pengaruh metode pembelajaran x pada m.pel matematika

Upload: b4rret

Post on 10-Feb-2018

234 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/22/2019 Pengaruh Metode Pembelajaran X Pada m.pel Matematika

    1/74

    Pendidikan Matematika 3 Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2012

    283

    PENGARUH PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN DAN TEKNIK

    MOTIVASI TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMA

    Indra Martha Rusmana

    Program Studi Pendidikan Matematika FTMIPA Unindra PGRI Jakarta

    Jl. Nangka No. 58 C Tanjung Barat, JagakarsaJakarta [email protected]

    Abstrak

    Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui : 1) pengaruh penggunaan metode

    pembelajaran terhadap hasil belajar matematika; 2) pengaruh penggunaan teknik motivasi

    terhadap hasil belajar matematika; 3) pengaruh interaksi penggunaan metode pembelajarandan teknik motivasi terhadap hasil belajar matematika. Penelitian ini menggunakan metode

    kuasi eksperimen dengan mengambil responden sebanyak 120 responden. Penelitian ini

    dilaksanakan pada 2 SMA di Kabupaten Serang. Teknik pengolahan dan analisa data

    menggunakan Anova 2 arah. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan SPSS 13.0 for

    windowspada taraf signifikansi 0,05. Penelitian ini menghasilkan tiga kesimpulan utama, yaitu ;pertama, tidak terdapat pengaruh antara penggunaan metode pembelajaran terhadap hasilbelajar matematika; keduaterdapat pengaruh yang signifikan antara penggunaan teknik

    motivasi terhadap hasil belajar matematika; ketiga tidak terdapat pengaruh interaksi

    penggunaan metode pembelajaran dengan teknik motivasi terhadap hasil belajar

    matematika siswa

    Implikasi dalam penelitian ini mencakup (1) penggunaan metode pembelajaran resitasimenjadikan hasil belajar matematika menjadi lebih baik daripada metode pembelajaran

    konvensional; (2) penggunaan teknik motivasi non verbal lebih berpengaruh dalam

    meningkatkan hasil belajar matematika; selain itu, (3) penggunaan metode pembelajaran

    resitasi dan teknik motivasi non verbal secara bersamaan memiliki pengaruh yang

    signifikan terhadap hasil belajar matematika.

    Kata Kunci : metode pembelajaran, teknik motivasi, hasil belajar matematika

    PENDAHULUAN

    Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern,

    mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu pengetahuan dan mengembangkan daya

    pikir manusia. Untuk menguasai dan menciptakan teknologi di masa depan diperlukan

    penguasaan matematika yang kuat sejak dini. Hal ini diperkuat menurut Ruseffendi (1991: 260),

    yang menyatakan bahwa matematika timbulkarena pikiran-pikiran yang berhubungan dengan

    ide, proses dan penalaran.

    Matematika juga merupakan salah satu mata pelajaran yang dipelajari secara bertahap dan

    berkelanjutan. Sebagaimana telah dinyatakan oleh Suherman, dkk (2003: 22) bahwa konsep-

    konsep matematika tersusun secara hierarkis, terstruktur, logis, dan sistematis mulai dari konsep

    yang paling sederhana sampai pada konsep yang paling kompleks. Oleh karena kehierarkisan

    matematika tersebut, maka dalam belajar matematika harus dilakukan secara bertahap,

    berurutan disesuaikan dengan tingkat perkembangan berpikir siswa dan berkelanjutan

    berdasarkan pada pengalaman yang lalu. Siswa tingkat sekolah menengah pertama (SMP) akan

    mempelajari konsep matematika berdasarkan pemahaman konsep matematika yang diperoleh di

    bangku sekolah dasar (SD), begitu pula siswa tingkat sekolah menengah atas (SMA) akan

    mempelajari konsep matematika berdasarkan konsep yang diperoleh di SMP.

  • 7/22/2019 Pengaruh Metode Pembelajaran X Pada m.pel Matematika

    2/74

    Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2012 Pendidikan Matematika 3

    284

    Kegiatan belajar mengajar tidak terlepas dari metode pembelajaran. Pemilihan

    model/metode pembelajaran sangat menentukan keberhasilan belajar dalam hal ini

    keberhasilan belajar siswa. Metode yang digunakan tidak sembarangan, melainkan sesuai

    dengan tujuan pembelajaran (Djamarah dan Zaid, 2002: 177). Salah satu kenyataan yang

    sering hadir pada pembelajaran matematika adalah bahwa pembelajaran matematika yang

    dilaksanakan dewasa ini lebih cenderung pada pencapaian target materi atau sesuai isi materi

    buku yang digunakan sebagai buku wajib dengan berorientasi pada soal-soal ujian nasional.

    Akibatnya kecerdasanyang dimiliki oleh siswa tidak tergali dengan baik.

    Berkenaan dengan hal di atas, Ruseffendi (1991: 157) menyatakan terdapat banyak anak

    yang setelah belajar matematika bagian yang sederhana banyak yang tidak dipahaminya, bahkan

    banyak konsep yang dipahami secara keliru, matematika dianggap sebagai ilmu yang sukar,

    ruwet dan banyak memperdayakan. Hal ini membuktikan bahwa banyak anak yang mengalami

    kesulitan belajar matematika disebabkan mereka bukan memahami konsepnya melainkan hanya

    menghafalnya, sehingga dalam menerapkan suatu konsep matematika, mereka tidak dapat

    menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

    Selain konsep belajar yang keliru, pandangan siswa terhadap matematika sebagai ilmu

    yang sukar dan ruwet juga karena di pengaruhi oleh motivasi belajar mereka yang rendah.

    Ketika siswa merasa tidak dapat mengerjakan soal matematika, maka mereka akan berhenti

    sampai di situ tanpa mau lagi berusaha mengerjakannya. Apalagi jika guru matematika diam

    tidak memperhatikan siswa tersebut, maka akan terjadi rasa malas dan tidak berminat untuk

    belajar matematika.

    Walaupun matematika merupakan pelajaran yang berdaya guna tinggi, namun sebagian

    besar siswa masih kurang termotivasi dalam belajar matematika. Mereka masih beranggapan

    bahwa matematika merupakan pelajaran yang sulit, sukar, dan menegangkan. Hal ini didukung

    dengan sebagian besar guru matematika yang berpenampilan kurang familiar atau terlalu serius,

    selain itu kurang adanya teknik motivasi yang diberikan kepada siswa yang berkemampuan

    kurang terhadap matematika.

    Sehingga motivasi belajar siswa dalam mempelajari matematika kurang optimal danmenjadikan hasil belajarnya menjadi rendah. Hasil belajar matematika siswa dipengaruhi oleh

    faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam

    diri siswa itu sendiri, seperti; motivasi, kecerdasan logika-matematis, kecerdasan emosional,

    rasa percaya diri, kemandirian, sikap dan lainnya. Sedangkan faktor eksternal merupakan faktor

    yang berasal dari luar diri siswa, seperti ; sarana dan pra sarana, lingkungan, kurikulum, metode

    mengajar, dan motivasi dari guru itu sendiri.

    Dari kedua faktor tersebut, ternyata saling mendukung satu sama lain. Metode mengajar

    dan guru menjadi faktor eksternal yang paling berpengaruh di dalam kelas. Jika metode yang

    digunakan hanya mencatat, kemudian memberikan tugas tanpa diperiksa hasil pekerjaan siswa,

  • 7/22/2019 Pengaruh Metode Pembelajaran X Pada m.pel Matematika

    3/74

    Pendidikan Matematika 3 Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2012

    285

    maka hasil belajar akan rendah. Begitu pula jika terdapat siswa yang kurang dalam pelajaran

    matamatika, kemudian guru tersebut diam tanpa memberikan motivasi kepada siswa tersebut,

    maka hasil belajar dan motivasi belajar siswa tersebut akan rendah. Selain itu, motivasi juga

    biasanya berasal dari dalam diri siswa itu sendiri dengan belajar di rumah dan belajar di sekolah

    yang dipandu oleh guru. Jika hasil belajar siswa rendah, maka guru dapat memberikan siswa

    tersebut berupa hadiah agar mereka lebih semangat untuk belajar dan mencapai hasil yang

    diinginkan.

    Dengan demikian metode pembelajaran yang menarik dan teknik motivasi yang

    dilakukan guru akan berpengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa. Oleh karena itu

    metode pembelajaran dan teknik memotivasi diharapkan dapat merangsang kemampuan

    berpikir siswa secara aktif dan kreatif, karena dapat memotivasi siswa dalam belajar sehingga

    menghasilkan proses belajar yang efektif dan menyenangkan serta dapat meningkatkan hasil

    belajar siswa.

    Keberhasilan proses belajar dan mengajar dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya

    pemilihan metode/ model pembelajaran, minat siswa terhadap materi yang diajarkan dan

    peranan guru dalam mengatasi kesulitan belajar siswa serta motivasi dari siswa itu sendiri untuk

    belajar dan memahami materi.

    Pemilihan metode pembelajaran yang baik agar hasil yang optimal dapat diperoleh

    merupakan suatu hal yang penting. Karena hal ini dapat memotivasi siswa untuk

    mengembangkan pengetahuannya tanpa merasa bahwa materi yang diberikan oleh guru sangat

    menyulitkan dan membosankan. Berdasarkan hal inilah, seorang pendidik dan pengajar harus

    mampu memberikan motivasi yang besar kepada siswanya agar dapat menerima materi yang

    disampaikan dengan baik. Pemilihan metode pembelajaran merupakan strategi guru dalam

    proses pembelajaran matematika hendaklah dapat merangsang dan melibatkan siswa secara

    aktif, baik secara fisik (psikomotor), intelektual (kognitif), dan emosionalnya (afektif).

    Permasalahan-permasalahan di atas, yaitu kurangnya variasi dalam penggunaan metode

    pembelajaran yang dilakukan guru dan kurangnya kreativitas guru dalam memotivasi siswa

    untuk belajar serta rendahnya hasil belajar matematika juga dialami pada siswa SMA di wilayahKota Serang. Hal ini masih terlihat dari hasil belajar matematika siswa masih rendah jika

    dibandingkan dengan pelajaran yang lain, baik dari hasil ulangan harian, ujian tengah semester,

    ujian akhir semester, bahkan ujian akhir nasional.

    Berdasarkan permasalahan-permasalahan tersebut di atas, maka peneliti tertarik untuk

    melakukan suatu kajian atau penelitian dengan judul Pengaruh Penggunaan Metode

    Pembelajaran dan Teknik Motivasi terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa SMA.

    Eksperimen dilakukan pada siswa kelas X di SMA Islam Al-Fahmi dan SMA Nusantara Serang.

  • 7/22/2019 Pengaruh Metode Pembelajaran X Pada m.pel Matematika

    4/74

    Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2012 Pendidikan Matematika 3

    286

    KAJIAN TEORI

    Belajar

    Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003: 729) definisi belajar yaitu usaha

    memperoleh kepandaian atau ilmu tertentu dengan tergantung pada kekuatan harapan bahwa

    tindakan tersebut akan diikuti oleh suatu hasil tertentu dan pada daya tarik hasil itu bagi orang

    bersangkutan.

    Sedangkan menurut Hamalik, O (2009: 27) belajar didefinisikan yaitu modifikasi atau

    memperteguh kelakuan melalui pengalaman (learning is defined as the modification or

    strengthening of behavior through experiencing).

    Berdasarkan teori dan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah

    proses yang berkaitan dengan perubahan tingkah laku yang menetap pada pengetahuan

    (kognitif), sikap (afektif) dan keterampilan (psikomotor) yang didapatkan melalui dari

    pengalaman yang dilalui atau latihan yang berulang-ulang.

    Hasil Belajar Matematika

    Hasil belajar merupakan puncak atau akhir dari suatu kegiatan belajar. Menurut Slameto

    (2003: 3) menyatakan hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku yang terjadi secara

    berkesinambungan dan tidak statis

    Belajar merupakan proses yang unik di mana banyak faktor yang mempengaruhi

    keberhasilan belajar. Secara garis besar ada dua faktor yang mempengaruhi hasil belajar, yaitu :

    1. Faktor intern, yakni faktor yang ada pada diri siswa itu sendiri yang disebut faktorindividual. Menurut Slameto faktor individual dibedakan menjadi tiga faktor, yaitu : (1)

    faktor jasmaniah, (2) faktor psikologis, dan (3) faktor kelelahan.

