teori korelasi populasi-quisioner 2.pdf

Upload: nova

Post on 26-Feb-2018

258 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/25/2019 teori korelasi populasi-quisioner 2.pdf

    1/30

    49

    BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    3.1. Tahap-Tahap Penelitian

    Proses penelitian merupakan suatu proses dimana antara satu tahap dengan tahap yang lain

    saling terkait sehingga menjadi sebuah susunan yang sistematik. Oleh karena setiap tahap

    penelitian merupakan bagian yang menentukan tahap selanjutnya maka hal yang perlu dilakukan

    pertama kali adalah merancang tahap-tahap penelitian. Tahap-tahap penelitian dirancang dengan

    maksud untuk memudahkan dan memberikan arah jalannya penelitian serta diharapkan berguna

    dalam menyusun dan melaksanakan penelitian secara terencana dan sistematis.

    Penelitian ini menempuh langkah-langkah ilmiah yang berpedoman pada garis-garis besar

    bangun ilmu (the building blocks of science). Langkah-langkah ilmiah menurut garis-garis besar

    bangun ilmu yaitu (Sekaran, 2003):

    1.Melakukan observasi

    2.Mengidentifikasi masalah melalui formulasi kerangka teori atau jaringan hubungan teoritis

    3.Menyusun hipotesis, menentukan konstruk-konstruk, konsep-konsep serta definisi operasional

    variabel

    4.Menentukan desain penelitian, pengumpulan serta analisis data

    5. Interpretasi data

    6. Implementasi atau penyempurnaan teori

    Dengan berpedoman pada langkah-langkah ilmiah menurut garis-garis besar bangun ilmu

    tersebut maka dikembangkan suatu tahap-tahap penelitian yang mampu digunakan untuk

    melaksanakan penelitian ini. Tahap-tahap penelitian yang dilakukan terbagi menjadi empat

    bagian yaitu:

    1.Tahap persiapan penelitian

    2.Tahap studi pendahuluan

    3.

    Tahap pengumpulan dan pengolahan data

    4.Tahap analisis, kesimpulan dan saran

    Adapun tahap-tahap penelitian tersebut dijelaskan pada Gambar 3.1.

  • 7/25/2019 teori korelasi populasi-quisioner 2.pdf

    2/30

    50

    Gambar 3.1

    Tahap-Tahap Penelitian

  • 7/25/2019 teori korelasi populasi-quisioner 2.pdf

    3/30

    51

    3.2. Tahap Persiapan Penelitian

    Tahap persiapan penelitian adalah tahap pertama yang bertujuan untuk mendapatkan

    gambaran mengenai bidang peminatan penelitian yang akan dilakukan. Langkah-langkah pada

    tahap persiapan penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.2.

    Gambar 3.2

    Tahap Persiapan Penelitian

    3.2.1. Fenomena yang Terjadi

    Pada tahap persiapan penelitian, hal pertama yang dilakukan adalah melihat fenomena

    berkaitan dengan kinerja dosen. Dosen adalah tenaga akademik pada perguruan tinggi dan

    merupakan salah satu organ sistem pendidikan tinggi yang sangat penting sehingga dosen serta

    hasil kerjanya (kinerja) harus menjadi perhatian dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan

    tinggi. Selain itu diantara ketiga unsur oeganisasi perguruan tinggi (dosen, pegawai dan

    mahasiswa), dosen merupakan faktor utama dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia

    karena dosen merupakan ujung tombak sistem pendidikan tinggi suatu negara.

    Terdapat berbagai metode untuk memperoleh gambaran kinerja dosen, antara lain dengan

    membaca artikel dan jurnal yang terkait, membuka situs-situs yang berkaitan dengan kinerja

  • 7/25/2019 teori korelasi populasi-quisioner 2.pdf

    4/30

    52

    dosen serta melakukan wawancara dengan para ahli di bidang kinerja. Berdasarkan metode

    tersebut diketahui bahwa dosen merupakan ujung tombak sistem pendidikan tinggi suatu negara

    dan merupakan salah satu organ sistem pendidikan tinggi yang sangat penting, sehingga kinerja

    dosen harus menjadi perhatian dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan tinggi. Kinerja

    dosen yang positif dan berkualitas merupakan komponen penting dalam dalam meningkatkan

    kualitas akademik dosen, kinerja perguruan tinggi secara keseluruhan serta kepuasan mahasiswa.

    Namun kinerja dosen yang positif dan berkualitas tersebut tidak muncul begitu saja namun

    dipicu oleh beberapa faktor. Berdasarkan hal tersebut maka dibutuhkan pengamatan lebih lanjut

    yang bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mampu memberikan peningkatan terhadap

    kinerja dosen tersebut.

    3.2.2. Pengamatan

    Menindaklanjuti fenomena yang terjadi, selanjutnya dilakukan pengamatan untuk

    mengetahui faktor-faktor yang mampu memberikan peningkatan terhadap kinerja dosen.

    Pengamatan dilakukan dengan cara membaca arikel-artikel dan jurnal-jurnal penelitian

    sebelumnya yang berkaitan dengan kinerja. Berdasarkan pengamatan tersebut ditemukan fakta

    bahwa terdapat tiga faktor yang mampu mempengaruhi kinerja dosen dalam melakukan tugas

    utamanya. Ketiga faktor tersebut adalah faktor kepuasan kerja dosen, kepemimpinan

    transformasional dan sistem kompensasi. Kepemimpinan transformasional dan sistem

    kompensasi juga mampu mempengaruhi kinerja dosen secara tidak langsung melalui kepuasan

    kerja. Artinya dosen akan puas bekerja apabila didukung oleh sebuah sistem kompensasi yang

    robust (kokoh) disertai dengan perilaku pemimpin yang bertipe transformasional, sehingga

    kepuasan kerja yang muncul tersebut akan berdampak pada kinerja dosen dalam melakukan

    tugas utamanya.

    3.2.3. Studi Literatur

    Studi literatur dilakukan untuk memperoleh landasan teori penelitian, dimana landasan teori

    tersebut merupakan sumber informasi yang menunjang, mendukung serta mampu mengarahkan

    jalannya penelitian. Selain itu, studi literatur digunakan sebagai dasar pemikiran dalam

    memecahkan masalah sehingga penelitian sepenuhnya dilakukan berdasarkan teori yang

    mendukung. Agar penelitian dapat dilakukan dengan baik maka diperlukan pengetahuan yang

    mendalam dan komprehensif terhadap konsep dan substansi materi yang diteliti. Studi literatur

  • 7/25/2019 teori korelasi populasi-quisioner 2.pdf

    5/30

    53

    juga digunakan sebagai dasar dalam menentukan variabel, pembentukan model, perumusan

    hipotesis, operasionalisasi variabel dan penyusunan instrumen penelitian.

    Ruang lingkup literatur atau teori-teori yang dikaji dalam penelitian ini meliputi teori-teori

    sumber daya manusia yang terdiri dari teori kepemimpinan, sistem kompensasi, kepuasan kerja

    dan kinerja. Setelah definisi dari teori-teori yang digunakan sebagai dasar dalam penelitian ini

    diperoleh, langkah selanjutnya adalah melakukan kajian-kajian terhadap penelitian sebelumnya

    dan menyusun state of the artpenelitian. Berdasarkan kajian penelitian sebelumnya, penelitian-

    penelitian yang telah dilakukan selama ini hanya meneliti variabel-variabel kepemimpinan

    transformasional dan sistem kompensasi secara sendiri-sendiri (parsial) atau terpisah berkaitan

    dengan pengaruhnya terhadap kepuasan kerja serta kinerja di sektor perguruan tinggi. Dalam

    penelitian ini, kontribusi ilmiah yang diberikan adalah meneliti pengaruh variabel kepemimpinan

    transformasional dan sistem kompensasi secara bersama-sama (simultan) terhadap kepuasan

    kerja serta kinerja dosen dalam suatu kesatuan model penelitian.

    Metode-metode statistik digunakan dalam penentuan jumlah sampel penelitian dan

    penyebaran kuesioner, pengumpulan, pengolahan serta analisis data. Penelitian ini menggunakan

    bantuan program Microsoft Excel 2007 dalam tabulasi data, SPSS versi 16 dalam pengujian

    validitas dan reliabilitas kuesioner serta program LISREL versi 8.8 dalam pengolahan dan

    penganalisisan data.

