laporan metklim pdf

Upload: anr-wijaya

Post on 27-Feb-2018

228 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/25/2019 Laporan Metklim PDF

    1/95

    i

    LAPORAN PRAKTIKUM METEOROLOGI DAN KLIMATOLOGI

    Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Praktikum Meteorologi Dan

    Klimatologi

    Dosen Pengampu : Arif Ashari, M. Sc

    Disusun Oleh:

    Nama : Aldi Nova Rahmat Wijaya

    NIM : 15405244005

    Kelompok : 2

    JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI

    FAKULTAS ILMU SOSIAL

    UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

    2015

  • 7/25/2019 Laporan Metklim PDF

    2/95

    ii

    Halaman Pengesahan

    Laporan Praktikum Meteorologi Dan Klimatologi

    2015

    Disusun oleh

    Aldi Nova Rahmat Wijaya

    15405244005

    Mengesahkan,

    Yogyakarta, 5 Desember 2015

    Dosen Pengampu Asisten Dosen Praktikum

    Arif Ashari, M. Sc Dheni Miftakur Rizqiyanto

    NIM 14405241068

  • 7/25/2019 Laporan Metklim PDF

    3/95

    iii

    Kata Pengantar

    Segala puji dan syukur, penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah

    memberikan rahmat, karunia, dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat

    menyelesaikan penulisan laporan praktikum Meteorologi dan Klimatologi ini

    dengan lancar dan selalu diberi kemudahan.

    Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada

    bapak Arif Ashari selaku dosen pembimbing dan juga asisten dosen yang selalu

    membimbing penulis dalam menyusun laporan ini. Tak lupa, ucapkan terimakasih

    penulis ucapkan kepada orang tua dan teman-teman yang telah banyak memberi

    dukungan dan bantuan kepada penulis dalam menyusun laporan ini.

    Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh

    karena itu penulis berharap pada pembaca agar berkenan memberikan masukan

    untuk perbaikan. Harapan penulis, semoga laporan ini dapat memberikan manfaat

    terhadap pembaca, utamanya bagi penulis. Sekecil apapun itu, penulis berharap

    semoga ini menjadi amal jariyah. Amin.

    Yogyakarta, 5 Desember 2015

  • 7/25/2019 Laporan Metklim PDF

    4/95

    iv

    Daftar Isi

    Halaman Pengesahan .............................................................................................. ii

    Kata Pengantar ....................................................................................................... iii

    Daftar Isi................................................................................................................. iv

    ACARA I ................................................................................................................ 1

    TEKANAN UDARA DAN KETINGGIAN TEMPAT .......................................... 1

    ACARA II ............................................................................................................... 8

    PENGUKURAN KELEMBABAN RELATIF ....................................................... 8

    ACARA III ............................................................................................................ 18

    PENGUAPAN ...................................................................................................... 18ACARA IV ........................................................................................................... 30

    KECEPATAN ANGIN ......................................................................................... 30

    ACARA V ............................................................................................................. 41

    PENGUKURAN TEMPERATUR UDARA ........................................................ 41

    ACARA VI ........................................................................................................... 51

    PENGUKURAN INTENSITAS CURAH HUJAN .............................................. 51

    ACARA VII .......................................................................................................... 58

    IKLIM SCHIMIDT FERGUSON ......................................................................... 58

    ACARA VIII ......................................................................................................... 69

    IKLIM MENURUT MOHR DAN OLDEMAN ................................................... 69

    ACARA IX ........................................................................................................... 82

    IKLIM MENURUT KPPEN .............................................................................. 82

    Lampiran ............................................................................................................... 91

  • 7/25/2019 Laporan Metklim PDF

    5/95

    1

    ACARA I

    TEKANAN UDARA DAN KETINGGIAN TEMPAT

    I. Tujuan

    Tujuan praktikum ini sebagai berikut :

    1. Mengetahui ketinggian tempat dan tekanan udara pada suatu

    tempat.

    2. Mengukur ketinggian tempat dan tekanan udara mennggunakan

    alat altimeter model Thommen.

    3.

    Membandingkan hasil pengukuran ketinggian tempat dan

    tekanan udara dengan altimeter model Thommen dengan

    perhitungan tekanan udara secara teoritis berdasarkan ketinggian

    tempat yang telah diketahui.

    II. Dasar Teori

    Tekanan udara merupakan tenaga yang bekerja untuk

    menggerakkan massa udara dalam setiap satuan luas tertentu. Dalam

    pengertian lain tekanan udara juga dapat diartikan sebagai tekanan yang

    diberikan oleh udara karena beratnya pada tiap-tiap 1 cm2 bidang

    mendatar dari permukaan bumi sampai batas atmosfer (Wisnubroto

    dkk, 1986:60).

    Besarnya tekanan udara dapat diukur menggunakan altimeter

    yang memanfaatkan hubungan antara tekanan udara dengan ketinggian

    tempat. Tekanan udara pada umumnya menurun setiap 11 mbar untuksetiap bertambahnya ketinggian tempat sebesar 100 m. Untuk lapisan

    atmosfer secara keseluruhan, hubungan antara penurunan tekanan udara

    dengan bertambahnya ketingian dapat dilihat pada gambar berikut :

  • 7/25/2019 Laporan Metklim PDF

    6/95

    2

    Gambarprofil suhu dan pembagian lapisan atmosfer bumi

    Tekanan udara dipengaruhi oleh suhu. Suhu pada daerah tropis

    menynjukkan fluktuasi musiman yang sangat kecil.oleh sebab itu dapat

    dipahami jika tekanan udara di daerah tropis relatif konstan. Tekanan

    udara yang tidak berfluktuasi secara nyata ini menyebabkan kecepatan

    angin di daerah tropis seperti halnya indonesia pada umumnya relatif

    lemah. Di wilayah indonesia rata-rats garis isobar secaara umum akan

    paralel dengan garis kontur rupa bumi (Lakitan, 2014: 144).

    Teanan udara berbeda antara lokasi satu dengan lokasi lainnya

    dan pada kondisi tertentu dapat berubah secara dinamis daei waktu ke

    waktu. Perbedaan tekanan udara ini terutama disebabkan oleh

    pergeseran garis edar matahari. Pergeseran garis edar matahari akanmenyebabkan fluktuasi suhu musiman, terutama untuk garis lintang

    pertengahan. Suhu akan berpengaruh terhadap pemuaian dan

    penyusutan voume udara. Jika udara memuai maka udara akan lebih

    renggang dan mengakibatkan teanan udara menjadi menurun,

    sebaliknya jika vollume udara menyusut, maka kerapatan udara

  • 7/25/2019 Laporan Metklim PDF

    7/95

    3

    tersebut menjadi lebih tinggi dan mengakibatkan tekanan meningkat

    (Lakitan, 2014: 144-145).

    III.

    Alat dan Bahan

    1. Altimeter model Thommen

    2. Alat tulis

    IV. Langkah Kerja

    Adapun langkah untuk melakukan praktikum ini adalah :

    1. Siapkan alat altimeter model Thommen.

    2.

    Baca angka yang muncul pada lubang bagian atas untuk

    mengetahui ketinggian tempat dalam kilometer (ribuan meter).

    3. Perhatikan angka yang ditunjuk oleh jarum pada lingkaran luar.

    4. Catat ketinggian tempat yang telah diketahui.

    5. Perhatikan angka yang ditunjuk oleh jarum pada lingkaran bagian

    dalam (warna merah).

    6. Catat tekanan udara yang telah diketahui.

    7.

    Bandingkan angka tekanan udara yang telah diperoleh daripencatatan pada altimeter yang telah diperoleh dari pencatatan

    pada altimeter dengan udara secara teoritik.

    V. Hasil Praktikum

    Praktikum acara satu ini bertujuan untuk mengetahui tekanan

    udara dan ketinggian tempat pada beberapa tempat antara lain

    Srumbung, Wates, Godean dan FIS. Pengukuran dilakukan

    menggunakan alat Altimeter model Thommen, prinsip kerja alat ini

    memanfaatkan hubungan antara tekanan udara dengan ketinggian

    tempat. Tekanan udara pada umumnya menurun setiap 11 mbar untuk

    setiap bertambahnya ketinggian tempat sebesar 100 m. Data lapangan

    yang diperoleh dari hasi pengukuran adalah sebagai berikut:

  • 7/25/2019 Laporan Metklim PDF

    8/95

    4

    No Tempat KetinggianTekanan Udara

    Berdasarkan alat

    Tekanan

    Udara

    berdasarkan

    teoritik

    1 Srumbung 550 951

    2 Wates 30 1010

    3 Godean 100 1002

    4 FIS 130 1006

    Selanjutnya hasil pengukuran yang telah diperoleh dihitung

    secara teoritik dengan menggunakan beberapa rumus. Adapun rumus

    yang digunakan untuk mengetahui tekanan udara suatu tempat adalah(010 mb penurunan tekanan udara). 1010 mb diasumsikan sebagai

    rata-rata tekanan udara pada 0 mdpl. Sedangkan untuk mencari

    penurunan tekanan udara digunakan rumus

    ( =ketinggian tempat

    1). Data-

    data yang diperoleh kemudian dimasukkan sesuai dengan rumus yang

    sudah ada. Data penghitungan yang diperoleh adalah sebagai berikut :

    1. Srumbung

    1 = 55 => 1010 55 = 995

    2. Wates

    1 = 3 => 1010 3 = 1007

    3.

    Godean

    1 = 10 => 1010 19 = 1000

    4. FIS

    1 = 13 => 1010 13 = 997

  • 7/25/2019 Laporan Metklim PDF

    9/95

    5

    Lalu data penghitungan secara teoritik tadi dimasukkan pada kolom

    tekanan udara berdasar perhitungan teoritik yang sebelumnya masih

    kosong.

    Dari data yang diperoleh diatas dapat dilihat bahwa data yang

    diperoleh dari pengukuran secara langsung menggunakan altimetermodel Thommen dan dengan menggunakan rumus secara teoritik

    memiliki selisih angka, pengukuran pada daerah Srumbung memiliki

    selisih 4 angka, daerah Wates memiliki selisih 3 angka, pengukuran

    pada daerah 2 angka, sedangkan penggukuran di FIS memiliki sselisih

    angka yang cukup jauh yaitu 9 angka. Dalam pengukuran tekanan

    udara, selisih angka memang sering terjadi antara pengukuran secara

    langsung dan secara teoritis. Jika selisih angka pada pengukuran kurang

    dari atau samadengan empat maka data tersebut masih dianggap sama

    atau masih dapat ditoleransi. Namun jika lebih dari itu maka hal ini

    menggindikassikan bahwa tekanan udara yang diukur pada suatu

    tempat tersebut tidak hanya dipengaruhi oleh ketinggian tempat semata,

    namun teerdapat beberapa faktor lain yang memengaruhinya.

    Dalam hal ini pengukuran dan penghitungan yang dilakukan di

    FIS memiliki selisih angka yang terpaut cukup jauh yaitu 9 angka yangmengindikasikan bahwa ada faktor lain selain ketinggian tempat yang

    memengaruhi tekanan udara di FIS. Jika ditinjau dari lokasi

    pengukurannya, pengukuran yang dilakukan di FIS bertempat di dalam

    ruangan yaitu Laboratorium Fisik FIS. Oleh karena pengukuran

    dilakukan dalam ruangan maka tidak akan terkena radiasi matahari

    secara langgsung. Radiasi matahari seara langsung tentunya akan

    No Tempat KetinggianTekanan Udara

    Berdasarkan alat

    Tekanan Udara

    berdasarkan

    teoritik

    1 Srumbung 550 951 955

    2 Wates 30 1010 1007

    3 Godean 100 1002 1000

    4 FIS 130 1006 997

  • 7/25/2019 Laporan Metklim PDF

    10/95

    6

    memengaruhi suhu udara. Udara di luar ruangan yang terkena radiasi

    matahari akan memuai sehingga volume udaranya lebh besar dan

    mengakibatkan tekanan udaranya menjadi lebih rendah. Sedangkan

    pengukuran yang dilakukan di FIS dilakukan di dalam ruangan

    sehingga tidak terkena radiasi matahari secara langsung yang

    menyebabkan molekul-molekul udara menyusut sehingga akan ada

    lebih banyk molekul udara yang dapat menempati ruangan tersebut.

    semakin banyak molekul udara yang terkumpul maka tekanan udara

    akan semakin besar. Hal inilah yang menyebabkan selisih yang cukup

    jauh antara pengukuran secara langsung dengan altimeter dengan

    pengukuran secara teoritis.

