paper neuro prita

Upload: naquib-d-akmal

Post on 17-Oct-2015

782 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

DROP FOOT

1. Definisi Drop FootDrop foot merupakan istilah yang sederhana untuk suatu masalah yang kompleks. Drop foot dapat dihubungkan dengan berbagai keadaan seperti cedera dorsiflexor, cedera saraf perifer, stroke, neuropati, keracunan obat dan diabetes.1 Penyebab dari drop foot dapat dibagi menjadi 3 kategori umum yaitu : neurologi, otot dan anatomi. Penyebab ini dapat saling tumpang tindih. Drop foot dapat didefinisikan sebagai kelemahan yang signifikan pada pergelangan kaki dan dorsofleksi dari ibu jari kaki. Kaki dan ankle dorsoflexors meliputi tibialis anterior, extensor hallucis longus dan extensor digitorum longus.1 Otot-otot ini membantu tubuh untuk mengontrol plantar fleksi dari kaki. Kelemahan pada kelompok otot ini menyebabkan deformitas equinovarus. Hal ini terkadang menyebabkan gangguan pada gaya jalan, karena pasien cenderung untuk berjalan dengan exaggerated fleksi dari pinggul dan lutut untuk mencegah ibu jari.1,2

Gambar 1. Penampakan klinis Drop Foot1Drop foot dan foot drop merupakan istilah yang bisa saling menggantikan, istilah ini digunakan untuk menjelaskan keabnormalan neuromuscular yang mengenai kemampuan pasien untuk menggerakkan kaki dan ankle. Drop foot dikarakteristikkan dengan ketidakmampuan untuk kaki melakukan dorsofleksi atau memindahkan kaki pada bagian ankle de dalam atau keluar. Hal ini menyebabkan dipengaruhinya gaya berjalan yang normal.12. Epidemiologi Drop FootPeroneal neuropati disebabkan oleh penekanan pada fibular head atau neuropati compresiv yang paling sering terjadi di ekstremitas bawah. Drop foot merupakan gejala yang paling sering ditemui. Semua kelompok usia memiliki peluang yang sama untuk terkena., tapi biasanya lebih sering terjadi pada wanita (rasio wanita : pria = 2,8 : 1). Sembilan puluh persen dari lesi peroneal Drop foot menjadi perhatian dari ahli ortopedi sebagai kelumpuhan saraf peroneal yang biasanya terjadi setelah total knee arthroplasty atau proximal tibial osteotomy. Iskemia, iritasi mekanis, traksi, crush injury, dan laserasi dapat menyebabkan cedera intraoperatif pada saraf peroneal. 13. Etiologi Drop FootDrop foot dapat terjadi karena cedera langsung pada dorsiflexor. Pada beberapa kasus ruptur pada tendon tibialis anterior menyebabkan drop foot dan kecuriganan lumpuh pada saraf peroneal dilaporkan. Ruptur pada tendon subkutaneus juga terjadi setelah trauma minor pada kaki.3Compartment syndrome juga dapat menyebabkan foot drop. Kejadian ini merupakan kejadian emergency, dan tidak hanya berhubungan dengan fraktur dan trauma akut. 3,4Foot drop juga dapat disebabkan karena kombinasi dari disfungsi neurologi, otot dan anatomi.1,,3 4. Patofosiologi Drop FootPenyebab neurologi dari foot drop meliputi mononeuropati nervus peroneus yang sering disebabkan oleh trauma yang terjadi pada kaput fibula. Keluhan yang terjadi berups drop foot (parsial atau komplit), parestesia pada bagian lateral tungkai bawah atau kedua gejala motoris dan sensoris tersebut. 1 Gambar 2. Nervus peroneal dan distribusi kutaneusnya2Nervus peroneus berasal dari akar saraf spinal L5-S1, yang kemudian membentuk n. iskiadikus. Di dalam perjalanannya menuju fosa popliteas, nervus iskiadikus (serabut peroneal) member cabang untuk m. biseps fomoris kaput brevis, satu-satunya otot yang berasal dari serabut peroneal di atas level kaput fibula.4 Setinggi fosa poplitea n. iskiadikus membagi diri menjadi n. tibialis posterior dan n. peroneus komunis. N. peroneus komunis kemudian berjalan ke sisi lateral tungkai bawah, dan ketika mencapai sisi dorsal kaput fibula member cabang n. peroneus superfisialis untuk m. peroneus longus dan brevis dan peroneus profundus untuk m. tibialis anterior, m. ekstensor digitorum brevis dan ekstensor halusis longus. Ujung akhir n. peroneus profundus akan memberikan persarafan sensoris pada sela jari I-II.