    2. Faktor ekstern, yakni faktor yang ada di luar siswa atau faktor sosial. Slametomenjabarkan lagi faktor ini menjadi tiga faktor, yaitu faktor keluarga, sekolah, dan

    masyarakat.

    Hasil belajar yang dicapai siswa melalui proses belajar mengajar yang optimal cenderung

    menunjukan hasil yang berciri sebagai berikut:

    1.

    Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi pada diri siswa2. Menambah keyakinan akan kemampuan dirinya.3. Hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya seperti akan tahan lama diingatannya,

    membentuk prilakunya, bemanfat untuk mempelajarai aspek lain, dapat digunakan sebagai

    alat untuk memperoleh informasi dan pengetahuan yang lainya.

    4. Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan dirinya terutamadalam menilai hasil yang dicapainya maupun menilai dan mengendalikan proses dan usaha

    belajarnya

    Berdasarkan pendapat-pendapat dan teori di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil

    belajar adalah puncak atau akhir dari kegiatan belajar yang menghasilkan perubahan tingkah

  • 7/22/2019 Pengaruh Metode Pembelajaran X Pada m.pel Matematika

    5/74

    Pendidikan Matematika 3 Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2012

    287

    laku yang dapat dilihat dan diukur, yaitu berupa kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan

    keterampilan (psikomotor) yang terjadi secara berkesinambungan dan bersifat dinamis.

    Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang didapatkan dan dipelajari oleh

    siswa mulai dari tingkat dasar sampai dengan tingkat menengah. Selain itu, matematika

    merupakan ilmu pengetahuan yang penerapannya benar-benar sangat bermanfaat di dalam

    kehidupan, mulai dari transaksi jual-beli di pasar, transaksi di bank sampai dengan program

    pengiriman pesawat ke luar angkasa semuanya menggunakan matematika.

    Ciri utama Matematika adalah penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep atau

    pernyataan yang diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya, sehingga kaitan

    antar konsep atau pernyataan dalam matematika bersifat konsisten.

    Namun demikian, pembelajaran dan pemahaman konsep dapat diawali secara induktif

    melalui pengalaman peristiwa nyata atau intuisi. Proses induktif-deduktif dapat digunakan untuk

    mempelajari konsep Matematika. Kegiatan dapat dimulai dengan beberapa contoh atau fakta

    yang teramati, membuat daftar sifat yang muncul (sebagai gejala), memperkirakan hasil baru

    yang diharapkan, yang kemudian dibuktikan secara deduktif. Dengan demikian, cara belajar

    induktif dan deduktif dapat digunakan dan sama-sama berperan penting dalam mempelajari

    Matematika.

    Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar

    matematika adalah pengetahuan atau keterampilan yang dikuasai dan dimiliki oleh siswa setelah

    menerima pengalaman belajar matematika di sekolah dan hasilnya dapat berupa pengetahuan,

    pemahaman konsep, perhitungan dan pemecahan masalah yang dapat dituliskan berupa nilai

    (angka atau huruf) atas suatu tes tertentu.

    Metode Pembelajaran Resitasi

    Dalam proses belajar mengajar, agar siswa dapat belajar dengan baik sesuai dengan

    tujuan yang diharapkan, maka guru harus memiliki keterampilan, yaitu dengan menguasai

    metode mengajar. Metode mengajar merupakan salah satu cara yang digunakan guru

    mengadakan interaksi dengan siswa, pada saat berlangsungnya pengajaran. Salah satu metode

    mengajar yang digunakan ialah metode Resitasi (penugasan), di mana metode ini adalah

    penyajian bahan dimana guru memberi tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar.

    Tugas tersebut dapat dilaksanakan di kelas, luar sekolah, di laboratorium, di perpustakaan atau

    di mana saja (Djamarah, 1995:96).

    Kegiatan interaksi belajar harus selalu ditingkatkan kualitas dan kuantitasnya. Selama

    dalam lingkungan sekolah, siswa memiliki beragam aktifitas yang dilaksanakan oleh sekolah,

    sehingga menyita banyak waktu siswa untuk mempelajari materi yang telah diberikan oleh guru.

    Untuk mengatasi hal tersebut, guru diharapkan memberikan tugas-tugas yang dapat

    dikerjakan oleh siswa di luar jam pelajaran sekolah, hal ini dikarenakan jumlah jam untuk setiap

  • 7/22/2019 Pengaruh Metode Pembelajaran X Pada m.pel Matematika

    6/74

    Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2012 Pendidikan Matematika 3

    288

    mata pelajaran di sekolah dibatasi hanya 45 menit (untuk siswa SMA), hal ini tidak akan

    mencukupi tuntutan kurikulum akan tuntasnya materi yang disediakan di dalam kurikulum.

    Dalam pemberian tugas ini, guru diharapkan dapat membahas dan mengecek tugas yang

    telah diberikan pada pertemuan selanjutnya, sehingga siswa akan lebih termotivasi dalam

    mengerjakan tugas yang diberikan pada kegiatan selanjutnya. Selain dibahas dan dicek, tugas

    yang diberikan oleh guru hendaknya dievaluasi dan diberi nilai sesuai dengan kemampuannya.

    Sistem pemberian tugas semacam inilah yang disebut dengan resitasi.

    Selain itu, metode resitasi sering disebut juga metode pemberian tugas yaitu guru

    memberikan seperangkat tugas kepada siswa untuk dipelajari atau untuk dikerjakan baik secara

    individu maupun kelompok dan disusun berupa laporan atau resume kemudian hasilnya

    didiskusikan di kelas atau dibahas.

    Metode resitasi biasanya digunakan dengan tujuan agar siswa memiliki hasil belajar yang

    lebih mantap, karena siswa melaksanakan latihan-latihan selama melakukan tugas, sehingga

    pengalaman siswa dalam mempelajari materi lebih terintegrasi (Rostiyah, 2001:133). Dengan

    melaksanakan tugas siswa menjadi aktif belajar dan terangsang untuk meningkatkan belajar

    yang lebih baik, memupuk inisiatif dan berani bertanggung jawab.

    Metode resitasi ini dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar mandiri

    dan mendidik siswa untuk bertanggung jawab dalam melaksakan tugas, sehingga baik disadari

    maupun tidak siswa mampu bekerja atau belajar sendiri tanpa disuruh.

    Menurut Djamarah (1995:97) Langkah-langkah yang harus digunakan dalam metode

    Resitasi, yaitu:

    a. Fase pemberian tugasTugas yang diberikan kepada siswa hendaknya mempertimbangkan

    1) kemampuan siswa;2) tujuan yang akan dicapai;3)jenis tugas yang jelas dan tepat sehingga anak mengerti apa yang ditugaskan;4) ada petunjuk/ sumber yang dapat membantu pekerjaan siswa; dan5)

    sediakan waktu yang cukup untuk mengerjakan tugas tersebut.

    b. Fase pelaksanaan tugas1) diberikan bimbingan / pengawasan oleh guru2) diberikan dorongan sehingga siswa mau bekerja3) diusahakan / dikerjakan oleh siswa sendiri, tidak menyuruh orang lain4) dianjurkan siswa mencatat hasil-hasil yang ia peroleh dengan baik dan sistematik.

    c. Fase pertanggungjawaban tugas1) laporan siswa baik tulis/ lisan dari apa yang telah dikerjakan2) ada tanya jawab/ diskusi kelas3)penilaian hasil pekerjaan siswa baik dengan tes maupun nontes atau cara lain.

  • 7/22/2019 Pengaruh Metode Pembelajaran X Pada m.pel Matematika

    7/74

    Pendidikan Matematika 3 Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2012

    289

    Pada fase pertanggung jawaban tugas inilah yang disebutResitasi.

    Motivasi Belajar

    Seseorang akan berhasil dalam belajar, jika pada dirinya sendiri ada keinginan untuk

    belajar. Inilah prinsip dan hukum pertama dalam kegiatan pendidikan dan pengajaran.Keinginan atau dorongan inilah yang disebut dengan motivasi. Motivasi dalam hal ini meliputi

    dua hal : (1) mengetahui apa yang akan dipelajari ; dan (2) memahami mengapa hal tersebut

    patut dipelajari. Dengan berpijak pada kedua unsur motivasi inilah sebagai dasar permulaan

    yang baik untuk belajar. Sebab tanpa motivasi (tidak mengerti apa yang akan dipelajari dan

    tidak memahami mengapa hal itu perlu dipelajari) kegiatan belajar mengajar sulit untuk berhasil

    (M., Sardiman A. 2007 : 40).

    Ada tiga komponen utama dalam motivasi yaitu ; (1) Kebutuhan, (2) Dorongan dan (3)

    Tujuan. Kebutuhan terjadi apabila individu merasa ada ketidakseimbangan antara apa yang ia

    miliki dan ia harapkan. Sedangkan, dorongan merupakan kekuatan mental untuk melakukan

    kegiatan dalam rangka memenuhi harapan/ kebutuhan tersebut. Selain itu, dorongan pun

    merupakan kekuatan mental yang berorientasi pada pemenuhan harapan atau pencapaian tujuan.

    Dorongan yang berorientasi pada tujuan tersebut merupakan inti dari motivasi.

    Para pakar humanistik menitikberatkan pentingnya motivasi dari dalam diri sendiri (self

    motivation), mereka menganjurkan agar para guru mendorong berkembangnya rasa ingin tahu

    dan minat siswa dalam belajar. Sedangkan para pakar behavioristik menekankan pula

    pentingnya persekitaran dalam menciptakan kondisi yang memotivasi siswa.

    Mereka menganjurkan agar para guru mengaitkan belajar dengan rangsangan yang

    menimbulkan perasaan senang dan membentuk tingkah laku siswa melalui pemberian hadiah

    atau hal lainnya, ini berarti seorang guru harus mengetahui teknik motivasi agar siswa dapat

    termotivasi dalam belajar.

    Dilihat dari jenisnya, terdapat dua jenis motivasi, yaitu motivasi instrinsik (motivasi yang

    berasal dari dalam diri seseorang) dan motivasi ekstrinsik (motivasi yang datangnya dari luar).

    Untuk meningkatkan motivasi instrinsik siswa, seorang guru hendaknya mampu memberikan

    motivasi yang sifatnya dari luar diri siswa tersebut, sehingga mampu membangkitkan minat dan

    perhatian siswa selama pembelajaran berlangsung.

    Selain itu, seorang guru harus mampu mengarahkan siswanya untuk mau mengulang dan

    mempelajari kembali di rumah terhadap materi-materi yang telah disampaikan di sekolah.

    Mengingat demikian pentingnya motivasi belajar yang harus dimiliki oleh siswa, maka seorang

    guru diharapkan mampu membangkitkan motivasi siswa dalam belajar. Sebagaimana yang

    dikatakan Hakim dalam Rusmana, Indra M., (2009);

    Cara membangkitkan motif-motif ekstrinsik itu dapat dilakukan dengan

    memiliki berbagai keinginan yang perlu dimiliki untuk membangkitkanmotivasi belajar, diantaranya sebagai berikut:

    a. Keinginan untuk mendapat nilai ujian yang baik

  • 7/22/2019 Pengaruh Metode Pembelajaran X Pada m.pel Matematika

    8/74

    Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2012 Pendidikan Matematika 3

    290

    b. Keinginan untuk menjadi juara kelasc. Keinginan menjaga harga diri atau gengsid. Keinginan menjadi siswa teladane. Keinginan untuk menang bersaingf. Keinginan untuk dikagumi, karena menjadi seseorang yang berprestasig. Keinginan untuk menutupi kekurangan diri dengan berprestasi tinggih. Keinginan untuk melaksanakan anjuran dari orang lain

    Selain itu, menurut Uno, Hamzah B. (2007:34), beberapa teknik motivasi yang dapat

    dilakukan dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:

    a. Pernyataan penghargaan secara verbal.b. Menggunakan nilai ulangan sebagai pemacu keberhasilan.c. Menimbulkan rasa ingin tahu.d. Memunculkan sesuatu yang tidak diduga oleh siswa.e. Menjadikan tahap dini dalam belajar mudah bagi siswa.f. Menggunakan materi yang dikenal sebagai contoh dalam belajar.g. Gunakan kaitan yang unik dan tak terduga untuk menerapkan suatu konsep dan prinsip

    yang telah dipahami.h. Menuntut siswa untuk menggunakan hal-hal yang telah dipelajari sebelumnya.i. Menggunakan simulasi dan permainan.j. Memberi kesempatan kepada siswa untuk memperlihatkan kemahirannya di depan

    umum.k. Mengurangi akibat yang tidak menyenangkan dan keterlibatan siswa dalam belajar.l. Memahami iklim sosial dalam sekolah.m.Memanfaatkan kewibawaan guru secara tepat.n. Memperpadukan motif-motif yang kuat.o. Memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai.p. Merumuskan tujuan-tujuan sementara.q. Memberitahukan hasil kerja yang telah dicapai.r. Membuat suasana persaingan yang sehat diantara para siswa.s. Mengembangkan persaingan dengan diri sendiri.t. Memberikan contoh yang positif.

