neuro 2 editan yumna dan afini

Upload: dinny-ria-pertiwi

Post on 16-Oct-2015

32 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Komunikasi Terapeutikdisusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Neurobehaviour II

KELOMPOK 12Sarita Saraswati220110100004Asri Aqidah220110100013Riska Arisman220110100042Nia Sonia220110100044Sinta Dwi Oktaviani220110100046Ermawati220110100048Siti Herlina220110100067Anisya Virgi220110100073Fithri Wahyuni P220110100077Shalha Ubaid Salim220110100093Anisah YumnaMajidah220110100099Indah Robiatul A220110100101 FAKULTAS ILMU KEPERAWATANUNIVERSITAS PADJADJARAN JATINANGOR2012KATAPENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat karuniaNya makalah ini dapat terselesaikan.Makalah ini membahas tentang komunikasi terapeutik yang merupakan komunikasi yang selalu digunakan antara perawat dan pasien.Makalah ini disusun dengan berbagai kendala, tetapi dengan kesabaran terutama bantuan Tuhan dan kerjasama dari teman-teman sekelompok dan Kelompok 10 serta dukungan orangtua makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.Semoga makalah ini menjadi salah satu alat pembelajaran yang memudahkan mahasiswa untuk memahami dan menguasai materi pembelajaran serta memberi pengetahuan kepada para pembaca.

Jatinangor, November 2012

BAB IPENDAHULUAN

Sebagai makhluk sosial, manusia membutuhkan orang lain dalam menjalani kehidupannya. Komunikasi adalah salah satu alat penghubung interaksi antara satu orang dengan orang lain. Komunikasi merupakan sebuah proses yang sangat bermakna dalam hubungan antar manusia. Dalam dunia keperawatan, komunikasi yang dilakukan oleh perawat dengan klien disebut komunikasi terapeutik.Komunikasi terapeutik inilah yang akan sangat berperan dalam mengatasi kesembuhan klien. Sebagai perawat yang akan selalu berhubungan dengan pasien, dibutuhkan kemampuan komunikasi agar asuhan keperawatan tercapai dengan baik. Pentingnya mengetahui dan memahami peran dan fungsi komunikasi terapeutik dalam proses keperawatan, penulis menyusun makalah ini.

BAB IIISI

2.1 Komunikasi dalam KeperawatanKomunikasi merupakan proses kompleks yang melibatkan perilaku dan memungkinkan individu untuk berhubungan dengan orang lain dan dunia sekitarnya. Komunikasi yang sehat memungkinkan penyelesaian masalah, berbagai ide, pengambilan keputusan, dan pertumbuhan personal.Ada dua jenis komunikasi yaitu verbal dan non-verbal. Jenis komunikasi tersebut digunakan dalam komunikasi terapeutik antara perawat dengan pasien.

2.1.1 Komunikasi VerbalKomunikasi verbal adalah komunikasi yang lazim digunakan dalam pelayanan asuhan keperawatan yaitu dengan tatap muka. Komunikasi verbal biasanya lebih akurat dan tepat waktu. Kata-kata adalah alat atau simbol yang dipakai utuk mengekspresikan ide atau perasaan, membangkitkan respon emosional, atau menguraikan obyek, observasi dan ingatan. Keuntungan komunikasi verbal dengan tatap muka yaitu memungkinkan tiap individu untuk berespon secara langsung.Komunikasi verbal yang efektif memiliki beberapa poin penting, yaitu:a. Jelas dan ringkasKomunikasi yang efektif harus sederhana, pendek dan langsung. Kejelasan dapat dicapai dengan berbicara secara lambat dan mengucapkannya dengan jelas. Ulang bagian yang penting dari pesan yang disampaikan. Penerimaan pesan perlu mengetahui apa, mengapa, bagaimana, kapan, siapa dan dimana. Ringkas, dengan menggunakan kata-kata yang mengekspresikan ide secara sederhana.b. Perbendaharaan kataDalam keperawatan dan kedokteran terdapat berbagai istilah yang digunakan dalam berkomunikasi. Perawat sebagai pengirim pesan harus dapat menerjemah dan menjelaskan istilah tersebut kepada klien dengan bahasa sederhana yang mampu dipahami klien.c. Arti denotatif dan konotatifArti denotatif memberikan pengertian yang sama terhadap kata yang digunakan, sedangkan arti konotatif merupakan pikiran, perasaan, atau ide yang terdapat dalam suatu kata. Perawat harus hati-hati memilih kata sehingga tidak disalahtafsirkan oleh klien.d. Selaan dan kesempatan berbicaraKecepatan dan tempo bicara yang tepat turut menentukan keberhasilan komunikasi verbal. Selaan perlu digunakan untuk menekankan hal tertentu, memberi waktu kepada pendengar untuk mendengarkan dan memahami arti kata.e. Waktu dan relevansiWaktu yang tepat sangat penting untuk menangkap pesan. Perawat harus peka terhadap ketepatan waktu untuk berkomunikasi. Komunikasi verbal akan lebih bermakna jika pesan yang disampaikan berkaitan dengan minat dan kebutuhan klien.f. HumorTertawa bisa mengurangi ketegangan dan rasa sakit yang disebabkan oleh stress dan meningkatkan keberhasilan perawat dalam memberikan dukungan emosional terhadap klien.