    Kesimpulan dari seluruh kegiatan yang telah dilakukan adalah

    bahwa tekanan udara pada suatu tempat dipengaruhi oleh ketinggian

    tempat karena semakin tinggi tempat maka tekanan udaranya semakin

    kecil karena molekul udara yang terkumpul pada daerah yang semakin

    tinggi dari permukaan laut cenderung memiliki massa yang lebih kecil

    dan jumlahnya akan lebih sedikit karena pengaruh grafitasi, sedangkan

    molekul udara pada tempat yang rendah memiliki massa yang lebih

    berat dan terkumpul lebih banyak. Tekanan udara pada permukaan laut

    adalah 1010 mb. Selain ketinggian tempat faktor lain yang

    memengaruhi tekanan udara adalah suhu yang kebanyakan dipengaruhi

    oleh radiasi matahari. Jika suhu udara semakin tinggi maka tekanan

    udaranya akan mengecil karena molekul udara memuai, begitu juga

    sebaliknya jika suhu udara semakin rendah maka tekanan udaranya

    akan membesar karena molekul udara menyusut.

  • 7/25/2019 Laporan Metklim PDF

    11/95

    7

    Daftar Pustaka

    Lakitan, Benyamin. 1994. Dasar-Dasar Klimatologi. Jakarta : Raja

    Grafindo Persada.

    Wisnubroto, Soekardi, dkk. 1981. Asas-Asas Meteorologi Pertanian.

    Jakarta: Ghalia Indonesia

  • 7/25/2019 Laporan Metklim PDF

    12/95

    8

    ACARA II

    PENGUKURAN KELEMBABAN RELATIF

    I. Tujuan

    Tujuan praktikum ini adalah:

    1. Dapat mengoperasikan alat pengukur kelembaban relatif massa

    udara yaitu aspiration psychrometer model asmann dan

    hygrometer.

    2. Mengetahui asas kerja aspiration psychrometer model asmann

    dan hygrometer.

    3.

    Dapat menentukan kelembaban udara relatif.

    II. Dasar Teori

    Uap air sangat penting di dalam meteorologi, hal itu dikarenakan uap

    air memiliki kegunaan sebagai berikut :

    1. Uap air adalah sumber dari semua betuk kondensasi dan curahan

    2. Uap air mampu menyerap baik radiasi matahari maupun radiasi

    bumi

    3. Uap air mengandung bahang laten yang mana akan dilepaskan

    jika terjadi kondensasi pada uap air. Bahang laten yang

    dikandung uap air merupakan sumber energi yang berguna untuk

    menjalankan sirkulasi atmosfer dan sumber energi untuk

    berkembangnya berbagai gangguan atmosfer.

    4. Banyaknya uap air di atmosfer memengaruhi besarnya laju

    penguapan dan evapotranspirasi.5. Uap air dapat berubah menjadi cair atau padat pada kisaran suhu

    atmosfer normal.

    6. Banyaknya distribusi vertikal uap air di atmosfer sangat

    memengaruhi kesetabilan atmosfer, yang dikarenakan uap air

    memengaruhi pendinginan dan pemansan adiabatic

    (Susilo Prawirowardoyo, 1996 : 23).

  • 7/25/2019 Laporan Metklim PDF

    13/95

    9

    Proses penguapan dapat dibedakan menjadi dua, yang pertama

    adalah evaporasi yaitu penguapan air yang berasal dari permukaan

    bentangan air ataupun benda padat yang memiliki kandungan air. yang

    kedua adalah transpirasi yaitu penguapan air yang berasal dari jaringan

    tumbuhan yang keluar melalui celah pada tumbuhan yang disebut

    stomata. Sedangkan untuk menyebut total penguapan yang berasal dari

    berbagai jenis permukaan dan jaringan tumbuhan disebut sebagai

    evapotranspirasi. (Lakitan, 1994 : 110)

    Kelembaban udara ditentukan oleh jumlah uap air yang

    terkandung di dalam udara. Total massa uap air per satuan volume

    udara disebut sebagai kelambaban absolut (absolute humidity,

    umumnya dinyatakan dalam satuan kg/m3. Perbandingan antara massa

    uap air dengan massa udara lembab dalam satuan volume udara tertentu

    disebut sebagai kelembaban sepesifik ( specific humidity, umumnya

    dinyatakan dalam satuan g/kg). Massa udara lembab adalah massa

    udara lembab adalah total massa dari seluruh gas-gas atmosfer yang

    terkandung termasuk uap air, jika massa uap air tidak diikut sertakan

    maka disebut sebagai massa udara kering ( dry air). Data klimatolugi

    untuk kelembaban udara yang umum dilaporkan adalah kelembaban

    relatif (relative humidity, disingkat RH). Kelembaban relatif adalah

    perbandingan antara tekanan uap air aktual ( yang terukur ) dengan

    tekanan udara pada kondisi jenuh yang pada umumnya dinyatakan

    dalam persen (Lakitan, 2014:107).

    Pada kondisi tekanan atau kerapatan udara jenuh, udara tidak

    dapat lagi menampung tambahan uap air. Penambahan uap air akan

    diimbangi dengan proses kondensasi, sehingga jumlah uap air yang

    terkandung tidak melebihi kapasitas tampung udara tersebut.

    Sebaliknya pada kondisi tekanan atau kerapatan udara tak jenuh dan

    jika udara tersebut kontak dengan permukaan air atau es, maka uap air

    dalam udara tersebut akan bertambah terus sampai menjadi kondisi

  • 7/25/2019 Laporan Metklim PDF

    14/95

    10

    jenuh. Jika udarah yang jenuh uap air ditingkatkan suhunya, maka udara

    tersebut menjadi tak jenuh uap air. Sebaliknya, jika udara yang tak

    jenuh uap air diturunkan suhunya perlahan-lahan dan kerapatan airnya

    menjadi konstan, maka udara tersebut akan mendekati kondisi jenuh

    uap air (Benyamin Lakitan, 1994 : 108).

    Kelembaban nisbi berubah dengan tempat dan waktu. Menjelang

    tengah hari kelembaban nisbi berangsur-angsur menjadi turun kemudian

    pada sore hari sampai menjelang pagi kelembaban nisbi menjadi tambah

    besar. (Tjasyono, 1987:15)

    Salah satu alat untuk mengukur kelembaban udara adalah

    psykrometer. Psykrometer merupakan alat yang terdiri dari dua

    termometer yaitu termometer bila basah dan termometer bola kering.

    Termometer bola kering merupakan termometer air raksa biasa,

    sedangkan termometer bola kering merupakan termometer air raksa

    yang bagian ujung sensornya dibalut dengan kain kasa atau bahan lain

    yang berguna untk menjaganya agar selalu lembab. Suhu yang tercatat

    pada termometer bola basah akan sama dengan termometer bola kering

    atau lebih rendah. Hal ini dikarenakan sebagian panas pada ujung

    sensor termometer bola basah akan terpakai dalam proses penguapan

    air pada kain lembab yang menutupinya. Suhu termometer bola basah

    akan sama dengan termometer bola kering apabila tidak terjadi

    penguapan pada ujung sensor termometer bola kering. Hal ini haya akan

    terjadi apabila udara disekitarnya jenuh uap air. (Lakitan, 1994 : 113).

    III. Alat dan Bahan

    Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah:

    1. Aspiration psychrometer model asmann

    2. Hygrometer, untuk mengukur temperatur dan kelembaban relatif.

    Hygrometer merekam dua macam data yaitu data kelembaban relatif

    (dalam persen) dan data temperatur (dalam derajat Celcius). Alat ini

  • 7/25/2019 Laporan Metklim PDF

    15/95

    11

    terdiri dari alat perekam temperatur dalam oC (100o 400o) dan

    bahan higroskopis terdiri dari rambut yang peka terhadap kandungan

    air di udara.

    3.

    Alat tulis, untuk mencatat data hasil pengukuran.

    IV. Langkah Kerja

    Adapun langkah kerja untuk melakukan prektikum acara II ini adalah:

    1. Menggunakan aspiration psychrometer model asmann:

    a. Menggunakan aspiration psychrometer dalam kondisi normal,

    suhu sama.

    b.

    Basahi thermometer bola basah dengan menggunakan aquades

    atau air.

    c. Jauhkan dari kerumunan orang, karena akan memengaruhi

    pengukuran.

    d. Putar kipas penghisap udara 3,54 putaran.

    e. Perhatikan kedua termometer (bola basah dan bola kering) maka

    akan terlihat air raksa pada thermometer bola basah akan turun

    sementara thermometer bola kering hanya sedikit mengalamipenurunan. Ikuti terus dengan seksama maka suatu saat

    penurunan air raksa pada temperatur bola basah akan berhenti.

    Bila ada gejala air raksa akan naik kembali cepat baca dan catat.

    Kadang-kadang suhu tetap berhenti sejenak kemudian turun

    kembali kemudian baca dan catat.

    f. Lihat dan catat temperatur pada thermometer bola kering dan

    thermometer bola basah.g. Hitung selisih temperatur yang tercatat pada kedua thermometer

    tersebut (thermometer bola kering dikurangi thermometer bola

    basah).

    h. Kemudian masukkan pada tabel untuk mengetahui berapa

    persen kelembaban relatif massa udara.

  • 7/25/2019 Laporan Metklim PDF

    16/95

    12

    2. Menggunakan hygrometer

    a. Lindungi alat dari radiasi matahari langsung.

    b. Diamkan sesaat kurang lebih 10 menit sebelum dibaca datanya.

    c.

    Jangan digerakkan atau terkena getaran pada saat dibaca.

    d. Ventilasi di belakang alat jangan sampai tertutup.

    V. Hasil Praktikum

    1. Hasil

    Uap air adalah gas yang paling dinamis di atmosfer. Kandungan

    uap air dapat berubah dengan cepat dalam kurun waktu 24 jam.

    Kandungan uap air di udara akan meningkat apabila terjadi perubahan

    air dari cair ke gas yang disebut penguapan. Proses perubahan ini bisa

    terjadi apabila terdapat energi yang masuk. Utamanya sumber energi

    yang digunakan dalam proses ini adalah panas matahari.

    Praktikum dilakukan di dua tempat yaitu di luar ruangan tepatnya di

    taman KHD dan di dalam ruangan yaitu di laboratorium fisik FIS.

    Pengukuran dilakukan dengan menggunakan psykrometer daan

    hygrometer. Data yang diperoleh dari hasil pengukuran adalah sebagai

    berikut :

  • 7/25/2019 Laporan Metklim PDF

    17/95

    13

    Tabel pengukuran kelembaban udara

    2. Pembahasan

    a. pengukuran di dalam labolatorium fisik UNY

    pengukuran kelembaban udara dilakukan menggunakan

    Psykrometer dan Hygrometer. Kedua alat ini berfungsi sebagai alat

    untuk mengukur kelembaban relatif. Kelembaban relatif adalah

    banyaknya uap air yang dibuang karena udara tidak mampu

    menampung uap air atau bisa disebut udara telah jenuh uap air.

    sedangkan kelembaban udara adalah kemampuan udara dalammenampung uap air yang sebenarnya.

    Pengukuran menggunakan Psykrometer menghasilkan data

    kelembaban relatif (RH) sebesar 83% yang menunjukkan uap air yang

    tidak mampu untuk ditampung oleh udara atau uap air yang dilepaskan

    oleh udara, sehingga dapat diketahui bahwa kelembaban udara pada

    lat

    Tempat

    engukuran

    aktu

    engukuran

    Hasil Pengukuran

    Tbb(oC)

    Tbk(oC)

    Tbk Tbb(oC)

    H ( %)

    sycrometeruar Lab

    IS11.15 34 7 7 55

    alam Lab.

    IS11.30 30 8 2 3

    T (oC) RH ( % )

    ygrometer uar LabIS

    11.15 29 38

    alam Lab.

    IS11.30 25 59

  • 7/25/2019 Laporan Metklim PDF

    18/95

  • 7/25/2019 Laporan Metklim PDF

    19/95

  • 7/25/2019 Laporan Metklim PDF

    20/95

    16

    besar yang tentunya menyumbang uap air ke udara. Karena udara telah

    memuai akibat suhunya meningkat maka uap air akan lebih banyak

    ditampung oleh udara sehingga uap air yang dilepaskan oleh udara akan

    lebih sedikit karena udara masih mampu menyerap uap air dalam

    jumlah yang lebih besar.

  • 7/25/2019 Laporan Metklim PDF

    21/95

    17

    Daftar Pustaka

    Prawirowardoyo, Susilo. 1996.Meteorologi.Bandung:Penerbit ITB.

