jurnal internasional

Upload: sasmito-jati

Post on 14-Oct-2015

86 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Jurnal InternasionalUniversitas Indonesia Directorate on Research and Community Service manages and publishes Makara, UI's scientific journal, with four issues of publication, which are: Health SeriesMAKARA HEALTH Series is a scientific journal which provides original articles about knowledge and research information, or research application and contemporary developments related to health issues. This journal is a publication instrument and a forum to share research products and developments in the area of health.

Every article for this journal should be sent to the editor's office. Complete information about how to send article and the writing guide is provided in every publication. Each article will undergo a process of selection by the associated experts and or the editors.

This journal is published semianually (June and December). Publication of article will not be charged. MAKARA Health Series is the expansion of the MAKARA Health and Medicine Series as development of Universitas Indonesia MAKARA Research Journal that was published since January 1997.

Social and Humanities SeriesMAKARA HEALTH Series is a scientific journal which provides original article about knowledge and research information, or research application and contemporary development about everything related to social and humanities issues. This journal is a publication instrument and a forum to share research products and the development in the area of social and humanities.

Every article for this journal should be sent to the editor office. Complete information about how to send article and the writing guide provided in every publication. Each article will be undergoing a process of selection by the associated experts and or the editors.

Since 2005 this journal published twice in a year (June and December). Publication of article will not be charged. MAKARA Social and Humanities Series is expansion of MAKARA C Series: Social and Humanities Area as a consummation of Universitas Indonesia MAKARA Research Journal that was published since January 1997. Science SeriesMAKARA Science Series is a scientific journal which provides original articles about knowledge and research information, or research application and contemporary development related to science issues. This journal is a publication instrument and a forum to share research products and developments in the area of science.

Every article for this journal should be sent to the editor's office. Complete information about how to send article and the writing guide is provided in every publication. Each article will undergo a process of selection by the associated experts and or the editors.

This journal published semianually (April and November). Publication of article will not be charged. MAKARA Science Series is expansion of MAKARA B Series: Science and Technology Area as development of Universitas Indonesia MAKARA Research Journal that was published since January 1997.

Technology SeriesMAKARA Technology Series is a scientific journal which provides original articles about knowledge and research information, or research application and contemporary development related to technology issues. This journal is a publication instrument and a forum to share research products and developments in the area of technology.

Every article for this journal should be sent to the editor's office. Complete information about how to send article and the writing guide is provided in every publication. Each article will undergo a process of selection by the associated experts and or the editors.

Since 2005 this journal published semianually (June and December). Publication of article will not be charged. MAKARA Technology Series is expansion of MAKARA B Series: Science and Technology Area as development of Universitas Indonesia MAKARA Research Journal that was published since January 1997.More comprehensive information about journal in Universitas Indonesia can be found here

