waktu penyembuhan luka

Upload: rizyahmada

Post on 10-Feb-2018

324 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • 7/22/2019 Waktu Penyembuhan Luka

    1/10

    W.H AUDEN dalam tulis-

    annya The Art of Healing

    sudah memperingatkan

    bahwa penyembuhan lu-

    ka, bisa terjadi secara

    alami. Tinggal bagaimana kita mem-bantu proses alamiah itu terjaga dan

    tidak membuat tindakan intervensi

    yang justru memperburuk kondisi.

    Penyembuhan luka merupakan res-

    pons alamiah terhadap kerusakan ja-

    ringan. Proses penyembuhan sendiri

    bukan hal yang sederhana, tetapi me-

    rupakan proses bertahap yang sangat

    kompleks di tingkat selular. Mekanis-

    me di tingkat sel akan diikuti proses

    penutupan, rekonstitusi, dan restorasiperegangan kulit yang telanjur koyak.

    Luka yang menahun atau luka kro-

    nik menjadi beban baik mental mau-

    pun material yang sangat signifikan

    tak hanya pada pasien tetapi juga

    dokter dan keluarga pasien karena

    biaya perawatan yang sangat besar. Di

    Amerika Serikat, sekitar 5,7 juta pa-

    sien memiliki luka kronik dengan be-

    ban perawatan mencapai lebih dari

    20 miliar dolar setiap tahun.

    Agar penatalaksaan luka berjalan

    efektif, maka semua pihak yang terli-

    bat dalam proses penyembuhan luka

    harus memahami konsep proses pe-

    nyembuhan luka secara alami, me-ningkatkan kemampuan fisik dan ling-

    kungan biokimiawi yang mendukung.

    Beberapa luka kronik yang sulit di-

    tangani adalah luka diabetik terutama

    pada kaki, luka karena tekanan (pres-

    The Art of Healing

    FARMACIA 16 Maret 2013

    RACIKAN UTAMA

    Healing... is not a science butthe intuitive art of wooing nature.

  • 7/22/2019 Waktu Penyembuhan Luka

    2/10

    sure ulcer) dan luka vena statis. Luka

    diabetik menjadi penyebab utama

    amputasi kaki di Amerika Serikat, dan

    di negara lain. Insiden kaki diabetik

    mencapai 2% per tahun dengan biaya

    perawatan yang sangat besar.

    Patogenesis kaki diabetik adalah

    gangguan neuropati, gangguan kese-

    imbangan muskuloskeletal serta pe-

    nurunan sistem imun akibat disfungsi

    leukosit dan penyakit vaskular perifer.Gangguan-gangguan ini menyebab-

    kan komplikasi pada luka. Luka kro-

    nik sulit disembuhkan karena disertai

    penurunan faktor-faktor pertumbuhan

    yang sangat berperan dalam proses

    penyembuhan.

    Pasien yang berbaring dalam waktu

    lama akibat lumpuh atau menderita

    penyakit kronis yang mengharuskan

    dia berbaring sepanjang tahun di tem-

    pat tidur, rentan terkena luka akibat

    tekanan. Sedangkan luka akibat venastatis terjadi akibat hipoksia pada

    area-area di ekstremitas bawah, dise-

    babkan vena yang tersumbat. Suplai

    oksigen terhambat.

    Wound healing: TIMEPrinciple

    Penyembuhan luka merupakan pro-

    ses sistemik yang secara tradisional

    bisa dijelaskan dalam empat proses:

    hemostatis, inflamasi, proliferasi, danmaturasi. Platelet memegang peran

    penting dalam proses pembekuan da-

    rah di tahap hemostatis. Sel-sel infla-

    masi akan memakan jaringan yang ru-

    sak di tahap inflamasi. Proses epiteli-

    sasi, fibroplasia, dan angiogenesis ter-

    jadi selama fase proliferasi. Sementara

    itu jaringan granulasi terbentuk dan lu-

    ka mulai menutup. Akhirnya, di fase

    maturasi, terbentuk ikatan kolagen

    yang berikatan dengan molekul-mole-

    kul protein yang akan menyangga pe-

    regangan kulit sebagai penutup luka.

    Nampaknya, proses ini seperti ta-

    hap-tahap berurutan yang terpisah.

    Namun proses keseluruhan jauh lebih

    rumit. Banyak aspek dalam penyem-

    buhan luka yang belum terungkap.