    3.3. Tahap Studi Pendahuluan

    Tahap studi pendahuluan merupakan tahap kedua setelah tahap persiapan penelitian selesai

    dilakukan. Tahap studi pendahuluan dilakukan dengan maksud agar masalah dalam penelitian ini

    dapat dirumuskan serta tujuan penelitian dapat ditetapkan, kemudian langkah selanjutnya adalah

    menetapkan variabel-variabel yang akan digunakan dalam penelitian, menentukan obyek

    penelitian dan proporsi penyebaran sampel penelitian serta menyusun kuesioner yang digunakan

    sebagai alat ukur. Setelah kuesioner selesai disusun maka langkah terakhir adalah menguji

    kuesioner untuk mengetahui kelayakan kuesioner tersebut sebagai alat ukur dalam penelitian ini.

    Langkah-langkah pada tahap studi pendahuluan dapat dilihat pada Gambar 3.3.

  • 7/25/2019 teori korelasi populasi-quisioner 2.pdf

    6/30

    54

    Gambar 3.3

    Tahap Studi Pendahuluan

    3.3.1. Perumusan Masalah dan Penetapan Tujuan Penelitian

    Suatu penelitian dilakukan dengan maksud untuk mengetahui dan menjawab suatu

    permasalahan yang terjadi. Berdasarkan latar belakang masalah penelitian diketahui bahwa

    pentingnya meneliti faktor kepemimpinan transformasional dan sistem kompensasi

    menyebabkan diperlukannya kajian yang lebih mendalam mengenai pengaruh faktor

    kepemimpinan transformasional dan sistem kompensasi terhadap kinerja dosen, baik secara

    langsung maupun melalui kepuasan kerja.

    Selain itu masalah dalam penelitian ini adalah belum adanya suatu penelitian yang membahas

    mengenai pengaruh kepemimpinan transformasional dan sistem kompensasi terhadap kepuasan

    kerja dan kinerja dosen dalam suatu kesatuan model penelitian yang menyebabkan pengaruh

    simultan kedua faktor penting tersebut sulit untuk dianalisis. Oleh karena itu diperlukan suatu

  • 7/25/2019 teori korelasi populasi-quisioner 2.pdf

    7/30

    55

    penelitian yang membahas mengenai pengaruh kedua faktor penting tersebut dalam suatu

    kesatuan model penelitian sehingga pengaruh faktor kepemimpinan transformasional dan sistem

    kompensasi terhadap kepuasan kerja dan kinerja dosen, baik secara parsial maupun simultan,

    dapat dianalisis. Berdasarkan hal tersebut maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah

    bagaimana pengaruh kepemimpinan transformasional dan sistem kompensasi, baik secara parsial

    maupun simultan, terhadap kepuasan kerja serta kinerja dosen?.

    Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan maka tujuan umum penelitian ini

    adalah menganalisis pengaruh kepemimpinan transformasional dan sistem kompensasi, baik

    secara parsial maupun simultan, terhadap kepuasan kerja serta kinerja dosen. Adapun tujuan

    khusus penelitian ini adalah:

    1.Menganalisis pengaruh kepemimpinan transformasional terhadap kepuasan kerja dosen di

    Universitas Udayana

    2.Menganalisis pengaruh sistem kompensasi terhadap kepuasan kerja dosen di Universitas

    Udayana

    3.Menganalisis pengaruh kepemimpinan transformasional dan sistem kompensasi secara

    simultan terhadap kepuasan kerja dosen di Universitas Udayana

    4.Menganalisis pengaruh kepemimpinan transformasional terhadap kinerja dosen di Universitas

    Udayana

    5.Menganalisis pengaruh sistem kompensasi terhadap kinerja dosen di Universitas Udayana

    6.Menganalisis pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja dosen di Universitas Udayana

    7.Menganalisis pengaruh kepemimpinan transformasional, sistem kompensasi dan kepuasan

    kerja secara simultan terhadap kinerja dosen di Universitas Udayana

    3.3.2. Penentuan Variabel, Pembentukan Model dan Perumusan Hipotesis Penelitian

    3.3.2.1. Penentuan Variabel Penelitian

    Suatu penelitian pada dasarnya merupakan suatu upaya yang sistematis untuk menjelaskan

    masalah dengan cara memandang masalah tersebut sebagai hubungan antar variabel. Pada tahap

    ini akan ditetapkan variabel penelitian yang dikelompokkan menjadi dua yaitu variabel yang

    tidak dapat diukur secara langsung (variabel laten) dan variabel yang dapat diukur secara

    langsung (variabel manifes) (Sekaran, 2003). Terdapat empat jenis variabel laten dalam

    penelitian ini yaitu kepemimpinan transformasional, sistem kompensasi, kepuasan kerja serta

    kinerja. Variabel laten tersebut terbagi menjadi dua jenis yaitu variabel laten bebas (eksogen)

  • 7/25/2019 teori korelasi populasi-quisioner 2.pdf

    8/30

    56

    yang terdiri atas kepemimpinan transformasional dan sistem kompensasi, serta variabel laten

    terikat (endogen) yang terdiri atas kepuasan kerja dan kinerja dosen. Adapun keterangan secara

    rinci dari masing-masing variabel adalah sebagai berikut:

    1.Kepemimpinan transformasional

    Berdasarkan penjelasan mengenai tipe kepemimpinan pada bab 2.1, terdapat berbagai macam

    rumusan teori mengenai dimensi-dimensi tipe kepemimpinan yang dikemukakan oleh para

    ahli. Munculnya berbagai macam teori tersebut disebabkan oleh adanya interaksi dengan

    kompleksitas tinggi pada hubungan antara pimpinan, bawahan dan situasi sehingga masing-

    masing ahli memiliki sudut pandang dan titik fokus yang berbeda dalam mendefinisikan tipe

    kepemimpinan. Namun apabila berbagai rumusan teori tipe kepemimpinan tersebut

    dibandingkan satu dengan yang lainnya, ternyata satu kesimpulan mendasar yang diperoleh

    adalah adanya suatu proses mempengaruhi yang dilakukan oleh pemimpin (Kreitner &

    Kinicki, 2004).

    Dari berbagai macam teori kepemimpinan tersebut, teori kepemimpinan transformasional

    yang dikembangkan oleh Bass (1985) dinyatakan sebagai teori kepemimpinan yang paling

    sesuai untuk organisasi perguruan tinggi saat ini sehingga penelitian ini menggunakan

    variabel kepemimpinan transformasional sebagai salah satu variabel latennya. Selain itu,

    pertimbangan lainnya adalah saat ini teori tipe kepemimpinan transformasional yang

    dikemukakan oleh Bass (1985) sering digunakan dalam penelitian yang berkaitan dengan

    kepemimpinan pada sektor publik, paling tidak terdapat lima peneliti lain (Avolio et al., 1999;

    Dionne et al., 2004; Humphreys, 2005; Metcalfe & Metcalfe, 2006; dan Schimmoeller, 2006.)

    yang menggunakan teori kepemimpinan transformasional versi Bass (1985) beserta

    karakteristik-karakteristik yang tercantum didalamnya.

    Hal tersebut menandakan bahwa teori ini mampu diterima oleh seluruh lapisan yang ada

    dalam organisasi. Alasan lain adalah disebabkan oleh banyaknya kelemahan yang terdapat

    pada tiga haluan besar teori kepemimpinan dan teori kepemimpinan transaksional sehingga

    teori-teori tersebut sudah dianggap old paradigm atau paradigma usang dalam penelitian

    pada sektor publik. Berdasarkan hal tersebut, terlihat bahwa tipe kepemimpinan

    transformasional yang dikemukakan oleh Bass (1985) merupakan tipe kepemimpinan yang

    sesuai bagi organisasi perguruan tinggi saat ini sehingga dapat dijadikan sebagai salah satu

    variabel laten pada penelitian ini. Adapun karakteristik-karakteristik kepemimpinan

  • 7/25/2019 teori korelasi populasi-quisioner 2.pdf

    9/30

    57

    transformasional yang dikemukakan oleh Bass (1985) terdiri atas idealisasi pengaruh,

    motivasi inspirasional, stimulasi intelektual dan konsiderasi individual.

    2.Sistem kompensasi

    Berdasarkan teori-teori sistem kompensasi yang terdapat pada bab 2.2, terlihat bahwa tidak

    ada perbedaan signifikan antara teori sistem kompensasi yang satu dengan yang lainnya. Ada

    beberapa dimensi yang saling tumpang tindih antara satu dimensi dengan dimensi lainnya.