1REVITALISASIPERAN DAN FUNGSI GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM SUASANA PENDIDIKANOleh Fathur RahmanPENDAHULUANGuidance and Counseling atau yang lazim dikenal sebagai Bimbingan dan Konseling (disingkat: BK) di Indonesia sebenarnya telah dirintis sejak tahun 1960-an. Pencangkokkan layanan BK secara resmi dalam sistem pendidikan baru dimulai pada tahun 1975, yakni dengan dicantumkannya pelayanan tersebut pada Kurikulum 1975. Ruang lingkup implementasinya pun mulai diperluas untuk jenjang SD, SLTP, dan SLTA. Dalam perkembangan selanjutnya, Surat Keputusan (SK) Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara (Menpan) No. 026 tahun 1989 menyebutkan secara eksplisit bahwa pekerjaan BK dan pekerjaan mengajar berkedudukan seimbang dan sejajar. Melalui keputusan tersebut, tugas pokok seorang guru selain mengajar juga dapat memberikan layanan bimbingan dan konseling.Gambar 1. Spektrum Layanan Bimbingan dan Konseling;Dari Tidak Profesional Menuju ProfesionalWalaupun demikian, dewasa ini tugas-tugas pokok pelayanan BK tidak lagi ditangani secara sambilan oleh guru-guru sekolah yang notabeneadalah pengampu bidang studi-bidang studi tertentu. Kategorisasi pendidik di ruang lingkup pendidikan selain guru bidang studi dan guru wali kelas (dapat diposisikan sebagai guru pembimbing), juga bertambah luas dengan diperkenalkannya profesi guru BK sebagai bagian dari komponen pendidik (pengakuan 2eksistensi profesi bimbingan dan konseling ini sebagaimana tercantum dalamUU Sisdiknas No. 20/2003 Pasal 1 ayat 6 dan Permendiknas No. 27/2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor). Seiring perkembangannya itu, beragam harapan dan optimisme banyak disandangkan pada guru-guru BK yang dapat membawa angin segar perubahan dalam suasana dan proses pendidikan di sekolah. Fokus kerjanya jelas dan tegas, yaitu sebagaimana yang disebutkan oleh Ivey dan Goncalves (1987), menghadapi kemungkinan-kemungkinan munculnya psychological problems dalam kehidupan siswa dan proses tumbuh-kembang siswa dalam konteks pendidikan. Begitu pula dalam halnya dalam konteks kebijakan yang tertuang dalam rambu-rambu penyelenggaraan bimbingan dan konseling dalam pendidikan formal di Indonesia (Dikti, 2008) dijelaskan bahwa jika di dalam Permendiknas No. 23/2006 dirumuskan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang harus dicapai peserta didik melalui proses pembelajaran bidang studi, maka kompetensi peserta didik yang harus dikembangkan melalui pelayanan bimbingan dan konseling adalah kompetensi kemandirianuntuk mewujudkan diri (self actualization)dan pengembangan kapasitasnya (capacity development)yang dapat mendukung pencapaian kompetensi lulusan. Begitu pula sebaliknya, kesuksesan peserta didik dalam mencapai SKL akan secara signifikan menunjang terwujudnya pengembangan kemandirian.Tuntutan yang dihadapi oleh guru bimbingan dan konseling saat ini sangatlah kompleks. Kita seluruhnya sudah mafhum bahwa bimbingan dan konseling sebagai bagian integral yang tidak terpisahkan dari sistem pendidikan memiliki peran penting dan strategis dalam mendukung pencapaian tujuan pendidikan yang holistik. Tujuan utama layanan BK di sekolah adalah memberikan dukungan pada pencapaian kematangan kepribadian, keterampilan sosial, kemampuan akademik, dan bermuara pada terbentuknya kematangan karir individual yang diharapkan dapat bermanfaat di masa yang akan datang.Pertanyaan yang perlu dimunculkan kemudian; bagaimanakah peran dan fungsi yang harus dimainkan secara optimal oleh guru bimbingan dan konseling dalam menjawab tantangan dan tuntutan yang sedemikian kompleks tersebut? Paper ringkas berikut ini mencoba mendiskusikan secara lebih jelas dan sistematis tentang beragam situasi yang terjadi dalam suasana pendidikan, karakteristik kejiwaan generasi muda/pelajar pada umumnya, dan karakter profesional guru bimbingan dan konseling di sekolah. POTRET NYATA LAYANAN BK DI SEKOLAH; ANTARA AMERIKA DAN INDONESIAPerkembangan bimbingan dan konseling yang dimulai sejak awal abad ke-20 sampai dengan tahun 1980-an di Amerika bukannya tanpa kendala dan masalah. Pada tahun 1983, Komisi Nasional Pendidikan di Amerika Serikat saat itu mempublikasikan rekomendasi yang membuat publik tersentak kaget; A Nation at Risk and The Imperative of Educational Reform(Negara 3dalam Bahaya; Pentingnya Reformasi Pendidikan). Beberapa komisioner pendidikan menjelaskan bahwa siswa-siswa di Amerika Serikat telah tertinggal jauh dari siswa-siswa yang ada di Eropa Barat dan negara-negara pasifik lainnya dalam hal prestasi akademik. Fenomena tersebut disebabkan oleh rendahnya standar akademik yang harus dicapai, sebagian besar guru tidak memiliki inspirasi, dan kurikulum yang tidak berkembang optimal (Brown & Trusty, 2005). Dalam hal moral, sekolah-sekolah menengah di Amerika Serikat berhadapan dengan tingginya kekerasan di kalangan pelajar, kenaikan rata-rata kehamilan siswa di luar nikah, dan sebagainya. Inilah kenyataan yang terjadi di negeri yang dianggap sebagai kampiun dalam demokrasi dan pendidikan. Di tengah kecaman dunia internasional, terpilihnya George W. Bush pada tahun 2000 setidak-tidaknya memberi angin segar bagi masa depan reformasi pendidikan di Amerika Serikat. Di masa Bush, kongres AS telah mengamandemen Undang-Undang Pendidikan Dasar dan Menengah (Elementary and Secondary Act) dan melahirkan UU yang berpihak pada anak (No Child Left Behind Act). Sampai dengan diterbitkannya UU tersebut, Gysbers mengamati bahwa sebagian besar konselor sekolah di Amerika Serikat lebih banyak disibukkan oleh dan menghabiskan waktu untuk tugas dan kewajiban yang tidak professional. Penelitian yang dilakukan oleh ASCA (American School Counselor Association) menunjukkan bahwa sebagian besar konselor sekolah menghabiskan waktu antara 1 sampai 88% dari keseluruhan waktu bekerja hanya untuk kegiatan-kegiatan yang tidak profesional dan tidak ada kaitannya langsung dengan layanan bimbingan dan konseling (Brown & Trusty, 2005). Tugas-tugas yang tidak profesional tersebut menurut ASCA, seperti kegiatan pendaftaran dan mengatur penjadwalan siswa baru (registering and scheduling), menangani problem kedisplinan siswa di sekolah, pengaturan berlebihan dalam hal seragam sekolah, mengerjakan tugas klerikal dan administratif, bahkan sampai dengan menggantikan tugas guru dalam mengajarkan mata pelajaran atau subjek tertentu di luar bidang layanan BK.Di tengah arus deras reformasi pendidikan, berbagai organisasi profesibidang layanan BK yang ada di negeri Paman Sam tersebut memandang bahwa reformasi yang terjadi merupakan kesempatan emas untuk mereposisi program bimbingan dan konseling sebagai bagian penting dari misi pendidikan (sekolah) dalam mendukung pencapaian prestasi akademik dan fasilitasi tugas perkembangan siswa di berbagai aspek. Dengan demikian, kesimpulan yang dapat diambil dari fenomena yang terjadi di Amerika Serikat tersebut, yaitu paradigma dan implementasi model BKK merupakan bagian penting yang tidak terpisahkan dari gelombang reformasi sekolah yang terjadi saat itu. Lalu, bagaimana dengan sejarah kita sendiri? implementasi layanan BK di Indonesia juga berhadapan dengan berbagai hambatan dan sejumlah kendala serius. Problematika tersebut tampak pada citranegatif yang muncul di kalangan siswa dan sejumlah kalangan yang 4menganggap bahwa BK hanya menangani anak-anak bermasalah dan bertugas memberikan skoring pelanggaran atas pelanggaran tata tertib yang dilakukan oleh siswa. Yang lebih ironis lagi, munculnya pola sikap negatif dan kenakalan siswa pada umumnya seringkali dianggap sebagai dampak dari kurang berfungsinya layanan BK di sekolah.Masalah-masalah tersebut hampir dapat dikatakan sama persis dengan kondisi bimbingan dan konseling yang terjadidi Amerika Serikat sebelum reformasi sekolah dimulai.Sorotan dan kritikan paling tajam terhadap unjuk kerja dan profesionalisme BK dalam ruang lingkup pendidikan justru datang dari siswa-siswa sekolah yang merupakan subyek pendidikan dan layanan BK itu sendiri. Inilah indikator paling nyata yang perlu diidentifikasi dan dieksplorasi lebih jauh. Berdasarkan pengalaman penulis sebagai konselor sebaya dan pendamping dari kalangan relawan sosial (social volunteer) yang banyak bergumul dengan problematika pendidikan dan perkembangan remaja selama kurang lebih lima tahun, penulis dapat menyimpulkan bahwa persepsi dan responsivitas kebanyakan siswa terhadap guru BK maupun BK itu sendiri adalah negatif dan kurangsimpatik. Menurut anggapan kebanyakan siswa, guru BK menjelma menjadi polisi sekolah yang angker dan lembaga BK sendiri berubah fungsi menjadi fungsi administrasi siswa yang bertujuan mendisiplinkan, menertibkan, dan memberi hukuman (punishment) bagi siswa-siswa yang dianggap bertindak subversif dan tidak taat peraturan-tata tertib sekolah. Bahkan yang cukup menggelikan lagi, di beberapa sekolah peran guru BK tak ubahnya seperti satpam, yakni pagi-pagi sekali sudah harus hadir dan berdiri di depan gerbang sekolah untuk mengamati siswa-siswa mana saja yang dianggap terlambat masuk sekolah. Ada pengalaman yang menggelikan bagi penulis ketika menjadi dosen pembimbing program Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) Universitas Negeri Yogyakarta di beberapa sekolah di kota Yogyakartaselama dua tahun berturut-turut. Berdasarkan observasi partisipatif penulis dalam kegiatan-kegiatan BK, ternyata terdapat banyak disorientasi peran dan fungsi pembimbing-konselor sekolah yang terjadi dalam jangka waktu yang sangat lama. Tugas pokok memberikan layanan BK tidak berjalan efektif, karena bagian BK pada sekolah tersebut hanya menjalankan tugas-tugas administrasi kesiswaan. Misalnya, mendata siswa baru dan menjadi penyelenggara (event-organizer) setiap kali ada kegiatan-kegiatan formal-kedinasan. Padahal, tugas-tugas manajerial dan adminisrasi pendidikan itu adalah bukanlah tugas pokok bimbingan dan konseling. Apa yang terjadi di sekolah tak ubahnya seperti lingkaran setan. Seringkali muncul ungkapan bahwa sebagian besar guru BK mengatakan bahwa mereka tidak dihargai karenaselalu dikaitkan dengan tugas dan kewenangan yang bukan pada tempatnya. Sebaliknya, administrator dan guru yang lain justru memberikan beban kerja administratif karena menganggap bimbingan dan konseling seringkali belum menunjukkan unjuk kerja yang signifikan. Yang terjadi kemudian; situasi saling menyalahkan satu dengan yang lain.5Terlepas dari perdebatan salah atau benar anggapan pihak luar terhadap kinerja BK, patutlah dipertanyakandari dalam tubuh profesi BK sendiri; bagaimana mungkin guru-guru BK disekolah memiliki kapabilitas-kreatif untuk mengelola dan menggagas strategi aksi terhadap eskalasi problem pelajar dan remaja yang sedemikian njlimet dan memformat gerakan-gerakan pelayanan BK yang lebih partisipatoris, sementara mereka sudah sedemikian jauh terseret ke dalam gejala birokratisasi yang justru menumpulkan visi dan elan-vital diri sebagai seorang profesional. Stagnasi BK di sekolah pada akhirnya berimplikasi pada belum maksimalnya upaya-upaya pendidikan psikologis (psychological education) terhadap siswa-siswi sekolah yang masih berstatus sebagai remaja.Penulis pribadi memandang bahwa berbagai problem dan kendala dalam penyelenggaraan layanan bimbingan dan konseling di sekolah tersebut berawal dari pemahaman paradigmatik yang setengah-setengah tentang falsafah individu, kerangka konseptual pendidikan serta hubungannya dengan bimbingan dan konseling. Keadaan serba setengah tersebut seperti tampak premis-premis berikut; 1.Anak/siswa masih dipandang ibarat botol kosong yang harus dijejali dengan berliter-liter materi, nasihat, dan petuah, dan minim keteladanan dari orang dewasa. Filosofi botol kosong telah melahirkan pendekatan pendidikan dan bimbingan yang berorientasi menggurui, menginstruksi, mengomando. Walaupun pendulum wacana dalam falsafah pendidikan telah jauh meninggalkan naturalisme, agnostisisme, psikoanalisis, dan behaviorisme yang mendominasi hampir seluruh bidang kehidupan sepanjang abad yang lalu, tohapa yang terjadi di sekolah sekarang ini belum beranjak sama sekali.2.Tujuan pendidikan dan bimbingan tidak dipahami secara holistik. Pendidikan seringkali direduksi sebatas pada pencapaian tujuan ekonomik, yakni mempersiapkan generasi muda untuk mencapai jenjang karir, kemapanan secara ekonomi,dan kemampuan berkompetisi ketat di kancah pergaulan global. Sementara, pendidikan holistikmengasumsikan bahwa tujuan dan proses pendidikan harus memiliki basis yang kuat dari segi filosofis, sosio-antropologis, bermuatan kultural, dan menyentuh sampai ke relung kejiwaan (psikologis).3.Pada tataran kelembagaan, budaya sekolah dan etos kerja keras belum menjadi ruh utama yang menggerakkan elemen organisasi dan interaksi sejawat dalam unit-unit pendidikan. Lembaga sekolah tidak ditopang oleh kepemimpinan yang transformatif dan berwatak entrepreneur; lebih banyak dikendalikan oleh asas saling menguntungkan, nepotisme, dan koncoisme.Kolaborasi sejawat, suasana peng-imbas-an pengalaman dan pengetahuan hanya pepesan kosong belaka.4.Pendidikan dan bimbingan yang tercerabut dari akar kesetaraandan keadilan (equality and equity) telah memunculkan fenomena diskriminasi pembiayaan, diskriminasi sarana dan prasarana, ketidakadilan perlakuan antar si pintar dan si bodoh, kesenjangan antara si kaya dan si miskin.9moralitas, dan religiusitas. Upaya ini dapat dilakukan melalui serangkaian kegiatan pengembangan profesi melalui berbagi pengalaman, pendidikan dan pelatihan dalam jabatan, serta lainnya.2.Guru bimbingan dan konseling seoptimal mungkin dapat menginternalisasi karakteristik profesi konselor sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari kepribadian dalam dirinya. Karakteristik dimaksud mencakup; peduli dan bersikap empati terhadap orang lain, punya rasa percaya diri (self-confidence), berminat secara sosial terhadap orang lain tanpa pretensi (authentic), berani mengambil resiko (courage), inventif dan kreatif. Pencapaian karakter tersebut juga perlu diimbangi dengan unjuk perilaku dan kepribadian yang peduli respek terhadap siswa. Sifat seorang guru yang peduli harus dapat diwujudkan dalam bentuk sikap menghargai kehadiran siswa (respectful), menerima secara utuh (accepting), mampu memahami kondisi siswa (understanding), pribadi yang dapat dipercaya (trustworthy), bersikap peduli (caring), dan ramah-bersahabat (friendly), dan lain sebagainya.Gambar 3. Karakteristik Guru BK yang Peduli3.Guru bimbingan dan konseling harus mampu menampilkan hubungan kerjasama dan kolaborasi yang efektif dan positif dengan seluruh pihak terkait langsung maupun tidak langsung atas layanan bimbingan dan konseling yang diselenggarakannya. Pihak-pihak lain tersebut, seperti siswa, guru mapel/bidang studi, manajer dan staf sekolah, orang tua siswa, dan lingkungan masyarakat sekitar.10Gambar 4. Relasi Guru BK dengan Pihak Terlibat4.Guru BK harus mampu menerapkan konsep dan praktik manajemen yang berkesinambungan meliputi aspek perencanaan program, pengorganisasian sumber daya, implementasi program, evaluasi pelaksanaan dan hasil, serta memanfaatkan hasil evaluasi sebagai basis data dan input untuk perencanaan, perbaikan dan pengembangan program lebih lanjut.Akhirul kalam, dengan penyegaran kembali tentang paradigma peran dan fungsi layanan bimbingan dan konseling, termasuk pula unjuk kerja yang harus ditampilkan oleh guru bimbingan dan konseling, layanan bimbingan dan konseling semakin menemukan makna dan bentuknya yang nyata dalam mendukung pencapaian tujuan pendidikan nasional yang bersifat holistik. Wacana yang berkembang selama ini perlu ditindaklanjuti dalam forum yang lebih kecil, terbatas, dengan target terukur; bahkan jika perlu ada model sekolah yang dapat menjadi rujukan bagi pengembangan program bimbingan dan konseling yang berorientasi pada pendekatan yang lebih komprehensif.Sleman, 7 Mei 2010