    Dijelaskan Dr Poengki Dwi Poer-

    wantoro, SpBP, MM dari Divisi Bedah

    Rumah Sakit Pusat Pertamina Jakarta,

    kadang proses penyembuhan luka tidak

    mulus. Bisa terhenti di fase inflamasi

    atau proliferasi. Akibatnya luka tidak

    kunjung membaik dan harus diinter-

    vensi, jelas dokter bedah plastik yang

    mendalami manajemen luka bakar ini.

    Dari empat fase penyembuhan lu-

    ka, fase hemostatis buka termasuk fa-se penyembuhan. Ia merupakan me-

    kanisme alamiah tubuh untuk melin-

    dungi diri. Jadi tiga fase penyembuh-

    an luka dimulai dari fase inflamasi di-

    lanjutkan fase proliferasi, dan epi-

    telisasi.

    Cedera akan menyebabkan rekruit-

    men sel-sel inflamasi. Mereka ditarik

    sebanyak-banyaknya ke area luka.

    Skenario ini melibatkan interaksi yang

    kompleks antara mediator-mediator

    jaringan lokal dan sel-sel yang bermi-grasi ke area luka. Fase inflamasi ter-

    jadi di hari-hari pertama terjadinya lu-

    ka. Migrasi sel-sel epitel terjadi dalam

    12-24 jam pertama namun pemben-

    tukan jaringan baru terjadi pada 10-

    14 hari kemudian.

    Epitelisasi dan neovaskularisasi

    merupakan dampak dari peningkatan

    aktivitas di tingat selular. Elemen-ele-

    17 FARMACIAMaret 2013

    RACIKAN UTAMA

    Dr Poengki Dwi Poerwantoro SpBP BP

  • 7/22/2019 Waktu Penyembuhan Luka

    3/10

    men stromal pada pembentukan ma-

    triks ekstraselular disekresi dan dior-

    ganisir dengan rapi. Jaringan baru

    yang disebut jaringan granulasi sangat

    tergantung dari keberadaan faktor

    pertumbuhan yang spesifik. Proses ini

    berlangsung dalam hitungan minggu

    bahkan berbulan-bulan tergantung

    kondisi individual.

    Akhirnya di tahap remodeling

    jaringan, di mana kontraksi dan kete-gangan jaringan bisa dicapai, terjadi

    pada 6-12 bulan. Luka seakan lenyap

    dan sudah terganti dengan kulit baru.

    Namun jarigan yang terjadi tidak akan

    sama persis dengan aslinya. Paling ba-

    gus adalah 80% dari kulit sebelum

    terjadi luka.

    Ada beberapa penyebab proses pe-

    nyembuhan luka berhenti. Penyakit

    sistemik dan faktor-faktor lokal sangat

    mempengaruhi penyembuhan luka.

    Kadang diperlukan intervensi untukmempercepat penyembuhan luka.

    Dalam manajemen luka saat ini

    dikenal TIME principle, yaitu Tissue,

    Infection, Moisture, dan wound Edge.

    Prinsip TIME dimaksudkan membantu

    klinisi membuat langkah sistematik

    dalam menangani luka.

    T Tissue/Jaringan

    Inti dalam observasi jaringan ada-

    lah menemukan dan membuang ja-ringan mati atau nekrosis. Nekrosis

    biasanya berwarna hitam, kering dan

    keras, terbentuk dari jaringan granu-

    lasi setelah kematian fibroblast dan

    sel-sel endotel. Nekrosis bisa me-

    ngandung sel inflamasi sehingga bisa

    meningkatkan risiko inflamasi dan

    menunda pembentukan matriks eks-

    traselular. Jaringan ini secara fisik

    menghalangi migrasi sel epidermal

    dan hidrasi pada luka menjadi tidak

    optimal. Debridement adalah proses

    pembuangan jaringan nekrosis. Ada

    beberapa cara yang bisa dilakukan

    yaitu dengan pembedahan, pisau,

    autolitik atau penggunaan enzim,

    larva, atau secara mekanik.

    I Infeksi/InflamasiInfeksi di luka menyebabkan nyeri

    dan rasa tidak nyaman pada pasien.

