya

    dalam skripsi dengan judul:

    MaknaSimbolik Ritual Maudu Lompoa di Kabupaten Takalar

  • 7/25/2019 3. Isi (Bab I-bab v)

    7/78

    7

    B. RUMUSAN MASALAH

    Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka penulis

    telah menentukan beberapa rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu:

    1. Bagaimana sejarah tradisi Maudu Lompoa di Cikoang, Kabupaten

    Takalar?

    2. Bagaimana rangkaian prosesi serta makna yang terkandung di dalam

    ritual Maudu Lompoa di Cikoang, Kabupaten Takalar?

    C. TUJUAN DAN KEGUNAAN PENELITIAN

    1.

    Tujuan Penelitian

    Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dilaksanakannya

    penelitian ini adalah:

    a.

    Untuk mengetahui sejarah terbentuknya tradisi Maudu Lompoa

    di Cikoang, Kabupaten Takalar.

    b. Untuk mengetahui rangkaian prosesi dan makna yang terkandung

    di dalam ritual Maudu Lompoa di Cikoang, Kabupaten Takalar.

    2. Kegunaan Penelitian

    Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

    a. Secara akademis, hasil penelitian ini diharapkan dapat

    memperkaya kajian-kajian teoretis dalam rangka pengembangan

    Ilmu Komunikasi serta dapat menjadi bahan rujukan bagi

    mahasiswa yang ingin mengadakan penelitian lebih lanjut

    mengenai hal ini.

  • 7/25/2019 3. Isi (Bab I-bab v)

    8/78

    8

    b.

    Secara praktis, melalui penelitian ini diharapkan masyarakat,

    khususnya para pengunjung, dapat memahami bahwa dibalik

    ritual-ritual yang dilaksanakan oleh masyarakat Cikoang dalam

    Maudu Lompoa ternyata memiliki makna tertentu, baik tersirat

    maupun tersurat.

    D. KERANGKA KONSEPTUAL

    Komunikasi dan kebudayaan adalah dua hal yang saling terkait satu

    sama lain dan sangat penting untuk dipahami. Melalui komunikasi, manusia

    bisa menciptakan kebudayaan. Seperti yang diungkapkan oleh ilmuan

    antropologi bahwa kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan

    dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan

    milik dari manusia dengan belajar. Dalam teori komunikasi telah dikatakan

    bahwa we can not not communicate yang berarti kita tidak dapat tidak

    berkomunikasi. Jadi komunikasi dapat dilakukan kapan saja, baik disadari

    ataupun tidak. Jadi jelaslah bahwa dalam menciptakan suatu kebudayaan

    sudah tentu dilakukan melalui proses komunikasi. Sebaliknya, budayalah yang

    membentuk perilaku komunikasi manusia. Itulah sebabanya perilaku

    komunikasi suatu suku bisa saja berbeda dengan perilaku komunikasi suku

    lainnya. Di samping itu, tanpa komunikasi suatu kebudayaan tidak akan bisa

    diwariskan ke generasi-generasi selanjutnya.

    Komunikasi merupakan hal yang sangat dibutuhkan oleh siapapun.

    Tidak ada seorangpun yang tidak pernah melakukan komunikasi, baik itu

  • 7/25/2019 3. Isi (Bab I-bab v)

    9/78

    9

    dengan orang lain, kelompok atau bahkan dengan dirinya sendiri. Oleh karena

    itu komunikasi telah menjadi bagian dari kehidupan manusia. Hal penting

    dalam berkomunikasi adalah bagaimana suatu pesan yang disampaikan oleh

    komunikator dapat dimengerti dan dipahami oleh komunikannya. Pesan yang

    disampaikan berupa simbol atau tanda yang tidak hanya terbatas pada kata-

    kata (verbal) yang dapat dimengerti secara umum, tapi bisa juga berupa pesan

    nonverbal. Oleh karena itu penting untuk mengetahui makna dari simbol dan

    tanda tertentu untuk memudahkan komunikasi.

    Simbol merupakan sesuatu yang lepas dari apa yang disimbolkan karena

    komunikasi manusia tidak terbatas pada ruang, penampilan atau sosok fisik,

    dan waktu di mana pengalaman indrawi berlangsung. Sebaliknya manusia

    dapat berkomunikasi tentang objek dan tindakan jauh di luar batas waktu dan

    ruang. Contohnya pada saat kita menyebut kata gelas, maka semua orang akan

    langsung mengetahui wujud fisik dari gelas tersebut tanpa harus melihatnya

    secara langsung. Hal itu disebabkan oleh adanya daya khayal dan kesepakatan

    bersama oleh manusia mengenai kata gelas tersebut. Bahkan untuk sesuatu

    yang belum pernah dilihat wujud fisiknya, namun ketika telah ada kesepakatan

    bersama mengenai sesuatu tersebut maka komunikasi akan tetap bisa berjalan

    (Narwoko & Bagong, 2006: 17).

    Namun, yang perlu diingat adalah bahwa tidak semua makna dari suatu

    simbol bersifat universal atau berlaku sama di setiap situasi dan daerah. Nilai

    atau makna sebuah simbol tergantung pada orang-orang atau kelompok

    tertentu yang menggunakan simbol tersebut.

  • 7/25/2019 3. Isi (Bab I-bab v)

    10/78

    10

    Hal itulah yang sering kita temui dalam kebudayaan suatu daerah

    tertentu. Maudu lompoa yang merupakan salah satu kebudayaan masyarakat

    Cikoang, Kab Takalar tentu saja dalam pelaksanaannya dilakukan bukan tanpa

    arti atau tujuan tertentu. Namun, yang dapat mengerti dan memahami simbol-

    simbol itu secara betul adalah mereka sendiri yang selalu melaksanakan dan

    menggunakan simbol-simbol tersebut.

    Kebudayaan merupakan perwujudan dari sebuah renungan, kerja keras

    dan kearifan suatu masyarakat dalam mengarungi dunianya. Kebudayaanlah

    yang menjadikan suatu masyarakat dapat memandang lingkungannya dengan

    bermakna (Depdikbud, 1995).

    Ada banyak hal yang harus dipahami dalam suatu kebudayaan, dan yang

    paling penting adalah tanda. Supaya tanda itu bisa dipahami secara benar dan

    sama maka kita membutuhkan konsep yang sama pula agar tidak terjadi

    misunderstanding atau salah pengertian. Namun pada kenyataannya tanda itu

    tidak selamanya bisa dipahami secara benar dan sama di antara masyarakat.

    Setiap orang memiliki interpretasi makna tersendiri dan tentu saja dengan

    berbagai alasan yang melatarbelakanginya. Ilmu yang membahas tentang

    tanda disebut semiotik (the study of signs).

    Banyak tanda dalam kehidupan sehari-hari kita seperti tanda-tanda lalu

    lintas, tanda-tanda adanya suatu peristiwa atau tanda-tanda lainnya. Semiotik

    meliputi studi seluruh tanda-tanda tersebut, termasuk tanda-tanda yang berupa

    gambaran, lukisan dan foto. Oleh karena itu tanda juga dapat terkandung

  • 7/25/2019 3. Isi (Bab I-bab v)

    11/78

    11

    dalam seni dan fotografi, serta bisa juga mengacu pada kata-kata, bunyi-

    bunyian dan bahasa tubuh (body language).

    Semiotik merupakan ilmu yang mempelajari sederetan luas obyek-

    obyek, peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayaan sebagai tanda. Ahli sastra

    Teew (1984) mengatakan bahwa semiotik adalah tanda sebagai tindak

    komunikasi dan kemudian disempurnakannya menjadi model sastra yang

    mempertanggungjawabkan semua faktor dan aspek hakiki untuk pemahaman

    gejala susastra sebagai alat komunikasi yang khas di dalam masyarakat mana

    pun. Semiotik merupakan cabang ilmu yang relatif masih baru. Penggunaan

    tanda dan segala sesuatu yang berhubungan dengannya dipelajari secara lebih

    sistematis pada abad ke dua puluh.

    Secara etimologis, kata semiotik atau sering juga disebut semiotika

    berasal dari bahasa Yunani, yaitu kata semeion yang berarti tanda atau sign

    dalam bahasa Inggris. Dalam situs Wikipedia disebutkan bahwa Semiotik

    biasanya didefinisikan sebagai teori filsafat umum yang berkenaan dengan

    produksi tanda-tanda dan simbol-simbol sebagai bagian dari sistem kode yang

    digunakan untuk mengomunikasikan informasi. Semiotik meliputi tanda-tanda

    visual dan verbal (semua tanda atau sinyal yang bisa diakses dan bisa diterima

    oleh seluruh indera yang kita miliki) ketika tanda-tanda tersebut membentuk

    sistem kode yang secara sistematis menyampaikan informasi atau pesan secara

    tertulis di setiap kegiatan dan perilaku manusia.

  • 7/25/2019 3. Isi (Bab I-bab v)

    12/78

    12

    Ferdinand De Saussure dan Charles Sanders Peirce adalah dua tokoh

    penting penggagas semiotik. Meskipun berfokus pada tanda namun keduanya

    memiliki perbedaan dalam memaknai semiotik tersebut.

    Menurut Saussure, dalam semiotik ada dua konsep yang perlu diketahui,

    yaitu penanda (signifier) dan petanda (signified). Penanda adalah Bunyi-

    bunyian (suara) dan gambar sedangkan petanda adalah konsep dari bunyi-

    bunyian (suara) dan gambar tersebut. Berikut ini adalah model yang

    digambarkan oleh Saussure.

    Gambar 1. Model Tanda Ferdinand De Saussure

    Sedangkan Peirce mengemukakan bahwa ada tiga hal penting dalam

    semiotika, yaitu tanda, objek dan interpretan. Objek atau acuan tanda

    merupakan konteks sosial yang menjadi referensi dari tanda atau sesuatu yang

    dirujuk tanda. Interpretan atau pengguna tanda adalah konsep pemikiran dari

    orang yang menggunakan tanda dan menurunkannya ke suatu makna tertentu

    atau makna yang ada dalam benak seseorang tentang objek yang dirujuk

    sebuah tanda. Tanda adalah sesuatu yang berbentuk fisik yang dapat ditangkap

  • 7/25/2019 3. Isi (Bab I-bab v)

    13/78

    13

    oleh panca indra manusia dan merupakan sesuatu yang merujuk

    (merepresentasikan) hal lain di luar tanda itu sendiri. Hal yang terpenting

    dalam proses semiosis adalah bagaimana makna muncul dari sebuah tanda

    ketika tanda itu digunakan orang saat berkomunikasi.

    Jika dibandingkan dengan milik Saussure, sign mirip dengan signifier

    dan interpretant mirip dengan signified. Bedanya Saussure memaknai objek

    sebagai unsur tambahan dalam proses penandaan.

    Berikut ini adalah model yang dibuat oleh Peirce yang disebut dengan

    teori Triangle Meaning.

    Gambar 2. Model Tanda Char les Sanders Peirce

    Menurut Charles Sanders Peirce tanda terdiri dari Simbol (tanda yang

    muncul dari kesepakatan), Ikon (tanda yang muncul dari perwakilan fisik) dan

    Indeks (tanda yang muncul dari hubungan sebab-akibat).

