lpj henti jantung
TRANSCRIPT
-
7/21/2019 lpj henti jantung
1/2
Sejak tahun 1992 penyakit jantung dan pembuluh darah secara konsisten menduduki peringkat
pertama penyebab kematian di Indonesia. Angka kematian yang disebabkan penyakit jantung bisa
mencapai 4-6 kali lebih tinggi dari kematian yang disebabkan oleh kanker payudara yang mencapai
89 persen pada usia menopause. Secara statistik didapatkan data bahwa berisiko terjadinya penyakit
jantung pada perempuan dan laki laki ialah 1:7, dan dalam kurun waktu 20 tahun insiden penyakit
jantung meningkat 3 kali lipat.
Kejadian henti jantung merupakan kondisi kegawatandaruratan dari penyakit jantung yang sering
terjadi insiden henti jantung di Amerika dan Kanada kirang lebih 350.000 mengalami henti jantung
dan menerima upaya resusitasi. Hampir 80 persen kejadian henti jantung terjadi di luar rumah sakit.
Sebagian besar penyebab dari witnessed cardiac arrest ini adalah Ventrikuler fibrialisasi dan pulseles
ventricular tachicardi ( VF/pulseles Vt).
Konsep chain of survival ini sampai saat ini digunakan sebagai pendekatan untuk mengatasi
komleksitas masalah yang terjadi pada kondisi henti jantung. Konsep chain of survival ini terdiri dari
lima komponen yang masing-masing sangat penting dan untuk suksesnya upaya resusitasi kelima
komponen tersebut adalah : immediate recognition of cardiac arrest and activation of the
emergency response system. Early CPR with an emphasis on chest compressions, rapid defibriation,
effecive advance life support and inregrated post cardiac arrest care.
Konsep Chain Of Survival
Chain of survival yang berjalan dengan baik dan efektif, angka kelangsungan hidup pasien henti
jantung di luar rumah sakit karena ventrikel vibrilasi dapat mencapai 57%. Meskipun demikian,
angka kelangsungan hidup korban henti jantung di dalam dan di luar rumah sakit masih jauh dari
harapan. Masing masing dari rantai ini merupakan bagian yang saling tergantung, keberhasilansetiap rantai tergantung pada keefektifan dari aktivasi dan kesiapan sistem ini. Waktu menjadi
faktor penting penentu keberhasilan dari resusitasi yang dilakukan. Semakin cepat seseorang dapat
mengenali korban yang mengalami kegawatan jantung atau henti jantung dan mengaktifkan
bantuan gawat darurat, maka semakin baik kesempatan hidup korban tersebut.
Rantai Pertama : Pengenalan Dini Tanda Henti Jantung dan Akses Dini Bantuan Gawat Darurat (
Immediate Recognition Of Cardiac Arrest And Activation Of The Emergency Response System )
Pengenalan dini tanda henti jantung tidak mudah dilakukan, khususnya oleh orang awam. Penolong
awam biasanya bingung mau melakukan apa ketika bertemu dengan korban henti jantung.
Kebingungan ini menyebabkan adanya keterlambatan atau kegagalan untuk segera mengaktifkan
bantuan gawat darurat tau segera mulai melakukan resusitasi jantung paru. Waktu akan begitu saja
hilang jika penolong awam ini terlalu lama bingung dan tidak melakukan tindakan. Saat penolong
awam mengetahui korban berada dalam kondisi tidak sadar, penolong awam harus segera
mengaktifkan atau meminta seseorang mengaktifkan bantuan gawat darurat. Seteah aktivasi
bantuan gawat darurat dilakukan, resusitasi jantung paru harus segera mulai.
Dispatcher merupakan komponen penting saat aktivasi banuan gawat darurat. Penolong awam
harus segera mengaktifkan bantuan gawat darurat yang diterima oleh dispatcher untuk memulai
pertolongan pada korban yang tidak sadar. Dispatcher dapat memberikan instruksi pada penelepon
untuk memeberikan pertolongan untuk korban henti jantung, juga instruksi untuk mulai melakukan
-
7/21/2019 lpj henti jantung
2/2
resusitasi jantung paru. Sebagai upaya untuk memperbaiki kualitas instruksi resusitasi jantung paru
melalui telepon, dispatcher sebaiknya dilatih tentang cara memperbaiki instruksi melakukan
resusitasi jantung paru melalui telepon.
Kapan waktu yang ideal untuk memanggil ambulans 11