    Tetapi yang lebih berbahaya, infeksi

    memperlama penyembuhan dan bisa

    mengancam nyawa. Belum lagi bicara

    tentang penambahan biaya perawatan

    untuk antibiotik. Pada dasarnya se-

    mua luka mengandung bakteri de-

    ngan derajat berbeda-beda yang dida-

    patkan dari kontaminasi, kolonisasi

    hingga terjadi infeksi. Adanya bakteripada luka kronik tidak selalu meng-

    indikasikan infeksi, tetapi infeksi yang

    terjadi akan mengganggu proses pe-

    nyembuhan. Beberapa bakteri bisa

    menguntungkan karena menghasilkan

    enzim seperti hyaluronidase yang ber-

    kontribusi dalam proses debridement

    dan menstimulasi neutrofil melepas-

    kan protease.

    Diagnosis infeksi harus berdasar-

    kan kemampuan klinis dan data mi-

    krobiologi. Secara klasik, gejala infek-

    si pada luka akut berupa nyeri, erite-

    ma, edema, adanya duh yang purulen

    dan peningkatan suhu. Untuk luka

    kronik harus ditambahkan kriteria be-

    rupa penyembuhan yang lama, pe-

    ningkatan eksudat, diskolorisasi men-

    jadi merah menyala pada jaringangranulasi, bau, dan sebagainya.

    Infeksi harus menjadi fokus utama

    dalam manajemen luka. Antibiotik

    sistemik tidak diperlukan, kecuali in-

    feksi sangat dalam yang tidak bisa di-

    jangkau terapi lokal. Metode pena-

    nganan infeksi lokal bisa dilakukan

    dengan debridement untuk mem-

    buang jaringan yang tidak perlu, pem-

    bersihan luka, dan pemberian

    antimikroba topikal seperti dressings

    dan silver. Untuk terapi sistemik harusberdasarkan gejala seperti adanya

    demam dan selulitis setidaknya

    melebihi 1 cm dari margin luka dan

    menjangkau struktur yang dalam.

    M moisture imbalance

    Menciptakan keseimbangan kelem-

    baban pada luka sangat penting. Eksu-

    FARMACIA 18 Maret 2013

    RACIKAN UTAMA

  • 7/22/2019 Waktu Penyembuhan Luka

    4/10

    dat diproduksi sebagai respons tubuh

    akan adanya kerusakan jaringan. Jum-

    lah eksudat yang diproduksi tergan-

    tung seberapa besar tekanan pada ja-

    ringan. Luka yang sedang dalam tahap

    penyembuhan memproduksi cukup

    kelembaban untuk merangsang proli-

    ferasi dan membantu membuang ja-

    ringan yang tidak dibutuhkan dengan

    proses autolisis. Tetapi jika luka mera-

    dang dan atau terhenti di fase inflama-si, maka produksi eksudat meningkat

    akibat pembuluh darah melebar.

    Manajemen pembuangan eksudat

    berlebih pada luka kronik cukup sulit,

    karena ada faktor sistemik dan lokal.

    Dalam pemilihan dressing, harus di-

    pertimbangkan volume eksudat dan

    viskostas dressing. Beberapa dressing

    memiliki daya serap lebih banyak se-

    hingga lebih efektif untuk luka de-

    ngan eksudat berlebih. Ada beberapa

    dressing untuk mengatasi eksudat ini,mulai bentuk busa, hidrokoloid, algi-

    nat, hidrofibrat, cadexomer iodine

    hingga dressing dengan aksi kapiler.

    Semuanya memegang peran penting

    dalam membuang cairan dari permu-

    kaan luka. Beberapa jenis dressing

    melalui kemampuan mengubah eksu-

    dat menjadi gel, bisa mempertahan-

    kan kelembaban permukaan luka.

    E edge

    Jika margin epidermal gagal bermi-grasi melewati luka atau tebing luka

    gagal menyusut maka bisa jadi ada ke-

    salahan dalam manajemen T, I, dan M.

    Tahap final penyembuhan luka adalah

    epitelisasi. Yang merupakan proses

    pembelahan aktif, migrasi, dan pema-

    tangan sel-sel epidermal dari tepi luka

    hingga luka sepenuhnya tertutup. Ada

    beberapa faktor yang dibutuhkan agar

    proses epitelisasi bisa berjalan sempur-

    na. Dasar luka harus dipenuhi jaringan

    granulasi dengan vaskularisasi bagusagar sel-sel epidermal yang berprolife-

    rasi bisa bermigrasi.