(Petunjuk praktis elektrodiagnostik, Herjanto poernomo, Bagian ilmu penyakit saraf Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga/RSU dr. Soetomo Surabaya)Patofisiologi dari kerusakan saraf yang sering menyebabkakn foot drop adalah sebagai berikut :1,2 Integritas fungsional dari axon tergantung pada pasokan zat tropic yang disintesis di perikaryon neuronal yang diangkut menuruni akson dan dikenal sebagai aliran axoplasmik. Laserasi dapat menghentikan aliran ini. Crush injury juga dapat mengehntikan aliran ini. Double crush terjadi ketika adanya injuri di proksimal dari nerve root sehingga akan menghambat aliran axoplasmik, sehingga axon rentan mengalami kerusakan. lesi distal pada axon tersebut dianggap bertanggung jawab atas peningkatan risiko drop foot, biasanya terjadi pada cedera pinggul pada pasien dengan riwayat stenosis tulang belakang sebelumnya. 5. Diagnosis Drop FootDiagnosis yang tepat drop foot sangat dipengaruhi oleh kecermatan dan perhatian ahli saraf yang berpengalaman. Penegakan diagnosis drop foot harus mencakup hal hal seperti riwayat medis yang lengkap, pemeriksaan klinis yang komprehensif termasuk uji neurologis, pengujian listrik dan studi pencitraan, seperti sinar X atau MRI (Magnetic Resonance Imaging.1,2 Pemeriksaan dan Pengkajian yang komprehensif tersebut, dibutuhkan untuk mendiagnosis penyebab atau etiologi dari terjadinya drop foot. Diagnosis drop foot yang tepat akan sangat berengaruh terhadap rencana perawatan dan pilihan terapi pembedahan.4Hal hal yang perlu diperhatikan dalam penegakan diagnosis drop foot adalah permeriksaan:15. 1 Studi LaboratoriumPenegakan diagnosis drop foot dengan menggunakan studi laboratorium sampai saat ini belum menunjukan hasil yang bermakna. Penurunan kaki unilateral spontan secara tiba tiba dengan keadaan awal yang sehat, memerlukan investigasi lebih lanjut kedalam penyebab seperti penyebab metabolik, termasuk diabetes, penyalahgunaan alkohol, dan paparan racun.Tes tes laboratorium yang sering digunakan adalah sebagai berikut. Gula darah puasa Hemoglobin A1C Tingkat sedimentasi eritrosit C reaktif protein Elektroforesis protein serum atau immunoelectro osmophoresis BUN Kreatinin Tingkat Vitamin B-125.2 Studi PencitraanStudi pencitraan dalam penegakan drop foot, pencitraan yang dapat dilakukan adalah plain foto polos, ultrasonografi, magnetic renonance neurography. Adapun penjelasnya adalah sebagai berikut.a) Plain Foto PolosPlain foto polos pada drop foot dilakukan dengan indikasi yakni, pasca trauma dan non trauma. Plain foto pasca trauma dilakukan dengan plain foto tibia dan fibula serta pergelangan kaki untuk melihat cedera tulang. Plain foto polos non trauma dilakukan dengan indikasi kecurigaan adanya disfungsi anatomi misalnya charot. Plain foto yang dilakukan dalam kasus disfungsi anatomi adalah plain foto polos kaki dan pergelangan kaki, dimana dari hasilnya nanti dapat memberikan informasi yang berguna. Selain itu plain foto polos tulang belakang juga diperlukan untuk menilai jarak intravertebralis dan pedicle untuk mengindikasikan adanya lesi pada saraf yang disebabkan oleh proses metastase.b) UltrasonografiUltrasonografi dilakukan dalam kasus drop foot dengan kecurigaan terjadi pendarahan pada pasien dengan pinggul atau lutut prosthesis.