    Sebagai contoh yaitu dimensi sistem pembayaran keuangan langsung dan sistem pembayaran

    keuangan tidak langsung yang dikemukakan oleh Dessler (1997) sepadan dengan dimensi

    sistem kompensasi ekstrinsik langsung dan tidak langsung dari Robbins (1996). Contoh

    lainnya adalah dimensi sistem kompensasi intrinsik serta sistem kompensasi ekstrinsik

    langsung dan tidak langsung versi Robbins (1996) yang tidak jauh berbeda dengan dimensi

    sistem kompensasi intrinsik dan sistem kompensasi ekstrinsik dari Ivancevich dan Matteson

    (2002).

    Pada penelitian ini diputuskan untuk menggunakan variabel sistem kompensasi yang

    dikemukakan oleh Robbins (1996). Alasannya adalah dimensi-dimensi sistem kompensasi

    menurut Robbins mencantumkan secara lengkap dimensi-dimensi yang diharapkan oleh dosen

    dibandingkan rumusan teori dari ahli-ahli sistem kompensasi yang lain, tidak terlalu luas dan

    juga tidak terlalu sempit serta bersifat lebih operasional. Adapun karakteristik-karakteristik

    sistem kompensasi yang dikemukakan oleh Robbins (1996) terdiri atas kompensasi intrinsik,

    ekstrinsik langsung dan ekstrinsik tidak langsung.

    3.Kepuasan kerja

    Setelah membandingkan beberapa teori mengenai kepuasan kerja pada bab 2.3, terdapat

    kesesuaian pandangan antara beberapa ahli mengenai dimensi-dimensi yang mampu

    membentuk kepuasan kerja pegawai. Sebagai contoh dimensi kepuasan terhadap pekerjaan itu

    sendiri yang dikemukakan oleh Smith, Kendall dan Hulin pada tahun 1969 (Nilfia, 2004)

    sepadan dengan dimensi opportunity dan adequate authority dari Bavendam Research

    Incorporated (2000) dan dimensi kerja yang secara mental menantang dari Robbins (1996).

    Contoh lain adalah dimensi ganjaran yang pantas dari Robbins (1996) sebangun dengan

    dimensi kepuasan terhadap imbalan dan kesempatan promosi yang dikemukakan oleh Smith,

    Kendall dan Hulin (1969). Selanjutnya dimensi kondisi kerja yang mendukung versi Robbins

  • 7/25/2019 teori korelasi populasi-quisioner 2.pdf

    10/30

    58

    (1996) padanannya adalah dimensi tingkat stres yang dikemukakan oleh Bavendam Research

    Incorporated (2000).

    Berdasarkan uraian tersebut, dapat diketahui bahwa terdapat satu dimensi yang sebangun

    dengan dimensi yang lain, atau tidak terdapat perbedaan signifikan antara satu dimensi dengan

    dimensi lainnya. Namun apabila berbagai versi kepuasan kerja tersebut ditelaah lebih lanjut

    maka dapat dilihat bahwa pendapat Robbins (1996) lebih rinci dalam menjabarkan dimensi-

    dimensi yang dapat menggambarkan kepuasan kerja pegawai dibandingkan pendapat para ahli

    lainnya. Oleh karena itu, dimensi-dimensi kepuasan kerja yang digunakan dalam penelitian ini

    mengacu pada teori dan dimensi yang dikemukakan oleh Robbins tersebut. Berdasarkan teori

    Robbins (1996), dimensi-dimensi yang digunakan untuk mengukur kepuasan kerja terdiri atas

    kerja yang secara mental menantang, kondisi kerja yang mendukung, ganjaran yang pantas

    dan rekan kerja yang mendukung.

    4.Kinerja

    Sebagaimana teori mengenai kinerja dan tugas utama dosen berdasarkan Tri Dharma

    Perguruan Tinggi yang telah dijelaskan pada bab 2.4, terdapat beberapa kriteria yang dapat

    digunakan dalam menilai kinerja pegawai, salah satunya berdasarkan hasil tugas individual,

    perilaku atau ciri individu (Robbins, 1996).

    Pada penelitian ini dipertimbangkan untuk menggunakan teori kinerja yang dikemukakan oleh

    Robbins (1996), dimana Robbins menjelaskan bahwa tiga perangkat kriteria penilaian kinerja

    yang paling populer adalah hasil tugas individual, perilaku dan ciri individual. Namun

    diantara tiga perangkat tersebut, hasil tugas atau kinerja individual pegawai (dalam hal ini

    dosen) lebih relevan untuk digunakan. Hal ini disebabkan karena pekerjaan dosen memiliki

    karakteristik khusus dan lebih mirip dengan kerja seorang profesional serta agak berbeda bila

    dibandingkan dengan kerja pegawai negeri sipil pada umumnya, sehingga tidak tepat apabila

    seorang dosen diukur berdasarkan perilakunya (misalnya berpakaian tidak pantas saat

    mengajar) maupun melalui ciri individual (misalnya kejujuran).

    Pada penelitian ini kinerja individual dosen yang dianalisis adalah kinerja dosen yang

    tercantum pada Tri Dharma Perguruan Tinggi (sebagaimana yang dipaparkan dalam bab 2.4).

    Dasar pertimbangannya adalah tugas utama dosen sehari-hari adalah melaksanakan Tri

    Dharma Perguruan Tinggi sehingga akan lebih tepat dan relevan apabila yang diukur adalah

    kinerja yang berkaitan dengan tugas utama dosen. Berdasarkan hal tersebut maka dimensi-

  • 7/25/2019 teori korelasi populasi-quisioner 2.pdf

    11/30

    59

    dimensi yang dipakai untuk menggambarkan variabel kinerja dosen adalah kinerja di bidang

    pendidikan dan pengajaran, kinerja di bidang penelitian serta kinerja di bidang pengabdian

    kepada masyarakat.

    3.3.2.2. Pembentukan Model Penelitian

    Untuk dapat memahami variabel-variabel dan dimensi-dimensi yang telah ditentukan pada

    bab 3.3.2.1, maka diperlukan adanya suatu model penelitian yang mampu menggambarkan

    variabel-variabel penelitian tersebut secara rinci dan menyeluruh. Model penelitian merupakan

    representasi grafis mengenai hubungan antara satu variabel laten dengan variabel laten lainnya,

    serta hubungan antara variabel laten dengan variabel manifesnya, dengan kata lain memberikan

    pandangan menyeluruh mengenai struktur model yang dibentuk. Proses pembentukan model

    penelitian harus dilandasi dengan teori-teori yang relevan karena teori tersebut merupakan unsur

    yang sangat penting dalam pembangunan model penelitian (Ghozali & Fuad, 2005).

    Berdasarkan hal tersebut, serta dilandasi dengan definisi dari teori yang telah dipaparkan

    pada penentuan variabel penelitian, maka model penelitian yang dibentuk pada penelitian ini

    adalah seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.4.

    Gambar 3.4

    Model Penelitian

  • 7/25/2019 teori korelasi populasi-quisioner 2.pdf

    12/30

    60

    3.3.2.3. Perumusan Hipotesis Penelitian

    Setelah model penelitian dibentuk maka langkah selanjutnya adalah merumuskan hipotesis

    penelitian, dimana hipotesis penelitian merupakan dugaan sementara dari permasalahan yang

    diteliti. Oleh karena hipotesis bersifat prediktif (dugaan) maka tingkat ketepatan dugaan sangat

    dipengaruhi oleh kebenaran landasan teori yang digunakan dalam suatu penelitian. Berdasarkan

    model penelitian yang telah dibentuk maka rumusan hipotesis yang diajukan pada penelitian ini

    adalah:

    1.Kepemimpinan transformasional berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kepuasan

    kerja dosen

    2.Sistem kompensasi berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja dosen

    3.Kepemimpinan transformasional dan sistem kompensasi secara bersama-sama (simultan)

    berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja dosen

    4.Kepemimpinan transformasional berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kinerja

    dosen

    5.Sistem kompensasi berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kinerja dosen

    6.Kepuasan kerja berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kinerja dosen

    7.Kepemimpinan transformasional, sistem kompensasi dan kepuasan kerja secara bersama-sama

    (simultan) berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja dosen

    3.3.3. Operasionalisasi Variabel

    Tahap operasionalisasi variabel merupakan tahap pendefinisian sebuah variabel laten

    (variabel yang tidak bisa diukur secara langsung) secara operasional agar variabel tersebut dapat

    diukur. Mendefinisikan sebuah variabel laten secara operasional meliputi tahap penjabaran

    variabel tersebut ke dalam dimensi-dimensi yang kemudian dijabarkan lagi ke dalam indikator-

    indikator yang mampu mengukur dimensi tersebut. Namun harus diperhatikan bahwa penjabaran

    tahap-tahap tersebut sebaiknya dilandasi dengan teori yang kuat karena tanpa adanya landasan

    teori yang kuat maka penelitian tersebut akan menjadi tidak ilmiah lagi (Sekaran, 2003).

