lp imunisasi

22
 LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAW A T AN PEMBERIAN IMUNISAS I PADA ANAK I. KONSEP DASAR I MUNI SASI A. PENGER TIAN Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu. Sedangkan yang dimaksud vaksin adalah  bahan yang di pakai untuk merangsang pembentukan zat anti yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui suntikan seperti vaksin !G" #PT" !ampak" dan melalui mulut seperti vaksin P$li$. Tu%uan diberikan imunisasi adalah diharapkan anak men%adi kebal terhadap penyakit sehingga dapat menurunkan angka m$rbiditas dan m$rtalitas serta dapat mengurangi kecacatan akibat penyakit tertentu. #i ne gara Ind$nesi a terdapat %en is imun isa si yang di &a%i bkan $l eh  pemerintah dan ada %uga yang hanya dian%urkan" imunisasi &a%ib di Ind$nesia sebagaimana telah di&a%ibkan $leh '() ditambah dengan hepatitis . Imunisasi yang hanya dian%urkan $leh pemerintah dapat digunakan untuk mencegah suatu ke%adi an yang luar biasa atau peny akit endemik" atau untuk kepent ingan tertentu *berpergian+ seperti %amaah ha%i seperti imunisasi meningitis. Pemberian imunisasi pada anak yang mempunyai tu%uan agar tubuh kebal terhadap penyakit tertentu" kekebalan tubuh %uga dipengaruhi $leh beberapa ,akt$r di antara nya terdapat tingg inya kadar antib $di pada saat dilak ukan imunisasi"  p$tensi antigen yang disuntikan" &aktu antara pemberian imunisasi" mengingat e, ekti , da n ti da knya imunisa si terse but akan terg antung da ri ,ak t$r ya ng mempengaruhinya sehingga kekebalan tubuh dapat diharapkan pada diri anak. 2

Upload: endra-tak-gabeng

Post on 05-Oct-2015

38 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

tugas

TRANSCRIPT

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PEMBERIAN IMUNISASI PADA ANAKI. KONSEP DASAR IMUNISASI

A. PENGERTIANImunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu. Sedangkan yang dimaksud vaksin adalah bahan yang di pakai untuk merangsang pembentukan zat anti yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui suntikan seperti vaksin BCG, DPT, Campak, dan melalui mulut seperti vaksin Polio. Tujuan diberikan imunisasi adalah diharapkan anak menjadi kebal terhadap penyakit sehingga dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas serta dapat mengurangi kecacatan akibat penyakit tertentu.

Di negara Indonesia terdapat jenis imunisasi yang diwajibkan oleh pemerintah dan ada juga yang hanya dianjurkan, imunisasi wajib di Indonesia sebagaimana telah diwajibkan oleh WHO ditambah dengan hepatitis B. Imunisasi yang hanya dianjurkan oleh pemerintah dapat digunakan untuk mencegah suatu kejadian yang luar biasa atau penyakit endemik, atau untuk kepentingan tertentu (berpergian) seperti jamaah haji seperti imunisasi meningitis.

Pemberian imunisasi pada anak yang mempunyai tujuan agar tubuh kebal terhadap penyakit tertentu, kekebalan tubuh juga dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya terdapat tingginya kadar antibodi pada saat dilakukan imunisasi, potensi antigen yang disuntikan, waktu antara pemberian imunisasi, mengingat efektif dan tidaknya imunisasi tersebut akan tergantung dari faktor yang mempengaruhinya sehingga kekebalan tubuh dapat diharapkan pada diri anak.B. JENIS IMUNISASIImunisasi sebagai salah satu cara untuk menjadikan kebal pada bayi dan anak dari berbagai penyakit, diharapkan bayi atau anak tetap tumbuh dalam keadaan sehat. Pada dasarnya dalam tubuh sudah memiliki pertahanan secara sendiri agar berbagai kuman yang masuk dapat dicegah, pertahan tubuh tersebut meliputi pertahanan nonspesifik dan pertahanan spesifik, proses mekanisme pertahanan dalam tubuh pertama kali adalah pertahanan nonspesifik seperti complemen dan makrofag dimana complemen dan makrofag ini yang pertama kali akan memberikan peran ketika ada kuman yang masuk ke dalam tubuh. Setelah itu maka kuman harus melawan pertahanan tubuh yang kedua yaitu pertahanan tubuh spesifik terdiri dari system humoral dan seluler. System pertahanan tersebut hanya bereaksi terhadap kuman yang mirip dengan bentuknya. System pertahanan humoral akan menghasilkan zat yang disebut imonuglobulin (IgA, IgM, IgG, IgE, IgD) dan system pertahanan seluler terdiri dari limfosit B dan limfosit T, dalam pertahanan spesifik selanjutnya akan menghasilkan satu sel yang disebut sel memori, sel ini akan berguna atau sangat cepat dalam bereaksi apabila sudah pernah masuk ke dalam tubuh, kondisi ini yang digunakan dalam prinsip imunisasi. Berdasarkan proses tersebut diatas maka imunisasi dibagi menjadi dua yaitu imunisasi aktif dan imunisasi pasif.

1. Imunisasi aktif

Merupakan pemberian zat sebagai antigen yang diharapkan akan terjadi suatu proses infeksi buatan sehingga tubuh mengalami reaksi imonologi spesifik yang menghasilkan respons seluler dan humoral serta sel memori, sehingga apabila benar-benar terjadi infeksi maka tubuh secara cepat dapat merespons. Dalam imunisasi aktif terdapat empat macam kandungan dalam setiap vaksinnya antara lain : a. Antigen merupakan bagian dari vaksin yang berfungsi sebagai zat atau mikroba guna terjadinya semacam infeksi buatan dapat berupa poli sakarida, toksoid atau virus dilemahkan atau bakteri dimatikan.

b. Pelarut dapat berupa air steril atau juga berupa cairan kultur jaringan.

c. Preservatif, stabilizer, dan antibiotika yang berguna untuk menhindari tubuhnya mikroba dan sekaligus untuk stabilisasi antigen.

d. Adjuvant yang terdiri dari garam aluminium yang berfungsi untuk meningkatkan imonogenitas antigen.