    Lakitan, Benyamin. 1994. Dasar-Dasar Klimatologi. Jakarta : Raja

    Grafindo Persada.

    Tjasyono, Bayong. 1987. Iklim dan Lingkungan. Bandung: PT

    Cendekia Jaya Utama.

  • 7/25/2019 Laporan Metklim PDF

    22/95

    18

    ACARA III

    PENGUAPAN

    I. Tujuan

    Tujuan praktikum ini adalah:

    1. Melakukan pengukuran penguapan dengan metode empirik

    (bulanan/Tahun)

    2. Mengetahui dan mengenal instrumen pengukur evaporasi

    (penguapan)

    II.

    Dasar Teori

    Air merupakan salah satu senyawa kimia yang terdapat di alam

    secara berlimpah. Namun ketersediaan air yang memenuhi sarat bagi

    keperluan manusia relatif sedikit karena dibatasi oleh berbagai faktor.

    Lebih dari 97% air di muka bumi ini merupakan air laut yang tidak

    dapat digunakan manusia secara langsung. Dari 3% air yang tersisa, 2%

    diantaranya terdimpan sebagai glacier di kutub dan uap air, yang juga

    tidak dapat dimanfaatkan secara langsung. Air yang benar- benar

    tersedia bagi keperluan manusia hanya 0,62%, meliputi air yang

    terdapat di danau , sungai, dan air tanah (Effendi, 2003 : 24).

    Air tawar yang tersedia selalu mengalami siklus hidrologi. Siklus

    hidrologi air tergantung pada proses evaporasi dan presipitasi. Proses

    evaporasi yang berlangsung di laut lebih banyak daripada eveporasi di

    daerah perairan daratan. Di laut proses evaporassi lebih banyak

    daripada presipitasi sehingga lautan merupakan sumber utama bagi

    proses presipitasi. Sebaliknya di daratan proses presipitasi lebih banyak

    daripada evaporasi. Di daratan sekitar 50% air yang di dapat dari

    presipitasi akan mengalami evaporasi, dan sisanya tersimpan di danau,

    sungai maupun sebagai air tanah. (Effendi, 2003 : 27)

  • 7/25/2019 Laporan Metklim PDF

    23/95

    19

    Kandungan uap air di atmosfer disuplai oleh evaporasi dari

    samudra, badan air yang kecil di daratan, tanah yang lembab, dan

    transpirasi tanaman. Jumlah dan kecepatan evaporasi tergantung dari

    beberapa faktor yaitu tersedianya uap air di permukaan (evaporasi tak

    dapat berlangsung pada lahan yang benar benar kering), kandungan uap

    air udara di atas permukaan, temperatur udara dan permukaan yang

    menguap, dan kekuatan angin (Trewartha dan Horn, 1995 : 86).

    Laju evaporasi sangat tergantung pada masukan energi yang

    diterima. Semakin besar energi yang diterima, maka akan semakin

    banyak molekul air yang diuapkan. Sumber energi utama untuk

    evaporasi adalah energi matahari. Selain masukan energy, laju

    evaporasi juga dipengaruhi oleh kelembaban udara di atasnya. Laju

    evaporasi akan semakin terpacu jika udara di atasnya kering

    (kelembabannya rendah), sebaliknya akan terhambat jika kelembaban

    udaranya tinggi. Jika udara di atasnya dalam kondisi jenuh uap air,

    maka evaporasi tidak dapat berlangsung, walaupun cukup besar

    masukan energy yang diterima. Sesungguhnya yang menentukan

    adalah perbedaan potensi air antara udara dengan potensi air tanah, air

    laut, atau air tawar. Walaupun demikian, kelembaban udara berkaitan

    langsung dengan potensi airnya (Lakitan, 1997: 126)

    Proses penguapan dapat dibedakan menjadi dua, yang pertama

    adalah evaporasi yaitu penguapan air yang berasal dari permukaan

    bentangan air ataupun benda padat yang memiliki kandungan air. Yang

    kedua adalah transpirasi yaitu penguapan air yang berasal dari jaringan

    tumbuhan yang keluar melalui celah pada tumbuhan yang disebut

    stomata. Sedangkan untuk menyebut total penguapan yang berasal dari

    berbagai jenis permukaan dan jaringan tumbuhan disebut sebagai

    evapotranspirasi. (Benyamin Lakitan, 1994 : 109)

    Untuk mengukur laju evapotranspirasi, dapat digunakan alat

    pengukur yaitu panci evaporasi. Panci penguapan dibuat untuk

  • 7/25/2019 Laporan Metklim PDF

    24/95

    20

    memperkirakan laju penguapan dari muka air bebas dengan cara

    mencatat penurunan tinggi muka air dalam panci terhadap tinggi muka

    air yang telah ditentukan sebagai pedoman titik awal. Pada saat

    mencatat penurunan tinggi muka air tersebut harus dicatat pula kondisi

    lingkungan sekeliling panci, misal panci terlindung dari pohon,

    tumbuhnya rumput yang cukup timggi, di samping itu harus dicatat pula

    tipe panci penguapan yang digunakan. Beberapa tipe panci penguapan

    yang telah banyak digunakan diantaranya:

    1. Panci penguapan kelas A (class A evaporation pan)

    2. Panci penguapan tertanam (sunken evaporation pan)

    3.

    Panci penguapan terapung (floating evaporation pan)

    (Soewarno, 2000: 118).

    III. Alat dan Bahan

    Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah:

    1. Alat tulis untuk melakukukan penghitungan dan mencatat hasil

    penghitungan

    2. Kalkulator untuk menghitung

    Sedang bahan yang diperlukan adalah :

    1. Data suhu, curah hujan, serta ketinggian tempat sebagai bahan

    penghitungan.

    IV. Langkah Kerja

    Adapun langkah kerja untuk melakukan prektikum acara II ini adalah:

    1. Menyiapkan data suhu, curah hujan, dan ketinggian tempat

    2. Menghitung temperatur bulanan dengan rumus,

    Tx=0,006(t-tx)T

    Tx : Temperatur yang akan diketahui

    T : Temperatur dari stasiun klimatologi terdekat

    t : Ketinggian tempat setasiun klimatologi terekat

  • 7/25/2019 Laporan Metklim PDF

    25/95

    21

    tx : Ketinggian tempat yang akan diukur temperaturnya

    3. Menghitung indeks panas bulanan ( i ) dan indeks panas ( I ),

    dihitung dengan rumus,

    i =(Tx/5)1,154 dan I=i

    i = Indeks panas bulanan

    I = Indeks panas

    Tx = Temperatur bulanan

    4. Menghitung evapotranspirassi potensial sebelum terkoreksi

    (Epx) dengan rumus,

    Epx = 16[.

    ]a

    a = 0,000000675 (I)3[0,000077 (I)2+ 0,0721 (I) + 0, 49239]

    5. Menghitung eapotranspirasi setelah terkoreksi ( Ep) dengan

    rumus,

    Ep = fx Epx

    F = faktor koreksi berdasarkan letak lintang DAS yang dikaji

    V. Hasil Praktikum

    Setelah memeroleh data suhu udara bulanan pada stasiun

    Colombo yang memiliki elevasi 169 Mdpl (t), kemudian dilakukan

    penghitungan penguapan pada kampus UNY Karang Malang yang

    memiliki elevasi 170 Mdpl (tx) dan letak lintang 7oLS dengan metode

    empirik. Adapun data suhu udara bulanan stasiun Colombo adalah

    sebgai berikut :

  • 7/25/2019 Laporan Metklim PDF

    26/95

    22

    Tabel data suhu bulanan Setasiun Colombo

    No. Bulan Suhu (OC)1. Januari 26

    2. Februari 263. Maret 25,54. April 26,65. Mei 26,76. Juni 25,87. Juli 25,58. Agustus 25,39. September 26,110. Oktober 26,911. November 26,6

    12. Desember 26,2

    Dari data diatas, pertama-tama dilakukan penghitungan

    temperatur udara dengan rumus, Tx=0,006(t-tx)T dengan hasil

    penghitungan sebagai berikut :

    Tabel penghitungan temperatur udara

    1

    Tx = 0,006 (-1) (-26)= 0,006 (26)

    = 0,1562

    Tx= 0,006 (-1) (-26)= 0,006 (26)

    = 0,156

    3

    Tx= 0,006 (-1) (-25,5)= 0,006 (25,5)= 0,153

    4

    Tx = 0,006 (-1) (-26,6)= 0,006 (26,6)= 0,1596

    5

    Tx = 0,006 (-1) (-26,7)= 0,006 (26,7)= 0,1602

    6

    Tx = 0,006 (-1) (-25,8)= 0,006 (25,8)= 0,1548

    7

    Tx = 0,006 (-1) (-25,5)= 0,006 (25,5)= 0,153

    8

    Tx = 0,006 (-1) (-25,3)= 0,006 (25,3)= 0,1518

    9

    Tx = 0,006 (-1) (-26,1)= 0,006 (26,1)= 0,1566

    10

    Tx = 0,006 (-1) (-26,9)= 0,006 (26,9)= 0,1614

  • 7/25/2019 Laporan Metklim PDF

    27/95

    23

    Setelah memeroleh nilai temperatur pada tiap bulan, lalu

    penghitungan dilanjutkan dengan mencari indeks panas bulanan (i)dan

    indeks panas (I) menggunakan rumus i = (Tx/5)1,154 dan I =i.

    Penghitungan diawali dengan mencari indeks panas bulanan (i).

    Tabel penghitungan indeks panas bulananan

    1

    i=(,6

    )1,154

    = (0,312)1,154

    = 0,00524988822

    i =(,6

    )1,154

    = (0,312)1,154

    = 0,0052498882

    3

    i =(,

    )1,154

    = (0,0306)1,154

    = 0,00509779354

    i =(,6

    )1,154

    = (0,03192)1,154

    = 0,005434395

    5

    i =(,62

    )1,154

    = (0,03204)1,154

    = 0,0054653566

    i =(,8

    )1,154

    = (0,03096)1,154

    = 0,0051888682

    7i =(

    ,

    )1,154

    = (0,0306)1,154

    = 0,0050977935

    8

    i =(,8

    )1,154

    = (0,03036)1,154

    = 0,0050373819

    9

    i =(,66

    )1,154

    = (0,03132)1,154

    = 0,005280488910

    i =(,6

    )1,154

    = (0,03228)1,154

    = 0,0055274568

    11

    i =(,6

    )1,154

    = (0,03192)1,154

    = 0,00543439512

    i =(,2

    )1,154

    = (0,03144)1,154

    = 0,0053111499

    11

    Tx = 0,006 (-1) (-26,6)= 0,006 (26,6)= 0,1596

    12

    Tx = 0,006 (-1) (-26,2)= 0,006 (26,2)= 0,1572

  • 7/25/2019 Laporan Metklim PDF

    28/95

    24

    Setelah diperoleh data indeks panas bulanan (i), selanjutnya

    dilakukan penghitungan indeks panas (I) dengan menggunakan rumus

    I=i dengan hasil sebagai berikut :

    0,0052498882+0,0052498882+0,0050977935+0,005434395+0,00546

    535+0,0051888682+0,0050977935+0,0050373819+0,0052804889+

    0,0055274568+0,005434395+0,0053111499 = 0,0633748551

    Lalu setelah diperoleh nilai indeks panas (I) dilanjutkan dengan

    menghitung Evaporasitranspirasi potensial sebelum terkoreksi (Epx)

    dengan rumus, Epx = 16[.

