case ms.docx
TRANSCRIPT
-
7/24/2019 CASE MS.docx
1/9
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Medula spinalis merupakan satu kumpulan saraf-saraf yang terhubung ke susunan
saraf pusat yang berjalan sepanjang kanalis spinalis yang dibentuk oleh tulang vertebra.
Ketika terjadi kerusakan pada medula spinalis, masukan sensoris, gerakan dari bagian
tertentu dari tubuh dan fungsi involunter seperti pernapasan dapat terganggu atau hilang sama
sekali. Ketika gangguan sementara ataupun permanen terjadi akibat dari kerusakan pada
medula spinalis, kondisi ini disebut sebagai cedera medula spinalis.
B. Insidensi
Setiap tahun di Amerika Serikat, sekitar 7.!! sampai "!.!!! individu mengalami
cedera medula spinalis. Sampai tahun "###, diperkirakan ada sebanyak "$%.!!! sampai
&!%.!!! orang yang hidup dengan cedera medula spinalis di negara tersebut. 'edera medula
spinalis dikaitkan dengan mortalitas yang tinggi, ketidak berdayaan, rehabilitasi dan
pera(atan yang berkepanjangan, dan beban ekonomi yang tinggi.
)ada tahun &!!*, 'hristopher + ana eeve oundation bekerja sama dengan
'enters for isease 'ontrol and )revention /''0 melakukan penelitian untuk mengetahui
epidemiologi penderita cedera medula spinalis dan yang mengalami paralisis di Amerika
Serikat. 1asilnya yaitu sekitar ",#2 dari populasi Amerika Serikat atau sekitar 3.3#.!!!
orang melaporkan beberapa bentuk paralisis berdasarkan definisi fungsional yang digunakan
dalam survei tersebut. Sekitar !,*2 dari populasi Amerika Serikat atau sekitar ".&73.!!!
orang dilaporkan mengalami paralisis dikarenakan oleh cedera medula spinalis. Menurut
ahlberg dkk. /&!!30, penyebab cedera medula spinalis yang terbanyak di 1elsinki,
inlandia adalah jatuh /*%20 , diikuti dengan kecelakaan lalu lintas /%320, menyelam /#20,
kekerasan /*20 dan penyebab lain /#20.
-
7/24/2019 CASE MS.docx
2/9
)enyebab cedera medula spinalis di negara berkembang bervariasi dari satu negara ke
negara lain. Kecelakaan lalu lintas mencakup sebesar *#2 penyebab cedera medula spinalis
di 4igeria, *$,$2 di 5urki dan %!2 di 5ai(an. 6ila dibandingkan dengan negara maju,
insiden cedera medula spinalis lebih tinggi di negara yang sedang berkembang.
aktor-faktor yang berpengaruh terhadap hal ini antara lain
Kondisi jalan yang buruk
6erkendara mele(ati batas kecepatanKurangnya penggunaan sabuk pengaman dan sandaran kepala di dalam mobil
Korupsi dan suap yang melingkupi implementasi regulasi lalu lintas
8olume kendaraan yang berlebih
)erlengkapan keamanan yang tidak adekuat saat menyelam dan bekerja
Kondisi-kondisi yang tidak la9im seperti jatuh dari pohon dan jembatan
C. Etiologi
'edera medula spinalis dapat dibagi menjadi dua jenis
Cedera medula spinalis traumatik, terjadi ketika benturan fisik eksternal seperti
yang diakibatkan oleh kecelakaan kendaraan bermotor, jatuh atau kekerasan, merusak
medula spinalis. 1agen dkk /&!!#0 mendefinisikan cedera medula spinalis traumatik
sebagai lesi traumatik pada medula spinalis dengan beragam defisit motorik dan
sensorik atau paralisis. Sesuai dengan American 6oard of )hysical Medicine and
ehabilitation :;amination
-
7/24/2019 CASE MS.docx
3/9
5rauma terjadi akibat fleksi dan disertai dengan sedikit kompresi pada vertebra.
8ertebra mengalami tekanan berbentuk remuk yang dapat menyebapkan kerusakan
tau tanpa kerusakan ligamen posterior. Apabila terdapat kerusakan ligamen posterior,
maka fraktur bersifat tidak stabil dan dapat terjadi subluksasi.
#. "leksi dan $otasi
5rauma jenis ini merupakan suatu trauma fleksi yang bersama-sama dengan rotasi.
5erdapa tstrain dari ligamen dan kapsul juga ditemukan fraktur faset. )ada keadaan
ini terjadi pergerakan ke depan> dislokasi vertebra diatasnya. Semua fraktur jenis ini
tidak stabil.