2. Imunisasi pasif

Merupakan pemberian zat (immunoglobulin) yaitu suatu zat yang dihasilkan melalui suatu proses infeksi yang dapat berasal dari plasma manusia atau binatang yang digunakan untuk mengatasi mikroba yang diduga sudah masuk di dalam tubuh yang terinfeksi. Dalam pemberian imunisasi pada anak dapat dilakukan dengan beberapa imunisasi yang dianjurkan diantaranya: a. Imunisasi BCG (Bacillus Calmette Guerin)Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit TBC yang berat sebab terjadinya penyakit TBC yang primer atau yang ringan dapat terjadi walaupun sudah dilakukan imunisasi BCG, pencegahan imunisasi BCG untuk TBC yang berat seperti TBC pada selaput otak, TBC milier (pada seluruh lapangan paru), atau TBC tulang. Imunisasi BCG ini merupakan vaksin yang mengandung kuman TBC yang telah dilemahkan. Frekuensi pemberian imunisasi BCG adalah 1 kali dan waktu pemberian imunisasi BCG pada umur 0 11 bulan, akan tetapi pada umumnya diberikan pada bayi umur 2 3 bulan, kemudian cara pemberian imunisasi BCG melalui intradermal. Efek samping pada BCG dapat terjadi ulkus pada daerah suntikan dan dapat terjadi limfadenitis regional dan reaksi panas.b. Imunisasi DPT (Diphteri, Pertusis, dan Tetanus)Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit diphteri. Imunisasi DPT ini merupakan vaksin yang mengandung racun kuman diphteri yang telah dihilangkan sifat racunnya akan tetapi masih dapat merangsang pembentukan zat anti (Toxoid). Frekuensi pemberian imunisasi DPT adalah 3 kali dengan maksud pemberian pertama zat anti terbentuk masih sangat sedikit (tahap pengenalan) terhadap vaksin dan mengaktifkan organ organ tubuh membuat zat anti, kedua dan ketiga terbentuk zat anti yang cukup. Waktu pemberian imunisasi DPT antara umur 2 11 bulan dengan interval 4 minggu. Cara pemberian imunisasi DPT melalui intramuscular. Efek samping pada DPT mempunyai efek ringan dan efek berat, efek ringan seperti pembengkakan dan nyeri pada tempat penyuntikan, demam sedangkan efek berat dapat menangis hebat kesakitan kurang lebih 4 jam, kesadaran menurun, terjadi kejang, enchefalopati, dan syok.c. Imunisasi PolioMerupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit poliomyelitis yng dapat menyebabkan kelumpuhan pada anak. Kandungan vaksin ini adalah virus yang dilemahkan. Frekuensi pemberian imunisasi Polio adalah 4 kali. Waktu pemberian imunisasi Polio antara umur 0 11 bulan dengan interval 4 minggu. Cara pemberian imunisasi Polio melalui oral. d. Imunisasi CampakMerupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit campak pada anak karena penyakit ini sangat menular. Kandungan vaksin ini adalah virus yang dilemahkan. Frekuensi pemberian imunisasi campak adalah satu kali. Waktu pemberian imunisasi campak pada umur 9 11 bulan. Cara pemberian imunisasi campak melalui subkutan kemudian efek sampingnya adalah dapat terjadi ruam pada tempat suntikan dan panas.e. Imunisasi Hepatitis BMerupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya hepatitis yang kandungannya adalah HbsAg dalam bentuk cair. Frekuensi pemberian imunisasi hepatitis 3 kali. Waktu pemberian imunisasi hepatitis B pada umur 0 11 bulan. Cara pemberian imunisasi hepatitis ini adalah intramuscular.f. Imunisasi MMR (Measles, Mumps, Rubella)

Merupakan imunisasi yang digunakan dalam memberikan / mencegah terjadinya penyakit campak (measles), gondong, parotis epidemika (mumps), dan rubella (campak Jerman). Dalam imunisasi MMR ini antigen yang dipakai adalah virus campak strain Edmonson yang dilemahkan, virus Rubella strain RA 27 / 3, dan virus gondong. Vaksin ini tidak dianjurkan pada bayi usia dibawah 1 tahun karena dikhawatirkan terjadi interferensi dengan antibody maternal yang masih ada. Khusus pada daerah endemic sebaiknya diberikan imunisasi campak yang monovalen dahulu pada usia 4 6 bulan atau 9 11 bulan dan booster dapat dilakukan MMR pada usia 15 18 bulan.

g. Imunisasi Thypus AbdominalisMerupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit thypus abdominalis, dalam persediaannya, khususnya di Indonesia terdapat 3 jenis vaksin thypus abdominalis diantaranya kuman yang dimatikan, kuman yang dilemahkan (vivotif, berna), dan antigen kapsular Vi Polysaccharide (Typhimvi, Pasteur meriux). Pada vaksin kuman yang dimatikan, dapat diberikan untuk bayi 6 12 bulan adalah 0,1 mL, 1 2 tahun 0,2 mL, dan 2 12 tahun adalah 0,5 mL, pada imunisasi awal dapat diberikan sebanyak 2 kali dengan interval 4 minggu kemudian penguat setelah 1 tahun kemudian. Pada vaksin kuman yang dilemahkan dapat diberikan dalam bentuk capsul enteric coated sebelum makan pada hari 1, 2, 5, pada anak diatas usia 6 tahun dan pada antigen kapsular diberikan pada usia diatas 2 tahun dan dapat diulang tiap 3 tahun.