    Ritual Maudu Lompoa adalah serangkaian kegiatan masyarakat Cikoang

    yang merupakan hasil dari daya, cipta dan pikiran masyarakatnya. Dengan

    menggunakan analisis semiotika, dalam skripsi ini akan di bahas apa makna

  • 7/25/2019 3. Isi (Bab I-bab v)

    14/78

    14

    yang terkandung dalam ritual Maudu Lompoa di Kabupaten Takalar. Untuk

    memperjelas tujuan tersebut, dapat dilihat pada bagan kerangka konseptual

    berikut:

    Gambar 3. Bagan Kerangka Konseptual

    E. DEFINISI OPERASIONAL

    1. Makna merupakan pesan atau maksud tertentu yang terkandung atau

    dimiliki oleh suatu tindakan (perilaku), simbol ataupun tanda yang

    mewakili nilai-nilai tertentu, dalam hal ini Maudu Lompoa.

  • 7/25/2019 3. Isi (Bab I-bab v)

    15/78

    15

    2.

    Ritual merupakan aktivitas atau kegiatan yang dilaksanakan dalam suatu

    acara yang biasanya berhubungan dengan upacara adat.

    3. Maudu Lompoa merupakan acara peringatan kelahiran Nabi Muhammad

    SAW atau dikenal dengan Maulid Nabi yang diadakan di Desa Cikoang,

    Kab Takalar setiap tahunnya. Acara ini berbeda dengan acara maulid yang

    pada umumnya dilakukan oleh masyarakat Indonesia. Jika kebanyakan

    peringatan maulid nabi diadakan di Masjid, maka lain halnya dengan

    Maudu Lompoa yang diadakan di sekitar sungai. Atribut-atribut yang

    digunakan pun beraneka ragam, tidak hanya terbatas pada hiasan bunga,

    tapi juga berbagai macam layar dengan beraneka warna yang dibentangkan

    di atas perahu maulidnya (julung-julung).

    F.

    METODE PENELITIAN

    1. Tipe Penelitian

    Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian mengenai Makna

    Maudu Lompoa di Kabupaten Takalar ini adalah kualitatif deskriptif.

    Bogdan dan Taylor mengemukakan bahwa metode kualitatif merupakan

    suatu prosedur penelitian yang menghasilkan deskripsi dari orang-orang

    atau perilaku, dalam bentuk kata-kata, baik lisan maupun tulisan

    (Moleong, 1995). Pendekatan kualitatif memandang latar dan individu

    sebagai satu kesatuan yang utuh, yang tidak dapat dibatasi dengan variable

    atau hipotesis.

  • 7/25/2019 3. Isi (Bab I-bab v)

    16/78

    16

    Salah satu ciri penelitian kualitatif adalah bersifat deskriptif, di mana

    data dikumpulkan dalam bentuk kata-kata, gambar dan bukan angka-

    angka. Data-data tersebut lebih banyak bercerita mengenai objek

    penelitian, sehingga tujuan penelitian dapat tercapai.

    2. Lokasi dan Waktu Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan di Desa Cikoang, Kabupaten Takalar,

    Sulawesi Selatan. Proses penelitian berlangsung selama dua bulan, dimulai

    dari bulan Maret hingga bulan Mei 2011.

    3. Informan

    Patton mengatakan bahwa perbedaan penilitian kuantitatif dan

    kualitatif sangat jelas terlihat pada cara pengambilan sampelnya

    (Poerwandari, 2009: 112).

    Peneliti menggunakan metode non probability sampling dengan

    teknik purpossive samplinguntuk menentukan informan dalam penelitian

    ini.

    Adapun orang yang akan dijadikan informan oleh penulis dalam

    penelitian ini adalah:

    1. Kaimuddin Tuan Kai selaku Karaeng Opua sekaligus ketua

    pelaksana Maudu Lompoa.

    2. H. Muh. Nur Aidid selaku tokoh masyarakat yang juga

    merupakan salah satu anggota keluarga sayyid tertua di Cikoang.

  • 7/25/2019 3. Isi (Bab I-bab v)

    17/78

    17

    3.

    Panda Yoto selaku warga masyarakat Cikoang yang dianggap

    sebagai anrong guru di Cikoang.

    4. Teknik Pengumpulan Data

    Data adalah penunjang yang sangat penting dalam sebuah penelitian.

    Semakin banyak data yang diperoleh maka semakin bagus pula hasil akhir

    dari suatu penelitian. Dalam penelitian mengenai Maudu Lompoa ini,

    peneliti menggunakan beberapa cara dalam mengumpulkan data, yaitu:

    a.

    Studi pustaka, yaitu dengan mencari tahu dan mempelajari

    literatur yang membahas tentang semua hal yang berkaitan

    dengan penelitian ini, baik melalui buku ataupun internet.

    b. Observasi langsung yang bertujuan untuk membandingkan apa

    yang telah diperoleh melalui literatur yang ada dengan apa yang

    betul-betul terjadi/berlangsung di lapangan.

    Patton mengatakan bahwa observasi merupakan metode

    pengumpulan data yang esensial dalam penelitian, khususnya

    pada penelitian kualitatif (Poerwandari, 2009:135).

    c.

    Wawancara, baik secara formal ataupun informal. Wawancara ini

    bertujuan untuk memperkuat apa yang telah didapat dari studi

    pustaka dan observasi langsung.

    Wawancara adalah percakapan dan tanya jawab yang diarahkan

    untuk mencapai tujuan tertentu (Poerwandari, 2009: 146)

  • 7/25/2019 3. Isi (Bab I-bab v)

    18/78

    18

    d.

    Dokumentasi berupa rekaman (gambar atapun suara) dan juga

    foto. Salah satu kelebihan dari dokumentasi ini adalah secara

    tidak langsung dapat mempresentasikan realitas.

    5. Teknik Analisis Data

    Teknik analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

    analisis data kualitatif deskriptif untuk menginterpretasikan hasil

    penelitian, baik yang melalui wawancara ataupun observasi langsung.

  • 7/25/2019 3. Isi (Bab I-bab v)

    19/78

    19

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. PENGERTIAN KOMUNIKASI

    Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial dan seiring dengan itu

    manusia juga diberikan kemampuan untuk berkomunikasi. Tanpa kemampuan

    itu, manusia akan sulit menjalankan perannya sebagai makhluk sosial.

    Manusia yang dalam kesehariannya tidak pernah melakukan komunikasi tidak

    dapat dikatakan sebagai makhluk sosial.

    Kita tidak bisa menghindar dari komunikasi dengan alasan apapun. Jika

    pada zaman dahulu saja, yang serba terbatas dengan teknologi yang ada,

    manusia tetap bisa berkomunikasi, terlebih di masa sekarang yang penuh

    dengan teknologi-teknologi komunikasi mutakhir.

    Manusia memiliki rasa ingin tahu yang sangat besar. Hal inilah yang

    mendorong manusia untuk melakukan komunikasi. Semakin besar rasa ingin

    tahunya maka akan semakin tinggi pula frekuensi berkomunikasinya.

    Banyak ahli yang mengatakan bahwa komunikasi merupakan kebutuhan

    yang sangat mendasar dalam kehidupan bermasyarakat. Willbur Schram

    mengatakan bahwa komunikasi dan masyarakat adalah dua kata kembar yang

    tidak dapat dipisahkan karena tanpa komunikasi tidak mungkin masyarakat

    terbentuk, sebaliknya tanpa masyarakat manusia tidak akan dapat

    mengembangkan komunikasinya (Cangara, 2005:1).

    Seberapa penting komunikasi dalam kehidupan manusia terlihat dalam

    usahanya untuk melakukan komunikasi tersebut pada zaman dahulu. Berbeda

  • 7/25/2019 3. Isi (Bab I-bab v)

    20/78

    20

    dengan kehidupan manusia sekarang ini, manusia yang hidup di zaman

    dahulu, yang sangat terbatas dengan teknologi melakukan berbagai macam

    upaya untuk menyampaikan pesan kepada orang lain. Salah satu yang paling

    populer di telinga kita adalah penyampaian pesan lewat api yang mengepulkan

    asap. Simbol seperti ini biasanya ditandakan sebagai situasi darurat atau ada

    yang sedang membutuhkan bantuan di mana jarak antara yang mengirim tanda

    dan yang akan menerima tanda itu berjauhan. Begitu juga halnya dengan

    pemukulan kentongan, pemukulan gong, isyarat tangan atau tanda-tanda

    tertentu yang ditinggalkan di suatu tempat.

    Semua itu dilakukan dengan tujuan tidak lain untuk menyampaikan

    informasi kepada orang atau kelompok lain, namun karena ini terjadi beratus-

    ratus tahun yang lalu jadi media yang digunakan masih manual dan memiliki

    keterbatasan.

    Seiring dengan perkembangan zaman hingga saat ini, beragam sarana

    komunikasipun bermunculan. Dimulai dengan dikenalnya tulisan hingga

    munculnya mesin cetak, telepon, telegram, handphone, dan internet. Istilah

    komunikasi menjadi lebih sering digunakan dan akhirnya memunculkan

    beragam bentuk dan istilah dalam komunikasi. Namun, apapun bentuknya dan

    media apapun yang digunakan, yang terpenting dalam komunikasi adalah

    terciptanya kepuasan antara komunikator dan komunikan.

    Ada banyak pendapat yang dikemukakan oleh para pakar mengenai

    pengertian dari komunikasi itu sendiri. Salah satu yang paling terkenal adalah

    pengertian komunikasi yang dikemukakan oleh Harold D. Lasswell. Lasswell

  • 7/25/2019 3. Isi (Bab I-bab v)

    21/78

    21

    mengatakan bahwa cara yang tepat untuk menjelaskan suatu tindakan

    komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan Siapa yang menyampaikan

    apa, kepada siapa, melalui apa, dan apa pengaruhnya.

    Pengertian yang dikemukakan oleh Lasswell tersebut secara tidak

    langsung juga telah menyebutkan unsur-unsur utama dalam komunikasi, yaitu

    siapa yang menyampaikan (komunikator), apa yang disampaikan (pesan),

    kepada siapa (komunikan), melalui apa (media), dan apa pengaruhnya (efek).

    Komunikator merupakan orang atau kelompok yang menjadi sumber

    informasi atau pesan dalam sebuah proses komunikasi yang mengirimkan

    pesan kepada komunikannya atau penerima pesannya. Dalam hal-hal tertentu,

    antara komunikator dan komunikan dapat bertukar tempat pada situasi

    komunikasi yang sama, sehingga biasanya kita sulit untuk menentukan mana

    yang komunikator dan mana yang komunikan.

    Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi ini adalah sesuatu yang

    disampaikan oleh komunikator ke komunikan. Sesuatu ini dapat berupa

    informasi, ajakan, nasihat, ilmu pengetahuan ataupun hiburan. Pesan ini dapat

    disampaikan secara langsung/tatap muka ataupun melalui media komunikasi

    lainnya, seperti televisi, telepon, selebaran pengumuman, internet, dan

    sebagainya. Ada banyak pendapat mengenai media dalam proses komunikasi.

    Karena media dalam hal ini merupakan alat atau perantara yang

    menghubungkan komunikator dengan komunikan dalam menyampaikan

    pesannya, maka ada yang berpendapat bahwa panca indera manusia juga

    merupakan media dalam komunikasi antarpribadi secara tatap muka. Media

  • 7/25/2019 3. Isi (Bab I-bab v)

    22/78

    22

    yang digunakan dalam komunikasi massa dibagi lagi ke dalam dua kategori,

    yaitu media cetak dan media elektronik. Media cetak meliputi, surat kabar,

    majalah, tabloid, bulletin, buku, brosur, poster, spanduk, dan sebagainya.

