kelompok 1_resistensi
TRANSCRIPT
-
7/24/2019 Kelompok 1_Resistensi
1/15
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMAKOTERAPI PENYAKIT
INFEKSI
RESISTENSI ANTIBIOTIK
Kelompok 1
260110140078 Ayu Aprilini Teori Dasar
260110140079 Putri Raraswati Data Pengamatan, Prosedur
260110140080 Ummi Habibah Pembahasan
260110140081 Ayyu Widyazmara Tujuan, Prinsip, Simpulan,
Revisi, dan Kirim
260110140082 Anggia Amaliah D. Pembahasan
HARI/TANGGAL PRAKTIKUM : RABU, 30 SEPTEMBER 2015
ASISTEN :1. BETHARY K.
2. HIMMATUL ULYA
LABORATORIUM FARMAKOTERAPI PENYAKIT INFEKSI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2015
-
7/24/2019 Kelompok 1_Resistensi
2/15
RESISTENSI BAKTERI
I. Tujuan
1. Mengetahui kerentanan suatu bakteri terhadap sediaan antibiotik melalui
tes resistensi melalui metode cakram kertas (paper disc plate).
II.Prinsip
1. Antibiotika
Antibiotika adalah senyawa kimia yang dihasilkan oleh berbagai jasad
renik bakteri, jamur dan aktinomises, yang dapat berkhasiat menghentikanpertumbuhan atau membunuh jasad renik lainnya (Subronto dan Tjahajati,
2001).
2. Resistensi Antibiotik
Resistensi antimikrobial merupakan resistensi mikroorganisme terhadap
obat antimikroba yang sebelumnya sensitif. Organisme yang resisten
(termasuk bakteri, virus, dan beberapa parasit) mampu menahan serangan
obat antimikroba, seperti antibiotik, antivirus, dan lainnya, sehingga
standar pengobatan menjadi tidak efektif dan infeksi tetap persisten dan
mungkin menyebar (Goodman dan Gilman, 2007).
3. Metode Uji Resistensi
Pada umumnya metode yang digunakan dalam uji sensivitivitas bakteri
adalah metode difusi agar yaitu dengan cara mengamati daya hambat
pertumbuhan mikroorganisme oleh ekstrak yang diketahui dari daerah
disekitar kertas cakram (paper disk) yang tidak ditumbuhi oleh
mikroorganisme. Zona hambta pertumbuhan inilah yang menunjukan
sensivitas bakteri terhadap bahan antibaktri (Dwidjoseputro, 2005).
4. Teknik Aseptis
Teknik aseptis adalah suatu metode dalam memindahkan atau mentransfer
kultur bakteri dari satu tempat ke tempat lain agar tidak terjadi
kontaminasi oleh mikroba lain dalam medium kultur (Curtis, 1999).
-
7/24/2019 Kelompok 1_Resistensi
3/15
III.Teori Dasar
Mikroorganisme dapat ditemukan hampir di setiap lingkungan,
termasuk lingkungan-lingkungan dimana tidak ada kehidupan lain yang dapat
bertahan hidup. Mikroorganisme mampu bertahan hidup di berbagai kondisi
lingkungan yang berbeda-beda. Mereka juga mampu beradaptasi dengan
perubahan-perubahan lingkungan yang sangat ekstrim. Jenis-jenis
mikroorganisme yang ditemukan di suatu lingkungan mempunyai
pertumbuhan yang berbeda-beda pula. Pertumbuhan mikroorganisme sangat
dipengaruhi oleh faktor fisik dan kimiawi. Selayaknya mahluk hidup,
mikroorganisme juga membutuhkan zat-zat tertentu untuk tumbuh dan juga
memberikan respon terhadap zat-zat yang merusak mereka. Bahan- bahan
kimia baik organik maupun anorganik bersifat racun bagi mikroorganisme.
Bahan-bahan ini dapat menghambat atau mematikan mikroba yang bersifat
patogen dan merugikan manusia. Senyawa yang dapat menghambat mikroba
disebut senyawa antiseptik, sedangkan senyawa yang bisa mematikan
mikroba disebut senayawa desinfektan(Ganiswarna, 1995).
Salah satu senyawa antiseptik yang dapat menghambat pertumbuhan
salah satu jenis mikroba misalnya bakteri adalah antibiotik. Antibiotik atau
dikenal juga sebagai obat anti bakteri merupakan obat yang digunakan untuk
mengobati penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Alexander Fleming
pada tahun 1927 menemukan antibiotika yang pertama yaitu penisilin. Pada
tahun 1940, antibiotika dapat dikatakan merubah dunia pengobatan serta
mengurangi angka kesakitan & kematian yang disebabkan oleh penyakit
infeksi secara dramatis (Ganiswarna, 1995).