h. Imunisasi Varicella

Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit varicella (cacar air). Vaksin varicella merupakan virus hidup varicella zoster strain OK yang dilemahkan. Pemberian vaksin varicella dapat diberikan suntikan tunggal pada usia 12 tahun di daerah tropic dan bila diatas usia 13 tahun dapat diberikan 2 kali suntikan dengan interval 4 8 minggu.

i. Imunisasi Hepatitis A

Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya hepatitis A. Pemberian imunisasi ini dapat diberikan pada usia diatas 2 tahun. Untuk imunisasi awal dengan menggunakan vaksin Havrix (isinya virus hepatitis A strain HM 175 yang inactivated) dengan 2 suntikan dengan interval 4 minggu dan booster pada 6 bulan kemudian dan apabila menggunakan vaksin MSD dapat dilakukan 3 kali suntikan pada usia 0, 6, dan 12 bulan.

j. Imunisasi HiB (Haemophilus influenza tipe B)

Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit influenza tipe B. Vaksin ini adalah bentuk polisakarida murbi (PRP: Purified Capsular Polysacharide) kuman H. Influenza tipe B antigen dalam vaksin tersebut dapat dikonjugasi dengan protein protein lain seperti Toxoid tetanus (PRP T), Toxoid diphteri (PRP D atau PRP CR 50), atau dengan kuman monongokokus. Pada pemberian imunisasi awal dengan PRP T dilakukan dengan 3 suntikan dengan interval 2 bulan kemudian vaksin PRP OMPC dilakukan dengan 2 suntikan dengan interval 2 bulan, kemudian boosternya dapat diberkan pada usia 18 bulan.C. CARA DAN WAKTU PEMBERIAAN IMUNISASI

Berikut ini adalah cara pemberiaan dan waktu yang tepat untuk pemberian imunisasi.

Cara Pemberiaan Imunisasi Dasar. (Petunjuk Pelaksanaan Program Imunisasi di Indonesia, DepKes 2000, hlm. 40)

VaksinDosisCara Pemberiaan

BCG0,05 ccIntrakutan tepat di insersio muskulus deltoideus kanan.

DPT0,5 ccIntramuskular.

Polio2 tetesDi teteskan ke mulut.

Campak0,5 ccSubkutan, biasanya di lengan kiri atas.

Hepatitis B0,5 ccIntrmuskular pada paha bagian luar.

TT0,5 ccIntramuscular dalam biasa di muskulus deltoideus.

Waktu Yang Tepat Untuk Pemberiaan Imunisasi Dasar. (Petunjuk Pelaksanaan Program Imunisasi di Indonesia, DepKes 2000, hlm. 40)

VaksinPemberian

ImunisasiSelang Waktu

PemberiaanUmur

pemberiaanKeterangan

BCG1 kali0-11 bulan

DPT3 kali4 minggu2-11 bulan

Polio4 kali4 minggu0-11 bulan

Campak1 kali4 minggu9-11 bulan

Hepatitis B3 kali4 minggu0-11 bulanUntuk bayi yang lahir di RS/puskesmas, hep. B, BCG, dan polio dapat diberikan segera.

Jadwal Imunisasi (Buku Kesehatan Ibu dan Anak Kemenkes RI 2012)UmurJadwal Imunisasi

0-7 hariHB0

1 bulanBCG,Polio 1

2 bulanDPT/HB 1, Polio 2

3 bulanDPT/HB 2, Polio 3

4 bulanDPT/HB 3, Polio 4

9 bulanCampak

D. RANTAI DINGIN (COLD CHAIN)

Merupakan cara menjaga agar vaksin dapat digunakan dalam keadaan baik, atau tidak rusak sehingga mempunyai kemampuan atau efek kekebalan pada penerimanya, akan tetapi apabila vaksin diluar temperature yang dianjurkan maka akan mengurangi potensi kekebalannya. Dibawah ini potensi vaksin dalam temperature :

Vaksin0 8oC35 37o C

DT3 7 tahun6 minggu

Pertusis18 24 bulanDibawah 50% dalam 1 minggu

BCG

Kristal

Cair1 tahun

Dipakai dalam 1 kali kerjaDibawah 20% dalam 3 14 hari

Dipakai dalam 1 kali kerja

Campak

Kristal

Cair2 tahun

Dipakai dalam 1 kali kerja1 minggu

Dipakai dalam 1 kali kerja

Polio6 12 bulan1 3 hari

E. PEMBERIAN IMUNISASI

Apapun imunisasi yang diberikan, ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan perawat, yaitu sebagai berikut.

1. Orang tua anak harus ditanyakan aspek berikut.

a. Status kesehatan anak saat ini, apakah dalam kondisi sehat atau sakit,

b. Pengalaman/reaksi terhadap imunisasi yang pernah didapat sebelumnya,

c. Penyakit yang dialami di masa lalu dan sekarang.

2. Orang tua harus mengerti tentang hal-hal yang berkaitan dengan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) terlebih dahulu sebelum menerima imunisasi (informed consent). Pengertian mencakup jenis imunisasi, alasan diimunisasi, manfaat imunisasi, dan efek sampingnya.

3. Catatan imunisasi yang lalu (apabila sudah pernah mendapat imunisasi sebelumnya), pentingnya menjaga kesehatan melalui tindakan imunisasi.