    Sedangkan media elektronik seperti televisi, telepon, radio, internet, film dan

    sebagainya.

    Unsur utama yang terakhir dalam komunikasi adalah pengaruh.

    Pengaruh atau efek ini dapat ditandai dari perbedaan yang dialami oleh

    penerima antara sebelum dan sesudah menerima pesan dari komunikator. Ada

    tiga hal yang diharapkan dapat berubah pada komunikan melalui proses

    komunikasi, yaitu: knowledge (pengetahuan), attitude (sikap) dan behaviour

    (perilaku). Jika perubahan yang terjadi pada komunikan sesuai dengan apa

    yang diharapkan oleh komunikator maka bisa dikatakan komunikasi itu telah

    berhasil.

    Secara sederhana kelima unsur tersebut dalam proses komunikasi dapat

    digambarkan sebagai berikut:

    Gambar 4. Proses Komunikasi

    Dalam penelitian ini, kita akan banyak berkutat pada bagian pesan, yaitu

    menganalisis makna dari sebuah proses komunikasi dalam bentuk ritual

    kedaerahan, dalam hal ini Maudu Lompoa di Kabupaten Takalar.

  • 7/25/2019 3. Isi (Bab I-bab v)

    23/78

    23

    Selain kelima unsur komunikasi di atas ada pula ahli yang

    menambahkan beberapa poin yang juga dikatakan sebagai unsur yang tidak

    kalah pentingnya, yaitu umpan balik (feedback) dan lingkungan.

    Komunikasi tidak hanya dapat dilihat dari unsur-unsur yang terkandung

    di dalamnya tetapi juga dapat dinilai berdasarkan konsepnya. Ada tiga konsep

    utama dalam komunikasi, yaitu:

    1. Komunikasi sebagai sebuah proses

    2.

    Komunikasi sebagai sebuah transaksi

    3.

    Komunikasi sebagai simbolis

    Sebagai sebuah proses, komunikasi dipandang sebagai sesuatu yang

    dinamis dan berkelanjutan. Komunikasi sekarang ada kaitannya dengan

    komunikasi di masa lampau dan akan berdampak pada komunikasi yang akan

    datang (selanjutnya). Begitulah setidaknya gambaran sederhana komunikasi

    yang dipandang sebagai sebuah proses. Oleh karena itu, dalam hal ini, teori

    komunikasi Lasswell yang cenderung linear ditolak oleh banyak ahli sebagai

    sebuah proses. Komunikasi seperti ini dikenal dengan komunikasi dua arah, di

    mana ada timbal balik antara kedua belah pihak yang saling mempengaruhi

    satu sama lain. Salah satu pendapat ahli yang berkaitan dengan komunikasi

    sebagai sebuah proses adalah pendapat yang dikemukakan oleh Anderson

    (1959). Anderson mengemukakan bahwa komunikasi adalah sebuah proses di

    mana kita mengerti orang lain dan juga berusaha untuk dapat dimengerti oleh

    mereka, komunikasi bersifat dinamis, berubah dan bergerak dalam merespon

    seluruh situasi.

  • 7/25/2019 3. Isi (Bab I-bab v)

    24/78

    24

    Konsep komunikasi yang kedua adalah memandang komunikasi sebagai

    sebuah transaksi. Hal ini sebenarnya tidak jauh berbeda dengan konsep

    pertama, yaitu adanya hubungan timbal balik antara komunikator dan

    komunikan yang menimbulkan terjadinya transaksi atau pertukaran di antara

    keduanya. Hal ini sesuai dengan definisi yang dibuat oleh kelompok sarjana

    komunikasi yang mengatakan bahwa komunikasi adalah suatu transaksi,

    proses simbolik yang menghendaki orang-orang mengatur lingkungannya

    dengan membangun hubungan antarsesama manusia melalui pertukaran

    informasi untuk menguatkan sikap dan tingkah laku orang lain serta berusaha

    mengubah sikap dan tingkah laku itu. (Cangara, 2005:19).

    Masih senada dengan definisi di atas, Everet M. Rogers dan D.

    Lawrence Kincaid mengatakan bahwa komunikasi adalah suatu proses di

    mana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi

    dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling

    pengertian yang mendalam.

    Konsep komunikasi yang ketiga yaitu melihat komunikasi sebagai

    proses yang bersifat simbolis. Konsep inilah yang akan banyak dibahas dalam

    penelitian ini karena berbicara tentang konsep ini kita tidak akan lepas dari

    pembicaraan tentang tanda dan semiotik.

    Maksud dari para ahli yang mengatakan bahwa komunikasi merupakan

    sebuah proses yang sifatnya simbolis adalah bahwa komunikasi itu memiliki

    pertanda dan simbol yang memiliki hubungan dengan yang direferensikan

  • 7/25/2019 3. Isi (Bab I-bab v)

    25/78

    25

    (referens) yang dalam beberapa kasus sifatnya arbitrer. Simbol-simbol ini

    dapat berupa simbol verbal ataupun nonverbal. (Soejono, 2006: 20).

    Ada banyak definisi oleh para ahli yang mengaitkan komunikasi dengan

    simbol-simbol. Salah satunya adalah definisi yang diungkapkan oleh Chollin

    Cherry dalam Soejono (2006: 13) yang mengatakan bahwa komunikasi adalah

    pembentukan satuan sosial yang terdiri dari individu-individu melalui

    penggunaan bahasa dan tanda. Lebih sederhana, Gerbner mengungkapkan

    bahwa komunikasi adalah interaksi sosial melalui simbol dan sistem pesan.

    Banyaknya pendapat para ahli yang diperdebatkan tidak hanya seputar

    definisi komunikasi, tetapi juga mengenai tipe komunikasi. Ada yang

    mengkategorikan komunikasi ke dalam tiga tipe, empat, bahkan ada yang

    menyebutkan bahwa komunikasi hanya memiliki dua tipe.

    Hafied Cangara dalam bukunya, Pengantar Ilmu Komunikasi,

    mengatakan bahwa ada empat tipe komunikasi, yaitu komunikasi dengan diri

    sendiri (intrapersonal communication), komunikasi antarpribadi

    (interpersonal communication), komunikasi publik (public communication)

    dan komunikasi massa (mass communication).

    Setiap manusia memiliki dua sisi berbeda dalam dirinya. Kedua sisi

    inilah yang seringkali berdebat ketika seseorang sedang mempertimbangkan

    suatu hal yang membuatnya bingung. Ketika perdebatan antar kedua sisi ini

    terjadi dalam diri manusia maka itulah yang dinamakan dengan komunikasi

    dengan diri sendiri.

  • 7/25/2019 3. Isi (Bab I-bab v)

    26/78

    26

    Komunikasi antarpribadi didefinisikan sebagai pertukaran informasi

    yang terjadi antara dua orang secara tatap muka. Beberapa ahli kurang setuju

    dengan pendapat ini dan mengatakan bahwa komunikasi antarpribadi tidak

    dapat dipandang sesederhana itu. Suatu komunikasi dapat dikatakan

    komunikasi antarpribadi ketika isi pesan yang disampaikan dalam komunikasi

    tersebut sifatnya pribadi. Maksudnya isi pesan itu lebih mendalam seputar

    kedua orang yang melakukan komunikasi tersebut dan di antara keduanya

    terjalin kedekatan pribadi.

    Komunikasi publik biasa juga disebut komunikasi pidato atau

    komunikasi khalayak. Dalam komunikasi publik, unsur komunikator dan

    komunikan sangat mudah diidentifikasi. Pembicaraan didominasi oleh satu

    orang sumber dan disampaikan secara tatap muka di depan khalayak dalam

    jumlah yang lebih besar.

    Terakhir komunikasi massa didefinisikan sebagai bentuk komunikasi

    yang disampaikan melalui media massa. Media massa terbagi ke dalam dua

    jenis, yaitu media cetak dan media elektronik. Media cetak meliputi surat

    kabar, majalah, tabloid, bulletin sedangkan media elektronik meliputi televisi,

    radio, internet, dan sebagainya.

    B. PENGERTIAN KEBUDAYAAN

    Berbicara tentang kebudayaan berarti berbicara tentang kebiasaan-

    kebiasaan suatu masyarakat dalam menjalani kehidupannya. Kebiasaan ini

  • 7/25/2019 3. Isi (Bab I-bab v)

    27/78

    27

    dapat berupa kebiasaan dalam bidang ekonomi, agama, seni, hukum dan

    sebagainya.

    Sebuah masyarakat merupakan kumpulan manusia yang hidup bersama

    yang memiliki kesadaran identitas bersama dalam jangka waktu yang lama

    dan akhirnya menghasilkan kebudayaan.

    Kebudayaan dan masyarakat adalah dua hal yang saling berhubungan,

    karena masyarakatlah yang membentuk kebudayaan, sebaliknya kebudayaan

    menjadi bukti eksistensi suatu masyarakat. Oleh karena itu, di dunia ini

    hampir tidak ada dua masyarakat yang memiliki ciri yang sama persis.

    Perbedaan itu dapat dipengaruhi oleh faktor fisik ataupun psikis sebuah

    lingkungan di mana sebuah masyarakat menetap. Kedua faktor inilah yang

    akan membantu manusia menyesuaikan diri dan secara tidak langsung

    membuat mereka berbeda dengan masyarakat lainnya. Salah satu hal yang

    membedakan suatu masyarakat dengan masyarakat lainnya adalah sistem

    komunikasinya. Sistem komunikasi itu sendiri berkenaan dengan bahasa yang

    digunakan oleh suatu masyarakat, sehingga bahasa juga memiliki peran dalam

    pembentukan kebudayaan manusia.

    Setiap masyarakat akan memiliki sistem komunikasi sendiri-sendiri,

    maka dengan sendirinya, demi kelangsungan hidupnya, setiap masyarakat

    dapat membentuk kebudayaannya. (Kuswarno, 2008: 8).

    Kebudayaan merupakan keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil

    karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik dari

    manusia dengan belajar (Koentjaraningrat, 2009:180).

  • 7/25/2019 3. Isi (Bab I-bab v)

    28/78

    28

    Dari pengertian kebudayaan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa

    sedikit sekali kegiatan manusia yang bukan merupakan suatu kebudayaan

    karena sedikit sekali kegiatan manusia yang tak perlu dibiasakannya melalui

    proses belajar, misalnya saja gerakan-gerakan refleks. Gerakan releks adalah

    gerakan tiba-tiba yang dilakukan oleh seseorang di luar kesadarannya,

    biasanya dilakukan karena orang tersebut terkejut. Oleh karena itu kebiasaan

    seperti ini tidak memerlukan proses belajar untuk terbiasa karena hal ini

    terjadi secara alami pada individu tertentu. Bahkan untuk hal-hal tertentu yang

    awalnya terjadi secara alami tanpa belajar pun bisa dimodifikasi sebagai

    sesuatu yang bisa dibudayakan. Contohnya makan dan minum. Awalnya

    makan merupakan kegiatan alami yang dilakukan oleh manusia untuk

    memenuhi kebutuhan perutnya yang kosong. Namun untuk kalangan

    masyarakat tertentu makan dan minum pun ada aturannya. Kapan waktu

    makan yang tepat, bagaimana gaya makan yang sopan, pada saat makan tidak

    boleh berisik, cara yang benar menggunakan sendok dan garpu, makanan

    mana yang harus disajikan lebih dulu, dan berbagai macam aturan lainnya

    yang harus dibiasakan dengan belajar.