    Variabel laten dalam penelitian ini adalah kepemimpinan transformasional, sistem

    kompensasi, kepuasan kerja dan kinerja, sehingga agar variabel tersebut dapat diukur maka perlu

    didefinisikan secara operasional. Adapun keterangan secara terperinci atas definisi operasional

    variabel berdasarkan teori yang telah dipaparkan pada bab 2 adalah sebagai berikut:

  • 7/25/2019 teori korelasi populasi-quisioner 2.pdf

    13/30

    61

    - Kepemimpinan transformasional (KT)

    Berdasarkan tahap penentuan variabel penelitian maka teori yang dijadikan dasar dan

    digunakan dalam variabel ini adalah teori kepemimpinan transformasional dari Bass (1985).

    Teori dari Bass (1985) beserta dimensi-dimensi yang tercantum didalamnya merupakan teori

    kepemimpinan yang paling sesuai bagi organisasi perguruan tinggi saat ini dibandingkan teori

    kepemimpinan dari ahli lain (sebagaimana yang dipaparkan pada bab 2.1). Oleh karena itu,

    definisi dimensi-dimensi yang digunakan untuk menjelaskan variabel kepemimpinan

    transformasional pada penelitian ini merupakan definisi dimensi-dimensi yang telah dipaparkan

    oleh Bass (1985). Alasan pemakaian dimensi-dimensi kepemimpinan transformasional

    berdasarkan teori dari Bass (1985) telah dijelaskan pada sub bab 3.3.2.1. Berdasarkan teori

    tersebut terdapat empat dimensi beserta definisinya masing-masing yang mampu menjelaskan

    kepemimpinan transformasional yaitu:

    a. Idealisasi pengaruh (KT1), yaitu sosok pemimpin yang memiliki pengaruh kuat pada bawahan

    sehingga mampu membangkitkan rasa hormat bawahan pada pemimpin serta mampu

    membuat bawahan loyal, patuh dan mendukung kebijakan pemimpin guna pencapaian tujuan

    organisasi.

    b.Motivasi inspirasional (KT2), yaitu sosok pemimpin yang mampu menumbuhkan harapan dan

    semangat bawahan melalui kebijakan organisasi yang dibuat serta selalu bersikap optimis

    untuk memfokuskan usaha dalam mencapai tujuan organisasi.

    c. Stimulasi intelektual (KT3), yaitu sosok pemimpin yang selalu melibatkan bawahan dalam

    membuat keputusan dan mendelegasikan kewenangan pada bawahan serta mengajak dan

    membiasakan bawahan untuk berpikir rasional dan kreatif.

    d.Konsiderasi individual (KT4), yaitu sosok pemimpin yang mau memberikan perhatian intensif

    pada bawahan terkait pekerjaan maupun pribadi, berusaha mengetahui kelebihan dan

    kekurangan bawahan serta memberi penugasan yang sesuai dengan kemampuan dan kapasitas

    bawahan.

    - Sistem kompensasi (SK)

    Berdasarkan tahap penentuan variabel penelitian maka teori yang dijadikan dasar dan

    digunakan dalam variabel ini adalah teori yang dikemukakan oleh Robbins (1996). Teori dari

    Robbins (1996) memaparkan secara lengkap mengenai definisi sistem kompensasi beserta

    dimensi-dimensi yang tercantum didalamnya dibandingkan teori sistem kompensasi dari ahli lain

  • 7/25/2019 teori korelasi populasi-quisioner 2.pdf

    14/30

    62

    (sebagaimana yang dipaparkan pada bab 2.2). Oleh karena itu, definisi dimensi-dimensi yang

    digunakan untuk menjelaskan variabel sistem kompensasi pada penelitian ini merupakan definisi

    dimensi-dimensi yang telah dipaparkan oleh Robbins (1996). Alasan pemakaian dimensi-dimensi

    sistem kompensasi berdasarkan teori dari Robbins (1996) telah dijelaskan pada sub bab 3.3.2.1.

    Berdasarkan teori tersebut terdapat tiga dimensi beserta definisinya masing-masing yang mampu

    menjelaskan mengenai sistem kompensasi yaitu:

    a. Intrinsik (SK1), yaitu kompensasi yang diterima pegawai secara pribadi serta dapat

    memberikan dampak langsung terhadap kepuasan kerja pegawai, yang terdiri dari partisipasi

    dalam pengambilan keputusan, kebebasan dan keleluasaan bekerja, tanggung jawab yang

    lebih besar serta kesempatan untuk berkembang.

    b.Ekstrinsik langsung (SK2), yaitu kompensasi yang mudah diukur dan menjadi kewajiban

    organisasi untuk memenuhinya secara langsung, yang terdiri dari gaji pokok, uang lembur dan

    liburan, bonus prestasi dan pembagian keuntungan.

    c. Ekstrinsik tidak langsung (SK3), yaitu kompensasi yang mudah diukur dan menjadi

    kewajiban organisasi untuk memenuhinya secara tidak langsung, yang terdiri dari program

    perlindungan (asuransi), gaji tetap dalam kondisi tidak bekerja, ruang kantor khusus yang

    nyaman dan asisten pribadi.

    - Kepuasan kerja (KK)

    Berdasarkan tahap penentuan variabel penelitian maka teori yang dijadikan dasar dan

    digunakan dalam variabel ini adalah teori yang dikemukakan oleh Robbins (1996). Teori dari

    Robbins memaparkan secara lengkap mengenai definisi kepuasan kerja beserta dimensi-dimensi

    yang tercantum didalamnya dibandingkan teori kepuasan kerja dari ahli lain. Oleh karena itu,

    definisi dimensi-dimensi yang digunakan untuk menjelaskan variabel sistem kompensasi pada

    penelitian ini merupakan definisi dimensi-dimensi yang telah dipaparkan oleh Robbins (1996).

    Alasan pemakaian dimensi-dimensi kepuasan kerja berdasarkan teori dari Robbins (1996) telah

    dijelaskan pada sub bab 3.3.2.1. Berdasarkan teori tersebut terdapat empat dimensi beserta

    definisinya masing-masing yang mampu menjelaskan mengenai kepuasan kerja yaitu:

    a. Kerja yang secara mental menantang (KK1), yaitu jenis pekerjaan yang memberikan pegawai

    kesempatan untuk menggunakan keahlian dan kemampuan yang pegawai miliki serta

    pekerjaan yang menawarkan berbagai macam variasi tugas, kebebasan dan umpan balik

    mengenai bagaimana hasil pekerjaan yang telah pegawai selesaikan.

  • 7/25/2019 teori korelasi populasi-quisioner 2.pdf

    15/30

    63

    b.Kondisi kerja yang mendukung (KK2), yaitu kondisi kerja yang menyebabkan pegawai

    merasa nyaman, aman, mudah untuk mengerjakan tugas. Selain itu, pegawai lebih menyukai

    keadaan lingkungan yang tidak berbahaya atau merepotkan, fasilitas yang bersih dan relatif

    modern serta dengan alat dan perlengkapan yang memadai dan faktor lingkungan lain yang

    seharusnya tidak ekstrem seperti: temperatur, cahaya dan kebisingan.

    c. Ganjaran yang pantas (KK3), yaitu keadilan dalam sistem upah dan kebijakan promosi, tidak

    membingungkan dan sesuai dengan harapan mereka.

    d.Rekan kerja yang mendukung (KK4), yaitu kebutuhan akan rekan kerja yang ramah,

    bersahabat dan mendukung pegawai dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Selain itu,

    dukungan dan penghargaan dari atasan langsung juga diperlukan.

    - Kinerja (KJ)

    Berdasarkan tahap penentuan variabel penelitian maka teori yang dijadikan dasar dan

    digunakan dalam variabel ini adalah teori yang dikemukakan oleh Robbins (1996), sedangkan

    dimensi yang digunakan dalam menjelaskan kinerja pada penelitian ini menggunakan dimensi

    dan definisi dimensi berdasarkan tugas utama dosen yaitu melaksanakan Tri Dharma Perguruan

    Tinggi. Hal tersebut sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara

    Nomor 38/Kep/MK.WASPAN/8/1999 tanggal 24 Agustus 1999 (Kepmen PAN no. 38 th. 1999).