1Jurnal Faktor-Faktor Penyebab Anak Putus Sekolah Di Desa Suka Damai Kecamatan Bulango Utara Kabupaten Bone BolangoRIZAL BAGOEFakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri GorontaloABSTRAKJudul ini diangkat dengan tujuan untuk mengetahui faktor-faktor penyebab anak putus sekolah di Desa Suka Damai Kecamatan Bulango Utara Kabupaten Bone Bolango dan untuk mengetahui upaya yang telah dilakukan pemerintah dalam mencegah terjadinya anak putus sekolah.Penelitian ini menggunakan metode kualitatif naturalistikdengan pendekatan fenomologis, dalam penelitian ini didasarkan pada pandangan peneliti untuk berusaha memahami arti peristiwa yang ada kaitannya dengan orang biasa dalam arti tertentu.Berdasarkan deskripsi hasil penelitian dan pembahasan menunjukkan bahwa faktor penyebab anak putus sekolah di Desa Suka Damai Kecamatan Bulango Utara Kabupaten Bone Bolango adalah faktor ekonomi dan tingkat pendidikan orang tua, faktor lingkungan baik itu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah serta lingkungan masyarakat. Dengan faktor ekonomi dan tingkat pendidikan orang tua yang sangat berpengaruh terhadap anak putus sekolah.Berbagai upaya yang dilakukan pemerintah desa Suka Damai Kecamatan Bulango Utara Kabupaten Bone Bolango dalam mencegah terjadinya anak putus sekolah. Mulai dari mengaktifkan kembali organisasi kepemudaan, memberikan danan BOS (bantuan operasional sekolah) dan PKH (program keluarga harapan), melaksanakan pembinaan melalui pendirian kembali TPQ serta melaksanakan program paket A, B dan C.Kata Kunci: Faktor Penyebab dan Upaya Mencegah Anak Putus SekolahPendahuluanPendidikan merupakan salah satu wadah yang bertujuan untuk membentuk karakter manusia secara utuh. Melalui pendidikan manusia dapat mengembangkan potensi-potensi diri agar mampu bersaing dan bermanfaat bagi dirinya, keluarga, masyarakat serta bangsa dan negaranya. Sebagaimana yang tertuang dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 alinea ke empat yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa (Undang-undang No. 20 Tahun 2003:3).Undang-undang SISDIKNAS No. 20 tahun 2003, menyebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi-potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendaliuan diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Undang-undang No. 20 Tahun 2003: 3).2Adapun yang menjadi tujuan dalam penulisan penelitian iniadalah sebagai berikut:1.Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab anak-anak putus sekolah di Desa Suka Damai Kec Bulango Utara. Kab Bone BolangoUntuk mengetahui upaya apakah yang dilakukan oleh lembaga pendidikan/pemerintah Desa Suka Damai dalam mencegah terjadinya anak putus sekolah.Manfaat yang diharapkan oleh penulis adalah sebagai berikut:a)Manfaat Teoritis1.Bagi pemerintah setempatSebagai masukan dan sumbangan pemimiran bagi pemerintah khususnya pemerintah desa Suka Damai dalam menangani dan mengatasi masalah pendidikan dalam hal ini anak putus sekolah. 2.Bagi masyarakatSebagai tambahan dan sumbangan pengetahuan kepada masyarakat terhadap betapa pentingnya pendidikan yang diharapkan dapat memotivasi para orang tua untuk tetap sekolah kan anaknya.3.Bagi kalangan perguruan tinggi (PT)Pertama, penelitian ini bermanfaatuntuk menguji dan membuktikan faktor-faktor penyebab anak putus sekolah dan upaya-upaya pencegahannya. Kemudian manfaat kedua adalah merupakan pedoman untuk kegiatan penelitian sejenis untuk berikutnya.b)Manfaat PraktisPenelitian ini bermanfaat untuk mengetahui alasan-alasan anak putus sekolah, kemudian anak dapat mengetahui bahwa setiap anak harus memiliki cita-cita untuk masa depan. Mengetahui perspektif orang tua terhadap pendidikan agar lebih memperhatikan pendidikan dan berusaha menyekolahkan anaknya ketingkatan yang lebih tinggi, serta dapat memberikan solusi terhadap upaya-upaya apa yang dilakukan oleh pemerintah dalam mencegah terjadinya anak putus sekolah.Bagi peneliti merupakan satu pengalaman dan tambahan pengetahuan terhadap fenomena yang terjadi dalam dunia pendidikan yang sedang dihadapi oleh masyarakat dan pemerintah.Pengertian PendidikanAhmadi dan Uhbiyati (2007 :70) mengemukakan bahwa pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu kegiatan yang secara sadar dan disengaja, serta penuh tanggung jawab yang dilakukan oleh orang dewasa kepada anak sehinggatimbul interaksi dari keduanya agar anak mencapai kedewasaan yang dicita-citakan dan berlangsung terus menerus.Pendidikan dapat di tempuh melalui tiga jalur yaitu:1.Pendidikan Formal2.Pendidikan Non Formal3.Pendidikan InformalMenurut Langeveld dalam (Ahmadi dan Uhbiyati 2007 :105) tujuan pendidikan bermacam-macam yaitu :1.Tujuan Umum2.Tujuan Khusus3.Tujuan tak lengkap4.Tujuan insidentil : (tujuan seketika atau sesaat).35.Tujuan sementara6.Tujuan perantaraLembaga pendidikan adalah badan usaha yang bergerak dan bertanggung jawab atas terselenggaranya pendidikan terhadap anak didik.Menurut Djumhur dan Surya (1975: 179) jenis putus sekolah dapat dikelompokkan atas tiga yaitu:1.Putus sekolah atau berhenti dalam jenjang2.Putus sekolah di ujung jenjang3.Putus sekolah atau berhenti antara jenjangPutus sekolah secara umum dapat diartikan sebagai orang/anak ataupun si yang keluar dalam suatu sistem pendidikan sebelum mereka menamatkan pendidikan sesuai dengan jenjang waktu sistem persekolahan yang diikuti. Dengan demikian putus sekolah dapat pula diartikan tidak tamat/gagal dalam belajar ketingkat lanjut.Faktor-faktor penyebab anak putus sekolaha) Faktor Lingkungan1. Lingkungan keluargaMenurut Buharudin Salam (2002: 14) mengemukakan bahwa keluarga merupakan lembagapendidikan yang pertama dan utama, berlangsung secara wajar, dan informal serta melalui media permainan.Keadaan keluarga berlainan satu sama lain. Ada keluarga yang kaya, ada yang kurang mampu, ada keluarga yang besar (banyak anggota keluarga), ada pula keluarga yang kecil. Ada keluarga yang bercekcok dan gaduh dan sebagainya. Dalam keluarga yang bermacam-macam seperti inilah yang membawa pengaruh terhadap pendidikan dan minat sekolah anak (Purwanto, 84 : 2007).2. Lingkungan sekolahKetika seorang anak mulai masuk sekolah, itu artinya ia telah masuk pada lingkungan masyarakat yang berbeda dengan lingkungan masyarakat keluarga. Jamaludin (2009: 156-157) mengatakan bahwa ketika menuju sekolah seorang anak membawa beban-beban emosional yang berpotensi menghalanginya untuk bersekolah. Jika di sekolah mereka tidak mendapat pengarahan yang baik dan bahkan dibenturkan dengan peraturan-peraturan yang keras maka mereka akan melanggar peraturan-peraturan tersebut.3. Lingkungan MasyarakatLingkungan masyarakat merupakan lingkungan di mana seseorang hidup, bergerak dan melakukan interaksi dengan orang lain dan saling mempengaruhi. Lingkungan yang tidak baik akan memberikan pengaruh yang tidak baik pula terhadap seorang anak, apalagi anak berusia sekolah.b) Faktor EkonomiKurangnya pendapatan keluarga menyebabkan orangtua bekerja keras mencukupi kebutuhan sehari-hari sehingga perhatian orang tua terhadap pendidikan cenderung terabaikan. Bahkan dinggap meringankan beban orang tua anak di ajak untuk bekerja sehingga meninggalkan bangku sekolah dalam waktu yang cukup lama.c) Kurangnya minat bersekolah.Anak usia wajib belajar semestinya menggebu-gebu ingin menuntut ilmu pengetahuan namun sudah terpengaruh oleh lingkungan yang kurang baik maka keinginan bersekolah seorang anak secara tidak langsung sedikit demi sedikit akan berkurang, ditambahlagi kurangnya perhatian orang tua terhadap pendidikan 4anaknya, kurangnya orang-orang terpelajar dalam pergaulan anak menyebabkan seorang anak akan berhenti untuk bersekolah.Upaya yang dilakukan lembaga pendidikan/pemerintah dalam mencegah terjadinyaanak putus sekolah.1)Memberi MotivasiMotivasi dipandang sebagai dorongan mental yang mengerakkan dan menggarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar (Dimyati dan Mudjiono, 80 : 2006)Secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan motivasi adalah untuk menggerakkan atau menggugah seseorang agar timbul keinginan dsan kemaunnya untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil atau tujuan tertentu (Purwanto 73 : 2007).2)Melakukan PembinaanMenurut Yurudik Yahya, (di akses 12 Maret 2013). Pembinaan adalah suatu bimbingan atau arahan yang dilakukan secara sadar dari orang dewasa kepada anak yang perlu dewasa agar menjadi dewasa, mandiri dan memiliki kepribadian yang utuh dan matang kepribadian yang dimaksud mencapai aspek cipta, rasa dan karsa.1)Pendidikan Kesetaraan / Kejar Paket A, B dan C.Berdasarkan Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 26 ayat (3), bahwa pendidikan kesetaraan adalah program pendidikan nonformal yang menyelenggarakan pendidikan umum setara SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA yang mencakup Program Paket A, Paket B, dan Paket C.Untuk memahami dan mengetahui tentang faktor-faktor penyebab anak putus sekolah dan upaya-upaya yang di lakukan oleh masyarakat yang ada di Desa Suka Damai dalam menghadapi anak putus sekolah. Maka metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan fenomologis.Lokasi penelitian ini adalah di Desa Suka Damai Kecamatan Bulango Utara Kabupaten Bone Bolango dengan objek penelitian tentang faktor-faktor penyebab anak putus sekolah dari tahun 2008, 2009 sampai tahun 2010.Menurut Sugiyono (2005 : 59) bahwa peneliti berfungsi sebagai pelaku utama dalam penelitian, tentu saja sebagai manusia biasa dengan segala kemampuan yang masih terbatas, maka dalam pengumpulan data masih diperlukan catatan lapangan (note field).Desa Suka Damai merupakan desa pemekaran dari desa Bandungan, yang berdiri dan diresmikan pada tanggal 27 Mei 2007. Dimana kepala desa pertama adalah Bapak Yunus Atalapu yang dilantik oleh Bupati BoneBolango, Bapak Ir H Ismet Mile. MM disaksikan secara langsung oleh masyarakat desa Suka Damai.Desa Suka Damai pada saat ini berpenduduk 833 jiwa, terdiri dari laki-laki berjumlah 451 jiwa dan perempuan 382 jiwa. Sedangkan jumlah KK adalah 235 yang tersebar di tiga dusun yang ada di desa Suka Damai.Dalam pembahasan ini dapat diketahui ada beberapa faktor yang menyebabkan anak putus sekolah di Desa Suka Damai yakni diantaranya adalah 5faktor internal dan eksternal. Dimana faktor internal merupakan faktor yang berhubungan dengan apa yang ada dalam diri seorang anak, seperti kurangnya minat atau motivasi seorang anak untuk sekolah.Selain faktor yang berhubungan dengan apa yang ada dalam diri seorang anak. Faktor motivasi seorang anak juga dapat disebakan oleh faktor-faktor yang lain di luar dirinya.1.Faktor ekonomi dan tingkat pendidikan orang tuaSetiap keluarga mempunyai tingkatan ekonomi yang berbeda-beda. Pada tingkatan ekonomi yang rendah tentunya aktivitas utama adalah bagaimana untuk memenuhi kebutuhan primer keluarga mulai dari kebutuhan sandang, pangan dan tempat tinggal. Untuk mendapatkan kebutuhan primer tersebut kegiatan utama keluarga adalah berusaha sekuat mungkin untuk bekerja setiap harinya mulai dari pagi sampai sore. Sehingga menyebabkan terabaikannya kebutuhan sekunder yang seyogyanya merupakan kebutuhan masa depan keluarga yang dalam hal ini adalah kebutuhan pendidikan keluarga khususnya untuk anak-anaknya.Selain dari faktor ekonomi diatas tingkat pendidikan orang tua juga berpengaruh pada pendidikan seorang anak.2.Faktor Lingkungan KeluargaPeranan lingkungan keluarga sangat berpengaruh pada aktivitas kehidupan dalam pergaulan anak, kurangnya perhatian orang tua menyebabkan anak perilakunya sering tidak terkontrol sehingga membuat ia tak dapat mengendalikan diri berbuat semaunya. Maka hal ini tentunya akan menimbulkan permasalahan permasalahan yang mengakibatkan kesulitan pada diri anak seperti, kesulitan dalam belajar yang mengakibatkan motivasi anak untuk sekolah berkurang, hingga menyebabkan anak berhenti atau putus sekolah.3.Faktor Lingkungan SekolahSekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang terstruktur dan berjenjang yang mempunyai peraturan-peraturan yang harus di patuhi. Dalam melaksanakan pendidikan sekolah sebaiknya menghilangkan peraturan-peraturan keras karena hal ini mengakibatkan motivasi seorang anak untuk sekolah akan berkurang sehingga menyebabkan anak putus sekolah.4.Faktor Lingkungan MasyarakatKeberadaan lingkungan masyarakat dimana anak itu berada memberikanpengaruh yang besar terhadap pendidikan seorang anak.Adapun upaya-upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah desa Suka Damai dalam mencegah terjadinya anak putus sekolah adalah sebagai berikut:1)Melakukan PembinaanPembinaan dilakukan bersama-sama oleh pemerintah desa dan orang tua secara berkesinambungan. Dalam pembinaan tersebut pemerintah desa berusaha memberikan pengertian dan pencerahan terhadap arti pentingnya pendidikan terhadap kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara dengan cara mengaktifkan kembali organisasi-organisasi kepemudaan yang ada di Desa Suka Damai. Selain itu pemerintah desa juga mendirikan tempat pengajian Al Quran (TPQ), yang diharapkan dapat memberikan pembinaan terhadap anak secara kontinu untuk menjadi manusia yang mampu mengembangkan potensi-potensi dirinya serta akan bermanfaat bagi dirinya, masyarakat serta bangsa dan negara.2)Memberikan MotivasiMotivasi sangat diperlukan dalam mendorong anak untuk sekolah. Motivasi merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan keberhasilan seorang anak. 63)Melaksanakan Progam Pendidikan Paket A, B dan CSelain melakukan pembinaan dan memberikan motivasi upayalain yang dilakukan oleh pemerintah desa Suka Damai adalah dengan melaksanakan program pendidikan paket A, B Dan C.Kesimpulan.1.Bahwa faktor-faktor yang menyebabkananak putus sekolah adalah Faktor ekonomi dan tingkat pendidikan orang tua, Faktor lingkungan baik itu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah serta lingkungan masyarakat. Dari beberapa faktor tersebut faktor ekonomi dan tingkat pendidikan orang tua sangat berpengaruh terhadap anak putus sekolah.2.Upayayang dilakukan oleh pemerintahdalam hal mencegah terjadinya anak putus sekolahadalah memberi motivasi, melakukan pembinaan, melaksanakan pendidikan kesetaraan.Saran. Berkaitan dengan kesimpulan diatas, maka dapat dikemukakan saran-saran sebagai berikut:1.Diharapkan bahwa dengan adanya faktor-faktor penyebab anak putus sekolah di Desa Suka Damai Kecamatan Bulango Utara Kabupaten Bone Bolango. Diupayakan agar dapat meminimalisir anak putus sekolah dengan meningkatkan ekonomi masyarakat dan juga meningkatkat motivasi dan pengetahuan orang tua anak terhadap dunia pendidikan.2.Diharapkan kepada pemerintah memberikan perhatian serius terhadap pendidikan di desa Suka Damai. Sebagaimana dengan upaya-upaya yang dilakukan dalam hal mencegah terjadinya anak putus sekolah selalu terus dikontrol dan diawasi dan untuk kedepan lebih meningkatkan lagi upaya-upaya tersebutdengan terus bekerjasama dengan masyarakat secara terus menerus agar faktor-faktor penyebab anak putus sekolah dapat ditekan bahkan kedepannya tidak ada lagi anak-anak putus sekolah di desa Suka Damai Kecamata Bulango Utara Kabupaten Bone Bolango.DAFTAR PUSTAKAAhmadi A dan Uhbiyati Nur. 2007 Ilmu Pendidikan. Jakarta : PT Rineka Cipta.Depdiknas. 2003.Undang-Undang RI Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Jakarta. Depdiknas.Djumhur, I dan Surya Muhammad. 1975, Bimbingan dan Penyuluhan Sekolah. Bandung : CV Ilmu.Dimyati, dan Mudjiono.2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : PT Rineka CiptaJamaludin, Mahruf Syaikh. M. 2009. Psikologi Anak dan Remaja Muslim. Jakarta Timur: Pustaka Al-Kautsar.Purwanto, M. Ngalim.2007. Psikologi Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