c) Magnetic Resonance ImangingMagnetic Resonance Imanging (MRI) dilakukan dengan indikasi kecurigaan terhadap tumor atau massa tekan ke saraf peroneal, dimana dilakukan dengan sistem standar 1,5 Tesla MRI. Magnetic Resonance Imanging digunakan untuk menghasilkan gambar dengan resolusi tinggi dari saraf perifer, serta intraneural dan ekstraneural terkait lesi yang terjadi.Magnetic Resonance Imanging memnungkinkan akusisi cepat gambar anatomi lebih rinci, bidang pandang yang lebih kecl, resolusi yanglebiih tinggi, dan dengan bagian potongan yang lebih tipis. Keunggulan pada MRI ini dapat memberikan gambar yang mampu menunjukan organisasi fasciculus saraf perifer normal, sehingga membuat saraf lebih jelas daat dibedakan dari jaringan lain (misalnya, tumor atau pembuluh darah)Selain itu, gambar pada MRI dapat diproses lebih lanjut untuk memungkinkan susunan bagian aksial dan memotong data di bagian lain. Hal ini bermanfaat dalam mengetahui batas longitudinal keterlibatan saraf tersebut. 5.3 ElektromyelogramGangguan metabolisme sering dijadikan diagnosis banding drop foot seperti yang diuraikan sebelumnya. Drop foot biasanya juga di diagnosis banding dengan beberapa keadaan seperti, spastisitas, distonia, penyakit motor neuron, L5 radikulopati, plexopathy lumbosakral, kelumpuhan saraf siatik, tekan peroneal neuropati, neuropati ferifer dan beberapa miopati. Elektromyelogram (EMG) berguna dalam membedakan diagnosa ini. Pemeriksaan ini dapat mengkonfirmasi jenis neuropati, menetapkan lokasi lesi, memperkirakan luasnya cedera, dan memberikan prognosis. Selain itu EMG juga berguna sebagai studi sekuensial yang bertujuan untuk memantau pemulihan lesi akut. Elektromyelogram (EMG) sangat baik digunakan untuk melokalisasi kepala fibula. Elektromyelogram juga digunakan untuk mengetahui perlambatan atau penurunan amplitudo ekstensor digitorum brevis di daerah kompresi pada lesi myelin. Pada perlambatan akann terlihat demyelinasi segmental dan penurunan amplitudo terlihat dalam blok konduksi.Elektromyelogram (EMG) juga baik digunakan untuk menentukan prognosis dari drop foot. Pada lesi mielin murni ( konduksi blok), pemulihan dapat terjadi setelah tiga minggu sampai satu bulan. Pada lesi aksonal yang berat, pemulihan dapat berlangsung dari enam bulan sampai satu tahun. Pada lesi campuran, pemulihan dapat berlangsung dari tiga minggu sampaisatu tahun.Diagnosis banding drop foot dan gambaran pemeriksaan elektrofisiologi, dan protocol pemeriksaan EMG pada lesi nervus peroneus terlihat pada tabel 01.Tabel 1. Gambaran elektrofisiologi pada drop foot2LesiKHS n. peroneusKelainan EMG jarum

CMAPSNAP*

Neuropati n. peroneus setinggi kaput fibulaBlok-konduksi setinggi kaput fibulaNormal/menurunm. tibialis anteriorm.peroneus

Neuropati n. iskiadikusNormal/menurunNormal/menurunm. tibialis anteriorm.peroneusm. bisep femoris

Radikulopati L5-S1Normal/menurunNormal/menurunm. tibialis anteriorm.peroneusm. bisep femorism. gluteus mediusm. gluteus maksimusm. paraspinal L5-S1

6. Penatalaksanaan Drop FootPenatalaksanaan foot drop meliputi fisioterapi, alat orthotik, terapi medik dengan obat-obatan, stimulasi saraf tepi, dan pembedahan. Modalitas terapi tersebut dapat digunakan sebagai modalitas tunggal atau kombinasi dua atau lebih modalitasa. Penatalaksanaan lini pertama yang biasa dilakukan adalah fisioterapi atau ankle-foot orthosis (AFO)a. Terapi medis meliputi obat-obat oral seperti baclofen, dantrolene, atau tizanidine. Tindakan pembedahan untuk penatalaksanaan drop foot meliputi selective tendon release, selective dorsal rhizotomy, dan intrathecal baclofen pump.1