4. Pendidikan kesehatan untuk orang tua. Pemberian imunisasi pada anak harus didasari pada adanya pemahaman yang baik dari orang tua tentang imunisasi sebagai upaya pencegahan penyakit. Perawat harus memberikan pendidikan kesehatan ini sebelum imunisasi diberikan pada anak. Gali pemahaman orang tua tentang imunisasi anak. Gunakan pertanyaan terbuka untuk mendapatkan informasi seluas luasnya tentang pemahaman orang tua berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan anak melalui pencegahan penyakit dengan imunisasi supaya dapat memberikan pemahaman yang tepat. Pada akhirnya diharapkan adanya kesadaran orang tua untuk memelihara kesehatan anak sebagai upaya meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak.

5. Kontraindikasi pemberiaan imunisasi. Ada beberapa kondisi yang menjadi pertimbangan untuk tidak memberikan imunisasi pada anak, yaitu:

a. Flu berat atau panas tinggi dengan penyebab yang serius

b. Perubahan pada system imun yang tidak dapat member vaksin virus hidup

c. Sedang dalam pemberian obat-obat yang menekan system imun, seperti sitostatika, transfuse darah, dan imonoglobulin

d. Riwayat alergi terhadap alergi terhadap pemberian vaksin sebelumnya seperti pertusis.

II. ASUHAN KEPERAWATAN IMUNISASI PADA ANAKA. PENGKAJIAN

1. Pengkajian Identitas dan Riwayat KeperawatanIdentitas Anak dan/atau Orang Tuaa. Nama

b. Alamat

c. Telepon

d. Tempat dan tanggal lahir

e. Ras/kelompok entries

f. Jenis kelamin

g. Agama

h. Tanggal wawancara

i. Informan

Keluhan Utama (KU)

Untuk menjalani suatu imunisasi anak diharapkan dalam kondisi sehat jasmani dan rohani karena akan dipenetrasikan antigen dalam imunisasi yang akan memicu fungsi imunnya, namun seiring dengan kondisi anak yang rentan terhadap kontak infeksi dari lingkungan, tidak menutup kemungkinan jika saat memasuki jadwal imunisasi ia berada dalam kondisi sakit . Maka dari itu, perlu ditanyakan apakah anak memiliki keluhan kesehatan baik secara langsung pada anak ataupun orang tua/pengasuhnya beberapa saat sebelum diimunisasi. Keluhan ini dapat dijadikan indikator apakah imunisasi harus dilanjutkan, ditunda sementara waktu, atau tidak diberikan sama sekali.Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)

Untuk mendapatkan semua rincian yang berhubungan dengan keluhan utama. Jika saat ini kesehatan anak baik, riwayat penyakit sekarang mungkin tidak terlalu menjadi acuan, akan tetapi jika anak dalam kondisi tidak sehat, hal ini dapat dijadikan kajian lebih lanjut untuk mengetahui status kesehatan anak saat ini, selain untuk kepentingan imunisasi, hal ini juga dapat dijadikan panduan apakah anak harus mendapat perawatan lebih lanjut mengenai penyakitnya.Riwayat Kesehatan Dahulu (RKD)

Untuk memperoleh profil penyakit anak, cedera-cedera, atau pembedahan sebelumnya yang pada kesempatan ini akan digunakan sebagai petunjuk yang berarti dalam pemberian imunisasi.

a. Riwayat kelahiran (riwayat kehamilan, persalinan, dan perinatal).b. Penyakit, cedera atau operasi sebelumnya.c. Alergi.d. Pengobatan terbaru.e. Imunisasi yang pernah didapatkan anak serta pengalaman/reaksi terhadap imunisasi yang pernah didapat sebelumnya.f. Pertumbuhan dan perkembangan anak (Sebelum melakukan imunisasi dapat pula dikaji pertumbuhan dan perkembangan anak sehingga dapat mengidentifikasikan indikasi imunisasi serta pendidikan kesehatan yang sesuai dengan usia serta pola perilaku anak baik ditujukan secara langsung pada anak ataupun keluarganya).g. Kebiasaan anak yang dapat memengaruhi kesehatannya.Tinjauaan Sistem (TS)

Untuk memperoleh informasi yang menyangkut adanya kemungkinan masalah kesehatan pada anak, walau tampak jarang dilakukan saat akan diimunisasi, namun tinjauan ini akan menjadi pilihan yang lebih baik selain pengkajian riwayat kesehatan anak karena dalam pengkajian cenderung hanya berfokus pada informasi yang diberikan anak/keluarga sedangkan kemungkinan terhadap kondisi kelainan yang ada pada tubuh anak belum disadari olehnya dan juga keluarga, sehingga alangkah baik jika sebelum diimunisasi anak mendapatkan tindakan pemeriksaan fisik untuk peninjauan terhadap sistem tubuhnya. Tinjauan sistem meliputi:a. Menyeluruh/umum

b. Integument

c. Kepala

d. Mata

e. Telinga

f. Hidung

g. Mulut

h. Tenggorokan

i. Leher

j. Dada

k. Respirasi

l. Kardiovaskuler

m. Gastrointestinal

n. Genitourinaria

o. Ginekologik

p. Muskuluskeletal

q. Neurologik

r. Endokrin Riwayat pengobatan keluarga

Untuk mengidentifikasi adanya faktor genetika atau penyakit yang memiliki kecenderungan terjadi dalam keluarga dan untuk mengkaji pajanan terhadap penyakit menular pada anggota keluarga dan kebiasaan keluarga yang dapat memengaruhi kesehatan anak, seperti merokok dan penggunaan bahan kimia lain, serta tingkat kewaspadaan keluarga saat anak mengalami sakit.