Cara pengujian resistensi mikroba terhadap suatu jenis antibiotik dapat
dilakukan dengan uji resistensi. Teknik ini menggunakan zat kimia untuk
mengurangi dan membunuh mikroorganisme, terutama mikroba yang
patogen. Metode yang biasa dipakai adalah metode Metode Kirby-Bauer yang
merupakan cara untuk menentukan sensitifitas antibiotik untuk bakteri.
Sensitifitas suatu bakteri terhadap antibiotik ditentukan oleh diameter zona
-
7/24/2019 Kelompok 1_Resistensi
4/15
hambat terbentuk. Semakin besar diameternya maka semakin terhambat
pertumbuhannya (Jawet, 1997).
Bakteri dapat membentuk ketahanan khusus terhadap suatu jenis
antibiotika tertentu, sehingga membahayakan orang yang terkena penyakit
tersebut. Kesalahpahaman yang sering terjadi di masyarakat yaitu adanya
anggapan bahwa yang resisten terhadap obat tertentu ialah tubuh seseorang,
padahal sebenarnya bakteri yang ada di dalam tubuh itulah yang menjadi
resisten terhadap pengobatan, bukan tubuhnya (Jawet, 1997).
Timbulnya resistensi terhadap suatu antibiotika terjadi berdasarkan
salah satu atau lebih mekanisme berikut:
1. Bakteri mensintesis suatu enzim inaktivator atau penghancur antibiotika.
Misalnya Stafilokoki, resisten terhadap penisilin G menghasilkan beta-
laktamase, yang merusak obat tersebut. Betalaktamase lain dihasilkan oleh
bakteri batang Gram-negatif.
2. Bakteri mengubah permeabilitasnya terhadap obat. Misalnya tetrasiklin,
tertimbun dalam bakteri yang rentan tetapi tidak pada bakteri yang
resisten.
3. Bakteri mengembangkan suatu perubahan struktur sasaran bagi obat.
Misalnya resistensi kromosom terhadap aminoglikosida berhubungan
dengan hilangnya (atau perubahan) protein spesifik pada subunit 30s
ribosom bakteri yang bertindak sebagai reseptor pada organisme yang
rentan.
4. Bakteri mengembangkan perubahan jalur metabolik yang langsung
dihambat oleh obat. Misalnya beberapa bakteri yang resisten terhadap
sulfonamid tidak membutuhkan PABA ekstraseluler, tetapi seperti sel
mamalia dapat menggunakan asam folat yang telah dibentuk. 5. Bakteri
mengembangkan perubahan enzim yang tetap dapat melakukan fungsi
metabolismenya tetapi lebih sedikit dipengaruhi oleh obat dari pada enzim
pada kuman yang rentan. Misalnya beberapa bakteri yang rentan terhadap
sulfonamid, dihidropteroat sintetase, mempunyai afinitas yang jauh lebih
tinggi terhadap sulfonamid dari pada PABA (Jawetz, 1997).
-
7/24/2019 Kelompok 1_Resistensi
5/15
Secara garis besar antimikroba dibagi menjadi dua jenis yaitu yang
membunuh kuman (bakterisid) dan yang hanya menghambat pertumbuhan
kuman (bakteriostatik). Antibiotik yang termasuk golongan bakterisid antara
lainpenisilin, sefalosporin, aminoglikosida (dosis besar), kotrimoksazol,
rifampisin, isoniazid danlain-lain. Sedangkan antibiotik yang memiliki sifat
bakteriostatik, dimana penggunaanya tergantung status imunologi pasien,
antara lain sulfonamida, tetrasiklin, kloramfenikol, eritromisin, trimetropim,
linkomisin, klindamisin, asam paraaminosalisilat, dan lain-lain (Laurence&
Bennet,1987).