EFEKTIFITAS PROGRAM PELATIHAN KETERAMPILAN BAGI ANAK REMAJA PUTUS SEKOLAH DI UPT.PELAYANAN SOSIAL ANAK REMAJA TANJUNG MORAWA FRISKA WINATI SIANTURI (090902040) [email protected] Abstrak Satu permasalahan sosial yang menjadi tantangan besar bagi bangsa Indonesia adalah masalah keterlantaran anak, terutama dalam kaitannya dengan pendidikan. Masalah ini telah berakar dan sulit untuk dipecahkan penyebabnya, tidak hanya karena kondisi ekonomi, tetapi ada juga yang disebabkan oleh kekacauan dalam keluarga dan faktor pengaruh lingkungan sekitar.. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses dan efektifitas pelaksanaan program keterampilan dan bimbingan sosial terhadap remaja putus sekoh di Pelayanan Sosial Anak Remaja (PSAR ) Tanjung Morawa yang diharapkan memberikan menjadikan mereka mandiri dengan keterampilan yang mereka miliki serta mengembalikan keberfungsian sosial mereka. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang bertujuan untuk memberi gambaran atau melukiskan kenyataan yang ada tentang masyarakat atau sekelompok orang tertentu di lapangan secara analisis yang prosesnya meliputi penguraian hasil observasi dari satu gejala yang diteliti atau lebih, dengan populasi sebanyak 150 orang . Dalam hal ini, seluruh populasi diambil datanya karena jika semua, karena semakin jumlah sampel mendekati jumlah populasi maka hasil penelitian akan representative untuk mewakili penelitian atau menghasilkan hasil penelitian yang semakin baik. Teknik pengumpulan data yang diperoleh dalam penelitian yaitu melalui data primer (kuesioner, dan wawancara) dan data sekunder (studi kepustakaan). Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisa deskriptif kualitatif dimana data yang dikumpulkan dari kuesioner dan wawancara, distribusi frekuensi digambarkan dalam bentuk diagram dan kemudian dianalisis. Hasil analisis data yang dilakukan dapat diketahui bahwa pelayanan program keterampilan dan bimbingan sosial yang diberikan oleh PSAR Tanjung Morawa sudah efektif dalam mensejahterakan dan memandirikan anak binaan yakni dengan cara memberikan keterampilan, memulihkan fungsi sosial anak binaan dengan baik, dan melatih kemandirian warga binaan mereka. Hal ini terbukti karena adanya perubahan atau perkembangan positif yang dialami oleh anak binaan setelah mereka mengikuti program pelayanan keterampilan dan bimbingan sosial di PSAR Tanjung Morawa. Kata Kunci : Efektifitas ,remaja putus sekolah ABSTRACT One of social problems that become a big challenge for Indonesian children, is a matter of neglect especially in relation to education. The issue has already taken root cause, and it is difficult to solve not only because the condition of the economy, but there are also caused by chaos in the family and factors influence the surrounding environmen. This research was meant to find out how the process and effectiveness program execution skill and guidance social teenagers drop out of school at PSAR Tanjung Morawa. Which is expected to give their own with the skill they have and restore their social function. Type research used is descriptive which aims to give a sense or delineating exixsting reality of the society or group of people certain in field in the analysis that process is covering the decipherment the observation of one symptom observed or more, with population of as many as 150 people. In this case, the whole population of used as sample because if all, because the more the number of samples approaching the number of the population and the result of the research will representative to represent research or produce the result of research are getting better. The technique of collecting data obtained in research is through primary ( a questionnaire, data and endless hours ) and data secondary ( the study of literature ). Engineering data analysis used is a technique descriptive qualitative analysis where the data collected from a questionnaire and interview, a frequency distribution illustrated in the form of a diagram and then analysis. From the analysis result of that sanctions could be known that service program skill and guidance social given by PSAR Tanjung Morawa has been effective in prosper and make the child can stand alone by giving the skills, Restore the social function of child well, and training for independency residents. It can be seen because of a change or a positive development that is experienced by children binaan after they followed skill and guidance social services programs in PSAR Tanjung Morawa Keywords : Effectiveness and Teen drop out of school Pendahuluan Setiap manusia menginginkan kehidupan yang sejahtera dan bahagia, dimana mereka dapat memenuhi kebutuhannya masing masing, baik kebutuhan jasmani, rohani, dan sosial. Namun pada kenyataannya tidak semua orang memiliki kesempatan untuk menikmati hidup sejahtera seperti yang diharapkan, karena adanya permasalahan yang dihadapinya dalam menjalani kehidupan. Masalah ini biasanya timbul karena adanya ketidakmampuan untuk menjalankan fungsi fungsi sosialnya seperti rintangan rintangan maupun hambatan hambatan dalam mewujudkan nilai nilai, aspirasi, serta pemenuhan kebutuhan kebutuhannya. Satu permasalahan sosial yang menjadi tantangan besar bagi bangsa Indonesia adalah masalah keterlantaran anak, terutama dalam kaitannya dengan pendidikan. Putus sekolah bukan merupakan salah satu permasalahan pendidikan yang tak pernah berakhir. Masalah ini telah berakar dan sulit untuk dipecahkan penyebabnya, tidak hanya karena kondisi ekonomi, tetapi ada juga yang disebabkan oleh kekacauan dalam keluarga dan faktor pengaruh lingkungan sekitar. 1 Maka anak remaja putus sekolah ini menjadi salah satu sasaran garap Departemen Sosial. Upaya Departemen Sosial untuk mengatasi permasalahan remaja putus sekolah ini adalah dengan menghadirkan UPT.Pelayanan Sosial Anak Remaja Tanjung Morawa sebagai suatu pelayanan subtitutive atau pengganti yaitu suatu lembaga pelayanan sosial yang melaksanakan fungsi fungsi sebagai pengganti keluarga, terutama yang berupa pemberian asuhan pendidikan dan perlindungan secara tepat dan maksimal. UPTD.Pelayanan Sosial Anak Remaja Tanjung Morawa memiliki prinsip bahwa anak remaja putus sekolah bukanlah suatu halangan untuk dapat berkarya, setiap orang yang apabila bersedia belajar dan bekerja patut mendapatkan kesempatan yang sama untuk memperoleh perlakuan yang layak dan setara di dalam masyarakat. Dengan harapan, anak mampu menghayati kedudukan dan peranan sosialnya dalam rangka persiapan diri sebagai manusia dewasa yang mandiri, bertanggung jawab dan sukses secara individual dan sosial. Dengan mengambil tujuan, kualitas dan waktu sebagai indikator untuk melakukan penelitian ini. Maka adapun perumusan masalah adalah sebagai berikut : Bagaimana efektifitas pelaksanaan program pelatihan keterampilan bagi anak remaja putus sekolah di UPT.Pelayanan Sosial Anak Remaja Tanjung Morawa ? Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui efektifitas Pelayanan Sosial Anak Remaja Tanjung Morawa dalam menangani anak putus sekolah. Adapun manfaat yang akan diperoleh dalam penelitian ini adalah: 1. Secara teoritis adalah dapat mempertajam kemampuan penulis dalam penulisan karya ilmiah dan menambah pengetahuan di bidang pelayanan sosial. 2. Secara akademis atau bagi fakultas, untuk memperbanyak refrensi karya ilmiah yang menyangkut efektifitas lembaga dalam menangani anak putus sekolah. 3. Secara praktis, yaitu memberikan kontribusi pemikiran dan masukan kepada pemerintah dan lembaga-lembaga masyarakat dalam upaya penanganan anak putus sekolah. Pelayanan sosial untuk sosialisasi dan pengembangan dimaksudkan untuk mengadakan perubahan-perubahan dalam diri anak dan pemuda melalui program-program pemeliharaan, pendidikan (non formal) dan pengembangan. Yang tujuannya yaitu untuk menanamkan nilai-nilai masyarakat dalam usaha pengembangan kepribadian anak. Pada dasarnya remaja binaan memiliki kemampuan dan kemampuan itulah yang perlu dirangsang agar mereka mampu menampilkan diri bila nantinya berada di tengah tengah masyarakat.untuk merangsang kemampuan tersebut dilakukan pembinaan dengan berbagai bentuk ketrampilan.2 Maka kehadiran Pelayanan sosial anak remaja juga diharapkan mampu mengembalikan kesan remaja putus sekolah sebagai remaja yang menyusahkan menjadi remaja yang berguna terhadap bangsa dalam masa depan. Hal ini dikarenakan dalam menangani remaja putus sekolah, panti mengutamakan bagi remaja yang memiliki potensi untuk maju dan berkembang, walaupun panti juga tetap berusaha memberikan pelayanan sosial bagi remaja putus sekolah yang menjurus pada kenakalan. Namun, kenakalannya belum begitu parah. Pelayanan dan pembinaan dilakukan dengan memberikan tempat tinggal atau asrama bersama orang tua asuh sebagai pengganti orang tua anak. Orang tua asuh ini akan membantu mengatasi permasalahan yang dihadapi seorang anak dengan mencari pemecahannya secara bersama sama.3 Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pelayanan Sosial Anak Remaja Tanjung Morawa yang beralamat di Jalan Industri No.47 Tanjung Morawa,Sumatera Utara. Alasan peneliti memilih lokasi di Pelayanan Sosial Anak Remaja Tanjung Morawa yang merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang berada di bawah naungan Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu penelitian yang menggambarkan secara tepat sifat sifat suatu keadaan subjek atau objek. Penelitian deskriptif dalam pelaksanaannya lebih terstruktur, sistematis, dan terkontrol, peneliti memulai dengan subjek yang telah jelas dan mengadakan penelitian ata populasi dan sampel dari subjek tersebut untuk menggambarkannya secara akurat dengan populasi sebanyak 150 orang . Dalam hal ini, seluruh populasi diambil datanya.4 Untuk memperoleh data yang diperlukan, maka dalam penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data yang dilakukan adalag dengan menggunakan studi kepustakaan dan dari penelitian Lapangan yang diperoleh berdasarkan observasi, wawancara dan pembagian kuesioner. Dalam penelitian ini, teknik analisa data yang digunakan adalah teknik analisa deskriptif kualitatif, yaitu dengan menjabarkan hasil penelitian sebagaimana adanya. Data yang telah diperoleh dari hasil penelitian di lapangan kemudian dikumpulkan serta diolah dan dianalisis dengan menggambarkan, menjelaskan dan memberikan komentar tentang apa yang digambarkan dalam diagram batang.5 Temuan dan Analisis Temuan dan analisis yang dapat dipaparkan dari penelitian ini adalah pelayanan sosial yang dilakukan oleh Pelayanan Sosial Anak Remaja Tanjung Morawa berlangsung dengan efektif. Tingkat/kondisi efektifitas itu berlaku dalam lima hal, yaitu: 1. Keberhasilan program ( Tujuan Pelatihan keterampilan dan bimbingan yang diberikan )