2.1.2 Komunikasi Non-VerbalKomunikasi non-verbal adalah pemindahan pesan tanpa menggunakan kata-kata. Merupakan cara yang paling meyakinkan untuk menyampaikan pesan kepada orang lain. Perawat perlu menyadari pesan verbal dan non-verbal yang disampaikan klien mulai dari saat pengkajian sampai evaluasi asuhan keperawatan, karena isyarat non-verbal menambah arti terhadap pesan verbal. Perawat yang mendeteksi suatu kondisi dan menentukan kebutuhan asuhan keperawatan.Komunikasi non-verbal teramati pada beberapa hal diantaranya:a. Metakomunikasi Komunikasi tidak hanya tergantung pada pesan tetapi juga pada hubungan antara pembicara dengan lawan bicaranya. Metakomunikasi adalah suatu komentar terhadap isi pembicaraan dan sifat hubungan antara yang berbicara, yaitu pesan di dalam pesan yang menyampaikan sikap dan perasaan pengirim terhadap pendengar misalnya tersenyum ketika sedang marah.b. Penampilan personalPenampilan personal merupakan salah satu hal pertama yang diperhatikan selama komunikasi interpersonal (komunikasi antara dua orang atau lebih). Bentuk fisik, cara berpakaian dan berhias menunjukkan kepribadian, status sosial, pekerjaan, agama, budaya dan konsep diri. Perawat yang memperhatikan penampilan dirinya dapat menimbulkan citra diri dan profesional yang positif. Penampilan fisik perawat mempengaruhi persepsi klien terhadap pelayanan asuhan keperawatan yang diterima, karena setiap klien mempunyai citra bagaimana seharusnya penampilan seorang perawat. Walaupun penampilan tidak sepenuhnya mencerminkan sikap perawat, tetapi akan lebih sulit bagi perawat untuk membina rasa percaya terhadap klien jika perawat tidak memenuhi citra klien. c. Intonasi (nada suara)Nada suara pembicara mempunyai dampak yang besar terhadap arti pesan yang dikirimkan, karena emosi seseorang dapat secara langsung mempengaruhi nada suaranya. Perawat harus menyadari emosinya ketika sedang berinteraksi dengan klien, karena maksud untuk menyamakan rasa tertarik yang tulus terhadap klien dapat terhalangi oleh nada suara perawat.d. Ekspresi wajahEkspresi wajah sering digunakan sebagai dasar penting dalammenentukan pendapat interpersonal. Orang yang mempertahankan kontak mata selama pembicaraan diekspresikan sebagai orang yang dapat dipercaya dan memungkinkan untuk jadi pengamat yang baik. Perawat sebaiknya tidak memandang ke bawah ketika sedang berbicara dengan klien,oleh karena itu ketika berbicara sebaiknya duduk sehingga perawat tidak tampak dominan jika kontak mata dengan klien dilakukan dalam keadaan sejajar.e. Sikap tubuh dan langkahSikap tubuh dan langkah menggambarkan sikap, emosi, konsep diri dan keadaan fisik. Perawat dapat mengumpulkan informasi yang bermanfaat dengan mengamati sikap tubuh dan langkah klien. Langkah dapat dipengaruhi oleh faktor fisik seperti rasa sakit, obat, atau fraktur.f. SentuhanKasih sayang, dukungan emosional,dan perhatian disampaikan melalui sentuhan. Sentuhan merupakan bagian yang penting dalam hubungan perawat-klien, namun harus memperhatikan norma sosial.Communication within the nursing processAssasement Pengkajian merupakan pengumpulan data subyektif dan obyektif secara sistematis dengan tujuan menentukan tindakan keperawatan bagi individu, keluarga, dan komunitas Aspek aspek yang dikaji antara lain : stressor terjadinya masalah, respon klien terhadap stressor, kemampuan yang dimiliki klien dalam menghadapi masalah yang dialami Nursing diagnosisDiagnosa yang ditegakkan dalam keperawatan jiwa diterapkan berdasarkan diagnosa NANDA. Diagnosis Keperawatan merupakan keputusan klinik tentang respon individu, keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan aktual atau potensial, dimana berdasarkan pendidikan dan pengalamannya, perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga, menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah status kesehatan klien (Carpenito, 2000; Gordon, 1976 & NANDA).Diagnosis keperawatan ditetapkan berdasarkan analisis dan interpretasi data yang diperoleh dari pengkajian keperawatan klien. Diagnosis keperawatan memberikan gambaran tentang masalah atau status kesehatan klien yang nyata (aktual) dan kemungkinan akan terjadi, dimana pemecahannya dapat dilakukan dalam batas wewenang perawat.3.2.Tujuan Diagnosa KeperawatanTujuan diagnosa keperawatan untuk mengidentifikasi :a)Masalah dimana adanya respon klien terhadap status kesehatan atau penyakit.b)Faktor-faktor yang menunjang atau menyebabkan suatu masalah (etiologies).c)Dan kemampuan klien untuk mencegah atau menyelesaikan masalah3.3.Komponen Diagnosa KeperawatanRumusan diagnosis keperawatan mengandung tiga komponen utama, yaitu :a)Problem (P/masalah),merupakan gambaran keadaan klien dimana tindakan keperawatan dapat diberikan. Masalah adalah kesenjangan atau penyimpangan dari keadaan normal yang seharusnya tidak terjadi.Tujuan: menjelaskan status kesehatan klien atau masalah kesehatan klien secara jelas dan sesingkat mungkin. Diagnosis keperawatan disusun dengan menggunakan standart yang telah disepakati (NANDA, Doengoes, Carpenito, Gordon, dll), supaya :Perawat dapat berkomunikasi dengan istilah yang dimengerti secara umum.Memfasilitasi dan mengakses diagnosa keperawatan.Sebagai metode untuk mengidentifikasi perbedaan masalah keperawatan dengan masalah medis.Meningkatkan kerjasama perawat dalam mendefinisikan diagnosis dari data pengkajian dan intervensi keperawatan, sehingga dapat meningkatkan mutu asuhan keperawatan.b)Etiologi (E/penyebab),keadaan ini menunjukkan penyebab keadaan atau masalah kesehatan yang memberikan arah terhadap terapi keperawatan. Penyebabnya meliputi : perilaku, lingkungan, interaksi antara perilaku dan lingkungan.Unsur-unsur dalam identifikasi etiologi :Patofisiologi penyakit : adalah semua proses penyakit, akut atau kronis yang dapat menyebabkan / mendukung masalah.Situasional : personal dan lingkungan (kurang pengetahuan, isolasi sosial, dll)Medikasi (berhubungan dengan program pengobatan/perawatan) : keterbatasan institusi atau rumah sakit, sehingga tidak mampu memberikan perawatan.Maturasional :Adolesent: ketergantungan dalam kelompokYoung Adult: menikah, hamil, menjadi orang tuaDewasa: tekanan karier, tanda-tanda pubertas.c)Sign & symptom (S/tanda & gejala),adalah ciri, tanda atau gejala, yang merupakan informasi yang diperlukan untuk merumuskan diagnosis keperawatan.Jadi rumus diagnosis keperawatan adalah :PE / PES.3.4.Syarat Penyusunan Diagnosa Keperawatana)Perumusan harus jelas dan singkat dari respon klien terhadap situasi atau keadaan yang dihadapi.b)Spesifi dan akurat (pasti).c)Dapat merupakan pernyataan dari penyebab.d)Memberikan arahan pada asuhan keperawatan.e)Dapat dilaksanakan oleh perawat.f)Mencerminan keadaan kesehatan klien.3.5.Hal-hal yang Perlu Diperhatikan Dalam menentukan Diagnosa Keperawatana)Berorientasi kepada klien, keluarga dan masyarakat.b)Bersifat aktual atau potensial.c)Dapat diatasi dengan intervensi keperawatan.d)Menyatakan masalah kesehatan individu, keluarga dan masyarakat, serta faktor-faktor penyebab timbulnya masalah tersebut.