    ]a. Pertama-tama dilakukan penghitungan

    nilai a.

    a = 0,000000675(0,0633748551)3[0,000077(0,0633748551)2

    + 0,017921(0,0633748551) + 0,49239]

    = 0,000000675(0,000254537) [0,000077(0,0040165723) +

    0,0011357408+ 0,49239]

    = 0,0000000001[ 0,0000003093 + 0,004357408 + 0,49239

    = 0,00000000010,4935260501

    = -0,4935260499

    Selanjutnya dilakukan penghitungan evaporasitranspirasi

    sebelum terkoreksi (Epx)pada setiap bulan dengan hasil sebagai berikut

    :

  • 7/25/2019 Laporan Metklim PDF

    29/95

    25

    Tabel penghitungan (Epx)

    Epx = 16( .26

    ,68

    ) -0,4935260499

    = 16(4102,5734826493) -0,4935260499

    = 16 x 0,0164764089

    = 0,2636225429

    2

    Epx = 16( .26

    ,68) -0,4935260499

    = 16(4102,5734826493) -0,4935260499

    = 16 x 0,0164764089

    = 0,2636225429

    3Epx = 16(

    .2,

    ,68)

    -0,4935260499

    = 16(4023,6778387522)-0,4935260499

    = 16 x 0,0166350668

    = 0,2661610694

    4

    Epx = 16( .26,6

    ,68) -0,4935260499

    = 16(4197,2482553258)-0,4935260499

    = 16 x 0,0162919311

    = 0,260670897

    5

    Epx = 16( .26,

    ,68) -0,4935260499

    = 16(4213,0273841052)-0,4935260499

    = 16 x 0,0162617882

    = 0,2601886119

    6

    Epx = 16( .2,8

    ,68) -0,4935260499

    = 16(4071,0152250904)-0,4935260499

    = 16 x 0,0165393208

    = 0,2646291335

    7

    Epx = 16( .2,,68

    ) -0,4935260499

    = 16(4023,6778387522)-0,4935260499

    = 16 x 0,0166350668

    = 0,2661610694

    8Epx = 16(

    .2,

    ,68) -0,4935260499

    = 16(3992,1145811933)-0,4935260499

    = 16 x 0,0166998373

  • 7/25/2019 Laporan Metklim PDF

    30/95

    26

    Setelah memeroleh nilai I (Exp) pada tiap bulan, dilanjutkan

    dengan menghitung evaporasitranspirasi setelah terkoreksi (Ep) dengan

    rumus, Ep = fx Epx

    Tabel penghitungan (Ep)

    1Ep = 32,1 x 0,2636225429

    = 8,4622836271

    = 8,47

    2 Ep = 28,8 x 0,2636225429

    = 7,592329255

    = 7,60

    3Ep = 31,2 x 0,2661610694

    = 8,3042253653

    = 7,30

    4Ep = 30,0 x 0,260670897

    = 7,82012691

    = 7,82

    = 0,2671973975

    9

    Epx = 16( .26,

    ,68) -0,4935260499

    = 16(4118,3526114287)-0,4935260499

    = 16 x 0,0164452233

    = 0,2631235733

    10

    Epx = 16( .26,

    ,68) -0,4935260499

    = 16(4244,5856416641)-0,4935260499

    = 16 x 0,0162020055

    = 0,2592320875

    11

    Epx = 16( .26,6

    ,68) -0,4935260499

    = 16(4197,2482553258)-0,4935260499

    = 16 x 0,0162919311

    = 0,260670897

    12

    Epx = 16( .26,2

    ,68) -0,4935260499

    = 16(4134,1317402081)-0,4935260499

    = 16 x 0,0164142157

    = 0,2626274508

  • 7/25/2019 Laporan Metklim PDF

    31/95

    27

    5Ep = 31,6 x 0,2601886119

    = 7,9617715241

    = 7,97

    6

    Ep = 29,4 x 0,2646291335

    = 0,2466291335= 7,24

    7Ep = 30,3 x 0,2661610694

    = 0,2661610699

    = 7,27

    8Ep = 30,6 x 0,2671973975

    = 8,2631235733

    = 8,27

    9Ep = 30,0 x 0,2631235733

    = 7,893707119

    = 7,89

    10Ep = 31,5 x 0,2592320875

    = 8,1658107563

    = 8,16

    11Ep = 30,9 x 0,260670897

    = 8,0547307173

    = 7,05

    12Ep = 32,4 x 0,2626274508

    = 8,5091294059

    = 8,50

    Dari data diatas dapat diketehui bahwa nilai (Ep) pada setiap

    bulannya tidaklah sama. Hal ini disebebkan oleh beberapa faktor yang

    memengaruhi proses perubahan bentuk dari air menjadi uap air.

    penguapan dipengaruhi oleh kondisi klimatologi yang melipiti :

    1. Radiasi matahari

    Pada setiap perubahan zat akan selelu dibtuhkan panas laten.

    Panas laten untuk penguapan berassal dari radiasi matahari dan

    tanah. Radiasi merupakan sumber utama panas yang berpengaruhterhadap jumlah evaporasi yang terjadi di permukaan bumi.

    Radiasi matahari di suatu lokasi bervariasi sepanjang tahun,

    tergantung pada letak lokasi (garis lintang) dan deklinasi

    matahari. Radiasi matahari juga dipengaruhi oleh penutupan

    awan.

  • 7/25/2019 Laporan Metklim PDF

    32/95

    28

    2. Temperatur

    Semakin tinggi temperatur maka akan semakin tinggi pula

    kemempuan udara untuk menyerap uap air. Oleh karena itu

    daerah beriklim tropis akan menunjukkan jumlah efaporasi yang

    lebih tinggi dibandingkan dengan aera dengan iklim sedang dan

    kutub.

    3. Kelembaban Udara

    Saat terjadi penguapan, tekanan udara pada lapisan udara diatas

    permukaan air akan lebih rendah dibanding dengan tekanan di

    permukaan air. Perbedaan tekanan tersebut menyebabkan

    terjadinya penguapan. Saat penguapan terjadi, uap air bergabung

    dengan udara di atas permukaan air sehingga udaramengandung

    uap air. udara lembab merupakan campuran dari udara kering dan

    uapa air. apabila jummlah uap air yang masuk ke dalam udara

    semakin banyak maka akan semakin tinggi tekanan uapnya,

    akibatnya perbedaan tekanan uap semakin kecil dan mengurangi

    laju penguapan. Jika udara telah mencapai titik jenuh uap air,

    maka saat itu proses penguapan akan berhenti.4. Kecepatan Angin

    Penguapan menyebabkan udara diatas permukaan yang menguap

    akan menjadi lebih lembab dan lama kelamaan menjadi jenuh uap

    air. agar dapat melakukan penguapan kembali maka lapisan udara

    yang telah jenuh tersebut diganti lagi dengan udara kering. Dalam

    proses ini angin berperan penting untuk mengganti udara yang

    telah jenuh air dengan udara kering agar proses evaporasi dapatberlanjut. Kecepatan angin merupakan faktor penting dalam

    proses ini, oleh karena itu daerah terbuka dengan banyak angin

    akan lebih besar penguapannya daripada daerah yang terlindung.

  • 7/25/2019 Laporan Metklim PDF

    33/95

    29

    Daftar Pustaka

    Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber

    Daya dan Lingkungan Perairan. Yogyakarta : Penerbit Kanisius.

    Lakitan, Benyamin. 1994. Dasar-Dasar Klimatologi. Jakarta : Raja

    Grafindo Persada.

    Soewarno. 2000. Hidrologi Operasional Jilid Kesatu. Bandung: PT

    Citra Aditya Bakti.

    Trewartha, Glenn T. dan Lyle H. Horn. 1995.Pengantar Iklim Edisi Ke

    Lima. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

    Triatmodjo, Bambang. 2010. Hidrologi Terapan. Yogyakarta : Beta

    Offset

  • 7/25/2019 Laporan Metklim PDF

    34/95

    30

    ACARA IV

    KECEPATAN ANGIN

    I. Tujuan

    Tujuan praktikum ini adalah:

    1. Mahasiswa dapat mengoprassikan alat pengukur angin hancup

    anemometer.

    2. Mahasiswa dapat mengetehui arah datangnya angin

    3. Mahasiswa dapat mengetahui kecepatan angin rata-rata

    4. Mahasiswa dapat mengatahui kecepatan angin dengan skala

    beaufort

    II. Dasar Teori

    Perbedaan tekana udara di berbagai wilayah di muka bumi

    mengakibatkan terjadinya gerakan massa udara dari daerah bertekanan

    tinggi ke daerah bertekanan rendah. Pola gerakan udara dapat

    dibedakan menjadi tiga yaitu adveksi, konveksi dan turbolensi. Adveksi

    adalah gerakan udara yang arahnya mendatar atau horizontal, konveksi

    adalah gerakan massa udara dengan arah vertikal. Adapun turbolensi

    adalah perubahan arah dan kecepatan gerakan udara karena faktor-

    faktor tertentu. Gerakan massa udara yang bergerak horizontal disebut

    dengan istilah angin. Berkaitan dengan gerakan angin, seorang ahli ilmu

    cuaca dari Prancis Buys Ballot mengemukakan dua pendapat yang

    dikenal dengan hukum Buys Ballot yang berbunyi

    1. Angin adalah massa udara yang bergerak dari daerah bertekanan

    maksimum menuju daerah bertekanan minimum.

    2. Di belahan bumi utara (BBU) arah gerakan angin dibelokkan

    kekana, sedang di belahan bumi selatan (BBS) gerakan arah angin

    dibelokkan ke kiri(Utoyo, 2007: 88).

  • 7/25/2019 Laporan Metklim PDF

    35/95

    31

    Pembelokan arah angin seperti disebutkan di atas merupakan gaya

    corolis yang diakibatkan oleh rotasi bumi.

    Kecepatan angin adalah bessaran vektor tiga dimensi. Kecuali

    pada konveksi lokal, dalam meteorologi pada umumnya komponen

    vertikal dari kecepatan angin dapat diabaikan sehingga kecepatan angin

    dapat dianggap sebagai besaran vektor dua dimensi. Biasanya untuk

    menggambarkan kecepatan angin yang memiliki dimensi dua ini

    dugunakan sistem koordinat polar. Oleh karena itu angin dinyatakan

    dengan besar dan arahnya, atau laju dan arahnya. Di atas lapangan yang

    datar dan seragam, laju angin bertambah seiring dengan bertambahnya

    ketinggian seccara cepat. Laju pertambahan ini tergantung pada

    besarnya gesekan atau hambatan yang terdapat di permukaan.

    Penelitian menunjukkan bahwa perubahan laju angin dengan

    ketinggian mengikuti hukum logaritma. Secara sederhana dapat

    dikatakan bahwa laju angin bertambah secara cepat sampai suatu

    ketinggian dan etelah itu laju angin dapat dianggap tetap terhadap

    ketinggian. Untuk suatu permukaan datar, batas ketinggian

    diseragamkan menjadi 10 meter dari permukaan. Oleh karena itu, untuk

    pengukuran sinoptik dan klimatologis didefinisikan laju angin

    permukaan sebagai laju angin pada ketinggian 10 meter di atas

    permukaan. Laju angin biasanya dnyatakan dalam satuan meter per

    detik dan knot. 1 knot = 1,85 km per jam = 0,52 meter per detik

    (Prawirowardoyo, 1996 : 142).

    Arah angin didefinisikan sebagai arah dari mana datangnya angin

    dan dinyatakan dalam puluhan derajat yang terdekat dalam arah jarum

    jam mulai dari arah utara geografik. Karena arah maupun laju angin

    pada umumnya berubah sesuai dengan waktu, maka data yang

    dilaporkan sebagai laju maupun arah angin saat pengamatan

    merupakan rerata dalam janga sepuluh menit waktu pengamatan

    (Prawirowardoyo, 1996 : 142).

  • 7/25/2019 Laporan Metklim PDF

    36/95

    32

    Anemometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur laju

    angin atau laju dan arah angin. Alat ini memberi tanggapan atas gaya

    dinamik yang berassal dari angin yang bekerja pada alat tersebut. Ada

    dua jenis anemometer yang biasa dipakai pada stasiun pengamatan,

    yaitu jenis mangkok dan jenis baling-baling. Masing-masing jenis ini

    memiliki dua sensor, yaitu sensor laju angin dan dan sensor arah angin.

    Pada anemometer jenis mangkuk sensor laju anginnya terdiri atas tiga

    atau empat mengkok (Prawirowardoyo, 1996 : 143).

    Penempatan baku suatu anemometer untuk pengukuran

    klimatologis ialah diatas lapangan terbuka pada ketinggian sepuluh

    meter di atas tanah. Yang dimaksud lapangan terbuka ialah lapangan

    yang jarak antara anemometer dan tiap penghalang di sekitarnya paling

    sedikit sepuluh kali tinggi penghakang tersebut. Namun jika

    penempatan anemometer tidak memenuhi kriteria tersebut maka

    penempatannya harus dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak

    dipengaruhi penghalang sekitarnya dan hasil pengukuran dapat

    mewakili angin pada ketinggian sepuluh meter dari atas tanah

    (Prawirowardoyo, 1996 : 145).

    Kecepatan angin dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:

    1. Gradien tekanan horizontal

    Gradien tekanan horizontal adalah perubahan tekanan per satuan

    jarak dengan arah horizontal dan tegak lurus isobar. Gradien

    tekanan dinyatakan dengan milibar per 100 kilometer. Dengan

    makin besarnya gradien tekanan kecepatan nagin makin besar.

    2. Letak geografis

    Untuk gradien tekanan yang sama di dekat khatulistiwa kecepatan

    angin akan lebih besar daripada yang jauh di khatulistiwa.