Dalam mewujudkan tujuan dari berdirinya PSAR Tanjung Morawa dalam Mempersiapkan dan membantu anak putus sekolah terlantar dengan memberikan kesempatan dan kemudahan agar dapat mengembangkan potensi dan kemauannya baik jasmani, rohani maupun sosialnya serta menumbuhkan dan meningkatkan keterampilan kerja dalam rangka memberikan bekal untuk kehidupan dan penghidupan masa depan secara wajar sehingga dapat mengurangi angka pengangguran dan tujuan dari PSAR ini sudah berjalan secara efektif, dengan analisis yang dapat diambil adalah : a. Anak asuh telah mampu untuk bersosialisasi dengan sesama warga binaan maupun dengan orang tua asuh. Hal ini karena adanya komunikasi yang dilakukan dengan baik oleh para warga binaan yang ada disana, saat ada waktu kosong mereka sering saling bercerita dan saling memberikan masukan satu dengan yang lain. Selain itu jika ada maslah yang tidak bisa diatasi mereka sering bercerita dan meminta bantuan kepada orang tua asuh mereka selama diasrama. b. Kehidupan diasrama membuat warga binaan menjadi mandiri dalam melakukan setiap aktivitasnya, mereka mampu menjalankan setiap tugas tugas mereka dengan kemampuan mereka sendiri, tidak seperti saat mereka tinggal bersama dengan orang tua mereka. Mereka diajarkan untuk bisa mandiri dan tidak bermanja manja, warga binaan