    Pernyataan seperti Bagus Sekali, Hebat, Menakjubkan di samping akan

    menyenangkan siswa, pernyataan verbal seperti itu juga mengandung makna interaksi dan

    pengalaman pribadi yang langsung antara siswa dan guru, dan penyampaiannya konkret,

    sehingga merupakan suatu persetujuan pengakuan sosial, apalagi kalau penghargaan verbal itu

    diberikan di depan orang banyak.

    METODOLOGI PENELITIAN

    Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan fakta empiris dan menganalisis tentang :

    1. Pengaruh penggunaan metode pembelajaran terhadap hasil belajar matematika.2. Pengaruh penggunaan teknik motivasi terhadap hasil belajar matematika.3. Pengaruh interaksi penggunaan metode pembelajaran dan teknik motivasi terhadap hasil

    belajar matematika.

    Jenis Penelitian

    Pada penelitian ini menggunakan metode eksperimen, yaitu dengan memberikan jenis

    perlakuan yang berbeda pada dua kelompok belajar siswa. Satu kelompok dijadikan sebagai

  • 7/22/2019 Pengaruh Metode Pembelajaran X Pada m.pel Matematika

    9/74

    Pendidikan Matematika 3 Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2012

    291

    kelompok eksperimen, yaitu diberikan perlakuan pembelajaran matematika dengan metode

    pembelajaran resitasi, sedangkan kelompok yang satu lagi sebagai kelompok kontrol dengan

    perlakuan pembelajaran dengan metode pembelajaran konvesional. Dari masing-masing

    kelompok kemudian diberikan teknik motivasi verbal dan teknik motivasi non-verbal.Perhatikan

    tabel desain penelitian di bawah ini :

    Tabel 1

    Desain Faktorial 2 x 2 untukVariabel Metode Pembelajaran dan Teknik Motivasi

    Metode Pembelajaran

    Teknik Motivasi

    Resitasi

    (A1)

    K

    onvensional

    (A2)

    Jumlah

    Verbal(B1) A1B1 A2B1 B1

    Non Verbal (B2) A1B2 A2B2 B2

    Jumlah A1 A2 A x B

    Keterangan :

    A1B1 : kelompok siswa dengan metode resitasi yang diberi teknik motivasi verbal

    (eksperimen A).

    A2B1 : kelompok siswa dengan metode konvensional yang diberi teknik motivasi verbal(kontrol A).

    A1B2 : kelompok siswa dengan metode resitasi yang diberi teknik motivasi non verbal

    (eksperimen B).

    A2B2 : kelompok siswa dengan metode konvensional yang diberi teknik motivasi non verbal

    (kontrol B).

    Waktu dan Tempat Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas X di SMA Nusantara dan SMA Islam

    Terpadu Al-Fahmi Serang pada semester genap tahun ajaran 20102011.

    Populasi dan Sampel

    Dalam penelitian ini, yang menjadi populasi terukur adalah seluruh siswa kelas X SMA

    di Serang. Sedangkan populasi targetnya adalah seluruh siswa SMA Islam Terpadu Al-Fahmi

    dan SMA Nusantara kelas X, penulis bermaksud mengadakan uji coba di kelas X untuk bahasan

    materi Logika Matematika.

    Dalam penelitian ini sampel diambil sebanyak 100% dari kelompok eksperimen dan

    100% dari kelompok kontrol dari masing-masing kelas di SMA Islam Al-Fahmi dan SMA

    Nusantara. Jadi, penelitian ini menggunakan sampel populasi sebagai sampelnya.

  • 7/22/2019 Pengaruh Metode Pembelajaran X Pada m.pel Matematika

    10/74

    Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2012 Pendidikan Matematika 3

    292

    Karena berjumlah 2 kelas pada masing-masing sekolah, maka sampel dibagi menjadi

    30orang siswa dengan metode resitasi dan teknik motivasi verbal, 30 orang siswa dengan

    metode resitasi dan teknik motivasi non verbal, 30 orang siswa dengan metode konvensional

    dan teknik motivasi verbal serta 30 orang siswa dengan metode konvensional dan teknik

    motivasi non verbal.

    Prosedur

    Prosedur penelitian ini memiliki tahapan sebagai berikut :

    a. Mendefinisikan dan merumuskan masalahb. Melakukan studi kepustakaanc. Merumuskan hipotesisd. Menentukan model atau desain penelitiane.

    Mengumpulkan data

    f. Mengolah dan menyajikan informasig. Menganalisis dan menginterpretasikan datah. Membuat kesimpulanData, Instrumen, dan Teknik Pengumpulan Data

    Teknik pengumpulan data dilakukan melalui instrumen penelitian yang dibuat peneliti

    menggunakan soal tes yang berbentuk pilihan ganda dan angket atau kuesioner yang disebarkan

    kepada sampel penelitian.

    Teknik pengumpulan data variabel hasil belajar menggunakan data sekunder yang

    dihasilkan setelah melakukan tes evaluasi akhir pelajaran matematika berupa tes pilihan ganda

    dengan 5 item pilihan.

    Pengumpulan data data dilakukan selama 2 bulan 3 minggu dan teknik pengolahan data

    pada penelitian ini menggunakan aplikasi program pengolahan data SPSS 13.0 for windows.

    Teknik Analisis Data

    Uji statistik yang digunakan dalam analisis data adalah uji statistik inferensial dengan

    menggunakan anova dua jalur menggunakan bantuan aplikasi program pengolahan data statistik(Statistical Product and Service Solutions),SPSS 13.0 for windows.

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    Hasil penelitian dapat terlihat dalam Tabel 2. Dari data yang telah didapatkan dan diolah

    dengan bantuansoftware SPSS 13.0 for windows pada Tabel 2 dapat disimpulkan bahwa kelas

    yang di ajar dengan menggunakan metode pembelajaran resitasi dan teknik motivasi non verbal

    (A1B2) mempunyai rata-rata hasil belajar matematika siswa yang lebih baik daripada kelas

    yang lain yaitu sebesar 12,667, sedangkan untuk kelas A1B1 rata-ratanya 7,433, A2B1 rata-

    ratanya 6,833 dan A2B2 rata-ratanya adalah 12,633.

  • 7/22/2019 Pengaruh Metode Pembelajaran X Pada m.pel Matematika

    11/74

    Pendidikan Matematika 3 Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2012

    293

    Tabel 2. Rangkuman Data Hasil Penelitian

    Resitasi(A1)

    Konvensional

    (A2)Jumlah

    Teknik Motivasi

    Verbal

    (B1)

    nA1B1 = 30

    XA1B1 = 7,433S2 = 1,406

    nA2B1 = 30

    XA2B1 = 6,833S2 = 1,555

    nB1 = 60

    XB1 = 7,133

    S2B1= 1,501

    Teknik Motivasi

    Non Verbal

    (B2)

    nA1B2 = 30

    XA1B2 = 12,667

    S2

    = 2,604

    nA2B2 = 30

    XA2B2 = 12,633

    S2

    = 2,282

    nB2 = 60

    XB2 = 12,650

    S2

    B2= 2,427

    Jumlah

    nA1 = 60

    XA1 = 10,05

    S2A1= 3,357

    nA2 = 60

    XA2 = 9,733

    S2

    A2= 3,507

    nT = 120

    XT = 9,891

    S2

    T= 3,432

    Dari hasil di atas dapat dikatakan bahwa rata-rata hasil belajar matematika yang di ajar

    dengan menggunakan metode pembelajaran resitasi dan teknik motivasi non verbal lebih baik

    daripada kelas lain yang menjadi sampel.

    Untuk lebih jelasnya, perhatikan tabel 3 di bawah ini.

    Tabel 3. Ringkasan ANOVA 2 Jalur

    Hipotesis yang akan diuji dalam hipotesis pertama dinyatakan dalam hipotesis statistik

    sebagaiberikut :

    Ho :1 = 2 (tidak ada pengaruh penggunaan metode pembelajaran terhadap hasil belajar

    matematika)

    H1 : 1 2 (ada pengaruh penggunaan metode pembelajaran terhadap hasil belajar

    matematika)

    Dengan kriteria uji :

    Jika Fhitung> Ftabel, maka signifikan (tolak Ho) Jika Fhitung< Ftabel, maka tidak signifikan (terima Ho)

  • 7/22/2019 Pengaruh Metode Pembelajaran X Pada m.pel Matematika

    12/74

    Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2012 Pendidikan Matematika 3

    294

    Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa nilai Fhitung untuk mengetahui pengaruh

    penggunaan metode pembelajaran terhadap hasil belajar matematikaadalah 0,734 sedangkan

    Ftabel untuk dk1= 1 dan dk2= 119 adalah 3,92 dan ternyata harga Fhitung< Ftabeljadi H0diterima,

    yaitu tidak ada pengaruh penggunaan metode pembelajaran terhadap hasil belajar matematika.

    Jika pun ada pengaruh, karena Sig. 0,393 >= 0,05 tetapi tidak signifikan pengaruhnya.

    Hipotesis yang akan diuji dalam hipotesis kedua yaitu dinyatakan dalam hipotesis

    statistik sebagaiberikut :

    Ho :1 =2 (tidak ada pengaruh penggunaan teknik motivasi terhadap hasil belajar

    matematika)

    H1 : 1 2 (ada pengaruh penggunaan teknik motivasi terhadap hasil belajar matematika)

    Dengan kriteria uji:

    Jika Fhitung> Ftabel, maka signifikan (tolak Ho) Jika Fhitung< Ftabel, maka tidak signifikan (terima Ho)

    Untuk melihat hasil uji hipotesis kedua, perhatikan tabel Ringkasan ANOVA di atas,

    terlihat bahwa nilai Fhitung untuk mengetahui pengaruh penggunaan teknik motivasi terhadap

    hasil belajar matematikasiswa adalah 222,888. Sedangkan Ftabel untuk dk1 = 1dan dk2 = 119

    adalah 3,92 dan ternyata harga Fhitung> Ftabel jadi H0 ditolak, maka terdapat/ ada pengaruh

    penggunaan teknik motivasi terhadap hasil belajar matematika.

    Hipotesis yang akan diuji dalam hipotesis ketiga yaitu dinyatakan dalam hipotesis

    statistik sebagaiberikut :Ho :01=02 (tidak ada pengaruh interaksi penggunaan metode pembelajaran dan teknik

    motivasi terhadap hasil belajar matematika)

    H1 : 0102 (ada pengaruh interaksi penggunaan metode pembelajaran dan teknik motivasi

    terhadap hasil belajar matematika)

    Kriteria uji:

    Jika Sig. >= 0,05 (terima Ho) Jika Sig. = 0,05, dalam hal ini Sig. > = 0,05 maka dapat

    disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh interaksi penggunaan metode pembelajaran dan teknik

    motivasi terhadap hasil belajar matematika, karena Sig. > = 0,05 maka tidak dilakukan uji

    lanjut untuk menentukan interaksi penggunaan metode pembelajaran dan teknik motivasi

    terhadap hasil belajar matematika.

    Dari hasil penelitian ditemukan bahwa tidak terdapat pengaruh interaksi antara

    penggunaan metode pembelajaran dengan teknik motivasi terhadap hasil belajar matematika.