Resistensi antibiotik terhadap mikroba menimbulkan beberapa
konsekuensi yang fatal.Penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri yang
gagal berespon terhadap pengobatan mengakibatkan perpanjangan penyakit
(prolonged illness), meningkatnya resiko kematian (greater risk of death)dan
semakin lamanya masa rawat inap di rumah sakit (length of stay).Ketika
respon terhadap pengobatan menjadi lambat bahkan gagal,pasien menjadi
infeksius untuk beberapa waktu yang lama (carrier). Hal ini memberikan
peluang yang lebih besar bagi galur resisten untuk menyebar kepada orang
lain. Kemudahan transportasi dan globalisasi sangat memudahkan penyebaran
bakteri resisten antar daerah, negara, bahkan lintas benua. Semua hal tersebut
pada akhirnya meningkatkan jumlah orang yang terinfeksi dalam komunitas
(Deshpande et al, 2011)
Ketika infeksi menjadi resisten terhadap pengobatan antibiotika lini
pertama, maka harus digunakan antibiotika lini kedua atau ketiga, yang tentu
harganya lebih mahal dan kadang kala pemakaiannya lebih toksik. Di negara-
negara miskin, dimana antibiotika lini pertama maupun kedua tidak tersedia,
menjadikan potensi resistensi terhadap antibiotika lini pertama menjadi lebih
besar. Antibiotika di negara miskin, didapatkan dalam jumlah sangat terbatas,
bahkan antibiotika yang seharusnya ada untuk mengatasi penyakit infeksi
yang disebabkan bakteri pathogen resisten, tidak terdaftar dalam daftar obat
esensial (Bisht et al, 2009)
-
7/24/2019 Kelompok 1_Resistensi
6/15
Konsekuensi lainnya adalah dari segi ekonomi baik untuk klinisi,
pasien, health care administrator, perusahaan farmasi, dan masyarakat. Biaya
kesehatan akan semakin meningkat seiring dengan dibutuhkannya antibiotika
baru yang lebih kuat dan tentunya lebih mahal. Sayangnya, tidak semua
lapisan masyarakat mampu menjangkau antibiotika generasi baru
tersebut.Semakin mahal antibiotik, semakin masyarakat tidak bisa
menjangkau, semakin banyak carrier di masyarakat, semakin banyak galur
baru bakteri yang bermutasi dan menjadi resisten terhadap antibiotika.
Sampai sekarang, faktanya sangat sulit membayangkan adanya prosedur yang
efektif untuk menangani resistensi ini. Klinisi akan sangat kesulitan
menentukan keputusan regimen terapi pada pasien-pasien dengan resiko
infeksi tinggi, misalnya pada pasien yang akan menjalani prosedur bedah,
transplantasi, pasien dengan kemoterapi karena kanker, pasien-pasien kritis
yang berusia sangat muda atau sangat tua, pasien HIV dalam masa
pengobatan, tanpa keberadaaan antibiotika yang ampuh mengatasi masalah
resistensi (Bhatia & Narain, 2010)
IV. Alat, Bahan, dan Gambar Alat
4.1
Alat
1. Cawan petri
2. Cakram kertas antibiotika
3.
Inkubator
4. Jangka Sorong
5.
Pembakar spritus
4.2 Bahan
1.Nutrient Agar
2. Suspensi bakteri uji
-
7/24/2019 Kelompok 1_Resistensi
7/15
4.3
Gambar Alat
Cawan petri Cakram kertas antibiotika
Inkubator Jangka Sorong
Spirtus
V. Prosedur
Pinset dipanaskan dengan menggunakan pembakar spiritus, kemudian
didinginkan kira-kira 2 menit sampai dingin. Setelah itu fiksasi cawan petri
dengan pembakar spiritus, dan dimasukan cakram antibiotic pada 4 zona
media nutrient agar yang sebelumnya sudah diberi tanda pada cawan petri.
Dilakukan inkubasi selam 24 jam, kemudian diamati hasilnya apakah
terbentuk zona hambat atau tidak.
-
7/24/2019 Kelompok 1_Resistensi
8/15
VI. Data Pengamatan
No Perlakuan Hasil
1. Pinset dibakar diatas
pembakar spirtus
2. Dilakukan fiksasi pada cawan
petri yang telah berisi media
nutrient agar dan suspense
bakteri
3. Dimasukan cakram
antibiotika kedalam cawan
petri yang telah diberi 4 zona
-
7/24/2019 Kelompok 1_Resistensi
9/15
4. Dilakukan kembali fiksasi
pada cawan petri
5. Dilakukan inkubasi selama
24 jam
-
7/24/2019 Kelompok 1_Resistensi
10/15
Antibiotika Hasil Pengamatan Keterangan
MTZ
(Metronidazol)
Resisten
CAR
(Carbenisilin)
Resisten
CAZ
(Ceftizidin)
Resisten
VII. Pembahasan
Antibiotik ialah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba, terutamafungi, yang dapat menghambat atau dapat membasmi mikroba jenis lain.