    Harus dipastikan nutrisi dan oksi-

    gen cukup untuk mendukung regene-

    rasi epidermal. Beberapa penyebab

    kegagalan proses ini adalah bakteri

    dan jaringan mati yang eksis. Selain

    itu hipoksia, infeksi, dressing tidak te-

    pat, hyperkeratosis dan adanya kalus

    bisa juga menjadi hambatan. Pada lu-

    ka diabetik, ada overproduksi hiper-

    karatosis atau kalus.

    Penting untuk diingat bahwa lukasangat tergantung mikro dan makro

    vaskulariasasi terutama di tungkai

    bawah. Harus dilakukan penilaian

    menyeluruh adanya penyakit iskemia

    untuk melihat sejauh mana luka bisa

    sembuh tanpa intervensi vaskular.

    Melihat luka dengan tepat sejak

    awal merupakan praktik terbaik untuk

    memberikan penilaian akurat pada

    hasil intervensi klinis. Pemantauan

    harus terus dilakukan untuk melihat

    kesuksesan intervensi atau justru ke-gagalan. Ujung luka tidak akan per-

    nah bisa terjadi epitelisasi selama da-

    sar luka tidak disiapkan dengan baik.

    Selalu mempertimbangkan T,I dan M

    terlebih dahulu untuk memastikan

    bahwa penggunaan terapi secara luas

    akan bermanfaat.

    Manajemen luka kronik saat ini su-

    dah mengalami kemajuan signifikan

    mulai dari penilaian status luka, pe-

    mahaman secara molekular dan selu-

    lar, dan pencegahan komplikasi. Kon-sep persiapan dasar luka secara simul-

    tan terus dikembangkan. Dengan de-

    mikian manajemen secara sistemik bi-

    sa mengatasi berbagai hambatan pe-

    nyembuhan luka secara alami dan

    meningkatkan efek terapi tingkat lan-

    jut. Preparasi dasar luka dan prisnip-

    prinsip TIME bisa berhasil jika dila-

    kukan dengan benar. tanF

    19 FARMACIAMaret 2013

    RACIKAN UTAMA

  • 7/22/2019 Waktu Penyembuhan Luka

    5/10

    MALAM pergantian tahun

    2012 menjadi malam yang

    mengubah hidup Amelia

    Yunita. Rencana melewat-

    kan pergantian tahun de-

    ngan barbeque di apartemen bersama

    keluarga musnah berganti bencana.

    Bahan bakar bensin yang ia percikkan

    ke tungku batu bara tiba-tiba boom.

    menyulutkan api dan langsung me-nyambar muka, tangan dan bajunya.

    Malang, pemilih biro petualangan

    Arus Liar ini saat itu mengenakan baju

    berbahan silk, menjadikan api dengan

    mudahnya merajalela menguasi seba-

    gian tubuhnya.

    Secepat kilat, Amelia melepas baju

    dan lari ke kamar mandi. Darah terus

    mengalir diikuti rasa panas tiada terki-

    ra. Ia mengguyur tubuhnya di bawah

    shower sembari berteriak minta ban-

    tuan. Anak-anak dan kerabat tengahberusaha memadamkan api yang te-

    rus membesar. Suasana kacau dan

    chaos terjadi. Bantuan pun tidak begi-

    tu saja datang mengingat saat itu se-

    mua orang merayakan tahun baru.

    Ambulans tak bisa datang karena ma-

    cet. Dengan taksi, Amelia berhasil

    mencapai rumah sakit. Ia tak sadar-

    kan diri selama 3 jam di UGD.

    Genap satu tahun lewat satu bulan

    peristiwa itu terjadi. Kini Amelia bisa

    dikatakan terlahir kembali. Bagi yangmelihat langsung bagaimana parah-

    nya luka bakar yang ia derita, serasa

    keajaiban melihat kondisi ibu dua

    anak ini pasca perawatan. Tak hanya

    cantik kembali, Amelia bisa beraktivi-

    tas seperti semula, termasuk menya-

    lurkan hobinya berpetualang. Septem-

    ber lalu, ia baru kembali dari menda-

    ki pegunungan Cartenz, di Papua.

    Keberhasilan terapi Amelia ditentu-

    kan sejak insiden terjadi. Pertolongan

    pertama yang ia lakukan sangat tepat

    sehingga memudahkan penanganan

    selanjutnya di rumah sakit. Luka bakar

    memang dikenal sangat katastropik

    dan meninggalkan penderitaan berat

    bagi penderitanya: rasa sakit, kecacat-

    an, dan biaya yang besar. Data di Ame-

    rika menunjukkan tak kurang dari 2juta penduduknya mengalami luka

    bakar, meskipun sebagian besar bersi-

    fat minor. Tahun 1991, ada 5.053 ke-

    matian akibat luka bakar. Luka bakar

    tersering diperoleh di tempat kerja.