Gambar 3. Siklus gaya jalan (gait) normal6

Gambar 4. Gaya jalan drop foot6

6.1 Penatalaksanaan di Bidang MedisPenatalaksanaan foot drop diarahkan berdasarkan penyebabnya. Apabila keadaan foot drop tidak dapat diperbaiki dengan pembedahan maka dapat dianjurkan penggunaan ankle-foot orthosis (AFO)b. AFO juga dapat digunakan pada masa penyembuhan neurologis atau penyembuhan setelah operasi. Penggunaan AFO secara spesifik bertujuan untuk memberikan dorsofleksi jari-jari kaki pada saat fase mengayunkan kaki, stabilitas lateral dan medial pada saat fase stasis, dan jika perlu juga dapat membantu stimulasi mendorong ke atas pada saat fase stasis akhir.2 AFO hanya efektif digunakan apabila kaki dapat mencapai posisi plantigrade ketika berdiri. Keberhasilan penggunaan AFO sebagai alat bantu jalan akan berkurang apabila terdapat kontraktur equinus.2AFO yang paling sering digunakan terbuat dari bahan polipropilene dan dimasukkan ke dalam sepatuc. Jika AFO dibuat sedemikian rupa sehingga sesuai dengan bagian kaki di anterior maleoli maka akan menghasilkan suatu imobilisasi yang rigid.3 Penyesuaian seperti ini digunakan apabila terdapat masalah instabilitas atau spastisitas pada pergelangan kaki, misalnya pada pasien dengan lesi upper motor neuron atau stroke.3 AFO yang dibuat sesuai dengan bagian kaki posterior terhadap maleoli (tipe posterior leaf-spring) memungkinkan pergerakan plantar fleksi pada tumit dan gerakan mendorong keatas mengembalikan posisi kaki ke netral untuk fase mengayun berikutnya. Alat ini membantu gerakan dorsifleksi pada drop foot dengan deformitas equinovarus spastic ringan atau flaksid.ada juga orthosis yang dapat langsung digunakan pada bagian tumit sepatu disebut shoe-clasp orthosis.2Peroneal nerve stimulation atau disebut juga Functional Electrical Stimulation (FES) dapat dipertimbangkan pada foot drop yang disebabkan oleh hemiplegia. Tipe stimulasi ini diperkenalkan pertama kali pada tahun 1961.4 Nerve stimulation memberikan efektifitas yang lebih apabila digunakan bersamaan dengan AFO karena nerve stimulation memberikan koreksi gaya jalan (gait) aktif dan dapat disesuaikan dengan masing masing pasien secara individual. Peroneal nerve stimulation dilakukan dengan memberikan stimulasi elektrik durasi pendek pada nervus peronealis diantara fossa poplitea dan kepala fibula. Sebuah saklar yang dipasang di tumit kaki yang menderita kelemahan akan mengontrol aliran stimulasi elektrik.5 Stimulator akan diaktivasi pada saat kaki diangkat dan berhenti pada saat kaki menyentuh lantai. Dengan demikian maka tercapai dorsofleksi dan eversi selama fase mengayun pada gait.5,6Nerve stimulator dapat berupa stimulator eksternal, stimulator internal atau stimulator dengan aktivasi radiofrekuensi.6 Penggunaan stimulasi elektrik pada pasien stroke dengan hemiplegic spastic dilaporkan dapat berguna pada 2% kasus. Metode ini meningkatkan kecepatan dan kualitas berjalan, serta dapat berkontribusi terhadap relearning motorik.6 Drop foot merupakan keadaan kronis yang sering mengakibatkan stres psikis pada penderitanya, oleh karena itu penatalaksanaan foot drop harus memperhatikan kebutuhan psikologis penderitanya.7 Parestesia yang disertai nyeri kronis pada pasien dengan foot drop dapat ditangani dengan blok saraf simpatis atau sinovektomi laparoskopi.7,8 Alternatif lain yang dapat dipertimbangkan adalah amitriptilin, nortriptilin, pregabalin dan gabapentin. Anesthesia lokal seperti capsaisin transdermal atau diclofenac dapat mengurangi nyeri. Penggunaan obat-obat opioid harus diminimalkan walaupun pada keadaan nyeri yang signifikan. Penatalaksanaan foot drop pada pasien-pasien dengan diabetes mellitus harus mengutamakan kontrol glukosa yang optimal dan tambahan suplemen vitamin B1, B6 atau B12 untuk defisiensi vitamin karena dapat membantu mengurangi gejala nyeri kronis.8Tabel 2. Ankle Foot Orthosis vs Functional Electrical Stimulation9Ankle Foot OrthosisFunctional Electrical Stimulation