    Berdasarkan hal tersebut maka dimensi-dimensi beserta definisinya masing-masing yang mampu

    menjelaskan mengenai kinerja dosen yaitu:

    a. Kinerja pendidikan dan pengajaran (KJ1), yaitu hasil tugas individual dosen dalam

    melaksanakan kegiatan perkuliahan, bertindak sebagai pembimbing dan pemberian ceramah-

    ceramah ilmiah.

    b.Kinerja penelitian (KJ2), yaitu hasil tugas individual dosen dalam melakukan penelitian,

    menghasilkan karya ilmiah serta menghasilkan publikasi ilmiah.

    c. Kinerja pengabdian masyarakat (KJ3), yaitu hasil tugas individual dosen dalam memberikan

    pendidikan kepada masyarakat, melakukan pelayanan secara profesional kepada masyarakat

    serta karya pengabdian kepada masyarakat.

    Pada Tabel 3.1 dijelaskan secara rinci dan menyeluruh mengenai operasionalisasi masing-

    masing variabel yang digunakan pada penelitian ini.

  • 7/25/2019 teori korelasi populasi-quisioner 2.pdf

    16/30

    64

    Tabel 3.1

    Operasionalisasi Variabel Penelitian

    Variabel Dimensi Definisi Indikator dan

    Kepemimpinan

    transformasional

    (KT)

    Definisi:

    Sosok pemimpin adaptif

    yang mampu bekerja

    efektif dalam perubahan

    lingkungan yang cepat

    dengan membantu

    menghadapi tantangan

    yang dihadapi pengikut

    serta melakukan respon

    yang sesuai terhadap

    tantangan tersebut

    (Bass, 1985).

    Idealisasipengaruh

    (KT1)

    Sosok pemimpin yang memiliki pengaruh kuat

    pada bawahan sehingga mampu membangkitkanrasa hormat bawahan pada pimpinan serta

    mampu membuat bawahan loyal, patuh dan

    mendukung kebijakan pimpinan guna pencapaian

    tujuan organisasi (Bass, 1985).

    Mampu membangk

    pimpinan. (1.1)

    Mampu membuat b

    mendukung kebijak

    Motivasi

    inspirasional

    (KT2)

    Sosok pemimpin yang mampu menumbuhkan

    harapan dan semangat bawahan melalui

    kebijakan organisasi yang dibuat serta selalu

    bersikap optimis untuk memfokuskan usaha

    dalam mencapai tujuan organisasi (Bass, 1985).

    Mampu membangk

    melalui kebijakan y

    Selalu bersikap opti

    tujuan organisasi. (1

    Stimulasi

    intelektual

    (KT3)

    Sosok pemimpin yang selalu melibatkanbawahan dalam membuat keputusan dan

    mendelegasikan kewenangan pada bawahan serta

    mengajak dan membiasakan bawahan untuk

    berpikir rasional dan kreatif (Bass, 1985).

    Selalu melibatkan b

    keputusan dan mend

    bawahan. (1.6)

    Selalu mengajak da

    berpikir rasional da

    Konsiderasi

    individu

    (KT4)

    Sosok pemimpin yang mau memberikan

    perhatian intensif pada bawahan terkait pekerjaan

    maupun pribadi, berusaha mengetahui kelebihan

    dan kekurangan bawahan serta memberi

    penugasan yang sesuai dengan kemampuan dan

    kapasitas bawahan (Bass, 1985).

    Bersedia memberi p

    pekerjaan maupun p

    Berusaha mengetah

    bawahan serta mem(1.3)

  • 7/25/2019 teori korelasi populasi-quisioner 2.pdf

    17/30

    65

    Tabel 3.1

    Operasionalisasi Variabel Penelitian (Lanjutan)

    Variabel Dimensi Definisi Indikator dan

    Sistem kompensasi

    (SK)

    Definisi:

    sesuatu yang diberikan

    oleh organisasi kepada

    pegawai dengan tujuan

    untuk menarik pegawai

    berkualitas agar

    bersedia bergabungdalam organisasi,

    mempertahankan

    kinerja positif pegawai

    serta memotivasi

    pegawai untuk

    mencapai kinerja yang

    lebih baik lagi

    (Robbins, 1996).

    Intrinsik

    (SK1)

    Kompensasi yang diterima pegawai secara

    pribadi serta dapat memberikan dampaklangsung terhadap kepuasan kerja pegawai, yang

    terdiri dari partisipasi dalam pengambilan

    keputusan, kebebasan dan keleluasaan bekerja,

    tanggung jawab yang lebih besar serta

    kesempatan untuk berkembang (Robbins, 1996).

    Partisipasi dalam pe

    Kebebasan dan kele

    Tanggung jawab ya

    Kesempatan untuk b

    Ekstrinsik

    langsung

    (SK2)

    Kompensasi yang mudah diukur dan menjadi

    kewajiban organisasi untuk memenuhinya secara

    langsung, yang terdiri dari gaji pokok, uang

    lembur dan liburan, bonus prestasi dan

    pembagian keuntungan (Robbins, 1996).

    Gaji pokok. (2.2)

    Uang lembur dan lib

    Bonus prestasi. (2.6

    Pembagian keuntun

    Ekstrinsik

    tidak langsung

    (SK3)

    Kompensasi yang mudah diukur dan menjadi

    kewajiban organisasi untuk memenuhinya secara

    tidak langsung, yang terdiri dari program

    perlindungan (asuransi), gaji tetap dalam kondisi

    tidak bekerja, ruang kantor khusus yang nyaman

    dan asisten pribadi (Robbins, 1996).

    Program perlindung

    Gaji tetap dalam ko

    Ruang kantor khusu

    Asisten pribadi. (2.1

  • 7/25/2019 teori korelasi populasi-quisioner 2.pdf

    18/30

    66

    Tabel 3.1

    Operasionalisasi Variabel Penelitian (Lanjutan)

    Variabel Dimensi Definisi Indikator dan

    Kepuasan kerja

    (KK)

    Definisi:

    Suatu perasaanemosional positif atau

    menyenangkan yang

    dirasakan oleh pegawai

    sebagai hasil atau

    penilaian terhadap

    pekerjaan yang telah

    dilakukan (Robbins,

    1996).

    Kerja yang

    secara mental

    menantang

    (KK1)

    Jenis pekerjaan yang memberikan pegawai

    kesempatan untuk menggunakan keahlian dan

    kemampuan yang pegawai miliki serta pekerjaan

    yang menawarkan berbagai macam variasi tugas

    dan kebebasan dalam mengerjakan tugas

    (Robbins, 1996).

    Jenis pekerjaan yan

    dosen untuk mengg

    kemampuannya sec

    Jenis pekerjaan yan

    variasi tugas. (3.4)

    Jenis pekerjaan yan

    mengerjakan tugas.

    Kondisi kerja

    yang

    mendukung

    (KK2)

    Kondisi kerja yang menyebabkan pegawai

    merasa nyaman, aman, mudah untuk

    mengerjakan tugas. Selain itu, pegawai lebih

    menyukai keadaan lingkungan yang tidak

    berbahaya atau merepotkan, fasilitas yang bersih

    dan relatif modern serta dengan alat dan

    perlengkapan yang memadai dan faktor

    lingkungan lain yang seharusnya tidak ekstrem

    seperti: temperatur, cahaya dan kebisingan

    (Robbins, 1996).

    Keadaan lingkungan

    Fasilitas yang bersih

    Pencahayaan pada t

    kebutuhan. (3.2)

    Ganjaran yang

    pantas

    (KK3)

    Keadilan dalam sistem upah dan kebijakan

    promosi, tidak membingungkan dan sesuai

    dengan harapan mereka (Robbins, 1996).

    Sistem upah sesuai

    dimiliki dosen. (3.9

    Sistem upah sesuai

    Kejelasan kebijakan

    Rekan kerja

    yang

    mendukung

    (KK4)

    Kebutuhan akan rekan kerja yang ramah,

    bersahabat dan mendukung pegawai dalam

    melaksanakan tugas-tugasnya. Selain itu,

    dukungan dan penghargaan dari atasan langsung

    juga diperlukan (Robbins, 1996)

    Rekan sekerja mem(3.11)

    Dukungan penuh da

    melaksanakan peker

    Dukungan dan peng

  • 7/25/2019 teori korelasi populasi-quisioner 2.pdf

    19/30

    67

    Tabel 3.1

    Operasionalisasi Variabel Penelitian (Lanjutan)

    Variabel Dimensi Definisi Indikator dan

    Kinerja

    (KJ)Definisi:

    Hasil tugas individual

    yang dihasilkanpegawai dalam

    organisasi (Robbins,

    1996).

    Pendidikan dan

    pengajaran

    (KJ1)

    Hasil tugas individual dosen dalam

    melaksanakan kegiatan perkuliahan, bertindak

    sebagai pembimbing dan pemberian ceramah-

    ceramah ilmiah (Kepmen PAN no. 38 th. 1999).