%. Kompresi &ertikal
Suatu trauma vertikal yang secara langsng mengenai vertebra yang akan
menyebapkan kompresi aksial. 4ukleus pulposus akan memecahkan permukaan serta
badan vertebra secara vertikal. Material diskus akan masuk dalam badan vertebra dan
menyebapkan vertebra menjadi pecah. )ada trauma ini elemen posterior masih intak
sehingga fraktur yang terjadi bersifat stabil
'. "leksi lateral
Kompresi atau trauma distraksi yang menimbulkan fleksi lateral akan menyebapkan
fraktur pada komponen lateral yaitu pedikel, foramen vertebra dan sendi faset.
(. "raktur dislokasi
Suatu trauma yang menyebapkan terjadinya fraktur tulang belakang dan terjadi
dislokasi pada ruas tulang belakang.
E. Patofisiologi
efisit neurologis yang berkaitan dengan cedera medula spinalis terjadi akibat dari
proses cedera primer dan sekunder. Sejalan dengan kaskade cedera berlanjut, kemungkinan
penyembuhan fungsional semakin menurun. Karena itu, intervensi terapeutik sebaiknya tidak
ditunda, pada kebanyakan kasus, (indo( period untuk intervensi terapeutik dipercaya
berkisar antara sampai &* jam setelah cedera.
Mekanisme utama yaitu cedera inisial dan mencakup transfer energi ke korda spinal,deformasi korda spinal dan kompresi korda paska trauma yang persisten. Mekanisme ini,
yang terjadi dalam hitungan detik dan menit setelah cedera, menyebabkan kematian sel yang
segera, disrupsi aksonal dan perubahan metabolik dan vaskuler yang mempunyai efek yang
berkelanjutan.
)roses cedera sekunder yang bermula dalam hitungan menit dari cedera dan berlangsung
selama berminggu-minggu hingga berbulan-bulan, melibatkan kaskade yang kompleks dari
interaksi biokimia, reaksi seluler dan gangguan serat traktus yang mana kesemuanya hanya
dimengerti sebagian. Sangat jelas bah(a peningkatan produksi radikal bebas dan opioid
-
7/24/2019 CASE MS.docx
4/9
endogen, pelepasan yang berlebihan dari neurotransmitter eksitatori dan reaksi inflamasi
sangat berperan penting. ?ebih jauh lagi, profil m4A /messenger ibonucleic Acid0
menunjukkan beberapa perubahan ekspresi gen setelah cedera medula spinalis dan perubahan
ini ditujukan sebagai target terapeutik.
6eberapa teori telah diusulkan untuk menjelaskan patofisiologi dari cedera sekunder.
5eori radikal bebas menjelaskan bah(a, akibat dari penurunan kadar anti-oksidan yang cepat,
oksigen radikal bebas berakumulasi di jaringan sistem saraf pusat yang cedera dan
menyerang membrane lipid, protein dan asam nukleat. 1al ini berakibat pada dihasilkannya
lipid pero;idase yang menyebabkan rusaknya membran sel.
5eori kalsium menjelaskan bah(a terjadinya cedera sekunder bergantung pada influks
dari kalsium ekstraseluler ke dalam sel saraf. =on kalsium mengaktivasi phospholipase,
protease, dan phosphatase. Aktivasi dari en9im-en9im ini mengakibatkan interupsi dariaktivitas mitokondria dan kerusakan membran sel.
5eori opiate receptor mengusulkan bah(a opioid endogen mungkin terlibat dalam proses
terjadinya cedera medula spinalis dan bah(a antagonis opiate /contohnya nalo;one0 mungkin
bisa memperbaiki penyembuhan neurologis. 5eori inflamasi berdasarkan pada hipotesis
bah(a 9at-9at inflamasi /seperti prostaglandin, leukotrien, platelet-activating factor,
serotonin0 berakumulasi pada jaringan medula spinalis yang cedera dan merupakan mediator
dari kerusakan jaringan sekunder.
Menyusul cedera medula spinalis, penyebab utama kematian sel adalah nekrosis dan
apoptosis. @alaupun mekanisme kematian sel yang utama segera setelah terjadinya cedera
primer adalah nekrosis, kematian sel apoptosis yang terprogram mempunyai efek yang
signifikan pada cedera sekunder sub akut. Kematian sel oligodendrosit yang diinduksi oleh
apoptosis berakibat demyelinasi dan degenerasi aksonal pada lesi dan sekitarnya.
)roses cedera sekunder berujung pada pembentukan jaringan parut glial, yang
diperkirakan sebagai penghalang utama regenerasi aksonal di dalam sistem saraf pusat.
)embentukan jaringan parut glial merupakan proses reaktif yang melibatkan peningkatan
jumlah astrosit. Menyusul terjadinya nekrosis dari materi abu-abu dari korda sentral dan
degenerasi kistik, jaringan parut berkembang dan meluas sepanjang traktus aksonal. )ola dari
pembentukan jaringan parut dan infiltrasi sel inflamatori dipengaruhi oleh jenis dari lesi
medula spinalis.