    Di Unit Luka Bakar RSCM, setidak-

    nya 150 pasien luka bakar masuk se-

    tiap tahunnya. Sebagian besar luka

    bakar dikarenakan api dengan penye-

    bab yang bermacam-macam. Ada pu-

    la yang disebabkan hal lain selain api,

    namun dengan persentase yang kecil.

    Luka bakar bisa diklasifikasikan

    menjadi enam jenis berdasarkan me-

    kanisme terjadinya luka: luka karena

    air mendidih, kontak dengan benda

    panas, api, listrik dan radiasi. Dalam

    dua dekade terakhir, kematian akibatluka bakar berhasil diturunkan. Penu-

    runan ini merupakan hasil pelayanan

    kesehatan dan teknik penanganan lu-

    ka bakar yang terus berkembang.

    Namun jauh sebelum dibawa ke

    unit perawatan, langkah pertama me-

    nolong penderita adalah menghenti-

    kan proses luka bakar. Menghentikan

    Luka Bakar:

    Kuras Fisik dan Mental

    FARMACIA 20 Maret 2013

    RACIKAN UTAMA

  • 7/22/2019 Waktu Penyembuhan Luka

    6/10

    proses luka bakar dapat dilakukan de-

    ngan menjauhkan sumber panas atau

    membawa korban menjauhi sumber

    panas, misalkan dengan memadam-

    kan api.

    Langkah selanjutnya adalah de-

    ngan mendinginkan luka. Cara men-

    dinginkan luka adalah dengan mem-

    basuh luka dengan air mengalir (suhu

    15 derajat celsius) selama 20 menit.

    Mengaliri daerah yang terkena de-

    ngan air seperti ini akan mendingin-kan luka, mengurangi nyeri dan men-

    cegah bengkak atau luka lebih lanjut.

    Selain itu proses irigasi ini akan me-

    ningkatkan proses penyembuhan dan

    mencegah timbulnya skar (luka parut)

    atau bekas menonjol. Tidak disaran-

    kan penggunaan kecap, sabun, pasta

    gigi, minyak dan lain sebagainya kare-

    na justru akan membuat luka bakar

    menjadi lebih dalam. Obat seperti pa-

    rasetamol atau ibuprofen dapat pula

    digunakan untuk mengurangi nyeri.

    Menutup luka adalah tahap selan-

    jutnya. Tujuan dari tindakan ini ada-

    lah perlindungan terhadap hipoter-

    mia. Luka dapat ditutup mengguna-

    kanpolyvinyl chloride film (cling film)

    atau yang mudah ditemukan adalah

    plastik yang biasanya digunakan un-

    tuk menutup makanan. Plastik ini di-

    pilih sebagai bahan penutup karenatidak lengket, mudah digunakan, dan

    transparan sehingga mudah untuk

    melihatnya. Bisa juga ditambah de-

    ngan hidrogel atau gel khusus luka

    bakar, namun ini jarang digunakan.

    Tatalaksana Luka Bakar

    Dijelaskan Kepala Unit Luka Bakar

    RSCM, dr Aditya Wardana SpBP, yang

    termasuk dalam kategori luka bakar

    minor adalah luka bakar yang meli-

    puti luka bakar dangkal

  • 7/22/2019 Waktu Penyembuhan Luka

    7/10

    Burn Congres, 9 Februari lalu menje-

    laskan, resusitasi cairan diberikan un-

    tuk pasien dengan luka bakar lebih

    dari 20% untuk orang dewasa dan

    10% untuk pasien anak. Namun di

    RSCM, menurut Aditya, infus diberi-

    kan untuk luas luka bakar > 16%. Se-

    lain resusitasi dengan infus, yang ti-

    dak boleh dilupakan adalah kateter

    untuk pemantauan.