Riwayat Psikososial

Untuk memperoleh informasi tentang konsep diri anak, terutama terfokus pada riwayat imunisasi yang pernah ia dapatkan, apabila riwayat sebelumnya menyisakan kerisauan pada anak maka akan lebih baik jika saat imunisasi berikutnya hal ini diperbaiki untuk mengubah konsep anak terrhadap imunisasi, menanamkan padanya bahwa hal ini penting untuk mencegah penyakit yang mungkin mendatanginya, serta diperlukan keterlibatan keluarga yang dapat memberikan dukungan mental pada anaknya sehingga anak tidak risau dalam menghadapi imunisasi.Riwayat Keluarga

Untuk mengembangkan pemahaman tentang anak sebagai individu dan sebagai anggota keluarga dan komunitas. Pengkajian juga berfokus pada sejauh mana keluarga memahami tentang imunisasi yang akan diberikan pada anak, meliputi jenis imunisasi, alasan diimunisasi, manfaat imunisasi, dan efek sampingnya. Hal ini akan sangat membantu jika keluarga telah memahami pentingnya imunisasi sebagai langkah penting yang diperlukan untuk mencegah penyakit pada anaknya. Untuk beberapa keluarga yang belum begitu memahami imunisasi, hal ini dapat dijadikan patokan untuk memberikan pendidikan kesehatan dalam pemahaman terhadap imunisasi.Pengkajiaan NutrisiUntuk memperoleh informasi yang adekuat tentang asupan dan kebutuhan nutrisi anak dalam kaitannya dengan kesehatan anak saat ini sebelum ia mendapatkan imunisasi dan dapat dijadikan bahan untuk pendidikan kesehatan pasca imunisasi anak. Pengkajian nutrisi meliputi pengkajian terhadap asupan diet dan pemeriksaan klinis.2. Pengkajian Pertumbuhan dan Perkembangan

Pengkajiaan pertumbuhan dan perkembangan anak bertujuaan mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan tumbuh kembang anak, sehingga dengan data yang ada, dapat diketahui mengenai keadaan anak yang dapat membantu proses imunisasi dan juga pendidikan kesehatan seputaran imunisasi anak. Dalam melaksanaakan pengkajiaan atas pertumbuhan dan perkembangan anak, hal penting yang harus diperhatikan adalah bagaimana mempersiapkan anak agar pemeriksaan berjalan lancar. Sebelum melakukan pengkajiaan, prinsip-prinsip yang perlu di perhatikan dan dapat diterapkan di lapangan adalah:

a. Lingkungan/ruangan pemeriksaan tidak menakutkan, misalnya memberikan warna dinding netral, cukup ventilasi, menjauhkan peralatan yang menakutkan bagi anak, dan menyediakan makanan.

b. Sebelum pengkajiaan sebaiknya disediakan waktu untuk bermain agar anak menjadi kooperatif. Dalam hal ini, bukan berarti mengabaikan tugas utama, tetapi untuk pendekatan agar anak tidak takut sehingga memudahkan pemeriksaan.

c. Pemeriksaan dapat dimulai dari bagian tubuh yang mudah dan tidak menakutkan anak.

d. Jika ada beberapa anak, mulailah dengan anak yang kooperatif sehingga akan mengurangi rasa takut dari anak yang lain.

e. Libatkan anak dalam proses pemeriksaan. Kita bisa menjelaskan pada anak mengenai hal-hal yang perlu dilakukan pada dirinya. Apabila mungkin, beri kesempatan anak untuk membantu proses pemeriksaan.

f. Buat posisi pemeriksaan senyaman mungkin. Anak dapat berbaring di pangkuaan orang tua.

g. Berikan pujiaan kepada anak yang kooperatif. Hal ini dapat merangsang anak yang lain agar tidak takut untuk diperiksa.

h. Berikan pujian pada orang tua apabila anak maju dan ibunya mengetahui nasehat petugas.

Prinsip-prinsip tersebut hendaknya dipahami oleh setiap perawat sehingga memudahkannya dalam melaksanakan pemeriksaan dan meminimalkan kecemasan pada anak. Setelah memahami prinsip-prinsip ini, berikutnya adalah melakukan pengkajiaan pada anak. Hal-hal yang perlu dikaji adalah

a. Riwayat Pranatal

Perlu ditanyakan pada ibu apakah ada tanda-tanda resiko tinggi saat hamil, seperti terinfeksi TORCH, berat badan tidak naik, preeksklamsi, dan lain-lain, serta apakah ehamilannya dipantau berkala. Kehamilan risiko tinggi yamg tidak ditangani dengan benar dapat mengganggu tumbuh kembang anak. Dengan mengetahui riwayat prenatal maka keadaan anaknya dapat diperkirakan.

b. Riwayat Kelahiran

Perlu ditanyakan pada ibu mengenai cara kelahiran anaknya, apakah secara normal, dan bagaimana keadaan anak sewaktu lahir. Anak yang dalam kandungan terdeteksi sehat, apabila kelahirannya mengalami gangguan (cara kelahiran dengan tindakan seperti forceps, partuss lama, atau kasep), maka gangguan tersebut dapat mempengaruhi keadaan tumbuh kembang anak.

c. Pertumbuhan Fisik

Untuk menentukan keadaan pertumbuhan fisik anak, perlu diperlakukan pengukuran antropometri dan pemeriksaan fisik. Sebagaimana dalam pembahasan sebelumnya, pengukuran antropometri yang sering digunakan di lapangan untuk memantau tumbuh kembang anak adalah TB, BB, dan lingkar kepala. Sedangkan lingkar lengan dan lingkar dada baru digunakan bila dicurigai adanya gangguan pada anak. Apabila petugas akan mengkaji pertubuhan fisik anak, maka petugas tersebut cukup mengukur BB, TB, dan lingkar kepala. Meskipun tidak semua ukuran antropometri digunakan, berikut ini akan dijelaskan cara pengukuran dari masing-masing ukuran antropometri:

a) Berat Badan (BB)

Untuk menentukan berat badan anak, hal yang perlu diperhatikan adalaah sebagai berikut:

1) Pengukuran dilakukan dengan memakai alat timbangan yang telah ditera (distandardisasi/dikalibrasi) secara berkala. Timbangan yang digunakan dapat berupa dacin atau timbangan injak.