)ada lesi mikro, sa(ar darah otak terganggu sedikit, astrosit tetap dalam kesejajaran
yang normal tetapi menghasilkan chondroitin sulfate proteoglycans /'S)s0 dan keratan
sulfate proteoglycans /KS)s0 sepanjang traktus yang cedera dan makrofag menginvasi lesi
tersebut. Akson tidak dapat beregenerasi di luar lesi tersebut. )ada lesi kontusif, sa(ar
darahotak terganggu, tetapi selaput otak masih utuh.
-
7/24/2019 CASE MS.docx
5/9
Kavitasi terjadi di episentrum dari lesi tersebut. Kesejajaran astrosit terganggu pada lesi.
Astrosit menghasilkan 'S)s dan KS)s pada gradien yang meningkat dari penumbra
menuju pusat lesi. 5idak dijumpai invasi fibroblast pada inti lesi, dan karena itu, tidak
dijumpai inhibitor yang mengekspresikan fibroblast. Makrofag menginvasi lesi tersebut dan
intinya dan akson distrofik mendekati lesi tersebut sebelum pertumbuhan berhenti. )ada lesi
tusukan yang luas, sa(ar darah otak rusak, dan kavitasi terjadi pada pusat lesi.
5erdapat tiga jenis lesi lesi mikro, kontusif dan lesi tusukan yang luas /large stab0
". Klasifikasi)enilaian neurologis pada cedera medula spinalis meliputi penilaian berikut seperti
-
7/24/2019 CASE MS.docx
6/9
Sensasi pada tusukan /traktus spinotalamikus0
Sensasi pada sentuhan halus dan sensasi posisi sendi /kolum posterior0
Kekuatan kelompok otot /traktus kortikospinal0
efleks /abdominal, anal dan bulbokavernosus0
ungsi saraf kranial /bisa dipengaruhi oleh cedera servikal tinggi, seperti disfagia0
engan memeriksa dermatom dan miotom dengan cara demikian, level dan
completeness dari cedera medula spinalis dan keberadaan kerusakan neurologis lainnya
seperti cedera pleksus brakialis dapat dinilai. Segmen terakhir dari fungsi saraf spinal yang
normal, seperti yang diketahui dari pemeriksaan klinis, disebut sebagai level neurologis dari
lesi tersebut. 1al ini tidak harus sesuai dengan level fraktur, karena itu diagnosa neurologis
dan fraktur harus dicatat. 'edera inkomplit didefinisikan sebagai cedera yang berkaitan
dengan adanya preservasi dari fungsi motor dan sensorik di ba(ah level neurologis, termasuk
pada segmen sakral yang paling rendah.
)enilaian tingkat dan komplit atau tidaknya suatu cedera medula spinalis memungkinkan
prognosa untuk dibuat. Bika lesi yang terjadi adalah komplit, kemungkinan penyembuhan
jauh lebih kecil dibandingkan dengan lesi inkomplit. Menyusul terjadinya cedera medula
spinalis, terdapat beberapa pola cedera yang dikenal, antara lain
Sindroma korda anterior
5erjadi akibat gaya fleksi dan rotasi pada vertebra menyebabkan dislokasi ke anterior
atau akibat fraktur kompresi dari corpus vertebra dengan penonjolan tulang ke kanalis
vertebra.
Sindroma korda sentralis
6iasanya dijumpai pada orang tua dengan spondilosis servikal. 'edera hiperekstensi
menyebabkan kompresi medula spinalis antara osteofit ireguler dari corpus vertebra di
anterior dengan ligamentum flavum yang menebal di posterior.
Sindroma korda posterior
Sindroma ini umumnya dijumpai pada hiperekstensi dengan fraktur pada elemen
posterior dari vertebra.
Sindroma Bro)n*se+uard
Secara klasik terjadi akibat cedera tusukan tetapi juga sering dijumpai pada fraktur massa
lateral dari vertebra. 5anda dari sindroma ini sesuai dengan hemiseksi dari medula spinalis.
Sindroma konus medularis.
Sindroma kauda ekuina.
erajat keparahan cedera medula spinalis dapat dibagi menjadi beberapa grade menurut
rankel.
rankel AC kehilangan fungsi motorik dan sensorik
rankel 6C ada fungsi sensorik, motorik tidak ada
rankel 'C fungsi motorik ada tetapi tidak berfungsi
rankel C fungsi motorik ada tetapi tidak sempurnarankel :C fungsi sensorik dan motorik baik, hanya ada refleks abnormal
-
7/24/2019 CASE MS.docx
7/9
,. ,e-ala
Kompresi medula spinalis menimbulkan gejala nyeri yang terlokalisir atau menyebar,
paresis atau paraplegia, gangguan fungsi defekasi dan berkemih, kehilangan kontrol
sfinkter dan disfungsi seksual. Manifestasi klinik bervariasi tergantung tingkat cedera,
derajat syok spinal, fase dan derajat pemulihan.