    Pada prinsipnya, menurut Aditya,menangani luka bakar harus secara si-

    multan dan melibatkan tim. Hal per-

    tama yang dilakukan ketika pasien da-

    tang adalah life saving. Selalu ingat

    ACLS. Periksa ABC atau airway,

    breathing, dan sirkulasi. Saat akan di-

    lakukan resusitasi cairan selalu tanya-

    kan kapan luka bakar terjadi bukan

    saat pasien datang ke pelayanan kese-

    hatan, jelas Aditya. Setelah pasien

    stabil, baru lakukan penilaian cepat

    tentang luas dan kedalaman luka. Ja-ngan sampai, terbalik. Dokter sibuk

    menilai kondisi luka dan melupakan

    life saving.

    Selaku Kepala Burn Unit RSCM,

    Aditya merasakan kendala utama da-

    lam penanganan luka bakar adalah

    terbatasnya jumlah tempat tidur.

    RSCM hanya memiliki 7 tempat tidur

    untuk luka bakar. Sementara negara

    tetangga Singapura memiliki 23 bed

    untuk mengakomodasi 4 juta pendu-

    duknya. Demikian pula, RSCM se-mentara ini hanya hanya mampu me-

    layani 6 pasien luka bakar berat dan

    kritis, karena jumlah tersebut sesuai

    dengan rasio bed dan perawat, ung-

    kap Aditya.

    Di samping itu, keadaan psikis pa-

    sien selama perawatan juga menjadi

    kendala tersendiri. Lamanya perawat-

    an dan tindakan operasi yang harus

    dilakukan berkali-kali

    khususnya pada kasus

    luka bakar kritis, mem-

    buat kondisi psikis pasien

    tertekan. Itulah sebabnya

    keberadaan psikiatris sa-

    ngat dibutuhkan dalam

    proses perawatan pasien

    dengan luka bakar.

    Kendala lain adalah

    biaya yang besar dalampenanganan luka bakar.

    Lamanya perawatan ten-

    tu saja berdampak pada

    membengkaknya biaya

    yang harus dikeluarkan

    pasien. Hal ini tentu saja

    sering memberatkan bagi pasien, khu-

    susnya mereka yang tidak mampu.

    Penggunaan Dressing

    Pengaplikasian dressing pada lukaterus menerus sampai proses penyem-

    buhan lengkap, atau intervensi bedah

    kadang dibutuhkan agar luka me-

    nutup. Dulu, banyak dokter bedah

    menggunakan dressing dua kali seha-

    ri. Praktik ini kini berubah dengan cu-

    kup mengganti dressing sehari sekali.

    Hal ini sangat menghemat dari sisi

    biaya, nursing time, dan nyeri. Peng-

    gantian dressing sekali sehari sangat

    baik buat penderita anak dengan luka

    bakar superfisial. Namun penggantiandressing dua kali sehari masih diindi-

    kasikan pada pasien dengan luka ter-

    infeksi atau dengan produk eksudat

    yang banyak. Selama penggantian

    dressing, luka dibersihkan dengan

    spons berpori ukuran sel dan diren-

    dam dalam poloxamer 188, gel terla-

    rut air, untuk membuang sepenuhnya

    antibiotik topikal. Forsep kadang di-

    butuhkan untuk debridement dasar

    luka. Setelah luka bersih, tutup luka

    dengan krim antibiotik.

    Kemajuan di bidang dressing saat

    ini sudah sangat signifikan. Dressing

    yang baik, dijelaskan Dr Poenky DwiPoerwantoro SpPB dari Divisi Bedah

    Rumah Sakit Pusat Pertamina Jakarta,

    setidaknya memenuhi 9 syarat. Tetapi

    tidak ada satupun dressing yang me-

    menuhi kesembilan kriteri dressing

    ideal. Kalaupun ada, maka harganya

    akan sangat mahal. Masing-masing

    dressing pada akhirnya akan saling

    melengkapi.

    Occlusive dressings merupakan

    metode alternatif dalam manajemen

    luka bakar selain krim antibiotik.Occlusive dressings bisa diaplikasi-

    kan pada luka bakar derajat 2 dangkal

    yang bersih dan baru (kurang dari 24

    jam). Dressing ini mampu memperta-

    hankan kelembaban luka yang berpe-

    ran besar dalam proses penyembuhan

    dan mengurangi kebutuhan penggan-

    tian dressing.

    TransCyte adalah dressing yang di-

    FARMACIA 22 Maret 2013

    Luka bakar pada anak.