PlanningPedoman rencana keperawatan mencakup perumusan diagnosa, tujuan umum dan khusus serta rencana tindakan yang telah terstandarisasi. Perencanaan adalah suatu kategori dari prilaku keperawatan dimana tujuan yang berpusat pada klien dan hasil yang di perkirakan di tetapkan dan intervensi keperawatan di pilih untuk mencapai tujuan tersebut (Potter. 2005) dalam menetapkan perencanaan seorang pereawat perlu berkolaborasi dengan berbagai pihak yakni klien, keluarga, serta petugas medis lain seperti dokter, ahli farmasi dan nutrisionist.B. Tahap-Tahap Merencanakan Asuhan Keperawatan1. Menetapkan prioritasPenetapan prioritas sangat di butuhkan karena hal ini dapat mengidentifikasi urutan intervensi keperawatan ketika klien mempunyai masalah dalam menetapkan prioritas tidak hanya memperhatikan aspek fisiologis tapi juga aspek keinginan, kebutuhan, dan keselamatan klien.Prioritas di klasifikasikan menjadi tiga yakni tinggi, menengah dan rendah1) Prioritas tinggiPrioritas yang berdasarkan diagnosa keperawatan dapat mengakibstksn ancaman bagi klien atau orang lain bila tidak segera di tangani.2) Prioritas menengahPrioritas ini mencakup kebutuhan klien non emergency tidak mengancam kehidupan.3) Prioritas rendahMencakup kebutuhan yang tidak secara langsung berhubungan dengan suatu penyakit spesifik2. Menetapkan tujuan asuhan keperawatanTujuan asuhan keperawatan adalah sasaran rang ingin di capai dalam pemberian intervensi terhadap dua tipe tujuan dan harus di capai yakni jangka pendek (diarahkan rencana keperawatan mendesak) dan harus di capai dalam waktu yang relative singkat. Tipe lain adalah tujuan jangka panang yang di capai dalam waktu yang relative lebih lama. Biasanya tujuan jangka panjang berfokus pada pencegahan, pemulangan, rehabilitasi dan pendidikan kesehatan. Dalam menentukan tujuan dan beberapa kriteria yakni sebagai berikut :