    Hal ini dikarenakan penggunaan metode pembelajaran dan teknik motivasi secara bersama-sama

    menjadikan nilai rata-rata hasil belajar matematika siswa perbedaannya tidak terlalu jauh.

  • 7/22/2019 Pengaruh Metode Pembelajaran X Pada m.pel Matematika

    13/74

    Pendidikan Matematika 3 Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2012

    295

    Selain hal tersebut di atas, ditemukan pula bahwa penggunaan metode resitasi lebih baik

    dalam meningkatkan hasil belajar matematika, Kemudian teknik motivasi non verbal pun

    ternyata lebih baik dalam meningkatkan hasil belajar matematika siswa jika dibandingkan

    dengan teknik motivasi verbal. Apalagi jika penggunaan metode pembelajaran resitasi dan

    teknik motivasi non verbal dilakukan secara bersama-sama, maka hasil belajar matematika

    siswa lebih baik daripada penggunaan metode pembelajaran konvensional dan teknik motivasi

    verbal secara bersama-sama.

    Berdasarkan hal ini dapat dikatakan bahwa metode pembelajaran yang variatif dan

    penggunaan teknik motivasi non verbal dapat menjadikan siswa lebih tertarik dalam

    mempelajari matematika sehingga hasil belajar matematika dapat meningkat, baik terhadap

    siswa yang berkemampuan biasa ataupun luar biasa.

    Selain itu, secara umum ditemukan pula bahwa hasil belajar matematika siswa yang

    diajar dengan menggunakan teknik motivasi verbal lebih tinggi daripada teknik motivasi non-

    verbal. Hal ini dikarenakan dalam diri siswa dan semua orang terdapat kebutuhan-kebutuhan

    yang harus dipenuhi, salah satunya menurut Maslow adalah kebutuhan akan aktualisasi diri.

    Selama proses belajar di dalam kelas, siswa akan lebih merasa dihargai keberadaannya jika dia

    dipuji dan mendapatkan ucapan-ucapan verbal di depan teman-temannya, sambil diberikan

    reward. Dalam hal ini dituntut kemampuan guru untuk dapat memberikan ungkapan atau kata-

    kata yang dapat memotivasi siswa dalam belajar dan pemberian reward secara variatif.

    Selain itu, berdasarkan hasil temuan dalam penelitian ini maka dalam kapasitasnya

    sebagai seorang pendidik atau guru matematika harus mampu memahami tingkat motivasi

    belajar dari masing-masing siswa agar dapat dilakukan pemilahan dan perlakuan yang tepat

    dalam kegiatan pembelajaran. Sementara dalam kapasitasnya sebagai pengajar, maka guru

    matematika harus mampu mendesain rancangan kegiatan pembelajaran dengan memilih metode

    pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan belajar siswa.

    Dalam memilih dan menerapkan metode pembelajaran matematika, guru harus banyak

    membaca dan saling berbagi pengetahuan baru serta mempelajari berbagai teori tentang metode

    pembelajaran, sehingga guru dapat menerapkan ilmunya dengan baik. Selain itu, wadahMGMP (musyawarah guru mata pelajaran) matematika dapat digunakan dalam

    mengembangkan kemampuan guru.

    SIMPULAN DAN SARAN

    Berdasarkan dari hasil pengujian hipotesis penelitian dan analisis pengolahan data dengan

    bantuan software SPSS 13.0 for windows, maka hasil penelitian dengan judul : Pengaruh

    Penggunaan Metode Pembelajaran dan Teknik Motivasi terhadap Hasil Belajar Matematika

    Siswa SMA (eksperimen dilakukan pada siswa kelas X di SMA Islam Terpadu Al-Fahmi dan

  • 7/22/2019 Pengaruh Metode Pembelajaran X Pada m.pel Matematika

    14/74

    Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2012 Pendidikan Matematika 3

    296

    SMA Nusantara pada semester genap tahun pelajaran 2010/ 2011), dapat disimpulkan sebagai

    berikut:

    1. Tidak terdapat pengaruh penggunaan metode pembelajaran terhadap hasil belajarmatematika, hal ini dikarenakan nilaiFhitung(0,724) Ftabel(3,92). Pengaruh teknik motivasi terhadap hasil

    belajar matematika cukup signifikan.

    3. Tidak terdapat pengaruh interaksi penggunaan metode pembelajaran dan teknik motivasiterhadap hasil belajar matematika, hal ini diperoleh dari nilai Sig. yang lebih besar dari =

    5% yaitu Sig. 0,445 >= 0,05.

    Selain itu, didapatkan pula kelebihan dan kelemahan dalam menggunakan metode

    pembelajaran resitasi ini, yaitu :

    Kelebihan :1) merangsang siswa dalam melakukan aktivitas belajar individual ataupun kelompok2) mengembangkan kemandirian siswa di luar pengawasan guru3) membina tanggung jawab dan disiplin siswa4) mengembangkan kreativitas siswa

    Kekurangan :1)

    siswa sulit dikontrol, apakah benar tugas tersebut dikerjakan sendiri atau orang lain.

    2) untuk tugas kelompok, tidak jarang yang aktif mengerjakan dan menyelesaikannyaadalah anggota tertentu saja, sedangkan yang lain tidak berpartipasi.

    3) tidak mudah memberikan tugas yang sesuai dengan perbedaan individu siswa.Setelah melakukan penelitian dan melihat serta merasakan proses pembelajaran dengan

    metode resitasi dan teknik motivasi verbal dan non verbal, serta memperhatikan simpulan di

    atas, maka saran yang dapat dikemukakan oleh penulis adalah sebagai berikut:

    1. Bagi para pembaca khususnya tenaga pendidik (guru); pembelajaran dengan metodepembelajaran resitasi dan teknik motivasi verbal dan non verbal dapat dijadikan sebagai

    salah satu alternatif kegiatan pembelajaran yang menyenangkan dan variatif serta dapat

    diterapkan di kelas dalam usaha untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa.

    2. Pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran resitasi menuntut siswa untuklebih mandiri dalam belajar. Sehingga guru diharapkan dapat membimbing siswanya dalam

    belajar agar semua aspek kecerdasan yang dimiliki siswa dapat berkembang dengan optimal.

    3. Karena dalam mengembangkan metode pembelajaran ini menggunakan musik sebagai lataratau alat untuk membangkitkan motivasi siswa, yang merupakan salah satu teknik motivasi

    non verbal maka sebaiknya audio yang digunakan dapat menggunakan media yang efektif

    dan efisien.

  • 7/22/2019 Pengaruh Metode Pembelajaran X Pada m.pel Matematika

    15/74

    Pendidikan Matematika 3 Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2012

    297

    4. Diperlukan kerjasama antar guru matematika dalam mengoptimalkan kemampuan dalambelajar matematika. Kerjasama ini diperlukan sebagai sarana tukar pengalaman mengajar

    tentang metode pembelajaran resitasi dan metode yang digunakan oleh masing-masing guru

    5. Bagi penelitian yang akan datang dan tertarik dengan penggunaan metode pembelajaran ini,hendaknya mengembangkan instrumen lain untuk materi ajar yang berbeda atau untuk kelas

    dalam jenjang pendidikan yang lain atau populasi yang tidak serupa dengan penelitian yang

    telah dilakukan pada penelitian kali ini.

    DAFTAR PUSTAKA

    Djamarah & Zaid. (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.

    Djamarah. (1995). Strategi Belajar Mengajar. Banjarmasin: Rineka Cipta.

    Gawatri, dkk. (2004).Matematika untuk Tingkat I SMK. Jakarta: Yudhistira.

    Hamalik, Oemar. (2009).Psikologi Belajar dan Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara

    M,. Sardiman A. (2007). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar.Jakarta: PT Raja Grafindo

    Persada.

    Rostiyah. (2001). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

    Ruseffendi, E.T. (1991).Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non Eksakta Lainnya.

    Semarang: IKIP Semarang Press.

    Rusmana, Indra Martha. (2009). Efektivitas Penggunaan Model Pembelajaran Slim-n-Bil

    Terhadap Prestasi dan Motivasi Belajar Matematika Siswa SMP.Skripsi, tidakdipublikasikan. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa : Serang.

    Slameto, (2003).Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya.Jakarta : Rineka Cipta.

    Sugiyono. (2005). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

    Suherman, dkk. (2003). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.Bandung: JICA-UPI.

    Surapranata, S. (2006).Analisis, Validitas, Reliabilitas dan Interpretasi Hasil Tes Implementasi

    Kurikulum 2004. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

    Tim Penyusun. (2003).Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

    Uno, H. B. (2007). Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta: PT Bumi Aksara.

  • 7/22/2019 Pengaruh Metode Pembelajaran X Pada m.pel Matematika

    16/74

    Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2012 Pendidikan Matematika 3

    298

    KEMAMPUAN AWAL MATEMATIS SISWA SEBAGAIBEKAL MENGIKUTI PEMBELAJARAN ARITMETIKA SOSIAL MELALUIPENDEKATAN METAKOGNITIF DENGAN MENGINTEGRASIKAN SOFT

    SKILL

    Atma Murni

    Dosen Pendidikan Matematika, Universitas RiauE-mail: [email protected]

    Abstrak

    Aritmetika Sosial merupakan materi matematika yang wajib dipelajari siswa kelas VII dan

    kaya akan konsep-konsep bilangan bulat, pecahan, dan aljabar. Topik-topik yang dibahas

    meliputi: untung, rugi, persentase untung, persentase rugi, diskon (rabat), neto, bruto, tara,bunga tabungan dan pajak. Masalah yang dipecahkan terkait dengan masalah kontekstual

    yang sering dijumpai dan dialami siswa dalam kehidupan sehari-hari sehingga diharapkan

    dapat mengembangkan kemampuan dan keterampilan siswa memecahkan masalah terkait

    Aritmetika Sosial. Meskipun masalah yang dimunculkan berhubungan dengan kehidupan

    sehari-hari siswa, namun siswa masih mengalami kesulitan menerapkan konsep-konsepprasyarat yang diperlukan untuk memecahkan masalah yang diberikan. Untuk itu perlumenganalisis kemampuan awal matematis (KAM) siswa dalam mengikuti pembelajaran

    Aritmetika Sosial yang dilaksanakan melalui penerapan pendekatan metakognitif dengan

    mengintegrasikan soft skill pada siswa kelas VII sekolah level tinggi dan sekolah level

    sedang di Kota Pekanbaru. Data KAM dianalisis menggunakan uji t dan uji ANAVA satu

    jalur. KAM siswa dikelompokan menjadi KAM atas, tengah, dan bawah. Hasil analisis

    menyatakan bahwa: (1) rata-rata KAM siswa sekolah level tinggi lebih besar dari rata-rata

    KAM sekolah level sedang untuk ketiga pendekatan pembelajaran; (2) KAM siswa pada

    setiap kelompok pembelajaran lebih dominan berada pada kategori tengah; (3) ada

    perbedaan secara signifikan KAM siswa sekolah level tinggi dan sekolah level sedang; (4)

    ada kesetaraan rata-rata KAM siswa ketiga pendekatan pembelajaran untuk setiap level

    sekolah; dan (5) dari jawaban siswa terlihat siswa masih mengalami kekeliruan, kesulitan,

    dan bahkan belum dapat menyelesaikan soal-soal materi prasyarat yang sangat diperlukandalam pembelajaran Aritmetika Sosial.

    Kata kunci: Kemampuan awal matematis, aritmetika sosial, metakognitif,soft skill

    PENDAHULUAN

    Kemampuan awal siswa merupakan pengetahuan dan keterampilan yang telah dimiliki

    siswa sebelum mengikuti pembelajaran. Kemampuan awal menggambarkan kesiapan siswa

    dalam menerima pelajaran yang akan disampaikan oleh guru. Dengan memiliki kemampuan

    awal tentang materi tertentu, siswa dapat dengan mudah mempelajari materi baru yang akandiajarkan guru. Sebagaimana dinyatakan Arends (2008), bahwa kemampuan awal siswa untuk

    mempelajari ide-ide baru bergantung pada pengetahuan awal mereka sebelumnya dan struktur

    kognitif yang sudah ada.