alat besar dan beratalat kecil dan ringan

harus menggunakan sepatu khusus yang disesuaikan dengan AFOtidak perlu sepatu khusus

mengoreksi gaya jalan secara pasifmelibatkan kontraksi otot secara aktif

tidak dapat merekonstruksi jalur neuronaldapat merekonstruksi jalur neuronal

secara kosmetik dapat mengganggu penampilantidak efektif digunakan pada foot drop karena kerusakan saraf tepi

memfiksasi kaki pada posisi 90 terhadap betiscara jalan lebih terlihat normal

harga lebih murah daripada FESharga lebih mahal

a. Ankle foot orthosisAnkle foot orthosis (AFO) merupakan modalitas terapi yang paling sering digunakan untuk unilateral foot drop. Saat ini AFO tersedia dipasaran dalam berbagai material, plastik, metal serta kulit hewan. AFO yang terbuat dari plastik lebih ringan dari pada metal namun hanya digunakan untuk jangka pendek. Model AFO dari plastik yang dibuat secara custom (yaitu sesuai dengan bentuk kaki individu) dapat dipakai untuk jangka waktu yang lebih lama karena risiko mengiritasi kulit lebih kecil dari pada tipe standar. AFO yang terbuat dari metal dan kulit hewan lebih berat dari pada AFO plastik. Kontak dengan kulit harus minimal dengan menggunakan kaos kaki khusus. AFO metal dan kulit hewan baik dipakai untuk pasien yang sering mengalami edema dan fluktuasi di kaki10.

Gambar 5. AFO berbahan dasar plastik6

Gambar 6. AFO berbahan dasar metal dan kulit6

Gambar 7. AFO berbentuk sepatu6

b. Peroneal nerve stimulation/ Functional Electrical StimulationPeroneal nerve stimulation atau dikenal juga dengan Functional Electrical Stimulation (FES) pertama kali digunakan sebagai terapi foot drop pada tahun 1961. FES memberikan impuls listrik untuk menstimulasi respon saraf yang diperlukan untuk melakukan suatu dorsofleksi. FES dapat diprogram secara khusus menyesuaikan kebutuhan individual. FES memberikan suatu range of movement yang normal kepada kaki dan pergelangan kaki selama fase berjalan. FES telah terbukti berhasil memperbaiki gaya jalan pada pasien-pasien stroke dan multiple sclerosis dengan foot drop. FES dikontraindikasikan pada pasien yang menggunakan pacemaker, pasien dengan epilepsi tidak terkontrol, pasien dengan kehamilan dan luka pada area penggunaan FES8.

Gambar 8. FES eksternal untuk koreksi gaya jalan drop foot9

c. FES untuk koreksi gaya jalan drop footNervus peroneal mudah distimulasi karena karena terletak tepat dibawah kulit dan otot-otot kaki bagian bawah umumnya merespon cukup untuk dapat mengangkat kaki pada titik pergelangan kaki. Daya listrik FES dihasilkan dari alat elektrik kecil bertenaga baterai. Terdapat dua cara mengirimkan daya listrik ke saraf peroneal:10