telah mampu menjaga kebersihan diri dan kebersihan lingkungan di sekitarnya. Hal ini didasari atas mereka telah mampu mencuci pakaian mereka sendiri dan mampu menjaga lingkungan di sekitar mereka tetap bersih, mereka harus mematuhi setiap peraturan yang ada dip anti karena aka nada sanksi jika dilanggar, yang membuat mereka tidak boleh berbuat sesuka hatinya. c. Anak asuh telah mampu berperilaku dengan baik di panti mereka mampu bersosialisasi satu dengan yang lain. Hal ini berdasarkan atas bisa berteman dengan sasama anak asuh, ketika si anak telah keluar dari Panti telah mampu untuk menyesuaikan diri dan berinterkasi dengan orang-orang baru disekitarnya. Selain itu setiap pelajaran keterampilan serta bimbingan sosial yang mereka dapatkan akan berguna saat mereka keluar dari panti nantinya serta dapat mengaplikasikannya dengan baik. d. Pelatihan Keterampilan menjahit, keterampilan bordir, keterampilan salon, keterampilan automotif dan bimbingan sosial sudah dilakukan dengan efektif, dengan adanya praktek keterampilan yang diberikan kepada anak remaja putus sekolah membuat mereka mempunyai bekal untuk hidup mandiri nantinya sehingga dapat menurunkan angka pengangguran serta bimbingan sosial dapat menjadi bekal untuk mereka nanti berhubungan dengan lingkungan sosialnya.