    RACIKAN UTAMA

  • 7/22/2019 Waktu Penyembuhan Luka

    8/10

    buat dari kultur fibroblast kulit dibuah

    menjadi material biosintetis berupa

    membran semipermeabel sangat tipis

    dan dilekatkan pada jaring nylon. Ja-

    ring nylon ini akan menjadi media per-

    tumbuhan jaringan kulit 3-dimensi. Se-

    lanjutnya, membran akan membentuk

    epidermis sintetis. Fibroblast yang ber-

    proliferasi di jaring nylon akan mense-

    kresi protein dan faktor-faktor pertum-buhan yang berkontribusi pada pem-

    bentukan matriks dermal 3-dimensi.

    Jenis lain adalah biobrane yang meru-

    pakan dressing biosintetsis lain yang

    terdiri dari film silikon dengan kain

    nylon melekat di film.

    Saat ini berbagai dressing sintetsis

    sudah dikembangkan. Dressing gene-

    rasi pertama (misalnya film tipis, hi-

    drokoloid hidrogel) berdasarkan kon-

    sep bahwa regenerasi epidermal pa-

    ling baik terjadi di lingkungan lem-

    bab. Generasi kedua dressing me-

    ngombinasikan bahan film yang

    mampu menahan cairan dari sekali-

    gus menyerap hidrokoloid. Secara

    teori, membrane sentral menyerap

    cairan dari luka melalui poros lapisan

    terdalam. Lapisan luar akan membuatuap keluar namun cairan maupun

    bakteri dari luar tidak bisa masuk.

    Dressing generasi kedua memiliki

    fitur-fitur yang lebih baik, namun har-

    ganya masih tinggi. Untuk mensiasati-

    nya, bisa digunakan alternatif yaitu

    dengan menggunakan kasa biasa (tipe

    1) yang steril direndam dalam sodium

    klorida 0,9% untuk menutup luka.

    Lapisan kasa ini kemudian ditutup de-

    ngan lapisan multipel dari kasa yang

    kasar (tipe 6) dan dilindungi kasa me-

    lingkar yang inelastis. Kasa ini dilekat-

    kan di luka bakar menggunakan pele-

    kat berpori mikro.

    Tunjangan Nutrisi

    Terapi yang komprehensif pada lu-

    ka, jika tidak disertai dukungan nutrisiyang memadai tidak akan tercapai ke-

    majuan yang signifikan. Dr Inge Per-

    madi MS, SpGK menjelaskan, pende-

    rita luka bakar membutuhkan kalori

    yang jauh lebih besar. Komposisi nu-

    trisi untuk pasien adalah 60% karbo-

    hidrat, protein 15-20%, dan sisanya

    lemak. Jika pasien tidak bisa makan

    secara normal, bisa diberikan makan-

    an pengganti dalam bentuk cairan.

    Prinsipnya, tambah Inge, regenera-

    si jaringan pada pasien luka bakarmembutuhkan protein tinggi, mele-

    bihi orang sehat. Pada orang sehat,

    kebutuhan protein sekitar 0,8-1

    gram/kgBB sedangkan pada penderita

    luka bakar sekitar 1,5-2 gram/kgBB.

    Protein juga tidak boleh terlalu tinggi

    karena akan berdampak pada fungsi

    ginjal.

    Inge mengakui bahwa banyak pa-

    sien luka bakar yang dirawat di rumah

    sakit yang pada akhirnya mengalami

    malnutrisi akibat dukungan nutrisiyang tidak adekuat. Untuk menjaga

    pasien tetap mendapatkan nutrisi cu-

    kup, jadwal pemberian makan bisa

    dibagi menjadi 8 kali per tiga jam.

    jadi untuk proses penyembuhan ce-

    pat tidak bisa hanya dengan mengan-

    dalkan obat-obatan tetapi juga kebu-

    tuhan nutrisi yang cukup, pungkas-

    nya. tan/yapF

    23 FARMACIAMaret 2013

    RACIKAN UTAMA

  • 7/22/2019 Waktu Penyembuhan Luka

    9/10

    SABTU siang, 16 Februari silam

    menjadi hari pertama bagi Ne-

    neng Sovia Diningsih, S.Kep,

    Ners bertugas secara resmi di

    Klinik Perawatan Luka Surya

    Medika, yang berada di wilayah Ga-

    ding Serpong, Tangerang. Klinik ini se-

    benarnya sebuah klinik fisioterapi dan

    stroke, yang tergerak membuka pela-yanan khusus perawatan luka. Pemo-

    tongan tumpeng oleh pemilik klinik

    dan dihadiri dokter serta pegawai kli-

    nik menandai dibukanya layanan pe-

    rawatan luka.