1. Berfokus kepada klien. Pernyataan tujuan harus merupakan perilaku klien yang menunjukkan berkurangnya masalah klien. Masalah tersebut telah diidentifikasikan dalam diagnosis keperawatan2. Jelas dan singkat3. Dapat diukur dan diobservasi4. Waktu relatif dibatasi (jangka pendek, menengah dan panjang)5. Realistik untuk kemampuan/kondisi klien dalam waktu seperti yang ditetapkan6. Realistik untuk tingkat pengalaman dan ketrampilan perawat7. Ditentukan bersama oleh perawat dan klien8. Tujuan harus sejalan dan menyokong terapi lainTujuan Umum1. Sebagai alat komunikasi antara sesama anggota perawatan dan antar tim kesehatan lainnya2. Untuk meningkatkan kesinambungan asuhan keperawatan terhadap klien3. Mendokumentasikan proses dan kriteria hasil asuhan keperawatan yang akan dicapai.Tujuan administratif1. Mengidentifikasi fokus keperawatan kepada klien atau kelompok2. Membedakan tanggung jawab perawat dengan profesi kesehatan lainnya3. Menyediakan suatu kriteria guna pengulangan dan evaluasi keperawatan4. Menyediakan kriteria klasifikasi klienTujuan klinik1. Menyediakan suatu pedoman dalam penulisan2. Mengomunikasikan dengan staf perawat, apa yang diajarkan, apa yang diobservasi dan apa yang dilaksanakan3. Menyediakan kriteria hasil (outcomes) sebagai pengulangan dan evaluasi keperawatan4. Rencana tindakan yang spesifik secara langsung bagi individu, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya untuk melaksanakan tindakanPetunjuk Umum dalam Menulis Tujuan1. Tulislah tujuan dalam istilah yang dapat diukur. Hindari kata-kata : baik, normal, cukup dan perbaikan.2. Tulislah tujuan dalam istilah `yang dapat dicapai oleh klien`, bukan tindakan keperawatan3. Tulis tujuan sesingkat mungkin4. Buat tujuan yang spesifik5. Setiap tujuan berdasarkan dari satu diagnosis keperawatan6. Rencanakan batas waktu untuk pencapaian setiap tujuan. Tulis tanggal tujuan dan tanggal evaluasi.Secara umum : SMART : Specific, Measurable, Achievable, Reality and Time (singkat, jelas, dapat dimengerti, spesifik, dapat diukur, dapat dinilai, realistis, berdasarkan diagnosis keperawatan dan kriteria waktu tertentu).

3. Menetapkan kriteria hasil asuhan keperawatan1. Merupakan model atau standar yang digunakan untu membuat keputusan2. Dinyatakan sebagai hasil, misalnya merupakan perubahan status kesehatan3. Menentukan apakah tujuan dapat dicapai4. Menentukan kriteria keberhasilan yang ditentukan, yang mencakup perubahan perilaku, apa yang dilakukan oleh klien dan bagaimana kemampuan klien sebelum mencapai tujuanManifestasi terhadap respon manusia : KAPP (Kognitif, Afektif, Psikomotor, dan Perubahan fungsi tubuh)1) Kognitif : pengetahuan; berdasarkan pengulangan informasi yang telah diajarkan kepada klien.2) Affektif : mengetahui bagaimana respon klien dan keluarga terhadap stress yang dihadapi (status emosional)3) Psikomotor : mengidentifikasi apa yang seharusnya bisa dilaksanakan oleh klien sebagai hasil dari rencana pengajaran4) Perubahan fungsi tubuh : sejumlah manifestasi yang dapat diobservasiCiri-ciri keberhasilan1. Berhubungan dengan tujuan2. Bersifat khusus dan konkrit3. Hasilnya dapat dilihat, didengar, diraba dan diukur oleh orang lain4. Dinyatakan dengan istilah yang positif.

4. Menetapkan intervensiSetelah menerapkan prioritas dan tujuan asuhan keperawatan maka seorang perawat menetapkan intervensi keperawatan yang akan di berikan kepada klien.

5. Menuliskan dan mendokumentasikan perencanaan asuhan keperawatanMendokumentasikan perlu di lakukan sebagai bukti dan juga dapat di gunakan sebagai acuan terhadap proses selanjutnya atau perencanaan asuhan keperawatan lain di kemudian hari.Kriteria dalam penulisan perencanaan, yakni sebagai berikut.1) Memekai tenaga kerja yang tepat2) Dapat memodifikasikan3) Bersifat spesifika. Siapa yang akan akan melakukanb. Apa yang akan di lakukanc. Dimmana dilakukand. Kapan dilakukane. Bagaimana melakukan

C. Manfaat membuat perencanaan asuhan keperawatanTujuan dan dalam pembuatan perencanaan agar setiap implementasi asuhan keperawatan dapat dilakukan langkah yang tepat dan efisien.1. Sebagai penghubung kebutuhan klien2. Untuk menjelaskan intervensi keperawatan yang harus dilaksanakan3. Untuk meningkatkan praktik keperawatan, sehingga mendapatkan pengertian yang lebih jelas tentang prinsip proses keperawatan4. Menjadi dasar pendekatan yang sistematis terhadap asuhan keperawatanImplementationImplementasi merupakan suatu tindakan keperawatan yang dilakukan langsung kepada klien, keluarga dan komunitas berdasarkan rencana tindakan yang dibuat. Merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan pada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan klien.Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan, penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi kopingEvaluationevaluasi berlangsung terus menerus sepanjang pelaksanaan proses keperawatan (Alfaro-LeFevre, 1998). Tahap evaluasi merupakan perbandingan yang sistematik dan terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Evaluasi dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam menilai tindakan keperawatan yang telah ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan.