    Kemampuan awal siswa penting untuk diketahui guru sebelum ia mulai dengan

    pembelajarannya, karena dengan demikian dapat diketahui: (1) apakah siswa telah memiliki

    pengetahuan prasyarat (prerequisite) untuk mengikuti pembelajaran; (2) sejauh mana siswa

    telah mengetahui materi yang akan disajikan. Dengan mengetahui kedua hal tersebut, guru akan

    dapat merancang pembelajaran dengan lebih baik.

    Kenyataan sehari-hari dalam pembelajaran matematika menunjukkan seringkali guru

    merancang dan melaksanakan pembelajaran berdasarkan asumsi bahwa siswa telah memiliki

  • 7/22/2019 Pengaruh Metode Pembelajaran X Pada m.pel Matematika

    17/74

    Pendidikan Matematika 3 Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2012

    299

    kemampuan awal matematis yang baik dan siswa belum mengetahui sama sekali materi yang

    akan disajikan sehingga pembelajaran seringkali tidak diawali dengan menggali pengetahuan

    awal matematis siswa yang relevan. Dengan demikian, tidaklah mengherankan apabila

    pembelajaran menjadi tidak efektif karena siswa belum mempunyai kesiapan untuk menerima

    pelajaran.

    Makalah ini khusus membahas tentang kemampuan awal matematis (KAM) siswa dalam

    mengikuti pembelajaran Aritmetika Sosial yang dijadikan sebagai dasar dalam pelaksanaan

    penelitian yang menerapkan tiga pendekatan yaitu: (1) pembelajaran metakognitif dengan

    mengintegrasikansoft skill(PMSS); (2) pembelajaran metakognitif (PM); dan (3) pembelajaran

    konvensional (PK).

    Biryukov (2003) mengemukakan bahwa metakognisi merupakan dugaan pemikiran

    seseorang tentang pemikirannya yang meliputi pengetahuan metakognitif (kesadaran seseorang

    tentang apa yang diketahuinya), keterampilan metakognitif (kesadaran seseorang tentang

    sesuatu yang dilakukannya) dan pengalaman metakognitif (kesadaran seseorang tentang

    kemampuan kognitif yang dimilikinya). Berdasarkan pendapat tersebut, pembelajaran

    metakognitif dalam penelitian ini adalah pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran

    matematika terhadap siswa secara individual yang memiliki komponen: (1) menanamkan

    kesadaran kepada siswa suatu proses bagaimana merancang, memonitor, dan mengevaluasi

    aktivitas yang dilakukan untuk menentukan solusi dari suatu permasalahan; (2) memfokuskan

    pertanyaan kepada pemahaman masalah; (3) mengembangkan hubungan antara pengetahuan

    yang lalu dan sekarang; (4) menggunakan strategi penyelesaian permasalahan yang tepat; dan

    (5) merefleksikan proses dan solusi.

    Pembelajaran yang diterapkan dalam penelitian initidak hanya penerapan pembelajaran

    metakognitif saja melainkan mengintegrasikannya dengan soft skill. Soft skill menurut

    Muaddap (2010) bisa digolongkan kedalam dua kategori yaitu intrapersonal dan interpersonal

    skill.Intrapersonal skilladalah keterampilan seseorang dalam mengatur diri sendiri, sementara

    interpersonal skill adalah keterampilan seseorang yang diperlukan dalam berhubungan dengan

    orang lain. Intrapersonal skill sebaiknya dibenahi terlebih dahulu sebelum seseorang mulaiberhubungan dengan orang lain. Intrapersonal skillmencakup : (1) self awareness (kesadaran

    diri), meliputi: (a) self confident(percaya diri), (b) self assessment (penilaian diri), (c) trait &

    preference(berkarakter dan preferensi ), dan (d) emotional awareness (kesadaran emosional);

    (2) self skill (keterampilan diri), meliputi: (a) improvement (kemajuan/perbaikan), (b) self

    control(kontrol diri), (c) trust(percaya), (d) worthiness(bernilai), (e) time/sourcemanagement

    (manajemen waktu/sumber), (f) proactivity (proaktif), dan (g) conscience (hati nurani).

    Interpersonal skillmencakup: (1) social awareness (kesadaran sosial), meliputi: (a) political

    awareness (kesadaran politik), (b) developing others (mengembangkan orang lain), (c)

    leveraging diversity (pengaruh yang berbeda), (d) service orientation (berorientasi pada

  • 7/22/2019 Pengaruh Metode Pembelajaran X Pada m.pel Matematika

    18/74

    Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2012 Pendidikan Matematika 3

    300

    pelayanan), dan (e) emphaty (empati); (2) social skill (keterampilan sosial), meliputi: (a)

    leadership (kepemimpinan), (b) influence (pengaruh), (c) communication (komunikasi), (d)

    conflict management(manajemen konflik), (d) cooperation (kooperatif), (e) team work(kerja

    kelompok), dan (f) synergy(sinergi). Seiring dengan itu, Ayu (2011) juga menyatakan bahwa

    soft skill dapat mempengaruhi seseorang untuk memperlihatkan dirinya lebih beretika, percaya

    diri, dapat menghargai diri sendiri dan orang lain, dapat mengatur kepribadian dalam menjaga

    emosi dan tingkah laku.

    Berdasarkan pengertian tentang metakognitif dan soft skill maka dapat dikemukakan

    bahwa pembelajaran metakognitif dengan mengintegrasikan soft skill dalam penelitian ini

    adalah pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran matematika yang memiliki komponen

    pembelajaran metakognitif yang telah diuraikan di atas disertai dengan pembinaan soft skill

    siswa (percaya diri, proaktif, empati, kerjasama tim dan komunikasi).

    Kemampuan awal yang dibahas dalam penelitian ini adalah kemampuan awal matematis

    siswa kelas VII yang diperlukan dalam mengikuti materi Arimetika Sosial. Topik-topik yang

    dibahas dalam pembelajaran Aritmetika Sosial meliputi: untung, rugi, persentase untung,

    persentase rugi, diskon (rabat), neto, bruto, tara, bunga tabungan dan pajak. Aritmetika Sosial

    kaya dengan konsep-konsep bilangan bulat, pecahan, dan aljabar. Agar siswa tidak mengalami

    kesulitan dalam mengikuti pembelajaran Aritmetika Sosial maka siswa perlu memiliki

    kemampuan awal matematis yang optimal pada topik-topik prasyarat tersebut.

    Tujuan akhir dari penelitian adalah mengungkap dan menganalisis secara komprehensif

    hasil belajar matematika siswa pada materi Aritmetika Sosial. Hasil belajar matematika yang

    dimaksud adalah kemampuan pemecahan masalah matematis (KPMM) dan kemampuan

    representasi matematis (KRM) yang dijaring melalui tes. Sehubungan dengan itu, KAM

    menjadi salah satu aspek yang ditinjau dalam melakukan analisis peningkatan KPMM dan KRM

    siswa melalui ketiga pendekatan pembelajaran pada sekolah level tinggi dan sekolah level

    sedang.

    METODE PENELITIANPenelitian ini merupakan tahap awal dari penelitian eksperimental-semu (quasi-

    experimental research) melalui penerapan pendekatan metakognitif dengan mengintegrasikan

    soft skill dalam pembelajaran matematika untuk mengungkap peningkatan KPMM dan KRM.

    Khusus untuk pembahasan dalam makalah ini dapat digolongkan pada penelitian deskriptif

    yaitu mendeskripsikan KAM siswa yang diperlukan dalam mengikuti pembelajaran Aritmetika

    Sosial. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII pada satu sekolah level tinggi dan satu

    sekolah level sedang di Kota Pekanbaru sebanyak 202 orang. Pengambilan sekolah level tinggi

    dan sedang dilakukan secara acak terhadap seluruh sekolah yang terdapat pada setiap level. Dari

  • 7/22/2019 Pengaruh Metode Pembelajaran X Pada m.pel Matematika

    19/74

    Pendidikan Matematika 3 Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2012

    301

    tiap sekolah diambil tiga kelas yaitu: kelas eksperimen-1, kelas eksperimen-2, dan kelas

    kontrol.

    Instrumen penelitian adalah tes KAM yang memuat materi prasyarat untuk mengikuti

    pembelajaran materi Aritmetika Sosial pada kelas VII semester ganjil, yaitu: (1) operasi hitung

    bilangan bulat; (2) pecahan; (3) operasi hitung pecahan; (4) operasi bentuk aljabar; dan (5)

    persamaan linear satu variabel.Tes KAM menggunakan soal pilihan ganda sebanyak 28 butir.

    Sebelum tes KAM digunakan, terlebih dahulu dilakukan pengujian validitas dan reliabilitas.

    Hasil uji coba tes KAM menunjukkan bahwa 26 butir soal dinyatakan valid dengan reliabilitas

    sangat tinggi (0,919).

    Tes KAM yang diberikan meminta siswa menuliskan langkah perhitungan yang

    dilakukan pada tempat yang telah disediakan. Hal ini bertujuan melihat kemampuan siswa

    dalam menguasai materi prayarat. Selain mendeskripsikan KAM setiap siswa, tes KAM juga

    bertujuan untuk menentukan kategori kemampuan siswa yang terdiri dari kelompok atas,

    tengah, dan bawah. Siswa dikelompokkan ke dalam tiga kelompok KAM yaitu siswa kelompok

    KAM atas, KAM tengah, dan KAM bawah. Kriteria pengelompokan berdasarkan skor rata-rata

    () dan simpangan baku (SB) menurut (Ratnaningsih, 2007) seperti tabel 1 berikut.

    Data KAM siswa dianalisis secara deskriptif dan inferensial. Langkah awal dilakukan

    perhitungan rata-rata dan simpangan baku data KAM ketiga kelompok pendekatan

    pembelajaran untuk setiap level sekolah. Bersamaan dengan itu dilakukan pengelompokan

    siswa berdasarkan kategori KAM dan sekaligus menghitung rata-rata dan simpangan baku pada

    setiap kategori KAM ketiga pendekatan pembelajaran. Langkah berikutnya dilakukan analisis

    inferensial untuk menentukan perbedaan data KAM antar kedua level sekolah menggunakan uji

    t dan menentukan kesetaraan data KAM ketiga pendekatan pembelajaran untuk setiap level

    sekolah menggunakan uji ANAVA satu jalur. Sebelum melakukan uji statistik dilakukan uji

    asumsi yaitu uji normalitas data dan uji homogenitas varians.

    Tabel 1

    Kriteria Pengelompokan

    Kelompok KriteriaAtas KAM + SBTengah SB KAM

  • 7/22/2019 Pengaruh Metode Pembelajaran X Pada m.pel Matematika

    20/74

    Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2012 Pendidikan Matematika 3

    302

    Metakognitif dengan Mengintegrasikan Soft Skill (PMSS). Untuk memperoleh gambaran kualitas

    KAM siswa tersebut, data dianalisis secara deskriptif dan inferensial.

    Analisis Deskriptif Data KAM

    Pengolahan data secara deskriptif bertujuan untuk mengetahui rata-rata dan simpangan

    baku setiap kategori KAM siswa yaitu atas (A), tengah (T), dan bawah (B). Rangkuman hasil

    analisis deskriptif data KAM siswa berdasarkan pendekatan pembelajaran dan level sekolah

    disajikan pada Tabel 2 dan Tabel 3.

    Pada Tabel 2 berikut dapat dilihat bahwa berdasarkan kelompok pendekatan

    pembelajaran, ketiga kelompok siswa yang mendapat pendekatan PMSS, yang mendapat

    pendekatan PM, dan yang mendapat pendekatan PK pada setiap level sekolah dan gabungannya

    memiliki kualitas KAM yang relatif sama. Gambaran kualitas KAM ini cukup memenuhi syarat

    untuk memberikan perlakuan yang berbeda pada setiap kelompok. Jika terjadi perbedaanpeningkatan kemampuan siswa pada akhir proses pembelajaran maka perbedaan tersebut dapat

    dilihat sebagai akibat adanya perlakuan yang berbeda pada ketiga kelompok, bukan karena

    adanya perbedaan ketiga kelompok sebelum pembelajaran. Pada Tabel 2 juga dapat dilihat

    bahwa rata-rata KAM siswa pada sekolah level sedang lebih rendah dibanding rata-rata KAM

    siswa pada sekolah level tinggi. Data ini memperkuat alasan penetapan sekolah tempat

    penelitian sebagai sekolah level sedang dan sekolah level tinggi.