2) Untuk menimbang anak yang berusia kurang 1 tahun, maka hal tersebut dilakukan dengan posisi berbaring. Untuk anak yang berusia 1-2 tahun, dilakukan dengan posisi duduk dengan menggunakan dacin. Untuk anak yang berusia lebih dari 2 tahun, penimbangan berat badan dapat dilakukan dengan posisi berdiri.

Sedangkan cara pengukuran berat badan anak adalah:

1) Lepas pakaian yang tebal pada bayi dan anak saat pengukuran. Apabila perlu, cukup pakaian dalam saja.

2) Tidurkan bayi pada meja timbangan. Apabila menggunakan timbangan dacin, masukkan anak dalam gendongan, lalu kaitkan gendongan ke timbangan.

Sedangkan apabila dengan berdiri, ajak anak untuk berdiri di atas timbangan injak tanpa dipegangi.

3) Ketika menimbang berat badn bayi, tempatkan tangan petugas di atas tubuh bayi (tidak menempel) untuk mencegah bayi jatuh saat ditimbang.

4) Apabila anak tidak mau ditimbang, ibu disarankan untuk menimbang berat badannya lebih dulu, kemudian anak digendong oleh ibu dan ditimbang.

Selisih antara berat badan ibu bersama anak dan berat badan ibu sendiri menjadi berat badan anak. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat rumus berikut.

BB anak = (BB ibu dan anak) BB ibu

5) Tentukan hasil timbangan sesuai dengan jarum penunjuk pada timbangan

6) Selanjutnya, tentukan posisi berat badan anak sesuai dengan standar yang berlaku, yaitu apakah status gizi anak normal, kurang, atau buruk. Untuk menentukan berat badan ini juga dapat dilakukan dengan melihat pada kurva KMS, apakah berat badan anak berada pada kurva berwarna hijau, kuning, atau merah.

b) Tinggi Badan (TB)

Untuk menentukan tinggi badan, cara pengukurannya dikelompokkan menjadi untuk usia kurang dari 2 tahun dan usia 2 tahun atau lebih. Pengukuran tinggi badan pada anak usia kurang dari 2 tahun adalah sebagai berikut :

1) Siapkan papan atau meja pengukur. Tidak ada, dapat digunakan pita pengukur (meteran).

2) Baringkan anak terlentang tanpa bantal (supinasi), luruskan lutut sampai menempel pada meja (posisi ekstensi).

3) Luruskan bagian puncak kepala dan bagian bawah kaki (telapak kaki tegak lurus dengan meja pengukur), lalu ukur sesuai dengan skala yang tertera.

4) Apabila tidak ada papan pengukur, hal ini dapat dilakukan dengan cara memberi tanda pada tempat tidur (tempat tidur harus rata/datar) berupa garis atau titik pada bagian puncak kepala dan bagian tumit kaki bayi. Lalu ukur jarak antara kedua tanda tersebut dengan pita pengukur.

Sedangkan cara pengukuran tinggi badan pada anak usia 2 tahun atau lebih adalah sebagai berikut :

1) Tinggi badan diukur dengan posisi berdiri tegak, sehingga tumit rapat, sedangkan bokong, punggung, dan bagian belakang kepala berada dalam satu garis vertikal dan menempel pada alat pengukur.

2) Tentukan bagian atas kepala dan bagian kaki menggunakan sebilah papan dengan posisi horizontal dengan bagian kaki, lalu ukur sesuai dengan skala yang tertera.

c) Lingkar Kepala

Ukuran kepala dinyatakan normal bila berada di antara batas tertinggi dan terendah dari kurva lingkar kepala. Bila ukuran kepala berada di atas kurva normal, berarti ukuran kepala besar (macrocephali), sedangkan bila ukuran kepala di bawah kurva normal, berarti ukuran kepala kecil (microcephali). Kurva lingkar kepala ini dibedakan antara laki-laki dan perempuan. Adapun cara pengukuran lingkar kepala :

a. Siapkan pita pengukur (meteran)

b. Lingkakan pita pengukur pada daerah glabella (frontalis) atau supraorbita bagian antrior menuju oksiput pada bagian posterior kemudian tentukan hasilnya

c. Cantumkan hasil pengukuran pada kurva lingkar kepala

d) Lingkar Lengan Atas (lila)

Meskipun pengukuran lila jarang dilakukan, namun cara pengukurannya perlu diketahui :

1) Tentukan lokasi lengan yang akan diukur. Pengukuran dilakukan pada lengan bagian kiri, yaitu pertengahan pangkal lengan dengan siku. Pemilihan lengan kiri tersebut dengan pertimbangan bahwa aktivitas lengan kiri lebih pasif dari pada lengan kanan, sehingga ukurannya lebih stabil.

2) Lingkarkan alat pengukur pada lengan bagian atas (dapat digunakan pita pengukur). Hindari penekanan pada lengan yang diukur saat pengukuran.

3) Tentukan besar lingkar lengan sesuai dengan angka yang tertera pada pita pengukur.