Menurut Craven dan Hirnle (2000)evaluasi didefenisikan sebagai keputusan dari efektifitas asuhan keperawatan antara dasar tujuan keperawatan klien yang telah ditetapkan dengan respon prilaku klien yang tampil.Tujuan dari evaluasi antara lain:1)Untuk menentukan perkembangan kesehatan klien.2)Untuk menilai efektifitas, efisiensi, dan produktifitas dari tindakan keperawatan yang telah diberikan.3)Untuk menilai pelaksanaan asuhan keperawatan.4)Mendapatkan umpan balik.5)Sebagai tanggungjawab dan tanggunggugat dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan.Perawat menggunakan berbagai kemampuan dalam memutuskan efektif atau tidaknya pelayanan keperawatan yang diberikan. Untuk memutuskan hal tersebut dalam melakukan evaluasi seorang perawat harus mempunyai pengetahuan tentang standar pelayanan, respon klien yang normal, dan konsep model teori keperawatan.Dalam melakukan proses evaluasi, ada beberapa kegiatan yang harus diikuti oleh perawat, antara lain: 1) Mengkaji ulang tujuan klien dan kriteria hasil yang telah ditetapkan. 2) Mengumpulkan data yang berhubungan dengan hasil yang diharapkan. 3) Mengukur pencapaian tujuan. 4) Mencatat keputusan atau hasil pengukuran pencapaian tujuan. 5) Melakukan revisi atau modifikasi terhadap rencana keperawatan bila perlu.Menurut Ziegler, Voughan Wrobel, & Erlen (1986, dalam Craven & Hirnle, 2000), evaluasi terbagi menjadi tiga jenis, yaitu:1.Evaluasi struktur.Evaluasi struktur difokuskan pada kelengkapan tata cara atau keadaan sekeliling tempat pelayanan keperawatan diberikan. Aspek lingkungan secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi dalam pemberian pelayanan. Persediaan perlengkapan, fasilitas fisik, ratio perawat-klien, dukungan administrasi, pemeliharaan dan pengembangan kompetensi staf keperawatan dalam area yang diinginkan.2.Evaluasi proses.Evaluasi proses berfokus pada penampilan kerja perawat dan apakah perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan merasa cocok, tanpa tekanan, dan sesuai wewenang. Area yang menjadi perhatian pada evaluasi proses mencakup jenis informasi yang didapat pada saat wawancara dan pemeriksaan fisik, validasi dari perumusan diagnosa keperawatan, dan kemampuan tehnikal perawat.3.Evaluasi hasil.Evaluasi hasil berfokus pada respons dan fungsi klien. Respons prilaku klien merupakan pengaruh dari intervensi keperawatan dan akan terlihat pada pencapaian tujuan dan kriteria hasil.Adapun ukuran pencapaian tujuan pada tahap evaluasi meliputi:1) Masalah teratasi; jika klien menunjukkan perubahan sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan.2) Masalah sebagian teratasi;jika klien menunjukkan perubahan sebahagian dari kriteria hasil yang telah ditetapkan.3) Masalah tidak teratasi; jika klien tidak menunjukkan perubahan dan kemajuan sama sekali yang sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan dan atau bahkan timbul masalah/ diagnosa keperawatan baru.Untuk penentuan masalah teratasi, teratasi sebahagian, atau tidak teratasi adalah dengan cara membandingkan antara SOAP dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan. Subjective adalah informasi berupa ungkapan yang didapat dari klien setelah tindakan diberikan. Objective adalah informasi yang didapat berupa hasil pengamatan, penilaian, pengukuran yang dilakukan oleh perawat setelah tindakan dilakukan. Analisis adalah membandingkan antara informasi subjective dan objective dengan tujuan dan kriteria hasil, kemudian diambil kesimpulan bahwa masalah teratasi, teratasi sebahagian, atau tidak teratasi. Planning adalah rencana keperawatan lanjutan yang akan dilakukan berdasarkan hasil analisa.DokumentasiDokumentasi keperawatan adalah suatu catatan yang dapat dibuktikan atau dijadikan bukti dari segala macam tuntutan, yang berisi data lengkap, nyata dan tercatat bukan hanya tentang tingkat kesakitan dari pasien, tetapi juga jenis / tipe, kualitas dan kuantitas pelayanan kesehatan dalam memenuhi kebutuhan pasien.(Fisbach 1991)1.Tujuan Dokumentasi Keperawatan(Potter 1989)Tujuan dokumentasi keperawatan sebagaiAlat komunikasi anggota timBiling keuanganBahan pendidikanSumber data dalam menyusun NCPAudit keperawatanDokumen yang legalInformasi statistikBahan penelitian2.Prinsip-prinsip dokumentasi Keperawatan( Carpenito 1991)Aspek-aspek keakuratan data, brevity (ringkas) dan legibility (mudah dibaca).Hal yang pokok dalam prinsip-prinsip dokumentasi adalah :a)Dokumentasi harus dilakukan segera setelah pengkajian pertama dilakukan, demikian juga pada setiap langkah kegiatan keperawatan.b)Bila memungkinkan, catat setiap respon pasien / keluarganya tentang informasi / data yang penting tentang keadaannya.c) Pastikan kebenaran setiap data data yang akan dicatat.d)Data pasien harus objektif dan bukan merupakan penafsiran perawat, dalam hal ini perawat mencatat apa yang dilihat dari respon pasien pada saat merawat pasien mulai dari pengkajian sampai evaluasi.e)Dokumentasikan dengan baik apabila terjadi hal-hal sebagai berikut : adanya perubahan kondisi atau munculnya masalah baru, respon pasien terhadap bimbingan perawat.f)Harus dihindari dokumentais yang baku sebab sifat individu /Pasien adalah unik dan setiap pasien mempunyai masalah yang berbeda.g)Hindari penggunaan istilah penulisan yang tidak jelas dari setiap catatan yang dicatat, harus disepakati atas kebijaksanaan institut setempat.h)Data harus ditulis secara syah dengan menggunakan tinta dan jangan menggunakan pinsil agar tidak mudah dihapus.i)Untuk merubah atau menutupi kesalahan apabila terjadi salah tulis, coret dan diganti dengan yang benar kemudian ditanda tangani.j)Untuk setiap kegiatan dokumentasi, cantumkan waktu tanda tangan dan nama jelas penulis.k)Wajib membaca setiap tulisan dari anggota lain kesehatan yang lain sebelum menulis data terakhir.l)Dokumentasi harus dibuat dengan tepat, jelas dan lengkap