Gambar 9. Siklus gaya jalan drop foot dengan koreksi FES eksternal7

Surface (eksternal) FESCara ini merupakan cara yang paling sering digunakan. Elektroda diletakkan diatas kulit tepat diatas saraf peroneal. FES harus diletakkan diposisi yang benar setiap kali digunakan untuk menghasilkan gerakan yang tepat. Pasien harus memasang elektroda sendiri secara akurat atau dapat juga pasien dibantu dengan sebuah gelang karet yang dipasangkan dibawah lutut sehingga pasien dapat memasang elekroda pada tempat yang akurat setiap saat. FES akan memberikan sensasi seperti ditusuk jarum saat digunakan namun penggunanya akan segera terbiasa dengan sensasi tersebut. Implanted FESFES tipe implant memerlukan tindakan pembedahan untuk dipasang, dimana elektroda diletakkan tepat pada saraf dan dikontrol dengan implant kecil yang diletakkan dibawah kulit. FES akan mengaktifasi implant melalui antenna nirkabel yang digunakan diluar tubuh. Keuntungan penggunaan implant FES yaitu pasien tidak perlu melepas dan memasang kembali pada posisi yang akurat setiap kali akan dipakai. Implant FES juga dapat mengurangi atau menghilangkan sama sekali sensasi stimulasi elektrik (seperti tertusuk jarum) secara signifikan. Calon pengguna implant FES harus diuji terlebih dahulu dengan eksternal FES apakah stimulasi elektrik menghasilkan perbaikan gaya jalan yang signifikan atau tidak.Untuk dapat meghasilkan gaya jalan yang normal, otot harus distimulasi pada waktu yang tepat selama proses berjalan. Pemicu stimulasi (stimulation trigger) harus diberikan ketika beban berat tubuh diangkat dari kaki sampai saatsetelah berat tubuh kembali dibebankan kepada kaki. Proses ini akan menghasilkan gerakan dorsofleksi pada fase mengayun dan stabilitas pergelangan kaki saat kaki menginjak lantai. Terdapat dua sistem trigger yang umum digunakan. Sistem trigger yang pertama berupa saklar kaki yang sensitif terhadap tekanan, diletakkan pada bagian tumit didalam sepatu. Saklar kaki dan alat FES dapat dihubungkan dengan kaber ataupun dihubungkan secara nirkabel. Sistem kedua adalah dari gerakan kaki pengguna yang dideteksi dengan sensor gerakan. Sensor diletakkan didalam alat FES yang dipasang dengan gelang karet kaki (leg cuff)9.Tabel 3. Laporan perbandingan penggunaan FES dan AFO untuk drop foot berdasarkan pengalaman pengguna dan terapis10:Pengalaman PositifPengalaman Negatif

FES (eksternal) dapat melatih pergelangan kaki, mampu meningkatkan tonus otot/ masa otot kecepatan berjalan lebih cepat, mampu mengangkat kaki lebih tinggi, jarang tersandung gaya jalan yang terlihat lebih normal lebih mudah memilih sepatu mudah dipakai dapat dimatikan apabila sedang tidak digunakan berjalan tidak reliable (susah didapat, tidak tersedia secara luas, mahal) tidak dapat digunakan pada kondisi tertentu, misalnya dekat air, jalan becek, hujan, dll beberapa pengguna mengalami kesulitan dalam memasang alatnya sendiri sulit memanipulasi bagian bagian sambungan reaksi alergi terhadap elektrode

AFO mudah digunakan untuk keperluan sehari-hari menggunakan AFO merupakan suatu rutinitas mudah memakainya reliable sangat berguna untuk kondisi darurat dapat digunakan selama perjalanan udara (tidak menggunakan kabel) lebih mudah dipasang sendiri dapat digunakan dalam kondisi dekat air tidak nyaman, risih, tidak fleksibel susah mendapatkan sepatu yang sesuai dengan orthosis tetap harus dipakai ketika duduk atau sedang tidak berjalan (tidak dibutuhkan)