4) Catat hasil pengukuran pada Kartu Menuju Sehat (KMS) atau status anak.

e) Lingkar Dada

Sebagaimana lingkar lengan atas, pengukuran lingkar dada jarang dilakukan. Pengukurannya dilakukan pada saat bernapas biasa (mid respirasi) pada tulang Xifoidius (incisura subternalis). Pengukuran lingkar dada ini dilakukan dengan posisi berdiri pada anak yang lebih besar, sedangkan pada bayi dengan posisi berbaring. Cara pengukuran lingkar dada adalah sebagai berikut :

1) Siapkan pita pengukur

2) Lingkarkan pita pengukur pada daerah dada.

3) Catat hasil pengukuran pada KMS anak atau kartu yang disediakan.

d. Pemeriksaan fisik

Meskipun pemeriksaan fisik tidak dilakukan apabila dilapangkan, namun petugas perlu mengetahui bahwa pemeriksaan fisik perlu dilakukan agar keadaan anak dapat diketahui secara keseluruhan. Pemeriksaan fisik dapat dimulai dari rambut, kepala, leher, dada, perut, genetalia, ekstremitas. Selain itu, tanda-tanda vital dan keadaan umum perlu dikaji. Pemeriksaan fisik pada pertumbuhan dan perkembangan ini adalah sama seperti cara pemeriksaan fisik pada bayi dan anak. Oleh karena itu, pemeriksaan fisik tidak dibahas secara khusus pada bagian ini.

e. Perkembangan anak

Untuk mengkaji keadaan perkembangan anak, dapat digunakan buku Pedoman Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita sebagaimana telah dibahas sebelumnya. Dari pedoman ini dapat diketahui mengenai keadaan perkembangan anak saat ini, apakah anak berada dalam keadaan normal, meragukan, atau memerlukan rujukan. Apabila anak memerlukan pemeriksaan lebih lanjut, maka dapat dilakukan DDST yang dapat dibaca pada Buku Tumbuh Kembang oleh Soetjiningsih (1996).

f. Data lain

Yang termasuk data lain adalah pola makan, pola aktivitas anak, data penunjang lainnya, seperti pemeriksaan laboratorium, serta data yang diperlukan terutama apabila anak berada di klinik.

Interpretasi Hasil Pengukuran dan Tindakan yang Diperlukan

Setelah dilakukan pengkajian terhadap pertumbuhan dan perkembangan pada bayi dan balita, terdapat interpretasi hasil sebagai berikut:

a. Pertumbuhan dan perkembangan normal

Menurut Moersintowarti (2002), pertumbuhan anak dikatakan normal apabila grafik berat badan anak berada pada jalur berwarna hijau pada kalender balita (KMS) atau sedikit di atasnya. Arah grafik harus naik dan sejajar mengikuti lengkungan jalur (kurva) berwarna hijau. Sementara, pertumbuhan anak dikatakan ideal jika pertumbuhan yang ditetapkan dengan pengukuran antropometri adalah BB/U; BB/M, dan lingkar kepala/U.

Perkembangan anak tergolong normal apabila umur dan kemampuan/kepandaian anak sesuai dengan patokan yang berlaku. Berdasarkan Pedoman Deteksi Tumbuh Kembang Balita, skor yang diperoleh saat pemeriksaan harus berjumlah 9-10. Apabila menggunakan kalender balita (KMS), maka kemampuan anak sesuai usia yang terdapat pada gambar. Sementara apabila menggunakan tes DDST, anak dapat melewati tugas-tugas perkembangannya sesuai usia. Demikian juga untuk pemeriksaan lainnya.

b. Pertumbuhan dan perkembangan tidak normal

Pertumbuhan anak mengalami penyimpangan apabila grafik berat badan anak berada jauh di atas warna hijau atau berada dibawah jalur hijau, khususnya pada jalur merah. Ukuran antropometri lain yang mengikuti biasanya adalah lingkar lengan atas dan lingkar lengan dada. Perkembangan anak mengalami penyimpangan apabila kemampuan kepandaian anak tidak dicapai sesuai dengan usianya, sehingga anak mengalami keterlambatan. Pada tes DDST, anak tidak dapat mencapai tugas-tugas perkembangannya, atau pada gambar kalender balita (KMS), kemampuan anak tidak sesuai dengan usianya.Kartu Menuju Sehata. Pengertian

Kartu menuju sehat atau yang sering disingkat KMS adalah suatu kartu atau alat penting yang digunakan untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan anak (Soetjiningsih, 1996). KMS yang ada untuk saat ini adalah KMS Balita, yaitu kartu yang memuat grafik pertumbuhan serta indikator perkembangan yang bermanfaat untuk mencatat dan memantau tumbuh kembang balita setiap bulannya, dari sejak lahir sampai berusia 5 tahun (Depkes RI, 1996). Dengan demikian, KMS dapat diartikan sebagai rapor kesehatan dan gizi (catat riwayat kesehatan dan gizi) balita. Secara umum, KMS berisi gambar kurva berat badan terhadap umur untuk anak berusia 0-5 tahun, atribut penyuluhan, dan catat yang penting untuk diperhatikan oleh pertugass dan orang tua, seperti riwayat kelahiran anak, pemberian ASI dan makanan tambahan, pemberian imunisasi dan vitamin A, penatalaksanaan diare di rumah, serta patokan sederhana tentang perkembangan psikomotorik anak.b. Tujuan penggunaan KMS

Tujuan umum penggunaan KMS adalah mewujudkan tingkat tumbuh kembang dan status kesehatan anak balita secara optimal. Adapun tujuan khususnya meliputi:

1. Sebagai alat bantu bagi ibu atau orang tua untuk memantau tingkat perrtumbuhan dan perkembangan yang optimal.

2. Sebagai alat bantu dalam memantau dan menentukan tindakan yang diperlukan untuk mewujudkan tumbuh kembang yang optimal.