Dokumentasi merupakan kegiatan pencatatan pelaksanaan asuhan keperawatan dan evaluasi terhadap hasil asuhan yang didapatkan Format implementasi dan evaluasi dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP (subyektif, obyektif, analysis dan planning)Format dokumentasi :ImplementasiEvaluasi

Data : data yang diperoleh perawat ketika berinteraksi dengan klien Diagnosa : berdasarkan data yang diperoleh Tindakan : tindakan yang dilakukan perawat pada saat berinteraksi dengan pasien RTL : rencana tindakan yang akan dilakukan perawat pada pertemuan selanjutnya

S : respon subyektif yang dirasakan oleh klien setelah dilakukan tindakanO : respon obyektif yang di rasakan oleh klien setelah dilakukan tindakanA : analisa terhadap diagnosaP : rencana tindakan keperawatan untuk pasien (PR

2.2 Komunikasi Terapeutik2.2.1 Pengertian Komunikasi TerapeutikKomunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien.Teknikkomunikasi terapeutik merupakan cara untuk membina hubungan yang terapeutik dimana terjadi penyampaian informasi dan pertukaran perasaan dan pikiran dengan maksud untuk mempengaruhi orang lain.northouse (1998) : kemampuan/keterampilan perawat untuk membantu klien beradaptasi terhadap stres, mengatasi gangguan psikologis dan belajar bagaimana berhubungan dengan orang lainstuart g.w. (1998) : hubungan interpersonal antara perawat dan klien, dalam hubungan ini keduanya memperoleh pengalaman belajar dalam memperbaiki emosional klien

2.2.2 Tujuan Komunikasi TerapeutikAdapun tujuan komunikasi terapeutik adalah:1. Membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran serta dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila pasien percaya pada hal yang diperlukan seperti mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektif dan mempertahankan kekuatan egonya;2. Mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan dirinya sendiri.Fungsi komunikasi terapeutik adalah untuk mendorong dan mengajarkan kerja sama antara perawat dan pasien melalui hubungan perawat dan pasien. Perawat berusaha mengungkap perasaan, mengidentifikasi dan mengkaji masalah serta mengevaluasi tindakan yang dilakukan dalam perawatan.1) REALISASI DIRI, PENERIMAAN DIRI DAN PENINGKATAN PENGHORMATAN DIRI2) KEMAMPUAN MEMBINA HUBUNGAN INTERPERSONAL YANG TIDAK SUPERFICIAL DAN SALING BERGANTUNG DENGAN ORANG LAIN3) PENINGKATAN FUNGSI DAN KEMAMPUAN UNTUK MEMUASKAN KEBUTUHAN SERTA MENCAPAI TUJUAN YANG REALISTIS