    Jumlah mata kuliah

    semester (beban me

    Jumlah bimbingan m

    (4.4)

    Jumlah ceramah ilm

    sejenisnya dalam sa

    Penelitian

    (KJ2)

    Hasil tugas individual dosen dalam melakukan

    penelitian, menghasilkan karya ilmiah serta

    menghasilkan publikasi ilmiah (Kepmen PAN

    no. 38 th. 1999).

    Jumlah penelitian d

    Jumlah karya ilmiah

    semester. (4.9)

    Jumlah publikasi hanasional maupun int

    Pengabdian

    kepada

    masyarakat

    (KJ3)

    Hasil tugas individual dosen dalam memberikan

    pendidikan kepada masyarakat, melakukan

    pelayanan secara profesional kepada masyarakat

    serta karya pengabdian kepada masyarakat

    (Kepmen PAN no. 38 th. 1999).

    Jumlah penyuluhan

    masyarakat dalam s

    Jumlah pelayanan s

    perencanaan kota, s

    teknologi bagi masy

    Jumlah hasil penelit

    diaplikasikan untuk

  • 7/25/2019 teori korelasi populasi-quisioner 2.pdf

    20/30

    68

    3.3.4. Penyusunan Alat Ukur (Kuesioner)

    Kuesioner yang baik adalah kuesioner yang mudah dimengerti responden dan tidak

    menimbulkan pengertian ganda, dimana hal tersebut dapat membingungkan responden pada saat

    menjawab kuesioner. Tujuan pokok dari pembuatan kuesioner adalah mendapatkan informasi

    yang relevan dengan tujuan penelitian.

    Kuesioner sebagai metode pengumpulan data disusun dalam dua bentuk pertanyaan yaitu

    pertanyaan yang bersifat terbuka dan pertanyaan yang bersifat tertutup. Pertanyaan terbuka

    merupakan pertanyaan dimana responden menjawab pertanyaan sesuai dengan kata-kata

    responden sendiri, sedangkan pertanyaan tertutup merupakan pertanyaan dimana seluruh

    kemungkinan jawaban telah tersedia dalam kuesioner dan responden hanya dapat memilih

    jawaban yang telah tersedia tersebut. Dalam penelitian ini digunakan pertanyaan terbuka dan

    tertutup yang secara rinci dipaparkan pada tabel 3.2.

    Tabel 3.2

    Sistematika Kuesioner

    Bagian Deskripsi Jenis Pertanyaan

    I Data umum responden Terbuka dan tertutup

    II

    Penilaian responden terhadap praktek kepemimpinan

    transformasional, sistem kompensasi, kepuasan kerja dan

    kinerja

    Tertutup

    Selain daftar pertanyaan, hal lain yang perlu diperhatikan dalam menyusun kuesioner adalah

    jenis skala pengukuran yang digunakan. Jenis skala yang digunakan untuk mengukur persepsi

    responden terhadap permasalahan penelitian ini adalah skala Likert. Menurut Sugiyono (2003),

    skala Likert merupakan skala untuk mengukur sikap, pendapat serta persepsi seseorang atau

    sekelompok orang tentang suatu gejala atau fenomena sosial. Selanjutnya penyusunan

    pertanyaan pada kuesioner mengacu pada tahap operasionalisasi variabel yang telah ditentukan

    pada sub bab 3.3.3. Format kuesioner yang akan disebarkan kepada responden terlampir pada

    Lampiran 1.

    Setelah kuesioner disusun dengan lengkap, dilakukan pengumpulan data tahap awal dengan

    menyebarkan kuesioner kepada sejumlah responden. Tujuan pengumpulan data tahap awal ini

    adalah untuk menguji kelayakan kuesioner yang disebarkan, dalam artian item-item pertanyaan

    sudah baik dan dimengerti oleh responden serta cukup berkualitas untuk mengetahui persepsi

  • 7/25/2019 teori korelasi populasi-quisioner 2.pdf

    21/30

    69

    responden mengenai kepemimpinan transformasional, sistem kompensasi, kepuasan kerja dan

    kinerja dosen. Jumlah kuesioner yang disebar pada tahap awal adalah 30 kuesioner. Jumlah ini

    mengacu pada syarat kecukupan jumlah data responden yang lebih besar atau sama dengan 30

    responden, dengan asumsi bahwa jumlah data tersebut telah memenuhi syarat distribusi normal

    sehingga dapat dilakukan pengujian validitas dan reliabilitas. Hasil pengujian ini yang akan

    menentukan layak atau tidaknya suatu alat ukur (dalam hal ini kuesioner).

    Pengujian validitas dan reliabilitas pada pengumpulan data tahap awal tidak selalu memenuhi

    syarat. Apabila beberapa nilai item pertanyaan memiliki nilai tidak signifikan maka kuesioner

    atau pertanyaan tersebut dapat dikatakan tidak valid sehingga perlu dilakukan perbaikan.

    Perbaikan yang dilakukan dapat berupa memperbaiki kalimat pada kuesioner dengan bahasa

    yang lebih mudah dan dimengerti responden, mengganti kalimat yang dapat menimbulkan

    pengertian ganda sehingga responden memahami dengan benar makna atau maksud dari setiap

    pertanyaan kuesioner, serta menghilangkan kalimat tersebut dari kuesioner apabila terdapat

    sedikit item yang tidak valid (Sekaran, 2003). Apabila perbaikan sudah dilakukan maka

    kuesioner yang telah diperbaiki disebarkan kepada responden untuk diuji kembali validitas dan

    reliabilitasnya. Jika kuesioner sudah valid dan reliabel, kuesioner tersebut dapat disebar kepada

    responden sesuai dengan jumlah sampel yang telah ditentukan.

    3.3.5. Penentuan Obyek Penelitian

    Untuk menguji model dan hipotesis penelitian maka perlu dilakukan studi kasus, dimana

    studi kasus pada penelitian ini dilakukan di Universitas Udayana yang bertempat di Denpasar

    Bali. Universitas Udayana yang merupakan salah satu perguruan tinggi negeri di wilayah

    Indonesia tengah dipilih sebagai tempat studi kasus karena pada saat ini UNUD merupakan

    barometer sistem pendidikan tinggi berkualitas untuk wilayah Indonesia tengah. Selain itu

    berdasarkanDirectory of 50 Promising Universities yang dikeluarkan oleh Dirjen Dikti RI pada

    bulan Agustus 2007, UNUD termasuk dalam 50 perguruan tinggi yang menjanjikan di Indonesia

    bersama UI, ITB, IPB, UGM dan UNDIP serta jauh meninggalkan perguruan tinggi negeri lain

    yang berada di wilayah Indonesia tengah dan timur (Website Universitas Udayana, 2007).

    Populasi yang dijadikan pengamatan adalah dosen tetap UNUD yang berjumlah 1597 orang

    (data agustus 2007). Namun sesuai dengan batasan masalah pada bab 1.4 bahwa dosen dengan

    masa kerja dibawah empat tahun, berdasarkan data per agustus 2007, tidak diikutsertakan dalam

    penelitian ini maka jumlah dosen yang akan dijadikan obyek pada penelitian ini berjumlah 1433

  • 7/25/2019 teori korelasi populasi-quisioner 2.pdf

    22/30

    70

    orang. Rincian jumlah populasi berdasarkan unit kerja (fakultas/ program studi) di lingkungan

    UNUD tercantum pada Tabel 3.3.

    Tabel 3.3

    Rincian Jumlah Dosen

    Unit Kerja

    (Fakultas (F)/ Program Studi (PS))

    Jumlah Dosen

    (Orang)

    F. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) 150

    F. Ekonomi 173

    F. Hukum 120

    F. Kedokteran 181

    F. Pertanian 141

    F. Peternakan 106

    F. Sastra 158

    F. Kedokteran Hewan 63

    F. Teknik Pertanian 59

    F. Teknik 222

    PS. Ikatan Kesehatan Masyarakat (IKM) 15

    PS. Pariwisata 38

    Dosen Mata Kuliah Umum (MKU) 7

    Jumlah 1433

    Sumber: Kantor Biro Kepegawaian Universitas Udayana (2007)

    3.3.6. Penentuan Sampel Penelitian

    3.3.6.1. Penentuan Jumlah Sampel

    Sampel adalah bagian dari elemen-elemen populasi yang hendak diteliti. Pengambilan

    sampel mutlak dilakukan karena sangat tidak praktis apabila studi dilakukan pada semua anggota

    populasi (pertimbangan waktu, dana serta pertimbangan ekonomis lainnya). Adapun responden

    pada penelitian ini adalah dosen tetap di UNUD yang telah memiliki masa kerja selama minimal

    empat tahun, dengan pertimbangan bahwa dosen yang telah memiliki masa kerja selama minimal

    empat tahun diasumsikan sudah memahami situasi maupun lingkungan organisasi Universitas

    Udayana.