    3. Ketinggian tempat

    Untuk gradien tekanan yang sama makin tinggi tempatnya

    kecepatan angin makin besar.

  • 7/25/2019 Laporan Metklim PDF

    37/95

    33

    4. Waktu

    Untuk gradien tekanan yang sama kecepatan angin yang dekat

    permukaan bumi waktu siang lebih cepat daripada waktu malam,

    dan sebaliknya untuk yang makin jauh dari permukaan bumi

    (Wisnubroto, dkk, 1981:66).

    Dalam pengukuran kecepatan angin, dikenal juga istilah veering

    dan backing. Istilah tersebut mengandung arti dalam kejadian-kejadian

    sebagai berikut:

    1.

    Veering

    Menyatakan perubahan arah angin yang berlangsung bergerak

    (berputar) searah jarum jam atau sering disebut juga dengan

    istilah angin rubah kanan.

    2. Backing

    Meyatakan perubahan arah angin yang berlangsung berputar

    berlawanan arah dengan arah angin jarum jam atau sering disebut

    juga dengan istilah angin rubah kiri.Dalam pembicaraan variasi kecepatan angin, maka perlu

    menbedakan adanya dua kejadian yaitu gust dan squall. Gust ialah

    kenaikan yang cepat dari kekuatan angn relativer terhadap harga rata-

    ratanya dalam suatu periode lama tertentu. Periode terjadinya lebih

    pendek dibanding dengan squall dan diikuti oleh reda angin. Squall

    ialah angin kuat yang terjadi dengan mendadak dan berakhir dengan

    mendadak pula setelah beberapa menit, atau dapat pula diindtifikasikansebaga suatu kenaikan kecepatan angin yang mendadak dari kecepatan

    semula (minimum 16 knots) menjadi 22 knots atau lebih, dan

    berlangsung sekurang-kurangnya satu menit (Wisnubroto, dkk,

    1981:66).

  • 7/25/2019 Laporan Metklim PDF

    38/95

    34

    III. Alat

    Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah:

    1. Handcup anemometer

    2.

    Kertas tissue

    3. Kompas

    4. Stopwatch

    5. Alat tulis

    IV. Langkah Kerja

    Adapun langkah kerja untuk melakukan prektikum acara 4 ini adalah:

    1. Menyiapkan seluruh alat yang diperukan untuk pengukuran

    2.

    Menuju ke tempat terbuka untuk melakukan pemgukuran (depan

    rektorat UNY)

    3. Menentukan waktu pengukuran (10 menit)

    4. Mengangkat hancup anemometer agar memeroleh hembusan

    angin

    5. Mencatat kecepatan angin, arah hembusan dan waktu angin

    berhembus ke dalam tabel pengamatan

    6.

    Menyusun laporan

    V. Hasil Praktikum

    1. Hasil

    Tabel pengukuran hari Kamis, 29 Oktober 2015

    No Tempat Arah angin

    Berhembus

    (

    o

    )

    Lama

    angin (s)

    Kecepatan

    (m/s)

    Skala

    Beaufort

    1Rektorat

    336 1 1 0,5

    2 334 8 1 0,5

    3 Selatan

    Taman

    Mlanding

    77 5 1 0,5

    Rata-rata kecepatan angin di Rektorat : 1 m/s

  • 7/25/2019 Laporan Metklim PDF

    39/95

    35

    Rata-rata kecepatan angin di selatan Taman Mlanding : 1 m/s

    Tabel Pengukuran hari Jumat, 30 Oktober 2015

    No Tempat Arah anginberhembus

    (o)

    Lamaangin

    (s)

    Kecepatan(m/s)

    SkalaBeaufort

    1

    Rektorat

    360 1,70 1 0,75

    2 360 4,43 0,75 0,4

    3 315 13,47 1,5 1,3

    4 45 3,12 0,75 0,4

    5 45 1,09 0,75 0,4

    6 355 0,97 0,7 0,5

    7 315 1,69 0,75 1

    8 360 1,56 1 0,75

    9 360 1,04 1 0,75

    10 45 2,53 1 0,7

    12

    SelatanTaman

    Mlanding

    350 0,975 0,75 0,4

    13 345 1 0,75 0,4

    14 225 1,43 1 0,5

    15 355 0,78 0,75 0,4

    16 350 1,35 1 0,75

    17 315 0,91 0,75 0,4

    Rata-rata kecepatan angin di Rektorat : 0,92 m/s

    Rata-rata kecepatan angin di selatan Taman Mlanding : 0,83 m/s

    Tabel pengukuran hari Senin, 2 November 2015

    No Tempat Arah angin

    berhembus

    (o)

    Lama

    angin (s)

    Kecepatan

    (m/s)

    Skala

    beaufort

  • 7/25/2019 Laporan Metklim PDF

    40/95

    36

    1

    Rektorat

    350 12,71 1 0,5

    2 300 11,78 0,8 0,3

    3 60 3,68 1 0,5

    4 0 ke 20 18,49 1,5 1

    5 350 3 1 0,5

    6 60 4 1 0,5

    7 20 ke 340 11 2 1,5

    8 350 ke 300 9,83 1,5 1

    9 340 3 1 0,5

    10 60 ke 30 4 0,8 0,5

    11 10 ke 60 9,37 1,2 0,8

    12 Selatan

    Taman

    Mlanding

    130 1,84 1 0,5

    13 300 4 1 0,5

    14 320 5 1 0,3

    15 330 2,70 1,5 1

    16 320 3,89 1 0,3

    Rata-rata kecepatan angin di Rektorat : 1.16 m/s

    Rata-rata kecepatan angin di selatan Taman Mlanding : 1,1 m/s

    Tabel pengukuran hari Rabu, 4 November 2015

    No Tempat Arah angin

    berhembus

    (o)

    Lama

    angin (s)

    Kecepatan

    (m/s)

    Skala

    Beaufort

    1

    Rektorat

    360 5 1 0,5

    2 360 2 2 1,5

    3 45 8 1 0,5

    4 90 5 3 2,0

    5 315 2 2 1,5

    6 270 2 1 0,5

    7 90 3 1 0,5

  • 7/25/2019 Laporan Metklim PDF

    41/95

    37

    8 Selatan

    Taman

    Mlanding

    0 8 1 0,5

    Rata-rata kecepatan angin di Rektorat : 1,57 m/s

    Rata-rata kecepatan angin di selatan Taman Mlanding : 1 m/s

    2. Pembahasan

    Pengukuran dilakukan menggunakan alat-alat seperti

    anemometer untuk mengukur kecepatan angin dimana dilakukan

    pengukuran dilakukan dengan mengangkat anemometer agar terkena

    angin sembari mengamati kecepatannya, tissue untuk mengetahui arah

    datangnya angin lalu kompas digunakan untuk menentukan arah

    datangnya angin yang di tunjukkan oleh tissue, dan stopwatch untuk

    menghitung lamanya tiap kali angin berhembus pada tiap kecepatan

    yang berbeda dalam waktu pengukuran selama 10 menit. Pengukuran

    dilakukan pada sore hari di dua tempat yaitu di depan rektorat dan di

    Taman Mlanding. Pengukuran dilakukan dalam waktu empat hari di

    dua tempat yang sama dan juga dengan waktu pegukuran yang samapula yaitu pada sekitar pukul empat sore.

    Pada hari pertama yaitu pada hari Kamis, 29 Oktober 2015 data

    pengukuran kecepatan angin tidak begitu banyak. Dalam waktu 10

    menit pengukuran di depan Rektorat hanya terdapat dua kali hembusan

    angin dengan kecepatanyang lemah yang rata-ratanya 1m/s. Sedangkan

    pada pengukuran di selatan Taman Mlanding hanya memeroleh satu

    data kecepatan angin yaitu 1 m/s.

    Pengukuran hari kedua Jumat, 30 Oktober 2015 menghasilkan

    data kecepatan angin yang cukup banyak. Pengukuran di depan

    Rektorat dalam 10 menit mencatat hembusan angin sebanyak 10 kali

    dengan laju yang bervariasi dan diketahui rata-ratanya adalah 0,92 m/s.

    Untuk pengukuran di selatan Taman Mlanding diperoleh 6 data

  • 7/25/2019 Laporan Metklim PDF

    42/95

    38

    hembusan angin dengan laju yang juga bervariasi dan diketahui rata-

    ratanya adalah 8,3 m/s

    Pengukuran hari ketiga dilakukan pada hari Senin, 2 November

    2015. Data kecepatan angin yang diperoleh pada pengukuran di depan

    Rektorat yaitu 11 kali hembusan dengan laju yang bervariasi dan

    diketahui rata-ratanya adalah 1,16 m/s. Sedangkan pengukuran

    kecepatan angin pada selatan Taman Mlanding memeroleh data

    hembusan angin sebanyak 5 kali dengan rata-rata 1,1 m/s.

    Lalu pengukuran hari terahir yaitu pada hari Rabu, 4 November

    2015 menghasilkan data pengukuran di depan Rektorat yaitu 7 kali

    hembusan angin dengan rata-rata 1,57 m/s. Sedangkan pengukuran di

    selatan Taman Mlanding hanya memeroleh satu datapengukuran saja

    yaitu dengan kecepatan 1 m/s.

    Setelah pengamatan dilakukan dan diperoleh data seperti yang telah

    ditampilkan diatas. Dari data-data tersebut maka dapat diketahui bahwa

    hasil pengukuran di halaman rektorat dan di taman mlanding

    mempunyai perbedaan. Data kecepatan angin yang diperoleh di area

    depan Rektorat lebih banyak dibanding yang diperoleh pada selatan

    Taman Mlanding. Faktor yang mendominasi perbedaan ini adalah

    parameter kekasaran permukaan yaitu ada tidaknya hambatan yang

    menghadang laju angin. Di depan Rektorat areanya terbuka sehingga

    angin akan lebih leluasa untuk berhembus melewatinya, sedangkan pada

    selatan Taman Mlanding areanya tertutup oleh banyak vegetasi yang

    menghalangi hembusan angin. Lalu faktor lainnya adalah waktu

    pengukuran, semakin sore pengukuran dilakukan maka angin yang

    berhembus akan semakin lemah karena sore hari merupakan peralihan

    antara siang dan malam dimana suhu udara pada tempat yang tadinya

    lebih dingin sudah mulai hangat, dan yang tadinya lebih panas sudah

    mulai dingin karena energi matahari yang diterima sudah mulai

    berkurang, sehingga tidak ada perbedaan suhu dan tekanan udara yang

  • 7/25/2019 Laporan Metklim PDF

    43/95

    39

    cukup signifikan yang merupakan syarat adanya hembusan angin yang

    bertiup dari wilayah bertekanan tinggi menuju wilayah bertekanan

    rendah.

  • 7/25/2019 Laporan Metklim PDF

    44/95

    40

    Daftar Pustaka

    Prawirowardoyo, S. 1996.Meteorologi. Bandung : ITB

    Utoyo, Bambang. 2007. Geografi Membuka Cakrawala Dunia.

    Bandung : PT Setia Purna Inves.

    Wisnubroto, Soekardi, dkk. 1981. Asas-Asas Meteorologi Pertanian.

    Jakarta: Ghalia Indonesia

  • 7/25/2019 Laporan Metklim PDF

    45/95

    41

    ACARA V

    PENGUKURAN TEMPERATUR UDARA

    I.

    Tujuan

    Tujuan praktikum ini adalah:

    1. Mahasiswa dapat menentukan besarnya suhu menggunakan

    termometer

    2. Mahasiswa dapat mengetahui asas kerja termometer

    3. Mahasiswa dapat menentukan temperatur rata-rata harian

    4. Mahasiswa dapat menganalisis faktor-faktor yang menyebabkan

    terjadinya perbedaan temperatur

    II. Dasar Teori

    Suhu merupakan ukuran relatif dari kondisi termal yang dimiliki

    suatu benda. Jika ada suatu benda yang bersinggungan dan tidak terjadi

    perpindahan panas antara kedua benda tersebut maka kedua benda ini

    disebut berada pada kondisi setara-termal (thermal equilibrium).

    Postulat ini disebut Hukum Keseteraan Termal (the zeroth law of

    thermodynamics) yang merupakan konsep dasar fisika mengenai suhu

    ( Lakitan, 2004:90).

