bab iv azz

4
10 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Percobaa n Dari percobaan yang telah dilakukan oleh praktikan didapatkan hasil  percobaan sebagai berikut: Tabel IV.1 Data hasil percobaan proses uji impak.  No Bahan Luas Penampan g (mm 2 ) Suhu ( o C) Energi (Joule) Harga Impak (J/mm 2 ) Bentuk Patahan % Patahan 1. BS4360A 80 0 42 0.525 5 % 2. BS4360A 80 25 31 0.387 41 % 3. BS4360A 80 50 72 0.9 43 % 4.2 Pembahasan Pada percobaan praktikum uji impak ini, praktikan menggunkan material B54360A yang kemudian didinginkan hingga temperature 10°C. Hal tersebut menyebabkan material tersebut menjadi getas. Patah getas disebabkan oleh temperatur yang rendah (di bawah temperature transisi), sedangkan patah ulet disebabkan oleh temperature yang tinggi (di atas temperatur transisi). Temperatur transisi yaitu rentang temperatur yang menjadi batas dari sifat ulet dan sifat getas dari suatu material. Berikut ini adalah gambar diagram FATT uji impak untuk melihat bentuk  patahan dari % patahan dan untuk mengetahui hubungan antara temperatur dengan energi yang diserap pada uji impak.

Upload: dick-klam

Post on 07-Feb-2018

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IV azz

7/22/2019 BAB IV azz

http://slidepdf.com/reader/full/bab-iv-azz 1/4

10

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Percobaan

Dari percobaan yang telah dilakukan oleh praktikan didapatkan hasil

 percobaan sebagai berikut:

Tabel IV.1 Data hasil percobaan proses uji impak.

 No Bahan

Luas

Penampan

g

(mm2)

Suhu

(oC)

Energi

(Joule)

Harga

Impak

(J/mm2)

Bentuk

Patahan

% Patahan

1. BS4360A 80 0 42 0.525 5 %

2. BS4360A 80 25 31 0.387 41 %

3. BS4360A 80 50 72 0.9 43 %

4.2 Pembahasan

Pada percobaan praktikum uji impak ini, praktikan menggunkan material

B54360A yang kemudian didinginkan hingga temperature 10°C. Hal tersebut

menyebabkan material tersebut menjadi getas. Patah getas disebabkan oleh

temperatur yang rendah (di bawah temperature transisi), sedangkan patah ulet

disebabkan oleh temperature yang tinggi (di atas temperatur transisi). Temperatur

transisi yaitu rentang temperatur yang menjadi batas dari sifat ulet dan sifat getas

dari suatu material.

Berikut ini adalah gambar diagram FATT uji impak untuk melihat bentuk

 patahan dari % patahan dan untuk mengetahui hubungan antara temperatur

dengan energi yang diserap pada uji impak.

Page 2: BAB IV azz

7/22/2019 BAB IV azz

http://slidepdf.com/reader/full/bab-iv-azz 2/4

 

11

Gambar IV.1 Diagram FATT

Pada percobaan uji impak yang telah dilakukan dengan energy yang

diberikan sebesar 300 J pada temperatur 10°C menghasilkan harga impak sebesar

0,525 J/mm2  dengan energi yang diserap sebesar 47 J, jika dilihat dari diagram

FATT maka temperature 10°C berada pada T5, sehingga dapat disimpulkan

 berdasarkan grafik menunjukkan patahan getas. Sedangkan pada temperatur 25°C

harga impaknya sebesar 0,3875 J/mm2 dengan energi yang diserap sebesar 31 J,

 jika dilihat dari diagram FATT temperature 25°C berada pada T4 dan padatemperatur 50°C harga impaknya sebesar 0,4375 J/mm2  dengan energi yang

diserap sebesar 72 J, pada diagram FATT berapa pada T2. Untuk lebih jelasnya

dapat di lihat dari grafik IV.1

Gambar IV.1 Grafik Pengaruh Temperatur Terhadap Harga Impak

0

0.2

0.4

0.60.8

1

10 25 50

   H  a  r  g  a   I  m  p  a   k   (   (   J   /  m  m   2   )

Temperatur (°C )

Uji Harga Impak

Page 3: BAB IV azz

7/22/2019 BAB IV azz

http://slidepdf.com/reader/full/bab-iv-azz 3/4

 

12

Berdasarkan grafik diatas pada temperatur 10°C memiliki tingkat harga

impact yang lebih kecil dibandingkan dengan temperature 50°C, hal ini

disebabkan dengan pada temperature 50°C tingkat keuletan sampel tersebut

menjadi meningkat. Berdasarkan data percobaan pada temperatur 10°C

didapatkan harga impak yang yang lebih kecil dibandingkan dengan harga impack

sampel 3. Jika dibandingkan dengan sampel 2 sempel 1 memiliki energy yang

diserap lebih besar dibandingkan sampel 1. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang

ada bahwa dijelaskan pada diagram FATT dimana semakin besar temperatur

maka energi yang diserap semakin tinggi sehingga dihasilkan harga impak yang

 besar. Mungkin pada saat percobaan yang dilakukan dengan temperatur 10°C dan

25°C, posisi sudut takikkan tidak tepat dengan hammer impak sehingga

menyebabkan energy yang diserap tidak tepat. Berikut grafik hubungan antara

energi yang diserap oleh bahan uji dengan pengaruh suhu yang diberikan pada

 bahan uji sebelum proses pengujian impak berlangsung:

Gambar IV.2 Grafik  Pengaruh Energy yang Diserap dengan Persen Patahan

Jika dilihat dari % patahan bahwa semakin besar % patahannya maka

material tersebut bersifat ductile  dan semakin kecil nilai % patahannya maka

material tersebut bersifat brittle. Dari data percobaan yang telah dilakukan nilai %

 patahan yang dihasilkan pada material dengan temperatur 10°C sebesar 5%

merupakan material yang bersifat brittle. Sedangkan material dengan temperatur

25°C nilai % patahannya sebesar 41% merupakan material yang bersifat Britle

0%

10%

20%

30%

40%

50%

42 31 72

   P   e   r   s   e   n    P

   a   t   a   a    h   a   n 

Energi yang diserap (joule)

Series1

Page 4: BAB IV azz

7/22/2019 BAB IV azz

http://slidepdf.com/reader/full/bab-iv-azz 4/4

 

13

dan 50°C mempunyai nilai % patahannya sebesar 43% masih merupakan material

yang brittle  karena nilai % patahannya dibawah 50%. Dari data ini dapat

disimpulkan bahwa jika dilihat dari %patahannya, data yang didapat masih masuk

dalam literatur diagram FATT.