2.2.3 Level Komunikasi Komunikasi intra-pribadi (Intrapersonal Communication)komunikasi yang terjadi dalam diri seseorang, berupa pengolahan informasi melalui pancaindra dan sistem syaraf.Contoh : berpikir, merenung, menggambar, menulis sesuatu, dll.Komunikasi antar-pribadi (Interpersonal Comunication)komunikasi yang dilakukan secara langsung antara seseorang dengan orang lainnya, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal maupun non verbal.Contoh : percakapan tatap muka, korespondensi, percakapan melalui telepon, dsbnya.Komunikasi dalam kelompok (Group)komunikasi yang berlangsung di antara suatu kelompok. Pada tingkatan ini, setiap individu yang terlibat masing-masing berkomunikasi sesuai dengan peran dan kedudukannya dalam kelompok. Pesan atau informasi yang disampaikan juga menyangkut kepentingan seluruh anggota kelompok, bukan bersifat pribadi.Contoh : ngobrol-ngobrol antara ayah, ibu, dan anak dalam keluarga, diskusi guru dan murid di kelas tentang topik bahasan, dsbnya.Komunikasi antar-kelompok/asosiasi (Association)Komunikasi yang berlangsung antara suatu kelompok dengan kelompok lainnya. Jumlah pelaku yang terlibat boleh jadi hanya dua atau beberapa orang, tetapi masing-masing membawa peran dan kedudukannya sebagai wakil dari kelompok/asosiasinya masing-masing.Komunikasi Organisasi (Organizational)Komunikasi organisasi mencakup kegiatan komunikasi dalam suatu organisasi dan komunikasi antar organisasi.Bedanya dengan komunikasi kelompok adalah bahwa sifat organisasi organisasi lebih formal dan lebih mengutamakan prinsip-prinsip efisiensi dalam melakukan kegiatan komunikasinya. Contoh : Organisasi KemasyarakatanKomunikasiPublik/Sosial (Public/Social Communication)Komunikasi publik adalah komunikasi antara seorang pembicara dengan sejumlah besar orang (khalayak). Yang tidak bisa dikenali satu persatu. Komunikasi demikian sering juga disebut pidato, ceramah atau kuliah (umum). Sedangkan Komunikasi sosial adalah suatu kegitan komunikasi yang lebih diarahkan kepada pencapaian suatu situasai integrasi sosial. Komunikasi sosial adalah sekaligus suatu proses sosialisasi. Melalui komunikasi sosial dicapailah suatu stabilitas sosial, tertib sosial, penerusan nilai-nilai lama dan baru yang diagungkan oleh masyarakat. Melalui komunikasi sosial kesadaran bermasyarakat dipupuk, dibina, diperluas.Komunikasi Massa (Mass Communication)Komunikasi dengan masyarakat secara luas (komunikasi Massa) Pada tingkatan ini kegiatan komunikasi ditujukan kepada masyarakat luas. Bentuk kegiatan komunikasinya dapat dilakukan melalui dua cara :Komunikasi massa Yaitu komunikasi melalui media massa seperti radio, surat kabar, TV, dsbnya.Langsung atau tanpa melalui media massa. Misalnya ceramah, atau pidato di lapangan terbuka. Sasarannya kelompok orang dalam jumlah yang besar, umumnya tidak dikenal.Komunikasi internasional (International Communication)Komunikasi internasional sebagai sebuah bidang kajian memfokuskan perhatian pada keseluruhan proses melalui mana data dan informasi mengalir melalui batas-batas negara. Subyek yang ditelaah bukanlah sekedar arus itu sendiri, melainkan juga struktur arus yang terbentuk, aktor-aktor yang terlibat di dalamnya, sarana yang digunakan, efek yang ditimbulkan, serta motivasi yang mendasarinya. Pendekatan yang digunakan bersifat makro, dengan aktor-aktor non-individual sebagai unit analisa, dan dekat dengan wilayah disiplin ilmu hubungan internasional atau ekonomi politik internasional.Dalam perkembangannya, terdapat empat pendekatan dominan dalam disiplin komunikasi internasional: idealistic-humanistic, political proselytization, informasi sebagai kekuatan ekonomi, serta informasi sebagai kekuatan politik. Masing-masing pendekatan memiliki kekuatan dan kelebihannya sendiri-sendiri, sehingga mata kuliah ini tak akan menggunakan hanya salah satu pendekatan tersebut.Dilihat dari pelakunya, komunikasi internasional dapat dipandang sebagai terbagi antara official transaction, yakni kegiatan komunikasi yang dijalankan pemerintah, dan unofficial transaction (atau disebut juga interaksi transnational), yakni kegiatan komunikasi yang melibatkan pihak non-pemerintah. Untuk jangka waktu yang lama, transaksi formal antarpemerintah dianggap paling menentukan. Namun semakin banyak ditunjukkan bahwa tidak saja transaksi transnasional lebih intensif dilakukan, namun dampaknya pun bisa lebih menentukan.Contoh : diplomasi dan propaganda; ataupun langkah yang berdampak tidak langsung, seperti mempromosikan pendidikan internasional.2.2.4 Komponen Esensial Komunikasi Terapeutik Kerahasiaan : menghormati hak klien untuk menjaga rahasia tentang kesehatan fisik dan jiwanya serta perawatan yang terkait. Keterbukaan diri : membuka informasi pribadi tentang diri sendiri kepada klien misalnya informasi biografi dan ide, pikiran, serta perasaan pribadi. Privacy & Menghormati batasan : privasi adalah sesuatu yang diinginkan tetapi tidak selalu memungkinkan dalam komunikasi terapeutik, misalnya : berbicara pelan, tirai pembatas kamar. proxemics adalah ilmu yang mempelajari tentang zona jarak antar individu ketika mereka berkomunikasi satu sama lain. Terbagi menjadi 4 zona yaitu zona intim, zona personal, zona sosial, dan zona publik. Sentuhan : terdapat 5 tipe sentuhan Sentuhan fungsional-profesional : digunakan dalam pemeriksaan atau prosedur, contohnya saat mengkaji turgor kulit dan massase Sentuhan sosial-sopan : Digunakan dalam memberi salam misalnya berjabat tangan, memberi salam perkenalan. Sentuhan persahabatan-kehangatan : Dilakukan dengan memeluk saat bersalaman, melingkarkan lengan ke bahu teman baik. Sentuhan cinta-keintiman : Dilakukan dengan pelukan yang kuat dan ciuman antara kekasih atau kerabat dekat. Sentuhan seksual-gairah : Digunakan oleh para kekasih.Walaupun sentuhan memberikan rasa nyaman dan terapeutik, sentuhan merupakan suatu invasi zona intim dan zona personal. Beberapa klien dengan gangguan jiwa mengalami kesulitan dalam memahami konsep batasan personal atau sentuhan. Mendengar aktif & Observasi aktif : mendengar aktif berarti menghentikan aktifitas pikiran internal lain dan secara eksklusif berkonsentrasi pada apa yang klien katakan. Observasi aktif adalah mengobservasi tindakan nonverbal pembicara ketika ia berkomunikasi.2.2.5 Prinsip-prinsip komunikasi terapeutikPrinsip-prinsip komunikasi terapeutik adalah:1. Klien harus merupakan fokus utama dari interaksi2. Tingkah laku profesional mengatur hubungan terapeutik3. Membuka diri dapat digunakan hanya pada saat membuka diri mempunyai tujuan terapeutik4. Hubungan sosial dengan klien harus dihindari5. Kerahasiaan klien harus dijaga6. Kompetensi intelektual harus dikaji untuk menentukan pemahaman7. Implementasi intervensi berdasarkan teori8. Memelihara interaksi yang tidak menilai, dan hindari membuat penilaian tentang tingkah laku klien dan memberinasihat9. Beri petunjuk klien untuk menginterprestasikan kembali pengalamannya secara rasional10. Telusuri interaksi verbal klien melalui statemen klarifikasi dan hindari perubahan subyek/topik jika perubahan isi topik tidak merupakan sesuatu yang sangat menarik klien.