    Neneng, bukan orang baru di da-

    lam perawatan luka. Sejak kuliah di

    Fakultas Ilmu Keperawatan Universi-

    tas Padjajaran Bandung, Neneng su-

    dah berminat mengurus luka yang ba-

    gi sebagian orang tampak mengeri-

    kan. Sebagai bukti keseriusannya, iamengambil kursus perawatan luka

    modern yaitu CWCC (Certified

    Wound Care Clinician) di Bogor, ta-

    hun 2012 lalu. Setelah itu perempuan

    usia 30 ini sempat bekerja sebagai pe-

    rawat khusus luka di Bogor, BSD, dan

    sekarang berlabuh di Serpong.

    Namanya saja perawatan luka,

    maka yang bertanggungjawab adalah

    perawat, jelas Neneng kepada

    FARMACIA. Merawat luka dalam konsep

    manajemen luka secara modern, sam-bung Neneng, sangat membantu pa-

    sien. Selama ini, pasien luka cende-

    rung mendapatkan perawatan yang

    belum semestinya bahkan di rumah

    sakit sekalipun. Biaya yang dikeluar-

    kan juga mahal namun kondisinya ti-

    dak kunjung membaik terutama pada

    luka kronis seperti luka diabetik.

    Psikologis pasien, menjadi salah

    satu aspek yang diperhatikan dalam

    merawat luka. Neneng menceritakan

    beberapa pasiennya yang sudah di-

    buang oleh keluarga karena luka

    yang sudah berbau. Di klinik, selain

    luka-luka dirawat dengan standar pe-

    rawatan luka modern, pasien juga di-

    tempatkan pada lingkungan yang nya-

    man seperti rumah sendiri. Nenengsengaja membangun kedekatan per-

    sonal dengan pasien, agar pasien mau

    datang lagi. Perawatan luka tidak bi-

    sa hanya sekali datang. Untuk luka

    diabetik dia harus datang setiap 3 hari

    sekali untuk mengganti dressing, dan

    memberikan obat sampai pasiennya

    sembuh, jelasnya.

    Ia mengaku terharu dan merasa

    puas saat melihat pasien-pasiennya

    datang berjalan kaki dengan gagah.

    Padahal beberapa bulan sebelumnyasi pasien datang dengan digendong

    keluarganya karena luka di kaki yang

    parah. Neneng tidak bekerja sendi-

    rian. Ia selalu berkonsultasi dengan

    dokter terutama jika pasien harus di-

    berikan obat-obat yang diminum. Un-

    tuk perawatan luka sendiri, Neneng

    sudah memiliki kompetensi khusus.

    Konsep klinik khusus perawatan lu-

    ka masih belum popular di Indonesia.

    Padahal kebutuhannya sangat tinggi.

    Untuk luka diabetik saja, diperkirakan

    lebih dari 20% penderita diabetes akan

    mengalaminya. Belum lagi penderita

    luka bakar, luka tekan, dan luka karena

    kecelakaan lalu lintas. Peluang ini di-

    tangkap oleh PT Yasa Promedika Len-

    tera, selaku konsultan manajemen kli-nik khusus perawatan luka. Klinik tem-

    pat Neneng bekerja adalah satu dari 7

    klinik yang dikelola PT YPL.

    Sebelumnya, YPL sudah membuka

    klinik perawatan luka di RS MMC Ja-

    karta, RS Melia Cibubur Jakarta, Klinik

    Siaga Medika di Jakarta Timur, RS Pan-

    caran Kasih di Manado, dan RS An-

    Nufus di Brebes, Jawa Tengah. Tugas

    YPL sendiri sebagai konsultan adalah

    menyediakan fasilitas dan alat, sistem,

    manajemen, hingga SDM seperti pe-rawat dan dokter.

    Dengan semakin banyaknya klinik

    perawatan luka di daerah perifer, ten-

    tu akan lebih banyak pasien terlayani.

    Pendekatan di klinik, seperti ditutur-

    kan Neneng, jauh lebih manusiawi

    dalam pendekatan kepada pasien.

    Biaya pun jauh lebih rendah diban-

    dingkan di rumah sakit. tanF

    FARMACIA 24 Maret 2013

    RACIKAN UTAMA

    Neneng sedang merawat pasien.

    Merawat Luka

    dengan Hati

  • 7/22/2019 Waktu Penyembuhan Luka

    10/10