    Untuk menentukan anggota populasi yang akan diambil sebagai sampel penelitian digunakan

    rumus Slovin yaitu (Sevilla, Ochave, Punsalan, Regala & Uriarte, 1993):

  • 7/25/2019 teori korelasi populasi-quisioner 2.pdf

    23/30

    71

    1 Keterangan:

    n = jumlah sampel

    N = jumlah populasi

    e = nilai kritis, dengan batas tertinggi kesalahan yang diinginkan adalah sebesar 10 % karena

    sifat populasinya heterogen dan karakteristiknya tidak diketahui secara pasti.

    Berdasarkan rumus Slovin maka jumlah sampel yang sesuai dengan perhitungan rumus

    tersebut adalah 93 responden. Namun untuk mengantisipasi adanya kuesioner yang tidak sah

    atau tidak kembali maka jumlah sampel ditingkatkan menjadi 150 responden, dengan harapan

    jumlah minimal kuesioner yaitu 93 kuesioner dapat terpenuhi. Jumlah sampel sebesar 150

    responden sesuai dengan syarat bila sebuah penelitian menggunakan pendekatan structuralequation modeling (SEM) dengan bantuan programLISREL 8.8 dalam memecahkan masalah.

    Menurut Solimun (2002), pengolahan data menggunakan pendekatan SEM dengan bantuan

    programLISREL mensyaratkan ukuran sampel dengan ketentuan sebagai berikut:

    1.Bila penggunaan parameter menggunakan metode kemungkinan maksimum (maximum

    likelihood) maka jumlah sampel yang disarankan adalah 100-200 sampel, dengan minimum

    absolut sebesar 50 sampel, atau

    2.Sebanyak 5-10 kali jumlah variabel manifes dari keseluruhan variabel laten.

    3.3.6.2. Teknik Pengambilan Sampel

    Teknik pengambilan sampel adalah proses untuk memilih elemen dari populasi dalam jumlah

    yang mencukupi sehingga dengan mempelajari dan memahami karakteristik sampel tersebut

    dapat mewakili karakteristik elemen-elemen populasi. Pada penelitian ini, teknik pengambilan

    sampel menggunakan metodeproportionate stratified random sampling. Metode ini merupakan

    suatu metode dimana populasi digolongkan berdasarkan suatu ciri tertentu, dimana penarikan

    sampel dari populasi tersebut dilakukan secara proporsional dan acak (Sevilla et al., 1993).

    Ciri tertentu yang dipilih pada penelitian ini adalah unit kerja dosen dalam bentuk fakultas

    atau program studi yang ada di lingkungan Universitas Udayana. Ciri tertentu pada dosen

    Universitas Udayana juga dapat berupa masa kerja, golongan ruang, pangkat/ jabatan fungsional,

    tingkat pendidikan, jenis kelamin atau umur. Namun pemilihan unit kerja dalam bentuk fakultas

    atau program studi dipilih atas pertimbangan bahwa fakultas atau program studi merupakan unit

  • 7/25/2019 teori korelasi populasi-quisioner 2.pdf

    24/30

    72

    yang berwenang mengambil keputusan dan kebijakan serta alasan kepraktisan karena dalam

    pengumpulan data dilakukan pada masing-masing fakultas. Dengan jumlah sampel sebanyak 150

    responden maka jumlah sampel untuk setiap unit kerja diambil berdasarkan perhitungan sebagai

    berikut:

    100%Keterangan:

    ni = jumlah sampel pada setiap unit kerja ke-i

    Ni = jumlah populasi pada setiap unit kerja ke-i

    N = total populasi

    n = total sampel

    penjelasan lebih rinci dapat dilihat pada tabel 3.4.Tabel 3.4

    Proporsi Jumlah Sampel Penelitian

    Unit KerjaJumlah Populasi

    (Orang)

    Proporsi Sampel

    (%)

    Jumlah Sampel

    (Orang)

    F. Matematika dan Ilmu Pengetahuan

    Alam (MIPA)(150 : 1433) x 100% 10,5 16

    F. Ekonomi (173 : 1433) x 100% 12,1 18

    F. Hukum (120 : 1433) x 100% 8,4 13

    F. Kedokteran (181 : 1433) x 100% 12,6 19

    F. Pertanian (141 : 1433) x 100% 9,8 15

    F. Peternakan (106 : 1433) x 100% 7,4 11

    F. Sastra (158 : 1433) x 100% 11,0 16

    F. Kedokteran Hewan (63 : 1433) x 100% 4,4 7

    F. Teknik Pertanian (59 : 1433) x 100% 4,1 6

    F. Teknik (222 : 1433) x 100% 15,5 23

    PS. Ikatan Kesehatan Masyarakat

    (IKM)(15 : 1433) x 100% 1,0 1

    PS. Pariwisata (38 : 1433) x 100% 2,7 4

    Dosen Mata Kuliah Umum (MKU) (7 : 1433) x 100% 0,5 1

    Total 1433 100 150

  • 7/25/2019 teori korelasi populasi-quisioner 2.pdf

    25/30

    73

    3.3.7. Pengujian Kuesioner

    3.3.7.1. Uji Validitas

    Kuesioner dapat dikatakan sebagai alat ukur yang baik apabila kuesioner tersebut mampu

    menunjukkan kesesuaian dengan obyek yang akan diukur. Validitas menunjukkan ketepatan dan

    kesesuaian suatu alat ukur dalam menjalankan fungsi pengukurannya. Hasil penelitian dikatakan

    valid apabila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan kenyataan yang

    sesungguhnya sehingga data yang terkumpul dapat mewakili populasi yang diteliti. Pada

    penelitian ini pengujian validitas yang dilakukan terhadap kuesioner dilakukan dalam dua tahap

    yaitu:

    1.Pengujian validitas eksternal

    Validitas eksternal kuesioner diuji dengan menggunakan teknik analisis itemyaitu mengetahui

    konsistensi antara skor item dengan skor keseluruhan. Konsistensi ini dapat dilihat pada

    koefisien korelasi antar setiap item dengan skor keseluruhan. Pengujian validitas eksternal

    dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi Pearson Product Moment dengan persamaan

    sebagai berikut:

    Keterangan:

    rxy = korelasi antara butir itemdengan skor total semua item

    x = skor nilai pada masing-masing pertanyaan atau pernyataan dari semua responden

    y = skor total seluruh pertanyaan atau pernyataan dari semua responden

    n = ukuran sampel

    Uji signifikansi dilakukan dengan uji t (taraf signifikansi 5%) dengan rumus sebagai berikut:

    2 1 ; 2Keterangan:n = ukuran sampel

    r = korelasi antara butir itemdengan skor total semua item

    Item pertanyaan instrumen dikatakan valid apabila t hitung lebih besar atau sama dengan t

    tabel, begitu pula sebaliknya. Pada penelitian ini, perhitungan validitas secara manual tidak

    dilakukan dan perhitungan sepenuhnya dibantu dengan program SPSS versi 16.

  • 7/25/2019 teori korelasi populasi-quisioner 2.pdf

    26/30

    74

    2.Pengujian validitas internal

    Validitas internal merupakan pengujian validitas yang digunakan untuk melihat hubungan

    antara hasil pengukuran suatu alat ukur dengan konsep teoritis yang dimilikinya. Pengujian

    validitas internal dapat dilakukan dengan menggunakan pendapat para ahli atau mengacu pada

    teori yang sudah ada sebelumnya.

    3.3.7.2. Uji Reliabilitas

    Pengukuran reliabilitas bertujuan untuk menunjukkan kestabilan dan konsistensi alat ukur

    (dalam hal ini kuesioner) dalam mengukur konsep yang ingin diukur. Reliabilitas menunjukkan

    sejauh mana suatu alat ukur dapat diandalkan. Jika suatu kuesioner digunakan dua kali untuk

    mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran yang diperoleh relatif konsisten maka

    kuesioner tersebut dapat dikatakan reliabel, dengan kata lain reliabilitas menunjukkan

    konsistensi suatu alat ukur dalam mengukur gejala yang sama. Tinggi rendahnya reliabilitas

    suatu alat ukur ditunjukkan oleh suatu angka yang disebut koefisien reliabilitas.