2.2.6 TEKNIK KOMUNIKASI TERAPEUTIKTeknikDefinisiContohNilai TerapeutikAncaman Non Terapeutik

Listening

Proses aktif dari penerimaan informasi dan penelaahan reaksi seseorang terhadap pesan yang diterimaMempertahankan kontak mata dan komunikasi nonverbal

Secara nonverbal mengkomunikasikan kepada klien tentang minat dan penerimaan perawat

Gagal mendengarkan

Exploration

Memberikan dorongan pada klien untuk memilih topik yang akan dibicarakanApa yang sedang anda pikirkan?

Menunjukkan penerimaan oleh perawat dan nilai inisiatif klien

Dominasi interaksi oleh perawat, penolakan terhadap respon

Restating

Clarification

Reflection

Focusing

Sharing perception

Thema identification

Silence

HumorInforming

Reinforcement

2.2.7 Tahapan Komunikasi Terapeutik2.2.8 Penggunaan Diri Secara Terapeutik2.2.9 Contextual factors influencing communication

Hambatan Komunikasi Terapeutik2.2.10 Proses Komunikasi Profesional dalam Keperawatan2.2.11 Perbedaan Hubungan Sosial dan Hubungan Terapuetik2.2.12 Strategies to manage an effective team CommunicationThree keys of good communication_ A desire to communicate_ Openness to suspend judgment_ Sensitivity to protect patients dignity

BAB IIISIMPULAN

Sebagai makhluk sosial, komunikasi adalah sebuah kebutuhan dasar (mental) yang tidak boleh diabaikan dan dilakukan dengan asal-asalan. Terdapat beberapa prinsip dan komponen yang membuat komunikasi menjadi lancar dan terdapat pula faktor-faktor yang membuat komunikasi menjadi terhambat, salah satunya adalah penggunaan bahasa.Latar belakang budaya di Indonesia yang sangat beragam seringkali membuat perawat bingung dalam menghadapi pasien yang berbeda latar belakang budaya padahal perawat harus mampu memahami pasien untuk melaksanakan komunikasi terapeutik dalam melakukan asuhan keperawatan. Kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional berperan penting untuk membantu kelancaran komunikasi terapeutik tersebut.Komunikasi dalam praktek keperawatan merupakan unsur utama dalam melakukan asuhan keperawatan untuk mencapai hasil yang optimal. Sebagai perawat yang nantinya akan selalu berhubungan dengan pasien, komunikasi adalah hal yang sangat penting untuk memberikan citra baik terhadap pelayanan kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA

Hamid, A.Y.S (1996). Komunikasi Terapeutik. Jakarta: tidak dipublikasikanHamid, Abdul, dkk. 2010. Bahasa Indonesia. Bandung: UPT Bidang Studi Universitas Padjadjaranhttp://www.google.com/search?ie=UTF-8&oe=UTF-8&sourceid=navclient&gfns=1&q=komunikasi+terapeutik#hl=id&q=komunikasi+perawat&revid=1562030535&sa=X&ei=6ncJTdvxC423rAe5nazVDg&ved=0CF4Q1QIoAA&fp=5a02b05885d533f3 (diakses 4 Desember 2010)