    Dengan demikian hampir semua kegiatan manusia di muka bumi ini

    adalah kebudayaan yang merupakan hasil interaksi antarmanusia dalam

    sebuah masyarakat.

    Untuk lebih memahami kebudayaan, menurut Koentjaraningrat, secara

    umum ada tiga wujud kebudayaan yang bisa mempermudah kita untuk

    mengenali kebudayaan tersebut.

  • 7/25/2019 3. Isi (Bab I-bab v)

    29/78

    29

    Wujud pertama adalah wujud ideal dari kebudayaan, sifatnya abstrak,

    tak dapat diraba ataupun difoto. Wujud ini lebih bersifat ide-ide atau gagasan

    yang ada di dalam kepala para anggota masyarakatnya. Gagagsan-gagasan

    tersebut merupakan bagian dari suatu sistem yang tidak bisa lepas dari bagian

    lainnya yang disebut dengan sistem budaya.

    Wujud kedua dari kebudayaan disebut dengan sistem sosial. Hal ini

    berkaitan dengan tindakan berpola dari manusia itu sendiri. Sistem ini

    meliputi aktivitas-aktivitas manusia sehari-hari, seperti berinteraksi atau

    bergaul sesuai dengan pola-pola berdasarkan adat masing-masing masyarakat.

    Dibandingkan wujud yang pertama, sistem sosial ini bersifat lebih konkret.

    Wujud ketiga disebut dengan kebudayaan fisik. Di antara ketiga wujud

    kebudayaan, wujud yang ketiga inilah yang paling konkret karena wujud ini

    berupa hasil fisik dari aktivitas, perbuatan dan karya manusia dalam sebuah

    masyarakat. Hal tersebut berupa benda-benda yang dapat dilihat, diraba dan

    didokumentasikan. Mulai dari benda-benda yang sangat besar seperti pabrik

    sampai pada benda-benda kecil seperti kancing baju.

    Dalam kehidupan nyata tentu saja kita tidak bisa serta merta memisah-

    misahkan ketiga wujud kebudayaan tersebut karena antara satu dengan yang

    lain saling terkait dan saling melengkapi. Ketiga wujud ini dapat kita bahas

    dengan mengambil contoh berdasarkan unsur-unsur kebudayaan.

    Kluckhon dalam Kuswarno (2008: 9) menjelaskan bahwa ada tujuh

    unsur utama dalam kebudayaan yang meliputi:

    1. Bahasa

  • 7/25/2019 3. Isi (Bab I-bab v)

    30/78

    30

    2.

    Sistem pengetahuan

    3.

    Organisasi sosial

    4. Sistem peralatan hidup

    5. Sistem mata pebcaharian hidup

    6. Sistem religi

    7. Kesenian

    Karena ketujuh poin di atas merupakan unsur kebudayaan maka

    kesemuanya dapat memuat ketiga wujud kebudayaan seperti yang dijelaskan

    di atas. Bahasa misalnya, bahasa bukanlah sesuatu yang bisa keluar begitu saja

    dari mulut kita. Diperlukan gagasan-gagasan atau ide-ide untuk menciptakan

    suatu bahasa yang dapat diterima oleh seluruh anggota masyarakat.

    Selanjutnya bahasa dibawa ke dalam pergaulan dan akhirnya membentuk

    tindakan berpola melalui interaksinya dalam masyarakat, misalanya adanya

    bahasa-bahasa tertentu yang digunakan dalam sebuah situasi. Contoh lain, kita

    bisa mengambil sistem ekonomi. Sama seperti bahasa, sistem ekonomi

    memiliki wujud dalam bentuk gagasan atau ide yang selanjutnya juga akan

    diwujudkan dalam bentuk tindakan-tindakan dan interaksi berpola di antara

    mereka yang terlibat dalam sistem ekonomi tersebut.

    Dari semua unsur kebudayaan yang disebutkan di atas, bahasa adalah

    salah satu yang dianggap paling penting. Oleh karena itu banyak ahli yang

    menempatkan bahasa di posisi pertama dalam unsur-unsur kebudayaan. Hal

    ini disebabkan karena bahasa merupakan sarana utama untuk meneruskan

    tradisi dari satu generasi ke generasi selanjutnya.

  • 7/25/2019 3. Isi (Bab I-bab v)

    31/78

    31

    Kemampuan manusia dalam membangun tradisi budaya, menciptakan

    pemahaman tentang realita yang diungkapkan secara simbolik dan

    mewariskannya kepada generasi penerusnya sangat tergantung pada bahasa.

    (Kuswarno, 2008: 9)

    Bahasa tidak hanya memegang kedudukan penting dalam kebudayaan

    tetapi juga dalam komunikasi. Sama halnya dengan kebudayaan, bahasa juga

    merupakan sarana utama dalam membangun komunikasi yang salah satu

    tujuannya adalah menyampaikan pesan-pesan bermuatan budaya kepada

    generasi penerus suatu masyarakat.

    Dari sekian banyak definisi kebudayaan, satu di antaranya yang relevan

    dengan simbol-simbol komunikasi adalah yang diungkapakan oleh Geertz.

    Seperti yang dikutip dari Sutanto (1992: 57), Geertz mengatakan bahwa

    kebudayaan adalah sebuah pola dari makna-makna yang tertuang dalam

    simbol-simbol yang diwariskan melalui sejarah. Kebudayaan adalah sebuah

    sistem dari konsep-konsep yang diwariskan dan diungkapkan dalam bentuk-

    bentuk simbolik melalui mana manusia berkomunikasi, mengekalkan dan

    mengembangkan pengetahuan tentang kehidupan ini dan bersikap terhadap

    kehidupan ini (Sobur, 2006: 178).

    C. KOMUNIKASI DAN KEBUDAYAAN

    Sebagaimana posisi komunikasi sebagai kebutuhan yang sangat

    fundamental dalam masyarakat, maka begitu pula posisi komunikasi dalam

    kebudayaan.

  • 7/25/2019 3. Isi (Bab I-bab v)

    32/78

    32

    Komunikasi itu terikat oleh budaya. Sebagaimana budaya berbeda antara

    satu dengan yang lainnya, maka praktik dan perilaku komunikasi individu-

    individu yang diasuh dalam budaya-budaya tersebut pun akan berbeda pula.

    (Mulyana & Rakhmat, 2009: 25)

    Burhan Bungin dalam bukunya Sosiologi Komunikasi menjelaskan

    bahwa kebudayaan adalah hasil dari seluruh rangkaian proses sosial yang

    dijalankan oleh manusia dalam masyarakat dengan segala akivitasnya. Hampir

    semua aktivitas manusia di masyarakat dalam rangka proses sosial merupakan

    aktivitas komunikasi. Oleh karena itu kebudayaan akan sulit tercipta tanpa

    adanya komunikasi, sebaliknya kebudayaanlah yang akan menciptakan sistem

    komunikasi tertentu dalam suatu masyarakat, sehingga keduanya saling

    berkaitan satu sama lain.

    Salah satu hal yang menjadikan budaya dan komunikasi saling terkait

    satu sama lain adalah bahasa. Pada bagian sebelumnya telah dijelaskan bahwa

    bahasa tidak hanya berperan penting dalam kebudayaan tetapi juga dalam

    komunikasi. Bahasa, selain merupakan unsur penting dalam kebudayaan juga

    merupakan salah satu sarana untuk melakukan komunikasi.

    Bahasa menjadi inti dari komunikasi, kemudian melalui komunikasi

    manusia membentuk masyarakat dan kebudayaannya. Dengan demikian

    bahasa juga turut berperan dalam membentuk kebudayaan. Begitulah

    setidaknya gambaran tentang hubungan antara ketiganya.

  • 7/25/2019 3. Isi (Bab I-bab v)

    33/78

    33

    Bahasa hidup dalam komunikasi untuk menciptakan budaya kemudian

    budaya itu sendiri yang akan menentukan sistem komunikasi dan bentuk

    bahasa seperti apa yang pantas untuknya (Kuswarno, 2008: 10).

    Budaya merupakan suatu pola hidup yang menyeluruh, sifatnya

    kompleks dan luas. Oleh karena itu banyak aspek budaya yang berpengaruh

    terhadap perilaku komunikasi seseorang. Salah satu aspek yang dimaksud

    dalam hal ini adalah persepsi.

    Persepsi adalah proses internal yang kita lakukan untuk memilih,

    mengevaluasi dan mengorganisasikan rangsangan dari lingkungan eksternal.

    Secara umum dipercaya bahwa orang-orang berperilaku sedemikian rupa

    sebagai hasil dari cara mereka mempersepsi dunia yang sedemikian rupa pula.

    Perilaku ini dipelajari sebagai bagian dari pengalaman budaya mereka

    (Mulyana & Rakhmat, 2009: 25).

    Persepsi adalah cara kita menginterpretasi atau mengerti pesan yang

    telah diproses oleh sistem indrawi kita. Dengan kata lain, persepsi merupakan

    proses pemberian makna terhadap sensasi. Sensasi itu sendiri merupakan

    proses menangkap stimuli melalui panca indra (Universitas Terbuka, 1996).

    Suatu masyarakat, dalam mempersepsikan sesuatu, akan berbeda dengan

    masyarakat lainnya. Hal ini didasari oleh latar belakang budaya yang berbeda.

    Karena latar belakang budaya yang berbeda maka cara mempersepsikan

    sesuatu tentu akan berbeda pula dengan cara masyarakat lain

    mempersepsikannya. Hal ini dikarenakan oleh setiap masyarakat itu unik,

    sama seperti manusia secara individu yang hampir tidak memiliki kesamaan

  • 7/25/2019 3. Isi (Bab I-bab v)

    34/78

    34

    identik dengan manusia lainnya. Perbedaan-perbedaan persepsi seperti inilah

    yang sering menjadi hambatan dalam komunikasi antarbudaya.

    Ada tiga unsur yang dapat mempengaruhi perbedaan persepsi, yaitu:

    sistem kepercayaan (belief), nilai (value) dan sikap (attitude); pandangan

    dunia (world view); dan organisasi sosial (social organization).

    Ada juga pendapat yang mengatakan bahwa faktor yang sangat

    berpengaruh terhadap proses persepsi adalah perhatian. Perhatian terjadi bila

    kita memusatkan diri hanya pada salah satu alat indra kita.

    D. SIMBOL DAN SEMIOTIKA

    Komunikasi berkaitan dengan perilaku manusia dan kepuasan akan

    terpenuhinya kebutuhan berinteraksi dan berhubungan dengan manusia

    lainnya di muka bumi ini. Komunikasi merupakan kebutuhan mendasar dalam

    kehidupan manusia, tanpa komunikasi seseorang akan merasa terisolasi.