6.2 Terapi OperatifJika kelemahan yang terjadi disebabkan oleh kompresi saraf peroneal, suatu operasi yang mudah biasanya dilakukan untuk memperbaiki keadaan tersebut. Saraf peroneal berjalan mengelilingi leher dari tulang fibula, persis dibawah lutut. Saraf peroneal kemudian berjalan dibawah otot yang sering memiliki tepi fasia yang erat (peroneus logus). Tempat dimana saraf ini melewati dibawah otot ini, area sempit ini dapat dilepaskan dan tekanan dieleminasi. Sering kali dengan metode operatif ini bisa mengembalikan fungsi kaki.11Selain itu kelemahan ini dapat disebabkan oleh kompresi saraf ditulang belakang yakni lumbar. Metode operatif sering kali dilakukan untuk membuka ruangan dimana saraf tersebut meninggalkan tulang belakang (foramina spinal) dengan mengalihkan diskus yang mengalami herniasi (microdiscectomy), membuka foramen (foraminotomy) atau pada kasus yang lebih kompleks, dilakukan kombinasi dari dua tindakan ini, dimana tulang akan di perbaiki bersama untuk menghilangkan pergerakan yang bermasalah.11,12Suatu saat tindakan ini tidak cukup untuk mengembalikan fungsi kaki. Pada kasus seperti ini, pemindahan saraf kadang dilakukan. Tindakan ini meliputi pengambilan saraf donor yang memiliki fungsi yang kurang bermanfaat ke saraf yang mengalami kerusakan pada kasus drop foot. Metode ini dilakukan untuk mengembalikan fungsi saraf yang rusak agar dapat berfungsi kembali.12Pemindahan saraf untuk memperbaiki drop foot bisa melibatkan cabang dari saraf tibial, yang mana mempersarafi otot yang bertanggung jawab menarik kaki ke atas. Kedua cabang saraf tibia yang menginervasi otot flexor ibu jari atau saraf yang berkontribusi dalam memfleksikan otot paha bisa digunakan sebagai saraf donor.12,13Setelah tindakan ini, pasien dapat mengaktivasi otot donor mereka, yaitu mereka masih bisa menggerakan kaki kebawah, tetapi saat mereka memperoleh fungsi dari saraf yang dipindahkan, mereka juga perlu dilatih untuk menggunakan otot ini untuk menarik kaki keatas. Otak akan mempelajari trik ini dan pasien akan bisa menggangkat kaki keats dengan hanya memikirkan tentang mengangkat kaki keatas. Untuk melatih hal tersebut biasanya di lakukan oleh ahli fisikal.14Proses penyembuhan fungsi dari saraf yang dipindahkan sangatlah lama. Pasien biasanya akan mulai melihat proses penyembuhan dalam tiga hingga enam bulan setelah operasi, tetapi tidak jarang kebanyakan kasus dalam mengembalikan pergerakan memakan waktu yanglebih lama yakni enam sampai 12 bulan.15

DAFTAR PUSTAKA1.Pritchett JW. Foot drop. Available online at www.emedicine.medscape.com/article/123407-treatment last updated 17 May 2013. Diakses pada tanggal 22 Februari 2014 2.Hausdorff JM, Alexander NB. 2005. Gait Disorders Evaluation and Management. Informa3.international comitte of the red cross. 2006. Knee-ankle-foot orthosis physical rehabilitation programme. ICRC Geneva4.different strokes. 2013. Functional electrical stimulation (FES) to aid walking after stroke5.Crisholm A. 2012. Drop foot impairment post stroke: Gait deviation and the immediate effects of ankle-foot orthosis and functional electrical stimulation. 6.Cameron M. 2010. The walkaide fuctional electrical stimulation system- a novel therapeutiv approach for foot drop in central nervous system disorders. Current issues: rehabilitation technology7.Park, Youngmee. drop foot and treatment. ppt8.ford C, Grotz RC, Shamp JK. 1986. The Neurophysiological ankle-foot orthosis. Clinical Prosthetics and Orthotics. 19(1):15-239.horsley, William. 2012. Orthotic Functional Electrical Stimulation for Drop foot of Neurological Origin. NHS: North East Treatment Advisory Group10.Bulley C, Shiels J, Wilkie K, Salisburry L. 2011. users experiences, preferences and choices relating to functional electrical stimulation and ankle foot orthosis for foot drop after stroke. physiotherapy11. NHS.2012.Drop foot (flooply foot). Avaliable at http://www.nhs.uk/conditions/foot-drop/Pages/Introduction.aspx diakses pada 28 Februari 201412. CNIP. 2014. Foot drop. Avaliable at http://nerve.wustl.edu/nd_transfers_foot.php diakses pada 28 februari 2014 13. Anon.2011. Modul Neuromuskular. Avaliable at http://digilib.esaunggul.ac.id/public/UEU-Course-952-MODULNeuro.pdf diakses pada 25 Februari 2014 14. Saanin J. 2012. Kelainan Saraf Tepi (Ilmu Bedah saraf). Ka. SMF Bedah Saraf RSUP Dr. M. Djamil/FK-UNAND Padang. Avaliable at http://www.angelfire.com/nc/neurosurgery/Bawah.html diakses 23 Februari 201415.Park Y. 2013. Drop Foot and Treatments. Avaliable at http://www.mccc.edu/~behrensb/documents/DropFootTreatmentsYPark.pdf diakses pada 1 Maret 20148