    Suhu merupakan karakteristik inherent, dimiliki oleh suatu benda

    yang berhubungan dengan panas dan energi. Jika panas dialirkan pada

    suatu benda maka maka suhu benda tersebut akan meningkat,

    sebaliknya suhu benda tersebut akan turun jika benda yang

    bersangkutan kehilangan panas. Akantetapi hubungan antara satuanpanas (energi) dengan satuan suhu bukan merupakan suatu konstanta,

    karena besarnya peningkatan suhu akibat penerimaan panas dalam

    jumlah tertentu akan dipengaruhi oleh daya tampung panas (heat

    capacity) yang dimiliki oleh benda penerima tersebut ( Lakitan,

    2004:89).

  • 7/25/2019 Laporan Metklim PDF

    46/95

    42

    Berdasarkan konsep kesetaraan termal diatas, dikebangkan skala

    pengukuran suhu, misal skala suhu Celsius (di Amerika Serikat satuan

    skala suhu ini sering disebut centigrade) untuk skala suhu ini sebagai

    patokan digunakan panas atau energi dari air pada titik beku ( diberi

    nilai 0) dan pada titik didih (diberi nilai100) ( Lakitan, 2004:90).

    Suhu udara akan berfluktuasi secara nyata selama selang periode

    24 jam. Fluktuasi suhu udara (dan suhu tanah) berkaitan erat dengan

    pertukaran energi yang berlangsung di atmosfer. Pada siang hari

    sebagian dari radiasi matahari akan diserap oleh gas-gas atmosfer dan

    partikel-partikel padat yang melayang di atmosfer yang menimbulkan

    suhu udara menjadi meningkat. Suhu udara harian maksimum terjadi

    saat intensitas cahaya maksimum tercapai yaitu saat berkas cahaya

    tegak lurus yang terjadi saat tengah hari ( Lakitan, 2004:90).

    Permukaan bumi merupakan permukaan yang utama yang

    menyerap radiasi matahari. Oleh karenanya permukaan bumi

    merupakan sumber panas bagi udara diatasnya dan lapisan tanah

    dibawahnya. Pada malam hari permukaan bumi tidak mendapat

    masukan energi dari radiasi matahari, tapi permukaan energi akanmemancarkan energi dalam bentuk radiasi gelombang panjang,

    sehingga permukaan bumi akan kehilangan panas yang menyebabkan

    suhu permukaan turun ( Lakitan, 2004:91).

    Pada siang hari suhu udara dekat permukaan akan lebih tinggi

    dibandingkan dengan suhu udara pada lapisan yang lebih tinggi. Hal ini

    dikarenakan kerapatan udara dekat permukaan lebih tinggi sehingga

    kapasitas untuk menyerap energi akan lebih banyak. Sebaliknya padamalam hari terutama menjelang subuh, suhu udara dekat permukaan

    menjadi lebih rendah dibanding dengan suhu udara pada lapisan yang

    lebih tinggi. ( Lakitan, 2004:90).

    Pengukuran suhu pada suatu benda pasa dasarnya merupakan

    pengukuran yang tidak langsung. Pada proses pengukuran umumnya

    terjadi proses perpindahan panas dari benda yang akan diukur suhunya

  • 7/25/2019 Laporan Metklim PDF

    47/95

    43

    ke alat pengukur suhu atau terjadi sebaliknya. Suhu yang terbaca pada

    alat adalah suhu setelah terjadi kesetaraan antara benda yang diukur

    dengan alat pengukur suhu ( Lakitan, 2004:96).

    Alat pengukur suhu adalah termometer dengan derajat celcius

    atau farenheit. Hasil pencatatan temperatur direkam dalam bentuk

    grafik atau pada peta, dikenal sebagai isoterm ( garis yang

    menghubungkan tempat-tempat dengan temperatur yang sama).

    Sumber panas udara adalah sinar matahari yang membawa energi solar

    ke atmosfer. Sekitar 45% energi panas matahari dapat mencapai

    permukaan bumi melalui proses radiasi, konduksi, dan konveksi. 35%

    kembali ke ruang angkasa dan 20% terserap atmosfer (Suparmini dan

    Hadi, 2009: 75)

    Temperatur udara diukur dengan dearjat Celcius, Fahrenheit,

    Reamur, atau Kelvin. Di Indonesia dipakai derajat Celcius (oC), sedang

    di Amerika sering dipakai derajat Fahrenheit (oF). Celcius mempunyai

    skala dasar; titik didih air 100o dan titik beku air 0o, Fahrenheit

    mempunyai skala dasar; titik didih air 212odan titik beku air 32o, dan

    Reamur mempunyai skala dasar; titik didih air 80o

    dan titik beku air 0o

    .Selain ketiga skala tersebut ada skala keempat yaitu skala mutlak atau

    skala Kelvin. Dalam hali ini, titik didih air adalah 373odan titik leleh

    es adalah 273oK. Hubungan keempat skala tersebut dapat dinyatakan

    dengan rumus berikut :

    toC =

    (toF32) toR =

    (toC

    toF = toC + 32 toK = toC + 273

    toC, toF, toR, toK, masing-masing adalah temperatur dalam derajat

    Celcius, Fahrenheit, Reamur, dan Kelvin (Tjasyono, 1987:13).

    Termometer berdasarkan prinsip kerjanya dapat dibedakan

    menjadi termometer mekanik, termometer elektrik, dan termometer

  • 7/25/2019 Laporan Metklim PDF

    48/95

    44

    optik. Contoh termometer mekanik adalah termometer air raksa,

    termometer alkohol, dan termometer pipa metal ganda. Prinsip kerja

    pada termometer air raksa dan termometer alkohol didasarkan pada sifat

    kedua cairan ini yang akan memuai jika suhunya meningkat. Cairan air

    raksa atau alkohol ditempatkan pada pipa kapiler yang terbuat dari kaca

    yang transparan, sehingga pemuaian cairan ini akan terlihat jelas.

    Pemuaian cairan ini berhubungan secara linier terhadap jumlah energi

    yang diterimanya ( Lakitan, 2004:98).

    Faktor-faktor yang mempengaruhi suhu di permukaan bumi ialah

    1) Jumlah radiasi yang diterima per tahun-per hari- per musim.

    2)

    Pengaruh daratan dan lautan.

    3) Pengaruh ketinggian tempat, bahwa makin tinggi suatu tempat

    dari permukaan laut maka suhu akan semakin rendah.

    4) Pengaruh angin secara tidak langsung, misalnya angin yang

    membawa panas dari sumbernya secara horizontal.

    5) Pengaruh panas laten: panas yang disimpan dalam atmosfer.

    6) Penutup tanah: tanah yang ditutup vegetasi mempunyai

    temperatur yang kurang daripada tanah tanpa vegetasi.7) Tipe tanah: tanah-tanah gelap indeks suhunya lebih tinggi.

    8) Pengaruh sudut datang sinar matahari, sinar yang tegak lurus akan

    membuat suhu lebih panas daripada yang datangnya miring

    (Kusumandari dkk, 2011:56).

    III. Alat dan Bahan

    Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah:1. Termometer batang untuk mengukur suhu lapangan

    2. Alat hitung untuk menghitung temperatur rata-rata harian

    3. Alat tulis untuk mencatat temperatur yang ditunjukkan

    termometer

  • 7/25/2019 Laporan Metklim PDF

    49/95

    45

    IV. Langkah Kerja

    Adapun langkah kerja untuk melakukan praktikum acara 5 ini adalah:

    1. Menyiapkan seluruh alat yang diperukan untuk pengukuran

    2.

    Menuju ke tempat terbuka untuk melakukan pengukuran

    temperatur udara

    3. Hindarkan dari penyinaran matahari secara langsung

    4. Diamkan termometer beberapa saat ( 10 menit) lalu baca data

    yang ditunjukkan oleh termometer tersebut

    5. Catat data yang ditunjukkan oleh termometer pada selembar

    kertas

    6.

    Menghitung rata-rata temperatur udara harian dengan

    menggunakan rumus T rata-rata =2++8

    T7, T13, T18 adalah pengamatan temperatur pada pukul 07.00,

    13.00, dan 18.00

    7. Menyusun laporan praktikum

    V. Hasil Praktikum

    Pengukuran temperatur udara dilakukan dengan menggunakan

    termometer batang. Prinsip kerja alat ini didasarka pada sifat cairan

    yang ada di dalam termometer tersebut yang akan memuai jika suhunya

    meningkat. Cairan tersebut dapat berupa air raksa atau alkohol. Cairan

    air raksa atau alkohol ditempatkan pada pipa kapiler yang terbuat dari

    kaca yang transparan, sehingga pemuaian cairan ini akan terlihat jelas.

    Pemuaian cairan ini berhubungan secara linier terhadap jumlah energi

    yang diterimanya. Karena temperatur udara pada tempat satu dan

    tempat lainnya berbeda maka pengukuran dilakukan di beberapa

    tempat untuk menunjukkan variasi keruangannya. Dalam hal ini

    pengukuran dilakukan dilakukan pada dua tempat yaitu di Taman

    Ganesha dan di Taman Pancasila UNY. Selain itu temperatur udara juga

    berfluktuasi dalam periode 24 jam sehingga perlu dilakukan

  • 7/25/2019 Laporan Metklim PDF

    50/95

    46

    pengukuran beberapa kali untuk memeroleh data yang akan digunakan

    dalam menentukan rerata temperatur harian. Oleh karena itu

    pengukuran dilakukan dalam waktu tiga hari pada waktu dan tempat

    yang berbeda.

    Data hasil pengukuran yang diperoleh di Taman Ganesha adalah

    sebagai berikut :

    Tabel Pengukuran Temperatur Di Taman Ganesha

    Tempat Hari Waktu Suhu Udara

    Taman Ganesha Rabu

    10.0510.15 340C

    16.1516.25 330C

    Pengukuran pada hari Rabu dilakukan dua kali dengan waktu

    pengukuran yang berbeda. Pada pengukuran pertama pukul 10.0510

    15 diperoleh hasil pengukuran termometer yaitu 340C, saat itu udara

    terasa cukup panas, posisi matahari sudah cukup tinggi, angin

    berhembus sepoi-sepoi. Lalu pada pengukuran kedua dilakukan pada

    pukul 16.15 16.25 dan diperoleh data pengukuran termometer yang

    menunjukkan suhu 330C, saat itu posisi matahari sudah sangat condong

    ke barat, udara di sekitar area pengukuran masih terasa panas, beberapa

    kali angin berhembus sepoi-sepoi.

    Pengukuran dilanjutkan pada hari berikutnya pada tempat dan

    waktu yang berbeda, yaitu pengukuran dilakukan di Taman Pancasila.

    Data hasil pengukuran yang diperoleh adalah sebagai berikut:

    Tabel PengukuranTemperatur Di Taman Pancasila (1)

    Tempat Hari Waktu Suhu Udara

    Taman

    PancasilaKamis

    07.1007.20 290C

    13.0013.10 310C

    17.0117.11 310C

  • 7/25/2019 Laporan Metklim PDF

    51/95

    47

    Pengukuran pada hari Kamis dilakukan di Taman Pancasila,

    pengukuran dilakukan tiga kali dengan waktu yang berbeda yaitu pagi,

    siang, dan sore. Data yang diperoleh kemudian akan dimasukkan ke

    dalam rumus2++8

    untuk memeroleh data temperatur udara

    harian. Pengukuran pertama dilakukan pada pukul 07.00 07.20

    diperoleh data pengukuran termometer yaitu 290C, pada saat

    pengukuran suasana di sekitar Taman Pancasila masih terasa sejuk,

    matahari belum terlalu tinggi dan sinarnya tertutup rimbunnya

    pepohonan yang berada di Taman Pancasila, beberapa kali angin

    berhembus sepoi-sepoi. Pengukuran kedua dilakukan pada pukul 13.00

    13.10 dan diperoleh data pengukuran sebesar 310C, pada saat

    pengukuran, matahari berada pada posisi tegak lurus dan bersinar terik

    namun pancaran sinarnya masih terhalang pepohonan di Taman

    Pancasila. Udara di sekitar terasa cukup panas, beberapa kali angin

    berhembus cukup kencang. Pengukuran ketiga dilakukan pada sore hari

    tepatnya pukul 17.01 17.11 pengukuran ini memeroleh data suhu

    udara yang masih sama dengan pengukuran pada siang hari yaitu

    sebesar 310C saat pengukuran posisi matahari sudah sangat condong ke

    barat, sinarnya mulai berubah menjadi kemerahan, namun udara di

    sekitar Taman Pancasila masih terasa cukup panas.