5abel ". :fek cedera berdasarkan tingkat cedera medula spinalis
5ingkat cedera :fek cedera
'"-'% Kuadriplegia, paralisis diafragma, kelemahan atau paralisis otot
aksesori, paralisis otot interkostal dan abdominal
'*-'3 Kuadriplegia, menurunnya kapasitas paru, diafragma mungkin
mengalami paralisis>kelemahan, paralisis interkostal dan abdominal,
ketergantungan total dalam aktivitas sehari-hari
'-'7 Kuadriplegia, fungsi difragma baik, beberapa gerakan tangan
memungkinkan untuk melakukan sebagian aktivitas sehari-hari.
'7-'$ Kuadriplegia dengan keterbatasan menggunakan jari tangan,
kemandirian meningkat
5"-5 Kelemahan>paralisis interkostal, paralisis otot abdomen
57-5"& Kelemahan>paralisis otot abdominal
?"-?& dan atau
di ba(ahnya
)araplegia dengan fungsi tangan masih baik, kehilangan fungsi sensorik
dan motorik, kehilangan fungsi defekasi dan berkemih
Sedangkan efek cedera medula spinalis tidak komplit akan menunjukkan karakteristik
berdasarkan area medula spinalis yang mengalami gangguan baik sentral lateral, anterior
atau perifer.
5abel &. Manifestasi Klinik 'edera Medula Spinalis 6erdasarkan ?okasi ?esi
?okasi lesi Manifestasi
Sentral /sindrom medula
pusat0
efisit motorik pada ekstremitas atas dibandingkan
ekstremitas ba(ah, kehilangan sensori bervariasi tetapi
lebih berat pada ekstremitas atas. isfungsi defekasi dan
berkemih bervariasi, atau fungsi defekasi dan berkemihmasih dipertahankan.
Anterior /sindrom medula
anterior0
Kehilangan sensasi nyeri dan fungsi motorik di ba(ah
lesiC sentuhan ringan, posisi dan sensasi vibrasi tetap utuh.
?ateral /sindrom Brown-
sequard0
)aralisis ipsi lateral atau paresis, bersamaan dengan
kehilangan sensasi raba, tekanan dan getaran ipsilateral
dan kehilangan sensasi nyeri dan suhu kontralateral.
)osterior /sindrom medula
posterior0
Kehilangan sensasi getaran dan propriosepsi, dan hanya
kehilangan sebagian dari sensasi sentuhan ringan.
-
7/24/2019 CASE MS.docx
8/9
. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pasca cedera medula spinalis antara lain yaitu instabilitas
dan deformitas tulang vertebra, fraktur patologis, syringomyelia pasca trauma, nyeri dan
gangguan fungsi seksual.I. Penatalaksanaan
Mayoritas pasien dengan cedera medula spinalis disertai dengan cedera bersamaan pada
kepala, dada, abdomen, pelvis dan ekstremitas D hanya sekitar *!2 cedera medula spinalis
yang terisolasi. )enatalaksanaan a(al berlangsung seperti pasien trauma pada umumnya yang
meliputi survei primer, resusitasi dan survei sekunder.
)rotokol terapi yang direkomendasikan berdasarkan pada % hal yang penting. Eang
pertama, pencegahan cedera sekunder dengan intervensi farmakologis seperti pemberian
metilprednisolon dalam $ jam setelah kejadian sesuai dengan panduan yang dianjurkan dalamstudi 4AS'=S-===.&
)asien sebaiknya diberikan metilprednisolon dengan dosis bolus %!mg>kg berat badan
diikuti dengan dosis pemeliharaan 3,*mg>kg berat badan per jam selama &% jam atau *$ jam
secara infusan.
Kedua, hipoksia dan iskemia di lokasi lesi medula spinalis sebaiknya diminimalisir
dengan mengendalikan status hemodinamik dan oksigenasi. Semua pasien sebaiknya
menerima oksigen tambahan yang cukup untuk mencapai saturasi oksigen mendekati "!!2.
Ketiga, begitu cedera medula spinalis disangkakan, tulang belakang harus diimobilisasi
untuk mencegah cedera neurologis yang lebih lanjut.
Manajemen farmakologi pada cedera medula spinalis akut masih kontroversi.
-
7/24/2019 CASE MS.docx
9/9
memberikan gambaran kecenderungan, dan memprediksi keperluan di masa yang akan
datang.