    Pada tahap ini dilakukan pengujian reliabilitas pada saat pengumpulan data awal sebanyak 30

    responden dengan menggunakan teknik Cronbachs Alpha. Adapun rumus Cronbachs Alpha

    adalah sebagai berikut:

    1 . 1

    Keterangan:

    ri = nilai reliabilitas

    Si = jumlah varians skor tiap-tiap item

    St = varians total

    k = jumlah item

    Koefisien keandalan alat ukur menyatakan tingkat konsistensi jawaban responden.

    Selanjutnya angka yang diperoleh dari perhitungan Cronbachs Alphatersebut dibandingkan

    dengan angka kritis pada tabel korelasi r product moment. Apabila nilai Cronbachs Alpha

    lebih besar daripada nilai pada tabel maka itempernyataan dalam kuesioner dianggap reliabel.

    Pada penelitian ini, perhitungan reliabilitas secara manual tidak dilakukan dan perhitungan

    sepenuhnya dibantu dengan program SPSS versi 16.

  • 7/25/2019 teori korelasi populasi-quisioner 2.pdf

    27/30

    75

    3.4. Tahap Pengumpulan dan Pengolahan Data

    Tahap pengumpulan dan pengolahan data merupakan tahap ketiga dengan tujuan untuk

    mengumpulkan informasi identitas dan persepsi responden mengenai tipe kepemimpinan

    transformasional, sistem kompensasi, kepuasan kerja dan kinerja. Informasi tersebut diperoleh

    dari penyebaran kuesioner, kemudian informasi tersebut diolah agar dapat diinterpretasikan.

    Langkah-langkah pada tahap pengumpulan dan pengolahan data dapat dilihat pada Gambar 3.5.

    Gambar 3.5

    Tahap Pengumpulan dan Pengolahan Data

    3.4.1. Penyebaran Kuesioner

    Apabila kuesioner yang telah diuji validitas dan reliabilitas telah memenuhi syarat maka

    kuesioner yang telah valid dan reliabel tersebut disebarkan kepada seluruh sampel penelitian.

    Tujuan penyebaran kuesioner yaitu membagikan daftar pertanyaan kepada responden untuk diisi

    secara jujur dan benar sehingga persepsi yang tercantum dalam jawaban responden tersebut

    benar-benar mampu menggambarkan secara nyata kondisi aktual organisasi.

    3.4.2. Pengumpulan Data

    Setelah kuesioner diisi dan dikembalikan maka diperoleh data mengenai identitas dan

    persepsi responden. Data tersebut masih berupa data mentah yang selanjutnya akan diolah untuk

    mendapatkan hasil, dimana hasil tersebut dijadikan dasar dalam pembuktian hipotesis penelitian,

    penarikan kesimpulan dan saran-saran. Data yang dianggap memenuhi syarat yaitu data yang

    hanya memiliki satu jawaban untuk setiap pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner.

  • 7/25/2019 teori korelasi populasi-quisioner 2.pdf

    28/30

    76

    3.4.3. Pengolahan Data

    3.4.3.1. Transformasi Data

    Oleh karena data kuesioner yang dikumpulkan dari responden tersebut masih berupa data

    ordinal, sedangkan data ordinal tidak dapat diolah secara statitistik maka semua data yang

    berskala ordinal perlu ditransformasi menjadi skala interval dengan menggunakan Method of

    Successive Interval (MSI). MSI merupakan salah satu cara untuk merubah data ordinal menjadi

    data interval. Langkah proses transformasi dari skala ordinal menjadi skala interval adalah

    sebagai berikut (Solimun, 2002):

    1.Tetapkan kategori nilai skala ordinal

    2.Hitung frekuensi dan proporsi jawaban responden untuk masing-masing kategori skala ordinal

    tiap item

    3.

    Hitung proporsi kumulatif berdasarkan hasil langkah 2

    4.Tentukan nilai batas z dengan menggunakan tabel normal baku (z)

    5.Tentukan nilai densitas/ tinggi kurva menggunakan tabel densitas

    6.Hitung scale value(SV) dengan menggunakan persamaan berikut:

    7.Hitung nilai interval dengan rumus:

    1Dengan keterangan sebagai berikut:

    - Luas daerah dibawah batas atas adalah proporsi kumulatif pada batas atas

    - Luas daerah dibawah batas bawah adalah proporsi kumulatif pada batas bawah

    - SV minimum didapat dari SVterkecil dan biasanya didapat dari kategori itempertama

    ProgramMicrosoft Excel 2007 digunakan untuk mempermudah proses transformasi data ordinal

    menjadi interval.

    3.4.3.2. Pengolahan Data Menggunakan program LISREL

    Setelah data ditransformasi menjadi data interval, kemudian data interval tersebut diolah

    dengan menggunakan bantuan program LISREL 8.8 dengan tujuan untuk menghitung besarnya

    pengaruh antara variabel laten bebas (eksogen) terhadap variabel laten terikat (endogen). Salah

    satu input untuk program LISREL dapat berupa matriks korelasi. Data input yang digunakan

    dalam penelitian ini berupa matriks korelasi hasil kuesioner yang sudah ditransformasi menjadi

  • 7/25/2019 teori korelasi populasi-quisioner 2.pdf

    29/30

    77

    data interval. Solimun (2002) menyatakan bahwa dengan menggunakan data input berupa

    matriks korelasi, SEM bermanfaat untuk memeriksa besar kecilnya pengaruh langsung maupun

    tidak langsung serta pengaruh total variabel eksogen terhadap variabel endogen.

    Untuk dapat menghitung koefisien jalur pada model yang telah ditentukan maka langkah

    pertama yang harus dilakukan adalah menggambarkan model konseptual diagram jalur untuk

    hubungan antar variabel. Diagram ini harus mampu menerjemahkan hipotesis penelitian, dapat

    membedakan variabel eksogen dengan endogen serta diharapkan dapat menggambarkan kaitan

    sejumlah variabel yang diteliti.

    Terdapat dua pendekatan dasar yang dapat dipilih apabila suatu penelitian menggunakan

    SEM dalam memecahkan masalah penelitian yaitu confirmatory factor analysis dan exploratory

    factor analysis, namun menurut Ghozali dan Fuad (2005) analisis SEM akan bekerja jauh lebih

    baik apabila SEM digunakan untuk konteks confirmatory. Hal ini sejalan dengan penelitian ini,

    dimana pada penelitian ini pendekatan yang digunakan adalah pendekatan confirmatory factor

    analysis. Selanjutnya tujuan dari SEM pada prinsipnya adalah mendapatkan model keseluruhan

    (full model). Output program ini berupa nilai koefisien jalur yang telah didefinisikan melalui

    model keseluruhan (full model). SEMbermanfaat untuk memeriksa besar kecilnya pengaruh

    langsung, tidak langsung, keseluruhan, bersama-sama (simultan) serta mengetahui variabel yang

    berpengaruh dominan. Dalam penelitian ini, output pada program LISREL yang digunakan

    untuk menjawab pertanyaan dan hipotesis penelitian adalah nilai koefisien jalur, t-value serta

    nilaiR2.

  • 7/25/2019 teori korelasi populasi-quisioner 2.pdf

    30/30

    3.5. Tahap Analisis, Kesimpulan dan Saran

    Tahap analisis, kesimpulan dan saran merupakan tahap terakhir yang bertujuan untuk

    menarik kesimpulan akhir penelitian dan memberikan saran-saran dalam rangka perbaikan

    organisasi maupun saran-saran untuk penelitian selanjutnya. Langkah-langkah pada tahap

    analisis, kesimpulan dan saran dapat dilihat pada Gambar 3.6.

    Gambar 3.6

    Tahap Analisis, Kesimpulan dan Saran

    3.5.1. Analisis Hasil

    Analisis hasil pada penelitian ini terdiri dari analisis terhadap kecocokan keseluruhan model

    (overall model fit), analisis kecocokan model pengukuran (measurement model fit) dan analisis

    kecocokan model struktural (structural model fit), kemudian dibahas pula pengujian hipotesis,

    interpretasi terhadap hasil penelitian dan pembahasan temuan-temuan pada penelitian ini.

    3.5.2. Kesimpulan dan Saran

    Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data penelitian maka langkah terakhir dalam

    penelitian ini adalah melakukan penarikan kesimpulan penelitian dan pengajuan saran-saran.

    Saran ini diajukan kepada pihak pimpinan atau pengambil keputusan dalam organisasi perguruan

    tinggi serta kepada peneliti selanjutnya yang tertarik untuk mendalami studi mengenai kinerja

    dosen di perguruan tinggi.