    Pengukuran masih dilanjutkan pada hari selanjutnya yaitu pada

    hari Jumat. Data pengukuran yamg diperoleh adaah sebagai berikut :

    Tabel PengukuranTemperatur Di Taman Pancasila (2)

    Tempat Hari Waktu Suhu Udara

    Taman

    PancasilaJumat 07.1007.20 290C

    Pengukuran pada hari ketiga masih dilakukan di Taman

    Pancasila, namun kali ini pengukuran hanya dilakukan pada pagi hari

    yaitu pada pukul 07.10 07.20 sebagai bahan yang digunakan untuk

  • 7/25/2019 Laporan Metklim PDF

    52/95

    48

    memenuhi data yang diperlukan dalam pengukuran rata-rata temperatur

    udara harian. Suasana saat pengukuran masih relatif sama dengan

    pengukuran pada hari sebelumnya yaitu lokasi pengukuran Taman

    Pancasila masih terasa sejuk, matahari belum terlalu tinggi dan sinarnya

    tertutup rimbunnya pepohonan yang berada di Taman Pancasila,

    beberapa kali angin berhembus sepoi-sepoi.

    Data-data yang diperoleh diatas kemudian dimasukkan kedalam

    rumus untuk mencari rata-rata temperatur udara harian. Rumus yang

    digunakan adalah T rata-rata =2++8

    . Lalu diperoleh hasil

    penghitungan sebagai berikut :

    T rata-rata = 2.2++

    =8+62

    =2

    = 30

    Dari data-data yang diperoleh saat pengukuran diperoleh data rata-rata

    temperetur harian sebesar 300C. Data hasil penghitungan menunjukkan

    angka temperatur yang normal pada daerah tropis.

    Dari data-data temperatur udara yang diperoleh pada beberapa

    tempat dengan beberapa kali pengukuran menunjukkan nilai temperatur

    udara yang bervariasi. Hal ini dikarenakan adanya beberapa faktor yang

    memengaruhi distribusi temperatur yaitu : garis bujur, garis lintang,awan, arus laut, angin, vegetasi, dan tanah. beberapa faktor lainnya

    adalah sudut datang sinar yang menyebabkan suhu udara pada suatu

    tempat semakin tinggi apabila menerima energi matahari saat posisinya

    tegak lurus, kecerahan cuaca yang memengaruhi suhu karena terkait

    dengan ada tidaknya awan yang menghalangi sinar matahari untuk

    memancar secara langsung ke permukaan bumi, lalu lama penyinaran

  • 7/25/2019 Laporan Metklim PDF

    53/95

    49

    yang juga dipengaruhi oleh kecerahan cuaca, letak lintang dimana

    makin dekat dengan ekuator maka suhu udara akan semakin panas, dan

    ketinggian tempat.

  • 7/25/2019 Laporan Metklim PDF

    54/95

    50

    Daftar Pustaka

    Kusumandari, Ambar, Dr.Ir dkk. 2012.Klimatologi Hutan. Buku Ajar

    Fakultas Kehutanan. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

    Lakitan, Benyamin. 1994.Dasar-Dasar Klimatologi. Jakarta: PT Raja

    Grafindo Persada.

    Suparmini dan Bambang Syaiful Hadi. 2009. Dasar-Dasar Geografi.

    Diktat Geografi. Yogyakarta : Universitas Negeri Yogyakarta.

    Tjasyono, Bayong. 1987. Iklim dan Lingkungan. Bandung: PT

    Cendekia Jaya Utama

  • 7/25/2019 Laporan Metklim PDF

    55/95

    51

    ACARA VI

    PENGUKURAN INTENSITAS CURAH HUJAN

    I. Tujuan

    Tujuan praktikum ini adalah:

    1. Mahasiswa dapat mengukur curah hujan dengan menggunakan

    alat penakar hujan manual

    2. Mahasiswa dapat menghitung intensitas curah hujan harian

    3. Mahasiswa dapat menentukan tingkatan hujan berdasarkan

    intensitas curah hujan

    II. Dasar Teori

    Awan yang terbentuk sebagai hasil dari kondensasi uap air akan

    terbawa oleh angin sehingga berpeluang untuk tersebar ke seluruh

    perukaan bumi. Jika butiran air atau kristal es mencapai ukuran yang

    cukup besar, maka butiran air atau kristal es tersebut akan jatuh ke

    permukaan bumi. Proses jatuhnya butiran es atau air ini disebut

    presipitasi (Lakitan, 1994:129).

    Ukuran butiran air yang jatuh sebagai presipitasi akan beragam.

    Butiran air yang berukuran lebih dari 0,5 mm akan sampai ke

    peermukaan bumi dan disebut sebagai hujan. Butiran air berukuran

    antara 0,2 mm hingga 0,5 mm akan jatuh ke permukaan bumi sebgai

    gerimis. Sedang ukuran butiran yang kurang dari 0,2 mm tidak akan

    sampai ke permukaan bumi melainkan akan menguap dalam

    perjalannya ke permukaan bumi (Lakitan, 1994:129).

    Hujan terjadi apabila tetes tetes air yang ada di atmosfer tidak lagi

    didukung oleh udara yang naik secara vertikal. Tetes-tetes air yang

    berada di atmosfer apabila masih didukung oleh angin vertikal dan terus

    diangkat ke arah atas maka tetes-tetes air akan berubah menjadi kristal-

    kristal es dan bahkan dapat meningkat menjadi batu es apabila telah

    mencapai ketinggian tertentu (Hadori, 2010:102)

  • 7/25/2019 Laporan Metklim PDF

    56/95

    52

    Ada dua teori yang menjelaskan proses terjadinya hujan yakni:

    teori collision-coalescence dan teori bergeron. Teori collision

    mengatakan bahwa tetes-tetes air yang beada di atmosfer bertubrukan

    satu sama lainnya sehingga menghasilkan butur-butir yang lebih besar.

    Setelah mencapai ukuran tertentu butiran atau tetes-tetes air tersebut

    akan berada pada posisi maksimal kemampuan udara naik untuk

    mendukungnya, maka jatuhlah sebagai hujan (Hadori, 2010:102).

    Teori tumbukan (coalescence) berdasarkan pada fakta bahwa

    butiran air berukuran tidak seragam, sehingga dengan demikian maka

    kecepatan jatuhnya juga beda. Butiran yang lebih besar akan jatuh

    dengan kecepatan yang lebih tinggi dibanding dengan butiran yang

    lebih kecil, sehingga dengan proses jatuhnya butiran yang lebih besar

    itu akam menabrak dan bergabung dengan butiran yang lebih kecil.

    Ukuran butir hujan akan semakin besar dengan semakin banyaknya

    butiran halus yang ditabrak (Lakitan, 1994:130).

    Teori bergeron mengemukakan bahwa tetes-tetes air di atmosfer

    kemudian diangkat secara vertikal oleh udara. Pada fase ke dua tetes-

    tetes air semakin naik keatas dan berubah bentuk menjadi butiran es.Pada fase berikitnya tetes-tetes air yang berada di sekitar butiran es akan

    menempel pada butiran es (karena tekanan pada permukaan es lebih

    kecil daripada tekanan pada permukaan air). butir es yang semakin

    besar kemudian jatuh dan terjadi hujan karena udara yang naik secara

    vertikal tidak lagi kuat untuk mendukungnya (Hadori, 2010:103)

    Berdasarkan teori ini, butiran air hujan berasal dari kristal es atau

    salju yang mencair. Kristal es terbentuk pada awan-awan tinggi(misalnya awan cirus) akibat deposisi uap air pada inti kondensasi.

    Akibat semakin banyak uap air yang terikat maka ukuran kristal es

    semakin besar dan menjadi terlelu berat untuk melayang sehingga akan

    jatuh ke permukaan bumi. Dalam perjalanan menuju permukaan bumi

    kristal es tersebut akan melewati udara panas sehingga mencair menjadi

    butiran air hujan (Lakitan, 1994:130).

  • 7/25/2019 Laporan Metklim PDF

    57/95

    53

    Hujan dipengaruhi oleh sinar matahari, angin, letak lintang dan

    bujur, serta topografi daerah. Di pulau jawa diketahui bulan Oktober

    hingga bulan Maret adalah musim penghujan dan bulan April hingga

    bulan September adalah musim kemarau (Suparmini dan Bambang,

    2014:77).

    Cara untuk mengetahui banyaknya curah hujan dalam satu hari

    adalah dengan menghitung air hujan yang tertampung dalam gelas ukur

    (ml/mm). Data tentang curah hujan di suatu tempat dalam toap bulan

    atau tahun dinyatakan dalam milimeter, misalnya milimeter per bulan

    atau milimeter per tahun (Suparmini dan Bambang, 2014:77).

    III. Alat

    Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah:

    1. Presipitation meter model Helman

    2. Alat hitung calculator

    3. Alat tulis

    IV. Langkah Kerja

    Adapun langkah kerja untuk melakukan prektikum acara 6 ini adalah:1. Menyiapkan seluruh alat yang diperukan untuk pengukuran

    2. Mengamati daerah yang akan dilakukan pengukuran untuk

    mengetahui apakah akan hujan atau belum

    3. Menuju ke tempat terbuka untuk melakukan pengukuran curah

    hujan agar presipitation meter benar-benar terisi hujan yang

    turuun darilangit, bukan percikan air

    4.

    Catat waktu mulai hujan dan tunggu hingga hujan reda lalu catatwaktu hujan berhenti

    5. Catat data yang ditunjukkan presipitation meter saat hujan reda

    6. Menghitung intensitas curah hujan harian dengan menggunakan

    rumus CH =

    waktu lama hujan

    7. Menyusun laporan praktikum

  • 7/25/2019 Laporan Metklim PDF

    58/95

    54

    V. Hasil Praktikum

    Pengukuran curah hujan dilakukan dengan menggunakan

    presipitation meter model Helman. Prinsip kerja lat ini didasarka pada

    pengukuran butiran air hujan yang dapat masuk pada alat ini, butiran

    air hujan yang diharapkan adalah yang langsung jatuh dari langit bukan

    berupa percikan air, sehingga perlu dilakukan pengukuran di tempat

    terbuka untuk meminimalisir percikan air yang dapat masuk ke dalam

    alat yang dapat memengaruhi hasil pengukuran. Pengukuran curah

    hujan dilakukan satu kali dan diperoleh data sebagai berikut :

    Tabel Pengukuran Curah Hujan

    Waktu (pukul)Jumlah curah hujan

    (mm)Waktu (menit)

    13.17-13.49 16 32

    Pegukuran dimulai pada pukul 13.17 hingga pukul 13.49 dengan

    keadaan langit yang ditutupi awan yang cukup tebal. Hujan turun

    dengan butiran air yang lebih besar dari 0,5 mm yang ditandai dengan

    intensitasnya yang cukup deras, butiran air yang berukuran 0,5 mm

    hingga 0,2 mm akan menghasilkan gerimis saja sedang yang berukuran

    dibawah 0,2 mm tidak akan sampai ke permukaan bumi karena

    ukurannya yang terlalu kecil yang menyebabkan butiran air tersebut

    akan menguap kembali dlam perjalanannya menuju permukaan bumi,

    hujan yang jatuh dan tidaak saampai ke permukaan bumi disebut virga.

    Data curah hujan yang diperoleh dari hasil pengukuran adaalah

    sebanyak 16 mm yang diperoleh dalam waktu 32 menit. Hujan denganintensitas yang deras dan berlangsung dalam waktu yang singkat

    menandakan bahwa jenis awan yang menyebabkan hujan ini adalah

    jenis cumuliform jika dilihat dari cara terbentuknya, awan cumuliform

    menyebabkan hujan deras yang berhubungan dengan koneksi yang

    terlokalisasi pada udara labil. Sedang berdasarkan ketinggiannya, awan

    yang terbentuk saat pengukuran adalah tipe awan cumulus, awan ini

  • 7/25/2019 Laporan Metklim PDF

    59/95

    55

    terbentuk pada ketinggian kurang lebih 500 meter dengan bentuk

    seperti kubah dengan warna putih pada bagian atas dan warna gelap

    pada bagian bawah. Warna gelap pada bagian bawah awan ini

    menunjukkan adanya kandungan air yang banyak, awan ini

    menyebabkan hujan yang lebat dengan waktu yang relatif singkat,

    hujan ini bersifat lokal dan mengikuti daerah yang memeroleh

    penyinaran matahari paling kuat. Selanjutnya data tersebut dimasukkan

    dalam rumus untuk mengetahui intensitas curah hujan harian rumus

    yang digunakan adalah CH =

    waktu lama hujan dan data

    penghitungan yang diperoleh adalah sebagai berikut :

    CH =

    waktu lama hujan

    CH =6

    2

    = 0.5

    Dari data diatas diperoleh data intensitas curah hujan harian

    sebesar 0,5 mm data yang diperoleh kemudian dicocokkan dengan tabel

    tingkatan hujan berdasar intensitasnya tabel yang digunakan adalah

    sebagai berikut :

    Tabel Tingkatan Curah Hujan

    Tingkatan Intensitas (mm/menit)

    Sangat lemah 1,00

    Data intensitas curah hujan yang diperoleh adalah sebessar 0,5

    mm sehingga jika dicocokkan dengan tabel di atas maka dapat diketahui

    bahwa curah hujan yang diukur menempati tingkatan hujan deras.