    Pertukaran pesan terjadi dalam proses komunikasi. Hal inilah yang

    menjadi kebutuhan bagi manusia. Bahkan untuk hal-hal kecil, manusia juga

    memerlukan pertukaran pesan agar memperoleh informasi tentang hal

    tersebut. Contohnya seorang ibu penghuni baru dalam suatu kompleks

    perumahan yang ingin ke pasar tapi tidak tahu jalan menuju ke pasar. Tentu

    saja dia harus berkomunikasi dengan tetangganya, selain bisa menanyakan

    jalan, dia juga bisa sekalian memberitahu bahwa dia adalah penghuni baru.

    Terbukti untuk hal-hal sekecil apapun, komunikasi sangat dibutuhkan.

  • 7/25/2019 3. Isi (Bab I-bab v)

    35/78

    35

    Pesan-pesan yang dipertukarkan ini tidak hanya berupa bahasa verbal

    tapi juga dapat terlihat dalam perilaku manusia yang lainnya. Ketika kita

    mengedipkan sebelah mata, melambaikan tangan, mengangguk-anggukkan

    atau menggeleng-gelengkan kepala, mengernyitkan alis, membelalakkan mata

    dan sebagainya. Namun, perilaku-perilaku tersebut baru bisa dikatakan

    sebagai sebuah pesan jika memenuhi dua syarat. Pertama perilaku tersebut

    dilihat oleh seseorang lainnya dan yang kedua adalah perilaku tersebut

    memiliki makna.

    Pesan, seperti yang telah digambarkan di atas, baik yang berupa verbal

    ataupun nonverbal telah menunjukkan bahwa komunikasi itu bersifat simbolis.

    Susanne K. Langer mengatakan bahwa kebutuhan akan simbolisasi

    adalah kebutuhan mendasar yang dimiliki oleh manusia. Menurutnya, fungsi

    pembentukan simbol ini adalah satu di antara kegiatan-kegiatan dasar

    manusia, seperti makan, melihat dan bergerak. Ini adalah proses fundamental

    dari pikiran dan berlangsung setiap waktu (Hayakawa, dalam Mulyana &

    Rakhmat, 2009: 96).

    Simbol dapat muncul dari berbagai konteks dan dapat digunakan untuk

    berbagai tujuan. Ada banyak simbol yang bisa kita saksikan dalam kehidupan

    sehari-hari, mulai dari hal-hal kecil, seperti cara berpakaian. Status sosial

    seseorang dapat dilihat berdasarkan cara berpakaiannya, misalnya cara

    berpakaian yang mewah dan glamor melambangkan kekayaan orang tersebut.

    Secara etimologis simbol berasal dari kata Yunani sym-ballein yang

    berarti melemparkan bersama suatu (benda, perbuatan) dikaitkan dengan suatu

  • 7/25/2019 3. Isi (Bab I-bab v)

    36/78

    36

    ide. Ada pula yang menyebutkan symbolos berarti tanda atau ciri yang

    memberitahukan sesuatu hal kepada seseorang (Sobur, 2006: 155).

    Menurut P. Spradley simbol adalah objek atau peristiwa apapun yang

    menunjuk pada sesuatu. Biasanya simbol bersifat metonimi, yaitu

    menggunakan nama untuk benda lain yang beraosiasi atau menjadi atribut dari

    benda tersebut. Misalnya, si kawat gigi untuk seseorang yang menggunakan

    kawat gigi. Simbol juga biasanya bersifat metafora, yaitu menggunakan kata

    atau ungkapan lain untuk objek atau konsep lain berdasarkan kias atau

    persamaan. Misalnya julukan kutu buku untuk orang pintar yang tidak pernah

    terpisah dari buku-buku pelajarannya.

    Simbol adalah bentuk yang menandai sesuatu yang lain di luar

    perwujudan bentuk simbolik itu sendiri. Kutu buku misalnya, dengan

    menyebutkan kata tersebut maka yang dimaksud adalah bukan kutu yang

    terdapat pada buku melainkan kata tersebut mewakili seseorang yang tidak

    pernah terpisah dari buku sehingga diberi julukan sebagai kutu buku (pintar).

    Menurut Hartoko dan Rahmanto, simbol dapat dibedakan ke dalam tiga

    bentuk (Sobur, 2006: 157), yaitu:

    1.

    Simbol-simbol universal, berkaitan dengan arketipos, misalnya tidur

    sebagai lambang kematian.

    2. Simbol kultural yang dilatarbelakangi oleh suatu kebudayaan tertentu

    (misalnya keris dalam kebudayaan Jawa).

    3. Simbol individual yang biasanya dapat ditafsirkan dalam konteks

    keseluruhan karya seorang pengarang.

  • 7/25/2019 3. Isi (Bab I-bab v)

    37/78

    37

    Dalam kehidupan sehari-hari simbol seringkali disamakan dengan

    lambang. Simbol atau lambang merupakan sesuatu yang digunakan untuk

    menggantikan sesuatu yang lainnya berdasarkan kesepakatan suatu kelompok

    orang.

    Simbol, menurut Charles Sanders Peirce, merupakan bagian dari Tanda.

    Menurutnya tanda itu terdiri atas simbol, ikon dan indeks. Simbol merupakan

    tanda yang muncul berdasarkan kesepakatan, ikon merupakan tanda yang

    muncul dari perwakilan fisik, dan indeks merupakan tanda yang muncul dari

    hubungan sebab akibat.

    Perbedaan antara simbol dan tanda juga sering membuat orang bingung

    dan tidak jarang menyamakan pengertian di antara keduanya, padahal

    sebenarnya keduanya adalah hal yang berbeda. Tanda berkaitan langsung

    dengan objek sedangkan simbol memerlukan proses pemaknaan yang lebih

    intensif setelah menghubungkannya dengan objek.

    Simbol yang berlaku atau dipakai oleh suatu kelompok tentunya bisa

    saja berbeda dengan simbol yang digunakan kelompok lainnya. Dengan

    demikian sangat mungkin jika suatu kelompok tidak mengerti dengan simbol-

    simbol yang berlaku dalam kelompok lain.

    Oleh karena itu, sangat penting untuk mengetahui setidaknya

    mempelajari makna dari simbol-simbol kebudayaan tertentu, mengingat

    semakin besarnya peluang untuk melakukan komunikasi antarbudaya. Ilmu

    yang mempelajari tentang tanda disebut semiotik, biasa juga disebut dengan

    semiotika ataupun semiologi.

  • 7/25/2019 3. Isi (Bab I-bab v)

    38/78

    38

    Dalam situs Wikipedia dikatakan bahwa semiotik biasanya didefinisikan

    sebagai teori filsafat umum yang berkenaan dengan produksi tanda-tanda dan

    simbol-simbol sebagai bagian dari sistem kode yang digunakan untuk

    mengomunikasikan informasi. Semiotik meliputi tanda-tanda visual dan

    verbal serta tactiledan olfactory, semua tanda atau sinyal yang bisa diakses

    dan bisa diterima oleh seluruh indera yang dimiliki manusia, ketika tanda-

    tanda tersebut membentuk sistem kode yang secara sistematis menyampaikan

    informasi atau pesan secara tertulis di setiap kegiatan dan perilaku manusia.

    Dua pakar yang sangat terkenal dalam semiotika adalah Ferdinad De

    Saussure dan Charles Sanders Peirce. Meskipun demikian ada banyak definisi

    yang diberikan oleh para ahli mengenai semiotika. Lechte mengatakan bahwa

    semiotika adalah teori tentang tanda dan penandaan. Dengan kata lain,

    semiotika adalah suatu disiplin yang menyelidiki semua bentuk komunikasi

    yang terjadi dengan sarana signs tanda-tanda dan berdasarkan pada signs

    system (code) sistem tanda. Cobley dan Jansz menyebut semiotika sebagai

    ilmu analisis tanda atau studi tentang bagaimana penandaan itu berfungsi.

    Charles Morris mendefinisikan semiotika sebagai suatu proses tanda, yaitu

    proses ketika sesuatu merupakan tanda bagi beberapa organisme. Charles

    Sanders Peirce, secara singkat mengatakan bahwa semiotika adalah suatu

    hubungan di antara tanda objek dan makna (Sobur, 2006: 16)

    Secara etimologi, kata semiotika berasal dari bahasa Yunani, semeion

    yang berarti tanda atau seme yang berarti penafsir tanda. Oleh karena itu Van

    Zoest mengambil kesimpulan bahwa semiotika bisa diartikan sebagai cabang

  • 7/25/2019 3. Isi (Bab I-bab v)

    39/78

    39

    ilmu yang berurusan dengan pengkajian tanda dan segala sesuatu yang

    berhubungan dengan tanda, seperti sistem tanda dan proses yang berlaku bagi

    tanda. Secara umum semitoka didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari

    sederetan luas obyek-obyek, peristiwa-peristiwa, dan seluruh kebudayaan

    sebagai tanda.

    Ada dua jenis semiotik, yaitu semiotika signifikasi dan semiotika

    komunikasi. Keduanya masing-masing mewakili dua pakar ternama semiotika.

    Semiotika signifikasi identik dengan Saussure dan semiotika komunikasi

    identik dengan Peirce.

    Semiotika signifikasi menekankan pada teori tanda dan pemahamannya

    dalam suatu konteks tertentu. Sedangkan semiotika komunikasi lebih

    menekankan pada teori tentang produksi tanda yang salah satunya adalah

    mengasumsikan adanya enam faktor dalam komunikasi, yaitu pengirim,

    penerima kode, pesan, saluran komunikasi dan acuan atau hal yang

    dibicarakan (Sobur, 2006: 15).

    Dalam istilah lain, semiotika signifikasi juga disebut sebagai semiotika

    pada tingkat langue sedangkan semiotika komunikasi adalah semiotika pada

    tingkat parole. Langue merupakan bentuk analisis bahasa sebagai sebuah

    sistem sedangkan parole merupakan bentuk analisis bahasa sebagaimana ia

    digunakan oleh individu-individu dalam berkomunikasi secara sosial.

    Meskipun demikian, komunikasi signifikasi juga tidak mengabaikan

    penggunaan tanda secara konkret oleh individu-individu dalam konteks sosial.

    Begitu juga dengan semiotika komunikasi yang tidak mengabaikan sistem

  • 7/25/2019 3. Isi (Bab I-bab v)

    40/78

    40

    tanda. Oleh karena itu, meskipun terlihat berbeda namun sebenarnya keduanya

    saling mengisi dan saling melengkapi.

    Berdasarkan analisis Peirce, melalui teori triangle meaning, dikatakan

    bahwa ada tiga elemen utama dalam analisis semiotika, yaitu tanda (sign),

    object, dan interpretant.

    Tanda adalah sesuatu yang berbentuk fisik yang dapat ditangkap oleh

    panca indera manusia dan merupakan sesuatu yang merujuk pada

    (merepresentasikan) hal lain di luar tanda itu sendiri. Selanjutnya tanda

    menurut Peirce terdiri dari Simbol (tanda yang muncul dari kesepakatan), Ikon

    (tanda yang muncul dari perwakilan fisik) dan Indeks (tanda yang muncul dari

    hubungan sebab-akibat).

    Objek atau acuan tanda adalah konteks sosial yang menjadi referensi dari

    tanda atau sesuatu yang dirujuk tanda.

    Interpretant atau pengguna tanda adalah konsep pemikiran dari orang

    yang menggunakan tanda dan menurunkannya ke suatu makna tertentu atau

    makna yang ada dalam benak seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah

    tanda.