Selain istilah antibiotik, kita juga mengenal antimikroba yang mempunyai
fungsi hampir sama dengan antibiotik. Antimikroba ialah obat pembasmi
mikroba, khususnya mikroba yang merugikan manusia.
Percobaan kali ini dilakukan untuk menentukan kerentanan atau
menguji resistensi suatu bakteri terhadap berbagai jenis antibiotik. Uji
resistensi merupakan tes yang digunakan untuk menguji kepekaan
suatu bakteri terhadap antibiotik. Uji resistensi bertujuan untuk mengetahui
daya kerja atau efektivitas dari suatu antibiotik dalam membunuh
bakteri.
Bakteri yang digunakan harus berasal dari strain murni yang bukan
hasil isolasi dari manusia atau telah mendapat perlakuan oleh antibakteri
lainnya. Dan sediaan antibiotik yang diujikan adalah CAR yaitu
Carbenicillin yang merupakan contoh dari penisilin anti-pseudomonal dibuat
-
7/24/2019 Kelompok 1_Resistensi
11/15
untuk mengatasi infeksi bakteri gram negatif basil, CAZ yaitu Ceftazidime
yang merupakan generasi ketiga dari sefalosporin, dibuat pada tahun 1980-an
untuk mengatasi infeksi sistemikberat karenabakterigram negatif-basil dan
MTZ yaitu Metronidazole yang merupakan antibakteri dan antiprotozoa
sintetik derivat nitroimidazoi yang mempunyai aktifitas bakterisid, amebisid
dan trikomonosid.
Dalam sel atau mikroorganisme metronidazole mengalami reduksi
menjadi produk polar. Hasil reduksi ini mempunyai aksi antibakteri dengan
jalan menghambat sintesa asam nukleat.Metronidazole efektif terhadap
Trichomonas vaginalis, Entamoeba histolytica, Gierdia lamblia.
Metronidazole bekerja efektif baik lokal maupun sistemik. Antibiotik uji
tersedia dalam bentuk cakram kertas (paper disc).
Uji sensitivitas antibiotik terhadap berbagai macam mikroba dilakukan
untuk mengetahui apakah suatu antibiotik dapat membunuh beberapa jenis
mikroba atau berspektrum luas atau hanya dapat membunuh satu jenis
mikroba saja yang disebut berspektrum sempit.Karena adanya beberapa
penyakit yang tidak cocok dengan antibiotik terhadap penyakit yang fatal,
serta berhubungan dengan waktu inkubasi untuk melihat antibiotik mana
yang kerjanya lebih cepat menghambat atau membunuh mikroba.
Sensitivitas adalah suatu keadaan dimana mikroba sangat peka terhadap
antibiotik. Atau sensitivitas adalah kepekaan suatu antibiotik yang masih baik
untuk memberikan daya hambat terhadap mikroba.
Resistensi adalah suatu keadan dimana mikroba sudah tidak peka
terhadap antibiotik.Intermediate adalah suatu keadaan dimana
mikroorganisme mengalami pergeseran sifat dari sensitiv menjadi resisten
tapi belum sepenuhnya resisten. Parameter tingkat sensitivitas suatu
antimikroba berdasarkan luas zona hambatan, jika suatu antimikroba
memiliki zona hambatan yang paling luas maka antimikroba tersebut
dinyatakan paling sensitive terhadap bakteri yang diuji artinya antimikroba
ini paling efektif digunakan untuk pengobatan jika terinfeksi bakteri uji
tersebut.
https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Infeksi_sistemik&action=edit&redlink=1https://id.wikipedia.org/wiki/Bakterihttps://id.wikipedia.org/wiki/Gram_negatifhttps://id.wikipedia.org/wiki/Gram_negatifhttps://id.wikipedia.org/wiki/Bakterihttps://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Infeksi_sistemik&action=edit&redlink=1 -
7/24/2019 Kelompok 1_Resistensi
12/15
-
7/24/2019 Kelompok 1_Resistensi
13/15
bening disekitar cakram antibiotik. Jika terdapat antibiotik yang tidak
menimbulkan zona bening, menandakan bahwa bakteri tersebut telah resisten
terhadap antibiotik yang diujikan. Besarnya zona bening yang ditimbulkam
masing-masing antibiotik tergantung pada kerentanan bakteri terhadap
antibiotik tersebut.
Pada bakteri uji (Bakteri)., zona inhibisi tidak tampak dari 3 antibiotik
dengan dosis yang berbeda yang diujikan terhadap Bakteri) semuanya
memberikan hasil negatif. Pada zona CAR,CAZ dan MTZ, tidak terdapat
zona bening yang terbentuk. Hal tersebut menunjukkan bahwa daya hambat
antibiotic CAR,CAZ dan MTZ terhadap (Bakteri) terlalu kecil.