3. Mengatasi malnutrisi di masyarakat secara efektif dengan peningkatan pertumbuhan yang memadai (promotivea).

c. Fungsi KMS Balita

Ada beberapa fungsi KMS. Secara umum, fungsi-fungsi tersebut dapat dikelompokkan menjadi:

1. Sebagai media untuk mencatat/memantau riwayat kesehatan balita secara lengkap.

2. Sebagai media penyuluhan bagi orang tua mengenai kesehatan balita.

3. Sebagai sarana pemantauan yang dapat digunakan oleh petugas untuk menentukan tindakan pelayanan kesehatan dan gizi terbaik bagi balita.

4. Sebagai kartu analisis tumbuh kembang balita.

d. Dasar Pembuatan Kurva pada KMS

Kurva/grafik pertumbuhan pada KMS dibuat berdasarkan standar baku WHO-NCHS yang disesuaikan dengan situasi Indonesia. Batas kurva bagian atas adalah persentil ke-50 dari berat badan rata-rata anak laki-laki dan garis bawah adalah persentil ke-3 dari berat badan ank perempuan.

Kurva pertumbuhan tersebut dibagi dalam 5 kelompok (blok) sesuai dengan skala berat dalam kg dan garis datar yang merupakan skala umur menurut bulan. Kelompok 1 adalah untuk bayi berusia 0-12 bulan, kelompok 2 adalah untuk usia 13-24 bulan, kelompok 3 adalah untuk usia 25-36 bulan, kelompok 4 adalah untuk usia 37-48 bulan, dan kelompok 5 adalah usia 49-60 bulan,

Dalam setiap kelompok kurva terdapat garis melengkung yang menggambarkan pola pertumbuhan berat badan, berupa garis berwarna merah dengan pita kuning, hijau muda, dan hijau tua. Masing-masing warna tersebut mempunyai dasar dan makna sebagai berikut:

a) Garis merah dibentuk dengan menghubungkan angka yang dihitung dari 70% median baku WHO-NCHS.

b) Dua pita kuning yang berada di atas pita merah, berturut-turut merupakan batas atas 75% dan 80% dari median baku WHO-NCHS.

c) Dua pita warna hijau muda yang berada di atas pita kuning, berturut-turut merupakan batas atas 85% dan 90% dari median baku WHO-NCHS.

d) Dua pita warna hijau tua yang berada di atas hijau muda, berturut-turut merupakan batas atas 95% dan 100% dari median baku WHO-NCS.

e) Dua pita warna hijau muda dan kuning paling atas, masing-masing bernilai 5% dari median baku adalah daerah dimana anak-anak sudah mempunyai kelebihan berat badan.

Dari pengukuran kurva pertumbuhan BB, hasil berikut ini dapat diinterpretasikan :

a) Apabila ada pengukuran arah garis meningkat (mengikuti arah kurva), berarti pertumbuhan anak baik.

b) Apabila pada pertumbuhan arah garis mendatar, berarti pertumbuhan kurang baik sehingga anak memerlukan perhatian khusus.

c) Apabila pada pengukuran arah garis menurun, berarti anak memerlukan tindakan segera.

Dari interpretasi berikut dapat dijelaskan bahwa pertumbuhan anak baik apabila mengikuti arah lengkungan kurva. Kedudukan anak padakurva merupakan keadaan persentasi/persentil tertentu.e. Growth Monitoring Promotion (GMP)

GMP adalah suatu kegiatan pengukuran pertumbuhan anak yang dilakukan secara teratur, dicatat, dan kemudian diinterpretasikan dengan maksud agar dapat memberikan penyuluhan serta melakukan tindakan lanjut. Terdapat empat elemen kunci dari GMP, yaitu :

a) Merupakan strategi pencegahan sebelum terjadi gangguan pertumbuhan, yaitu dengan penimbangan secara teratur.

b) Merupakan strategi mengubah lingkungan anak yang kurang sesuai melalui komunikasi yang efektif dengan ibu.

c) Berhubungan dengan lingkungan secara menyeluruh yang memengaruhi tumbuh kembang anak.

d) Ibu/masyarakat ikut terlibat dalam usaha mengoptimalkan tumbuh kembang anak.

Kesalahan yang sering terjadi pada kegiatan GMP adalah kuratif lebih diutamakan daripada preventif, pemantauan, dimulai terlambat, penimbangan dan pengisian kartu sering dilaksanakan secara rutin tanpa umpan balik, pemberian makanan tambahan menjadi satu-satunya aktivitas, interaksi antara petugas dan orang tua beranggapan apabila GMP lancar maka anak tidak bermasalah.B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Beberapa diagnosa keperawatan yang dapat timbul dari tindakan imunisasi pada anak meliputi:

1. Kesiapan meningkatkan status imunisasi. 2. Perilaku mencari bantuan kesehatan b/d kurang pengetahuan tentang peran sebagai orang tua baru kesiapan meningkatkan pengetahuan. 3. Resiko hipertermi b/d pemberian imunisasi

DAFTAR PUSTAKA

Nanda International. 2010. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2009-2011. Jakarta: EGC.

Nursalam, dkk. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak untuk Perawat dan Bidan. Jakarta: Salemba Medika.

Stolte, Karen M. 2003. Diagnosa Keperawatan Sejahtera (Wellness Nursing Diagnosis). Jakarta: EGC.

26