    Peirce menambahkan bahwa hal yang terpenting dalam proses semiosis

    adalah bagaimana makna muncul dari sebuah tanda ketika tanda itu digunakan

    orang saat berkomunikasi.

    Sedangkan menurut Saussure, analisis semiotika terdiri atas dua elemen

    yang sangat dasar, yaitu penanda (signifier) dan petanda (signified). Adapun

    objek, menurut Saussure merupakan elemen di luar proses penandaan yang

  • 7/25/2019 3. Isi (Bab I-bab v)

    41/78

    41

    disebut dengan referent. Jika dibandingkan dengan teori dari Peirce, signifier

    sama dengan object dan signified sama dengan interpretant.

    E. PENGERTIAN MAKNA

    Mengetahui makna dari sebuah pesan yang diberikan oleh komunikator

    sangatlah penting bagi komunikan. Setiap orang akan berusaha mencari

    makna ketika diberikan sebuah pesan baik berupa kata ataupun isyarat. Oleh

    karena itu makna sangatlah penting dalam komunikasi. Beberapa pakar

    komunikasi bahkan sering mengikut sertakan kata makna ke dalam definisi

    komunikasi yang mereka ungkapkan. Sobur dalam bukunya, Semiotika

    Komunikasi, menuliskan definisi komunikasi dari Stewart L. Tubbs dan

    Sylvia Moss bahwa komunikasi adalah proses pembentukan makna di antara

    dua orang atau lebih. Selain itu, ada juga pendapat dari Judy C. Pearson dan

    Paul E. Nelson bahwa komunikasi itu adalah proses memahami dan berbagi

    makna.

    Untuk mengetahui makna dari sebuah kata atau tingkah laku tidaklah

    begitu mudahnya. Setiap kata atau tindakan bisa diartikan dengan berbagai

    macam makna. Hal ini bergantung pada situasi komunikasinya, siapa yang

    menyampaikan dan siapa yang memaknainya. Bahkan untuk satu hal yang

    sama bisa diartikan berbeda oleh orang yang sama jika disampaikan dalam

    situasi komunikasi yang juga berlainan, baik tempat ataupun waktunya.

    Makna juga bisa berubah jika yang menyampaikannya adalah orang yang juga

    berbeda dari yang sebelumnya.

  • 7/25/2019 3. Isi (Bab I-bab v)

    42/78

    42

    Salah satu teori tentang makna yang dirancang oleh Wendell Johnson

    berbunyi Makna dikomunikasikan hanya sebagian. Artinya makna yang

    diperoleh dari suatu kejadian bersifat multiaspek dan sangat kompleks, tetapi

    hanya sebagian saja dari makna-makna tersebut yang benar-benar dapat

    dijelaskan, selebihnya tertinggal dalam benak kita. Oleh karenanya,

    pemahaman yang sebenarnyapertukaran makna secara sempurnamungkin

    merupakan tujuan ideal yang ingin dicapai tapi tidak pernah tercapai (Sobur,

    2006: 259).

    Dalam pelajaran dasar Bahasa Indonesia dikenal dua jenis makna, yaitu

    makna denotatif dan makna konotatif. Denotative adalah makna sebnarnya

    dari sesuatu yang dimaknai dan makna konotatif adalah makna kiasan atau

    makna lain di luar sesuatu yang dimaknai tadi. Dalam teori semiotika hal

    serupa diungkap oleh Roland Barthes.

    Alex Sobur (2006: 263) mengungkapkan bahwa makna denotatif (jika

    berbicara tentang kata) adalah makna yang biasa ditemukan dalam kamus.

    Sedangkan makna konotatif adalah makna denotatif ditambah dengan segala

    gambaran, ingatan dan perasaan yang ditimbulkan oleh kata tersebut.

    Sebuah makna diperoleh dari kesepakatan di antara orang-orang dalam

    sebuah kelompok. Jadi sesungguhnya makna itu diciptakan oleh manusia

    sendiri. Namun, karena di dunia ini terlalu banyak kelompok sehingga makna

    yang ada juga tidak sedikit. Satu kata atau tindakan bisa bermakna lain jika

    diartikan oleh bangsa atau kelompok yang lain pula. Jadi cara yang paling

    tepat untuk mengetahui makna adalah dengan mencari tahu.

  • 7/25/2019 3. Isi (Bab I-bab v)

    43/78

    43

    BAB III

    GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

    A. KONDISI GEOGRAFIS

    1. Letak dan Luas Wilayah

    Cikoang merupakan salah satu dari dua belas desa yang ada di

    Kecamatan Mangarabombang, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan.

    Sebagian wilayahnya berada di daerah pesisir bagian Selatan Kecamatan

    Mangarabombang. Jarak desa Cikoang dari Ibu Kota Kecamatan adalah

    sejauh 7 Km, 21 Km dari Ibu Kota Kabupaten, dan sekitar 60 Km dari Ibu

    Kota Provinsi, Makassar.

    Wilayah desa Cikoang memanjang dari Timur ke Barat dengan

    batasan-batasan sebagai berikut:

    -

    Sebelah utara berbatasan dengan desa Bontomanai, Kecamatan

    Mangarabombang

    - Sebelah Timur berbatasan dengan desa Pattoppakang, Kecamatan

    Mangarabombang

    - Sebelah Selatan berbatasan dengan desa Punaga, kecamatan

    Mangarabombang

    - Sebelah Barat berbatasan dengan desa Lakatong, Kecamatan

    Mangarabombang

    Di tengah-tengah desa ini terdapat aliran sungai yang oleh warga

    Cikoang disebut sebagai Muara Cikoang. Sungai inilah yang selalu

    dijadikan sebagai lokasi pelaksanaan Maudu Lompoa setiap tahunnya.

  • 7/25/2019 3. Isi (Bab I-bab v)

    44/78

    44

    Secara keseluruhan, luas daerah desa Cikoang adalah sebesar 555,5

    Ha. Luas tersebut meliputi empat dusun di dalamnya, yaitu dusun

    Cikoang, dusun Bontobaru, dusun Bila-bilaya dan dusun Jonggowa.

    2. Topografi dan Keadan Alam

    Seluruh wilayah Cikoang terletak pada dataran rendah dengan jarak

    ketinggian terdekat dari permukaan laut adalah setinggi 2 m. Dari

    keseluruhan luas wilayah Cikoang, 45,86 % digunakan untuk perkebunan,

    30,26 % merupakan lahan persawahan, 6,20 % adalah lahan pemukiman

    warga, dan sisanya adalah lahan pekarangan, perkantoran dan prasarana

    umum lainnya.

    Seperti wilayah lain di Indonesia pada umumnya, Cikoang juga

    beriklim tropis. Rata-rata curah hujan yang turun adalah 1.883 mm tiap

    tahunnya di mana musim hujan berlangsung pada bulan Desember sampai

    Maret. Sedangkan pada bulan April sampai November terjadi musim

    kemarau. Meskipun demikian, tidak menutup kemungkinan hujan juga

    turun pada musim kemarau, hanya saja pada bulan Desember sampai

    Maret adalah bulan di mana hujan turun paling sering.

    B. KONDISI DEMOGRAFIS

    1. Jumlah Penduduk

    Jumlah penduduk desa Cikoang, sesuai dengan data terakhir yang

    dicatat kantor Kecamatan Mangarabombang, yaitu pada Juni 2011 adalah

  • 7/25/2019 3. Isi (Bab I-bab v)

    45/78

    45

    sebanyak 2.875 jiwa. Jumlah tersebut meliputi 709 Kepala Keluarga di

    mana 1.330 jiwa merupakan penduduk berjenis kelamin Pria dan 1.545

    jiwa adalah wanita.

    Nama DesaJumlah penduduk (jiwa)

    Pria Wanita Total

    Cikoang 1.330 1.545 2.875

    2. Ekonomi dan Mata Pencaharian

    Letak desa Cikoang yang berada di daratan rendah dan dengan

    kondisi tanah yang tidak terlalu tandus menjadikan petani sebagai sumber

    mata pencaharian utama di desa ini. Sumber mata pencaharian lain yang

    tidak kalah pentingnya dari petani adalah nelayan, penambak garam,

    penganyam, pedagang dan juga pegawai negeri sipil.

    Tanaman padi yang menjadi sumber makanan pokok penduduk di

    Cikoang hanya bergantung pada sawah tadah hujan, sehingga produksi

    padi hanya berlangsung sekali dalam setahun. Di musim kemarau, sawah

    diolah kembali untuk menanam tanaman lain, seperti jagung dan kacang

    hijau.

    3.

    Bidang Pendidikan

    Meskipun letak desa Cikoang agak jauh dari kota, namun

    penduduknya masih bisa tersentuh oleh pendidikan. Hingga saat ini, telah

    ada lima bangunan sekolah di dalamnya yang terdiri atas 3 sekolah dasar,

    1 SMP dan 1 SMA. Sekolah-sekolah tersebut adalah SDN. Jonggowa,

  • 7/25/2019 3. Isi (Bab I-bab v)

    46/78

    46

    SDN. Inp. Bonto-bonto, SDN. Inp. Kampung Parang, SLTP Neg. 3

    Mangarabombang dan SMU Neg. 1 Mangarabombang.

    Tingkatan Sekolah Jumlah Keterangan

    SD 3

    SDN. Jonggowa

    SDN. Inp. Bonto-bonto

    SDN. Inp. Kampung Parang

    SMP 1 SLTP Neg. 3 Mangarabombang

    SMA 1 SMU Neg. 1 Mangarabombang

    C.

    Stratifikasi Sosial dan Adat

    Sejak dahulu, di Cikoang dikenal stratifikasi sosial atau pelapisan dalam

    masyarakat. Hal tersebut dianggap sebagai hal yang penting dalam menilai

    latar belakang kehidupan, watak dan sifat-sifat yang mendasar pada

    masyarakat.

    Di desa ini terdapat tiga lapisan masyarakat yang berbeda secara adat,

    yaitu masyarakat karaeng, masyarakat sayyid dan masyarakat jawi. Secara

    umum lapisan masyarakat tersebut dapat dilihat pada uraian singkat berikut:

    1. Karaeng

    Seperti pada masyarakat lainnya di Sulawesi Selatan, di Cikoang

    juga terdapat kelompok karaeng. Kelompok karaeng ini bermula dari

    karaeng Cikondong sebagai keturunan dari karaeng Binamu di Jeneponto

    yang membeli tanah Cikoang dari Sombaya ri Gowa. Karaeng Cikondong

    inilah yang secara turun temurun memimpin rakyat dan masyarakat

    Cikoang. Beliau ditemani oleh empat puluh orang jowak (hamba) yang

    merupakan pengawalnya. Di antara empat puluh orang itu terdapat dua

    orang yang dianggap sangat pemberani yang bernama Bunrang dan Danda.

  • 7/25/2019 3. Isi (Bab I-bab v)

    47/78

    47

    Keduanya diangkat sebagai pengawal pribadi dari karaeng Cikondong.

    Selain itu ia juga sering dipanggil oleh Somba ri Gowa untuk membantu

    dalam peperangan. Oleh karena itu kedua orang ini termasuk tokoh

    legendaris dalam kalangan masyarakat Cikoang.

    Meskipun demikian, dewasa ini lapisan masyarakat karaeng di

    Cikoang sudah tidak terlalu mencolok karena telah berintegrasi dengan

    masyarakat Sayyid.

    2.