    Tabel 2.

    Deskripsi Data KAM Siswa Ketiga Pendekatan Pembelajaranuntuk Setiap Level Sekolah dan Gabungannya

    Level

    SekolahStatistik

    PendekatanGabungan

    PMSS PM PK

    Tinggi

    N 35 35 34 104

    Rata-rata 12,57 11,29 11,35 11,74

    Simpangan Baku 4,374 4,055 3,507 4,005

    Sedang

    N 33 32 33 98

    Rata-rata 9,39 8,84 9,24 9,16Simpangan Baku 4,023 3,521 4,479 3,997

    Gabungan

    N 68 67 67 202

    Rata-rata 11,03 10,12 10,31 10,49

    Simpangan Baku 4,472 3,975 4,124 4,195

    Pada Tabel 3 berikut dapat dilihat bahwa berdasarkan kelompok pendekatan

    pembelajaran, ketiga kelompok siswa yang mendapat pendekatan PMSS, yang mendapat

    pendekatan PM, dan yang mendapat pendekatan PK pada setiap kategori KAM memiliki

    kualitas KAM yang relatif sama. Gambaran kualitas KAM ini cukup memenuhi syarat untuk

  • 7/22/2019 Pengaruh Metode Pembelajaran X Pada m.pel Matematika

    21/74

    Pendidikan Matematika 3 Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2012

    303

    memberikan pembelajaran dengan pendekatan yang berbeda pada masing-masing kelompok.

    Tetapi, jika dilihat dari setiap kategori KAM, kualitas KAM setiap kelompok siswa relatif

    berbeda. Hal ini dapat diterima karena siswa dikelompokkan berdasarkan kategori KAM yaitu

    atas (A), tengah (T), dan bawah (B). Pada Tabel 3 juga dapat dilihat bahwa kemampuan siswa

    paling banyak berada pada kategori KAM tengah untuk ketiga pendekatan pembelajaran.

    Tabel 3

    Deskripsi Data KAM Siswa Ketiga Pendekatan Pembelajaranuntuk Setiap Kategori KAM

    Kategori

    KAMStatistik

    PendekatanGabungan

    PMSS PM PK

    Atas

    N 12 8 13 33

    Persentase Jumlah Siswa (%) 18 12 20 16

    Rata-rata 17,17 16,25 15,92 16,45

    Simpangan Baku 2,691 3,615 1,533 2,563

    Tengah

    N 42 50 43 135

    Persentase Jumlah Siswa (%) 61 75 64 67

    Rata-rata 11,14 10,24 10,14 10,49

    Simpangan Baku 2,851 2,421 2,532 2,614

    Bawah

    N 14 9 11 34

    Persentase Jumlah Siswa (%) 21 13 16 17

    Rata-rata 5,43 4,00 4,36 4,71

    Simpangan Baku 1,651 1,803 1,567 1,733

    Analisis Inferensial Data KAM

    Sebelum melakukan uji statistik terlebih dahulu dilakukan uji asumsi, yaitu uji

    normalitas data dan uji homogenitas varians.

    Rumusan hipotesis untuk menguji normalitas data adalah:

    H0 : sampel berdistribusi normal

    H1 : sampel tidak berdistribusi normal.

    Kriteria pengujian yang digunakan adalah: jika nilai significance (sig.) dari Z lebih

    besar dari = 0,05, maka H0diterima; dalam hal lainnya, H0ditolak. Uji normalitas data yang

    digunakan adalah uji Kolmogorov-Smirnov. Hasil uji normalitas data KAM siswa kedua level

    sekolah berdasarkan ketiga kelompok pendekatan pembelajaran disajikan pada Tabel 4.

    Pada Tabel 4 berikut dapat dilihat bahwa nilaisignificance(sig.) data KAM untuk setiap

    pendekatan pembelajaran pada setiap level sekolah lebih besar dari 0,05 yang berarti H0

    diterima. Dengan demikian, berdasarkan pengelompokan pendekatan pembelajaran pada setiap

    level sekolah, sampel berdistribusi normal. Pada Tabel 4 juga dapat dilihat bahwa nilai

  • 7/22/2019 Pengaruh Metode Pembelajaran X Pada m.pel Matematika

    22/74

    Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2012 Pendidikan Matematika 3

    304

    significance (sig.) data KAM siswa untuk setiap pendekatan pembelajaran pada kedua level

    sekolah lebih besar dari 0,05 yang berarti H0diterima. Dengan demikian, berdasarkan data KAM

    siswa untuk setiap pendekatan pembelajaran pada kedua level sekolah, sampel berdistribusi

    normal. Tabel 4 juga menunjukkan bahwa nilai significance (sig.) data KAM gabungan siswa

    yang mendapat pendekatan PMSS, yang mendapat pendekatan PM, dan yang mendapat

    pendekatan PK, lebih besar dari 0,05 yang berarti H0diterima. Dengan demikian, berdasarkan data

    gabungan ketiga pendekatan pembelajaran untuk setiap level sekolah, sampel berdistribusi

    normal.

    Tabel 4.Uji Normalitas Data KAM Siswa Kedua Level Sekolah

    Berdasarkan Pendekatan Pembelajaran

    Level

    SekolahStatistik

    PendekatanGabungan

    PMSS PM PK

    Tinggi

    N 35 35 34 104

    KS-Z 0,089 0,109 0,136 0,083

    Sig. 0,200 0,200 0,110 0,076

    H0 Diterima Diterima Diterima Diterima

    Sedang

    N 33 32 33 98

    KS-Z 0,135 0,090 0,101 0,083

    Sig. 0,131 0,200 0,200 0,090

    H0 Diterima Diterima Diterima Diterima

    Gabungan

    N 68 67 67

    KS-Z 0,101 0,079 0,103

    Sig. 0,085 0,200 0,073

    H0 Diterima Diterima Diterima

    Pengujian Perbedaan KAM antar Kedua Level Sekolah

    Pada Tabel 4 telah dilihat bahwa berdasarkan data KAM siswa untuk setiap level

    sekolah, sampel berdistribusi normal. Selanjutnya dilakukan uji homogenitas varians data KAM

    untuk kedua level sekolah. Rumusan hipotesis untuk melakukan uji homogenitas adalah:

    H0 : 12= 2

    2

    H1 : 12 2

    2

    dengan

    12adalah varians data KAM siswa sekolah level tinggi

    22

    adalah varians data KAM siswa sekolah level sedang.

  • 7/22/2019 Pengaruh Metode Pembelajaran X Pada m.pel Matematika

    23/74

    Pendidikan Matematika 3 Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2012

    305

    Kriteria pengujian yang digunakan adalah: jika nilaisignificance(sig.) lebih besar dari = 0,05,

    maka H0 diterima; dalam hal lainnya, H0 ditolak. Uji homogenitas varians yang digunakan

    adalah uji Levene. Hasil uji homogenitas kedua level sekolah disajikan pada Tabel 5.

    Tabel 5

    Uji Homogenitas Kedua Level Sekolah

    Statistik Levene dk1 dk2 Sig. H0 Kesimpulan

    0,553 1 200 0,458 Diterima Data KAM kedua level

    sekolah homogen

    Tabel 5 menunjukkan bahwa nilaisignificance (sig.) lebih besar dari = 0,05, berarti H0

    diterima. Dengan demikian, data KAM siswa sekolah level tinggi dan sekolah level sedang

    memiliki varians homogen.

    Untuk pengujian perbedaan rata-rata KAM siswa sekolah level tinggi dan sekolah level

    sedang dilakukan menggunakan uji-t. Rumusan hipotesis statistik yang diuji adalah:

    H0 : 1= 2

    H1 : 1 2

    dengan

    1adalah rata-rata KAM siswa sekolah level tinggi

    2adalah rata-rata KAM siswa sekolah level sedang.

    Kriteria pengujian yang digunakan adalah: jika nilai significance (sig.) lebih besar dari 0,05,

    maka H0 diterima; dalam hal lainnya H0 ditolak. Hasil uji perbedaan rata-rata dengan

    menggunakan uji t terhadap data KAM siswa berdasarkan level sekolah disajikan pada Tabel 6.

    Pada Tabel 6 terlihat bahwa nilai significance (sig.) lebih kecil dari 0,05, berarti H0

    ditolak. Jadi, ada perbedaan KAM yang signifikan antara siswa sekolah level tinggi dengan siswa

    sekolah level sedang. Hasil ini memperkuat alasan pemilihan kedua level sekolah dan hasil

    analisis deskriptif pada Tabel 2 di atas.

    Tabel 6

    Uji Perbedaan Data KAM Siswa antar Kedua Level Sekolah

    Level

    Sekolah

    Pembelajaran N Simpangan

    Baku

    t dk Sig.

    (2 tailed)

    H0

    Tinggi

    PMSS 35 4,374

    4,575 200 0,000 Ditolak

    PM 35 4,055

    PK 34 3,507

    Sedang

    PMSS 32 4,023

    PM 33 3,521

    PK 33 4,479

  • 7/22/2019 Pengaruh Metode Pembelajaran X Pada m.pel Matematika

    24/74

    Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2012 Pendidikan Matematika 3

    306

    Pengujian Kesetaraan KAM Ketiga Kelompok Pembelajaran

    Pada Tabel 4 telah dinyatakan bahwa data KAM berdasarkan ketiga pendekatan

    pembelajaran berdistribusi normal. Sebelum melakukan uji kesetaraan KAM ketiga kelompok

    pembelajaran terlebih dahulu dilakukan uji homogenitas varians, dengan rumusan hipotesis

    statistik adalah:

    H0 : 12= 2

    2= 32

    H1 : 12 2

    2 3

    2

    dengan

    12adalah varians data KAM siswa yang mendapat pendekatan PMSS.

    22

    adalah varians data KAM siswa yang mendapat pendekatan PM.

    32adalah varians data KAM siswa yang mendapat pendekatan PK.

    Kriteria pengujian yang digunakan adalah: jika nilaisignificance (sig.) lebih besar dari = 0,05,

    maka H0 diterima; dalam hal lainnya, H0 ditolak. Uji homogenitas varians yang digunakan

    adalah uji Levene. Hasil uji homogenitas varians ketiga kelompok pembelajaran adalah:

    Tabel 7

    Uji Homogenitas Ketiga Pendekatan Pembelajaran

    Statistik Levene dk1 dk2 Sig. H0 Kesimpulan

    1,530 2 199 0,219 Diterima Data KAM ketiga

    pendekatan pembelajaran

    homogen

    Pada Tabel 7 dapat dilihat bahwa nilai significance (sig.) lebih besar dari = 0,05,

    berarti H0 diterima. Dengan demikian, data KAM berdasarkan pengelompokan ketiga

    pendekatan pembelajaran memiliki varians homogen.

    Selanjutnya perlu dilakukan pengujian kesetaraan rata-rata KAM siswa berdasarkan ketiga

    pendekatan pembelajaran. Rumusan hipotesis statistik yang diuji adalah:

    H0 : 1= 2 = 3

    H1 : 1 2 3

    dengan1adalah rata-rata KAM siswa yang mendapat pendekatan PMSS.

    2adalah rata-rata KAM siswa yang mendapat pendekatan PM.

    3adalah rata-rata KAM siswa yang mendapat pendekatan PK.

    Kriteria pengujian yang digunakan adalah: jika nilai significance (sig.) lebih besar dari 0,05,

    maka H0 diterima; dalam hal lainnya H0 ditolak. Uji kesetaraan rata-rata data KAM siswa

    berdasarkan ketiga pendekatan pembelajaran dilakukan dengan menggunakan uji analisis

    varians (ANAVA) satu jalur. Hasil uji kesetaraan data KAM siswa berdasarkan pendekatan

    pembelajaran disajikan pada Tabel 8.

  • 7/22/2019 Pengaruh Metode Pembelajaran X Pada m.pel Matematika

    25/74

    Pendidikan Matematika 3 Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2012

    307

    Tabel 8.