  • 7/25/2019 Laporan Metklim PDF

    60/95

    56

    Data curah hujan yang diperoleh tentunya tidak lepas dari

    faktor-faktor yang memengaruhinya. Hujan dipengaruhi oleh sinar

    matahari, angin, letak lintang dan bujur, serta topografi daerah. Letak

    lintang dan bujur memengaruhi intensitas radiasi matahari pada suatu

    daerah yang memengaruhi laju evaporasi, semakin banyak radiasi

    matahari yang ditima maka akan semakin banyak pula laju evaporasi

    yang berlangsung dengan asumsi terdapat cukup air untuk diuapkan.

    Angin berfungsi sebagai pengangkut uap air, semakin tinggi angin

    mengangkut uap air maka lama-kelamaan udara menjadi jenuh uap air

    karena suhu udara semakin menurun yang menyebabkan daya tampung

    udara terhadap uap air semakin menurun sehingga udara melepaskan

    uap air yang dikandungnya (kondensasi). Dalam tahap ini angin masih

    berperan penting, selain mengangkut titik-titik air secara vertikal

    hingga hingga mencapai ketinggian tertentu dan mambentuk kristal es,

    angin juga mengangkut titik-titik air hasil proses kondensassi tadi

    menuju tempat lain yang memiliki tekanan lebih rendah. Sehingga

    daerah yang mengalami banyak evaporasi belum tentu akan memeroleh

    hujan karena awan yang terbentuk dari hasil evaporasi pada suatuwilayah dapat diterbangan ke wilayah lain oleh angin. Pada proses

    pengangkutan angin titik-titik air lama-kelamaan akan bergabung satu

    sama lain seperti dijelasan pada teori collision-coalescence lalu setelah

    angin tidak mampu lagi mengangkut butiran air yang semakin besar,

    maka butiran air tersebut akan jatuh (presipitasi) sebagai hujan. Di

    pulau jawa diketahui bulan Oktober hingga bulan Maret adalah musim

    penghujan dan bulan April hingga bulan September adalah musimkemarau.

  • 7/25/2019 Laporan Metklim PDF

    61/95

    57

    Daftar Pustaka

    Lakitan, Benyamin. 1994.Dasar-Dasar Klimatologi. Jakarta: PT Raja

    Grafindo Persada.

    Suparmini dan Bambang Syaiful Hadi. 2009. Dasar-Dasar Geografi.

    Diktat Geografi. Yogyakarta : Universitas Negeri Yogyakarta.

    Hadori, Udia Haris. 2010. Pengantar Meteorologi. Yogyakarta : uny

    press

  • 7/25/2019 Laporan Metklim PDF

    62/95

    58

    ACARA VII

    IKLIM SCHMIDT FERGUSON

    I. Tujuan

    Tujuan praktikum ini adalah:

    1. Mahasiswa dapat menghitung bulan basah, bulan lembab, dan

    bulan kering pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu

    2. Mahasiswa dapat menentukan rata-rata curah hujan

    3. Mahasiswa dapat menentukan iklim suatu daerah menurut sistem

    Schimid Ferguson

    4.

    Mahasiswa dapat mengetahui pemanfaatan iklim dalam

    kaitannya dengan mata pencaharian penduduk

    II. Dasar Teori

    Iklim merupakan keadaan rata-rata cuaca dalam jangka waktu

    yang panjang (kurang lebih 30 tahun). Unsur-unsur iklim sama dengan

    unsur-unsur cuaca yaitu berupa radiasi matahari, suhu udara, tekanan

    udara, angin, kelambaban udara, awan dan hujan. Unsur unsur iklim

    merupakan unsur-unsur cuaca yang telah dirata-ratakan dalam jangka

    waktu yang lama. Oleh karena itu unsur-unsur iklim lebih bersifat

    stabil, tidak seperti unsur cuaca yang mudah berubah. Perubahan iklim

    memerlukan waktu yang lama dan mencakup wilayah yang luas,

    sementara cuaca mudah sekali berubah karena cakupan areanya yang

    relatif sempit. Ilmu yang memelajari tentang cuaca adalah meteorologi

    dan ilmu yang memelajarri iklim dan karakteristiknya disebut

    klimatologi. Ilmu-ilmu tersebut berdasarkan data kondisi unsur-unsurcuaca dan iklim , dapat digunakan untuk melakukan ramalan cuaca

    (Suparmini dan Bambang, 2009:85).

    Klasifikasi iklim untuk indonesia salah satunya diusulkan oleh

    F.H. Schmidt dan J.H.A Ferguson pada tahun 1951. Klasifikasi iklim

    Schimidt Ferguson ini didasarkan atas nisbah antara jumlah bulan

    kering dengan jumlah bulan basah dalam setahun. Nisbah diberi simbol

  • 7/25/2019 Laporan Metklim PDF

    63/95

    59

    Q Q =

    jumlah bulan basah berdasarkan nilai Q ini maka wilayah

    indonessia mungkin untuk dibedakan menjadi delapan zona iklim

    (Lakitan, 1994:40).Tiap tahun pengamatan, dihitung jumlah bulan kering dan bulan

    basah, kemudian baru dipuratakan selama periode pengamatan,

    misalnya 20 tahun. Dari sini diperoleh jumlah bulan kering purata

    jumlah bulan basah purata, yaitu purata selama 20 tahun

    (Tjasyono,1987:93-94).

    Klasifikasi iklim untuk wilayah Indonesia ( juga untuk kawasan

    Asia Tenggara umumnya) seluruhnya dikembangkan dengan

    menggunakan curah hujan sebagai kriteria utamanya. Hal ini dilakukan

    kerena keragaman (variasi) curah hujan dalam wilayah ini sangat nyata,

    sedangkan unsur-unsur iklim lainnya tidak berfluktusai secara nyata

    sepanjang tahun. Selain itu klasifikasi iklim di wilayah ini lebih banyak

    digunakan untuk meningkatkan budidaya pertanian. Curah hujan

    sangat penting karena unsur iklim ini merupakan faktor penentu (juga

    pembatas) bagi kegiatan budidaya secara umum (Lakitan, 1994:40).

    Berikut adalah zona iklim berdasarkan klasifikasi Schimidt-

    Ferguson :

    Zona Bulan kering Nilai Q Klasifikasi iklim

    A

  • 7/25/2019 Laporan Metklim PDF

    64/95

    60

    D 4,56,0 0,601,00 Sedang dengan vegetasi hutan

    musim

    E 6,07,5 1,001,67 Agak kering dengan vegetasi

    hutan sabana

    F 7,59,0 1,673,00 Kering dengan vegetasi hutan

    sabana

    G 9,010,5 3,007,00 Sangat kering dengan vegatasi

    hutan sabana

    H >10,5 >7,00 Luar biasa kering dengan

    vegetassi padang ilalang

    Indonesia diketahui sebagai negara tropika. Sebagian besar

    kawasannya, ditandai oleh adanya iklim musim, yaitu musim hujan dan

    musim kemarau. Juga sebagian besar kawasanya masih tadah hujan

    (rain fed area). Untuk kawasan semacam ini , pada umumnya dalam

    musim hujan air berlimpah tetapi sebaliknya dalam musim kemarau

    tidak ada air sama sekali. Jadi, jelas disini bahwa selama jumlah air

    yang berlimpah air tetap akan merupakan faktor pembatas. Dalam hal

    semacam ini negara yang dikatakan subur makmur akhirnya hanya

    dapat bertanam satu kali, walaupun sebetulnya alam memungkinkan

    untuk dapat bertanam berulang kali dalam satu tahun. Kalau air

    tersediamungkin kita dapat bertanam dua atau tiga kali. Sudah barang

    tentu supaya kita dapat menguasai dan memanfaatkan hujan tersebut

    sebaik-baiknya, wataknya harus diketahui benar-benar (Wisnubroto

    dkk, 1981: 9-10).

  • 7/25/2019 Laporan Metklim PDF

    65/95

    61

    III. Alat dan bahan

    Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah:

    1. Alat hitung calculator

    2.

    Alat tulis

    Bahan yang dgunakan dalam praktikum ini adalah :

    1. Data curah hujan di Kecamatan Bansari Kabupaten Temanggung

    tahun 1993-2002

    IV. Langkah Kerja

    Adapun langkah kerja untuk melakukan prektikum acara 6 ini adalah:

    1. Menyiapkan seluruh alat yang diperukan untuk pengukuran

    2.

    Jumlahkan data hujan pada masing-masing bulan dalam kurun

    waktu sepuluh tahun

    3. Menghitung rata-rata curah hujan pada masing-masing bulan

    dalam kurun waktu sepuluh tahun

    4. Menentukan bulan basah, bulan lembab, dan bulan kering pada

    data curah hujan per tahun

    5. Mencari jumlah rata-rata curah hujan per tahun dengan rumus

    Q = jumlah bulan basah

    6. Menentukan iklim dengan sistem Schimid-Ferguson

    7. Mengidentifikasi manfaat iklim dalam kaitannya dengan mata

    pencaharian penduduk

    8. Menyusun laporan praktikum

    V. Hasil Praktikum

    Pengamatan dilakukan pada data pengukuran curah hujan yang

    yang dilakukan selama sepuluh tahun yaitu curah hujan di Kecamatan

    Bansari Kabupaten Temanggung tahun 1993-2002 yang hasilnya

    adalah sebagai berikut :

  • 7/25/2019 Laporan Metklim PDF

    66/95

    62

    Tabel Data Pengkuran Curah Hujan Kecamatan Bansari Kabupaten

    Temanggung Tahun 1993-2002

    Tabel diatas menunjukkan data curah hujan yang telah diukur

    pada kecamatan Bansari dalam sepuluh tahun. Selanjutnya data tersebut

    dijumlahkan pada tiap-tiap bulannya kemudian hasil penjumlahan

    tersebut dirata-rata untuk mengetahui rata-rata curah hujan pada

    masing-masing bulan dalam kurun waktu sepuluh tahun.

  • 7/25/2019 Laporan Metklim PDF

    67/95

    63

    Selanjutnya adalah menentukan bulan basah. Bulan lembab, dan

    bulan kering. Bulan basah adalah bulan yang memiliki curah hujan

    >100, bulan lembab adalah bulan yang memiliki kelembaban antara 60-

    100, sedangkan bulan kering adalah bulan yang memiliki curah hujan

  • 7/25/2019 Laporan Metklim PDF

    68/95

    64

    angka yang relatif sama. Disana terdapat pula tahun dengan curah hujan

    yang sangat rendah yaitu yang terjadi pada tahun 1997 dimana jumlah

    curah hujan dalam satu tahun hanya sebesar 1355 mm saja, sangat jauh

    jika dibandingkan dengan tahun-tahun lainnya yang kebanyakan diatas

    ataupun mendekati 2000 mm. tercatat dalam kolom tahun 1997 bahwa

    terdapat bulan kering sebanyak 7 bulan dan bulan basahnya hanya 5

    bulan saja hal ini mengindikasikan bahwa pada tahun 1997 terjadi

    musim kemarau yang cukup panjang. Sedangkan pada tahun setelahnya

    yaitu pada tahun 1998 terjadi perubahan yang sangat signifikan dengan

    jumlah curah hujan yang terjadi pada tahun itu yaitu sebesar 3289.

    Angka ini sangat jauh dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Padahal

    di Indonesia sendiri curah hujan sebanyak 2000 mm per tahun sudah

    tergolong tinggi. Tercatat pada tahun 1998 terdapat bulan basah

    sebanyak 8 bulan dan bulan kering sebanyak 2 bulan.

    Setelah menentukan iklim pada Kecamatan Bansari, selanjutnya

    adalah mengidentifikasi matapencaharian penduduk setempat yang

    dipengaruhi oleh iklim daerah tersebut yang memiliki iklim agak basah.

    Kecamatan Bansari adalah salah satu dari duapuluh kecamatan yang

    ada di wilayah Kabupaten Temanggung, Kecamatan Bansari terletak

    pada ketinggian kurang lebih 800 mdpl dengan suhu maksimum 30

    deraj