Ketidakmunculan zona bening ini disebabkan oleh antibiotik yang tidak
efektif lagi. zona bening muncul disebabkan karena bakteri yang diuji telah
mati pada jangkauan kemampuan zona hambat dari antibakteri tersebut.
Namun, dalam percobaan menunjukkan ketidakmunculan zona bening dapat
dikatakan bahwa bakteri yang ada tidak mampu terbunuh oleh adanya anti-
biotik yang diberikan atau dikatakan resistensi bakteri terhadap
Terdapat berbagai faktor penyebab terjadinya resistensi bakteri, yaitu
faktor primer yang meliputi penggunaan agen antibiotik, munculnya
strain bakteri yang resisten terhadap antibiotik, dan penyebaran strain
bakteri resisten tersebut ke bakteri lain. Lokasi infeksi, kemampuan
antibiotik mencapai organ target infeksi sesuai dengan konsentrasi
terapi, dan ekologi lingkungan juga merupakan faktor-faktor yang
perlu diperhatikan. Penggunaan antibiotik secara berlebihan, memiliki
andil besar dalam peningkatan resistensi terhadap antibiotik.
Bakteri dapat bersifat resisten terhadap antibiotik tertentu
karena tiap-tiap antibiotik mempunyai efektivitas yang berbeda dalam
membunuh bakteri tertentu. Bakteri dapat resisten terhadap antibiotik
tertentu disebabkan oleh faktor non-genetik dan faktor genetik, yang terdiri
atas resistensi kromosal dan resistensi ekstrakromosal.
Dari praktium dapat disimpulkan bahwa hasil percobaan yang
dilakukan pada praktikum kali ini anti-biotik CAR , CAZ, dan MTZ yang
-
7/24/2019 Kelompok 1_Resistensi
14/15
diberikan pada bakteri uji ini tidak ampuh untuk penanganan penyakit yang
disebabkannya. Bakteri ini telah mengalami resistensi yang ditandai dengan
tidak adanya zona bening atau hambat yang muncul karena beberapa faktor
yang disebutkan diatas.
Namun, mungkin juga terdapat faktor-faktor kesalahan dalam
praktikum yang dapat terjadi sehingga hasil yang diperoleh tidak akurat :
1.
Adanya kontaminasi yang terjadi
2. Kurang aseptisnya prosedur yang dilakukan
VIII.Simpulan
Metode cakram kertas dapat digunakan untuk menentukan kerentanan
suatu bakteri terhadap sediaan antibiotik. Antibiotik yang digunakan adalah
CAR,CAZ dan MTZ, dan tidak terdapat zona bening yang terbentuk. Hal
tersebut menunjukkan bahwa daya hambat antibiotik CAR,CAZ dan MTZ
terhadap (Bakteri) terlalu kecil.
-
7/24/2019 Kelompok 1_Resistensi
15/15
DAFTAR PUSTAKA
.
Bhatia, R., Narain, J. P. 2010. The Growing Challenge of Antimicrobial
Resistance In The South East Asia Region-Are We Losing The
Battle?.Indian Journal of Medical Research.
Bisht, R., Katiyar, A., Singh, R., Mittal, P. 2009. Antibiotic Resistance-A Global
Issue of Concern.Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical
Research.Volume 2.Issue 2.
Curtis, Helena. 1999.Biology 5 th edition. New York : Worth Publisher Inc.
Deshpande, J. D., Joshi, M. 2011.Antimicrobial Resistance: The Global Public
Health Challenge. InternationalJournal of Student Research.Volume I. Issue
2
Dwidjoseputo, D. 2005.Dasar-dasar Mikrobiologi. Djambatan : Jakarta.
Ganiswara, G., S. 1995.Farmakologi dan Terapi. Gaya Baru. Jakarta.
Goodman dan Gilman. 2007. Dasar Farmakologi Terapi Volume 1 Edisi 10.
Jakarta: EGC.
Jawet E. 1997.Prinsip kerja obat antimikroba. In : Katzung B, eds. Farmakologi
dasar dan klinik. Jakarta : EGC.
Laurence, D. R., Bennet, P. N. 1987. Clinical Pharmacology.Sixth Edition.
Churchill Livingstone, Edinburgh.
Subronto dan Tjahadjati. 2001. Ilmu Penyakit Ternak II. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.