    Sayyid

    Masyarakat sayyid mulai ada sejak kedatangan Sayyid Jalaluddin di

    Cikoang. Sejak saat itu lapisan masyarakat berkembang ke dua arah sudut

    pandang yang berdasar pada pertanyaan apakah seseorang itu keturunan

    Nabi Muhammad atau bukan.

    Kata Sayyid berasal dari bahasa Arab, yang berarti tuan atau

    penghulu. Pada masyarakat Cikoang kata Sayyid merujuk kepada

    seseorang atau kelompok orang yang mengaku dan telah diakui memiliki

    garis keturunan langsung dengan Nabi Muhammad SAW.

    3. Jawi

    Kata jawi bisa saja diartikan sebagai orang Jawa sesuai dengan

    sebutan orang Arab terhadap orang-orang Jawa yang bermukim secara

    kelompok. Namun, entah bagaimana sehingga pada kalangan masyarakat

    Cikoang kata Jawi ini bergeser makna menjadi orang yang bukan sayyid.

    Meskipun demikian istilah jawi tidak memiliki makna negatif bagi

  • 7/25/2019 3. Isi (Bab I-bab v)

    48/78

    48

    masyarakat Cikoang sehingga tidak akan ada orang yang merasa

    tersinggung dan tidak pula merasa bangga dengan sebutan jawi.

    Kepercayaan yang tumbuh dalam masyarakat Cikoang adalah bahwa

    pelapisan sayyid-jawi berakar pada asal mula kejadian manusia. Sayyid

    berasal dari Muhammad dan Muhammad berasal dari Nur Muhammad,

    yaitu asal mula atau sumber kejadian seluruh makhluk di muka bumi.

    Sedangkan jawi berasal dari Adam yang diciptakan dari Nur Muhammad.

    Dalam hal ini, Muhammad dilukiskan sebagai sumber ruh sedangkan Adam

    sebagai sumber jasad/tubuh. Dalam bahasa Makassar dikatakan bahwa

    Muhammad manggena nyawayya, Adam manggena tubuwa. Oleh karena itu

    dalam anggapan masyarakat Cikoang, derajat sayyid lebih mulia dari pada

    jawi. Semua orang yang tidak termasuk kelompok sayyid disebut jawi dengan

    tidak membedakan status kebangsawanan (karaeng) ataupun ata (hamba).

    Begitu pula halnya dengan karaeng. Jika saja ada karaeng yang bukan

    sayyid maka tetap saja derajat sayyid lebih tinggi dari pada karaeng. Namun

    dewasa ini sudah tidak ditemukan lagi karaeng yang bukan sayyid, semua

    karaeng di Cikoang pasti berdarah sayyid dan dalam kesehariannya mereka

    hanya dipanggil karaeng. Adapun sayyid yang bukan karaeng biasanya

    dipanggil tuan.

    Dengan demikian urutan strata sosial di Cikoang dari yang tertinggi

    adalah sayyid yang karaeng, sayyid biasa dan terakhir jawi.

    Meskipun strata seseorang ditentukan dari garis keturunannya, namun

    ada faktor yang bisa menyebabkan strata sosial seseorang dapat saja berubah,

  • 7/25/2019 3. Isi (Bab I-bab v)

    49/78

    49

    baik itu yang meningkat (naik tingkatan) ataupun yang menurun. Salah satu

    faktor tersebut adalah perkawinan.

    Ada aturan dalam kelompok sayyid yang tidak mengijinkan

    keturunannya untuk menikah selain dengan sesama sayyid, kecuali kaum pria.

    Kaum pria yang menikah dengan wanita yang bukan sayyid tidak akan

    mengubah statusnya sebagai sayyid. Tetapi jika yang melanggar adalah

    seorang wanita maka secara otomatis dia langsung dihapus dari garis

    keturunan dan dicabut status sayyidnya. Sebaliknya jika seorang wanita jawi

    menikah dengan pria sayyid, maka secara otomatis statusnya juga akan

    berubah menjadi sayyid.

  • 7/25/2019 3. Isi (Bab I-bab v)

    50/78

    50

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. HASIL PENELITIAN

    Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian yang diperoleh penulis

    selama melakukan penelitian yang dimulai sejak bulan Maret hingga Mei

    2011. Hasil penelitian diperoleh melalui observasi langsung, wawancara dan

    studi pustaka.

    Tiga orang informan kunci berhasil diwawancarai penulis, namun hanya

    ada satu informan yang terbuka dengan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.

    Dua lainnya hanya memberikan informasi dasar dengan alasan tidak boleh

    membahas terlalu dalam terkait etika golongan.

    Kebanyakan wawancara yang dilakukan penulis adalah dalam situasi

    non formal, dalam hal ini seolah-olah seperti sedang berbincang-bincang

    santai. Berikut uraian hasil penelitian yang diperoleh penulis.

    1. Sejarah Maudu Lompoa

    Peringatan Maudu Lompoa pertama kali dilaksanakan oleh seorang

    ulama besar dari Aceh bernama Jalaluddin Aidid yang kemudian oleh

    warga Cikoang disebut dengan Sayyid Jalaluddin. Pertanyaannya adalah

    siapa sebenarnya Sayyid Jalaluddin ini?

    Sayyid Jalaluddin, dalam sejarahnya, mengaku sebagai keturunan

    dari Sultan Iskandar Muda Mahkota Alam yang menikahi salah satu

    anggota kerajaan Sombaya ri Gowa.

  • 7/25/2019 3. Isi (Bab I-bab v)

    51/78

    51

    Ceritanya berawal ketika Sayyid Jalaluddin berkunjung ke tanah asal

    mertuanya di Gowa. Niat awalnya berkunjung ke sana, selain untuk

    bersilaturahmi, ia juga berniat menyebarkan ajaran Islam. Namun, ia tidak

    mendapatkan respon yang layak dari Sombaya di Gowa, karena

    ketidakjelasan identitas keturunan Sayyid. Ia lalu pamit pada Sombaya ri

    Gowa dan kemudian menitipkan istrinya di Balla Lompoa, Gowa. Atas

    izin Allah SWT, Sayyid meninggalkan Balla Lompoa dengan

    menggunakan sehelai tikar sembahyang (sajadah) sebagai kendaraan

    pribadinya dan sebuah tempat air wudhu (cerek) menemaninya. Dalam

    waktu sekejab, Sayyid sudah sampai di sebelah utara pulau Tanakeke,

    kemudian sebelah utara Sungai Bontolanra, Parappa, Sanrobone, dan

    Sungai Maccinibaji. Pada saat yang sama, di muara sungai Cikoang,

    sebelah utara hulu sungai, Bunrang (kesatria Cikoang) memasang kuala

    (bila). Lalu, di sebelah selatan hulu sungai, Danda (kesatria Cikoang) juga

    memasang kuala. Esoknya, Danda dan Bunrang melihat sebuah benda

    berbentuk kapal laut besar lewat di sebelah utara Tompo'tanah. Hanya

    dalam waktu sekejap, benda tersebut berubah bentuk menjadi benda

    bercahaya. Melihat itu, kedua kesatria Cikoang itu berlomba mendayung

    perahunya (lepa-lepa) mendekati benda itu. Saat mendekat, keduanya

    heran mendapati seorang manusia memakai jubah, duduk bersila di atas

    sajadah ditemani cerek. Melihat keajaiban pada orang itu, Sayyid

    Djalaluddin, Danda dan Bunrang lalu menawarkan jasa pada Sayyid.

    Kedua perahu itu lalu dirapatkan. Sayyid kemudian meletakkan kaki

  • 7/25/2019 3. Isi (Bab I-bab v)

    52/78

    52

    kanannya di atas perahu Danda dan kaki kirinya di perah Bunrang. Kedua

    ksatria itu kemudian mendayung perahunya ke pinggiran sungai Cikoang.

    Sesampainya di Desa Cikoang, ia langsung bersilaturahmi dengan

    warga setempat, termasuk Danda dan Bunrang. Ia menggunakan

    kesempatan itu untuk berdakwah dan menyebarluaskan agama Islam.

    Sejak saat itu, kehadiran Sayyid Jalaluddin di Desa Cikoang seperti

    membawa era baru dalam kehidupan masyarakat di sana. Ia dianggap

    mampu menyiarkan Islam dengan cara yang mudah ditangkap oleh

    masyarakat setempat. Hal tersebut menjadikannya sosok yang sangat

    dikagumi sejak saat itu hingga sekarang.

    Meskipun pada saat itu masyarakat Cikoang telah mengenal Islam,

    namun kehadiran Sayyid menambah pemahaman mereka yang pada saat

    itu masih sangat dangkal, khususnya di bidang aqidah dan syariat Islam.

    Hal yang pertama kali di ajarkan olenya adalah berbagai macam

    ibadah, baik yang wajib maupun sunnah. Salah satunya adalah

    mengajarkan puasa dan shalat tarwih di bulan Ramadahan. Sedangkan di

    bulan Rabiul Awal masyarakat diajarkan untuk memahami dan mencintai

    Nabi Muhammad SAW. Ia ingin menanamkan pemikiran dalam

    masyarakat betapa pentingnya mengenal dan mengagumi Nabi

    Muhammad SAW sebagai suri tauladan bagi Ummat Nya. Seperti itulah

    awal mula perayaan Maulid di Cikoang.

    Selanjutnya, Bunrang diutus untuk menjemput istri Sayyid, Acara'

    Daeng Tammami, di Balla Lompoa, Gowa. Dua bulan setelah Daeng

  • 7/25/2019 3. Isi (Bab I-bab v)

    53/78

    53

    Tamami berada di Cikoang, tepatnya saat tarikh 10 Syafar 1025 H,

    mulailah dilaksanakan mandi Syafar untuk pertama kalinya sebagai

    rangkaian peringatan maulid Nabi Muhammad SAW atau dikenal sebagai

    Maudu' Lompoa (maulid besar).

    Dalam perkembangannya, masyarakat Cikoang telah menganggap

    perayaan ini sebagai suatu kewajiban. Hal ini bersumber pada motivasi

    pendalaman ajaran Islam tentang kerohanian, yang diajarkan oleh Sayyid

    Jalaluddin Aidid. Berikut uraiannya:

    a.

    Pengetahuan Marifah

    Marifah adalah suatu ilmu kerohanian yang berintikan

    pengetahuan secara hakikat tentang Allah dan makhluk-Nya.

    Dalam pemahaman Marifah, sebagaimana yang dipahami oleh

    masyarakat Cikoang, bahwa sebelum Allah menciptakan segala

    sesuatu, yang paling pertama diciptakan adalah Nur Muhammad

    yang kemudian melahirkan Nabi Muhammad melalui dua proses, yaitu

    proses kelahiran di alam gaib dan di alam nyata.

    1. Proses kelahiran Nabi di alam gaib ditandai dengan diciptakannya

    tiga hal. Pertama Nur yang diciptakan Allah sebagai sumber

    segala makhluk yang darinya kemudian diciptakan alam semesta.

    Selanjutnya pada tanggal 10 bulan Syafar, saat Nabi masih dalam

    kandungan Aminah, ia ditiupkan Ruh. Dan terakhir, Akal,

    pada saat Nabi dilahirkan. Nur dianggap sebagai peringatan

  • 7/25/2019 3. Isi (Bab I-bab v)

    54/78

    54

    kejadian, Ruh sebagai peringatan keadaan, dan Akal sebagai

    peringatan kelahiran.