2. Keberhasilan sasaran.

Kualitas yang ditunjukan oleh pelaksanaan program keterampilan dan bimbingan sosial yang dilakukan bagi remaja putus sekolah. Kualitas merupakan mutu dari pelaksanaan program keterampilan yaitu tingkat keberhasilan program yang dilihat dari perubahan struktur kehidupan dan kebiasaan sehari-hari, berupa kegiatan yang dilakukan oleh warga binaan sosial. Selain itu, dapat dilihat juga dari tingkat keterampilan yang telah dikuasai oleh warga binaan sosial selama mengikuti program keterampilan tersebut serta kualitas dari sarana dan prasarana yang tersedia serta kegiatan yang lainnya dan dalam penelitian ini kualitas di PSAR sudah berjalan dengan efektif dengan analisis data yang diperoleh yaitu : a. Pembinaan sosial yang dilakukan kepada remaja mampu diaplikasikan sehingga bisa melakukan peran sosialnya secara aktif di masyarakat dan lingkungannya.

b. Mempersiapkan remaja sebagai manusia yang mempunyai akhlak mulia sesuai dengan nilai nilai agama, adat istiadat, hokum dan pancasila. c. Anak Remaja bisa mempunyai keterampilan yang data diterima di pasaran kerja dengan bekal keterampilan yang mereka peroleh selama berada di PSAR. d. Remaja telah diajari untuk mempunyai penghasilan yang layak dan hidup mandiri yang diajarkan melalui PKL selama 1 bulan diluar PSAR. e. Remaja diajak untuk ikut berpartisipasi secara aktif dalam melaksanakan pembangunan nasional pada umumnya dan pembangunan kesejahteraan sosial pada khususnya di lingkungan tempat tinggalnya. f. Gedung dan bangunan-bangunan serta semua sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan praktek selama berada di asrama sudah cukup memadai, sehingga efektif utnuk para remaja melakukan kegiatan keterampilan meskipun masih ada yang perlu ditambahkan untuk membuat kegiatan berjalan dengan lebih baik. Ruang belajar yang nyaman berdampak warga binaan merasa nyaman dengan kegiatan keterampilan yang dilakukan. g. Kegiatan olah raga yang dilakukan membuat warga binaan sehat secara jasmani, mereka diajarkan senam dan olah raga lainnya, sehingga mereka menikmati tubuh yang sehat. Maka dari segi kualitas dalam hal keterampilan, bimbingan sosial yang dilaksanakan serta sarana dan prasarana yang ada, semuanya sudah berjalan secara efektif.