    Uji Kesetaraan Data KAM Ketiga Pendekatan Pembelajaran

    SumberJumlah

    Kuadratdk

    Rata-rata

    KuadratF Sig. H0 Kesimpulan

    Antar

    Kelompok

    31,076 2 15,538 0,882 0,416 Diterima Data KAM

    ketiga

    kelompok

    pembelajaran

    homogen

    Dalam

    Kelompok

    3505,404 199 17,615

    Total 3536,480 201

    Pada Tabel 8 terlihat bahwa nilai significance (sig.) lebih besar dari 0,05, berarti H0

    diterima. Dengan demikian, ada kesetaraan data KAM yang signifikan antara siswa yang

    mendapat pendekatan PMSS, yang mendapat pendekatan PM, dan yang mendapat pendekatan

    PK. Hasil ini memperkuat alasan pemilihan ketiga kelompok pembelajaran dan juga hasil

    analisis deskriptif Tabel 2 dan Tabel 3 di atas.

    Pengujian Kesetaraan KAM Siswa Ketiga Kelompok Pembelajaran untuk Setiap Level

    Sekolah

    Sebelum melakukan uji kesetaraan KAM ketiga pendekatan pembelajaran untuk setiap

    level sekolah, terlebih dahulu dilakukan uji homogenitas varians dengan hasil sebagaimanadisajikan pada Tabel 9.

    Tabel 9

    Uji Homogenitas Varians dari Levene terhadap Data KAMSiswa Ketiga Pendekatan Pembelajaran untuk Setiap Level Sekolah

    Level

    SekolahPendekatan N

    Simpangan

    BakuF Sig. H0

    Tinggi

    PMSS 35 4,374

    0,949 0,391 DiterimaPM 35 4,055PK 34 3,507

    Sedang

    PMSS 32 4,023

    0,161 0,143 DiterimaPM 33 3,521

    PK 33 4,479

    Pada Tabel 9 terlihat bahwa kedua nilai significance (sig.) lebih besar dari 0,05,

    sehingga H0diterima. Jadi, data KAM ketiga pendekatan pembelajaran pada setiap level sekolah

    mempunyai varians yang homogen.

  • 7/22/2019 Pengaruh Metode Pembelajaran X Pada m.pel Matematika

    26/74

    Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2012 Pendidikan Matematika 3

    308

    Untuk menguji kesetaraan KAM ketiga pendekatan pembelajaran dari setiap level sekolah

    diajukan hipotesis statistik sebagai berikut.

    H0 : 1= 2 = 3

    H1 : 1 2 3

    dengan

    1 adalah rata-rata KAM siswa sekolah level tinggi (atau sedang) yang mendapat pendekatan

    PMSS.

    2 adalah rata-rata KAM siswa sekolah level tinggi (atau sedang) yang mendapat pendekatan

    PM.

    3adalah rata-rata KAM siswa sekolah level tinggi (atau sedang) yang mendapat pendekatan

    PK.

    Kriteria pengujian yang digunakan adalah: jika nilai significance (sig.) lebih besar dari 0,05,

    maka H0diterima; dalam hal lainnya, H0ditolak. Pengujian hipotesis tentang kesetaraan data

    KAM siswa antara yang mendapat pendekatan PMSS, yang mendapat pendekatan PM, dan

    yang mendapat pendekatan PK dari setiap level sekolah tersebut digunakan uji ANAVA satu

    jalur. Hasil uji tersebut disajikan pada Tabel 10 berikut.

    Tabel 10.Uji Kesetaraan Data KAM Siswa Ketiga Pendekatan

    Pembelajaran untuk Setiap Level Sekolah

    Level

    Sekolah Pendekatan N

    Rata-

    rata F Sig. H0 Kesimpulan

    Tinggi

    PMSS 35 12,57

    1,141 0,323 Diterima

    Ada kesetaraan

    data KAM siswa

    ketiga

    pendekatan

    pembelajaran

    untuk setiap level

    sekolah.

    PM 35 11,29

    PK 34 11,35

    Sedang

    PMSS 33 9,39

    0,161 0,852 DiterimaPM 32 8,84

    PK 33 9,24

    Pada Tabel 10 terlihat bahwa nilai significance (sig.) data KAM siswa ketiga

    pendekatan pembelajaran untuk setiap level sekolah lebih besar dari 0,05, berarti H0diterima.

    Dengan demikian, ada kesetaraan KAM yang signifikan antara siswa yang mendapat

    pendekatan PMSS, yang mendapat pendekatan PM, dan yang mendapat pendekatan PK dari

    setiap level sekolah. Hal ini, memperkuat alasan melakukan perlakuan yang berbeda pada ketiga

    kelompok siswa untuk setiap level sekolah sehingga dapat dilihat perubahan yang terjadi

    sebagai akibat dari perlakuan yang diberikan.

  • 7/22/2019 Pengaruh Metode Pembelajaran X Pada m.pel Matematika

    27/74

    Pendidikan Matematika 3 Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2012

    309

    Analisis Jawaban Siswa

    Dari jawaban siswa, secara global dapat dikemukakan bentuk hasil kerja siswa, yaitu:

    (1) keliru dalam menentukan selisih dua bilangan yang memerlukan teknik peminjaman pada

    angka sebelumnya; (2) tidak memperhatikan hierakhis penggunaan operasi hitung dalam

    melakukan perhitungan; (3) tidak cermat atau tidak dapat melakukan operasi bentuk aljabar; (4)

    keliru memahami soal; (5) tidak dapat merubah pecahan biasa menjadi persen atau sebaliknya;

    (6) keliru atau tidak dapat melakukan operasi antara persen dengan bilangan bulat; (7) tidak

    dapat menentukan prosedur penyelesaian soal; dan (8) keliru atau tidak dapat mencari solusi

    persamaan linear.

    SIMPULAN DAN SARAN

    Simpulan

    Hasil analisis data secara deskriptif menunjukkan bahwa KAM siswa sekolah level

    tinggi lebih besar dari sekolah level sedang untuk ketiga pendekatan pembelajaran. KAM siswa

    pada setiap kelompok pembelajaran lebih dominan berada pada kategori tengah. Hasil analisis

    data secara inferensial menunjukkan bahwa ada perbedaan secara signifikan KAM siswa

    sekolah level tinggi dan sekolah level sedang. Selain itu, ada kesetaraan KAM siswa ketiga

    pendekatan pembelajaran untuk setiap level sekolah. Dari jawaban siswa pada tes KAM terlihat

    siswa masih mengalami kekeliruan, kesulitan, dan bahkan belum dapat menyelesaikan soal-soal

    materi prasyarat yang sangat diperlukan dalam pembelajaran Aritmetika Sosial.

    Saran

    Pada kegiatan awal pembelajaran perlu melakukan apersepsi dan revisi tentang materi

    prayarat yang sangat diperlukan dalam pemberian setiap topik dari Aritmetika Sosial

    berdasarkan kelemahan siswa sesuai temuan yang telah diuraikan di atas.

    DAFTAR PUSTAKA

    Arends, R.I. (2008). Learning to Teach, Belajar untuk Mengajar. Edisi Ketujuh Buku Satu.

    Penerjemah: Helly Prajitno Soetjipto dan Sri Mulyantini Soetjipto. Yogyakarta: PustakaPelajar.

    Ayu, K. (2011). Pentingnya Soft Skill. [Online]. Tersedia: http://komangayu-

    as.blogspot.com/2011/01/pentingnya-soft-skill.html. [8April 2011]

    Biryukov, P. (2003).Metacognitive Aspect of Solving Combinatorics Problems. [Online].

    Tersedia:http://www.cimt.pymouth.ac.uk/journal/biryukov.pdf [27 Oktober 2009]

    Muaddab, H. (2010). Pengertian Soft Skill dan Hard Skill. [Online]. Tersedia:

    http://hafismuaddab.wordpress.com/2010/02/13/pengertian-soft-skill-dan-hard-skill/. [8

    April 2011]

    http://komangayu-as.blogspot.com/2011/01/pentingnya-soft-skill.html.%20%5b8http://komangayu-as.blogspot.com/2011/01/pentingnya-soft-skill.html.%20%5b8http://komangayu-as.blogspot.com/2011/01/pentingnya-soft-skill.html.%20%5b8http://www.cimt.pymouth.ac.uk/journal/biryukov.pdfhttp://www.cimt.pymouth.ac.uk/journal/biryukov.pdfhttp://www.cimt.pymouth.ac.uk/journal/biryukov.pdfhttp://hafismuaddab.wordpress.com/2010/02/13/pengertian-soft-skill-dan-hard-skill/http://hafismuaddab.wordpress.com/2010/02/13/pengertian-soft-skill-dan-hard-skill/http://hafismuaddab.wordpress.com/2010/02/13/pengertian-soft-skill-dan-hard-skill/http://www.cimt.pymouth.ac.uk/journal/biryukov.pdfhttp://komangayu-as.blogspot.com/2011/01/pentingnya-soft-skill.html.%20%5b8http://komangayu-as.blogspot.com/2011/01/pentingnya-soft-skill.html.%20%5b8
  • 7/22/2019 Pengaruh Metode Pembelajaran X Pada m.pel Matematika

    28/74

    Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2012 Pendidikan Matematika 3

    310

    Ratnaningsih, N. (2007). Pengaruh Pembelajaran Kontekstual terhadap Kemampuan Berpikir

    Kritis dan Kreatif Matematik serta Kemandirian Belajar Siswa Sekolah Menengah Atas.

    Disertasi Doktor pada SPs UPI. Bandung: tidak diterbitkan.

  • 7/22/2019 Pengaruh Metode Pembelajaran X Pada m.pel Matematika

    29/74

    Pendidikan Matematika 3 Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2012

    311

    Pengembangan Model Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan

    Pendidikan Karater di Sekolah Dasar

    Riyadi, Mardiyana, Rukayah

    Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

    Abstrak

    Penelitian ini bertujuan untuk (1) Menemukan bentuk prototypemodel pembelajaranmatematika dengan pendekatan pendidikan karakter yang sesuai dengan kebutuhan guru di

    Sekolah Dasar. (2) Mendapatkan masukan dari stakeholders terhadap prototype model

    pembelajaran matematika dengan pendekatan pendidikan karakter di Sekolah Dasar; (3)

    Menemukan model pembelajaran matematika dengan pendekatan pendidikan karakter yang

    tepat/cocok untuk diimplementasikan di Sekolah Dasar.Penelitin ini dibatasi pada pembelajaran matematika di sekolah dasar yang

    dilakukan dalam jangka waktu dua tahun. Tahun pertama mencakup tahap studi

    pendahuluan/eksplorasi dan tahap pengembangan model. Tahun kedua mencakup tahap

    pengujian model dan tahap diseminasi. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar di

    wilayah eks karesidenan Surakarta. Penentuan sampel penelitian dilakukan dengan cluster

    random sampling. Teknik pengumpulan data meliputi observasi, wawancara, catatanlapangan, dan analisis dokumen. Analisis data dilakukan dengan model analisis interaktif,

    sedangkan hasil eksperimen dengan teknik t-test.

    Hasil penelitian pada tahun pertama diuraikan sebagai berikut: 1) Model pembelajaran

    yang berhasil dikembangkan adalah model pembelajaran bebasis masalah dengan pendekatan

    kontekstual yang sintaksnya mempunyai tujuh fase, 2) Pedoman penilaian karakter yang

    berhasil dikembangkan dilengkapi dengan indikator-indikator untuk sembilan nilai karakteryang cocok untuk dikembangkan pada mata pelajaran matematika di sekolah dasar, dan 3)

    Berdasarkan uji coba terbatas dan uji coba luas diperoleh hasil: model pembelajaran bebasis

    masalah dengan pendekatan kontekstual dan pedoman penilaian karakter dapat

    diimplementasikan dengan baik di sekolah dasar.

    Kata kunci : model pembelajaran berbasis masalah, pendekatan kontekstual,

    pendidikan karakter.

    PENDAHULUAN

    Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem pendidikan Naional menegaskan

    bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta

    peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan

    untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa

    kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan

    menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Namun upaya pendidikan

    yang dilakukan oleh lembaga pendidikan belum sepenuhnya mengarahkan perhatian secara

    komprehensif pada upaya pencapaian tujuan pendidikan nasional.

    Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Musliar Kasim (Ruslan Burhani, 2012)

    menyatakan bahwa pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah masih terkendala pemahaman

    guru yang belum mampu mengintegrasikannya dalam mata pelajaran. Lebih lanjut, Musliar

    Kasim menyatakan bahwa tidak ada mata pelajaran khusus yang membahas mengenai

    pendidikan karakter tetapi terintegrasi pada setiap mata pelajaran. Hal ini berarti ketika hendak

    memasukkan pendidikan karakter pada satuan pendidikan, tidak perlu membentuk mata

  • 7/22/2019 Pengaruh Metode Pembelajaran X Pada m.pel Matematika

    30/74

    Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2012 Pendidikan Matematika 3

    312

    pelajaran baru karena sifat-sifat yang hendak dibentuk pada peserta didik tidak dapat dijadikan

    sebagai suatu mata pelajaran.

    Salah satu model pembelajaran yang di dalamnya memuat pelatihan untuk

    menyelesaikan masalah adalah Problem Based Learning (PBL) atau di Indonesia dikenal

    dengan Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM), karena salah satu karakteristik dari PBM adalah

    menggunakan masalah untuk mengawali proses pembelajaran. Selain PBM memuat pelatihan

    untuk menyelesaikan masalah, dan berdasarkan beberapa hasil penelitian menghasilkan

    kesimpulan bahwa prestasi belajar matematika siswa yang diajar dengan model Pembelajaran

    Berbasis Masalah. PBM lebih baik jika dibandingkan dengan prestasi belajar matematika siswa

    yang diajar dengan model pembelajaran konvensional

    Namun, model pembelajaran ini masih memiliki beberapa kelemahan, salah satunya

    adalah menimbulkan frustasi pada kalangan siswa jika mereka belum dapat menemukan solusi

    dari permasalahan (Martinis Yamin, 2008:85). Hal ini tidak akan terjadi jika permasalahan

    disusun berdasarkan pengalaman mereka pada kehidupan nyata yang telah mereka alami

    (kontekstual). Menyusun permasalahan sesuai dengan kehidupan nyata yang telah dialami siswa

    (kontekstual) tentu bukan hal mudah, sehingga perlu menganalisis materi pelajaran terlebih

    dahulu.

    Berdasarkan uraian di muka, permasalahan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

    1).Bagaimanakah bentuk prototype model pembelajaran matematika dengan pendekatan

    pendidikan karakter yang sesuai dengan kebutuhan guru di Sekolah Dasar? 2) Bagaimanakah

    tanggapanstakeholdersterhadapprototypemodel pembelajaran matematika dengan pendekatan

    pendidikan karakter di Sekolah Dasar? 3) Bagaimanakah hasil pengembangan prototype

    menjadi suatu model pembelajaran matematika dengan pendekatan pendidikan karakter di

    Sekolah Dasar?

    Berikut diuraikan kajian teoritis yang mendasari dalam mencari jawaban atas

    pemasalahan tersebut.

    Pembelajaran matematika adalah suatu cara untuk membuat siswa belajar matematika.

    Mengingat bahwa matematika merupakan ilmu yang deduktif aksiomatik dan objekpenelaahannya abstrak, sedangkan matematika sudah harus diajarkan mulai anak-anak, maka

    kegiatan pembelajaran matematika harus direncanakan sesuai dengan kemampuan intelektual

    siswa. Oleh karena itu cara membelajarkan matematika kepada anak-anak dan orang dewasa

    harus berbeda, karena kemampuan intelektualnya berbeda. Menurut Doman, seperti yang

    dikutip oleh Herman Hudojo, menyatakan bahwa apabila fakta-fakta matematika diberikan

    kepada anak-anak balita sesuai dengan kemampuannya, mereka akan dapat menemukan sendiri

    aturan-aturan yang ada di dalamnya (Herman Hudojo, 1988: 95). Hal ini berarti bahwa

    matematika dapat diajarkan kepada siapa saja tanpa memandang usia, asal disesuaikan dengan

    kemampuan intelektualnya.

  • 7/22/2019 Pengaruh Metode Pembelajaran X Pada m.pel Matematika

    31/74

    Pendidikan Matematika 3 Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2012

    313

    Keberhasilan guru dalam membelajarkan siswa dipengaruhi oleh banyak hal, salah

    satunya adalah model pembelajaran yang digunakan guru. Oleh karena itu pemilihan model

    pembelajaran merupakan suatu hal yang perlu mendapat perhatian. Model pembelajaran adalah

    kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan

    pengalaman belajar untuk mencapai tujuan tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para

    perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas

    pembelajaran. Menurut Kardi dan Nur (dalam Trianto, 2009:23), terdapat empat ciri dari model

    pembelajaran yang dapat membedakan model pembelajaran dengan metode, strategi maupun

    prinsip pembelajaran, empat ciri tersebut adalah sebagai berikut: 1) Memiliki rasional teoritik

    kuat yang disusun oleh penciptanya, 2) Terdapat tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, 3)

    Mempunyai aturan tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat berjalan

    dengan baik, dan 4) Pensetingan lingkungan belajar agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.

    Berkaitan dengan pemilihan model pembelajaran, Nieveen dalam Trianto (2009: 24-25)

    mengemukakan tiga kriteria untuk menentukan kualitas model pembelajaran, yaitu validitas,

    kepraktisan dan keefektifan, yang masing-masing diuraikan dengan aspek-aspek sebagai

    berikut. 1) Aspek validitas (validity) dikaitkan dengan dua hal, yaitu: a) model pembelajaran

    dikembangkan berdasarkan pada rasional teoritik yang kuat, dan b) model pembelajaran

    mempunyai konsistensi internal. 2) Aspek kepraktisan (practicality), maksudnya yaitu model

    pembelajaran yang dikembangkan dapat diterapkan. 2) Aspek keefektifan (effectiveness), yaitu

    model pembelajaran dikatakan efektif jika ahli dan praktisi berdasarkan pengalamannya

    menyatakan bahwa model tersebut praktis dan secara operasional model tersebut memberikan

    hasil sesuai dengan yang diharapkan.

    Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga

    sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk

    melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri,

    sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil. Pendidikan

    karakter dapat diintegrasikan dalam pembelajaran pada setiap mata pelajaran. Materi

    pembelajaran yang berkaitan dengan norma atau nilai-nilai pada setiap mata pelajaran perludikembangkan, dieksplisitkan, dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari.

    Pendidikan karakter bertujuan mengembangkan nilai-nilai yang membentuk karakter

    bangsa yaitu Pancasila, meliputi : (1) mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi

    manusia berhati baik, berpikiran baik, dan berprilaku baik; (2) membangun bangsa yang

    berkarakter Pancasila; (3) mengembangkan potensi warganegara agar memiliki sikap percaya

    diri, bangga pada bangsa dan negaranya serta mencintai umat manusia.

    Kemdiknas (2010: 11) menyebutkan ada empat prinsip yang digunakan dalam

    pengembangan pendidikan karakter, yaitu 1) berkelanjutan, 2) melalui semua mata pelajaran, 3)

  • 7/22/2019 Pengaruh Metode Pembelajaran X Pada m.pel Matematika

    32/74

    Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2012 Pendidikan Matematika 3

    314

    nilai tidak diajarkan tetapi dikembangkan melalui proses belajar, dan 4) Proses pendidikan

    dilakukan peserta didik secara aktif dan menyenangkan.

    METODE PENELITIAN

    Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan suatu model pembelajaran matematika

    yang mengintegrasikan pendidikan karakter di Sekolah Dasar. Oleh karena itu model yang

    digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian pengembangan (Research and Development).

    Penelitian pengembangan ini dilakukan dengan menempuh prosedur penelitian pengembangan

    seperti diuraikan oleh Sugiyono (2010: 409), yang meliputi sepuluh langkah. Dalam

    pelaksanaan penelitian pengembangan ini, dari sepuluh langkah dirampatkan menjadi empat

    tahap yang akan dilaksanakan dalam waktu dua tahun yaitu: A) Tahun Pertama, meliputi

    langkah-langkah (1) studi pendahuluan atau tahap eksplorasi, dan (2) tahap pengembangan

    model, dan B) Tahun kedua, meliputi langkah-langkah (1) tahap pengujian model, dan (2) tahap

    diseminasi.

    Studi pendahuluan atau eksplorasi dilakukan untuk memperoleh informasi yang

    mendalam tentang (1) kondisi nyata mengenai pembelajaran matematika Sekolah Dasar di

    wilayah eks karesidenan Surakarta; (2) kondisi nyata tentang kebutuhan guru di SD mengenai

    pedoman pembelajaran matematika.

    Subjek penelitian ini adalah (1) siswa kelas V sekolah dasar; (2) para guru kelas V

    sekolah dasar; dan (3) Stakeholdersyang akan ditetapkan kemudian dalam menentukan tokoh-

    tokoh yang terlibat dalam mengambil kebijakan. SD yang digunakan penelitian ini adalah SD di

    wilayah eks karesidenan Surakarta. Penentuan SD dilakukan dengan cluster random sampling.

    Berdasarkan teknik pengambilan sampel tersebut, diperoleh lokasi penelitian ini meliputi tiga

    SD, yaitu Sekolah Dasar Angkasa Colomadu Karanganyar, Sekolah Dasar Negeri Kleco II

    Laweyan Surakarta, dan Sekolah Dasar Negeri Sekip II Banjarsari Surakarta.

    Teknik pengumpulan data tahap ini adalah (1) observasi, (2) wawancara, (3) catatan

    lapangan, dan (4) analisis dokumen.

    Teknik analisis data yang digunakan pada tahun pertama penelitian ini adalah modelanalisis interaktif dengan teknik deskriptif kualitatif. Teknik ini sesuai dengan model Miles &

    Huberman dalam Sugiyono (2010: 337), yang menyatakan bahwa di dalam proses analisis ada

    tiga komponen yang harus disadari oleh peneliti. Tiga komponen tersebut adalah sebagai

    berikut: 1) Reduksi Data, 2) Penyajian Data, dan 3) Penarikan simpulan, verifikasi, dan refleksi.

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    Hasil Eksplorasi/Sudi Pendahluan

    Hasil analisis dokumentasi terhadap Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) kelas V

    SD Negeri Kleco II Kecamatan Laweyan Surakarta, SD Negeri Sekip II Kecamatan Banjarsari

  • 7/22/2019 Pengaruh Metode Pembelajaran X Pada m.pel Matematika

    33/74

    Pendidikan Matematika 3 Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2012

    315

    Surakarta dan SD Angkasa Kecamatan Colomadu Karanganyar dapat diuraikan sebagai berikut.

    1) Guru kelas V di tiga sekolah dasar tersebut telah mengembangkan nilai-nilai karakter, 2)

    Nilai-nilai karakter yang telah dikembangkan, diantaranya religius, sopan santun, demokratis,

    disiplin, tanggung jawab, tekun, ketelitian, kreatifitas, kerjasama, toleransi, keberanian, percaya

    diri dan rasa ingin tahu, 3) Pengembangan nilai-nilai karakter di tiga sekolah dasar tersebut

    adalah nilai-nilai karakter yang sifatnya masih umum yang dapat dikembangkan untuk semua

    mata pelajaran, 4) Pengembangan nilai karakter di ketiga sekolah dasar tersebut juga sudah

    dilengkapi dengan rubrik penilaianya, namun belum semua nilai karakter sudah dilengkapi

    dengan rubrik penilaiannya.

    Hasil tersebut di atas juga sejalan dengan hasil wawancara yang petikan wawancaranya

    dinyatakan sebagai berikut.

    P-01: Pak, apakah nilai-nilai karakter seperti religius, jujur, disiplin, dan

    sebagainya dikembangkan kepada siswa SD kelas V?G-01: Ya, itu kan program pemerintah, jadi kita harus mendukungnya.P-01: Lalu, bagaimana cara mengembangkan nilai-nilai karakter

    tersebut, Pak?G-01: Untuk nilai karakter religius, setiap akan mulai dan menutup

    pelajaran anak-anak diminta berdoa sesuai agama masing-masing.Untuk nilai karakter disiplin, anak-anak diminta masuk kelas tidakterlambat dan guru member contoh dengan cara masuk kelas tidakterlambat?

    P-01: Pak, tadi kan nilai-nilai karakter umum yang dapat dikembangkanuntuk semua mata pelajaran. Apa ada nilai-nilai karakter yangdikembangkan khusus untuk mata pelajaran matematika?