    Oleh karena itu peringatan Maulid terbagi atas tiga macam

    pelaksanaan, yaitu memperingati kejadian di alam nur,

    memperingati keadaan di alam rahim, dan memperingati kelahiran

    di alam nyata. Hal ini didasarkan pada tiga hal yang tercatat dalam

    sejarah yang masing-masing mewakili ketiga peringatan tersebut.

    a. KEJADIAN. Pada tanggal 12 Rabiul Awal 1041 H atau

    tanggal 11 November 1620 M, Sayyid Jalaluddin memperingati

    kejadian di alam Nur bersama dengan jamaahnya di Cikoang.

    Proses dalam peringatan inilah yang merupakan prosesi dari

    Maudu Lompoa.

    b.

    KEADAAN. Pada tanggal 12 Rabiul Awal 211 H, kerajaan

    Arbelles, Raja Abu Said Al Musaffar 1 memperingati keadaan

    di alam rahim. Peringatan ini dilakukan dengan pembacaaan

    kitab Barsanji yang isinya adalah kisah perjalanan Nabi

    Muhammad sejak lahir hingga wafat-Nya. Nama Barsanji itu

    sendiri di ambil dari nama kota asal pengarang kitab tersebut

    yang bernama Jafar.

    c. KELAHIRAN.Pada tanggal 12 Rabiul Awal 1 H atau tanggal

    24 September 622 M, Nabi Muhammad bersama Abu Bakar

    dan Ali memperingati kelahiran di alam dunia di Madinah. Saat

  • 7/25/2019 3. Isi (Bab I-bab v)

    55/78

    55

    itu, yang bertepatan dengan hari Jumat, merupakan pertama

    kalinya dilaksanakan shalat Jumat.

    2. Proses kelahiran Nabi di alam nyata, pada tanggal 12 Rabiul Awal

    tahun Gajah atau tahun 571 M, sama seperti kelahiran manusia lain

    pada umumnya. Jika kelahiran Nabi di alam Gaib dipercaya

    sebagai sumber terciptanya alam semesta, maka kelahiran Nabi di

    alam nyata dipercaya sebagai sumber kebenaran mutlak. Melalui

    Beliau, segala kebenaran dari Allah dapat disampaikan dan

    dipahami serta dilaksanakan oleh umat Islam yang beriman.

    Kebenaran-kebenaran tersebut adalah suatu hidayah atau petunjuk

    ke jalan yang benar untuk mencapai kesejahteraaan hidup di dunia

    dan keselamatan di akhirat.

    Oleh karena itu sosok Nabi Muhammad harus di marifati

    (diketahui secara mendalam) yang kemudian diwujudkan dengan

    bentuk kecintaan terhadapnya (mahabbah)

    b. Prinsip Mahabbah (cinta)

    Mahabbah adalah perwujudan dari marifah, yaitu pengetahuan

    yang sempurna tentang Nur Muhammad sebagai sumber penciptaan

    Allah terhadap semua makhluk-Nya, sehingga tidak ada alasan untuk

    tidak cinta kepada Nabi Muhammad SAW. Inilah yang disebut dengan

    Mahabbah. Dengan motivasi mahabbah inilah, masyarakat

    menunjukkan kecintaannya terhadap Nabi Muhammad SAW melalui

    perayaan Maulid/Maudu.

  • 7/25/2019 3. Isi (Bab I-bab v)

    56/78

    56

    Keyakinan mereka cukup sederhana, bahwa bagaimana manusia

    bisa mengenal Allah jika Rasulnya sendiri tidak dikenal dengan baik.

    Melalui upacara Maudu, mereka berharap kecintaan mereka terhadap

    Nabi Muhammad dapat diwujudkan.

    Akhirnya, masyarakat Cikoang dengan dibantu oleh para

    keluarga yang berasal dari keturunan Sayyid (gelar bagi mereka yang

    mengaku dan diakui memiliki garis keturunan langsung dengan Nabi

    Muhammad SAW) terus mengadakan dan melestarikan budaya yang

    mereka anggap sebagai ritual keagamaan, yaitu Maudu Lompoa.

    Tujuannya adalah untuk mengagungkan Nabi Muhammad agar

    mendapat pertolongan di akhirat kelak.

    Demikianlah sejarah dilaksanakannya Maudu Lompoa di Cikoang.

    Dalam perkembangannya, pelaksanaan Maudu Lompoa mengalami

    beberapa perubahan, khususnya dari segi kuantitas, baik pengunjung

    ataupun atribut upacaranya.

    Selanjutnya akan dibahas rangkaian proses dan atribut-atribut yang

    digunakan dalam ritual Maudu Lompoa serta makna yang terkandung di

    dalamnya.

    Sumber : hasil wawancara dan catatan sejarah milik H.M. Nur Aidid.

  • 7/25/2019 3. Isi (Bab I-bab v)

    57/78

    57

    2. Proses Maudu Lompoa dan Makna yang Terkandung di Dalamnya

    Pada awalnya pelaksanaan Maudu Lompoa di Cikoang sangatlah

    sederhana. Kesemarakan upacara seperti yang tampak pada perayaan

    Maudu Lompoa dewasa ini, pada saat itu tidaklah demikian. Atribut-

    atribut yang digunakan pun masih sangat sederhana dan tidak sekompleks

    saat ini.

    Sesuai dengan ajaran Sayyid Jalaluddin, penyelenggaraan Maudu

    Lompoa ditandai dengan empat hal atau bahan utama, yaitu:

    a.

    Padi yang diibaratkan sebagai tubuh manusia

    b.

    Ayam yang diibaratkan sebagai ruh manusia

    c. Kelapa yang diibaratkan sebagai hati manusia

    d. Telur yang diibaratkan sebagai rahasia manusia

    Keempat bahan inilah yang wajib ada dalam pelaksanaan Maudu

    Lompoa yang setiap tahunnya diselenggarakan oleh masyarakat Cikoang.

    Berikut adalah uraian mengapa keempat bahan tersebut dijadikan sebagai

    atribut penting dalam Maudu Lompoa.

    Padi

    Masyarakat Cikoang, secara turun temurun meyakini bahwa semua

    hal yang dilaksanakannya dalam hubungannya dengan Maudu

    Lompoa dilakukan dengan niat yang baik. Mengapa harus

    menggunakan padi? Mengapa tidak menggunakan beras yang sudah

    digiling? Bukankah akan lebih mudah jika menggunakan beras

    karena kita tidak perlu lagi menumbuknya?

  • 7/25/2019 3. Isi (Bab I-bab v)

    58/78

    58

    Alasannya tidak sesederhana itu. Secara praktis, alasannya, seperti

    yang diungkapkan oleh H. M. Nur Aidid adalah:

    Kan dulu itu belum ada pabrik, jadi orang-orang menggiling

    beras dengan cara manual, yaitu ditumbuk. Nah, tradisi inilah

    yang ingin dipertahankan hingga saat ini, agar kita tidak pernah

    melupakan adat nenek moyang kita

    Namun, secara esensial, alasan lain diungkapkan oleh Panda Yoto,

    yaitu:

    Jadi, nenek moyang kita itu mengisaratkan untukmenggunakan bahan-bahan yang bisa dipakai attutturang,

    contohnya padi ini. Yang digunakan sebagai benih untuk

    menanam padi adalah padinya atau gabah bukan beras. Karena

    itulah kita menggunakan padi bukan beras. Niatnya adalah

    segala sesuatu yang kita lakukan dapat tumbuh dan selanjutnya

    bisa digunakan kembali untuk kebaikan

    Selanjutnya, mengapa beras itu diibaratkan sebagai tubuh adalah

    karena beras (nasi) adalah sumber energi utama manusia bagi warga

    Indonesia pada umumnya, dan warga Cikoang secara khusus.

    Ketentuan minimal jumlah beras yang disarankan untuk ritual

    Maudu Lompoa adalah sebanyak 4 liter/orang. Hal itu berdasar pada

    hitungan jumlah tiap butir beras dalam 4 liter beras itu diperkirakan

    sebanding dengan jumlah helai rambut (bulu) yang ada pada tubuh

    manusia.

    Ayam

    Ayam dijadikan pilihan utama untuk Maudu Lompoa di antara

    sekian banyak hewan lainnya yang biasa dimakan manusia pada

    umumnya. Hal itu disebabkan karena ayam dianggap sebagai hewan

    ciptaan Allah yang memiliki keistimewaan tersendiri di antara hewan

  • 7/25/2019 3. Isi (Bab I-bab v)

    59/78

    59

    lainnya. Keistimewaan tersebut adalah membangunkan semua hamba

    Allah di subuh hari untuk beribadah kepada-Nya. Panda Yoto

    mengatakan:

    Tidak ada satu hewan pun yang bisa membangunkan manusia

    di subuh hari kecuali Ayam. Karena itu ayam dianggap sangat

    istimewa di antara hewan lainnya dan karena itu juga ayam

    diibaratkan sebagai nyawa manusia.

    Ketentuan minimal untuk ayam adalah 1 ekor/orang dan tidak ada

    batasan maksimal. Sebaiknya ayam tersebut adalah ayam yang

    dipelihara oleh pemiliknya sendiri, bukan ayam orang lain atau ayam

    yang dibeli di pasar.

    Kelapa

    Filosofi dari penggunaan kelapa hampir sama dengan alasan

    penggunaan padi. Setiap kegiatan yang dilakukan diniatkan agar bisa

    bermanfaat dan berkelanjutan. Kelapa adalah salah satu tanaman

    yang hampir semua bagiannya dapat dimanfaatkan oleh manusia,

    mulai dari batang, daun, sampai buahnya. Dalam hal ini Panda Yoto

    mengutip kata-kata nenek moyangnya berkata:

    Carilah di antara sekian banyak tanaman, dan temukan

    tanaman yang air atau minyaknya bisa mencukupi untukmemasak ayam. Nah kelapa itu jika sudah diolah maka minyak

    yang dihasilkan dari sebutir kelapa diperkirakan dapat

    memasak seekor ayam.

    Selain itu, sama seperti padi, adalah tanaman yang bisa digunakan

    attutturang. Buahnya bisa digunakan kembali sebagai benih untuk

    menanam pohon yang baru.

  • 7/25/2019 3. Isi (Bab I-bab v)

    60/78

    60

    Panda Yoto juga menjelaskan bahwa kelapa itu diibaratkan sebagai

    hati manusia karena pada tempurung kelapa terdapat lingkaran

    menyerupai mata. Mata itulah yang disimbolkan sebagai mata hati

    manusia yang bisa melihat segala hal bahkan yang tidak bisa dilihat

    oleh kasat mata.

    Kelapa ini nantinya akan diolah menjadi minyak. Tidak

    diperbolehkan menggunakan minyak yang sudah jadi (dibeli) karena

    kembali lagi ke syarat awal yang harus menggunakan bahan yang

    bisa digunakan attutturang. Oleh karena itu kelapa yang digunakan

    juga harus kelapa yang masih utuh, masih memiliki sabut, karena

    kelapa yang sudah tidak memiliki sabut (sisa tempurung) tidak bisa

    ditanam kembali.

    Ketentuan jumlah untuk kelapa juga minimal 1 butir/orang dan tidak

    ada batasan maksimal, selama orang tersebut mampu.

    Telur

    Kita semua pasti p