3. Kepuasan terhadap program serta sarana prasarana yang ada

Beberapa indiaktor yang diteliti untuk mengetahui kepuasan yang dirasakan oleh warga binaan yaitu : a. Kebermanfaatan dari program keterampilan b. Kebermanfaatan dari program bimbingan sosial c. Mengenai materi materi dalam pemberian bimbingan sosial d. Proses pemberian materi dalam kegiatan keterampilan yang di ambil dan bimbingan sosial yang anda di dapat e. Mengenai fasilitas fasilitas yang mendukung kegiatan program keterampilan f. Kemampuan instruktur keterampilan dalam memberikan materi g. Daya tampung kelas sudah sesuai dengan luas kelas tempat anda melakukan praktek keterampilan h. Menegenai fasilitas serta kegiatan olah raga yang dilakukan

Dalam penelitian yang dilakukan melalui penyebaran angket dan dilakukan perhitungan, maka semua indicator indicator yang ada menyatakan bahwa kepuasan warga binaan terhadap semua program kegiaran keterampilan, bimbingan sosial, sarana serta prasarana yang ada di dalam PSAR sudah dilakukan dengan efektif dan sesuai dengan yang diinginkan oleh warga binaan dip anti tersebut. 4. Tingkat input dan output Dalam ketepatan waktu para warga binaan sosial dalam melaksanakan program keterampilan tersebut. Dimana telah ditetapkan bahwa para warga binaan sosial akan dibina selama 6 bulan khusus untuk perempuan yaitu untuk jurusan salon, bordir, menjahit dan program 1 tahun untuk pria di jurusan automotif. Masing masing warga binaan yang sebelumnya tidak memiliki keterampilan kemudian dibina dengan pemberian keterampilan menurut hobi dan kemauan mereka masing masing, dari yang dahulunya tidak mandiri di dalam PSAR mereka dibina untuk menjadi mandiri dan dapat bersosialisasi dengan baik di lingkungannya. Kemudian untuk lebih memperdalam setiap pelajaran yang ada maka masing masing jurusan keterampilan akan diberi PKL selama 1 bulan diluar lembaga agar bisa belajar mandiri dan mencoba mengaplikasikan keterampilan yang telah mereka peroleh selama di PSAR. Mereka juga akan diajarkan bagaimana cara berwirausaha yang baik dan benar yang akan diajarkan oleh para wirausaha tempat mereka PKL. Hal ini sudah menunjukkan keefektifan dalam segi waktu, karena banar-banar dimaksimalkan dalam melakukan prosesnya. 5. Pencapaian tujuan menyeluruh

Semua program keterampilan dan bimbingan sosial yang dilakukan oleh PSAR Tanjunhg MOrawa sudah dilakukan dengan efektif. Usaha usaha yang dilakukan untuk membuat warga binaannya dapat berfungsi sosial dan mendapatkan bekal keterampilan untuk mandiri. Dalam hal ini bersifat Efektifi karena unsur pokok untuk mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan dalam setiap organisasi telah berjalan dengan lancar, dengan pemanfaatan sumber daya, sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah pekerjaan tepat pada waktunya Kesimpulan Berdasarkan analisis data, dapat dirumuskan hasil penelitian dalam bentuk kesimpulan sebagai berikut : 1. Proses pemberian pelayanan program keterampilan dan bimbingan sosial yang dilakukan oleh Pelayanan Sosial Anak Remaja (PSAR) Tanjung Morawa terhadap warga binaan, khususnya bagi remaja putus sekolah ini dinilai sudah efektif, dimana warga binaan yang mengikuti program pelayanan keterampilan dan bimbingan sosial tersebut, merasa mudah memahami dan mengerti dalam setiap proses pelayanan program keterampilan dan bimbingan sosial yang yang diberikan, . Selain itu, didukung pula oleh sarana dan prasarana yang sudah cukup memadai, sehingga proses pemberian pelayanan program keterampilan dan bimbingan sosial dapat berlangsung dengan baik. 2. Pelayanan program keterampilan dan bimbingan sosial di PSAR Tanjung Morawa sudah efektif karena apa yang menjadi tujuan dari kegiatan pelayanan sosial dan pembinaan tersebut dapat dicapai dengan baik sesuai dengan yang telah direncanakan sebelumnya. Hal ini terbukti karena adanya perubahan atau perkembangan positif yang dialami oleh warga binaan setelah mereka mengikuti atau menerima pelayanan program keterampilan dan bimbingan sosial. Mereka mendapatkan berbagai pengetahuan dan keterampilan yang dapat dijadikan bekal setelah keluar dari panti, seperti menjahit, bordir, salon dan automotif, dengan keterampilan yang mereka punya mereka bisa hidup mandiri, membuka usaha sendiri atau bekerja dengan orang lain sehingga mereka bisa menghidupi kehidupan mereka dengan penghasilan merekaa sendiri dan bisa mengurangi dampak pengangguran yang dapat menjadi maslah sosial, serta melalui bimbingan sosial mereka diharapkan dapat berkomunikasi dengan baik di lingkungan sosial mereka nantinya. Rekomendasi Berdasarkan kesimpulan penelitian yang telah disajikan sebelumnya, penulis mengajukan rekomendasi sebagai berikut: 1. Proses pemberian pelayanan program keterampilan dan bimbingan sosial yang dilakukan oleh Pelayanan Sosial Anak Remaja (PSAR) Tanjung Morawa terhadap warga binaan, khususnya bagi remaja putus sekolah ini diharapkan lebih diperbaiki dalam hal pemberian materi dan latihan, agar sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan, sehingga tidak ada materi yang tertinggal, sehingga waktu selama 6 bulan dapat dipergunakan seefektif mungkin. 2. Pelayanan Sosial Anak Remaja (PSAR) Tanjung Morawa diharapkan dapat meningkatkan lagi kualitas pelayanan program keterampilan, serta menambah dan melengkapi sarana dan prasarana yang kurang guna menunjang khususnya pada program pelayanan program keterampilan dan pada kegiatan olah raga yang dilakukan agar lebih efektif dan efesien.

Daftar Pustaka 1http://kpai.com(anak putus sekolah. Diakses 05 Oktober 2012 pukul 20.00) 2Nurdin, M Fadhi. 1989. Pengantar Studi Kesejahteraan Sosial. Bandung:Angkasa 3Departemen Sosial RI,2002,Profil Pembangunan Kesejahteraan Sosial, Pusdatin. 4Silalahi, Ulber. 2009. Metode Penelitian Sosial. Bandung : PT. Refika Aditama. 5Siagian, Matias. 2011. Metode Penelitian Sosial, Pedoman Praktis Penelitian Bidang Ilmu Sosial dan Kesehatan. Medan : Grasindo Monoratama